0
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi ................................................................................................... 1
BAB I DEFINISI............................................................. 2
BAB II RUANG LINGKUP ................................................................. 3
BAB III TATA LAKSANA................................................................... 4
BAB IV DOKUMENTASI .................................................................... 17
1
BAB I
DEFINISI
1. Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang diakibatkan adanya kerusakan
jaringan yang sedang atau akan terjadi, atau pengalaman sensorik dan emosional yang
merasakan seolah – olah terjadi kerusakan jaringan. (International Association for the Study
of Pain)
2. Nyeri akut adalah nyeri dengan onset segera dan durasi yang terbatas, memiliki hubungan
temporal dan kausal dengan adanya cedera atau penyakit.
3. Nyeri kronik adalah nyeri yang bertahan untuk periode waktu yang lama. Nyeri kronik
adalah nyeri yang terus ada meskipun telah terjadi proses penyembuhan dan sering sekali
tidak diketahui penyebabnya yang pasti.
4. Skala nyeri adalah pengukuran intensitas nyeri/ gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang
yang berbeda.
5. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan
respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga
tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri.
2
BAB II
RUANG LINGKUP
1. Panduan ini mengatur untuk memberikan asuhan pasien dalam pelayanan manajemen
nyeri
3. Panduan ini diterapkan kepada semua pasien baik di rawat jalan, ruang rawat biasa
maupun di ruang rawat intensif.
4. Pelaksana panduan ini adalah para tenaga kesehatan (medis, perawat, bidan, farmasi) dan
staf pendukung yang bekerja di rumah sakit.
3
BAB III
TATA LAKSANA
1. Skala Nyeri
a. Numeric Rating Scale.
1) Digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia > 5 tahun yang dapat
menggunakan angka untuk melambangkan intensitas nyeri yang dirasakannya.
2) Instruksi : pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan dan
dilambangkan dengan angka antara 0 – 10.
1 – 3 = nyeri ringan (secara obyektif pasien dapat berkomunikasi dengan baik)
4 – 6 = nyeri sedang (secara obyektif pasien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendiskripsikan, dapat mengikuti perintah
dengan baik)
7 – 10 = nyeri berat (secara obyektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri,
tidak dapat mendiskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas
panjang dan distraksi).
1 – 3 nyeri ringan
4 – 6 nyeri sedang
7 – 10 nyeri berat
c. FLACC SCALE
4
1) Indikasi: digunakan pada pasien bayi dan anak < 5 tahun yang tidak dapat
dinilai menggunakan Numeric Rating Scale Wong dan Baker FACES Pain
Scale
2) Instruksi terdapat 5 katagori dengan masing-masing kategori memiliki skor 0
– 2, dengan total skor 0 – 10.
3) Skor nyeri ditentukan dengan jumlah masing-masing kategori:
1 – 3 nyeri ringan
4 – 6 nyeri sedang
7 – 10 nyeri berat
SKOR
NO KATAGORI TOTAL
0 1 2
(kadang
kadang)
normal, tegang
gerakan
mudah
kadang-kadang berteriak
mengeluh sering
mengeluh
sentuhan,
5
pelukan,
bujukan,
dapat dialihkan
SCOR TOTAL
d. COMFORT Scale
1) Indikasi: pasien anak > 5 tahun dan dewasa di ruang rawat khusus ICU/
kamar operasi/ ruang rawat inap yang tidak dapat dinilai menggunakan
Numeric Rating Scale Wong, Baker FACES Pain Scale dan Flacc Scale
2) Instruksi: terdapat 9 kategori dengan setiap kategori memiliki skor 1-5,
dengan skor total antara 9 – 45.
3) Skor nyeri ditentukan berdasarkan jumlah skor dari asing-masing katagori.
9 – 18 nyeri ringan
19 – 27 nyeri sedang
28 – 45 nyeri berat
COMFORT SCALE
6
2. terisak – isak
3. meraung
4. Menangis
5. berteriak
Pergerakan 1. tidak ada pergerakan
2. kadang – kadang bergerak perlahan
3. sering bergerak perlahan
4. pergerakan aktif/ gelisah
5. pergerakan aktif termasuk badan dan kepala
Tonus otot 1. otot relaks sepenuhnya, tidak ada tonus otot
2. penurunan tonus otot
3. tonus otot normal
4. peningkatan tonus otot dan fleksi jari tangan dan
kaki
5. kekakuan otot ekstrim dan fleksi jari tangan dan
kaki
Tegangan wajah 1. otot wajah relaks sepenuhnya
2. tonus otot wajah normal, tidak terlihat tegangan
otot wajah yang nyata
3. tegangan beberapa otot wajah terlihat nyata
4. tegangan hampir di seluruh otot wajah
5. seluruh otot wajah tegang, meringis
Tekanan darah 1. tekanan darah di bawah batas normal
2. tekanan darah berada di batas normal secara
basal
konsisten
3. peningkatan tekanan darah sesekali ≥15% di atas
batas normal (1-3 kali dalam observasi selama 2
menit )
4. seringnya peningkatan tekanan darah ≥15 % di
atas batas normal ( > 3 kali dalam observasi
selama 2menit)
5. peningkatan tekanan darah terus menerus ≥ 15 %
Denyut jantung 1. denyut jantung di bawah batas normal
2. denyut jantung berada di batas normal secara
basal
konsisten
3. peningkatan denyut jantung sesekali ≥ 15 % di
atas batas normal (1-3 kali dalam observasi
selama 2 menit )
4. Seringnya peningkatan denyut jantung ≥ 15 %
diatas batas normal ( > 3 kali dalam observasi
selama 2 menit )
5. Peningkatan denyut jantung terus menerus ≥ 15
%
Skor total
7
e. NIPS
No Kategori Skor
0 1 2
1 Ekspresi Wajah Rileks Meringis -
2 Menangis Tidak Menangis Merengek Kuat
3 Pernafasan Rileks Perubahan Pola -
Nafas
4 Lengan Rileks/Menahan Fleksi/Ekstensi -
5 Tungkai Rileks/Menahan Fleksi/Ekstensi -
6 Kepekaan Terhadap Tidur/Bangun Rewel -
Rangsangan
Total Skor :...............
b. Karakter dan derajat keparahan nyeri : nyeri tumpul, nyeri tajam, rasa terbakar, tidak
nyaman, kesemutan neuralgia.
of daily living)
l. Singkirkan kemungkinan potensi emergensi pembedahan, seperti adanya fraktur yang
tidak stabil, gejala neurologis progresif cepat yang berhubungan dengan sindrom
kauda ekuina.
B. Reasesmen Nyeri
1. Reasesmen nyeri dilakukan setiap melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital.
8
2. Dokumentasi reasesmen nyeri dicatat pada Formulir Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi dan dimonitor di Formulir Grafik Suhu.
3. Apabila terjadi perubahan skor skala nyeri maka mengacu pada SPO Penanganan Nyeri.
c. Memberikan efek analgesik yang cukup baik ke jaringan lokal, tanpa adanya efek
anestesi (baal), bekerja secara perifer sehingga tidak ada efek samping sistemik
d. Indikasi: sangat baik untuk nyeri neuropatik (misalnya neuralgia pasca herpetic,
neuropati diabetic, neuralgia pasca pembedahan), nyeri punggung bawah, nyeri
miofasial, osteoarthritis.
f. Dosis dan cara penggunaan : dapat memakai hingga 3 patches di area yang paling
nyeri (kulit harus intak, tidak boleh ada luka terbuka ) dipakai selama < 12 jam dalam
periode 24 jam )
9
c. Mekanisme kerja : efek anestesi (baal) dengan memblok total kanal natrium saraf
sensorik
d. Onset kerjanya bergantung pada jumlah krim yang diberikan. Efek anestesi lokal
pada kulit bertahan selama 2-3 jam dengan ditutupi kassa oklusif dan menetap selama
1-2 jam setelah kassa dilepas.
e. Kontraindikasi : methemoglobinemia idiopatik atau kongenital
f. Dosis dan cara penggunaan : oleskan krim EMLA dengan tebal pada kulit dan
tutuplah dengan oklusif.
3. Parasetamol
a. Efek analgesic untuk nyeri ringan – sedang dan anti – piretik. Dapat dikombinasikan
dengan opioid untuk memperoleh efek analgesic yang lebih besar.
b. Dosis: 10 mg/kgbb/kali dengan pemberian 3-4 kali sehari.Untuk dewasa dapat
diberikan dosis 3-4 kali 500mg perhari.
4. Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid ( OAINS )
a. Efek analgesik pada nyeri akut dan kronik dengan intensitas ringan, sedang, anti
piretik
d. Ketorolak :
1) Merupakan satu – satunya OAINS yang tersedia untuk parenteral. Efektif untuk
nyeri sedang – berat
Lanjutka
n dengan 4x50mg
Dapat
dinaikkan sampai tercapai
11
efek analgesik yang
diinginkan
Titrasi 16 4x25mg 2x25mg
hari selama 3 selama 3 hari Lanjut usia
hari
Naikkan
menjadi 3x25 mg selama 3 Resiko jatuh
hari
Naikkan Sensitivitas
menjadi 4x25mg selama 3 medikasi
hari
Naikan
menjadi 2x 50 mg dan
2x25mg selama 3 hari
Naikkan
menajdi 4 x 50 mg
Dapat
dinaikkan sampai tercapai
efek analgesik yang
diinginkan
10. Opiod
a. Merupakan analgesic poten ( tergantung dosis ) dan efeknya dapat ditiadakan oleh
nalokson
b. Contoh opiod yang sering digunaka : morfin, sufentanil, meperidin
c. Dosis fopiod disesuaikan pada setiap individu, gunakanlah titrasi
d. Adiksi terhadap opiod sangat jarang terjadi bila digunakan untuk penatalaksanaan
nyeri akut.
e. Efek samping :
1) Depresi pernapasan, dapat terjadi pada :
2) Sedasi: adalah indikator yang baik untuk dipantau dengan menggunakan skor
sedasi yaitu :
12
0 = sadar penuh
1 = sedasi ringan, kadang mengantuk, mudah dibangunkan
2 = sedasi sedang, sering secara konstan mengantuk, mudah dibangunkan
3 = sedasi berat, somnolen, sukar dibangunkan
S = tidur normal
3) Sistem Saraf Pusat :
4) Toksisitas metabolit
Petidin ( norpetidin ) menimbulkan tremor, twitching, mioklonus multifokal,
kejang
Petidin tidak boleh digunakan lebih dari 72 jam untuk penatalaksanaan nyeri
pasca – bedah
Pemberian morfin kronik : menimbulkan ganguan fungsi ginjal, terutama pada
pasien usia > 70 tahun.
5) Efek kardiovaskular :
Tergantung jenis, dosis,d an cara pemberian, status volume intravascular, serta
level aktivitas simpatetik
Morfin menimbulkan vasodilatasi
Petidin menimbulkan takikardi
6) Gastrointestinal: mual, muntah. Terapi untuk mual dan muntah : hidrasi dan
pantau tekanan darah dengan adekuat, hindari pergerakan berlebihan pasca bedah,
atasi kecemasan pasien, obat antiemetic
24 (dosis tinggi)
Efek samping : ++ ++ - +
- - - +
Ekstrapiramidal + ++ - +
Anti kolinergik
13
Sedasi
Dosis (mg) 10 0,25-0,5 4 12,5
Frekuensi Tiap 4-6 jam Tiap 4-6 jam Tiap 12 jam Tiap 6-8 jam
Jalur Oral, IV, IM IV, 1M Oral, IV Oral, 1M
pemberian
a) Pemberian Oral :
b) Injeksi intramuscular :
c) Injeksi subkutan
d) Injeksi intravena :
e) Injeksi supraspinal :
g) Injeksi Perifer
E. Pencegahan
1. Edukasi pasien :
Berikan informasi mengenai kondisi dan penyakit pasien, serta tatalaksananya
Diskusikan tujuan dari manajemen nyeri dan manfaatnya untuk pasien
14
Beritahukan bahwa pasien dapat menghubungi tim medis jika memiliki pertanyaan/
ingin berkonsultasi mengenai kondisinya
Pasien dan keluarga ikut dilibatkan dalam menyusun manajemen nyeri
(termasuk penjadwalan medikasi, pemilihan analgesic, dan jadwal control)
2. Kepatuhan pasien dalam menjalani manajemen nyeri dengan baik
a. Pasien dipulangkan segera setelah nyeri dapat teratasi dan dapat beraktivitas seperti biasa/
normal
Ya
Nyeri tidak ada Koord. GP untuk Skala Nyeri tidak
1 jam
perbaikan pemberian analgetik berubah atau membaik
ringan PCT/OAINS 1 jam Tidak
30min
1. Perawat, Dokter atau DPJP mencatat semua hasil pengkajian dan pemeriksaan yang berkaitan
nyeri dalam formulir pengkajian umum.
2. Perawat, Dokter atau DPJP mencatat rencana dan tindak lanjut, serta asuhan pelayanan nyeri
di dalam form catatan perkembangan pasien terintegrasi.
16