BAB I
PENDAHULUAN
terjadi pada 25% anak1. Menurut organisasi kesehatan dunia atau World Health
kematian anak di bawah usia 5 tahun (balita) sebanyak 7,6 juta. Insiden kejang
demam di berbagai negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa Barat
sekitar 80%-90% dari seluruh kejang demam adalah kejang demam sederhana.
tertinggi terjadi kejang demam pada usia 14-18 bulan. Penelitian di Singapura
didapatkan insiden tertinggi kejang demam pada usia 12-14 bulan yaitu sebesar
57%3.
tahun 2012, pada tahun 2007 jumlah angka kematian balita di Indonesia
1
Sofwan, Rudianto, 2011. Kejang pada Anak. Jakarta : BIP.
2
Munasir, dkk, 2011. Kumpulan Tips Pediatri. Jakarta : IDAI.
3
Ibid.
1
2
sebesar 40 kematian per 1000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian balita
yaitu diare 25,2%, pneumonia 15,5% dan lain-lain (Tuberkolosis, malaria serta
leukemia) 9,7%. Angka kematian bayi dan balita dari hasil SDKI pada tahun
2012 lebih rendah dari hasil SDKI 2007. Angka kematian bayi hasil SDKI 2012
adalah 32/1000 kelahiran hidup dan mayoritas kematian bayi terjadi pada
neonatus dan pada tahun 2007 34/1000 kelahiran hidup. Salah satu tujuan dari
SDKI adalah untuk mengukur tingkat dan kecenderungan kematian bayi dan
anak4.
terjadi pada anak (sekitar 80% dari seluruh kejang demam). Kejang demam
dapat terjadi karena adanya pengaruh beberapa hal, yaitu umur, faktor resiko
2011 jumlah kematian balita sebanyak 285 balita (0,17%) dari 162.197 jumlah
balita yang ada, angka kematian balita per 1.000 kelahiran hidup di Provinsi
Bengkulu tahun 2011 adalah 11,7% per 1.000 kelahiran hidup, Berdasarkan
data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, tahun 2011 terdapat 108 bayi
yang meninggal dari 33.383 kelahiran hidup dan tahun 2012 kematian pada
bayi kembali terjadi kenaikan sebanyak 288 kematian bayi dari 32.635
4
Kemenkes, 2012.
5
Sofwan, Rudianto, 2011. Kejang pada Anak. Jakarta : BIP.
3
Dalam Fuadi, dkk, (2010), hasil penelitian Van Stuijven Berg (1999),
menunjukan bahwa 17% di antara orang tua anak dengan kejang demam tidak
sakit berat dan akan berakhir dengan kematian dan hasil penelitian Parmar
(2001), di India mendapatkan bahwa 77,9% para orang tua pasien kejang
sedangkan 18 orang (42,86%) yang memiliki sikap yang kurang baik. Hasil uji
statistik diperoleh Pvalue 0,020 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang
orang (39,03%) yang memiliki sumber informasi kurang baik. Hasil uji statistik
diperoleh Pvalue 0,011 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan
6
Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu (2011) Profil Kesehatan Provinsi Bengkulu, 3 April 2015.
7
Fauziah . 2012. hubungan sikap, pekerjaan terhadap pengetahuan ibu dalam penanganan kejang
demam. 18 september 2015
4
Menurut data yang di peroleh dari medical record (rekam medis) DTP
Puskesmas Bayah, kasus balita kejang demam tercatat pada tahun 2012
sebanyak 69 orang (4,21%) dari 1.638 anak yang dirawat di DTP Puskesmas
Bayah, dan pada tahun 2013 sebanyak 90 orang (4,28%) dari 2.102 anak yang
sebanyak 90 orang (5,02%) dari 1.791 anak yang dirawat di DTP Puskesmas
Bayah. Pada tahun 2015 tercatat sebanyak 76 orang (6,30% ) dari 1.205 anak
yang dirawat di DTP Puskesmas Bayah. Dan pada tahun 2016 terhitung dari
bulan Januari sampai Juni tercatat 47 kasus kejang demam simplek pada anak
Puskesmas Bayah, di peroleh data dari 20 ibu yang memiliki anak balita dengan
tindakan baik tentang kejang demam sebanyak 16 ibu (80%), dari 20 ibu yang
memiliki anak balita sebanyak 12 (60%) berpendidikan tinggi, dari 20 ibu yang
memiliki anak balita sebanyak 9 (45%) bekerja, dan dari 20 ibu yang memiliki
8
Pohan. 2010. Hubungan sumber informasi terhadap pengetahuan ibu dalam penanagan kejang
demam. 20 september 2015
5
anak balita dengan sumber informasi yang baik dari nakes atau non nakes 3
(15%).
bagi orang tua. Pada saat kejang sebagian orang tua beranggapan bahwa
anaknya telah meninggal. Akibat terjadinya kejang demam pada anak dapat
tidak terlalu tinggi. Kecemasan orang tua ni harus dikurangi dengan edukasi
yang efektif.
pemahaman yang kuat dari pengetahuan, sikap dan sumber informasi terhadap
DTP Puskesmas Bayah, data yang di peroleh dari medical record (rekam
medis) Daerah DTP Puskesmas Bayah, kasus balita kejang demam tercatat
pada tahun 2013 sebanyak 69 orang (4,21%) dari 1.638 anak yang dirawat di
DTP Puskesmas Bayah, dan pada tahun 2014 sebanyak 90 orang (4,28%) dari
2.102 anak yang dirawat di DTP Puskesmas Bayah, sedangkan pada tahun
6
2015 tercatat sebanyak 90 orang (5,02%) dari 1.791 anak yang dirawat di
RSUD. Dr. M Yunus Bengkulu. Pada tahun 2016 tercatat sebanyak 76 orang
(6,30% ) dari 1.205 anak yang dirawat di DTP Puskesmas Bayah. Dan pada
tahun 2017 terhitung dari bulan Januari sampai Juni tercatat 47 kasus kejang
demam simplek pada anak di DTP Puskesmas Bayah. Sedangkan untuk kejang
terhadap tindakan ibu dalam penanganan awal kejang demam simpleks di DTP
tindakan ibu dalam penanganan awal kejang demam simpleks pada balita
simpleks di DTP Puskesmas Bayah dan sasaran penelitian ini adalah semua
ibu yang memiliki anak balita kejang demam simpleks. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Mei sampai Juni. Penelitian ini merupakan penelitian
pada beberapa populasi yang diamati dalam waktu yang sama. Dimana
9
Aziz Alimul hidayat, 2013. Metodologi penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta :
Salemba Medika.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Balita
a. Pengertian Balita
Balita adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir yang
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai
b. Tumbuh Kembang
1) Pengertian
10
Maryunani, Anik, 2010. Ilmu Kesehatan Anakdalam Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media
11
Waryana, 2010. Asuhan Keperawatan Anak dan Noenatus. Jakarta : Salemba Medika
11
Sukarmin, dkk. 2009. Asuhan Kepertawatan pada Anak.Yogyakarta: Nuha Medika.
9
10
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
13
Op cit
11
disekitarnya.
(a) Fisik : Berat badan menjadi dua kali dari berat lahir,
ada di sekitarnaya.
(a) Fisik : Berat badan 3 kali berat badan waktu lahir, gigi
kertas.
membeda-bedakan bentuk.
namanya sendiri.
1) Umur 15 bulan
benda.
2) Umur 18 Bulan
menarik-narik mainan.
3) Umur 24 bulan
4) Umur 36 bulan
1) Usia 4 tahun
kepala.
2) Usia 5 tahun
alat bermain.
3) Pertumbuhan
a) Faktor Genetik
suku bangsa/ras14.
b) Faktor Lingkungan
14
Sukarmin, dkk. 2009. Asuhan Kepertawatan pada Anak.Yogyakarta : Nuha Medika.
17
pencegahanya.
d) Sintesa
Sintesa balita yaitu dimana pada masa ini balita masih rentan
kepala.
15
Ibid.
16
Ibid.
18
a. Pengertian
penyebab kejang yang kerap terjadi pada anak, khususnya pada anak
cepat19.
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 380C) yang disebabkan
17
M.Sholeh, DKK, 2010. Buku Ajar Noenatologi. Jakarta : IDAI
18
Sukarmin, dkk. 2009. Asuhan Kepertawatan pada Anak.Yogyakarta : Nuha Medika.
19
Sofwan, Rudianto, 2011. Kejang pada Anak. Jakarta : BIP.
20
Ari Setiawan, dkk, 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika
19
demam tipe ini merupakan 80% dari seluruh kasus kejang demam21.
sering terjadi pada anak (sekitar 80% dari seluruh kejang demam).
21
M.Sholeh, DKK, 2010. Buku Ajar Noenatologi. Jakarta : IDAI
22
ibid
23
Sukarmin, dkk. 2009. Asuhan Kepertawatan pada Anak.Yogyakarta : Nuha Medika.
20
limfogen25.
bagian tubuh yang lain seperti otot, kulit sehingga terjadi peningkatan
kontraksi otot.
dari luar sel menuju ke dalam sel. Peristiwa inilah yang diduga dapat
24
Sofwan, Rudianto, 2011. Kejang pada Anak. Jakarta : BIP.
25
Sukarmin, dkk. 2009. Op cit
21
kejang.
terhadap injuri dan kelangsungan jalan nafas oleh penutupan lidah dan
spesma bronkus.
Peningkatan masukan ion natrium, ion kalium kedalam sel neuron dengan capat
Penurunan respon rangsangan dari luar spesma otot mulut, lidah. Bronkus
e. Manifestasi Klinik
adalah27 :
26
Sukarmin, dkk. 2009. Asuhan Kepertawatan pada Anak.Yogyakarta : Nuha Medika.
27
Ibit
22
c) Kejang bersifat umum (tidak pada satu bagian tubuh seperti pada
ada kelainan.
f. Prognosis
kasus dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama
atau kejang berulang baik umum atau kejang berulang baik umum atau
g. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium
(5) Septick work up : kultur atau uji kepekaan kuman (jika dicurigai
infeksi).
28
Munasir, dkk, 2011. Kumpulan Tips Pediatri. Jakarta : IDAI.
29
M.Sholeh, DKK, 2010. Buku Ajar Noenatologi. Jakarta : IDAI
24
c) Pencitraan
parenkim otak.
d) Pemeriksaan lain
h. Penatalaksanaan Medis
2) Jaga sekeliling anak dan jauhkan dari benda yang dapat melukai atau
sesuai berat badan anak. Jika berat anak kuarng dari 10 Kg, berikan
dosis sebanyak 5 Mg, tetapi jika berat anak lebih dari 10 kg, berikan
dosis 10 Mg.
suhu tubuh.
7) Jika kejang baru pertamakali terjadi pada anak, segera bawa anak ke
30
Sofwan, Rudianto, 2011. Kejang pada Anak. Jakarta : BIP.
26
lanjut. Dan, jika kejang terjadi karna demam, orang tua bisa sedikit
50 mg persuntikan.
atau trakeostomi.
31
Sukarmin, dkk. 2009. Asuhan Kepertawatan pada Anak.Yogyakarta : Nuha Medika.
27
3 Bulan 5 140-160
6 Bulan 7 135-155
9 Bulan 8 124-145
1 Tahun 9 120-135
2 Tahun 11 110-120
4 Tahun 16 100-110
6 Tahun 20 85-100
10 Tahun 28 70-85
14 tahun 35 50-60
ketiak, leher, lipatan paha, sera area pembulu darah yang besar
yang lain dengan cara menaikan tempat tidur bagian kepala lebih
demam.
i. Penatalaksanaan Di Rumah
munculnya, maka orang tua atau pengasuh anak perlu diberi bekal
aman seperti dilantai yang diberi alas lunak tapi tipis, jauhkan dari
takut lidah anak menekuk atau tergigit makaberi tong spatel yang
dibungkus dengan kasa atau kain, kalau tidak ada bisa diberikan
32
Sukarmin, dkk. 2009. Asuhan Kepertawatan pada Anak.Yogyakarta : Nuha Medika.
30
3) Ventilasi ruang harus cukup. Jendela dan pintu harus dibuka agar
Mg untuk berat badan kurang dari 10 Kg, kalau berat badan lebih
1) Pengkajian
a) Riwayat penyakit
b) Pengkajian Fungsional
kejang yang dialami anak tidak terlalu sering terjadi atau masih
33
Sukarmin, dkk. 2009. Asuhan Kepertawatan pada Anak.Yogyakarta : Nuha Medika.
32
Pada Balita
a. Tindakan
1) Pengertian Tindakan
a. Presepsi
b. Respon terpimpin
c. Mekanisme
33
d. Adopsi
2) Sintesa Tindakan
b. Pendidkan
1) Pengertian
34
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta.
34
pelatihan.
educate (mendidik) artinya memberi peningkatan (to elicit, to give rise to),
35
Mclood Raymond, 2006. System informasi manajemen. Jakarta . PT Prenhallindo.
35
2) Sintesis Pendidikan
pemahaman yang baik terhadap kesehatan keluarga dan anaknya ibu yang
penurun panas.
c. Sikap
1) Pengertian Sikap
itu berbeda satu sama lain. Sikap sebagai suatu kesiapan mental atau
atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang
36
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ikmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
36
bertindak sesuai dengan sikap terhadap obyek tersebut. Jadi attitude itu
hal. Attitude itu senantiasa terarahkan terhadap suatu hal, suatu obyek.
Tidak ada attitude tidak ada obyeknya. Sikap merupakan reaksi yang
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. sikap
suatu perilaku.38
37
Azwar, S.2010. Sikap Manusia teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka. Pelajar
38
Notoatmodjo,s. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
39
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka.
37
tersendiri.
2) Komponen Sikap
objek
objek
a. Pengalaman pribadi
40
Notoatmodjo,s. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
41
Azwar, S.2010. Sikap Manusia teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka. Pelajar
38
lama membekas.
penting tersebut.
c. Pengaruh Kebudayaan
berbagai masalah.
d. Media Massa
39
sikap.
f. Faktor Emosional
yang sementara dan segera berlalu begitu frustrasi telah hilang akan
1. Faktor internal
dari luar.
2. Faktor eksternal
Yaitu faktor yang terdapat dari luar manusia itu sendiri.Faktor ini
42
Maulana HDJ.2008. Promosi Kesehatan.Jakarta: EGC.
41
faktor, yaitu43:
sikap.
4) Karakteristik Sikap
43
Dayakisni, T. & Hudaniah.(2009). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.
44
Dayakisni, T. & Hudaniah.(2009). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press
42
5) Dimensi Sikap
1. Dimensi arah
Sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu apakah setuju atau
2. Dimensi Intensitas
3. Dimensi keluasan
45
Azwar, S, 2009, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Jakarta : Pustaka Pelajar.
43
mengenai asfek yang sedikit dan sangat sfesifik akan tetapi dapat
pula mencakup banyak sekali asfek yang ada pada objek sikap.
4. Dimensi Konsistensi
5. Dimensi Spontanitas
6) Kategori Sikap
46
Ibid Azwar, 2007
44
DNA.
individu tersebut.
7) Ciri-ciri Sikap
47
Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori.(2005). Psikologi Remaja. Perkembangan Peserta
Didik. PT Bumi Aksara.
48
Sunaryo. 2006. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
45
8) Konsistensi sikap
sikap.49
adanya indikasi hubungan yang kuat antara sikap dan perilaku dan
49
Ali, DKK. (2006). Psikologi Remaja. Perkembangan Peserta Didik. PT Bumi Aksara
46
1. Postulat konsisten
itu, sejauh mana waktu ke waktu dan dari satu situasi ke situasi
laninnya.
9) Indikator Sikap
a) Menerima (Receiving)
b) Merespons (Responding)
c) Menghargai (Valuing)
50
Notoatmodjo,s. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
48
d. Sumber Informasi
1) Pengertian
bagi si penerima, dengan kata lain informasi dating dari data yang akan
data yang telah diolah menjadi bentuk yang memiliki arti bagi
mendatang.51
51
Mclood Raymond, 2006. System informasi manajemen. Jakarta . PT Prenhallindo.
52
Notoatmodjo,s. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
49
Ibu yang memili sumber informasi yang baik akan lebih tanggap
sehat.
suhu saat anak demam, memberikan obat penurun panas saat anak
kejang demam.
Ibu yang memili sumber informasi yang baik akan lebih tanggap
BAB III
Faktor predisposisi
1. Pendidikan
2. Sikap
3. Pekerjaan
4. Agama
Faktor pemungkin
Tindakan ibu dalam
1. Sarana atau prasarana penanganan awal kejang
2. Sumber informasi demam simpleks pada
3. Fasilitas balita
Faktor penguat
1. Petugas
kesehatan
2. Keluarga
53
Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Statistik. Jakarta : Rineka Cipta
51
52
Pada kerangka konsep ini terdiri variabel bebas dan variabel terikat.
54
Alimul Hidayat, Aziz. 2013. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta
: Salemba Medika.
53
X1
X2
X3
Kerangka analisa penanganan awal kejang demam simpleks pada balita keterangan
balita.
X2 : Sikap ibu terhadap tindakan ibu dalam penanganan awal kejang demam
Definisi oprasional setiap masing-masing variabel akan disajikan pada tabel berikut ini :
No Veriabel Definisi Konsep Definisi operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
1 Tindakan Setelah seseorang mengetahui stimulus, Tindakan ibu terhadap Kuesioner Berdasarkan jawaban 1. Baik jika nilai ≥ mean (18) Ordinal
kemudian mengadakan penilaian atau stimulus dari yang responden pada 2. Kurang jika nilai jawaban <
pendapat terhadap apa yang telah diketahui untuk pertanyaan no 1-10 mean (18)
diketahui untuk dilaksanakan atau dilaksanakan.
diperaktekan.
2 Pengetahua Tingkat pengetahuan responden Tingkat Kuesioner Berdasarkan jawaban 1. Pendidikan tinggi (SMA, Ordinal
n sampai saat dilakukan penelitian pengetahuanresponden responden tingakat Perguruan tinggi)
sampai saat dilakukan pengetahuan 2. Pendidikan rendah (tidak
penelitian sekolah, SD, SMP)benarkan
3 Sikap Tanggapan ibu terhadap penanganan Tanggapan ibu terhadap Kuesioner Berdasarkan jawaban 1. Baik jika nilai jawaban ≥ Ordinal
awal kejang demam simpleks penanganan awal kejang responden pada mean (37)
demam simpleks pertanyaan no 11-20 2. Kurang jika nilai jawaban
< mean (37)
4 Sumber Suatu media untuk mendapatkan Suatu media untuk Kuesioner Berdasarkan jawaban 1. Jika sumber informasinya Nominal
informasi informasi atau berita penting tentang memberikan informasi responden pada baik ≥ maen (20)
penanganan awal kejang demam atau berita penting tentang pertanyaan no 21-33 2. Jika Sumber informasinya
kurang < maen (20)
simpleks penanganan awal kejang
demam simpleks
55
A. Hipotesis
awal kejang demam simpleks pada balita di DTP Puskesmas tahun 2017.
BAB IV
METODE PENELITIAN
sectional yaitu suatu penelitian pada beberapa populasi yang diamati dalam waktu yang
sama. Yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan sumber
informasi terhadap tindakan ibu dalam penanganan awal kejang demam simpleks di DTP
Pekerjaan, Sumber Informasi dan variabel dependent adalah Tindakan ibu dalam
4.2.1 Tempat
4.2.2 Waktu
4.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk
55
Aziz Alimul hidayat, 2013. Metodologi penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta : Salemba
Medika.
56
Sugiyono. 2014. Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis Dan Disertasi. Bandung : Alfabeta.
57
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak balita
kejang demam simpleks di DTP Puskesmas Bayah dari bulan Mei sampai Juni
4.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi57. Maka sampel dari penelitian ini adalah
ibu yang memiliki anak balita kejang demam simpleks di DTP Puskesmas Bayah
dari bulan Mei sampai Juni Tahun 2017 yang berjumlah 47 ibu.
Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampling jenuh atau total
populasi yang termasuk dalam non probability sampling, cara pengambilan sampel ini
adalah dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel. Cara ini dilakukan
bila populasinya kecil58. Sampel dalam penelitian ini di ambil dari keseluruhan jumlah ibu
yang memiliki anak balita kejang demam simpleks di DTP Puskesmas Bayah dari bulan
Mei sampai Juni Tahun 2017. Pada penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 47 ibu.
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur variabel yang
diteliti59. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer. Data
primer yaitu data yang diperoleh secara langusung dari responden. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner. Kuesiner hubungan pendidikan, pekerjaan,
sikap masing-masing terdiri dari 10 butir pertanyaan, sumber informasi terdiri dari 13
57
Elfindri, Dkk. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Baduose Medika Jakarta.
58
Aziz Alimul hidayat, 2013. Metodologi penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta : Salemba
Medika
59
Sugiyono. 2014. Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis Dan Disertasi. Bandung : Alfabeta
58
tanda checklist ( √ ) satu diantara alternatif jawaban. Pada variabel pengetahuan dan
variabel sumber informasi menggunakan skala sederhana, skala sederhana (simple attitude
skale) yang menggunakan skala nominal dengan pilihan jawaban : ya dan tidak.60 Pada
variabel sikap pemberian skor dalam kuesioner ini menggunakan model skala Likert. Skala
ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang tentang gejala atau
masalah yang ada dimasyarakat atau yang dialaminya. Beberapa bentuk jawaban
pertanyaan dan pernyataan yang masuk dalam kategori skala likert adalah sebagai
berikut.61 :
Sangat Setuju 5 1
Seteju 4 2
Ragu-ragu 3 3
Tidak setuju 2 4
60
Ruslan, Rosadi. 2010. Metode Penelitian. Jakrta : Rajawai pers.
61
Aziz Alimul hidayat, 2013. Metodologi penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta : Salemba
Medika.
59
penelitian ini :
a. Responden adalah ibu yang memiliki anak balita kejang demam simpleks di
b. Responden dalam keadaaan sehat, sadar, dan dapat membaca serta bersedia
menjadi responden.
a. Responden bukan ibu yang memiliki anak balita kejang demam simpleks di
DTP Puskesmas Bayah dari bulan Mei sampai Juni Tahun 2017.
digunakan untuk mengumpulkan data. Kuesioner perlu melalui tahap uji validitas
62
ibid
63
Aziz Alimul hidayat, 2013. Metodologi penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta : Salemba
Medika.
60
dan reliabilitas. Untuk itu, maka perlu dilakukan uji coba dilapangan. Responden
penelitian akan dilaksanakan. Uji coba kuisioner dilakukan peneliti pada 20 ibu
a. Validitas
butir pertanyaan atau pernyataan dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel
demikian sebaliknya jika nilai r hitungnya < r tabel berarti tidak valid.64 Untuk
64
Aziz Alimul hidayat, 2013. Metodologi penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta : Salemba
Medika.
61
simpleks.
b. Reliabilitas
apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak65. Reliabilitas adalah suatu ukuran
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan
alat ukur yang sama. Kuesioner dikatakan reliabel jika kuesiner tersebut
65
Aziz Alimul hidayat, 2013. Metodologi penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta : Salemba
Medika.
63
reliabilitas dilihat dari Cronbach’ Alpha. Jika r Alpha > r tabel maka pertanyaan
tersebut reliabel.
data agar data yang akan dikumpulkan dapat dijamin kebenarannya, keutuhannya,
kejadian kejang demam simpleks pada balita di RSUD Dr. M Yunus. Sehingga
tindakan ibu dalam penanganan awal kejang demam simpleks di Puskesmas DTP
a. Membuat surat permohonan izin pengambilan data dan izin penelitian di DTP
b. Mengajukan izin penelitian kepada Kepala Puskesmas DTP Bayah Tahun 2017
ini.
e. Responden diberi kuesioner untuk diisi sesuai dengan petunjuk yang telah
dan apabila ada pertanyaan yang kurang dimengerti dapat ditanyakan kepada
peneliti.
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau
kuesioner apakah jawaban yang ada dikuesioner sudah jelas, lengkap, relevan. Bila
terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam pengumpulan data, diperiksa, diperbaiki, dan
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang
terdiri atas beberapa kategori. Kegunaan dari coding adalah untuk mempermudah pada
saat analisa data dan juga mempercepat pada saat entri data. Pengkodian pada variabel
1) Tindakan
Baik :1
Kurang :2
2) Pendidikan
65
Tinggi :1
Rendah :2
3) Pekerjaan
Bekerja :1
Tidak bekerja :2
4) Sikap
Baik :1
Kurang baik :2
5) Sumber informasi
Baik :1
Kurang baik :2
Entri data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master
d. Checking
Pengecekan kembali data yang sudah di entri atau diproses untuk memastikan tidak
ada kesalahan.
e. Cleaning
sekiranya tidak diperlukan. Dalam tahap ini dilakukan pengecekan kembali data yang
sudah di entri atau diproses apakah ada terdapat kesalahan atau tidak. Kesalahan
Pada analisis data univariat data yang telah diperoleh dari hasil
akan menyajikan hasil pengolahan dan analisis pengetahuan, sikap dan sumber
informasi terhadap tindakan ibu dalam bentuk tabel distribusi frekuensi Analisis
𝐹
𝑃= 𝑋 100%
𝑛
Keterangan :
benar
diketahui maknanya secara statistik. Uji statistik yang digunakan adalah uji
∑(0−𝐸) 2
𝑥2 =
𝐸
Keterangan :
X2 = Statistik Chi-Square
∑ = Jumlah
Jika P Value > 0,05 maka H0 ditolak artinya tidak ada hubungan antara
4.11.1 Naratif
menggunakan tulisan66.
4.11.2 Tabel
angka dalam bentuk tabel, seperti tabel distribusi frekuensi, disusun dalam baris
4.12 Intrepretasi
66
Prasetyo, Bambang, Dkk. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Pt. Grafindo Persada
68
pemahaman terhadap hasil penelitian. Berdasarkan teori yang ada di ungkapkan untuk
melihat hubungan pengetahuan, sikap dan sumber informasi terhadap tindakan ibu dalam
penanganan awal kejang demam simplek pada balita di DTP Puskesmas Bayah Tahun
2017.