Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

Kehidupan pada masa neonatus sangat rawan karena


memerlukan penyesuaian fisiologis agar bayi di luar kandungan dapat
hidup sebaik-baiknya. Peralihan kehidupan dari intrauterin ke
ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faali.
Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan
gangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali yang
disebabkan oleh prematuritas, kelainan anatomik dan lingkungan yang
kurang baik dalam kandungan, baik dalam proses persalinan maupun
sesudah lahir.

Bayi yang dilahirkan dalam keadaan berat badan lahir rendah


(BBLR) merupakan hal yang tidak menyulitkan bila kelahirannya
sesuai dengan masa gestasi karena memiliki struktur anatomik dan
fungsi tubuh yang sama dengan bayi yang dilahirkan dengan berat
badan yang normal tetapi mereka tetap memiliki kerentanan terhadap
infeksi jauh lebih rendah daripada bayi yang dilahirkan dengan berat
badan yang normal.
BBLR apabila tidak diberikan penanganan yang serius akan
berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan anak
selanjutnya bahkan hal yang fatal adalah dapat menyebabkan
kematian. Maka dalam hal ini penulis akan membahas tentang
BBLR.

I. DEFINISI
A. Pengertian BBLR
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang berat badannya
kurang dari 2500 gram pada saat lahir.
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan
masa gestasi ( Donna L Wong 2000).
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa berat
badan lahir rendah adalah bayi yang dilahirkan dengan berat badan
kurang dari 2500 gram dapat sesuai dengan masa kehamilan, masa
gestasi yang diperpendek, maupun pertumbuhan intrauterus yang
kurang diharapkan.
B. Klasifikasi BBLR
Menurut Rosa Sacharin (2000) bayi berat badan lahir rendah
(BBLR) dapat di klasifikasikan menjadi dua yaitu :
a. Bayi Lahir Kecil Kurang Bulan ( Prematuritas )
Bayi lahir hidup, dilahirkan sebelum 37 minggu dari hari pertama
menstruasi terakhir.
b. Bayi Lahir Kecil Untuk Masa Kehamilan ( Dismaturitas )
Bayi dengan berat 2500 gram atau kurang saat lahir dianggap
sebagai mengalami masa gestasi yang diperpendek, maupun
pertumbuhan intra-uterus kurang dari yang diharapkan, atau
keduanya.
C. Etiologi BBLR
1. Faktor host (penjamu)
a. Kemampuan kemotaksis leukosit belum sempurna.
b. Kemampuan fagositosis dan digesti leukosit belum
sempurna.
c. Komplemen serum dan aktifitas opsonisasi masih rendah.
d. Kemampuan detoksifikasi endotoksin rendah.
e. Kadar IgA dan IgM rendah.
f. Imunitas seluler masih belum sempurna.
g. Refleks muntah dan menghisap belum sempurna.
h. Luka tali pusat (belum sembuh).
i. Kulit BBL tipis dan mudah lecet.
j. Trauma lahir.
k. Manipulasi dan tindakan invasif pada BBL.
l. Nutrisi parenteral.
m. Asfiksia neonatorum.
n. Bayi laki-laki.
o. Bayi dengan ibu DM.
2. faktor agen.
Streptococcus group B (SGB) dan bkteri enteric dari saluran
kelamin ibu, bakteri, virus, jamur dan protozoa, infeksi dari candida
dan stafilococus koangulase-negatif (CONS).

3. Faktor environment (lingkungan).


a. Faktor predisposisi ibu.
1) KPSW.
2) Partus lama.
3) Infeksi peripartum.
4) Infeksi intrapartum.
5) Perawatan antenatal yang tidak baik.
b. Faktor lingkungan pascanatal.
1) Lingkungan perawatan bayi yang tidak baik.
2) Manipulasi pemeriksaan.
3) Tindakan invasif.
4) Kesadaran dan tindakan petugas yang kurang baik.
5) Pemberian minum bayi dengan formula.
D. Manifestasi Klinik BBLR
a. Gejala umum : Bayi tampak tidak sehat, tidak mau minum,
suhu labil biasanya hipotermi dan jarang hipertermia,
pengerasan tubuh mulai dari ekstremitas bawah.
b. Gejala susunan saraf pusat : Letargi, iritabel, kejang, ubun-
ubun menonjol, hipotermi, hipertermi, refleks primitif
menghilang.
c. Gejala saluran pernafasan : dispnoe, takipneu, apneu dan
sianosis.
d. Gejala sistem kardiovaskuler : Takikardi, hipotensi, edema,
dehidrasi, sianosis.
e. Gejala gastrointestinal : Muntah, diare, hepatomegali, perut
kembung / distensi abdomen, feses berdarah.
f. Gejala hematologis : Ikterus, pucat, ptekiae, ekimosis,
purpura, perdarahan difus, splenomegali.
g. Gejala kulit : ikterus, pucat, sianosis, perdarahan.
E. Patofisiologi
Bayi berat badan rendah adalah bayi dengan berat badan kurang
dari 2500 gram pada waktu lahir. Secara umum penyebab dari bayi
berat badan lahir rendah dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain
gizi saat hamil yang kurang dengan umur kurang dari 20 tahun atau
diatas 35 tahun,jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan
terlalu berat, penyakit menahun ibu ; hipertensi, jantung, gangguan
pembuluh darah, perokok.
BBLR biasanya disebabkan juga oleh hamil yang hidramnion, hamil
ganda, perdarahan, cacat bawaan, infeksi dalam rahim. Hal ini akan
menyebabkan bayi lahir dengan berat 2500 gram dengan panjang
kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30cm, kepala lebih besar,
kulit tipis/transparan, rambut lanugo banayak,lemak kurang, otot
hipotonik lemah, pernafasan tidak teratur dapat terjadi apnea biasanya
terjadi pada umur kehamilan 37 minggu.
Kemungkinan yang terjadi pada BBLR adalah sindrom aspirasi
mekonium, asfiksia neonatorum, syndrome distress respirasi, penyakit
membrane hialin,dismatur preterm terutama bila masa gestasinya
kurang dari 35 minggu, hiperbilirubinemia, perdarahan ventrikel otak,
hipotermia, hipoglikemia, hipokalsemia, anemia, gangguan pembekuan
darah, infeksi, retrolental fibroplasias, bronchopulmonary dysplasia dan
malformasi konginetal.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Didapatkan dari biakan darah biasanya ditemukan kuman (+).
2. Adanya leukositosis (> 24 000/mm3) atau leukopeni (< 3000/mm3).
3. Ditemukan anemia.
4. Trombositopenia (< 100 000/mm3).
5. Laju endap darah meninggi.
6. Toraks foto menunjukan adanya pneumonia.
7. Pemeriksaan terhadap igM dan igA dapat menunjang adanya
infeksi antenatal, tetapi tidak spesifik.
8. Adanya riwayat selama kehamilan, persalinan misalnya infeksi ibu
selama kehamilan atau saat persalinan, umur kehamilan / berat
badan lahir, kelahiran banyak, lama robekan membran, persalinan
dengan penyulit, takikardia janin (distress).

G. Dampak BBLR Terhadap Sistem Tubuh


1. Sistem pernafasan
Pada BBLR organ-organ pernafasan belum matang menyebabkan
pengembangan paru kurang adekuat, otot-otot pernafasan masih
lemah dan pusat pernafasan belum berkembang, kurangnya zat
surfaktan dapat mengurangi tegangan pada permukaan paru.
Anatomi dari organ pernafasan yang belum matang menyebabkan
ritme dari pernafasan tidak teratur seringkali ditemukan apneu dan
sianosis. Kecepatan pernafasan bervariasi mencapai 60 sampai 80
kali per menit berangsur menurun mendekati 34 sampai 36 per
menit.
2. Sistem pengaturan suhu tubuh
BBLR cenderung memiliki suhu tubuh yang subnormal, hal ini
disebabkan oleh produksi panas yang buruk , peningkatan
kehilangan panas, kegagalan untuk menghasilkan panas yang
adekuat karena tidak adanya brown fat, pernafasan yang lemah
dan pembakaran oksigen yang buruk, aktivitas otot-otot yang
buruk dan masukan makanan yang rendah. Kehilangan panas
dapat disebabkan adanya permukaan tubuh yang relatif lebih luas
dan tidak adanya jaringan lemak subkutan.
3. Sistem sirkulasi
Pada BBLR jantung biasanya relatif kecil saat lahir sehingga
kerjanya lambat dan lemah, sirkulasi perifer seringkali buruk dan
dinding pembuluh darah juga lemah. Tekanan darah rendah,
penurunan tersebut sesuai dengan menurunnya berat badan.
Tekanan sistolik dapat mencapai 45 sampai 60 mmhg, tekanan
diastolik secara proporsional rendah bervariasi dari 30 sampai 45
mmhg. Frekuensi nadi bervariasi antara 100 dan 160 kali per menit,
cenderung terjadi aritmia.
4. Sistem pencernaan
Hal paling menonjol dalam sistem pencernaan ini yaitu kelemahan
refleks bayi dalam menghisap dan menelan sehingga pemenuhan
minum tidak efektif dan regurgitasi sering terjadi. Lipatan mukosa,
glandula sekretori, otot lambung kurang berkembang, otot usus
yang masih lemah sering menimbulkan distensi dan retensi bahan
yang dicerna. Hepar yang relatif kecil kurang berkembang
merupakan predisposisi terjadinya ikterus akibat ketidakmampuan
melakukan konjugasi bilirubin.
5. Sistem urinarius
BBLR sering mengalami gangguan keseimbangan air dan elektrolit
disebabkan penurunan kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasi
urine sedikit akibat filtrasi glomerulus yang menurun, kliren urea
dan bahan yang terlarut rendah.
6. Sistem persarafan
Perkembangan susunan saraf sebagian tergantung pada derajat
maturitas, bayi menjadi lemah, lebih sulit untuk dibangunkan dan
mempunyai tangisan yang lemah. Refleks seperti refleks moro dan
tonik neck ditemukan, tetapi refleks tendon bervariasi.
7. Sistem muskuloskeletal
Semakin rendah masa gestasi memungkinkan bayi kurang aktif,
bila kondisi umum baik bayi terkecil pun akan memperlihatkan
adanya aktivitas dari otot terutama jika tidak dibatasi oleh pakaian.
8. Sistem genitalia
Pada wanita labia minora tidak ditutupi oleh labia mayora hingga
aterm sedangkan pada laki-laki testis terdapat dalam abdomen,
kanalis inguinalis atau dalam skrotum.
9. Sistem imunologi
BBLR sangat mudah mengalami infeksi, akibat kedua
imunoglobulin yang masih rendah, aktifitas bakterisidal, neutrofil
serta efek sitotoksik limfosit masih rendah.
H. Penatalaksanaan BBLR
a. Merawat bayi di ruang isolasi / inkubator.
b. Mempertahankan suhu tubuh optimal (36,5 ºC– 37,5º C).
c. Mempertahankan oksigenasi yang adekuat (Sianosis, sesak,
berikan 02 sungkup, nasal prong jika sesak / distress, jika
saturasi 02 < 90 berikan CPAP jika ada indikasi ventilasi
mekanik).
d. Mengatur posisi bayi.
e. Pemeriksaan / tindakan harus aseptik / antiseptik.
f. Petugas harus memakai pakaian khusus dan cuci tangan
sebelum dan sesudah pegang / periksa bayi.
g. Memperbaiki keadaan umum termasuk koreksi hipotensi, tanda-
tanda syok, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
h. Pemberian antibiotik.
i. Jika ada kejang berikan obat anti kejang.
j. Bila ada indikasi dapat diberikan tranfusi darah.
I. Komplikasi BBLR
a. BBLR kurang bulan sesuai masa kehamilan, komplikasi yang
dapat terjadi :
1. Asfiksia perinatal
2. Susunan Syaraf pusat
3. Komplikasi pada saluran pernafasan
4. Termoregulasi dan sumber panas
5. Komplikasi pada kardiovaskuler
6. Komplikasi saluran pencernaan
7. Metabolisme
8. Komplikasi hematologis
9. Imunologis
10. Komplikasi / penyakit pada ginjal
11. Ophtalmologis
b. BBLR cukup bulan kecil masa kehamilan dapat terjadi
komplikasi:
1. Depresi perinatal
2. Aspirasi mekonium
3. Perdarahan paru
4. Hipertensi paru-paru persisten (HPP)
5. Hipoksemia
6. Hipoglikemia
7. Hipokalsemia
8. Hiponatremi
9. Polisitemia
J. Karakteristik BBLR dan Dampak Hospitalisasi
1. Karakteristik BBLR
Proporsi bentuk tubuh yang relatif lebih kecil mempunyai
sedikit perbedaan dengan bayi lain baik bentuk maupun fungsi
tubuhnya, seperti bentuk organ pernafasan yang lebih kecil
biasanya fungsi pernafasan mengalami hambatan, organ cerna
masih lemah seperti halnya refleks menelan menyebabkan
hambatan dalam pemenuhan nutrisi.

a. kulit yang tipis, kering berlipat-lipat dan keriput seperti orang


tua.
b. Abdomen tampak cekung atau rata.
c. Jaringan lemak bawah kulit sedikit.
d. Tali pusat tipis, lembek dan berwarna kehijauan.
e. pergerakan terbatas dapat menangis kuat.
f. Refleks ,menghisap dan menelan lemah.
g. Respon sosial lemah bayi tampak letargi.
Meskipun lebih mudah hidup di luar rahim tetap mereka
lebih peka terhadap infeksi dan hipotermi dibandingkan bayi matur
dengan berat badan normal.
2. Dampak hospitalisasi
a. Pengertian
Hospitalisasi adalah suatu proses karena suatu alasan yang
berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di
rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangannya kembali ke rumah. (Yupi Supatini, 2001: 188).

b. Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi (0 Sampai 1


Tahun)
Pada masa bayi ini masalah utama yang terjadi adalah
dampak dari perpisahan dengan orang tua sehingga ada
gangguan pembentukan rasa percaya diri dan kasih sayang.
Apabila bayi ditinggalkan ibunya akan merasakan cemas
ditunjukan dengan menangis kuat karena perpisahan. Respon
terhadap nyeri atau adanya perlukaan biasanya dengan
menangis keras, pergerakan tubuh yang banyak dan ekspresi
wajah yang tidak menyenangkan.
K. Pencegahan BBLR
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif
adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :

1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4


kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda.
Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah
melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk
pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan
perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga
kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun
umur reproduksi sehat (20-34 tahun)
4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar
mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan
antenatal dan status gizi ibu selama hamil

II. PENGKAJIAN
Pengumpulan data
1) Biodata
a) Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, tanggal lahir dan jam serta umur dan
diagnosa medis.
b) Orang tua klien
Biodata orang tua ini terdiri dari biodata ayah dan ibu klien
meliputi :Nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,
alamat dan pendidikan.
c) Riwayat kesehatan
 Keluhan utama
Keluhan utama yang muncul pada BBLR diantaranya bayi kecil,
tidak aktif, sulit menetek, malas menetek.
 Riwayat kesehatan sekarang
Dikembangkan dari keluhan utama dengan menggunakan :
P ( paliatif / provokatif ) merupakan faktor yang memperingan dan
memperberat keluhan utama yang meliputi umur kehamilan, berat
badan bayi saat lahir, penyakit yang pernah diderita ibu sehingga
menimbulkan bayi lahir prematur atau BBLR.
Q ( quality ) hal-hal yang menyebabkan bayi mau menetek dan
malas menetek pada keadaan prematur dan BBLR.
R ( region / radian ) mengkaji refleks hisap bayi ada atau tidak,
serta ditunjang oleh refleks menelan ada atau tidak ada, biasanya
pada bayi prematur seringkali tidak didapatkan refleks hisap
maupun menelan.

S ( skala ) mengkaji adanya refleks hisap dan menelan, seberapa


kuat refleks hisap dan menelan pada bayi prematur dan BBLR
tersebut.

T ( timing ) meliputi kemajuan atau penurunan dari keluhan utama


dari mulai munculnya keluhan saat dikaji.

 Riwayat kesehatan dahulu


(1) Riwayat prenatal
Meliputi kehamilan ibu yang keberapa, frekuensi
pemeriksaan kehamilan, imunisasi TT, konsumsi tablet Fe,
keluhan utama selama kehamilan, kebiasaan ibu tentang
obat-obatan, alkohol. Kenaikan BB selama kehamilan, jarak
kelahiran sebelumnya, tempat ibu memeriksakan
kehamilannya (tempat PNC ).

Kaji : Meliputi penyakit yang diderita ibu pada waktu hamil


misalnya toxamie gravidarum, perdarahan antepartun, trauma
fisik, DM, usia ibu pada waktu hamil dari 16 tahun atau lebih
dari 35 tahun, adanya gangguan psikologis dan keadaan
sosial ekonomi yang rendah. Apakah kehamilan kembar atau
hidramnion. Apakah pernah terpapar zat-zat beracun atau
terkena infeksi.

(2) Riwayat Intra Natal


Persalinan yang keberapa, jenis persalinan, umur kandungan,
penolong persalinan, lamanya, APGAR SCORE, lilitan tali
pusat serta komplikasi pada saat persalinan. Kaji adanya
infeksi dijalan lahir.

(3) Riwayat post Natal


Berat badan bayi saat lahir, tinggi badan, ukuran proporsi
kepala, lingkar dada, pengeluaran mekonium dalam 24 jam
pertama, riwayat asfiksia. refleks yang terdapat pada bayi
dengan umur 1 bulan seperti refleks menghisap, refleks
menelan, refleks rooting, grasping, babinsky dan refleks
lainnya yang umum terdapat pada bayi, perawatan bayi
segera setelah lahir, apakah segera diberi ASI, pengeluaran
mekonium dalam 24 jam pertama.

(4) Neonatal
Refleks yang terdapat pada bayi dengan umur 1 bulan seperti
refleks menghisap, refleks menelan, refleks rooting, grasping,
babyinski dan refleks lainnya yang terdapat pada bayi
umunya, pemberian ASI, imunisasi, aktivitas tumbuh
kembang, nutrisi, istirahat, eliminasi BAB dan BAK, personal
hygiene.

 Riwayat kesehatan keluarga


Mengkaji struktur internal membuat diagram struktur keluarga untuk
mengklarifikasi informasi yang berhubungan dengan komposisi
keluarga, aspek yang dikaji dalam struktur internal : Komposisi
dalam keluarga, siapa saja yang ada dalam keluarga, urutan
tingkatan, jenis kelamin. Selain itu riwayat kesehatan keluarga
dapat tergambar melalui ecomap yaitu mengkaji budaya keluarga :
pandangan hidup, bahasa yang digunakan, berapa lama keluarga
tersebut tinggal di daerah tersebut, kelompok suku tertentu yang
diikuti, latar belakang etnis yang mempengaruhi, agama, status
kelas sosial dan mobilitas lingkungan : rumah, tetangga, komunitas
keluarga besar : asal-usul keluarga dan saudara angkat, mengkaji
kemungkinan adanya perbedaan RH atau ABO incompability,
riwayat penyakit keturunan maupun menular yang sedang diderita
didalam keluarga inti, riwayat keluarga dengan kehamilan kembar
atau prematur, cara mengatasi kesehatan dalam keluarga, fungsi
penolong, fungsi ekspresif, komunikasi emosional, komunikasi
verbal, komunikasi sirkuler, penyelesaian masalah, peran,
pengawasan.

 Riwayat psikologis, sosial, spiritual dan keluarga


Secara psikologis orang tua yang mermiliki BBLR mengalami
kecemasan terhadap anaknya karena keadaan fisik yang kecil dan
berada dalam inkubator.
Spiritual ditunjukan pada harapan keluarga terhadap kesembuhan
dan kepercayaan keluarga mengenai keadaan yang diderita
anaknya.
Data sosial didapatkan dari interaksi keluarga klien antara anggota
keluarga, tetangga, keadaan lingkungan keluarga klien, peran dan
pekerjaan dari tiap-tiap anggota keluarga.
d) Pemeriksaan fisik
(1) Kepala dan leher
Bentuk kepala bulat, ukuran proporsi kepala biasanya lebih besar
daripada dada kira-kira 3 cm lebih besar dari pada lingkar dada),
lingkar kepala rata-rata dengan umur gestasi 32 minggu adalah 29
cm, ditemukan pemisahan antara fontanel dan garis sutura tampak
jelas dan tulang fontanel agak lunak, cekung dan belum menutup.
Keadaan rambut biasa, sedikit dan jarang. Muka warna kulit merah
muda, kaji adanya refleks rooting. Sklera mata warna putih dan
Konjuntiva tampak pucat dan refleks-refleks mata kurang
terangsang karena belum maturnya fungsi mata.. Kaji kebersihan
hidung, kelembaban mukosa hidung, kaji milia epitelia. Kaji refleks-
refleks pada mulut seperti sucking, rooting dan gag lemah, refleks
batuk biasanya tidak ada, kaji apakah ada lesi ataupun jamur,
ranula. Kaji tulang kartilago telinga, biasanya kurang berkembang,
keadaan lunak dan lembut ditumbuhi lanugo. Fleksibilitas kurang
baik. Pada leher ditemukan adanya refleks tonik neck, penurunan
refleks menelan (swallow refleks).

(2) Dada
Bentuk dada relatif kecil dibandingkan ukuran lingkaran kepala
tulang rusuk masih agak lemah. Pernafasan ditemukan ritme dan
dalamnya pernafasan cenderung tidak teratur, seringkali ditemukan
apneu, dalam keadaan ini timbul sianosis karena refleks batuk
belum ada, sehingga resiko untuk masuk cairan ke dalam paru
tinggi. Pada jantung dapat didengar suara murmur.

(3) Abdomen
Abdomen buncit atau kembung dan pembuluh darah tampak
terlihat, peristaltik usus dapat terdengar antara 9-30 x / menit,
tampak kuning dan perlu dilakukan palpasi hepar, karena relatif
besar, meski fliksura belum berkembang, bila bayi masih berumur
di bawah satu minggu kaji apakah tali pusat telah puput atau
belum.

(4) Punggung dan bokong


Lengkung sakral tampak jelas dan pengkajian diarahkan terhadap
adanya iritasi dan kemerahan, kulit tampak kuning, kaji bercak biru
Mongolia.

(5) Genitalia
Pada perempuan labia mayora dan klitoris kurang berkembang dan
tampak menonjol. Kaji kebersihannya, vulva tag dan sekret vagina.
Anus kaji apakah ada iritasi, lubang anus dan pengeluaran BAB.
Pola BAK biasanya didapatkan testis yang belum turun.

(6) Ekstremitas
Atas : Massa otot tidak ada, aktivitas lemah, refleks morro dan
strartle tidak ada keadaan letargi dan spastis.
Bawah : Massa dan kekuatan otot tidak ada, aktivitas lemah.
Refleks plantargraf tidak ada. Biasanya refleks tidak aktif, garis
tangan dari kaki sedikit, kuku tampak transparan dan tertutup
lanugo, perkembangan gerak kurang sempurna, ekstremitas
hipotonia, gerak refleks lemah.

Patway BBLR
III. ANALISA DATA
NO DATA SENJANG MASALAH ETIOLOGI

1 DS : - Hipotermi Jar. Lemak subkutan


lebih tipis
DO :

-Suhu normal 36-37°C


Kehilangan panas
-Tidak ada sianosis melalui kulit
-Ekstremitas hangat

Hipotermi

2 DS : - Resiko tinggi Fungsi organ-organ


infeksi yang belum baik
DO :

-Tidak ada peningkatan


suhu Penurunan daya tahan
tubuh
-Tidak ada tanda – tanda
infeksi

-Leukosit normal 5.000- Resiko tinggi infeksi


10.000

Fungsi organ-organ
DS : - Resti
3 yang belum baik
Perubahan
DO : nutrisi :
kurang dari
-Asupan nutrisi yang kebutuhan Reflek menelan belum
adekuat tubuh sempurna
-Reflek menelan kuat

-Peningkatan berat badan Resiko tinggi


Perubahan nutrisi :
kurang dari kebutuhan
tubuh

IV. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Hipotermi b.d kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh
subkutan.
2. Resiko tinggi infeksi b.d pertahanan imunologis yang kurang.
3. Resiko tinggi Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan mencerna nutrisi karena imaturitas dan atau
penyakit.
IV. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

HARI/ DX KEP / PERENCANAAN


NO
TANGGAL NO DX TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL

1. 1 1. Tupan : Klien mempertahankan 1. Kaji suhu dan sering periksa 1. Untuk mendeteksi adanya
suhu tubuh stabil. suhu rectal. hipotermia lebih awal
2. Tupen : Dalam waktu 2 x 24 jam
suhu tubuh normal dengan kriteria 2. Tempatkan bayi di dalam 2. Untuk mempertahankan suhu
Suhu aksila bayi tetap dalam inkubator. tubuh stabil
rentang normal untuk usia
pascakonsepsi. 3. Ganti pakaian atau linen 3. Menurunkan kehilangan panas
tempat tidur bila basah dan melalui evaporasi
pertahankan kepala bayi
tetap tertutup. 4. untuk mempertahankan suhu
kulit.
4. Atur unit sevokontrol atau
kontrol suhu udara sesuai 5. untuk memastikan euglikemia
kebutuhan.

5. Pantau glukosa darah


2. 2 1. Tupan : Klien tidak menunjukan 1. Pastikan bahwa setiap 1. Untuk mengurangi resiko
tanda-tanda infeksi nasokomial. pemberi perawatan mencuci infeksi
2. Tupen : Dalam waktu …x 24 tangan
jam Klien tidak menunjukan 2. Penggunaan alat steril dapat
tanda-tanda infeksi nasokomial 2. Pastikan bahwa semua alat mencegah INOS.
dengan kriteria tidak ada yang kontak dengan bayi
peningkatan suhu tubuh, leukosit sudah bersih dan steril. 3. Untuk mencegah terjadinya
normal penularan silang.
3. Isolasi bayi lain yang
mengalami infeksi sesuai 4. Pemberian antibiotic sesuai
kebijakan institusional. indikasi dapat menurunkan
leukosit.
4. Kolaborasi dalam
pemberian antibiotik sesuai
infeksi
3. 3 1. Tupan : Klien mendapatkan nutrisi 1. Pertahankan cairan 1. Asupan nutrisi yang adekuat
yang adekuat. parenteral atau nutrisi dapat meningkatkan BB.
2. Tupen : Dalam waktu …x 24 jam parenteral total sesuai
Klien mendapatkan nutrisi yang instruksi 2. Untuk menghindari aspirasi.
adekuat dengan kriteria
2. Kaji kesiapan klien untuk 3. Untuk mencegah nipple
menyusu pada payudara confusion dan memberikan
- Klien mendapat kalori dan ibu, khususnya kemampuan ASI eklusive.
nutrien esensial yang adekuat. untuk mengkoordinasikan
menelan dan pernafasan 4. Mencegah kurangnya asupan
- Klien menunjukan penambahan nutrisi pada bayi.
berat badan yang mantap 3. Susukan bayi pada
payudara ibu bila
pengisapan kuat serta
menelan dan refleks
muntah ada.

4. Gunakan pemberian makan


orogastrik bila bayi dalam
keadaan lemah.
V. DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. 2000. Petunjuk penulisan usulan penelitian dan tesis.


Yogyakarta: Program Universitas Gadjah Mada.
Nursalam, 2001, Proses dan Dokumentasi keperawatan konsep dan
Praktik,Jakarta. Salemba Medika.
Sukadi, Abdurachman. 2002. Diktat Kuliah Perinatologi. Bandung bagian
/SMF Ilmu Kesehatan Anak FKUP - RSHS .
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktek,
Jakarta : EGC.
Supartini, Yupi. 2001. Konsep Dasar keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Wong, Donna l. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi IV.


alih bahasa Monica Ester, Skp. Jakarta: EGC.
Mengetahui, Bandung, November 2017

Pembimbing Clinik Pembimbing Akademik

Anda mungkin juga menyukai