HIPERTENSI
Disusun Oleh :
Rahmat Wahyudi
N 111 16 096
Pembimbing :
dr. Rika Aprianti
dr. Indah P.Kiay Demak, M.Med.Ed
1
Hipertensi sekunder, kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan
sekunder dari penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat
meningkatkan tekanan darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat
penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder
yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak,
dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan
tekanan darah.3
2
Berikut jumlah kasus baru/lama di wilayah kerja Puskesmas Kaleke bulan
Januari sampai desember tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut.
NO JUMLAH
JENIS PENYAKIT
KASUS
8 Diare 30
3
Dengan mulai meningkatnya penyakit tidak menular maka perlu mendapat
perhatian khusus untuk penyakit ini, karena dari tahun ke tahun kasus ini semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah lansia dan adanya perubahan pola
hidup yang kurang sehat seperti kurang olah raga, pola makan yang salah, merokok
dan lain-lain.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan laporan refleksi kasus ini meliputi :
1. Sebagai syarat penyelesaian tugas akhir di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
2. Sebagai gambaran penyebaran penyakit hipertensi dan beberapa resiko
penyebarannya di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kaleke.
4
BAB II
PERMASALAHAN
2.1 Kasus
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : URT
Agama : Islam
Suku : Kaili
Pendidikan : SMA
Asuransi Kesehatan : BPJS
Alamat : Desa Kaleke dusun II
Tanggal Pemeriksaan : 5 Februari 2018
B. Deskripsi Kasus
Anamnesis :
Keluhan Utama :
Nyeri pada tengkuk
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh nyeri pada tengkuk yang dialami sejak kurang
lebih dua hari yang lalu. Keluhan tersebut dirasakan sangat menganggu
terutama saat hendak tidur di malam hari, keluhan kadang disertai dengan
adanya nyeri kepala, pusing, tangan dan kaki yang kram,. Pasien juga biasa
mengeluhkan nyeri pada sendi kaki, namun hal ini tidak begitu
mengganggu. Riwayat demam (-), batuk (-), flu (-), sesak napas (-), nyeri
5
dada (-), mual (-) muntah (-), nyeri ulu hati (-), diare (-), BAB (+) biasa,
BAK (+) lancar.
6
jaraknya ± 5 meter dari rumah pasien dan sampah tersebut dibakar oleh
anggota keluarga pasien.
- Sumber listrik dari PLN.
- Pasien makan teratur. Sehari pasien makan 3 tiga kali sehari. Porsi
sepiring 2-3 sendok nasi. Lauk yang sering dimakan adalah ikan
goreng, ikan asin dan sayur kelor berkuah santan serta lauk lain yang
sering digoreng.
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Frek. Nadi : 96 x/menit
Frek. Nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,7 º C
Berat Badan : 48 kg
Tinggi Badan : 150 cm
Status Gizi : Baik
D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
E. Diagnosis Kerja
Hipertensi grade I
F. Penatalaksanaan
Medika Mentosa
- Amlodipin tablet 5 mg 0-0-1
7
G. Prognosis
Dubia ad bonam
H. Konseling
Penyakit yang diderita adalah penyakit hipertensi yang tidak menular,
tidak bisa sembuh dan hanya bisa dikontrol.
Menjelaskan kepada pasien tentang gejala-gejala pada penyakit
hipertensi dan faktor risiko hipertensi.
Menganjurkan pasien mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan
untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Menganjurkan pasien agar mengurangi konsumsi makanan yang asin,
makanan yang digoreng dan makanan yang berlemak/santan.
Menganjurkan pasien agar rutin berolahraga ringan seperti jalan kaki
sekitar 30 menit.
Menjelaskan kepada pasien agar tekun meminum obat dan rutin
memeriksakan dirinya ke Puskemas atau dokter, meskipun pasien tidak
memiliki keluhan.
Menjelaskan kepada pasien tentang komplikasi dari penyakit hipertensi
8
BAB III
PEMBAHASAN
9
Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure
(JNC-VII)
10
merupakan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi atau tidak dapat
dihindari.
b. Perilaku
Faktor perilaku pada pasien ini yang mendukung terjadinya hipertensi
adalah kebiasaan pola makanan yang diet tinggi garam dan makanan tinggi
lemak. Mengurangi diet lemak dapat menurunkan tekanan darah 6/3 mmHg
dan bila dikombinasikan dengan meningkatkan konsumsi buah dan sayuran
dapat menurunkan tekanan darah sebesar 11/6 mmHg. Makan ikan secara
teratur sebagai cara mengurangi berat badan akan meningkatkan penurunan
tekanan darah pada penderita gemuk dan memperbaiki profil lemak. Pasien
disarankan untuk menghindari konsumsi makanan tinggi garam dan juga
lemak.
Pola makan pada pasien dan keluarga yang sering makan makanan
yang digoreng dan bersantan merupakan salah satu faktor terjadinya
hipertensi. Makanan yang digoreng dan bersantan mengandung kadar lemak
yang tinggi yang dapat menyebabkan tingginya kadar lemak dalam darah
dan memudahkan terbentuknya plak dalam pembuluh darah yang
menyebabkan gangguan aliran darah.
Aktiviatas fisik pasien tergolong aktif dimana pasien bangun pagi
pukul 5 pagi lalu melakukan aktifitas sehari-harinya sebagai ibu rumah
tangga dan pergi kebun pukul tujuh pagi untuk membantu suaminya lalu
pulang ke rumah jam dua belas untuk makan siang dan sembahyang, setelah
itu kembali lagi ke kebun dan pulang sekitar jam tiga.Hal ini rutin dilakukan
pasien. Melakukan aktivitas fisik secara teratur tidak hanya menjaga bentuk
tubuh dan berat badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah.
Faktor perilaku lainnya yang dapat dinilai yaitu kurangnya kontrol
terhadap penyakit yang diderita oleh pasien. Berdasarkan anamnesis,
awalnya pasien selalu ke puskesmas untuk kontrol dan mengambil obat,
11
namun sekarang tidak lagi pergi ke puskesmas untuk datang kontrol
dikarenakan pasien merasa obatnya hanya membuat dia tidak bisa tidur.
Setelah diberitahu oleh kader, pasien sudah kembali kontrol ke puskesmas.
c. Lingkungan
Faktor lingkungan yang mendukung pada pasien ini adalah tingkat
pengetahuan dan sosial. Masalah hipertensi sering timbul karena
ketidaktahuan atau kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit
hipertensi. Puskesmas telah rutin melakukan penyuluhan baik secara masal
ataupun edukasi perindividu mengenai penyakit yang sering diderita oleh
lansia khususnya hipertensi. Namun oleh karena pasien belum merasakan
keluhan yang bermakna maka anjuran mengenai pencegahan komplikasi
masih belum dilaksanakan secara maksimal.
Kehidupan sosial pasien dalam hal ini hubungannya dengan anggota
keluarga lain, tetangga maupun orang lain cukup baik. Pasien tidak memiliki
masalah yang membuat pasien merasa tertekan.
12
akan dikabarkan melalui masjid atau secara langsung ke rumah kepala desa
atau ke rumah-rumah warga, melakukan pendaftaran di meja pertama,
melakukan pengukuran TB dan BB, melakukan pengukuran tekanan darah,
dan dilakukan anamnesis kepada pasien, memberikan edukasi sesuai dengan
keluhan dan penyakit,. Strategi promosi dan preventif Penyakit Tidak
Menular dalam hal ini hipertensi di Puskesmas Talise yakni pemberdayaan
masyarakat dimana masyarakat difasilitasi dan dimotivasi untuk sadar, mau
dan mampu memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan mereka sendiri.
Pasien ini sendiri yang menjadi kendalanya adalah pasient tidak rutin
ke puskesmas apalagi ketika pasien merasa sudah merasa lebih baik, maka
pasien akan langsung berhenti minum obat, sehingga penyuluhan yang
dilakukan secara individu adalah menekankan kepada pasien bahaya
hipertensi, kenapa harus selalu meminum obat, menjelaskan apa yang terjadi
jika berhent iminum dan kenapa harus selalu mengontrol tekanan darah.
b. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan dengan pencegahan terhadap faktor
risiko yang tampak pada individu atau masyarakat. Sasaran pada orang sehat
yang berisiko tinggi dengan usaha peningkatan derajat kesehatan yakni
13
meningkatkan peranan kesehatan perorangan dan masyarakat secara optimal
dan menghindari faktor risiko timbulnya hipertensi.7
Pencegahan primer penyebab hipertensi adalah sebagai berikut:
1) Mengurangi/menghindari setiap perilaku yang memperbesar risiko, yaitu
menurunkan berat badan bagi yang kelebihan berat badan dan
kegemukan, menghindari meminum minuman beralkohol,
mengurangi/menghindari makanan yang mengandung makanan yang
berlemak dan berkolesterol tinggi.
2) Peningkatan ketahanan fisik dan perbaikan status gizi, yaitu melakukan
olahraga secara teratur dan terkontrol seperti senam aerobik, jalan kaki,
berlari, naik sepeda, berenang, diet rendah lemak dan memperbanyak
mengonsumsi buah-buahan dan sayuran, mengendalikan stress dan
emosi.7
c. Pencegahan Sekunder
Sasaran utama adalah pada mereka terkena penyakit hipertensi melalui
diagnosis dini serta pengobatan yang tepat dengan tujuan mencegah proses
penyakit lebih lanjut dan timbulnya komplikasi. Pemeriksaan diagnostik
terhadap pengidap tekanan darah tinggi mempunyai beberapa tujuan:
1) Memastikan bahwa tekanan darahnya memang selalu tinggi
2) Menilai keseluruhan risiko kardiovaskular
3) Menilai kerusakan organ yang sudah ada atau penyakit yang menyertainya
4) Mencari kemungkinan penyebabnya 7,8
Sudah jelas bahwa semua tujuan ini merupakan unsur-unsur proses
diagnosis tunggal yang bertahap dan menyeluruh yang menggunakan tiga
metode klasik: pencatatan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan laboratorium. Sejauh mana pemeriksaan laboratorium harus
dilakukan dapat disesuaikan dengan bukti yang diperoleh dari riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik, dan uji laboratorium pendahuluan Perangkat
14
diagnostik dalam pengukuran tekanan darah dapat menggunakan
sfigmomanometer yang akan memperlihatkan peningkatan tekanan sistolik
dan diastolik jauh sebelum adanya gejala penyakit. Pemerikasaan penunjang
yang rutin bisa dilakukan pada penderita hipertensi yang bertujuan mendeteksi
penyakit yang bisa diobati dan menilai fungsi jantung serta ginjal.7,8
Pencegahan bagi mereka yang terancam dan menderita hipertensi adalah
sebagai berikut:
1) Pemeriksaan berkala
Pemeriksaan/pengukuran tekanan darah secara berkala oleh dokter
secara teratur merupakan cara untuk mengetahui apakah kita
menderita hipertensi atau tidak
Mengendalikan tensi secara teratur agar tetap stabil dengan atau tanpa
obat-obatan anti hipertensi
2) Pengobatan/perawatan
Pengobatan yang segera sangat penting dilakukan sehingga penyakit
hipertensi dapat segera dikendalikan
Menjaga agar tidak terjadi komplikasi akibat hiperkolesterolemia,
diabetes mellitus dan lain-lain
Menurunkan tekanan darah ke tingkat yang wajar sehingga kualitas
hidup penderita tidak menurun
Mengobati penyakit penyerta seperti dibetes mellitus, kelainan pada
ginjal, hipertiroid, dan sebagainya yang dapat memperberat kerusakan
organ.8
15
d. Pencegahan Tersier
Tujuan utama adalah mencegah proses penyakit lebih lanjut dan
mencegah cacat/kelumpuhan dan kematian karena penyakit hipertensi.
Pencegahan tersier penyakit hipertensi adalah sebagai berikut:
1) Menurunkan tekanan darah ke tingkat yang normal sehingga kualitas hidup
penderita tidak menurun
2) Mencegah memberatnya tekanan darah tinggi sehingga tidak menimbulkan
kerusakan pada jaringan organ otak yang mengakibatkan stroke dan
kelumpuhan anggota badan
3) Memulihkan kerusakan organ dengan obat antihipertensi.8
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan atas pengamatan dan pemantauan dari kasus tersebut,
dapat ditarik kesimpulan, antara lain:
1. Telah ditegakkan diagnosis hipertensi grade I pada Ny. R 60 tahun atas dasar
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang serta telah
ditatalaksana dengan pemberian terapi medikamentosa, edukasi, dan
motivasi untuk melakukuan terapi non farmakologis.
2. Pasiaen dan keluarganya telah mengetahui penyakit yang dialami oleh pasien
serta mengetahui bahwa resiko komplikasi dan kematian akibat penyakit
hipertensi dapat diturunkan dengan melakukan pengelolaan yang baik
terhadap penyakit hipertensi itu sendiri.
3. Pasien telah mencoba menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-
hari seperti menjaga berat badan, mengatur pola makan, mengurangi
konsums garam dan makanan bersantan, latihan aerobic yang tidak terlalu
berat tetapi teratur.
4. Keluarga pasien telah ikut berpartisipasi aktif dan mendukung pasien dalam
upaya pengelolaan penyakit hipertensi
4.2 Saran
Berdasarkan atas pengamatan dan pemantauan dari kasus tersebut,
dapat diberikan saran, antara lain:
17
komplikasinya sehingga pengelolaan penyakit hipertensi ini dapat dilakukan
dengan baik.
2. Perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya menerapkan gaya hidup sehat
dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam pengelolaan penyakit
hipertensi
3. Mempertahankan kebiasaan minum obat secara teratur setiap hari dan rutin
kontrol ke pelayanan kesehatan utamanya ketika obat habis dan penyakit yang
dialami oleh pasien memberat.
18
4. Pentingnya melakukan pembatasan kecatatan yakni tindakan penatalaksaan
terapi yang adekuat pada pasien dengan penyakit yang telah lanjut untuk
mencegah penyakit menjadi lebih berat, menyembuhkan pasien dan
mengurangi kemungkinan terjadinya kecacatan yang akan timbul. Pada kasus
misalnya pasien dianjurkan selalu minum obat secara teratur.
5. Pentingnya melakukan pemulihan kesehatan yakni tindakan yang
dimaksudkan untuk mengembalikan pasien ke masyarakat agar mereka dapat
hidup dan bekerja secara wajar, atau agar tidak menjadi beban orang lain,
misalnya penyuluhan dan usaha-usaha berkelanjutan yang harus tetap
dilakukan seseorang setelah ia sembuh dari penyakitnya atau mengusahakan
suatu perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah
cacat mampu mempertahankan diri.
19
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (2010). Seminar Strategi Pencegahan Penyakit Tidak Menular. Jakarta :
Direktorat Penyehatan Lingkungan
Puskesmas Kaleke. 2017. Profil Puskesmas Kaleke Tahun 2017. Puskesmas Kaleke:
Palu.
Yogiantoro M (Ed). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi VI. Jakarta:
Interna Publishing; 2014.
20
LAMPIRAN
21
Gambar 3. Proses wawancara dengan pasien
22