0
BAB I
DEFINISI
“Informed Consent“ adalah sebuah istilah yang sering dipakai untuk terjemahan dari
persetujuan tindakan medik. Informed Consent terdiri dari dua kata yaitu Informed dan Consent.
Informed diartikan telah di beritahukan, telah disampaikan atau telah di informasikan dan
Consent berarti persetujuan yang diberikan oleh seseorang untuk berbuat sesuatu. Dengan
demikian pengertian bebas dari Informed Consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien
kepada dokter untuk berbuat sesuatu setelah mendapatkan penjelasan atau informasi.
Informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang efektif antara dokter
dengan pasien dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan apa yang tidak akan
dilakukan terhadap pasien. Informed consent dilihat dari aspek hukum bukanlah sebagai
perjanjian antara dua pihak, atau perjanjian yang bersifat khusus, karena dalam pelayanan
kesehatan, dokter tidak bisa menjanjikan sesuatu dalam upaya penyembuhan seseorang, akan
tetapi seorang dokter akan selalu berupaya semaksimal mungkin menurut standar pelayanan dan
keilmuan tertinggi yang dimiliki oleh dokter dalam upaya penyembuhan dan penyelamatan
nyawa seseorang, karena setiap tindakan dalam pelayanan kesehatan mengandung risiko, maka
dari itu informed consent lebih cenderung kearah persetujuan sepihak atas layanan yang
ditawarkan pihak lain.
Salah satu tujuan dari informed consent adalah agar pasien mendapatkan informasi yang cukup
untuk dapat mengambil keputusan atas tindakan medis yang akan dijalani, kecuali jika
penyampaian informasi akan mempengaruhi psikis pasien, atau pasien sendiri yang meminta
dokter untuk tidak menyampaikan informasi kepadanya. Dengan demikian dalam menyampaikan
informasi seorang dokter diharapkan tidak mengurangi materi informasi sesuai dengan
kebutuhan pasien serta tidak memaksa pasien untuk segera memberikan keputusan setelah pasien
mendapatkan informasi.
Dalam penyampaian informasi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yang dikenal dengan
istilah 4 W, yaitu:
1
3. Who : siapa? (yang harus menyampaikan)
Dengan demikian, informasi dari dokter merupakan hak pasien dan kewajiban dokter yang
merawatnya. Ini berarti bahwa pasien berhak tanpa harus bertanya untuk mendapatkan informasi.
Azas hubungan dokter/ petugas kesehatan dengan pasien bertumpu pada dua macam hak asasi
manusia, sebagai mana terdapat dalam informed consent yaitu:
1. Hak atas informasi.
2. Hak memberikan persetujuan.
Pemenuhan hak asasi manusia merupakan dasar utama pengadaan informed consent dalam
rangka pelayanan kesehatan untuk kemanusiaan, serta bertujuan untuk melindungi pasien dari
segala tindakan medik dan perlindungan tenaga kesehatan terutama dokter terhadap terjadinya
akibat yang tak terduga serta dianggap merugikan pihak lain.
2
BAB II
RUANG LINGKUP
1. Panduan ini mengatur tentang Persetujuan/ Penolakan Tindakan Kedokteran dan diterapkan
kepada semua pasien yang akan dilakukan tindakan kedokteran.
2. Informasi dan penjelasan tindakan kedokteran ini dilakukan oleh Dokter Penanggung Jawab
Pasien (DPJP) atau Dokter yang akan melakukan tindakan kedokteran.
4. Pasien yang diberikan Informed Consent sesuai dengan Daftar Tindakan Kedokteran dan
Pengobatan RSU dr. G.L Tobing seperti terlampir dalam panduan ini.
3
BAB III
TATA LAKSANA
1. Kewajiban memberikan informasi dan penjelasan tindakan kedokteran dilakukan oleh Dokter
Penanggung Jawab Pasien (DPJP) atau Dokter yang akan melakukan tindakan kedokteran.
2. Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) yang dimaksud dalam point 1, adalah Dokter yang
merawat pasien tersebut dan sekaligus yang melakukan tindakan kedokteran.
3. Dokter yang akan melakukan tindakan kedokteran yang dimaksud dalam point 1 adalah
Dokter yang langsung melakukan tindakan kedokteran dan bukan DPJP.
5. Informasi dan penjelasan disampaikan secara lisan dengan bahasa yang mudah dimengerti
dan dipahami oleh pasien. Informasi secara tertulis hanya dilakukan sebagai pelengkap
penjelasan yang telah disampaikan secara lisan.
8. Formulir informed consent dianggap benar jika memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Persetujuan atau penolakan tindakan kedokteran (informed consent) diberikan untuk
tindakan kedokteran yang dinyatakan secara spesifik.
b. Persetujuan atau penolakan tindakan kedokteran (informed consent) diberikan tanpa
paksaan (voluntary).
c. Persetujuan atau penolakan tindakan kedokteran (informed consent) diberikan kepada
seorang (pasien) yang sehat mental dan dijelaskan oleh yang berhak memberikannya.
d. Persetujuan atau penolakan tindakan kedokteran (informed consent) diberikan setelah
diberikan cukup informasi dan penjelasan yang diberikan.
9. Informasi dan penjelasan dianggap cukup jika paling sedikit sepuluh hal pokok di bawah ini:
a. Informasi dan penjelasan tentang Diagnosis.
b. Informasi dan penjelasan tentang Dasar Diagnosis.
c. Informasi dan penjelasan tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan.
d. Informasi dan penjelasan tentang indikasi tindakan kedokteran yang akan dilakukan.
e. Informasi dan penjelasan tentang tata cara tindakan kedokteran yang akan dilakukan.
f. Informasi dan penjelasan tentang tujuan dan prospek keberhasilan tindakan medis yang
akan dilakukan.
g. Informasi dan penjelasan tentang risiko dan komplikasi yang mungkin akan terjadi.
4
h. Informasi dan penjelasan tentang prognosis penyakit apabila tindakan tersebut dilakukan.
i. Informasi dan penjelasan tentang alternatif tindakan lain yang tersedia dan risiko dari
masing-masing tindakan tersebut.
j. Informasi dan penjelasan tentang risiko jika tindakan tidak dilakukan.
12. Perluasan dari tindakan kedokteran yang telah disetujui tidak dibenarkan dilakukan dengan
alasan apapun juga, kecuali apabila mendapat persetujuan dari keluarga atau terpaksa
dilakukan untuk menyelamatkan jiwa pasien.
13. Demi kepentingan pasien, Informed Consent tidak diperlukan bagi pasien gawat darurat
dalam keadaan tidak sadar dan tidak didampingi oleh keluarga pasien yang berhak
memberikan persetujuan/ penolakan tindakan kedokteran (life saving).
14. Format isian Persetujuan atau penolakan tindakan kedokteran (informed consent) yang
digunakan seperti pada contoh formulir terlampir, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Diketahui dan ditandatangani oleh dua orang saksi. Keluarga bertindak sebagai saksi.
b. Formulir Informed Consent dimasukkan dalam berkas rekam medis pasien.
c. Formulir harus sudah diisi dan ditandatangani maksimal segera sebelum tindakan
kedokteran dilakukan.
d. Dokter harus ikut membubuhkan tandatangan sebagai bukti bahwa telah memberikan
informasi dan penjelasan secukupnya.
5
e. Sebagai ganti tanda tangan, pasien atau keluarganya yang buta huruf harus membubuhkan
cap jempol ibu jari tangan kanan.
15. Persetujuan atau penolakan tindakan kedokteran (informed consent) bagi pasien
Haemodialisis maka berlaku :
a. Selama 6 bulan atau
b. Bila terjadi perubahan interval jadwal hemodialisis atau
c. Bila informed consent sebelumnya dicabut atau
d. Bila terjadi perburukan kondisi pasien (menjadi cito atau penundaan).
16. Persetujuan atau penolakan tindakan kedokteran (informed consent) bagi pasien Kemoterapi
atau Radioterapi dan kedokteran nuklir yang memerlukan zat radio aktif dalam 1 (satu)
siklus terapi dan bila memerlukan tambahan siklus, maka dibuatkan kembali persetujuan
atau penolakan tindakan kedokteran (informed consent) .
17. Untuk :
a. Penolakan Tindakan Kedokteran
b. Penundaan Tindakan Kedokteran
c. Tranfusi darah dan komponen darah
d. Testing HIV
e. Restrain
f. Treadmill Test
g. Obat / Pemeriksaan Penunjang Mahal,
memiliki formulir (informed consent) tersendiri.
18. Jika pasien dan atau keluarga pasien melakukan pembatalan atau perubahan persetujuan atau
penolakan, maka pasien dan atau keluarga pasien menandatangani informed consent tersebut
pada kolom yang sesuai.
19. Pemberian informed consent dilakukan paling lambat 1 hari sebelum tindakan untuk tindakan
medis elektif dan satu jam sebelum dilakukan tindakan untuk tindakan medis cito.
6
BAB IV
DOKUMENTASI
Dokumentasi yang dilakukan dalam hal persetujuan/ penolakan tindakan kedokteran adalah:
1. Dokter yang memberikan informasi tindakan kedokteran dan pasien/ keluarga pasien yang
telah menerima informasi tersebut harus menandatangani Formulir Pemberian Informasi dan
Persetujuan/ Penolakan Tindakan Kedokteran (Informed Consent).
3. Pasien dan saksi-saksi dari pihak keluarga yang menyetujui/ menolak tindakan kedokteran
tersebut harus membubuhkan tandatangan pada Formulir Pemberian Informasi dan
Persetujuan/ Penolakan Tindakan Kedokteran (Informed Consent).
4. Informed consent yang telah ditandatangani disimpan dalam rekam medis pasien.