Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Persiapan Kolam Pemijahan

Kolam pemijahan dibuat terpisah dengan kolam penetasan dan perawatan

larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

mudah dalam pengeringan dan pengisian air. Ukuran kolam pemijahan yaitu

4,8𝑚 × 2,25𝑚 × 1,5𝑚 (P x L x T). Sebelum digunakan kolam dibersihkan

dengan menggunakan sikat untuk membuang lumut dan kotoran yang menempel

pada dinding dan dasar kolam. langkah selanjutnya yang dilakukan adalah

pemasangan hapa, fungsi dari pemasangan hapa yaitu sebagai tempat

penampungan larva dan memudahkan pada saat pemanenan larva yang dihasilkan

dari pemijahan ikan mas tersebut.

Selanjutnya pemasangan kakaban yang berfungsi sebagai tempat

melekatnya telur yang dihasilkan dari proses pemijahan. Setelah pemasangan hava

dan kakaban selesai langkah selanjutnya yang dilakukan yaitu pengisian air.

Ukuran air yang diisi dalam kolam pemijahan yaitu setinggi 70-80 cm dengan

ketinggian kolam 1,5 m. Selanjutnya kolam diisi air setinggi 70-80 cm, pengisian

air pada kolam pemijahan dilakukan satu hari sebelum pemijahan. Pintu saluran

pemasukan diberi saringan untuk mencegah hama yang masuk pada kolam, dan

begitu juga pada saluran pengeluran untuk mencegah telur hanyut.


Hikmat (2002), Menyatakan bahwa pada kolam pemijahan harus

mempunyai saluran pemasukan dan pengeluaran sendiri, dan pada tiap saluran

diberi penyaring. Kegunaan dari penyaring yaitu dapat mencegah keluarnya larva-

larva dari bak pemijahan dan dapat mengatasi masuknya hama.

4.2. Seleksi Induk

Dalam melakukan penyeleksian, ukuran induk yang dipilih adalah induk

yang sudah matang gonad dan matang fisik. Induk yang sudah matang gonad pada

jantan, yaitu sudah dapat menghasilkan sperma dan pada betina sudah

menghasilkan telur. Selain matang gonad faktor lain yang diperhatikan dalam

seleksi induk yaitu dari kondisi tubuh ikan dan warna tubuh ikan. Secara umum

induk yang dipilih adalah mempunyai ciri-ciri diantaranya sehat, tubuh tidak luka,

tidak cacat dan tidak lemas .Sistem yang digunakan dalam tahap seleksi induk

yang ada di BBII yaitu dengan cara memasukan selang kanulasi keperut induk

betina. Setelah selang kanulasi dimasukan kemudian perut induk ditekan secara

perlahan sampai telurnya keluar, telur-telur inilah yang akan diseleksi untuk

dilakukan pemijahan.

Tahap selanjutnya yaitu penyeleksian untuk induk jantan dengan cara

distriping dengan menekan perut induk jantan secara perlahan sampai induk

mengeluarkan cairan putih atau yang disebut sperma. Setelah kedua induk selesai

diseleksi kemudian langsung dimasukan ke kolam induk.


A. Jantan B. Betina

Gambar 2. Induk Matang Gonad

Induk yang telah matang gonad dapat dicirikan yaitu, pada jantan jika

diurut dari bagian perut maka akan keluar cairan putih (sperma), sedangkan pada

betina disekitar lubang kelaminnya tampak merah. Untuk lebih jelasnya ciri-ciri

induk matang gonad dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Perbedaan spesifikasi jantan dan betina

Jantan Betina
a. Bila ditekan dari arah perut a. perut membesar agak dan lunak
akan keluar cairan berwarna b. lubang kelamin berwarna kemerah-
putih susu (sperma) a.merahan
b. Perut lebih langsing dan c. lubang pelvic sangat lembut, terbuka
perutnya rata jika dilihat dari b.lebar dan datar
punggung d. gerakan lamban
c. Pada sirip dada terlihat e. apabila ditekan dari arah perut akan
bintik-bintik putih c.keluar cairan berwarna kuning.
d. Lubang pelvic lebih sempit,
berbentuk oval dan agak
cekung

Ukuran induk yang telah diseleksi yaitu mempunyai berat 1,7-2,4 kg

dengan panjang tubuh 32-38 cm. Umur induk yang dipijahkan untuk jantan

berumur 3,2 tahun dan betina berumur 2,5 tahun. Umur induk jantan sudah

memenuhi umur induk yang baik, sedangkan untuk betina umurnya belum

memenuhi umur induk yang baik. Karena induk betina yang baik sudah mencapai
umur tiga tahun sehingga belum produktif dalam menghasilkan telur, dan hal ini

akan berpengaruh terhadap jumlah dan kualitas telur yang dihasilkan serta akan

mempengaruhi mutu benih. Hal ini sesuai dengan pendapat Susanto (2004), yang

menyatakan bahwa umur induk yang dipijahkan untuk jantan minimal 2 tahun

dan 3 tahun untuk betina. Afrianto dan Liviawaty (1990), menambahkan bahwa

untuk memperoleh telur yang banyak dan berkualitas, induk yang dipijahkan

harus sudah matang gonad dan matang fisik.

4.3. Proses Pemijahan Secara Semi Buatan

Proses pemijahan secara semi buatan adalah pemijahan yang dilakukan

dengan campur tangan manusia yaitu dilakukan penyuntikan pada induk ikan mas.

Alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan penyuntikan dapat di lihat pada

Tabel 7.

Tabel 7. Alat dan bahan dalam penyuntikan

No Alat Bahan
1. Jarum suntik Induk ikan mas jantan dan betina
2. NaCl
3. Hormon ovaprim

Cara –cara Penyuntikan :

Cairan ovaprim diambil dengan menggunakan jarum suntik dengan dosis

yang telah ditentukan, yaitu untuk induk jantan 0,5 cc + cairan NaCl 0.9 cc

sedangkan untuk induk betina 0,3 cc + cairan NaCl 0,9 cc. 0,9 cc. Dosis yang

telah ditentukan ini sangat praktis dan efisien untuk penyuntikan khusus induk

ikan mas, yaitu untuk jantan dengan dosis 0,5 cc + cairan NaCl membantu proses

keluarnya sperma. Sedangkan untuk induk betina dengan dosis 0,3 cc + cairan

NaCl menambah kualitas telur yang dihasilkan sehingga proses pemijahan


menghasilkan telur dan sperma yang bermutu. Setelah dosis siap, disuntikan

dibagian sirip punggung dengan kemiringan 450. Hal ini dilakukan agar induk

ikan mas tidak stres dan cairan ovaprim tidak mudah keluar, setelah disuntik

Induk dimasukkan sekitar pukul 16.00 hal ini bertujuan agar hasil streeping yang

dihasilkan dapat maksimal, karena suhu air pada pagi hari relatif stabil sehingga

tingkat stress yang ditimbulkan pada induk relatif kecil dan untuk mempermudah

mengamati ovulasi.

Induk akan mulai memijah tengah malam. Induk betina akan berenang

mengelilingi kolam dengan diikuti induk jantan di belakangnya. Induk jantan

menempelkan badannya ketika mengikuti induk betina. Pada puncaknya, induk

betina akan mengeluarkan telurnya kemudian segera diikuti induk jantan dengan

mengeluarkan cairan sperma.Telur-telur yang terkena sperma akan menempel

pada kakaban atau bahan penempel telur lainnya dan susah lepas. Juga ada

sebagian telur yang jatuh ke dasar kolam. Pemasangan kakaban dan Telur yang

menempel pada kakaban setelah hasil pemijahan dapat dilihat pada gambar 3 .

Perkawinan selesai pada pagi hari. Induk segera dipisah dari telurnya. Jika

terlambat telur bisa habis dimakan induknya. Karena dikhawatirkan jika induk

tidak segera dipindahkan akan memakan atau merusak telur. Menurut Susanto

(2002), setelah memijah kemudian induk segera dipindahkan lagi.

4.4. Penetasan Telur

Agar menetas dengan baik, telur harus selalu terendam dan suhu air tetap

konstan. Jika suhu terlalu dingin, penetasan akan berlangsung lama. Jika suhu

terlalu tinggi, telur bisa mati dan membusuk. Suhu air selama penetasan yaitu 24-
28oC, oksigen terlarut 3.23-7.81 ppm, pH 6.33-8.01 dan Amonia antara 0,01-0,03

mg/l. Selama proses penetasan kakaban harus terendam oleh air, maka pada

bagian ujung kakaban diberi pemberat supaya posisi kakaban dapat terendam oleh

air untuk mencegah jamur pada telur.

Setelah telur menetas semua kakaban diangkat dari bak penetasan, karena

jika dibiarkan terlalu lama telur yang tidak menetas akan membusuk dan dapat

menyebabkan kematian bagi larva. Pemindahan kakaban ini dilakukan dengan

hati-hati supaya larva tidak ikut terbawa ketika pengangkatan kakaban. Sebelum

diangkat kakaban digoyangkan terlebih dahulu sehingga larva yang berada di

sekitar kakaban dapat menjauh.Pemasangan kakaban dan Telur yang menempel

pada kakaban setelah hasil pemijahan dapat dilihat pada Gambar 3.

A. Pemasangan Kakaban B. Telur Pada Kakaban

Gambar 3. Pemasangan kakaban dan Telur yang menempel pada kakaban setelah
hasil pemijahan.
Sistem penghitungan penetasan telur dan larva yang ada di BBII yaitu

yang pertama dilakukan mengumpulkan larva yang sudah tertampung dalam hava

menjadi satu tumpukan. Kemudian dihitung dengan menggunakan sampel atau


sendok, hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam penghitungan larva. Dalam

satu sampel jumlah larva sebanyak 500 ekor, setiap baskom dapat menampung 10

sampai 30 sendok/sampel jadi total keseluruhan larva yang dihasilkan adalah

150.000 ekor.

4.5. Pemeliharaan Larva

Telur akan menetas pada hari ketiga atau keempat tergantung suhu dalam

bak pemijahan, larva yang baru menetas tidak perlu diberi pakan karena masih

mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur ayam masak. Cara pemberian

pakan pada larva yaitu sebutir telur ayam matang diambil bagian kuningnya saja,

kemudian dihancurkan dengan cara diremas-remas kemudian dilarutkan dalam

250cc air bersih. Setelah terbentuk suspensi kemudian disemprotkan secara

merata pada permukaan air dalam bak pemijahan. Sebutir kuning telur cukup

untuk 100.000 ekor larva. Pemberian pakan pada larva bisa mencapai tiga kali

dalam sehari.

Larva yang sudah berenang bebas harus dipindahkan ke kolam

pemeliharaan. Kolam pemeliharaan ini harus dipersiapkan, agar ditumbuhi pakan

alami, seminggu sebelum pemijahan. Adapun langkah – langkah persiapannya

sebagai berikut. Kolam dikeringkan selama dua hari di bawah terik matahari.

kemudian untuk menyediakan pakan alami berupa binatang renik, kolam dipupuk

dengan pupuk kandang. Volume pupuk kandang 1,5 kg/m2. Pintu pemasukan air

ke kolam harus diberi saringan. Jika pemberian pupuk kandang tepat, dalam

beberapa hari kemudian akan tumbuh infusoria dan fitoplankton. Pada saat ini

larva mas sudah bisa dimasukkan.


4.6. Pemberian Pakan

Induk – induk ikan mas diberi pakan berupa pellet tenggelam (F 888-3)

pakan tersebut diberikan 2 kali sehari, dosis diberikan 2 kg setiap pemberian

pakan sedangkan larva mas diberikan pakan pellet yang dihaluskan sesuai bukaan

mulut larva. Mudjiman (2004), menyatakan bahwa kebutuhan energi untuk ikan

adalah 1 % dari berat tubuh sehingga untuk larva ikan mas diberikan pakan 80

gr/hari. Frekuensi pemberian pakan dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pada

pukul 08.00 dan pukul 14.00 WIB. Hal ini disesuaikan dengan kebiasaan hidup

ikan mas yaitu lebih aktif bergerak pada siang hari (diurnal). Pemberian pakan

dilakukan dengan menebar secara merata di sekeliling kolam, sehingga ikan akan

mendapat pakan secara merata (Sukamjaya, 2002).

4.7. Pengontrolan Kualitas Air

Selain pemberian pakan, kualitas air juga harus diperhatikan. Pengukuran

kwalitas air (suhu, pH, DO) dilakukan setiap minggu sekali dengan menggunakan

alat Scyber Scan (alat pengukur suhu, pH, DO) dan pengukuran dilakukan pada

pagi hari. Nilai kwalitas air rata-rata dibak pemijahan yaitu suhu 25 – 270C, pH

7,10-7,51 dan DO 6,32-9,31 mg/l. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8

berikut.

Tabel 8. Hasil Pengukuran Kualitas air

Hari / Tanggal Suhu DO Ph


Kamis, 24-11-2011 25,3 0 C 9,31 mg/l. 7, 51
Kamis, 01-12-2011 26.40 C 8,21 mg/l 7,21
Kamis, 08-12-2011 270 C 7,71 mg/l 7,30
Kamis, 15-12-2011 25 0 C 7.21 mg/l 7,21
Kamis, 22-12-2011 25,8 0 C 7.10 mg/l 7.10
Rata-rata 21,50 C 7,90 mg/1 7,26

Anda mungkin juga menyukai

  • Pematangan Gonad
    Pematangan Gonad
    Dokumen1 halaman
    Pematangan Gonad
    Kaniska Eko Aprilyansa
    Belum ada peringkat
  • Hasil Pengembangbiakan Bakteri
    Hasil Pengembangbiakan Bakteri
    Dokumen3 halaman
    Hasil Pengembangbiakan Bakteri
    Kaniska Eko Aprilyansa
    Belum ada peringkat
  • Seleksi Induk
    Seleksi Induk
    Dokumen2 halaman
    Seleksi Induk
    Kaniska Eko Aprilyansa
    Belum ada peringkat
  • Laporan 1
    Laporan 1
    Dokumen10 halaman
    Laporan 1
    Kaniska Eko Aprilyansa
    Belum ada peringkat
  • Indahnya Berpuisi
    Indahnya Berpuisi
    Dokumen3 halaman
    Indahnya Berpuisi
    Kaniska Eko Aprilyansa
    Belum ada peringkat
  • Ikan TPI
    Ikan TPI
    Dokumen2 halaman
    Ikan TPI
    Kaniska Eko Aprilyansa
    100% (1)
  • Ikan TPI
    Ikan TPI
    Dokumen2 halaman
    Ikan TPI
    Kaniska Eko Aprilyansa
    100% (1)
  • Pendahuluan Karya Tulis
    Pendahuluan Karya Tulis
    Dokumen7 halaman
    Pendahuluan Karya Tulis
    Kaniska Eko Aprilyansa
    Belum ada peringkat
  • Karya Tulis
    Karya Tulis
    Dokumen27 halaman
    Karya Tulis
    Kaniska Eko Aprilyansa
    Belum ada peringkat
  • 4 Komoditas Akuakultur
    4 Komoditas Akuakultur
    Dokumen6 halaman
    4 Komoditas Akuakultur
    Kaniska Eko Aprilyansa
    Belum ada peringkat
  • Candi Borobudur
    Candi Borobudur
    Dokumen4 halaman
    Candi Borobudur
    Kaniska Eko Aprilyansa
    Belum ada peringkat
  • Enzim Amilase Fix..
    Enzim Amilase Fix..
    Dokumen7 halaman
    Enzim Amilase Fix..
    Kaniska Eko Aprilyansa
    Belum ada peringkat
  • Beda Padat Tebar
    Beda Padat Tebar
    Dokumen7 halaman
    Beda Padat Tebar
    Kaniska Eko Aprilyansa
    Belum ada peringkat
  • Mineral
    Mineral
    Dokumen2 halaman
    Mineral
    Kaniska Eko Aprilyansa
    Belum ada peringkat