ZULFRIADY NOOR
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
ABSTRAK
Penulis
PRODUKTIVITAS DAN MUTU PAPRIKA
(Capsicum annuum L.) DALAM SISTEM HIDROPONIK
DI DATARAN RENDAH PULAU BATAM PADA BERBAGAI
TINGKAT NAUNGAN DAN PEMUPUKAN
ZULFRIADY NOOR
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Doktor
pada Departemen Budidaya Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
SURAT PERNYATAAN
Zulfriady Noor
995046/AGR
Judul Disertasi : Produktivitas dan Mutu Paprika (Capsicum annuum L.)
dalam Sistem Hidroponik di Dataran Rendah Pulau
Batam pada Berbagai Tingkat Naungan dan Pemupukan
Nama : Zulfriady Noor
NIM : 995046 / AGR
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, M.Sc. Dr. Ir. Slamet Susanto, M.Agr.
Anggota Anggota
Diketahui
Dr. Ir. Satriyas Ilyas, M.S. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro , M.S.
Halaman
DAFTAR TABEL.......................................................................................... xi
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 6
Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Paprika................................. 6
Radiasi Matahari dan Pengaruh Naungan terhadap Tanaman ..... 11
Sistem Budidaya Hidroponik .............................................................. 16
Zona Perakaran .................................................................................... 25
LAMPIRAN ....................................................................................................138
DAFTAR TABEL
Halaman
2 Formula Bahan Kimia Sumber Unsur Hara Bagi Sayuran Buah ....... 22
Halaman
9 Hasil Uji Kandungan Fosfor dan Kalium pada Varietas Spartacus 149
10 Hasil Uji Kandungan Fosfor dan Kalium pada Varietas Goldflame 150
Latar Belakang
Mulai
Varietas
dengan Daya
Kecambah
Baik
Varietas
Terpilih dan
Naungan
Optimum
Tingkat Frekuensi
P&K Fertigasi
Optimum Optimum
Tujuan
1. Menganalisis pengaruh suhu, kelembaban, dan intensitas radiasi
matahari yang berbeda terhadap produktivitas dan mutu beberapa
varietas paprika (Capsicum annuum L.) di dataran rendah.
2. Menganalisis pengaruh tingkat pemberian pupuk P dan K terhadap
produktivitas dan mutu hasil panen.
3. Menganalisis pengaruh frekuensi fertigasi terhadap produktivitas dan
mutu hasil panen paprika.
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui varietas paprika
yang mampu tumbuh di dataran rendah dan penggunaan pupuk P dan K
yang optimum dan frekuensi fertigasi yang efisien sehingga diperoleh
teknik budidaya hidroponik yang dapat diterapkan di dataran rendah.
Hipotesis
1. Perlakuan naungan berpengaruh terhadap produktivitas dan mutu
hasil panen paprika di dataran rendah.
2. Terdapat pengaruh interaksi naungan dan varietas terhadap
produktivitas dan mutu hasil panen paprika di dataran rendah.
3. Terdapat konsentrasi pupuk P dan K yang optimum bagi produktivitas
dan mutu hasil panen paprika di dataran rendah.
4. Terdapat pengaruh frekuensi fertigasi terhadap produktivitas dan mutu
hasil panen paprika di dataran rendah.
TINJAUAN PUSTAKA
per buah 220-250 g. Buah muda berwarna hijau tua, jika matang
berwarna merah dengan produktivitas sekitar 2 kg per tanaman.
6. Tropica
Varietas ini berasal dari Perancis. Tingginya relatif sedang. Buah
berukuran sedang. Bobot rata-rata per buah mencapai ± 150 g.
Bentuk buah seperti lonceng. Buah muda berwarna hijau, buah
matang berwarna merah.
B. Syarat Tumbuh
Seperti halnya tanaman yang lain, jenis tanaman paprika juga
membutuhkan persyaratan tumbuh yang sesuai. Adapun persyaratan
tumbuh tanaman paprika sebagai berikut :
a. Suhu
Menurut Somos (1984) suhu optimum untuk per tumbuhan paprika
pada kisaran 16-25°C. Pembentukan bunga yang optimum terjadi pada
suhu 20. 5°C pada siang hari dan 15. 5°C pada malam hari. Pada suhu
38°C pada siang hari dan 32°C pada malam hari akan menyebabkan
semua bunga dan calon buah rontok. Perkecambahan membutuhkan
suhu 30°C.
b. Cahaya
Tanaman paprika menghendaki cahaya yang cukup sepanjang hari,
namun tanaman ini tidak tahan pada sinar matahari yang terik dan
berlebihan. Untuk itu dalam budidaya paprika digunakan naungan sebagai
alat pengurang cahaya. Naungan dapat mereduksi intensitas radiasi
matahari, suhu tanah dan defisit air, serta meningkatkan kelembaban
tanah di sekitar pertanaman paprika (Sumiati dan Hilman 1994).
Beberapa hasil penelitian merekomendasikan untuk menggunakan
naungan yang terbuat dari plastik transparan dan dipasang seperti
sungkup setinggi minimal 1 m. Paprika yang ditanam dengan naungan
tersebut menunjukkan pertumbuhan vegetatif dan generatif yang lebih
baik dibandingkan tanpa naungan.
9
c. Kelembaban
Kelembaban udara penting untuk proses pembungaan. Bila pada
saat berbunga kelembaban udara rendah sedangkan suhu dan intensitas
cahaya tinggi, maka keseimbangan air yang masuk dan transpirasi lewat
daun terganggu. Kondisi tersebut akan mengakibatkan bunga dan buah
akan gugur serta tanaman menjadi layu. Tanah (media tanam) harus
selalu dalam keadaan lembab sebab apabila tanah atau media terlalu
kering akan menyebabkan tanaman menjadi layu dan bunga paprika
menjadi gugur yang berarti panen terancam gagal.
Untuk mengurangi kelembaban yang berlebihan, rumah kaca atau
sungkup plastik harus dibuka atau tepinya terbuat dari kawat kasa yang
memungkinkan udara bebas bergerak. Pemasang blower (kipas angin
yang berukuran besar ) juga dapat digunakan untuk mengatasi
kelembaban yang tinggi (Somos 1984).
d. Air
Tanaman paprika sangat responsif terhadap pemberian air. Kondisi
kelebihan air dapat mengakibatkan busuk akar sehingga mengganggu
pertumbuhan tanaman bahkan menyebabkan kematian tanaman. Kondisi
kekurangan air akan menyebabkan tanaman menjadi layu dan proses
penyerapan nutrisi dan mineral terganggu.
Konsumsi air tanam an paprika akan meningkat pada siang dan
menjelang sore hari saat suhu udara dan radiasi matahari mencapai titik
tertinggi dan kelembaban nisbi mencapai titik terendah (Somos 1984).
Kebutuhan tanaman paprika dewasa terhadap air dalam satu hari rata-rata
0.5 liter. Meskipun demikian kebutuhan tersebut tergantung pada suhu,
kelembaban dan sirkulasi udara di sekitar tanaman.
e. Ketinggian Tempat
Tanaman paprika dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 500-
1500 m dpl. Menurut Sigh (2004) paprika yang ditanam di dataran rendah
memiliki ukuran buah dan produktivitas yang rendah karena fluktuasi suhu
udara yang relatif tinggi di lapangan. Hasil percobaan Subekti (2002)
menunjukkan bahwa paprika yang ditanam di Cianjur pada ketinggian
10
1100 m dpl menghasilkan bobot per tanaman yaitu 1.77 kg, sedangkan
percobaan Wahyudi (2000) di Parung, Jawa Barat dengan ketinggian
100 m dpl menghasilkan rata-rata 0.75 kg per tanaman. Hasil penelitian
lain yang dilakukan Rita (2002) di Cibubur, Jakarta Timur yang merupakan
daerah dataran rendah menghasilkan bobot per tanaman yaitu 0. 77 kg.
f. Unsur Hara
Tanaman paprika membutuhkan unsur hara makro maupun mikro.
Somos (1984) menyatakan bahwa unsur P dibutuhkan lebih sedikit dari
pada unsur N (10%). Tanaman paprika yang mengalami kekurangan
unsur P akan mengalami pertumbuhan yang kerdil, berdaun sempit, warna
daun kusam keabu-abuan, batang mudah patah, pertumbuhan bunga
sedikit, serta buah tidak berkembang dengan baik karena mudah
mengalami keguguran. Kondisi tersebut menyebabkan kualitas dan
kuantitas hasil panen juga rendah. Kekurangan P menyebabkan ukuran
buah menjadi lebih kecil, bentuknya tidak beraturan, serta warna menjadi
tidak menarik.
Kekurangan unsur K pada tanaman paprika akan menyebabkan
pertumbuhan melambat, daun kerdil , berwarna kecoklatan dan mudah
mengalami kerontokan, serta ukuran dan jumlah buah berkurang.
Kelebihan K akan menyebabkan timbulnya penyakit blossom -end rot serta
fenomena antagonis me K-Ca. Besarnya jumlah K dalam tanaman akan
menghalangi penyerapan kalsium oleh tanaman. Pengelolaan unsur hara
yang tepat sesuai dengan kebutuhan tanaman akan meningkatkan
perkembangan organ-organ reproduktif tanaman sehingga diperoleh hasil
panen dengan kualitas dan kuantitas yang baik.
Kebutuhan N, P, dan K tanaman paprika terbesar terjadi sekitar 10
hari setelah pembungaan hingga sebelum buah mengalami pematangan.
Sejumlah kecil N dan sedikit P dan K pada buah ditranslokasikan dari
bagian vegetatif tanaman. Dibandingkan unsur N dan K, unsur P diserap
paling banyak pada malam hari (Hedge 1994).
11
B. Metode Hidroponik
Menurut Harjadi (1989) terdapat empat metode hidroponik yaitu
hidroponik kultur pasir, sistem terbuka agregat, teknik selaput hara, dan
sistem hidroponik terapung. Pada hidroponik kultur pasir, pasir bertindak
sebagai media tumbuh permanen. Pada sistem terbuka agregat, bibit
dipindahkan ke wadah yang diisi dengan substrat inert (seperti rockwool
dan peat) dan disiram dengan larutan hara. Untuk hidroponik dengan
sistem selaput hara, hara disirkulasi kembali dalam sistem tertutup.
Hidroponik sistem terapung banyak digunakan untuk sayuran. Pada
sistem ini tanaman sayuran ditanam pada panel plastik yang mengapung
pada kolam hara.
Pada metode kultur pasir dan arang sekam, sistem yang banyak
dipakai adalah sistem irigasi tetes (drip irrigation). Dalam sistem tersebut
tanaman memperoleh unsur hara secara individu dari tetesan larutan hara
melalui saluran-saluran yang terpasang dekat daerah perakaran. Sistem
sub irigasi (sub - irrigation system) sering digunakan dalam metode kultur
agregat. Dalam sistem ini air dan larutan hara dipompakan ke dalam
tempat media kemudian larutan tersebut mengalir kembali ke tempat
penampungan untuk selanjutnya dipompa lagi dan seterusnya sampai
pada batas tertentu larutan harus diganti.
Tabel 2. Formula Bahan Kimia Sumber Unsur Hara Bagi Sayuran Buah
Kebutuhan Nutrisi (ppm)
D. Fertigasi
Fertigasi adalah sistem irigasi atau pengairan yang dilakukan
bersama-sama dengan aplikasi pupuk. Teknik fertigasi sangat cocok
diterapkan dalam budidaya tanaman di daerah dengan jumlah air yang
terbatas, karena jumlah air yang digunakan dalam teknik fertigasi dapat
diatur.
Hochmuth (1992) menjelaskan bahwa pupuk yang diberikan
secara fertigasi dengan irigasi tetes menyebar rata dan seragam ke sistem
perakaran tanaman dan mengefisienkan pemberian dosis sehingga dosis
yang diberikan dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan
sesuai dengan tahap pertumbuhannya. Jika diaplikasikan dalam sistem
irigasi tetes atau fertigasi dapat menjaga kesegaran daun dan
23
E. Rumah Kaca
Rumah kaca merupakan suatu bangunan yang berfungsi untuk
melindungi tanaman dari berbagai gangguan cuaca seperti hujan, angin
dan intensitas radiasi matahari yang tinggi serta melindungi tanaman dari
serangan hama dan penyakit. Pada umumnya rumah kaca diperlukan
untuk tanaman yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup penting
seperti berbagai jenis tanaman bunga-bungaan (diantaranya mawar,
anyelir, gladiol, anggrek, dan krisan), tanaman sayur-sayuran (diantaranya
tomat, kapri, brokoli, sawi, dan paprika), tanaman buah-buahan
(diantaranya melon, anggur, dan semangka). Selain itu rumah kaca di
Indonesia sangat sesuai diterapkan untuk tanaman komoditas ekspor
yang menghendaki kualitas baik dan ukuran yang seragam (Wahyudi
1999).
24
Zona Perakaran
Suhu di zona perakaran merupakan hal penting yang harus
diperhatikan dalam budidaya pertanian karena dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Hal tersebut karena suhu di
zona perakaran dapat berpengaruh terhadap kemampuan akar menarik
air (Kafkafi 2001) dan nutrisi (Daskalaki dan Burrage 1998). . Pengaturan
suhu optimum pada zona perakaran berbeda untuk setiap tanaman dan
merupakan hal penting pada budidaya tanaman tanpa tanah (Kafkafi
2001).
Rata-rata serapan air oleh akar pada tanaman tomat meningkat
hingga 250% saat suhu akar berubah dari 12°C menjadi 20°C pada
kondisi radiasi matahari, kelembaban, dan suhu daun yang tetap. Apabila
suhu diturunkan dari 20°C menjadi 12°C maka serapan air menjadi
menurun (Kafkafi 2001). Hal yang sama terjadi pada tanaman ketimun
bahwa penyerapan nutrisi meningkat secara tajam saat suhu meningkat
dari 12°C menjadi 20°C (Daskalaki dan Burrage 1998).
Patappa (2001) menambahkan bahwa suhu z ona perakaran
yang baik pada kisaran antara 20-30°C dan pertumbuhan berkurang bila
di atas kisaran tersebut. Pada suhu 45°C akan terjadi kematian tanaman
secara permanen. Saat suhu zona perakaran 28°C maka pengambilan
air, luas daun dan pertumbuhan total tanaman mencapai maksimum. Saat
suhu diantara 20°C dan 36°C, pengambilan unsur P dan Ca meningkat
sedangkan terhadap unsur N, K, dan Mg kecil pengaruhnya (Daskalaki
dan Burrage 1998). Pengambilan N, P, dan K sangat berkurang saat suhu
zona perakaran ekstrim rendah (Kafkafi 2001).
Kehadiran ammonium pada zona perakaran menjadi sangat
penting apabila suhu zona perakaran rendah, sebaliknya ammonium akan
menjadi lebih berbahaya bagi tanaman apabila suhu zona perakaran
tinggi. Perbedaan tingkat sensitivitas tanaman terhadap keracunan
ammonium tergantung pada perbedaan konsentrasi gula pada akar.
Metabolisme ammonium yang terjadi di akar memerlukan gula untuk
26
berlantai tanah yang dipadatkan. Luas lantai setiap span adalah 100 m 2,
dengan ukuran 10 m x 10 m. Tinggi tepi dinding adalah 2.5 m dan tiang
tengah adalah 5 m.
Pelaksanaan
Dalam percobaan ini digunakan arang sekam sebagai media tanam.
Arang sekam merupakan media tanam yang cukup ideal untuk budidaya
hidroponik sistem irigasi tetes karena bersifat porous, daya serap air tinggi,
dan cukup steril. Arang sekam yang sudah siap digunakan ditempatkan
dalam polybag (hitam) ukuran 10 cm x 10 cm x 10 cm untuk pembibitan
dan 30 cm x 30 cm x 35 cm untuk penanaman di rumah plastik.
Persemaian dilakukan dengan menyebarkan benih paprika pada
alur-alur tertentu di atas permukaan kotak semai plastik berukuran 24 cm x
30 cm x 5 cm yang sebelumnya telah di isi arang sekam. Tempat semai
diisi dengan media semai setinggi 5 cm dan jarak antara alur 1.5 – 2 cm.
Permukaan media semai ditutup dengan kertas tissue lalu disemprotkan air
sampai basah dengan menggunakan hand sprayer. Media semai
29
Abstrak
Abstract
Abstrak
Abstract
Bahan Tanaman
Bahan utama yang digunakan adalah benih lima varietas paprika
hasil seleksi dari percobaan pendahuluan yaitu Bangkok, Goldflame, New
Zealand, Spartacus, dan Tropica. Benih didapat dari perusahaan penyedia
benih. Bahan utama lainnya adalah naungan paranet hitam 27.5% dan
55%.
Pengamatan
Dalam percobaan dilakukan pengamatan mikroklimat dan tanggap
pertumbuhan dan mutu hasil produksi. Beberapa peubah yang diamati
yaitu :
A. Pengamatan Peubah Mikroklimat
Untuk mengetahui keadaan mikroklimat di sekitar lingkungan
tanaman diamati beberapa unsur iklim yaitu :
1. Intensitas Radiasi Matahari (W/m 2)
Pengukuran intensitas radiasi matahari (IRM) dilakukan menggunakan
tube solarimeter yang dipasang pada masing-masing unit rumah
35
3. Koefisien Pemadaman
Hasil perhitungan n
i tersepsi tajuk digunakan untuk menghitung nilai
koefisien pemadaman dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
I = Io e – KLAI…………………. (9)
Keterangan :
I = Intensitas radiasi yang diterima di dalam tajuk tanaman atau
suatu ketinggian tertentu
Io = Intensitas radiasi yang diterima pada puncak tajuk komunitas
tanaman tersebut.
e = Bilangan eksponensial
k = Koefisien pemadaman/ penyirnaan
LAI = Indeks luas daun
1. Tinggi Tanaman
Pengukuran tanaman dari permukaan media sampai percabangan
terakhir sejak 9 MST hingga 11 MST.
2. Klorofil Daun
Klorofil daun yang diukur meliputi kandungan total klorofil daun dan
rasio klorofil a/b. Pengamatan jumlah klorofil dilakukan dengan
menggunakan spektrofotometer.
Prosedurnya sebagai berikut :
1) Timbang 0.1 gram daun segar yang telah diiris halus, kemudian
dihaluskan dalam mortar. Tambahkan sedikit nitrogen cair untuk
membantu penggerusan.
2) Tambahkan 2 ml aseton ke dalam gerusan, gerus dengan kuat
kemudian campuran disaring/disentrifuse. Filtrat ditampung dalam
labu takar 5 ml. Pada ampas ditambahkan 1 ml aseton, kemudian
disentrifuse dan filtratnya disatukan dengan filtrat pertama.
Perlakuan terhadap ampas tersebut dilakukan 3 kali.
3) Volume filtrat atau ekstrak klorofil ditepatkan sampai tanda tera
dengan menambahkan aseton.
37
4). Ukur absorbansi larutan tersebut pada panjang gelombang 645 dan
663 nm.
5) Kadar klorofil dihitung dengan rumusan :
Faktor pengenceran (Fp) = 10 ml x 11__
1000 ml
Klorofil a (mg/g) = ( 12.7 x A663 – 2.69 x A645 ) x Fp
Bobot sampel (g)
Klorofil b (mg/g) = ( 22.9 x A645 – 4.68 x A663 ) x Fp .....(10)
Bobot sampel (g)
9. Volume Buah
Pengukuran volume buah dilakukan secara volumetri terhadap
masing-masing buah, lalu diambil nilai rata-ratanya pada masing-
masing varietas / perlakuan. Prosedurnya sebagai berikut :
1) Disediakan gelas ukur yang telah diisi dengan air pada skala
tertentu.
2) Setiap sample buah paprika dimasukkan ke dalam gelas ukur .
3) Ketika buah dimasukkan ke dalam gelas ukur, maka terjadi
penambahan volume air dalam skala gelas ukur. Selisih skala air
dalam gelas ukur merupakan volume buah yang ingin diketahui.
39
HASIL
A. Pengamatan Mikroklimat
2. Intersepsi Tajuk
Rata-rata intersepsi radiasi matahari pada perlakuan tanpa
naungan menunjukkan nilai tertinggi diikuti oleh perlakuan naungan 27.5%
dan 55% dengan nilai berturut-turut 55.84 %, 55.21 %, dan 50.81% (Tabel
4). Bertambahnya persentase naungan yang diberikan menyebabkan
intersepsi tajuk rata-rata semakin menurun.
40
3. Koefisien Pemadaman
Koefisien pemadaman (extinction coefficient = k) merupakan
pencerminan laju pengurangan radiasi yang dilakukan kanopi tanaman
dari puncak tajuk menuju permukaan tanah. Data Tabel 5 menunjukkan
bahwa koefisien pemadaman meningkat pada 60 HST, dan menurun
pada umur tanaman mencapai 90 HST. Pada semua umur tanam,
koefisien pemadaman tertinggi terdapat pada naungan 27.5%.
Koefisien pemadaman tertinggi pada 30 HST terdapat pada
varietas Tropica (1.28) yang diikuti oleh New Zealand, Spartacus,
Goldflame, dan Bangkok masing-masing 1.26, 1.13, 1.13, dan 1.06,
sedangkan pada 60 HST koefisien pemadaman tertinggi terdapat pada
varietas Bangkok (2.74) yang diikuti oleh Tropica, New Zealand,
Spartacus, dan Goldflame masing-masing 2.66, 2.54, 2.42 dan 2.38.
Untuk 90 HST, koefisien pemadaman tertinggi terdapat pada Bangkok
(2.54), diikuti oleh Tropica, New Zealand, Spartacus, dan Goldflame
masing-masing 2.43, 2.25, 2.04, dan 1.72.
41
5. Suhu Media
Hasil pengukuran suhu media rata-rata sejak pukul 06.00 hingga pukul
18.00 pada Gambar 4, 5, dan 6 menunjukkan adanya fluktuasi suhu
media akibat perbedaan suhu udara di dalam rumah plastik. Suhu media
pada perlakuan tanpa naungan rata-rata lebih tinggi bila dibandingkan
dengan suhu media pada naungan 27.5% dan naungan 55% berturut-turut
30.23°C, 29.31°C, dan 29.15°C. Ketiga perlakuan naungan menyebabkan
terbentuknya pola hubungan antara suhu media dengan suhu udara.
Suhu media relatif lebih rendah dibandingkan dengan suhu udara . Suhu
udara mulai pagi hingga sore hari (pukul 15.00) lebih tinggi daripada
suhu media untuk semua perlakuan. Setelah pukul 15.00 suhu udara
menurun, sebaliknya suhu media cenderung stabil hingga menjelang
malam hari. Suhu media tertinggi terjadi pada perlakuan tanpa naungan,
naungan 27.5% dan naungan 55% berturut - turut mencapai 33°C, 32°C
dan 32°C yang terjadi pada pukul 15.00 hingga 16.00, sedangkan suhu
udara tertinggi dicapai pada waktu yang sama yaitu 34°C.
37
Suhu Media (C)
35
o
33
31
29
27
25
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Waktu Pengamatan
Suhu Media Suhu Udara
Gambar 4. Suhu Media dan Suhu Udara di Dalam Rumah Plastik pada
Perlakuan Tanpa Naungan
43
37
35
27
25
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Waktu Pengamatan
Gambar 5. Suhu Media dan Suhu Udara di Dalam Rumah Plastik pada
Perlakuan Naungan 27.5%
37
Suhu Media C)
35
(
o
33
31
29
27
25
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Waktu Pengamatan
Suhu Media Suhu Udara
Gambar 6. Suhu Media dan Suhu Udara di Dalam Rumah Plastik pada
Perlakuan Naungan 55%
Peubah Agronomi
1. Tinggi Tanaman
Hasil percobaan menunjukkan bahwa interaksi naungan dan
varietas memberikan pengaruh beda nyata terhadap tinggi tanaman.
Tinggi tanaman mengalami peningkatan hingga umur tanaman mencapai
11 MST. Tanaman dengan perlakuan naungan 27.5% menunjukkan nilai
tinggi tanaman tertinggi pada 9 hingga 11 MST masing-masing 73.28 cm,
78, 54 cm dan 83.16 cm (Tabel 7).
Selain itu keragaman antar varietas menunjukkan adanya
perbedaan respon pada masing-masing varietas tanaman uji pada peubah
tinggi tanaman. Pada um ur 9 MST nilai tinggi tanaman tertinggi adalah
varietas Spartacus diikuti berturut-turut oleh New Zealand, Goldflame,
Tropica, dan Bangkok masing-masing 79.10 cm, 67.93 cm, 64.93 cm dan
56.93 cm. Pada umur 10 MST nilai tertinggi adalah Spartacus, diikuti
berturut -turut oleh New Zealand, Goldflame, Tropica, dan Bangkok
masing-masing 83.70 cm, 70.40 cm, 69.60 cm dan 60.67 cm, sedangkan
pada umur 11 MST nilai tertinggi adalah Spartacus, New Zealand,
Goldflame, Tropica, dan Bangkok masing-masing 87.47 cm, 75.60 cm,
73.53 cm, 70.03 dan 65.63 cm. Dari data tersebut di atas terlihat pada
setiap umur tanaman varietas Spartacus memiliki nilai tinggi tanaman
tertinggi dan Bangkok yang terendah.
45
2. Klorofil Daun
Data hasil pada Tabel 8 menunjukkan tanaman di bawah
perlakuan naungan 55% memberikan nilai kandungan total klorofil
tertinggi yaitu 2.94 mg/g diikuti oleh perlakuan naungan 27.5% yaitu 2.06
mg/g, dan perlakuan tanpa naungan yaitu 1.35 mg/g dengan hasil yang
46
Tabel 13. Pengaruh Interaksi Naungan dan Varietas terhadap Bobot Buah
per Tanaman
Bobot Buah per Tanaman (g)
Varietas
Tanpa Naungan Naungan 27.5% Naungan 55%
Bangkok 676.0aA 495.0bA 394.4abA
Goldflame 845.2aA 868.4aA 487.2aB
New Zealand 549.4aA 639.0aA 179.2cB
Spartacus 876.8aA 889.2aA 231.0bcB
Tropica 784.4aA 866.4aA 253.8bcB
Rata-rata Naungan 746.36A 751.6A 309.12B
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama dan
angka yang diikuti oleh huruf kapital yang sama pada lajur yang sama tidak
berbeda nyata pada D MRT taraf 5%
9. Volume Buah
Berdasarkan Tabel 16 terlihat bahwa terdapat pengaruh interaksi
naungan dan varietas terhadap peubah volume buah. Varietas ya ng
memiliki volume buah tertinggi pada semua perlakuan naungan adalah
Goldflame masing-masing 180.07 ml, 215.46 ml dan 187.87 ml untuk
perlakuan tanpa naungan, naungan 27.5% dan naungan 55%. Pada
perlakuan 27.5% terdapat beberapa varietas yang memiliki volume buah
relatif tinggi yaitu Spartacus (179.53 ml), New Zealand (173.67 ml), dan
Tropica (172.67 ml), sedangkan Bangkok memiliki volume buah terkecil
yaitu 105.83 ml. Dari hasil tersebut terlihat bahwa perlakuan naungan
27.5% memberikan hasil yang signifikan dan lebih baik untuk peubah
volume buah dibandingkan perlakuan tanpa naungan dan naungan 55%,
kecuali pada varietas Bangkok yang semakin menurun dengan
meningka tnya jumlah naungan yang diberikan.
PEMBAHASAN
A. Pengamatan Mikroklimat
Intensitas radiasi matahari (IRM) yang sampai ke permukaan
tanaman dan diterima oleh tajuk tanaman berkurang dengan adanya
naungan akibat dari tertahannya sebagian dari radiasi yang datang oleh
atap naungan seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3. Pemberian
naungan secara langsung akan mempengaruhi intersepsi dan distribusi
53
antar perlakuan naungan di dalam rumah plastik yang hanya berupa kain
kasa dengan pori-pori berukuran 1 mm sehingga pergerakan udara ke
dalam dan keluar rumah plastik cukup lancar dan menyebabkan terjadinya
keseimbangan energi dan massa di dalamnya.
Suhu di dalam rumah plastik pada perlakuan tanpa naungan lebih
tinggi 0.1°C dibandingkan di luar rumah plastik. Meskipun perbedaannya
tidak terlalu besar, namun kondisi tersebut serupa dengan hasil
percobaan yang dilakukan oleh Budiarti (1994) dan Hulaesuddin (2001)
bahwa suhu udara di dalam rumah plastik tanpa naungan selalu lebih
tinggi dibandingkan dengan suhu udara di luar rumah plastik kecuali pada
pagi hari. Hal tersebut sebagai akibat dari berubahnya radiasi gelombang
pendek yang masuk ke rumah plastik menjadi radiasi gelombang panjang
yang berenergi lebih rendah oleh atap plastik (efek rumah kaca).
Seperti halnya pada suhu udara, pada percobaan ini perlakuan
naungan juga tidak memberikan pengaruh berbeda terhadap kelembaban
nisbi, hal tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Wahid (1994), Sumiati dan Hilman (1994), Moelyohadi et al. (1999) dan
Urnemi et al. (2002) yang menyatakan bahwa naungan akan
menyebabkan meningkatnya kelembaban nisbi di sekitar pertanaman. Hal
tersebut diduga terkait dengan adanya pengaruh suhu udara yang relatif
sama pada setiap perlakuan naungan sehingga kelembaban nisbinya pun
tidak mengalami perbedaan yang signifikan.
Berdasarkan hasil pengamatan pada suhu udara dan suhu media
terlihat bahwa perubahan suhu udara dan suhu media pada masing-
masing perlakuan menunjukkan pola yang relatif sama (Gambar 4, 5, dan
6). Sejak pagi hari suhu udara bergerak naik dengan relatif cepat, namun
suhu media naik dengan perlahan. Radiasi matahari yang masuk ke
rumah plastik mempengaruhi suhu udara yang ada di dalamnya. Semakin
tinggi radiasi matahari yang masuk menyebabkan suhu udara semakin
meningkat. Peningkatan suhu udara di dalam rumah plastik mencapai titik
tertinggi pada pukul 15.00 yaitu sebesar 34°C, setelah itu suhu udara
56
B. Peubah Agronomi
Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa adanya pengaruh beda nyata
interaksi naungan dan varietas terhadap tinggi tanaman. Perlakuan
naungan 27.5% pada umur 11 MST memberikan nilai tertinggi (83.16 cm)
dibandingkan dengan tanpa naungan (79.56 cm) dan naungan 55%
57
(60.82 cm). Hasil tersebut sesuai dengan percobaan Subhan (1990) yang
menyatakan bahwa paprika monokultur yang diberi perlakuan naungan
memberikan hasil pertumbuhan vegetatif yang lebih tinggi dibandingkan
dengan tanpa naungan. Hasil ini didukung pula oleh penelitian yang
dilakukan oleh El -Gizawy et al. (1993b) yang menyatakan bahwa
pemberian naungan pada tanaman tomat hingga 35% berpengaruh
terhadap meningkatnya tinggi tanaman, luas daun, jumlah daun, dan berat
kering daun. Perbedaan tinggi tanaman akibat pemberian naungan
berkait an dengan terjadinya proses pemanjangan sel tanaman yang
disebabkan oleh meningkatnya aktifitas hormon auksin di dalam tubuh
tanaman dan adanya sifat fotomorfogenetik yang banyak dipengaruhi oleh
radiasi infra merah (Moelyohadi 1999).
Pemberian naungan terhadap tanaman uji dapat meningkatkan
tinggi tanaman dibandingkan tanpa naungan, namun pemberian naungan
yang berlebihan yaitu 55% menyebabkan terjadinya penurunan nilai tinggi
tanaman. Hal tersebut menunjukkan adanya kondisi optimum intensitas
radiasi matahari yang dibutuhkan oleh tanaman uji untuk pertumbuhannya
yang maksimum yaitu pada naungan 27.5% yang setara dengan
intensitas radiasi matahari sebesar 155 W/m 2 .
Pada tanaman C3 (termasuk paprika) peningkatan intensitas radiasi
matahari secara berangsur-angsur akan menyebabkan meningkatnya
fotosintesis hingga tercapainya titik yang disebut tingkat cahaya jenuh
yaitu tidak terjadi lagi peningkatan laju pertukaran karbondioksida (CER)
dalam proses fotosintesis. Radiasi matahari yang diserap oleh tanaman
budidaya, 75-80% digunakan untuk menguapkan air, 5-10 % untuk
cadangan bahang di dalam tanah, 5-10% menjadi bahan pertukaran
bahang dengan atmosfer bumi melalui proses konveksi dan 1-5% untuk
proses fotosintesis (Gardner et al. 1985)
Berdasarkan Tabel 7 juga terlihat bahwa Spartacus mempunyai
nilai tinggi tanaman rata-rata tertinggi pada 9, 10, dan 11 MST dan
berturut-turut diikuti oleh New Zealand, Goldflame, Tropica, dan Bangkok.
Hal tersebut menggambarkan adanya keragaman karakteristik morfologi
58
3.5
Kandungan Klorofil (mg/g)
3
2.5
2
1.5
y = -0.0139x + 4.5047
1
R 2 = 0.9964
0.5
0
90 140 190 240
IRM (W/M2)
tanaman. Nilai IRM tanpa naungan yaitu 182 W/m 2 (radiasi yang masuk
58%), naungan 27.5% yaitu 155 W/m 2 (radiasi yang masuk 49%), dan
naungan 55% yaitu 103 W/m 2 (radiasi yang masuk 33%) berbanding
terbalik dengan kandungan total klorofil dan berbanding lurus dengan
rasio klorofil a/b. Peningkatan persentase naungan atau penurunan nilai
IRM berakibat terhadap peningkatan total kandungan klorofil dan
penurunan rasio klorofil a/b pada masing-masing varietas daun tanaman
paprika seperti terlihat pada Gambar 8.
4
3.5
Kandungan
3
K lorofil
(mg/g)
2.5
2
1.5
1
0.5
0
103 155 182
2
IRM (W/m )
Bangkok Goldflame New Zealand
Spartacus Tropica
1.5
RGR (g/g/hari) 1
y = 0.3046x + 0.494
0.5 R 2 = 0.4206
0
0 1 2 3 4
0.1
0.08
NAR (g/cm2/hari)
0.06
0.04
0.1
y = -0.0257x + 0.1053
0.08
NAR (g/cm2/hari)
R2 = 0.6691
0.06
0.04
0.02
0
1.5 2 2.5 3 3.5
Koefisien Pemadaman
12
Jumlah Buah Per Tanaman
10
8
6
4 y = 0.5417x - 25.054
2 R 2 = 0.4031
0
50 55 60 65
Gambar 12. Hubungan antara Intersepsi Tajuk dengan Jumlah Buah per
Tanaman
pada naungan 27.5%, dan menurun pada naungan 55%, namun tidak
berbeda nyata terhadap perlakuan tanpa naungan.
Rendahnya nilai rata-rata bobot buah per tanaman pada perlakuan
naungan 55% diduga terkait dengan menurunnya aktivitas metabolisme
yang dalam prosesnya membutuhkan intensitas radiasi matahari yang
cukup seperti fotosintesis. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Callan
dan Kennedy (1995) bahwa kondisi cekaman radiasi matahari yang
melebihi batas toleransi tanaman akan menimbulkan pengaruh terhadap
sifat morfologi tanaman seperti jumlah daun yang lebih sedikit, daun lebih
tipis tapi lebar, bobot kering daun lebih rendah, akar lebih sedikit dan rasio
pucuk akar lebih besar, yang lebih lanjut menyebabkan rendahnya
produksi asimilat yang dihasilkan dan didistribusikan. Menurut
Koesmaryono et al. (1998) cahaya yang rendah menyebabkan
meningkatnya spesifik leaf area (SLA) dan menurunnya fotosintesis netto
pada tanaman kedelai. Hal tersebut disebabkan oleh perubahan struktur
daun, kloroplas, dan kandungan klorofil serta perbedaan efisiensi kuantum
dalam fotosintesis.
Menurut Sato et al. (2003) bahwa keragaman toleransi terhadap
cekaman cahaya pada masing-masing varietas paprika disebabkan oleh
perbedaan kondisi fisiologis dan morfologis seperti ukuran dan bentuk
daun, struktur sel daun, dan kemampuan regulasi potensi yang dimiliki
tanaman. Hasil percobaan menunjukkan adanya perbedaan respon
masing-masing varietas tanaman uji terhadap perlakuan naungan yang
diberikan. Perlakuan tanpa naungan (setara dengan IRM 182 W/m 2) dan
naungan 27.5% (setara dengan IRM 155 W/m 2) tidak memberikan
pengaruh beda nyata terhadap Goldflame, New Zealand, Spartacus, dan
Tropica pada peubah bobot buah per tanaman, namun memberikan
pengaruh beda nyata dengan perlakuan 55% yang setara dengan IRM
103 W/m 2 (hasil lebih rendah). Hal tersebut menunjukkan bahwa kisaran
intensitas radiasi matahari antara 155-182 W/m 2 merupakan batas
toleransi cekaman cahaya yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman.
66
1000
800
600
200 R 2 = 0.3789
0
50 55 60 65
Gambar 13. Hubungan antara Intersepsi Tajuk dengan Bobot Buah per
Tanaman
Tahap pembentukan buah dan pengisian buah erat kaitannya
dengan bahan baku seperti karbondioksida, air, nutrisi, penggunaan
berbagai pigmen dan energi radiasi matahari. Bahan-bahan tersebut
melalui proses fotosintesis kemudian dibentuk menjadi karbohidrat. Dalam
hal tersebut Golflame diduga memiliki nilai efisiensi yang tinggi terutama
dalam memanfaatkan energi matahari. Hal tersebut terlihat dari nilai
koefisien pemadaman yang relatif kecil dibandingkan dengan yang lainnya
yaitu 1.7 (tanpa naungan), 1.65 (naungan 27.5%), dan 1.85 (naungan
55%). Kondisi tersebut diduga merupakan faktor yang mendukung
terhadap tingginya laju fotosintesis pada Goldflame sehingga
pembentukan asimilat yang dibutuhkan untuk pembentukan buah relatif
67
lebih besar dibandingkan dengan varietas lainnya. Selain itu tingginya nilai
bobot per buah Goldflame dan Spartacus dipengaruhi oleh tingginya rata-
rata volume buah dan ketebalan daging buah pada kedua varietas
tersebut.
Data hasil percobaan pada peubah bobot per buah pada Tabel 13
menunjukkan bahwa perlakuan naungan tidak memberikan hasil yang
berbeda nyata terhadap peubah bobot perbuah, sedangkan perlakuan
varietas memberikan pengaruh beda nyata. Hasil percobaan ini relatif
lebih baik jika dibandingkan dengan hasil percobaan pendahuluan yang
dilakukan Noor dan Wahyudi (2000) dengan kom posisi nutrisi dan varietas
yang sama, namun hanya memperoleh bobot perbuah yang lebih kecil
yaitu 50-75 gram. Selain itu hasil penelitian El-Gizawy (1993b)
menunjukkan bahwa pemberian naungan pada tanaman tomat hingga
35% memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan bobot per
buah, diameter buah, dan menurunkan persentase buah yang terbakar
matahari, sedangkan pemberian naungan hingga 63% dan tanpa naungan
menyebabkan tingginya jumlah buah yang mengalami puffy dan blotchy
ripening .
Berdasarkan Tabel 15 terlihat bahwa terdapat pengaruh beda nyata
perlakuan naungan dan varietas terhadap ketebalan daging buah. Selain
itu terlihat pula adanya keragaman ketebalan daging buah pada
masing-masing varietas yang dibawa secara genetik. Pemberian
perlakuan tanpa naungan dan naungan 27.5% ternyata memberikan hasil
ketebalan daging buah yang relatif lebih baik dibandingkan dengan
perlakuan naungan 55% meskipun diantara keduanya tidak memberikan
pengaruh beda nyata. Hal tersebut menunjukkan adanya keterkaitan
antara intensitas radiasi matahari yang diterima dengan hasil panen. IRM
yang berkisar antara 155 -182 W/m 2 diduga merupakan kondisi yang
memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman uji
berdasarkan peubah ketebalan daging buah.
Dari keragaman varietas terlihat bahwa varietas Goldflame memiliki
nilai ketebalan daging buah tertinggi (5.82 mm) dibandingkan dengan
68
varietas -varietas lain. Daging buah atau buah yang merupakan sink yang
kuat sangat dipengaruhi oleh asupan asimilat (karbohidrat) yang
dihasilkan dari proses fotosintesis, sedangkan laju fotosintesis sangat
ditentukan oleh tingkat cahaya dan kemampuan adaptasi tanaman
terhadap lingkungan yang kurang mendukung. Oleh karena itu tingginya
nilai ketebalan daging buah pada Goldflame diduga erat kaitannya dengan
kemampuan adaptasi varietas tersebut terhadap lingkungan yang ada.
Berdasarkan Tabel 16 terlihat varietas yang memiliki volume buah
tertinggi untuk semua perlakuan yaitu Goldflame dengan nilai volume
buah berturut-turut untuk masing-masing perlakuan tanpa naungan,
naungan 27.5%, dan naungan 55% yaitu 180.07 ml, 215.46 ml. dan
187.87 ml. Seperti halnya peubah bobot per buah dan ketebalan daging
buah, volume buah atau ukuran buah juga sangat dipengaruhi oleh
asupan asimilat hasil proses fotosintesis terutama dalam periode
generatif.
Menurut Heuvelink dan Marcelis (1996) distribusi asimilat ke buah
pada tanaman sayuran sangat ditentukan oleh intensitas radiasi matahari,
produksi asimilat, dan laju pertumbuhan daun. Intensitas radiasi matahari
yang optimum akan memberikan pengaruh pada tingginya laju
fotosintesis. Laju fotosintesis yang tinggi akan memberikan hasil asimilat
yang tinggi pula namun agar hasil asimilat lebih banyak didistribusikan ke
buah sebagai yield maka jumlah daun perlu dibatasi.
Berdasarkan uraian diatas diketahui bahwa perlakuan naungan
27.5% memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan yang lebih baik pada
tanaman paprika Spartacus dan Golflame dibandingkan dengan perlakuan
tanpa naungan dan naungan 55%, sedangkan hasil percobaan El-Gizawy
(1993b) menunjukkan perlakuan naungan 35% memberikan hasil tertinggi
pada volume buah tanaman tomat.
69
SIMPULAN
1. Spartacus dan Goldflame merupakan varietas paprika yang adaptif
untuk dataran rendah.
2. Tingkat naungan 27.5% setara dengan intensitas radiasi matahari
sebesar 155 W/m 2 menghasilkan pertumbuhan tanaman yang terbaik.
PENGARUH TINGKAT PEMUPUKAN
FOSFOR DAN KALIUM TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN
MUTU HASIL PANEN PAPRIKA
Abstrak
Abstract
Pengamatan
Dalam percobaan dilakukan pengamatan mikroklimat dan tanggap
pertumbuhan dan mutu hasil produksi. Beberapa peubah yang diamati
yaitu :
A. Pengamatan Peubah Mikroklimat
Untuk mengetahui keadaan unsur mikroklimat di sekitar lingkungan
tanaman diamati beberapa unsur iklim yaitu :
1. Suhu Udara dan Kelembaban Nisbi
Pengukuran suhu udara rata-rata harian dilakukan dengan
menggunakan termometer yang dipasang pada masing-masing unit
rumah plastik. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali dalam satu hari
yaitu pada pukul 07.00 (pagi), 12.30 (siang), dan 17.00 (sore).
Pengukuran dimulai sejak penanaman hingga panen. Suhu udara rata-
rata harian dihitung dengan rumus :
T rata-rata harian = (2 x T pagi) + T siang + T sore …… (7)
4
Pengukuran kelembaban nisbi (RH) rata-rata harian dilakukan dengan
menggunakan hygrometer yang dipasang pada masing-masing
perlakuan. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali setiap hari yaitu pada
pukul 07.00 (pagi), 12.30 (siang), dan 17.00 dimulai sejak penanaman
hingga panen. Kelembaban nisbi rata-rata harian dihitung dengan
menggunakan rumus
RH rata-rata harian = (2 x RH pagi) + RH siang + RH sore …(8)
4
76
2. Suhu Media
Pengukuran suhu media dilakukan dengan menggunakan termometer
stik yang dimasukkan ke dalam media sedalam ±10 cm. Pengukuran
suhu media dilakukan setiap Senin dan Kamis (seminggu 2 kali) yaitu
pada pukul 07.00 (pagi), 12.30 (siang), dan 17.00 (sore) yang dimulai
sejak penanaman hingga panen. Selain itu dilakukan pengukuran setiap
jam dalam waktu 24 jam sebanyak 5 kali selama periode tanam
bersamaan dengan pengukuran suhu udara.
2. Analisis Hara
Analisis hara dilakukan terhadap contoh daun, batang dan akar pada
akhir pertumbuhan. Analisis kandungan P menggunakan metode
spektofotomete r sedangkan kandungan K menggunakan metode AAS.
7. Volume Buah
Pengukuran volume buah dilakukan secara volumetri terhadap masing-
masing buah, lalu diambil nilai rata-ratanya pada masing-masing
varietas atau perlakuan. Prosedurnya sebagai berikut :
1) Gelas ukur diisi air dengan skala tertentu.
78
HASIL
A. Pengamatan Peubah Mikroklimat
1. Suhu Udara dan Kelembaban Nisbi (RH)
Berdasarkan Tabel 17 terlihat bahwa suhu rata-rata harian dalam
rumah plastik selama periode pertumbuhan bervariasi antara 27.4-29.2°C
dengan rata-rata 28.3°C. Suhu maksimum terjadi pada bulan April yaitu
31.3°C, sedangkan suhu minimum terjadi pada bulan Januari yaitu 22.3°C.
Rata-rata suhu udara harian tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu
29.2oC. Kelembaban nisbi selama percobaan berkisar antara 73-86%
dengan rata-rata 80%. Kelembaban maksimum terjadi pada bulan Mei
yaitu 100%, sedangkan kelembaban nisbi minimum terjadi pada bulan
Februari yaitu 62% (Tabel 17)
Tabel 17. Rata -rata Suhu dan Kelembaban Nisbi Percobaan Tahap II
2. Suhu Media
Data rata-rata suhu udara dan suhu media yang terdapat pada
Tabel 18 menunjukkan bahwa pada pagi hari suhu media memiliki nilai
yang relatif sama dengan suhu udara (26-28°C), sebaliknya pada siang
dan sore hari umumnya suhu media lebih tinggi daripada suhu udara.
79
Pada pagi hari rata-rata suhu media mencapai 27°C, nilai tersebut sama
dengan rata-rata suhu udara. Pada siang hari rata-rata suhu media yaitu
31°C lebih tinggi dari rata-rata suhu udara yaitu 30.25°C, dan pada sore
hari rata-rata suhu media juga lebih tinggi yaitu 30.5°C daripada rata-rata
suhu udara yaitu 29°C.
Tabel 18. Rata-rata Suhu Udara dan Media pada Percobaan Tahap II
Suhu ( °C)
Bulan Udara Media Udara Media Udara Media
Pagi Siang Sore
Januari 26 26 30 30 28 30
Februari 27 27 31 32 30 32
Maret 27 27 30 31 29 30
April 28 28 30 31 29 30
Rata-rata 27 27 30.25 31 29 30.5
3 2
3 1
3 0
2 9
S u h u M e d ia
2 8
(o C )
2 7
2 6
2 5
2 4
2 3
2 2
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1 2 3 4 5 6
Waktu Pengamatan
S u h u M e d i a Suhu Udara
B. Peubah Agronomi
1. Relative Growth Rate (RGR) dan Net Assimilation Rate (NAR)
Dari data hasil percobaan pada Tabel 20 terlihat bahwa perlakuan
konsentrasi P dan K tidak berpengaruh nyata terhadap nilai RGR dan NAR
pada varietas Spartacus dan Goldflame. Rata-rata RGR varietas Spartacus
yaitu 0.023 g/g/hari dan Goldflame yaitu 0.020 g/g/hari, sedangkan rata-
rata NAR varietas Spartacus yaitu 0.00054 g/cm2/hari dan Goldflame yaitu
0.00043 g/cm2/hari. Pada percobaan ini pemberian konsentrasi terkecil
yaitu P 24 ppm dan K 152 ppm memberikan hasil RGR dan NAR yang
tidak berbeda nyata dengan konsentrasi lainnya yang lebih besar.
81
2. Analisis Hara
Hasil analisis kandungan P dan K pada daun, batang, dan akar
varietas Spartacus dan Goldflame menunjukkan pola yang relatif sam a.
Hasil analisis kandungan P pada Spartacus (Gambar 15) dan Goldflame
(Gambar 16) menunjukkan bahwa sebaran unsur P lebih banyak terdapat
pada daun dibandingkan pada batang dan akar . Hasil analisis sebaran
kandungan P pada batang dan akar paprika umumnya pada kisaran nilai 3-
4 mg/g, jumlah tersebut lebih kecil dibandingkan dengan kandungan P
yang terdapat pada daun yang mencapai kisaran 5-10 mg/g.
Hasil analisis kandungan K pada Spartacus (Gambar 17) dan
Goldflame (Gambar 18) menunjukkan bahwa sebaran unsur K lebih
banyak berada pada daun dibandingkan pada batang dan akar. Data
hasil analisis hara menunjukkan kandungan K tertinggi terdapat pada daun
dengan kisaran 65-74 mg/g, diikuti kandungan K pada batang dengan
kisaran 40-62 mg/g, dan pada akar dengan kisaran 25-52 mg/g.
82
12
10
Kandungan Fosfor
8
6
(mg/g) 4
2
0
P1K1
P1K2
P1K3
P1K4
P2K1
P2K2
P2K3
P2K4
P3K1
P3K2
P3K3
P3K4
P4K1
P4K2
P4K3
P4K4
Kombinasi Pemupukan P dan K
Gambar 15. Sebaran Kandungan Fosfor (mg/g) pada Daun, Batang dan
Akar Spartacus
Kandungan Fosfor
12
10
8
(mg/g)
6
4
2
0
P1K1
P1K2
P1K3
P1K4
P2K1
P2K2
P2K3
P2K4
P3K1
P3K2
P3K3
P3K4
P4K1
P4K2
P4K3
P4K4
Kombinasi Pemupukan P dan K
Gambar 16. Sebaran Kandungan Fosfor (mg/g) pada Daun, Batang dan
Akar Goldflame
80
70
60
Kalium (mg/g)
Kandungan
50
40
30
20
10
0
P1K1
P1K2
P1K3
P1K4
P2K1
P2K2
P2K3
P2K4
P3K1
P3K2
P3K3
P3K4
P4K1
P4K2
P4K3
P4K4
Gambar 17. Sebaran Kandungan Kalium (mg/g) pada Daun, Batang dan
Akar Spartacus
83
80
70
60
Kalium (mg/g)
Kandungan
50
40
30
20
10
0 P1K1
P1K2
P1K3
P1K4
P2K1
P2K2
P2K3
P2K4
P3K1
P3K2
P3K3
P3K4
P4K1
P4K2
P4K3
P4K4
Kombinasi Pemupukan P dan K
Gambar 18. Sebaran Kandungan Kalium (mg/g) pada Daun, Batang dan
Akar Goldflame
3. Jumlah Buah Per Tanaman
Hasil analisis statistik pada Tabel 21 menunjukkan bahwa perlakuan
pemupukan P dan K tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah buah per
tanaman. Jumlah buah per tanaman tertinggi pada Spartacus dicapai
dengan pemupukan konsentrasi P 24 ppm dan K 245 ppm masing-masing
7.18 dan 7.57 dan Goldflame dengan pemupukan konsentrasi P 24 ppm
dan K 152 ppm masing-masing 7.04 dan 7.25, namun hasil tersebut tidak
berbeda nyata dengan pemberian konsentrasi pemupukan lainnya.
Berdasarkan Tabel 21 juga terlihat bahwa masing-masing perlakuan
konsentrasi pemupukan maupun varietas memberikan hasil jumlah buah
per tanaman rata-rata yang tidak berbeda nyata. Rata-rata jumlah buah per
tanaman Spartacus yaitu 7.10, sedangkan Goldflame yaitu 6.92.
Tabel 21. Pengaruh Varietas dan Konsentrasi P dan K terhadap Jumlah
Buah per Tanaman
Jumlah Buah per Tanaman
Perlakuan
Spartacus Goldflame
Konsentrasi Fosfor (ppm)
24 ppm 7.18 7.04
46 ppm 7.00 7.00
68 ppm 6.91 6.71
90 ppm 7.11 6.93
Konsentrasi Kalium (ppm)
152 ppm 6.89 7.25
183 ppm 6.79 6.68
214 ppm 7.32 7.04
245 ppm 7.57 6.71
Rata-rata 7.10 6.92
84
6.0 Spartacus
5.8
Ketebalan Daging
5.6
Buah (mm)
5.4
5.2
5.0
4.8
4.6
Goldflame
6.0
5.8
Ketebalan Daging Buah
5.6
5.4
(mm)
5.2
5.0
4.8
4.6
7. Volume Buah
Hasil percobaan pada Tabel 25 menunjukkan bahwa perlakuan P
dan K pada varietas Spartacus dan Goldflame tidak berpengaruh nyata
terhadap volume buah. Perlakuan konsentrasi P terendah yaitu 24 ppm
tidak memberikan pengaruh beda nyata pada peubah volume buah jika
dibandingkan dengan konsentrasi tertinggi yaitu 90 ppm yang memiliki nilai
berturut-turut yaitu 208.92 ml dan 209.97 ml pada Spartacus serta 210.42
ml dan 213.76 ml pada Goldflame. Demikian juga konsentrasi K terendah
yaitu 152 ppm tidak memberikan pengaruh beda nyata pada peubah
volume buah jika dibandingkan dengan konsentrasi K tertinggi yaitu 245
ppm yang memiliki nilai berturut-turut yaitu 206.13 ml dan 209.39 ml pada
Spartacus serta 213.94 ml dan 206.41 ml pada Goldflame.
88
Grade B,
72.65, 73%
Grade A,
Grade C,
1.37, 1%
18.14, 18%
Grade B,
80.49, 81%
PEMBAHASAN
A. Pengamatan Mikroklimat
Berdasarkan Tabel 17 terlihat bahwa suhu udara selama percobaan
berkisar antara 27.4 - 29.2°C dengan rata-rata 28.3°C. Suhu tersebut
berada pada kisaran yang kurang mendukung pertumbuhan dan produksi
paprika. Menurut Las (1981) tinggi rendahnya suhu udara ter gantung pada
jumlah dan sebaran panas di lingkungan tanaman. Suhu udara dipengaruhi
oleh penerimaan energi radiasi dan keseimbangan panas di lingkungan
tersebut. Pemberian naungan 27.5% dan sistem ventilasi yang baik di
dalam rumah kaca diduga juga berpengaruh positif terhadap kondisi
lingkungan di sekitar tanaman. Menurut Harjadi (1989) suhu sangat
berpengaruh terhadap kelar utan berbagai zat, kecepatan reaksi, kestabilan
sistem enzim, keseimbangan berbagai sistem dan persenyawaan dalam
tanaman. Sejumlah proses pertumbuhan tanam an membutuhkan suhu
optimum dan mempunyai hubungan kuantitatif dengan suhu diantaranya
respirasi, fotosíntesis, proses pematangan, dormansi, pembungaan dan
pembentukan buah.
Kelembaban nisbi merupakan faktor lingkungan yang penting untuk
pertumbuhan tanaman. Kelembaban nisbi pada suatu tempat tergantung
pada suhu yang menentukan kapasitas udara untuk menampung uap air
serta kandungan uap air aktual di tempat tersebut. Pada percobaan ini
90
pada bulan tersebut mencapai nilai yang cukup tinggi yaitu 197 W/m 2. Jika
dibandingkan dengan kondisi mikroklimat pada percobaan tahap satu
bahwa nilai IRM yang optimum untuk mendukung pertumbuhan dan
produksi tanaman páprika yaitu 155 W/m 2, maka terliha t bahwa IRM pada
percobaan tahap II relatif lebih tinggi. Kondisi ini diduga memberikan
pengaruh yang kurang menguntungkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman uji.
Menurut Soeseno (1981) bahwa apa bila IRM meningkat dan
melampaui batas optimumnya maka reaksi fotokimia akan berlangsung
secara abnormal dan diikuti oleh perombakan dan kerusakan dari berbagai
macam organ fotosintesis termasuk klorofil, komponen sel mesofil dan
aktivitas enzim . Selain itu IRM yang tinggi akan mempengaruhi kandungan
air daun sehingga daun akan mengalami défisit air diikuti oleh penutupan
stomata sehingga laju fotosintesis menurun. Percobaan oleh Maghfoer dan
Koesniharti (1998) di Malang Jawa Timur pada tanaman páprika dengan
mengunakan naungan 40% menghasilkan pertumbuhan páprika yang
paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan naungan lainnya. Hasil
percobaan Wada et al. (2006) menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif
antara hasil panen buah dengan tingkat radiasi matahari yang diterima oleh
tanaman uji. Selain itu pemberian naungan yang mencapai intensitas
radiasi optimum secara nyata menurunkan kerusakan buah tomat dan
sebaliknya meningkatkan hasil panen yang dapat dipasarkan.
B. Peubah Agronomi
Pemupukan P dan K tidak memberikan pengaruh beda nyata
terhadap nilai RGR dan NAR. Hal tersebut diduga bahwa taraf konsentrasi
P dan K yang diberikan sebagai perlakuan sudah mencukupi jumlah yang
dibutuhkan oleh tanaman sehingga hasil pengukuran RGR dan NAR tidak
mendapat respon yang berbeda nyata.
Unsur P dan K berperan penting dalam proses metabolisme seperti
fotosintesis. Unsur P berperan dalam pembentukan ATP dan ADP. ATP
sebagai energi yang kaya dengan P mempunyai peranan yang penting
dalam proses metabolisme sintesis karbohidrat (Marschner 1986). Unsur K
93
SIMPULAN
1. Beberapa kombinasi pupuk P dan K yang dicobakan tidak memberikan
pengaruh beda nyata terhadap pertumbuhan dan produktivitas paprika
2. Kombinasi konsentrasi terendah pupuk P 24 ppm dan K 152 ppm lebih
efisien dalam budidaya paprika secara hidroponik di dataran rendah
PENGARUH FREKUENSI PENYIRAMAN NUTRISI
TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN MUTU
HASIL PANEN PAPRIKA
Abstrak
Abstract
Pelaksanaan Fertigasi
Fertigasi dilakukan secara manual menggunakan pupuk standar
(Agrotrisari) seperti yang digunakan pada percobaan tahap I (Lampiran 4).
Komposisi dan jumlah nutrisi yang diberikan disesuaikan dengan fase
pertumbuhan. Pada fase vegetatif, fertigasi dilakukan sebanyak 150 ml
untuk setiap kali fertigasi. Setelah mencapai fase generatif fertigasi
dilakukan sebanyak 250 ml setiap kali fertigasi dengan jadwal fertigasi
yang diatur berdasarkan perlakuan pada Tabel 27.
Pengamatan
Dalam percobaan dilakukan pengamatan mikroklimat dan
agronomi. Beberapa peubah yang diamati yaitu :
A. Pengamatan Peubah Mikroklimat
Untuk mengetahui keadaan unsur mikroklimat di sekitar lingkungan
tanaman diamati beberapa unsur iklim mikro yaitu :
1. Suhu Udara dan Kelembaban Nisbi
Pengukuran suhu udara rata-rata harian dilakukan menggunakan
termometer yang dipasang pada masing-masing unit rumah plastik.
Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali dalam satu hari yaitu pada
pukul 07.00 (pagi), 12.30 (siang), dan 17.00 (sore). Pengukuran
105
HASIL
Peubah Mikroklimat
1. Suhu, Kelembaban Nisbi dan Intensitas Radiasi Matahari
Selama percobaan kisaran suhu yang terjadi antara 22.3-31.3°C.
Bulan Februari merupakan bulan dengan suhu rata-rata yang tertinggi
yaitu maksimal 29.2 °C. Kelembaban nisbi tercatat pada kisaran 73-86%
dengan nilai kelembaban nisbi terendah yaitu 73% terjadi pada Febr uari.
Intensitas radiasi matahari di luar rumah plastik berkisar antara 58 W/m 2
pada bulan Mei dan 382 W/m 2 pada bulan Februari. Intensitas radiasi
matahari di dalam rumah plastik berkisar antara 44 W/m 2 pada Mei dan
197 W/m 2 pada bulan Februari (Tabel 28).
2. Suhu Media
Data suhu media pada percobaan tahap III menunjukkan bahwa
suhu media selama periode penanaman pada kisaran 25-32°C (Tabel 29).
Suhu terendah terjadi pada Januari yaitu 25°C dan tertinggi pada Februari
32 °C.
Tabel 29. Rata-rata Suhu Udara dan Suhu Media Selama Periode
Pertumbuhan Tanaman
Suhu Udara Suhu Media ( °C)
Bulan
(°C) 3x 4x 5x 6x
Pagi (07.00 WIB)
Januari 26 26 26 26 25
Februari 28 28 27 27 27
Maret 27 26 26 26 26
April 28 28 27 27 26
Rata-rata 27.25 27 26.5 26.5 26
Siang (12.30)
Januari 30 29 29 28 28
Februari 31 30 30 29 29
Maret 27 27 26 26 26
April 30 29 29 28 27
Rata-rata 29.5 28.75 28.50 27.75 27.50
Sore (17.00)
Januari 28 30 30 28 27
Februari 30 32 32 30 30
Maret 29 31 30 29 28
April 29 30 31 28 28
Rata-rata 29 30.75 30.75 29 28.25
suhu udara namun nilainya lebi h rendah. Setelah pukul 13.00 s uhu udara
mulai menurun mengikuti penurunan IRM, namun suhu media tetap
konstan dan mengalam i penurunan setelah pukul 15.00.
35
33
Suhu ( C)
31
o
29
27
25
23
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1 2 3 4 5 6
Waktu Pengamatan
Suhu Udara Suhu Media Penyiraman 3x
Suhu Media Penyiraman 4x Suhu Media Penyiraman 5x
Suhu Media Penyiraman 6 x
Gambar 23. Suhu Udara dan Suhu Media pada 4 Taraf Perlakuan
Frekuensi Fertigasi
A. Peubah Agronomi
1. Jumlah Buah per Tanaman
Hasil analisis statistik pada Tabel 30 menunjukkan bahwa
perlakuan frekuensi fertigasi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah
buah per tanaman, namun jumlah buah per tanaman tertinggi pada
varietas Spartacus dengan frekuensi fertigasi 4 kali sehari yaitu 7.30 dan
diikuti oleh frekuensi fertigasi 3 kali, 5 kali dan 6 kali masing-masing 6.00,
5.59 dan 5.43. Untuk Goldflame jumlah buah per tanaman tertinggi
109
dengan frekuensi fertigasi 5 kali sehari yaitu 6.57, diikuti oleh frekuensi
fertigasi 4 kali, 6 kali, 3 kali m asing -masing 6.14, 5.86, dan 5.57.
PEMBAHASAN
A. Pengamatan Mikroklimat
Dari data hasil pengamatan mikroklimat pada Tabel 28 terlihat
bahwa selama percobaan kisaran suhu udara adalah 22.3 – 31.3°C. Pada
siang hari suhu mencapai titik tertinggi. Pengaruh yang terjadi akibat suhu
tinggi pada siang hari adalah terjadinya kelayuan sementara pada
tanaman. Kelayuan sementara pada tanaman terjadi akibat meningkatnya
111
udara yang tercatat sudah berada di luar kisaran suhu yang mendukung
pertumbuhan tanaman uji.
Dari Tabel 28 terlihat bahwa kelembaban nisbi (RH) tercatat pa da
73-86% dengan nilai RH terendah terjadi pada Februari. Kelembaban
relatif sangat berperan dalam mempengaruhi terjadinya peningkatan
penyerapan air dan proses transpirasi. Dalam keadaan RH yang relatif
rendah akan mendorong terjadinya peningkatan proses transpirasi yang
lebih lanjut apabila air dan nutrisi kurang tersedia pada daerah perakaran
maka akan mengakibatkan terganggunya proses -proses fisiologi,
pembelahan sel, pengisian biji, translokasi fotosintat, kelayuan dan
keguguran daun (Ritchie 1980). Selain itu transpirasi yang berlebihan
akan menyebabkan meningkatnya tegangan air yang berdampak terhadap
penurunan pembelahan sel, pembentukan cabang dan tunas pada
tanaman.
Intensitas radiasi matahari di dalam rumah plastik berkisar antara
44-197 W/m2. Intensitas radiasi matahari yang tinggi akan berpengaruh
terhadap transpirasi melalui perubahan suhu dan kelembaban nisbi serta
mempengaruhi suhu media tanam. Dari data Tabel 28 terlihat bahwa
intensitas radiasi matahari yang diterima oleh tanaman di dalam rumah
plastik relatif lebih rendah dibandingkan dengan di luar yaitu sekitar
53.3%, namun kondisi ini memberikan kondisi yang mendukung
pertumbuhan tanaman uji pada percobaan ini.
Rata-rata suhu media selama periode pertumbuhan tanaman
berada pada kisaran 25-32°C. Suhu tersebut sudah berda di luar batas
toleransi persyaratan tumbuh tanaman yang dalam pertumbuhannya
membutuhkan kisaran suhu media antara 21-25°C (Tindal 1983). Suhu
yang tinggi tersebut terjadi siang hari pada media dengan perlakuan
penyiraman 3 dan 4 kali. Perlakuan frekuensi fertigasi diduga memberikan
pengaruh terhadap penurunan suhu media. Hal tersebut dapat dilihat
pada Tabel 29 bahwa peningkatan jumlah frekuensi fertigasi menurunkan
rata-rata suhu media sebesar 1-2°C.
113
B. Peubah Agronomi
Air dan nutrisi yang diaplikasikan dalam fertigasi sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Tanaman paprika membutuhkan ketersediaan air dan nutrisi yang relatif
lebih tinggi pada fase generatif dibandingkan dengan fase vegetatif. Hal
tersebut terkait dengan proses fotosintesis yang menghasilkan bahan
asimilat untuk mendukung proses pembungaan dan pembentukan buah.
Peningkatan jumlah dan konsentrasi nutrisi dalam batas tertentu pada
114
SIMPULAN
Simpulan Umum
Dari data hasil percobaan dan uraian di atas diperoleh beberapa
simpulan
1. Perlakuan naungan 27.5% menurunkan IRM mencapai 155 W/m2
(49%) sehingga memberikan kondisi lingkungan yang mendukung
pertumbuhan, produktivitas, dan mutu paprika yang lebih baik .
2. Suhu media selama percobaan (tahap I, II dan III) memiliki nilai yang
relatif tinggi yaitu berkisar 25-32o C, namun kondisi tersebut masih
lebih rendah dari suhu udara terutama pada siang hari sehingga tetap
mendukung pertumbuhan, produktivitas, dan mutu paprika.
3. Varietas Goldflame dan Spatacus merupakan genotipe paprika yang
adaptif untuk dikembangkan di dataran rendah Pulau Batam
berdasarkan peubah tinggi tanaman, jumlah buah per tanaman,
bobot buah per tanaman, bobot per buah, ketebalan daging buah dan
volume buah.
4. Kombinasi taraf pemupukan P 24 ppm dan K 152 ppm lebih efisien
dalam budidaya tanaman paprika secara hidroponik di dataran rendah
Pulau Batam.
5. Penyiraman larutan nutrisi sebanyak 3 kali sehari masing-masing
250 ml merupakan frekuensi fertigasi yang efisien untuk
menghasilkan produktivitas dan mutu hasil panen paprika yang baik.
Saran
1. Aplikasi budidaya hidroponik paprika di dataran rendah disarankan
menggunakan varietas Spartacus dan Goldflame dengan naungan
27.5%, penggunaan tingkat pupuk P 24 ppm dan K 152 ppm dan
frekuensi penyiraman sebanyak 3 kali sehari masing-masing 250 ml.
2. Perlu dilakukan dan dikembangkan penelitian tentang zone cooling
daerah perakaran untuk mendukung pertumbuhan, peningkatan
produktivitas, dan mutu hasil panen paprika di dataran rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Elliot G. 1990. Reduce water and fertilizer with ebb and flow. Greenhouse
Grower 8(6):70-75.
Gardner FP, Pearce PB, Michell RL. 1985. Physiology of Crop Plants.
Lowa : The Lowa State Univ. Pr.
Grimme H. 1985. The Dynamics of Potassium in the Soil Plant System . In.
Soil Testing and Plant Analysis . Third Edition. Westerman, editor.
Madison : SSSA Inc. Book Series No.3.
Juhaiti T. 2000. Perubahan biokimia pada padi gogo yang toleran dan
peka terhadap naungan. Karakteristik enzim Rubisco [tesis]. Bogor
: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Las I. 1981. Efisiensi radiasi surya dan pengaruh naungan terhadap padi
gogo [tesis]. Bogor : Program Pascas arjana, Institut Pertanian
Bogor.
Ritchie J T. 1980. Climate and soil water. On moving up the yield curve.
Adv and Obstade 39:1-23.
Ryugo K. 1988. Fruit Culture It’s Science and Art. Canada : John Wiley
and Sons Publ.
MONITOR I
V553 V453 V546 V142 V545 V141 V528 V311 V151 V411 V556 V231
V232 V551 V123 V314 V315 V421 V258 V544 V211 V511 V513 V554
V552 V455 V439 V529 V431 V527 V329 V3210 V5210 V512 V412 V413
V454 V154 V457 V124 V152 V125 V422 V312 V313 V557 V555 V111
V112 V415 V316 V452 V424 V128 V257 V432 V318 V558 V233 V547
V4310 V531 V235 V143 V153 V144 V423 V157 V321 V234 V514 V414
V236 V458 V238 V212 V224 V134 V214 V317 V433 V549 V548 V532
V516 V129 V416 V319 V322 V256 V227 V241 V2110 V519 V235 V331
V155 V456 V113 V425 V117 V323 V328 V451 V418 V5410 V518 V517
V357 V333 V4410 V223 V3110 V145 V255 V221 V118 V121 V354 V353
V237 V438 V242 V419 V225 V146 V325 V449 V126 V539 V355 V332
V533 V114 V417 V213 V352 V324 V215 V336 V434 V559 V122 V356
V156 V4510 V335 V426 V119 V1310 V228 V158 V222 V359 V5110 V136
V521 V334 V137 V4110 V523 V428 V2410 V243 V446 V5510 V342 V358
V444 V239 V448 V127 V1110 V147 V326 V435 V115 V3510 V536 V538
V346 V436 V445 V131 V427 V226 V429 V244 V249 V5310 V343 V437
V2310 V1210 V219 V148 V132 V327 V251 V447 V351 V217 V537 V216
V534 V347 V348 V524 V133 V149 V4210 V138 V116 V441 V442 V443
V218 V159 V245 V139 V248 V2210 V254 V349 V1410 V541 V344
V2510 V522 V543 V229 V525 V339 V526 V1510 V246 V341 V535
V459 V3310 V247 V338 V252 V337 V259 V3410 V253 V345 V542
MONITOR II
V411 V556 V231 V553 V453 V546 V311 V151 V142 V545 V141 V528
V511 V513 V554 V232 V551 V123 V544 V211 V314 V315 V421 V258
V512 V412 V413 V552 V455 V439 V3210 V5210 V529 V431 V527 V329
V557 V555 V111 V454 V154 V457 V312 V313 V124 V152 V125 V422
V558 V233 V547 V112 V415 V316 V432 V318 V452 V424 V128 V257
V234 V514 V414 V4310 V531 V1235 V157 V321 V143 V153 V144 V423
V549 V548 V532 V236 V458 V238 V317 V433 V212 V224 V134 V214
V519 V235 V331 V516 V129 V416 V241 V2110 V319 V322 V256 V227
V5410 V518 V517 V155 V456 V113 V451 V418 V425 V117 V323 V328
V121 V354 V353 V357 V333 V4410 V221 V118 V223 V3110 V145 V255
V539 V355 V332 V237 V438 V242 V449 V126 V419 V225 V146 V325
V559 V122 V356 V533 V114 V417 V336 V434 V213 V352 V324 V215
V359 V5110 V136 V156 V4510 V335 V158 V222 V426 V119 V1310 V228
V5510 V342 V358 V521 V334 V137 V243 V446 V4110 V523 V428 V2410
V3510 V536 V538 V444 V239 V448 V435 V115 V127 V1110 V147 V326
V5310 V343 V437 V346 V436 V445 V244 V249 V131 V427 V226 V429
V217 V537 V216 V2310 V1210 V219 V447 V351 V148 V132 V327 V251
V441 V442 V443 V534 V347 V348 V138 V116 V524 V133 V149 V4210
V541 V344 V345 V218 V159 V245 V349 V1410 V139 V248 V2210
V341 V535 V542 V2510 V522 V543 V1510 V246 V229 V525 V339
V254 V526 V259 V459 V3310 V247 V3410 V253 V338 V252 V337
139
Lanjutan Lampiran 1
MONITOR III
V311 V151 V142 V545 V141 V528 V411 V556 V231 V553 V453 V546
V544 V211 V314 V315 V421 V258 V511 V513 V554 V232 V551 V123
V3210 V5210 V529 V431 V527 V329 V512 V412 V413 V552 V455 V439
V312 V313 V124 V152 V125 V422 V557 V555 V111 V454 V154 V457
V432 V318 V452 V424 V128 V257 V558 V233 V547 V112 V415 V316
V157 V321 V143 V153 V144 V423 V234 V514 V414 V4310 V531 V235
V317 V433 V212 V224 V134 V214 V549 V548 V532 V236 V458 V238
V241 V2110 V319 V322 V256 V227 V519 V235 V331 V516 V129 V416
V451 V418 V425 V117 V323 V328 V5410 V518 V517 V155 V456 V113
V221 V118 V223 V3110 V145 V255 V121 V354 V353 V357 V333 V4410
V449 V126 V419 V225 V146 V325 V539 V355 V332 V237 V438 V242
V336 V434 V213 V352 V324 V215 V559 V122 V356 V533 V114 V417
V158 V222 V426 V119 V1310 V228 V359 V5110 V136 V156 V4510 V335
V243 V446 V4110 V523 V428 V2410 V5510 V342 V358 V521 V334 V137
V435 V115 V127 V1110 V147 V326 V3510 V536 V538 V444 V239 V448
V244 V249 V131 V427 V226 V429 V5310 V343 V437 V346 V436 V445
V447 V351 V148 V132 V327 V251 V217 V537 V216 V2310 V1210 V219
V138 V116 V524 V133 V149 V4210 V441 V442 V443 V534 V347 V348
V349 V1410 V139 V248 V2210 V254 V541 V344 V345 V218 V159
V1510 V246 V229 V525 V339 V526 V341 V535 V542 V2510 V522
V3410 V253 V338 V252 V337 V259 V245 V543 V247 V459 V3310
Keterangan :
Vabc
a 1 : Varietas Bangkok
2 : Varietas Goldflame
3 : Varietas New Zealand
4 : Varietas Spartacus
5 : Varietas TRopica
b 1, 2, 3, 4, 5 : Ulangan
c 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 : Tanaman contoh
Monitor 1 : Naungan 0 %
Monitor 2 : Naungan 55 %
Monitor 3 : Naungan 27.5%
140
MONITOR I
5S P3K3 3S P2K4 2S P2K4 2G P1K4 1S P1K3 7S P1K1 3S P4K4 7S P2K1
3G P4K3 4S P4K3 7S P3K4 7S P2K2 2G P1K1 2S P3K3 3G P2K2 2G P3K3
5S P2K1 2S P1K2 7S P1K2 3G P1K2 2S P1K1 1S P3K4 3G P3K4 4S P2K1
7G P1K1 5S P1K4 1S P2K4 5G P4K2 5G P1K3 2G P1K2 3S P3K2 5G P1K2
7G P2K2 4S P1K3 5S P2K3 6G P3K1 1S P4K3 3G P1K1 3G P4K1 3G P3K1
6G P3K4 1S P1K4 6S P1K1 4G P3K2 5G P4K3 6G P3K2 6G P2K1 4G P3K3
4S P2K4 4G P1K1 5G P3K3 2G P1K3 1S P1K1 4S P1K1 1G P4K1 4G P4K3
2S P1K3 6G P4K4 3S P3K4 5G P2K1 7G P4K4 2G P3K4 3S P1K2 3S P2K1
4G P3K1 2S P1K4 5S P3K2 4G P4K4 1G P1K4 5S P4K2 2G P2K2 1G P2K1
7S P1K4 2S P4K1 5S P1K1 6S P2K4 2G P3K1 3S P4K2 1G P1K1 5G P2K2
6S P3K4 7G P2K4 5G P2K4 4G P2K3 2S P4K4 6G P1K2 5G P3K2 4G P2K2
2G P4K3 1G P2K3 5S P4K4 1G P4K4 6S P2K2 2G P4K2 7G P3K3 7G P4K3
1G P3K2 7S P3K1 1G P3K3 1G P1K2 6S P3K1 1G P3K1 1G P2K2 7S P2K4
5S P4K1 4S P1K2 3G P1K4 3G P2K3 2S P3K3 52 P1K3 4S P4K1 5G P2K3
MONITOR II
6S P1K3 4G P2K1 2G P2K4 1G P2K4 6S P3K2 6G P2K4 5GP3K4 3S P2K3
1S P2K1 1S P3K1 4G P4K2 2S P2K2 1S P4K4 7S P1K3 7S P3K3 4S P3K3
3G P4K4 6G P1K1 2S P4K1 4S P2K2 5S P2K2 7G P4K1 2S P3K2 6S P4K4
5G P1K4 3S P3K1 6S P1K4 3G P2K2 6S P1K2 7G P3K4 1S P1K2 3G P4K2
6S P2K1 6G P1K4 4G P1K4 2G P3K2 1S P4K2 6G P1K3 2S P2K1 4G P4K1
7G P1K3 1S P2K2 6S P4K3 6G P2K2 7G P1K2 4G P2K4 1S P3K3 7G P4K2
4S P3K4 2S P2K3 3S P4K3 6S P4K3 3G P2K4 1G P1K3 4G P1K3 3S P1K1
5S P3K1 7G P2K1 5G P4K4 5S P4K3 6G P3K2 7G P1K4 5G P4K1 1G P4K2
1S P2K3 1S P4K1 5G P3K1 7G P3K1 3G P2K1 2S P3K1 4S P4K4 6S P4K1
6G P4K2 3S P4K1 7G P3K1 7S P2K3 7S P4K3 4S P3K2 7S P3K2 1G P4K3
3G P1K4 2G P2K1 6G P4K1 7S P4K4 3S P3K3 4S P4K2 7S P4K2 5S P3K4
4S P1K4 6S P2K3 6G P2K3 2G P4K4 7S P4K1 6S P4K2 3G P1K3 1S P3K1
7G P2K3 4S P2K3 3G P3K2 5S P2K4 2G P2K3 2S P4K2 2S P2K3 6S P3K3
6S P3K1 4G P1K2 1S P2K3 6GP3K2 6G P3K1 5G P3K3 5G P1K1 3G P3K3
Keterangan :
1S, 2S, …7S = Varietas Spartacus ulangan 1, 2,…7
1G, 2G,….7G = Varietas Goldflame ulangan 1, 2,…7
P1 = Perlakuan konsentrasi fosfor 24 ppm
P2 = Perlakuan konsentrasi fosfor 46 ppm
P3 = Perlakuan konsentrasi fosfor 68 ppm
P4 = perlakuan konsentrasi fosfor 90 ppm
K1 = Perlakuan konsentrasi kalium 152 ppm
K2 = Perlakuan konsentrasi kalium 183 ppm
K3 = Perlakuan konsentrasi kalium 214 ppm
K4 = Perlakuan konsentrasi kalium 245 ppm
141
Keterangan :
1 = Frekuensi Fertigasi 3 kali
2 = Frekuensi Fertigasi 4 kali
3 = Frekuensi Fertigasi 5 kali
4 = Frekuensi Fertigasi 6 kali
S1, S2, ....S7 = Varietas Spartacus ulangan 1, 2,.....,7
G1, G2,…G7 = Varietas Goldflame ulangan 1, 2,….,7
142
Formula Nutrisi
Unsur
Resh (ppm) Agrotrisari (ppm) Joro (ppm)
N (NO 3) 218.13
N (NH4) 142 99.1 10.1
P 24 68 97.9
K 152 214 346.6
Ca 114 61.4 174.2
Mg 22 38.8 59.6
S 34 52.4 139
Fe 1 1.6 0.78
B 0.3 0.24 0.28
Mn 0.3 0.44 0.3
Zn 0.3 0.54 3.5
Cu 0.04 0.4 0.05
Mo 0.03 0.3 0.065
Lampiran 5. Komposisi Pupuk Perlakuan Percobaan Tahap II
TOTAL
Jenis Pupuk P1K1 P1K2 P1K3 P1K4 P2K1 P2K2 P2K3 P2K4 P3K1 P3K2 P3K3 P3K4 P4K1 P4K2 P4K3 P4K4 (Kg)
Stok A gram
FeEDTA 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 0.4
Ca NO 3 1.667 1.667 1.667 1.667 1.667 1.667 1.667 1.667 1.667 1.667 1.667 1.667 1.667 1.667 1.667 1.667 26.672
Stok B gram
MgSO 4 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 32
KH 2PO 4 1067 1280 1500 1717 1067 1280 1500 1717 1067 1280 1500 1717 1067 1280 1500 1717 22.26
KNO3 merah 1183 1433 166 7 1917 1183 1433 1667 1917 1183 1433 1667 1917 1183 1433 1667 1917 24.8
CuSO 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0.08
MnSO 4 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 0.096
ZnSO 4 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 0.096
H 3BO 3 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 0.096
Na2 MoO4 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 0.096
K 2O 533 750 967 1183 50 267 483 700 - - - 217 - - - - 5.15
P 2O 5 - - - - - - - - 433 217 - - 917 700 483.3 267 3.016
143
144
Peubah Sumber
Pengamatan Keragaman db JK KT F-hit Prob.
Naungan 2 1.2395 0.6197 137.7 0.0011
Naungan(Ulangan) 3 0.0135 0.0045 0.03 0.9921
Varietas 4 0.2059 0.0515 0.36 0.833 2
Rasio Klorofil a/b Naungan*Varietas 8 0.4165 0.0521 0.36 0.9212
Error 12 1.7224 0.1435
Corrected Total 29
KK (%) 32.81
Naungan 2 1.2759 0.6379 20.26 0.0187
Naungan(Ulangan) 3 0.0944 0.0316 0.39 0.762 2
Varietas 4 0.2024 0.0506 0.63 0.6524
Kandungan
Klorofil Naungan*Varietas 8 0.2866 0.0358 0.44 0.8723
Error 12 0.9685 0.0807
Corrected Total 29
KK (%) 17.88
Naungan 2 4078.34 2039.17 4.21 0.0412n
Naungan(Ulangan) 3 5810.66 484.22 12.06 <.0001
Varietas 4 4170 1042.5 25.97 <.0001
Tinggi Tanaman
Naungan*Varietas 8 1644.26 205.532 5.12 0.0001
9 MST
Error 12 1926.74 40.14
Corrected Total 29 17630
KK (%) 9.585
Naungan 2 7193.527 3596.76 4.97 0.0268
Naungan(Ulangan) 3 8684.36 723.697 13.87 <.0001
Varietas 4 3954.25 988.563 18.95 <.0001
Tinggi Tanaman
Naungan*Varietas 8 1959.31 244.913 4.69 0.0003
10 MST
Error 12 2504.04 52.168
Corrected Total 29 24295.48
KK (%) 9.69
Naungan 2 5446.28 2723.14 4.73 0.0306
Naungan(Ulangan) 3 6913.7 576.142 14.3 <.0001
Varietas 4 4378.75 1094.68 27.18 <.0001
Tinggi Tanaman 189 9.54 237.44 5.89 <.0001
Naungan*Varietas 8
11 MST
Error 12 1933.5 40.28
20571.78
Corrected Total 29
KK (%) 9.06
Naungan 2 0.00010 0.000053 1.56 0.247
Naungan(Ulangan) 3 0.00038 0.000063 0.84 0.4762
Varietas 4 0.00040 0.000100 1.13 0.2129
Relative Growth
Rate Naungan*Varietas 8 0.00085 0.000107 1.8 0.1751
Error 12 0.00050 0.000055 1.92
Corrected Total 29 0.00022
KK (%) 1.03
145
Peubah Sumber
Pengamatan Keragaman db JK KT F-hit Prob.
Naungan 2 1.003 5.015 5.27 0.0072
Naungan(Ulangan) 3 2.424 4.04 0.12 0.8855
Varietas 4 7.007 1.751 7.04 0.0052
Net Assimilation
Naungan*Varietas 8 2.828 3.534 3.05 0.0758
Rate
Error 12 5.165 5.739 6.16 0.0067
Corrected Total 29 6.57
KK (%) 0.04
Naungan 2 759.7038 379.85193 1.48 0.2672
Naungan(Ulangan) 12 3087.683 257.30688 1.41 0.1936
Varietas 4 4807.6 1201.9 6.59 0.0003
Bobor per buah Naungan*Varietas 8 2339.158 292.39472 1.6 0.1486
Error 48 8748.944 182.26966
Corrected Total 74 19743.09
KK (%) 14.7
Naungan 2 1693.02 846.50988 54.41 <.0001
Naungan(Ulangan) 12 186.7041 15.558678 1.11 0.3717
Varietas 4 351.2709 87.81772 6.28 0.0004
Bobot Buah per
Naungan*Varietas 8 267.0067 33.375842 2.39 0.0296
Tanaman
Error 48 670.7315 13.973573
Corrected Total 74 3168.733
KK (%) 15.79
Naungan 2 4.657056 2.328528 4.25 0.0402
Naungan(Ulangan) 12 6.574632 0.547886 2.08 0.0364
Varietas 4 8.072915 2.0182287 7.67 <.0001
Ketebalan Daging
Naungan*Varietas 8 2.186237 0.2732797 1.04 0.4207
Buah
Error 48 12.62273 0.2629735
Corrected Total 74 34.11357
KK (%) 9.745
Naungan 2 384.1067 192.05333 62.9 <.0001
Naungan(Ulangan) 12 36.64 3.0533333 0.78 0.6687
Varietas 4 47.81333 11.953333 3.05 0.0256
Jumlah Buah Per
Tanaman Naungan*Varietas 8 48.02667 6.0033333 1.53 0.1715
Error 48 188.16 3.92
Corrected Total 74 704.7467
KK (%) 30.49
Naungan 2 2255.895 1127.9475 1.64 0.235
Naungan(Ulangan) 12 8264.472 688.70604 1.04 0.4276
Varietas 4 53706.79 13426.697 20.32 <.0001
Volume Buah Naungan*Varietas 8 19622.93 2452.8664 3.71 0.0019
Error 48 31709.63 660.6173
Corrected Total 74 115559.7
KK (%) 17.13
146
Peubah Sumber
Pengamatan Keragaman db JK KT F-hit Prob.
Varietas 1 10099.35 10099.36 0.37 0.5433
P 3 43814.7305 146.04.9102 0.54 0.6581
Varietas*P 3 33353.3310 11117.7770 0.41 0.7474
K 3 44754.9168 14908.3056 0.55 0.6504
Varietas*K 3 116912.2363 38970.7454 1.43 0.2352
Bobot buah per
tanaman P*K 9 373658.6165 41517.6241 1.52 0.1418
Varietas*P*K 9 22.2540.4102 24726.7122 0.91 0.5197
Error 192 165.0591
Corrected
Total 223
KK (%) 25.88301
Varietas 1 972.35104 972.35104 13.3 0.0003
P 3 236.74300 78.91433 1.08 0.359
Varietas*P 3 108.360 36.12032 0.49 0.6868
K 3 321.0400 107.01335 1.46 0.2257
Varietas*K 3 285.14356 95.04785 1.3 0.2757
Bobor per buah P*K 9 686.0941 76.23268 1.04 0.4075
Varietas*P*K 9 146.66105 16.29567 0.22 0.9910
Error 192 14035.608 73.102
Corrected
Total 223 16792.002
KK (%) 7.66
Varietas 1 2.790178 2.790 178 1.12 0.2985
P 3 0.34395 0.114650 0.57 0.6377
Varietas*P 3 0.937133 0.312377 1.54 0.2046
K 3 1.845668 0.615222 3.04 0.0302
Varietas*K 3 0.406381 0.135460 0.67 0.5718
Ketebalan Daging
Buah P*K 9 2.96233 0.329148 1.63 0.1100
Varietas*P*K 9 3.87115 0.430127 2.13 0.0292
Error 192 38.854423 0.202366
Corrected
Total 223 56.570131
KK (%) 8.55
Varietas 1 2.790178 2.790178 1.12 0.2915
P 3 1.513392 0.504464 0.2 0.8947
Varietas*P 3 1.441964 0.480654 0.19 0.9013
K 3 7.013392 2.337797 0.94 0.4237
Varietas*K 3 10.584821 3.528273 1.41 0.2398
Jumlah Buah Per
Tanaman P*K 9 37.897321 4.210813 1.69 0.094
Varietas*P*K 9 14.683035 1.631448 0.65 0.7495
Error 192 478.85714 2.49404
Corrected
Total 223 554.781
KK (%) 22.46
147
Lanjutan Lampiran 7
Peubah Sumber
Pengamatan Keragaman db JK KT F-hit Prob.
Varietas 1 185.1141 185.114 1 0.31 0.5773
P 3 1192.6181 397.5393 0.67 0.5719
Varietas*P 3 686.2501 228.7500 0.39 0.7639
K 3 617.8820 205.9606 0.35 0.7916
Varietas*K 3 1366.8212 455.6070 0.77 0.5139
Volume Buah P*K 9 6286.8443 698.5382 1.18 0.3125
Varietas*P*K 9 3204.2699 356.02999 0.6 0.7967
Error 192 114061.63 594.071
Corrected
Total 223 127601.43
KK (%) 11.60
Varietas 1 0.000082 0.0000816 3.39 0.0779
P 3 0.000052 0.00000174 0.07 0.9742
K 3 0.000050 0.0000169 0.70 0.5599
Relative Growth
Rate (RGR) Error 24 0.000577 0.0000240
Corrected
Total 31 0.000715
KK (%) 0.679
Varietas 1 1.27 1.24 1.02 0..32
P 3 2.67 2.05 1.65 0.20
K 3 6.17 1.26 1.65 0.20
Net Assimilation
Rate (NAR) Error 24 2.98
Corrected
Total 31 3.99
KK (%) 0.015
148
Peubah Sumber
Pengamatan Keragaman db JK KT F-hit Prob.
Varietas 1 61.93 91.93 2.89 0.1146
Freksiram 3 504.277 168.09 2.46 0.0787
Varietas*Freksiram 3 7.876 2.626 0.04 0.9898
Bobor per buah
Error 36 2463.28 68.4245
Corrected Total 55 3294.075
KK (%) 7.659
Varietas 1 0.0043075 0.0043075 0.04 0.8433
Freksiram 3 0.4232137 0.1410713 1.58 0.2109
Bobot Buah per Varietas*Freksiram 3 0.28486549 0.0949552 1.06 0.3765
Tanaman Error 48 3.21290315 0.0892473
Corrected Total 55 5.19135677
KK (%) 4.639
Varietas 1 0.0000955 0.00009556 0.000 0.979
Freksiram 3 0.397074 0.132358 1.19 0.3266
Julah Buah per Varietas*Freksiram 3 0.3710409 0.12368029 1.11 0.3563
Tanaman Error 48 3.99766305 0.11104620
Corrected Total 55 6.3466176
KK (%) 13.673
Varietas 1 5.63245714 5.63245714 0.02 0.8964
Freksiram 3 1444.2846 481.428219 2.16 0.1101
Varietas*Freksiram 3 397.8064 132.302143 0.59 0.6230
Ukuran Buah
Error 48 8.036.080 223.22447
Corrected Total 55 13704.578
KK (%) 7.754
Varietas 1 1.66290179 1.662901 8.94 0.011 3
Freksiram 3 0.238319 0..079439 1.38 0.2634
Ketebalan Varietas*Freksiram 3 0.74809107 0.2493636 4.34 0.0104
Daging Buah Error 48 2.06701429 0.057417
Corrected Total 55 6.94848393
KK (%) 4.530
149
Lampiran 10. Hasil Uji Kandungan Fosfor dan Kalium pada Varietas
Goldflame
Lampiran 13. Analisis Gizi dan Vitamin Sampel Paprika Hasil Percobaan
Tahap II
155
156
SPARTACUS
Grade Persentase Grade
Perlakuan A B C Total A B C
P1K1 1 39 5 45 2.22 86.67 11.11
P1K2 1 29 10 40 2.50 72.50 25.00
P1K3 26 6 32 0.00 81.25 18.75
P1K4 33 18 51 0.00 64.71 35.29
P2K1 2 31 6 39 5.13 79.49 15.38
P2K2 1 20 15 36 2.78 55.56 41.67
P2K3 27 15 42 0.00 64.29 35.71
P2K4 31 15 46 0.00 67.39 32.61
P3K1 25 13 38 0.00 65.79 34.21
P3K2 31 7 38 0.00 81.58 18.42
P3K3 1 34 12 47 2.13 72.34 25.53
P3K4 38 7 45 0.00 84.44 15.56
P4K1 1 31 4 36 2.78 86.11 11.11
P4K2 2 31 11 44 4.55 70.45 25.00
P4K3 1 33 15 49 2.04 67.35 30.61
P4K4 3 27 11 41 7.32 65.85 26.83
TOTAL 13 486 170 669 1.94 72.65 25.41
GOLDFLAME
Grade Persentase Grade
Perlakuan A B C Total A B C
P1K1 33 10 43 0.00 76.74 23.26
P1K2 1 32 9 42 2.38 76.19 21.43
P1K3 32 6 38 0.00 84.21 15.79
P1K4 30 12 42 0.00 71.43 28.57
P2K1 35 8 43 0.00 81.40 18.60
P2K2 1 34 5 40 2.50 85.00 12.50
P2K3 1 38 7 46 2.17 82.61 15.22
P2K4 30 9 39 0.00 76.92 23.08
P3K1 35 11 46 0.00 76.09 23.91
P3K2 31 2 33 0.00 93.94 6.06
P3K3 37 4 41 0.00 90.24 9.76
P3K4 2 35 3 40 5.00 87.50 7.50
P4K1 1 30 8 39 2.56 76.92 20.51
P4K2 1 35 8 44 2.27 79.55 18.18
P4K3 1 35 7 43 2.33 81.40 16.28
P4K4 1 26 10 37 2.70 70.27 27.03
TOTAL 9 528 119 656 1.37 80.49 18.14
157
Grade Kriteria
A Tidak cacat
Berat 150-250 g
Volume >270 ml
Luar Naungan
Peubah
GH 0% 27.5% 55%
Suhu ( °C ) 28.8 28.9 28.8 28.1
Kelembaban Nisbi (%) 90.2 90.6 91.1 91.89
Suhu Media (°C) 31 30 30
Intensitas Radiasi Matahari 314 182 155 103
(W/m 2)
Radiasi yang Diteruskan (%) 100 58 49 33
Koefisien Pemadaman
30 HST 0.94 1.17 1.41
60 HST 2.60 2.65 2.38
90 HST 2.17 2.29 2.14
Intersepsi Tajuk (%) 55.84 55.21 50.81
Kandungan Klorofil (mg/g) 1.35 2.06 2.94
Rasio Klorofil a/b 1.56 1.02 0.28
Indeks Luas Daun
30 HST 0.56 0.48 0.34
60 HST 1.84 2.07 1.65
90 HST 1.79 1.65 1.32
Tinggi Tanaman 9 MST (cm)
Spartacus 77.8 95.60 63.90
Goldflame 71.9 66.80 56.10
Tinggi Tanaman 10 MST (cm)
Spartacus 82.00 102.60 66.50
Goldflame 78.60 69.80 60.40
Tinggi Tanaman 11 MST (cm)
Spartacus 86.40 107.00 69.00
Goldflame 83.20 73.60 63.80
Relative Growth Rate (g/g/hari) 0.025 0.028 0.021
Net Assimilation Rate (g/cm 2/hari)
Spartacus 0.0009 0.0011 0.0016
Goldflame 0.0005 0.0009 0.0004
Bobot Buah perTanaman
Spartacus 876.8 889.2 231.0
Goldflame 845.2 868.4 487.2
Jumlah Buah per Tanaman 7.72 8.44 3.32
Ketebalan Daging Buah (mm) 5.41 5.46 4.91
Volume Buah (ml) 146.13 169.43 142.31
159
Varietas
Peubah New
Bangkok Goldflame Spartacus Tropica
Zealand
Tinggi Tanaman (cm)
9 MST 56.93 64.93 67.93 79.10 61.60
10 MST 60.67 69.60 70.40 83.70 65.90
11 MST 65.63 73.53 75.60 87.47 70.03
Bobot per Buah (g) 83.28 106.99 89.25 91.17 88.59
Bobot Buah per
Tanaman (g)
N0 676 845.2 549.4 876.8 784.4
N1 495 868.4 639 889.2 866.4
N2 394.4 487.2 179.2 231 253.8
Jumlah Buah per
Tanaman 6.33 7.13 5 7.07 6.93
Ketebalan Daging Buah
(mm) 5.28 5.82 5.23 4.78 5.2
Volume Buah (ml)
N0 125.80 180.07 141.27 125.40 158.13
N1 105.83 215.46 173.67 179.53 172.60
N2 136.60 187.87 115.80 130.50 140.77
NAR (g/cm 2/hari) 0.0008 0.0006 0.0011 0.0012 0.0008
Kandungan Total Klorofil
(mg/g) 1.63 2.11 2.46 2.08 1.98
Rasio Klorofil a/b 0.8 0.83 1.41 0.99 0.75
Intersepsi Tajuk (%) 53.08 51.85 54.51 54.83 55.48
Koefisien Pemadaman
30 HST 1.06 1.13 1.26 1.13 1.28
60 HST 2.74 2.38 2.54 2.42 2.66
90 HST 2.54 1.72 2.25 2.04 2.43
Indeks Luas Daun
30 HST 0.33 0.42 0.55 0.43 0.57
60 HST 1.68 1.92 1.90 1.89 1.86
90 HST 1.73 1.46 1.51 1.40 1.83
160
VARIETAS SPARTACUS
Peubah
Perlakuan RGR NAR
BPB Vol KDB
Pupuk 78 HST (mg/m2 JBPT
(g) (ml) (mm)
(g/g/hari) /hari)
P1K1 0.0303 0.0006 8.71 115.31 233.1 5.54
P1K2 0.0141 0.0003 7.86 110.48 210.2 5.55
P1K3 0.0159 0.0004 7.00 112.58 216.6 5.16
P1K4 0.0206 0.0006 7.14 104 .87 203.4 5.09
P2K1 0.0214 0.0006 6.86 110.85 213.7 4.98
P2K2 0.0287 0.0006 6.43 110.94 205.6 4.91
P2K3 0.0154 0.0002 7.29 103.68 198.4 4.82
P2K4 0.0276 0.0005 7.57 104.92 200.8 5.04
P3K1 0.0205 0.0004 6.43 109.45 207.3 4.82
P3K2 0.0199 0.0005 6.71 108.90 203.3 5.18
P3K3 0.0020 0.0004 6.71 107.43 221.9 5.10
P3K4 0.0213 0.0005 6.57 107.82 209.4 5.07
P4K1 0.0145 0.0002 6.57 113.80 219.1 5.09
P4K2 0.0063 0.0001 7.29 111.80 213.0 5.02
P4K3 0.0201 0.0005 8.29 108.50 205.1 5.00
P4K4 0.0228 0.0004 7.00 110.83 214.2 4.88
Rata2 0.0188 0.0004 7.15 109.46 210.9 5.08
161
Stok B
MgSO4 12.00 12.00
KH2 PO4 7.00 6.40*
KNO 3 putih 10.00 -
KNO 3 merah - 7.10*
CuSO4 0.04 0.03
MnSO4 0.04 0.04
ZnSO4 0.02 0.04
H3BO 3 0.04 0.04
Na2 MoO4 0.04 0.02
K2O - 3.20
Ket : *) Efisiensi P dan K : 30 %
Lampiran 25. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Paprika di Batam
A. IN COMING
II NIL AI SIS A 0 0 0 0 0 0
T O TAL I NC OMI N G
(A)
( P ENERI M AA N )
0 64,800,000 64,800,000 64,800,000 64,800,000 64,800,000 Keterangan :
1 Luasan
B. OUT GOING 2 Jumlah tanaman
I INVESTASI 3 Jumlah panen
1 Konstruksi green house 25,311,400 0 0 0 0 0 4 Harga jual
2 Sarana irigasi 9,491,200 0 0 0 0 0 5 Jumlah produksi
3 Bahan penunjang 2,547,000 0 2,547,000 2,547,000 2,547,000 2,547,000 6 Biaya operasional
Jumlah 37,349,600 0 2,547,000 2,547,000 2,547,000 2,547,000
II Operasional
164
Lanjutan Lampiran 2 5.
3 Tenaga kerja
4 Utilitas
165