Anda di halaman 1dari 17

PANDUAN

PAIN MANAGEMENT/ MANAJEMEN NYERI

PT. TEMBAKAU DELI MEDICA


RUMAH SAKIT UMUM dr. G.L TOBING
2 0 1 7

0
DAFTAR ISI

Halaman
Daftar Isi ................................................................................................... 1
BAB I DEFINISI............................................................. 2
BAB II RUANG LINGKUP ................................................................. 3
BAB III TATA LAKSANA................................................................... 4
BAB IV DOKUMENTASI .................................................................... 17

1
BAB I

DEFINISI

Beberapa definisi nyeri adalah:

1. Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang diakibatkan adanya kerusakan
jaringan yang sedang atau akan terjadi, atau pengalaman sensorik dan emosional yang
merasakan seolah – olah terjadi kerusakan jaringan. (International Association for the Study
of Pain)

2. Nyeri akut adalah nyeri dengan onset segera dan durasi yang terbatas, memiliki hubungan
temporal dan kausal dengan adanya cedera atau penyakit.

3. Nyeri kronik adalah nyeri yang bertahan untuk periode waktu yang lama. Nyeri kronik
adalah nyeri yang terus ada meskipun telah terjadi proses penyembuhan dan sering sekali
tidak diketahui penyebabnya yang pasti.

4. Skala nyeri adalah pengukuran intensitas nyeri/ gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang
yang berbeda.

5. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan
respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga
tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Panduan ini mengatur untuk memberikan asuhan pasien dalam pelayanan manajemen
nyeri

2. Panduan ini mengatur proses manajemen nyeri yang meliputi:


a. Pengkajian nyeri yang meliputi anamnesis, penentuan skala nyeri, reasesmen nyeri.
b. Penatalaksanaan nyeri baik secara farmakologik dan non farmakologik
c. Penatalaksanaan nyeri akut dan nyeri kronik

3. Panduan ini diterapkan kepada semua pasien baik di rawat jalan, ruang rawat biasa
maupun di ruang rawat intensif.

4. Pelaksana panduan ini adalah para tenaga kesehatan (medis, perawat, bidan, farmasi) dan
staf pendukung yang bekerja di rumah sakit.

3
BAB III

TATA LAKSANA

A. Pengkajian Manajemen Nyeri

1. Skala Nyeri
a. Numeric Rating Scale.
1) Digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia > 5 tahun yang dapat
menggunakan angka untuk melambangkan intensitas nyeri yang dirasakannya.
2) Instruksi : pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan dan
dilambangkan dengan angka antara 0 – 10.
 1 – 3 = nyeri ringan (secara obyektif pasien dapat berkomunikasi dengan baik)
 4 – 6 = nyeri sedang (secara obyektif pasien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendiskripsikan, dapat mengikuti perintah
dengan baik)
 7 – 10 = nyeri berat (secara obyektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri,
tidak dapat mendiskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas
panjang dan distraksi).

b. Wong Baker FACES Pain Scale


1) Pada pasien (dewasa dan anak > 5 tahun) yang tidak dapat menggambarkan
intensitas nyerinya dengan angka, gunakan asesmen.wong baker faces pain scale
2) Instruksi: pasien diminta untuk menunjuk/memilih gambar mana yang paling
sesuai dengan yang ia rasakan. Tanyakan juga lokasi dan durasi nyeri.

 1 – 3 nyeri ringan

 4 – 6 nyeri sedang

 7 – 10 nyeri berat

c. FLACC SCALE

4
1) Indikasi: digunakan pada pasien bayi dan anak < 5 tahun yang tidak dapat
dinilai menggunakan Numeric Rating Scale Wong dan Baker FACES Pain
Scale
2) Instruksi terdapat 5 katagori dengan masing-masing kategori memiliki skor 0
– 2, dengan total skor 0 – 10.
3) Skor nyeri ditentukan dengan jumlah masing-masing kategori:
 1 – 3 nyeri ringan
 4 – 6 nyeri sedang
 7 – 10 nyeri berat

SKOR
NO KATAGORI TOTAL
0 1 2

1 Face (Wajah) tidak ada menyeringai, dagu


ekspresi mengerutkan gemetar,
dahi gigik
khusus,
gemertak
senyum tampak tidak
tertarik (sering)

(kadang
kadang)

2 Leg (Kaki) normal, rileks gelisah, tegang menendang,


kaki
tertekuk

3 Activity berbaring menggeliat, kaku atau


(Aktivitas) tenang, posisi tidak bisa diam kejang

normal, tegang
gerakan
mudah

4 Cry tidak merintih, terus


(Menangis) menangis merengek menangis,

kadang-kadang berteriak
mengeluh sering
mengeluh

5 Consability rileks dapat sulit


(Konsabilitas) ditenangkan dibujuk
dengan

sentuhan,

5
pelukan,
bujukan,

dapat dialihkan

SCOR TOTAL

d. COMFORT Scale
1) Indikasi: pasien anak > 5 tahun dan dewasa di ruang rawat khusus ICU/
kamar operasi/ ruang rawat inap yang tidak dapat dinilai menggunakan
Numeric Rating Scale Wong, Baker FACES Pain Scale dan Flacc Scale
2) Instruksi: terdapat 9 kategori dengan setiap kategori memiliki skor 1-5,
dengan skor total antara 9 – 45.
3) Skor nyeri ditentukan berdasarkan jumlah skor dari asing-masing katagori.

 9 – 18 nyeri ringan

19 – 27 nyeri sedang
 28 – 45 nyeri berat
COMFORT SCALE

Kategori Kriteria Skor


Kewaspadaan 1. tidur pulas/ nyenyak
2. tidur kurang nyenyak
3. gelisah
4. sadar sepenuhnya dan waspada
5. hiper alert
Ketenangan 1. tenang
2. agak cemas
3. cemas
4. sangat cemas
5. panik

Distres 1. tidak ada respirasi spontan dan tidak adabatuk


2. respirasi spontan dengan sedikit/ tidak ada
pernapasan
respons terhadap ventilasi
3. kadang – kadang batuk atau terdapat tahanan
terhadap ventilasi
4. sering batuk, terdapat tahanan/ perlawanan
terhadap ventilator
5. Melawan secara aktif terhadap ventilator, batuk
terus menerus/ tersedak.
Menangis 1. bernapas dengan tenang,
tidak menangis

6
2. terisak – isak

3. meraung

4. Menangis

5. berteriak
Pergerakan 1. tidak ada pergerakan
2. kadang – kadang bergerak perlahan
3. sering bergerak perlahan
4. pergerakan aktif/ gelisah
5. pergerakan aktif termasuk badan dan kepala
Tonus otot 1. otot relaks sepenuhnya, tidak ada tonus otot
2. penurunan tonus otot
3. tonus otot normal
4. peningkatan tonus otot dan fleksi jari tangan dan
kaki
5. kekakuan otot ekstrim dan fleksi jari tangan dan
kaki
Tegangan wajah 1. otot wajah relaks sepenuhnya
2. tonus otot wajah normal, tidak terlihat tegangan
otot wajah yang nyata
3. tegangan beberapa otot wajah terlihat nyata
4. tegangan hampir di seluruh otot wajah
5. seluruh otot wajah tegang, meringis
Tekanan darah 1. tekanan darah di bawah batas normal
2. tekanan darah berada di batas normal secara
basal
konsisten
3. peningkatan tekanan darah sesekali ≥15% di atas
batas normal (1-3 kali dalam observasi selama 2
menit )
4. seringnya peningkatan tekanan darah ≥15 % di
atas batas normal ( > 3 kali dalam observasi
selama 2menit)
5. peningkatan tekanan darah terus menerus ≥ 15 %
Denyut jantung 1. denyut jantung di bawah batas normal
2. denyut jantung berada di batas normal secara
basal
konsisten
3. peningkatan denyut jantung sesekali ≥ 15 % di
atas batas normal (1-3 kali dalam observasi
selama 2 menit )
4. Seringnya peningkatan denyut jantung ≥ 15 %
diatas batas normal ( > 3 kali dalam observasi
selama 2 menit )
5. Peningkatan denyut jantung terus menerus ≥ 15
%
Skor total

7
e. NIPS

1) Indikasi: dilakukan pada pasien bayi di bawah usia 12 bulan


2) Skor nyeri ditentukan berdasarkan jumlah skor dari masing-masing kategori.
 1 – 3 nyeri ringan
 4 – 5 nyeri sedang
 6 – 7 nyeri berat

No Kategori Skor
0 1 2
1 Ekspresi Wajah Rileks Meringis -
2 Menangis Tidak Menangis Merengek Kuat
3 Pernafasan Rileks Perubahan Pola -
Nafas
4 Lengan Rileks/Menahan Fleksi/Ekstensi -
5 Tungkai Rileks/Menahan Fleksi/Ekstensi -
6 Kepekaan Terhadap Tidur/Bangun Rewel -
Rangsangan
Total Skor :...............

2. Anamnesis nyeri terdiri dari:

a. Onset nyeri : akut atau kronik, traumatik atau non traumatik

b. Karakter dan derajat keparahan nyeri : nyeri tumpul, nyeri tajam, rasa terbakar, tidak
nyaman, kesemutan neuralgia.

c. Pola penjalaran/ penyebaran nyeri

d. Durasi dan lokasi nyeri


e. Gejala lain yang menyertai misalnya kelemahan, baal, kesemutan, mual/ muntah, atau
gangguan keseimbangan/ kontrol motorik.
f. Faktor yang memperberat dan memperingan
g. Kronisitas nyeri
h. Hasil pemeriksaan dan penanganan nyeri sebelumnya, termasuk respons terapi
i. Gangguan/ kehilangan fungsi akibat nyeri/ luka
j. Penggunaan alat bantu
k. Perubahan fungsi mobilitas, kognitif, irama tidur, dan aktivitas hidup dasar (activity

of daily living)
l. Singkirkan kemungkinan potensi emergensi pembedahan, seperti adanya fraktur yang
tidak stabil, gejala neurologis progresif cepat yang berhubungan dengan sindrom
kauda ekuina.

B. Reasesmen Nyeri
1. Reasesmen nyeri dilakukan setiap melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital.
8
2. Dokumentasi reasesmen nyeri dicatat pada Formulir Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi dan dimonitor di Formulir Grafik Suhu.
3. Apabila terjadi perubahan skor skala nyeri maka mengacu pada SPO Penanganan Nyeri.

C. Penanganan Nyeri Non Farmakologik


1. Terapi kognitif : merupakan terapi yang paling bermanfaat dan memiliki efek yang besar
dalam manajemen nyeri non – obat anak
2. Distraksi terhadap nyeri dengan mengalihkan atensi ke hal lain seperti musik, cahaya,
warna, komputer, permainan, film, dan sebagainya
3. Terapi perilaku bertujuan untuk mengurangi perilaku yang dapat meningkatkan nyeri dan
meningkatkan perilaku yang dapat menurunkan nyeri
4. Terapi relaksasi : dapat berupa mengepalkan dan mengendurkan jari tangan,
menggerakkan kaki sesuai irama, menarik napas dalam

Kognitif Perilaku Fisik


1. Informasi 1. Latihan 1. Pijat
2. Pilihan dan 2. Terapi relaksasi 2. Fisioterapi
3. Umpan balik positif 3. Stimulasi termal
kontrol
4. Modifikasi perilaku 4. Stimulasi sensorik
3. Distraksi dan
5. Akupuntur
atensi 6. TENS (Transcutaneus
4. Hypnosis
Electrical Nerve Stimulation)
5. Psikoterapi

D. Farmakologi Obat Analgesik


1. Lidokain tempel ( Lidocaine patch ) 5 %

a. Berisi lidokain 5 % ( 700 mg)

b. Mekanisme kerja : memblok aktivitas abnormal di kanal natrium neuronal

c. Memberikan efek analgesik yang cukup baik ke jaringan lokal, tanpa adanya efek
anestesi (baal), bekerja secara perifer sehingga tidak ada efek samping sistemik

d. Indikasi: sangat baik untuk nyeri neuropatik (misalnya neuralgia pasca herpetic,
neuropati diabetic, neuralgia pasca pembedahan), nyeri punggung bawah, nyeri
miofasial, osteoarthritis.

e. Efek samping : iritasi kulit ringan pada tempat menempelnya lidokain

f. Dosis dan cara penggunaan : dapat memakai hingga 3 patches di area yang paling
nyeri (kulit harus intak, tidak boleh ada luka terbuka ) dipakai selama < 12 jam dalam
periode 24 jam )

2. Eutectic Mixture of Local Anesthetics ( EMLA)


a. Mengandung lidokain 2,5 % dan prilokain 2,5 %
b. Indikasi : anestesi topical yang diaplikasikan pada kulit yang intak dan pada
membrane mukosa genital untuk pembedahan minor superficial dan sebagai pre-
medikasi untuk anestesi infiltrasi.

9
c. Mekanisme kerja : efek anestesi (baal) dengan memblok total kanal natrium saraf
sensorik
d. Onset kerjanya bergantung pada jumlah krim yang diberikan. Efek anestesi lokal
pada kulit bertahan selama 2-3 jam dengan ditutupi kassa oklusif dan menetap selama
1-2 jam setelah kassa dilepas.
e. Kontraindikasi : methemoglobinemia idiopatik atau kongenital
f. Dosis dan cara penggunaan : oleskan krim EMLA dengan tebal pada kulit dan
tutuplah dengan oklusif.
3. Parasetamol
a. Efek analgesic untuk nyeri ringan – sedang dan anti – piretik. Dapat dikombinasikan
dengan opioid untuk memperoleh efek analgesic yang lebih besar.
b. Dosis: 10 mg/kgbb/kali dengan pemberian 3-4 kali sehari.Untuk dewasa dapat
diberikan dosis 3-4 kali 500mg perhari.
4. Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid ( OAINS )

a. Efek analgesik pada nyeri akut dan kronik dengan intensitas ringan, sedang, anti
piretik

b. Kontraindikasi : pasien dengan Triad Franklin ( polip hidung, angioedema, dan


urtikaria ) karena sering terjadi reaksi anafilaktoid.

c. Efek samping : gastrointestinal ( erosi / ulkus gaster ), disfungsi renal, peningkatan


enzim hati.

d. Ketorolak :

1) Merupakan satu – satunya OAINS yang tersedia untuk parenteral. Efektif untuk
nyeri sedang – berat

2) Bermanfaat jika terdapat kontraindikasi opiod atau dikombinasikan dengan opioid


untuk mendapat efek sinergistik dan meminimalisasi efek samping opioid
( depresi pernapasan, sedasi, statis gastrointestinal ). Sangat baik untuk terapi
multi-analgesik.

5. Efek analgesik pada Antidepresan


a. Mekanisme kerja : memblok pengambilan kembalil norepinefrin dan serotonin
sehingga meningkatkan efek neurotransmitter tersebut dan meningkatkan aktivitasi
neuron inhibisi nosiseptir
b. Indikasi : nyeri neuropatik ( neuropati DM, neuralgia pasca – herpetic, cedera saraf
perifer, nyeri sentral )
c. Contoh obat yang sering dipakai : amitriptilin, imipramine, despiramin, efek
antinosiseptif perifer. Dosis : 50 – 300 mg, sekali sehari.
6. Anti – konvulsan
a. Carbamazepine : efektif untuk nyeri neuropatik. Efek samping somnolen, gangguan
berjalan, pusing. Dosis : 400 – 1800 mg/hari (2-3 kali perhari ). Mulai dengan dosis
kecil (2 x 100 mg ), ditingkatkan perminggu hingga dosis efektif
b. Gabapentin : Merupakan obat pilihan utama dalam mengobati nyeri neuropatik.
Efektif samping minimal dan ditoleransi dengan baik. Dosis : 100 – 4800 mg/hari
( 3-4 kali sehari )
10
7. Antagonis kanal natrium
a. Indikasi : nyeri neuropatik dan pasca – operasi
b. Lidokain : dosis 2 mg/kg BB selama 20 menit, lalu dilanjutkan dengan 1 – 3 mg/kg
BB/jam titrasi
c. Prokain : 4-6,5 mg / kg BB / hari.
8. Antagonis kanal kalsium
a. Ziconotide : merupakan anatagonis kanal kalsium yang paling efektif sebagai
analgesic. Dosis : 1-3 ug/hari. Efek samping : pusing, mual, nistagmus,
ketidakseimbangan berjalan, konstipasi. Efek samping ini bergantung dosis dan
reversible jika dosis dikurangi atau obat dihentikan.
b. Nimodipin, Verapamil : mengobati migraine dan sakit kepada kronik. Menurunkan
kebutuhan morfin pada pasien kanker yang menggunakan eskalasi dosis morfin.
9. Tramadol
a. Merupakan analgesic yang lebih poten daripada OAINS oral, dengan efek samping
yang lebih sedikit, ringan. Berefek sinergistik dengan medikasi OAINS.
b. Indikasi : Efektif untuknyeri akut dan kronik intensitas sedang ( nyeri kanker,
osteoarthritis, nyeri punggung bawah neuropati DM, fibromyalgia, neuralgia pasca –
herpetic, nyeri pasca – operasi
c. Efek samping : pusing, mual, muntah, letargi, konstipasi
d. Jalur pemberian : intravena, epidural, rectal, dan oral
e. Dosis tramadol oral : 3-4 kali 50 – 100 mg ( perhari ). Dosis maksimal 400 mg
dalam 24 jam
f. Titrasi : terbukti meningkatkan toleransi pasien terhadap medikasi, terutama
digunakan pada pasien nyeri kronik dengan riwayat toleransi yang buruk terhadap
pengobatan atau memiliki risiko tinggi jatuh.

Jadwal titrasi tramadol

Protokol Dosis inisial Jadwal titrasi Direkomendasikan


Titrasi untuk
Titrasi 10 4x50 mg  2x50 mg  Lanjut usia
hari selama 3  Resiko jatuh
selama 3 hari
 Sensitivitas
hari
 Naikkan medikasi
menjadi 3x50 mg selama 3
hari

 Lanjutka
n dengan 4x50mg

 Dapat
dinaikkan sampai tercapai
11
efek analgesik yang
diinginkan
Titrasi 16 4x25mg  2x25mg 
hari selama 3 selama 3 hari Lanjut usia
hari
 Naikkan 
menjadi 3x25 mg selama 3 Resiko jatuh
hari

 Naikkan Sensitivitas
menjadi 4x25mg selama 3 medikasi
hari

 Naikan
menjadi 2x 50 mg dan
2x25mg selama 3 hari

 Naikkan
menajdi 4 x 50 mg

 Dapat
dinaikkan sampai tercapai
efek analgesik yang
diinginkan

10. Opiod
a. Merupakan analgesic poten ( tergantung dosis ) dan efeknya dapat ditiadakan oleh
nalokson
b. Contoh opiod yang sering digunaka : morfin, sufentanil, meperidin
c. Dosis fopiod disesuaikan pada setiap individu, gunakanlah titrasi
d. Adiksi terhadap opiod sangat jarang terjadi bila digunakan untuk penatalaksanaan
nyeri akut.
e. Efek samping :
1) Depresi pernapasan, dapat terjadi pada :

 Overdosis : pemberian dosis besar, akumulasi akibat pemberian secara infuse,


opioid long acting

 Pemberian sedasi bersamaan (benzodiazepine, antihistamin, antiemetik


tertentu )

 Adanya kondisi tertentu : gangguan elektrolit, hipovolemia, uremia, gangguan


respirasi dan peningkatan tekanan intracranial

 Obstructive sleep apnoe atau obstruksi jalan nafas intermiten

2) Sedasi: adalah indikator yang baik untuk dipantau dengan menggunakan skor
sedasi yaitu :
12
 0 = sadar penuh
 1 = sedasi ringan, kadang mengantuk, mudah dibangunkan
 2 = sedasi sedang, sering secara konstan mengantuk, mudah dibangunkan
 3 = sedasi berat, somnolen, sukar dibangunkan
 S = tidur normal
3) Sistem Saraf Pusat :

 Euforia, halusinasi, miosis, kekakukan otot

 Pemakai MAOI : pemberian petidin dapat menimbulkan koma

4) Toksisitas metabolit
 Petidin ( norpetidin ) menimbulkan tremor, twitching, mioklonus multifokal,
kejang
 Petidin tidak boleh digunakan lebih dari 72 jam untuk penatalaksanaan nyeri
pasca – bedah
 Pemberian morfin kronik : menimbulkan ganguan fungsi ginjal, terutama pada
pasien usia > 70 tahun.
5) Efek kardiovaskular :
 Tergantung jenis, dosis,d an cara pemberian, status volume intravascular, serta
level aktivitas simpatetik
 Morfin menimbulkan vasodilatasi
 Petidin menimbulkan takikardi
6) Gastrointestinal: mual, muntah. Terapi untuk mual dan muntah : hidrasi dan
pantau tekanan darah dengan adekuat, hindari pergerakan berlebihan pasca bedah,
atasi kecemasan pasien, obat antiemetic

Perbandingan Obat – Obatan Anti Emetik

Kategori Metokloprami Droperidol, Ondansetron Proklorperazin


d butirofenon fenotiazin
Durasi ( jam ) 4 4-6 (dosis 8-24 6
rendah)

24 (dosis tinggi)
Efek samping : ++ ++ - +

 - - - +
Ekstrapiramidal + ++ - +

Anti kolinergik

13

Sedasi
Dosis (mg) 10 0,25-0,5 4 12,5
Frekuensi Tiap 4-6 jam Tiap 4-6 jam Tiap 12 jam Tiap 6-8 jam
Jalur Oral, IV, IM IV, 1M Oral, IV Oral, 1M
pemberian

a) Pemberian Oral :

 Sama efektifnya dengan pemberian parenteral pada dosis yang sesuai


 Digunakan segera setelah pasien dapat mentoleransi medikasi oral

b) Injeksi intramuscular :

 Merupakan rute parenteral standar yang sering digunakan


 Namun, injeksi menimbulkan nyeri dan efektifitas penyerapannyatidak dapat
diandalkan
 Hindari pemberian via intramuscular sebisa mungkin

c) Injeksi subkutan

d) Injeksi intravena :

 Pilihan perenteral utama setelah pembedahan major


 Dapat digunakan sebagai bolus atau pemberian terus menerus (melalui infus)
 Terdapat risiko depresi pernapasan pada pemberian yang tidak sesuai dosis

e) Injeksi supraspinal :

 Lokasi mikroinjeksi terbaik : mesencephalic periaqueductal gray (PAG)


 Mekanisme kerja: memblok respons nosiseptif di otak
 Opiod intraserebroventrikular digunakan sebagai pereda nyeri pada pasien
kanker.

f) Injeksi spinal ( epidural, intratekal ) :

 Secara selektif mengurangi keluarnya neurotransmitter di neuron


kornudorsalis spinal
 Sangat efektif sebagai analgesic
 Harus dipantau dengan ketat

g) Injeksi Perifer

 Pemberian opiod secara langsung ke saraf perifer menimbulkan efek anestesi


local (pada konsentrasi tinggi )
 Sering digunakan pada: sendi lutut yang mengalami inflamasi

E. Pencegahan

1. Edukasi pasien :
Berikan informasi mengenai kondisi dan penyakit pasien, serta tatalaksananya
Diskusikan tujuan dari manajemen nyeri dan manfaatnya untuk pasien

14
Beritahukan bahwa pasien dapat menghubungi tim medis jika memiliki pertanyaan/
ingin berkonsultasi mengenai kondisinya
Pasien dan keluarga ikut dilibatkan dalam menyusun manajemen nyeri
(termasuk penjadwalan medikasi, pemilihan analgesic, dan jadwal control)
2. Kepatuhan pasien dalam menjalani manajemen nyeri dengan baik

F. Medikasi saat pasien pulang

a. Pasien dipulangkan segera setelah nyeri dapat teratasi dan dapat beraktivitas seperti biasa/
normal

b. Pemilihan medikasi analgesic bergantung pada kondisi pasien

FLOW CHART PENANGANAN NYERI

NYERI RINGAN Edukasi, teknik Nyeri perbaikan


relaksasi, cek faktor 1 jam OBSERVASI
NRS/WBFPS/FLACC NRS/WBFPS/FLACC/CS
<4 Comfort Scale yang mempengartuhi berkurang 50%
10-18
mm
1jam

Ya
Nyeri tidak ada Koord. GP untuk Skala Nyeri tidak
1 jam
perbaikan pemberian analgetik berubah atau membaik
ringan PCT/OAINS 1 jam Tidak

NYERI SEDANG Koord. GP/DPJP untuk


pemberian opiat lini 30 min Nyeri perbaikan
NRS/WBFPS/FLACC NRS/WBFPS/FLACC/CS
4-6 Comfort Scale pertama CODEIN/
TRAMADOL berkurang 50%
19-27 OBSERVASI
n

30min

Nyeri tidak berkurang, Evaluasi Ulang Koord DPJP untuk


30 menit konsultasi tim
skala masih nyeri sedang
manajemen nyeri

NYERI BERAT Lapor Tim Nyeri perbaikanNyeri


NRS/WBFPS/FLACC Manajemen Kedaruratan
15 min NRS/WBFPS/FLACC/CS
7-10 Comfort Scale Nyeri/DPJP untuk  15 Berikan Opiat Kuat YA
berkurang
 Titrasi IV 50%
28-45 tatalaksana sesuai
TIDAK

instruksi  Follow up lanjutan oleh


OBSERVASI
Tim Manajemen Nyeri
BAB IV
DOKUMENTASI
Dokumentasi yang dilakukan dalam perawatan manajemen nyeri adalah;

1. Perawat, Dokter atau DPJP mencatat semua hasil pengkajian dan pemeriksaan yang berkaitan
nyeri dalam formulir pengkajian umum.

2. Perawat, Dokter atau DPJP mencatat rencana dan tindak lanjut, serta asuhan pelayanan nyeri
di dalam form catatan perkembangan pasien terintegrasi.

3. Perawat melakukan pencatatan pemantauan nyeri pada formulir grafik observasi.

PT. TEMBAKAU DELI MEDICA


Rumah Sakit Umum dr. G.L Tobing

dr. Novi Fitriani


Kepala

16

Anda mungkin juga menyukai