Anda di halaman 1dari 23

REFLEKSI KASUS Maret, 2018

HIPERTENSI

Disusun Oleh :
Rahmat Wahyudi
N 111 16 096

Pembimbing :
dr. Rika Aprianti
dr. Indah P.Kiay Demak, M.Med.Ed

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hipertensi adalah salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas di
Indonesia, sehingga tatalaksana penyakit ini merupakan intervensi yang sangat
umum dilakukan di berbagai tingkat fasilitas kesehatan.1
Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular.
Diperkirakan telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan
prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara
maju. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan jantung.
Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi juga dapat mengakibatkan
terjadinya gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular. Penyakit ini
bertanggung jawab terhadap tingginya biaya pengobatan dikarenakan alasan
tingginya angka kunjungan ke dokter, perawatan di rumah sakit dan/atau
penggunaan obat jangka panjang.1

Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik


karena alasan penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai “silent killer”.
Tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti
jantung, otak ataupun ginjal.1,3

Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi essensial


(hipertensi primer). Literatur lain mengatakan, hipertensi essensial merupakan
95% dari seluruh kasus hipertensi. Beberapa mekanisme yang mungkin
berkontribusi untuk terjadinya hipertensi ini telah diidentifikasi, namun belum
satupun teori yang tegas menyatakan patogenesis hipertensi primer tersebut.
Hipertensi sering turun temurun dalam suatu keluarga, hal ini setidaknya
menunjukkan bahwa faktor genetik memegang peranan penting pada
patogenesis hipertensi primer 3.

1
Hipertensi sekunder, kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan
sekunder dari penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat
meningkatkan tekanan darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat
penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder
yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak,
dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan
tekanan darah.3

Di Amerika, menurut National Health and Nutrition Examination Survey


(NHNES III); paling sedikit 30% pasien hipertensi tidak menyadari kondisi
mereka dan hanya 31% pasien yang diobati mencapai target tekanan darah yang
diinginkan, yaitu dibawah 140/90 mmHg. Di Indonesia, dengan tingkat
kesadaran akan kesehatan yang lebih rendah, jumlah pasien yang tidak
menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi dan yang tidak mematuhi minum
obat kemungkinan lebih besar.3,4

Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada


umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%),
diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat
(29,4%), Sulawesi Tengah sendiri menempati urutan kelima dengan angka
presentase 28,7%. Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui
kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis
tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1
persen yang minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah
normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0.7 persen. Jadi prevalensi
hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 persen (25,8% + 0,7 %).2,3
Pada wilayah kerja Puskesmas Kaleke, hipertensi menduduki tingkat
tingkat kedua dalam pendataan rekapitulasi penyakit tidak menular terbesar
berdasarkan kunjungan pasien yang ada di Puskesmas Kaleke pada tahun 2017

2
Berikut jumlah kasus baru/lama di wilayah kerja Puskesmas Kaleke bulan
Januari sampai desember tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1 Data 10 Penyakit Terbesar UPTD Puskesmas Kaleke Tahun


2017

NO JUMLAH
JENIS PENYAKIT
KASUS

Infeksi Akut Lain pada Saluran Pernafasan


1 202
Bagian Atas
126
2 Penyakit tekanan darah tinggi
3 Gastritis (Maag) 124

4 Penyakit pada system otot dan jaringan


62
penyekat
5 Penyakit kulit alergi 33

6 Penyakit pulpa dan jaringan peripikal 32

7 Kecelakaan dan ruda paksa 30

8 Diare 30

9 Penyakit dan kelainan susunan saraf lainnya 26

10 Infeksi lain pada saluran pernapasan bagian atas 25

3
Dengan mulai meningkatnya penyakit tidak menular maka perlu mendapat

perhatian khusus untuk penyakit ini, karena dari tahun ke tahun kasus ini semakin

meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah lansia dan adanya perubahan pola

hidup yang kurang sehat seperti kurang olah raga, pola makan yang salah, merokok

dan lain-lain.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan laporan refleksi kasus ini meliputi :
1. Sebagai syarat penyelesaian tugas akhir di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
2. Sebagai gambaran penyebaran penyakit hipertensi dan beberapa resiko
penyebarannya di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kaleke.

4
BAB II
PERMASALAHAN

2.1 Kasus
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : URT
Agama : Islam
Suku : Kaili
Pendidikan : SMA
Asuransi Kesehatan : BPJS
Alamat : Desa Kaleke dusun II
Tanggal Pemeriksaan : 5 Februari 2018

B. Deskripsi Kasus
Anamnesis :
Keluhan Utama :
Nyeri pada tengkuk
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh nyeri pada tengkuk yang dialami sejak kurang
lebih dua hari yang lalu. Keluhan tersebut dirasakan sangat menganggu
terutama saat hendak tidur di malam hari, keluhan kadang disertai dengan
adanya nyeri kepala, pusing, tangan dan kaki yang kram,. Pasien juga biasa
mengeluhkan nyeri pada sendi kaki, namun hal ini tidak begitu
mengganggu. Riwayat demam (-), batuk (-), flu (-), sesak napas (-), nyeri

5
dada (-), mual (-) muntah (-), nyeri ulu hati (-), diare (-), BAB (+) biasa,
BAK (+) lancar.

Riwayat Penyakit Dahulu: :


Riwayat penyakit jantung (-), hipertensi (+), asma (-), DM (-), riwayat
operasi (-), alergi (-), riwayat minum obat anti hipertensi (+).
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama
Riwayat Pengobatan :
Pasien mengaku sudah pernah berobat sebelumnya, namun saat keluhan
hilang pasien tidak kontrol kembali.
Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan:
- Pasien tinggal bersama suaminya. Pasien tinggal di rumah permanen,
berdinding tembok berlantai semen dan atap rumah terbuat dari seng
dan plafon. Rumah terdiri dari 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 dapur, 1
ruang keluarga. Jarak rumah pasien dengan rumah tetangga sekitar 1
meter.
- Rumah pasien memiliki kamar mandi sendiri, sehingga untuk aktivitas
mandi menggunakan kamar mandi di rumah pasien. Kamar mandi yang
digunakan disertai atap dan berdinding batako, menggunakan bak air
sebagai tempat penampungan air serta tidak tertutup, disertai pula
jamban jongkok di dalamnya untuk aktivitas BAB/BAK. Lantai kamar
mandi berlantai semen.
- Sumber air yang digunakan untuk semua aktivitas menggunakan air
dari PDAM yang digunakan untuk mencuci dan memasak, mandi dan
diminum
- Terdapat 1 tempat pembuangan sampah, yaitu di halaman belakang
rumah sekaligus sebagai tempat pembuangan sampah akhir yang

6
jaraknya ± 5 meter dari rumah pasien dan sampah tersebut dibakar oleh
anggota keluarga pasien.
- Sumber listrik dari PLN.
- Pasien makan teratur. Sehari pasien makan 3 tiga kali sehari. Porsi
sepiring 2-3 sendok nasi. Lauk yang sering dimakan adalah ikan
goreng, ikan asin dan sayur kelor berkuah santan serta lauk lain yang
sering digoreng.

C. Pemeriksaan Fisik
Keadaaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Frek. Nadi : 96 x/menit
Frek. Nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,7 º C
Berat Badan : 48 kg
Tinggi Badan : 150 cm
Status Gizi : Baik

D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

E. Diagnosis Kerja
Hipertensi grade I

F. Penatalaksanaan
Medika Mentosa
- Amlodipin tablet 5 mg 0-0-1

7
G. Prognosis
Dubia ad bonam

H. Konseling
 Penyakit yang diderita adalah penyakit hipertensi yang tidak menular,
tidak bisa sembuh dan hanya bisa dikontrol.
 Menjelaskan kepada pasien tentang gejala-gejala pada penyakit
hipertensi dan faktor risiko hipertensi.
 Menganjurkan pasien mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan
untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
 Menganjurkan pasien agar mengurangi konsumsi makanan yang asin,
makanan yang digoreng dan makanan yang berlemak/santan.
 Menganjurkan pasien agar rutin berolahraga ringan seperti jalan kaki
sekitar 30 menit.
 Menjelaskan kepada pasien agar tekun meminum obat dan rutin
memeriksakan dirinya ke Puskemas atau dokter, meskipun pasien tidak
memiliki keluhan.
 Menjelaskan kepada pasien tentang komplikasi dari penyakit hipertensi

8
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Aspek Klinis


Pada kasus ini, pasien adalah seorang perempuan dengan keluhan nyeri
pada tengkuk yang dialami sejak kurang lebih dua hari yang lalu. Keluhan
tersebut dirasakan sangat menganggu terutama saat hendak tidur di malam hari,
keluhan kadang disertai dengan adanya nyeri kepala, pusing, tangan dan kaki
yang kram, serta selalu buang air kecil. Pasien juga biasa mengeluhkan nyeri
pada sendi kaki, namun hal ini tidak begitu mengganggu. Riwayat demam (-),
batuk (-), flu (-), sesak napas (-), nyeri dada (-), mual (-) muntah (-), nyeri ulu
hati (-), diare (-), BAB (+) biasa, BAK (+) lancar.
Riwayat penyakit jantung (-), hipertensi (+), asma (-), DM (-), riwayat
operasi (-), alergi (-), riwayat minum obat anti hipertensi (+).
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 150/90 mmHg,
frekuensi nadi: 96 x/menit, laju pernapasan: 20 x/menit, suhu aksila: 36,7 º C,
dan status gizi baik.
Hipertensi lebih dikenal oleh masyarakat dengan istilah penyakit tekanan
darah tinggi. Batas tekanan darah yang dapat digunakan sebagai acuan untuk
menentukan normal atau tidaknya tekanan darah adalah tekanan sistolik dan
tekanan diastolic. Berdasarkan JNC VIII, seorang dewasa dikatakan mengalami
hipertensi jika tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan diastolik 90 mmHg
atau lebih pada umur 60 tahun.
Hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari
atau sama dengan 140 mmHg dan atau diastolik lebih atau sama dengan 90
mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat/tenang. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila
tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg. Menurut The Joint National

9
Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure
(JNC-VII)

Tabel 1. Klasifikasi hipertensi1

Klasifikasi TD Sistolik (mmHg) TD Diastolik (mmHg)

Normal < 120 < 80


Pre hipertensi 120-139 80-89
Grade I 140-159 90-99
Grade II ≥160 ≥100
oleh karena itu pasien pada laporan kasus ini dapat didiagnosis menderita
Hipertensi Grade I. Untuk penatalaksanaan pada pasien ini diberikan amlodipin 5
mg 1x1 tablet (malam).

3.2 Aspek Ilmu Kesehatan Masyarakat


Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena adanya ketidakseimbangan faktor-
faktor utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma
hidup sehat yang diperkenalkan oleh H. L. Bloom mencakup 4 faktor yaitu faktor
genetik (keturunan), perilaku (gaya hidup) individu atau masyarakat, faktor
lingkungan (sosial ekonomi, fisik, politik) dan faktor pelayanan kesehatan (jenis,
cakupan dan kualitasnya), namun faktor yang paling berperan dalam terjadinya
hipertensi adalah faktor genetik, perilaku dan pelayanan kesehatan. Hipertensi
menjadi masalah di mayarakat disebabkan oleh karena faktor-faktor berikut :
a. Biologis
Pada pasien ini faktor biologis yang mendukung rentannya pasien untuk
mengalami hipertensi adalah faktor usia.. Tekanan darah tinggi sangat sering
terjadi pada orang berusia lebih dari 60 tahun karena tekanan darah secara
alami cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Faktor usia

10
merupakan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi atau tidak dapat
dihindari.

b. Perilaku
Faktor perilaku pada pasien ini yang mendukung terjadinya hipertensi
adalah kebiasaan pola makanan yang diet tinggi garam dan makanan tinggi
lemak. Mengurangi diet lemak dapat menurunkan tekanan darah 6/3 mmHg
dan bila dikombinasikan dengan meningkatkan konsumsi buah dan sayuran
dapat menurunkan tekanan darah sebesar 11/6 mmHg. Makan ikan secara
teratur sebagai cara mengurangi berat badan akan meningkatkan penurunan
tekanan darah pada penderita gemuk dan memperbaiki profil lemak. Pasien
disarankan untuk menghindari konsumsi makanan tinggi garam dan juga
lemak.
Pola makan pada pasien dan keluarga yang sering makan makanan
yang digoreng dan bersantan merupakan salah satu faktor terjadinya
hipertensi. Makanan yang digoreng dan bersantan mengandung kadar lemak
yang tinggi yang dapat menyebabkan tingginya kadar lemak dalam darah
dan memudahkan terbentuknya plak dalam pembuluh darah yang
menyebabkan gangguan aliran darah.
Aktiviatas fisik pasien tergolong aktif dimana pasien bangun pagi
pukul 5 pagi lalu melakukan aktifitas sehari-harinya sebagai ibu rumah
tangga dan pergi kebun pukul tujuh pagi untuk membantu suaminya lalu
pulang ke rumah jam dua belas untuk makan siang dan sembahyang, setelah
itu kembali lagi ke kebun dan pulang sekitar jam tiga.Hal ini rutin dilakukan
pasien. Melakukan aktivitas fisik secara teratur tidak hanya menjaga bentuk
tubuh dan berat badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah.
Faktor perilaku lainnya yang dapat dinilai yaitu kurangnya kontrol
terhadap penyakit yang diderita oleh pasien. Berdasarkan anamnesis,
awalnya pasien selalu ke puskesmas untuk kontrol dan mengambil obat,

11
namun sekarang tidak lagi pergi ke puskesmas untuk datang kontrol
dikarenakan pasien merasa obatnya hanya membuat dia tidak bisa tidur.
Setelah diberitahu oleh kader, pasien sudah kembali kontrol ke puskesmas.

c. Lingkungan
Faktor lingkungan yang mendukung pada pasien ini adalah tingkat
pengetahuan dan sosial. Masalah hipertensi sering timbul karena
ketidaktahuan atau kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit
hipertensi. Puskesmas telah rutin melakukan penyuluhan baik secara masal
ataupun edukasi perindividu mengenai penyakit yang sering diderita oleh
lansia khususnya hipertensi. Namun oleh karena pasien belum merasakan
keluhan yang bermakna maka anjuran mengenai pencegahan komplikasi
masih belum dilaksanakan secara maksimal.
Kehidupan sosial pasien dalam hal ini hubungannya dengan anggota
keluarga lain, tetangga maupun orang lain cukup baik. Pasien tidak memiliki
masalah yang membuat pasien merasa tertekan.

d. Aspek pelayanan kesehatan


Dari segi pelayanan kesehatan terkait kinerja puskesmas untuk
menanggulangi penyakit hipertensi mulai dari pelayanan UKP berbasis
pelayanan poli umum melakukan pengukuran TB, BB, polik umum juga
melakukan anamnesis, pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik dan
diagnosa, selanjutnya dokter pemeriksa memberikan terapi sesuai dengan
diagnose dan penanganan yang benar, apotek sebagai penyedia obat yang
sesuai dengan resep dokter. Dari pelayanan UKM yang dilakukan puskesmas
untuk menanggulangi hipertesi dengan program PTM, alur pelaksanaanya
sesuai jadwal posbindu, dimana kita memberitahu kepada kader disetiap
desa yang akan kita lakukan kegiatan, nantinya kader atau bidan desa akan
memberitahukan kepada warga bahwa akan ada kegiatan P2 PTM, biasanya

12
akan dikabarkan melalui masjid atau secara langsung ke rumah kepala desa
atau ke rumah-rumah warga, melakukan pendaftaran di meja pertama,
melakukan pengukuran TB dan BB, melakukan pengukuran tekanan darah,
dan dilakukan anamnesis kepada pasien, memberikan edukasi sesuai dengan
keluhan dan penyakit,. Strategi promosi dan preventif Penyakit Tidak
Menular dalam hal ini hipertensi di Puskesmas Talise yakni pemberdayaan
masyarakat dimana masyarakat difasilitasi dan dimotivasi untuk sadar, mau
dan mampu memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan mereka sendiri.
Pasien ini sendiri yang menjadi kendalanya adalah pasient tidak rutin
ke puskesmas apalagi ketika pasien merasa sudah merasa lebih baik, maka
pasien akan langsung berhenti minum obat, sehingga penyuluhan yang
dilakukan secara individu adalah menekankan kepada pasien bahaya
hipertensi, kenapa harus selalu meminum obat, menjelaskan apa yang terjadi
jika berhent iminum dan kenapa harus selalu mengontrol tekanan darah.

1.3 Pencegahan Hipertensi


a. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial yaitu upaya pencegahan munculnya faktor
predisposisi terhadap hipertensi dimana belum tampak adanya faktor yang
menjadi risiko. Pendekatan populasi secara khusus mengandalkan program
untuk mendidik masyarakat. Pendidikan masyarakat yakni masyarakat harus
diberi informasi mengenai sifat, penyebab, dan komplikasi hipertensi, cara
pencegahan, gaya hidup sehat, dan pengaruh faktor risiko kardiovaskular
lainnya.7

b. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan dengan pencegahan terhadap faktor
risiko yang tampak pada individu atau masyarakat. Sasaran pada orang sehat
yang berisiko tinggi dengan usaha peningkatan derajat kesehatan yakni

13
meningkatkan peranan kesehatan perorangan dan masyarakat secara optimal
dan menghindari faktor risiko timbulnya hipertensi.7
Pencegahan primer penyebab hipertensi adalah sebagai berikut:
1) Mengurangi/menghindari setiap perilaku yang memperbesar risiko, yaitu
menurunkan berat badan bagi yang kelebihan berat badan dan
kegemukan, menghindari meminum minuman beralkohol,
mengurangi/menghindari makanan yang mengandung makanan yang
berlemak dan berkolesterol tinggi.
2) Peningkatan ketahanan fisik dan perbaikan status gizi, yaitu melakukan
olahraga secara teratur dan terkontrol seperti senam aerobik, jalan kaki,
berlari, naik sepeda, berenang, diet rendah lemak dan memperbanyak
mengonsumsi buah-buahan dan sayuran, mengendalikan stress dan
emosi.7

c. Pencegahan Sekunder
Sasaran utama adalah pada mereka terkena penyakit hipertensi melalui
diagnosis dini serta pengobatan yang tepat dengan tujuan mencegah proses
penyakit lebih lanjut dan timbulnya komplikasi. Pemeriksaan diagnostik
terhadap pengidap tekanan darah tinggi mempunyai beberapa tujuan:
1) Memastikan bahwa tekanan darahnya memang selalu tinggi
2) Menilai keseluruhan risiko kardiovaskular
3) Menilai kerusakan organ yang sudah ada atau penyakit yang menyertainya
4) Mencari kemungkinan penyebabnya 7,8
Sudah jelas bahwa semua tujuan ini merupakan unsur-unsur proses
diagnosis tunggal yang bertahap dan menyeluruh yang menggunakan tiga
metode klasik: pencatatan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan laboratorium. Sejauh mana pemeriksaan laboratorium harus
dilakukan dapat disesuaikan dengan bukti yang diperoleh dari riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik, dan uji laboratorium pendahuluan Perangkat

14
diagnostik dalam pengukuran tekanan darah dapat menggunakan
sfigmomanometer yang akan memperlihatkan peningkatan tekanan sistolik
dan diastolik jauh sebelum adanya gejala penyakit. Pemerikasaan penunjang
yang rutin bisa dilakukan pada penderita hipertensi yang bertujuan mendeteksi
penyakit yang bisa diobati dan menilai fungsi jantung serta ginjal.7,8
Pencegahan bagi mereka yang terancam dan menderita hipertensi adalah
sebagai berikut:
1) Pemeriksaan berkala
 Pemeriksaan/pengukuran tekanan darah secara berkala oleh dokter
secara teratur merupakan cara untuk mengetahui apakah kita
menderita hipertensi atau tidak
 Mengendalikan tensi secara teratur agar tetap stabil dengan atau tanpa
obat-obatan anti hipertensi
2) Pengobatan/perawatan
 Pengobatan yang segera sangat penting dilakukan sehingga penyakit
hipertensi dapat segera dikendalikan
 Menjaga agar tidak terjadi komplikasi akibat hiperkolesterolemia,
diabetes mellitus dan lain-lain
 Menurunkan tekanan darah ke tingkat yang wajar sehingga kualitas
hidup penderita tidak menurun
 Mengobati penyakit penyerta seperti dibetes mellitus, kelainan pada
ginjal, hipertiroid, dan sebagainya yang dapat memperberat kerusakan
organ.8

15
d. Pencegahan Tersier
Tujuan utama adalah mencegah proses penyakit lebih lanjut dan
mencegah cacat/kelumpuhan dan kematian karena penyakit hipertensi.
Pencegahan tersier penyakit hipertensi adalah sebagai berikut:
1) Menurunkan tekanan darah ke tingkat yang normal sehingga kualitas hidup
penderita tidak menurun
2) Mencegah memberatnya tekanan darah tinggi sehingga tidak menimbulkan
kerusakan pada jaringan organ otak yang mengakibatkan stroke dan
kelumpuhan anggota badan
3) Memulihkan kerusakan organ dengan obat antihipertensi.8

16
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan atas pengamatan dan pemantauan dari kasus tersebut,
dapat ditarik kesimpulan, antara lain:

1. Telah ditegakkan diagnosis hipertensi grade I pada Ny. R 60 tahun atas dasar
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang serta telah
ditatalaksana dengan pemberian terapi medikamentosa, edukasi, dan
motivasi untuk melakukuan terapi non farmakologis.
2. Pasiaen dan keluarganya telah mengetahui penyakit yang dialami oleh pasien
serta mengetahui bahwa resiko komplikasi dan kematian akibat penyakit
hipertensi dapat diturunkan dengan melakukan pengelolaan yang baik
terhadap penyakit hipertensi itu sendiri.
3. Pasien telah mencoba menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-
hari seperti menjaga berat badan, mengatur pola makan, mengurangi
konsums garam dan makanan bersantan, latihan aerobic yang tidak terlalu
berat tetapi teratur.
4. Keluarga pasien telah ikut berpartisipasi aktif dan mendukung pasien dalam
upaya pengelolaan penyakit hipertensi

4.2 Saran
Berdasarkan atas pengamatan dan pemantauan dari kasus tersebut,
dapat diberikan saran, antara lain:

Untuk Pasien dan Keluarganya

1. Perlu meningkatkan pengetahuan tentang penyakit hipertensi, bahaya, dan

17
komplikasinya sehingga pengelolaan penyakit hipertensi ini dapat dilakukan
dengan baik.
2. Perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya menerapkan gaya hidup sehat
dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam pengelolaan penyakit
hipertensi
3. Mempertahankan kebiasaan minum obat secara teratur setiap hari dan rutin
kontrol ke pelayanan kesehatan utamanya ketika obat habis dan penyakit yang
dialami oleh pasien memberat.

Untuk Pelaksana Pelayanan Kesehatan

1. Pentingnya melakukan promosi kesehatan, yakni tindakan umum untuk


menjaga keseimbangan proses bibit penyakit-pejamu-lingkungan, sehingga
dapat menguntungkan manusia dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh
dan memperbaiki lingkungan. Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang
sehat. Pada kasus ini, penting untuk dilakukan promosi kesehatan berupa
pendidikan kesehatan kepada masyarakat, konsumsi makanan bergizi,
olahraga secara teratur dan sebagainya.
2. Pentingnya melakukan perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-
penyakit tertentu, yakni tindakan yang masih dimaksudkan untuk mencegah
penyakit-pejamu-lingkungan dalam tahap prepatogenesis, tetapi sudah terarah
pada penyakit tertentu. Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat
tetapi memiliki risiko terkena penyakit tertentu. Pada kasus ini seperti
menggalakkan gaya hidup sehat.
3. Pentingnya melakukan penegakan diagnosa secara dini dan pengobatan yang
cepat dan tepat yakni tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan
melakukan penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat seperti
melakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala kepada masyarakat

18
4. Pentingnya melakukan pembatasan kecatatan yakni tindakan penatalaksaan
terapi yang adekuat pada pasien dengan penyakit yang telah lanjut untuk
mencegah penyakit menjadi lebih berat, menyembuhkan pasien dan
mengurangi kemungkinan terjadinya kecacatan yang akan timbul. Pada kasus
misalnya pasien dianjurkan selalu minum obat secara teratur.
5. Pentingnya melakukan pemulihan kesehatan yakni tindakan yang
dimaksudkan untuk mengembalikan pasien ke masyarakat agar mereka dapat
hidup dan bekerja secara wajar, atau agar tidak menjadi beban orang lain,
misalnya penyuluhan dan usaha-usaha berkelanjutan yang harus tetap
dilakukan seseorang setelah ia sembuh dari penyakitnya atau mengusahakan
suatu perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah
cacat mampu mempertahankan diri.

19
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik


Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

Depkes RI. (2010). Seminar Strategi Pencegahan Penyakit Tidak Menular. Jakarta :
Direktorat Penyehatan Lingkungan

Muchid , Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Bina Farmasi Kemenkes.


Jakarta. 2012.

Puskesmas Kaleke. 2017. Profil Puskesmas Kaleke Tahun 2017. Puskesmas Kaleke:
Palu.

Repositori Terbitan Ilmiah USU. Penilaian Kesehatan Masyarakat. Universitas


Sumatera Utara. 2012

Soenarta, Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular. Pedoman


PERKI. Jakarta. 2015.

Universitas Sumatera Utara. Hipertensi. 2013.

Yogiantoro M (Ed). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi VI. Jakarta:
Interna Publishing; 2014.

20
LAMPIRAN

Gambar 1. Rumah tampak depan

Gambar 2. Dapur Pasien

21
Gambar 3. Proses wawancara dengan pasien

22

Anda mungkin juga menyukai