Anda di halaman 1dari 59

94

BAB III
PEMBAHASAN

Setelah dilakukan studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan

selama tiga hari, mulai tanggal 25, 26 dan 27 Juni 2018, didapatkan hasil dari

pengkajian sampai dengan dokumentasian. Pada pembahasan kasus ini

penulis mengacu pada proses keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan sekaligus

pendokumentasian.

Dengan melihat kesenjangan antara kasus yang nyata dengan teori dan

hambatan-hambatan didalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien

Ny. G dengan Anemia dan Diabetes Mellitus di Ruang Bakung RSUD

Panembahan Senopati, Bantul. Pembahasan untuk setiap tahap proses

keperawatan yang telah dilaksanakan oleh penulis adalah sebagai berikut :

A. Proses Keperawatan

Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan

terorganisasi dalam pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan pada

reaksi dan respon yang unik induvidu pada suatu kelompok dan perorangan,

terhadap gangguan kesehatan yang dialami baik aktual maupun potensial

(Deswani, 2011).

Proses keperawatan adalah suatu metode ilmiah yang sistematis dan

terorganisir untuk memberikan asuahan keperawatan kepada klien (Setiadi,

2011)
95

Proses keperawatan adalah satu pendekatan untuk pemecahan masalah

yang memampukan perawatan untuk mengatur dan memberikan asuhan

keperawatan (Potter & Perry, 2005)

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan klien. Pengkajian yang akurat, lengkap, sesuai dengan

kenyataan kebenaran data, sangat penting dalam merumuskan suatu

diagnosa keperawatan dan memberikan pelayananan keperawatan

sesuai respon induvidu sebagaimana yang telah ditentukan dalam

standar praktik keperawatan dari ANA (American Nurses Association)

(Handayaningsih, 2007).

Dalam melakukan pengkajian penulis melakukan pendekatan

dengan pasien, keluarga pasien dan tenaga medis lain yang ada

diruang Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul. Pengkajian

merupakan pendekatan yang bertujuan untuk mengumpulkan,

mengorganisasi, dan mencatat data – data yang menjelaskan respon

tubuh manusia yang di akibatkan oleh masalah kesehatan secara

menyeluruh mulai dari aspek biologis, psikologis, sosial sampai

dengan aspek spiritual. Data diperoleh dari pasien, tim kesehatan dan
96

buku status klien. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara

wawancara, obsrvasi, pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi.

Dari hasil pengkajian Ny. G tanggal 25 juni 2018, terdapat

kesenjangan data antara teori dengan kasus yang ada

a. Data yang ada pada teori dan yang ada pada kasus :

1) Pusing

Pusing atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling

utama manusia. Sakit kepala adalah gejala bukan penyakit dan dapat

menunjukan penyakit organik (neurologi atau penyakit lain), respon

stress, tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi

respon tersebut (Proverawati, 2011)

Pusing pada penderita anemia terjadi akibat penghancuran sel

darah merah, pembesaran limpi, kerusakan mekanik pada sel darah

merah, reaksi autoimun terhadap sel darah merah dan kekurangan

pasokan oksigen ke otak (proverawati,2011)

Data yang muncul pada Ny. G adalah pada saat dilakukan

pengkajian tanggal 25 juni 2018 pasien mengeluh sedikit pusing.

2) Lesu

Lesu merupakan dimana seseorang tidak berdaya, lemah dan letih

karena kekurangan darah atau anemia, tubuh memproduksi terlalu

sedikit sel darah merah, kehilangan terlalu banyak sel darah merah

atau mematikan sel darah merah lebih banyak daripada

menggantinya (Proverawati, 2011).


97

Lesu pada anemia terjadi akibat kadar hemoglobin yang

mengangkut oksigen keseluruh tubuh berkurang, sehingga

metabolisme sel turun, keadaan ini menyebabkan energi dalam tubuh

menurun dan menimbulkan lemah, lesu, lemas, lunglai dan letih

(Proverawati,2011)

Data yang muncul pada Ny. G setelah dilakukan pngkajian

tanggal 25 juni 2018 adalah pasien mengatakan sedikit lemes hal ini

disebabkan karena terjadi penurunan kadar hemoglobin yaitu dengan

hasil hemoglobin 3,9 gr/dl.

3) Pucat

Pucat merupakan salah satu dari manifestasi klinis pada anemia,

seseorang bila terjadi kekurangan darah akan terlihat pucat pada

wajahnya (Proverawati, 2011).

Berkurangnya hemoglobin akan menyebabkan turunnya kadar

oksigen dalam darah karena fungsi hemoglobin adalah mengikat

oksigen dalam darah, hal ini akan menyebabkan penurunan

oksigenasi jaringan. Untuk menyesuaikan dengan keadaan ini

pembuluh darah akan melakukan vasokonstriksi untuk

memaksimalkan pengiriman oksigen ke organ – organ vital.

Keadaan seperti ini akan menyebabkan pucat. Indikator yang baik

untuk menilai pucat adalah pada dasar kuku, telapak tangan,

membran mukosa mulut dan konjungtiva (Proverawati, 2011).


98

Data yang muncul pada Ny. G pada tanggal 25 juni 2018 adalah

bibir pasien tampak pucat.

4) Poliuria

Poliuria adalah peningkatan pengeluaran urin lebih dari

3000cc/hari. Pada penderita diabetes melitus poliuria muncul akibat

insulin yang tidak mampu mengubah glukosa menjadi glikogen, dan

membuat kadar glukosa dalam darah menjadi tinggi. Keadaan ini

menyebabkan hiperfiltrasi pada ginjal sehingga kecepatan filtrasi

ginjal meningkat. Akibatnya, glukosa dan natrium yang diserap

ginjal menjadi berlebihan sehingga urin yang dihasilkan menjadi

lebih banyak (Riyadi, 2007).

Berdasarkan data hasil pengkajian yang dilakukan pada 25 juni

2018 didapatkan data pasien mengatakan sehari BAK ± 9 – 10x/hari

setiap BAK ± 350cc.

5) Polifagia

Polifagia adalah keadaan dimana seseorang merasa sering lapar.

Rasa lapar yang timbul semakin besar sehingga pasien banyak

makan. Pasien dengan penyakit DM tipe II selalu mengalami

peningkatan nafsu makan yang disebabkan oleh makanan yang

dimetabolisme tidak dapat masuk ke dalam sel. Sehingga sel akan

kekurangan makanan akibatnya penderita akan cepat merasa lapar.

Dan untuk mengatasi rasa lapar tersebut pasien mengatasinya dengan

banyak makan (Riyadi, 2007).


99

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 25 juni 2018

didapatkan hasil bahwa pasien mengatakan bahwa masih merasa

lapar setelah menghabiskan 1 porsi makanan dari Rumah Sakit.

6) Capilary refill time (CRT) > 2 detik.

Capilary refill time adalah tes yang dilakukan pada daerah kuku

untuk memonitor dehidrasi dan jumlah aliran darah ke jaringan

perifer (Proverawati, 2011).

Salah satu mekanisme kompensasi tubuh ketika kekurangan darah

atau anemia, yaitu memprioritaskan aliran darah untuk menuju organ

– organ vital seperti otak, hati, ginjal yang umumnya terletak di

batang tubuh. Keadaan ini menyebabkan aliran darah ke ekstremitas

seperti tangan dan kaki menjadi lebih sedikit, menurunnya aliran

darah ke area ekstremitas ini ditandai dengan memanjangnya

Capilary refil time (Proverawati, 2011)

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 25 juni 2018

didapatkan hasil pemeriksaan capilary refill time pada pasien > 2

detik pada ekstremitas atas dan bawah.

7) Dasar kuku sianosis.

Sianosis adalah warna kulit dan membran mukosa kebiruan atau

pucat karena kandungan oksigen yang rendah dalam darah. Kondisi

ini terutama mencolok dibibir dan kuku (Proverawati, 2011).

Berkurangnya hemoglobin akan menyebabkan turunnya kadar

oksigen dalam darah karena fungsi hemoglobin adalah mengikat


100

oksigen dalam darah, hal ini akan menyebabkan penurunan

oksigenasi jaringan. Untuk menyesuaikan dengan keadaan ini

pembuluh darah akan melakukan vasokonstriksi untuk

memaksimalkan pengiriman oksigen ke organ – organ vital.

Keadaan seperti ini akan menyebabkan pucat. Indikator yang baik

untuk menilai pucat adalah pada dasar kuku, telapak tangan,

membran mukosa mulut dan konjungtiva (Proverawati, 2011).

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 25 juni 2018

didapatkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan dasar kuku tangan dan

kaki pasien pucat.

8) Konjungtiva anemis

Konjungtiva anemis adalah suatu keadaan dimana konjungtiva

seseorang pucat karena darah tidak sampai ke perifer yang bisa

menjadi salah satu tanda bahwa seseorang mengalami anemia

(Proverawati, 2011).

Berkurangnya hemoglobin akan menyebabkan turunnya kadar

oksigen dalam darah karena fungsi hemoglobin adalah mengikat

oksigen dalam darah, hal ini akan menyebabkan penurunan

oksigenasi jaringan. Untuk menyesuaikan dengan keadaan ini

pembuluh darah akan melakukan vasokonstriksi untuk

memaksimalkan pengiriman oksigen ke organ – organ vital.

Keadaan seperti ini akan menyebabkan pucat. Indikator yang baik


101

untuk menilai pucat adalah pada dasar kuku, telapak tangan,

membran mukosa mulut dan konjungtiva (Proverawati, 2011).

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 25 juni 2018

didapatkan hasil pemeriksaan fisik konjungtiva pada mata pasien

tampak anemis (pucat).

9) Retinopati diabetik

Retinopati diabetik adalah kelainan pada retina mata yang dialami

penderita diabetes melitus. Kondisi ini ditandai dengan perdarahan

pembuluh darah retina dan gangguan pusat penglihatan mata

(Riyadi, 2007).

Retinopati terjadi pada penderita diabtes melitus yang tidak

terkontrol dengan baik. Kadar gula darah yang tinggi akan merusak

pembuluh darah, termasuk pembuluh darah di retina mata. Dinding

retina mata akan menipis sehingga mudah pecah. Pada penyakit

retinopati diabetik, pecahnhnya pembuluh darah retina menyebabkan

munculnya bintik – bintik perdarahandi retina, hal ini menyebabkan

pandangan kabur (Riyadi, 2007).

Gejala retinopati meliputi penglihatan menurun secara perlahan –

lahan, penglihatan hilang mendadak, tampak ada benda atau bercak

hitam yang melayang – layang di lapang pandang, penglihatan

berbayang, penglihatan warna terganggu dan nyeri pada mata atau

mata memerah (Riyadi, 2007).


102

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 25 juni 2018

didapatkan hasil pasien belum mengalami retinopati akan tetapi

pasien mengalami salah satu gejala retinopati dengan bukti pasien

mengatakan pandangan sedikit kabur.

10) Infeksi

Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan

berproliferasi didalam tubuh yang menyebabkan gangguan

kesehatan(Riyadi, 2007).

Pada kasus ini infeksi terjadi akibat cacing tambang. Cacing

tambang menyerap sel darah merah dan juga mencerna sel darah

merah yang didapatnya dari dinding usus halus sehingga

menyebabkan defisiensi zat besi. Defisiensi zat besi menyebabkan

terganggunya proses produksi sel darah putih sehingga dapat

mempengaruhi kekebalan tubuh dan meningkatkan seseorang

mengalami infeksi (Riyadi, 2007).

Pada saat pengkajian tanggal 25 juni 2018 didapatkan hasil LED

1 jam : 47mm/jam (0 – 20 mm/jam) dan Eosinofil 15 % (2 – 4 %).

b. Data yang muncul diteori dan tidak ditemukan dikasus

1) Aktivitas kurang

Aktivitas merupakan kemampuan induvidu untuk bergerak bebas,

mudah dan teratur. Aktivitas kurang merupakan keadaan dimana

induvidu tidak maksimal dalam melakukan gerak secara bebas,


103

mudah dan teratur karena suatu kendala atau keterbatasan fisik

sehingga induvidu tidak dapat melakukan gerakan bebas

(Proverawati, 2011).

Aktivitas menurun pada anemia terjadi akibat kadar hemoglobin

yang mengangkut oksigen keseluruh tubuh berkurang, sehingga

metabolisme sel turun, keadaan ini menyebabkan energi dalam tubuh

menurun (Proverawati, 2011).

Data ini tidak muncul karena pada saat pengkajian pasien

mengatakan masih bisa melakukan aktivitasnya secara mandiri,

seperti makan, mandi, toileting dan aktivitas lain dilakukan secara

mandiri tanpa bantuan orang lain.

2) Takikardia

Takikardia adalah kondisi dimana detak jantung seseorang diatas

normal > 100x/ menit, normal denyut jantung 60 – 100x per menit

(Proverawati, 2011).

Irama detak jantung dikontrol olh nodus atrioventrikular yang

menghasilkan impuls elektrik pemicu awal tiap detak jantung.

Penyebab takikardia adalah faktor – faktor yang mnganggu impuls

elektrik tersebut, sehingga detak jantung lebih cepat dari normal.

Faktor penganggu implus elektrik ini antara lain akibat penyakit

hipertiroidisme, anemia, tekanan darah tinggi, demam (Proverawati,

2011).
104

Pada saat pengkajian tanggal 25 juni 2018 Ny. G tidak mengalami

takikardia yaitu 96x/ menit, dimana rentang nadi normal pada orang

dewasa adalah 60-100x/menit.

3) Hiperglikemia berpuasa

Kadar gula darah lebih dari normal (80 – 200mg/dl) pada saat

berpuasa (Riyadi, 2007). Kekurangan insulin menyebabkan glukosa

tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula dalam

darah meningkat (Riyadi, 2007), pada pasien Ny. G tidak dilakukan

pemeriksaan gula darah setelah puasa.

4) Polidipsi

Polidipsi adalah kondisi dimana seseorang mengalami haus

berlebihan. Kondisi ini biasanya dijumpai pada penderita diabetes

melitus. Polidipsi terjadi karena adanya pengeluaran urin berlebih

(poliuri), sehingga tubuh kekurangan cairan dan menyebabkan

penderita banyak minum (Riyadi, 2007) , pada saat pengkajian

tanggal 25 juni 2018 pasien tidak mengalami polidipsi karena sehari

hanya minum ± 4 gelas.

5) Luka gangren.

Kematian jaringan tubuh karena kurangnya aliran darah atau

infeksi bakteri. Gangren sering mempengaruhi ekstremitas, termasuk

jari – jari tangan dan kaki serta terjadi pada otot dan organ internal

(Riyadi, 2007),
105

Pada penderita diabetes, gula darah yang meningkat dalam jangka

waktu yang lama akan menyebabkan kelainan sistem saraf yang

disebut neuropati diabetik. Neuropati diabetik terjadi akibat

timbulnya plak lemak pada pembuluh nadi, hal ini menyebabkan

pembuluh nadi menyempit sehingga mengurangi aliran darah yang

mengalir pada organ tubuh. Keadaan tersebut mengakibatkan rasa

terhadap rangsang sakit menurun dan menimbukan penderita rentan

mengalami luka (Riadi, 2007).

Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 25 juni 2018 tidak

didapatkan luka pada bagian tubuh pasien.

6) Neuropati.

Neuropati adalah keadaan dimana seseorang mengalami

kerusakan pada saraf sehingga menimbulkan sensasi rasa terhadap

rangsang sakit menurun (Riyadi, 2007).

Neuropati terjadi karena aliran darah ke saraf terbatas akibat

penumpukan plak lemak. Penumpukan plak lemak di pembuluh

darah menyebabkan saraf tanpa aliran darah dan menjadi rusak atau

mati (ischemia). Gejala kerusakan saraf meliputi mati rasa, rasa

terbakar dan nyeri pada kaki (Riyadi, 2007). Pada saat dilakukan

pengkajian tanggal 25 juni 2018 pasien mengatakan tidak pernah

merasa kesemutan.
106

7) Penyakit vaskular

Penyakit vaskuler perifer adalah penyakit yang ditandai dengan

penyempitan pembuluh darah nadi di luar jantung dan otak.

Pembuluh darah yang biasanya mengalami penyempitan adalah

pembuluh darah yang menyalurkan darah ke lengan, kaki, dan organ

tubuh dibawah perut (Riyadi, 2007).

Penyakit vaskuler terjadi akibat penyempitan pembuluh darah

oleh plak lemak dan kolesterol, keadaan ini menyebabkan jumlah

darah yang mengalir ke organ menjadi berkurang (Riyadi, 2007).

Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 25 juni 2018 pasien belum

mengalami penyakit vaskuler.

8) Glikosuria

Glikosuria adalah urin yang dikeluarkan dari tubuh mengandung

glukosa yang berlebihan (Riyadi, 2007).

Ketika kadar glukosa darah melebihi ambang ginjal (160 -190

mg/dl), maka kelebihan kadar glukosa tidak dapat diserap kembali

oleh ginjal dan disekresikan bersama urin (Riyadi, 2007).

pada pengkajian tanggal 25 juni 2018 tidak ditemukan glikosuria

dari hasil pemeriksaan laboratorium.

c. Data yang ada dalam kasus tetapi tidak ada diteori

Tidak ada
107

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah

kesehatan yang aktual dan potensial. Yang dimaksud dengan aktual

adalah masalah yang ditemukan pada saat dilakukan pengkajian,

sedangkan masalah potensial adalah yang kemunginan akan timbul

kemudian (Nursalam, 2008)

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis terhadap induvidu,

keluarga, atau komunitas tentang respon terhadap masalah kesehatan

yang bersifat aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan

panduan untuk memilih intervensi keperawatan supaya bisa mencapai

kriteria hasil yang ditetapkan dan menjamin akuntabilitas perawat.

(DeLaun.dkk, 2002 dalam Debora, 2011).

Ada 5 tipe diagnosa keperawatan yaitu :

a. Diagnosa keperawatan aktual (Aktual Nursing Diagnose) adalah

diagnosa yang menyajikan keadaan klinis yang telah divalidasi

batasan karakteristiknya yang diidentifikasi.

b. Diagnosa keperawatan risiko dan resiko tinggi (Risk and High –

risk nursing diagnosis) adalah keputusan klinis tentang induvidu,

keluarga atau komunitas yang sangat rentan untuk mengalami

masalah, dibanding induvidu atau kelompok lain pada situasi yang

sama.

c. Dignosa keperawatan sejahtera (Wellness nursing diagnose) adalah

penilaian klinis mengenai induvidu, kelompok, atau komunitas


108

dalam transisi dari tingkat kesejahteraan khusus, tertentu ke

tingkat kesejahteraan yang lebih baik.

d. Diagnosa keperawatan sindroma (Syndrome nursing diagnose)

adalah diagnosa keperawatan yang terdiri dari sekelompok

diagnosis keperawatan aktual atau risiko yang diduga akan muncul

karena suatu kejadian.

e. Diagnosa keperawatan kemungkinan (Possible nursing diagnose)

merupakan pernyataan tentang masalah yang diduga masih

memerlukan data tambahan dengan harapan masih diperlukan

untuk memastikan adanya tanda dan gejala utama adanya faktor

risiko (Dermawan, 2012).

Diagnosa Keperawatan dirumuskan berdasarkan :

P : Problem adalah pernyataan singkat yang menunjukkan masalah

aktual risiko kesehatan.

E : Etiologi adalah ungkapan singkat tentang kemungkinan

penyebab pada masalah aktual atau masalah risiko.

S : Sign atau Symthom adalah pernyataan khusus tentang perilaku

reaksi pasien sesuai dengan keadaan pasien terhadap masalah

keperawatan dan managemennya.

Setelah dilakukan analisa data pada kasus, didapat 5 diagnosa

keperawatan yang muncul, ada 4 yang sama dengan teori 1 yang

tidak sama dengan teori.


109

Berikut ini adalah pembahasan yang penulis temukan pada

diagnosa keperawatan Ny. G dengan Anemia dan Diabetes

Melitus :

1) Ketidakfektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

perlemahan aliran darah sekunder terhadap anemia.

Diagnosa ini menjadi prioritas yang utama yang harus

segera ditangani karena menurunnya kadar hemoglobin akan

menyebabkan perfusi jaringan tidak efektif dan apabila hal ini

terjadi maka akan menghambat transportasi oksigen ke seluruh

tubuh sehingga menimbulkan penyakit kronis pada darah,

limpa, jantung dan juga ginjal. Hal ini menyebabkan kematian

apabila ketidakefektifan perfusi jaringan tersebut tidak segera

diatasi.

2) Risiko ketidakefektifan kadar gula darah dengan faktor risiko

kurang kepatuhan pada management diabetes.

Diagnosa ini menjadi prioritas kedua dengan alasan jika

tidak segera diatasi hiperglikemi bisa berkembang menjadi

koma hiperglikemi atau diabetik ketoasidosis.

3) Risiko infeksi dengan faktor risiko proses penyakit.

Diagnosa ini menjadi prioritas ketiga karena merupakan

faktor risiko, seseorang yang berisiko mengalami infeksi harus

dipantau agar nantinya tidak menimbulkan infeksi yang


110

berdampak buruk pada kesehatan sehingga pada pasien tidak di

dapatkan tanda dan gejala infeksi.

4) Resiko jatuh dengan faktor risiko anemia

Diagnosa ini menjadi diagnosa prioritas kelima karena

masih menjadi diagnosa risiko dan dapat dilakukan pencegahan

risiko jatuh oleh tenaga kesehatan.

5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

(diit anemia)

Kurang pengetahuan ini menjadi prioritas keempat karena

hal ini masih bisa ditangani oleh tenaga kesehatan dengan cara

memberikan penyuluhan tentang diit anemia.

a. Diagnosa yang muncul diteori dan ditemukan dikasus

1) Ketidakfektifan perfusi jaringan perifer berhubungan

dengan perlemahan aliran darah sekunder terhadap anemia.

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer adalah

penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer yang dapat

menimbulkan masalah kesehatan. (Heather, 2015).

Diagnosa ini ditegakkan karena data yang terdapat pada

Ny. G saat dikaji pada tanggal 25 juni 2018 tersebut adalah:

a) Pasien mengatakan kadang pusing.

b) Pasien mengatakan baru kali ini mengalami kekurangan

darah.
111

c) Pasien mengatakan tidak tahu mengapa dirinya

mengalami kekurangan darah.

d) Pasien mengatakan sedikit merasa lemes.

e) Pasien tampak pucat

f) CRT > 2 detik.

g) Dasar kuku sianosis.

h) Konjungtiva anemis.

i) Ekstremitas pucat saat elevasi.

j) Hematokrit 16.9 vol% (36.0 – 46.0 Vol%)..

k) Hemoglobin 3,9gr/dl (12.0 – 16.0 gr/dl),

l) Eritrosit 2.90 10^6 /uL (4.00 – 5.00 10^6/uL),

2) Risiko ketidakstabilan kadar gula darah dengan faktor

risiko kurang kepatuhan pada management diabetes

Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah adalah

kondisi dimana induvidu mengalami kerentanan terhadap

variasi kadar glukosa darah atau gula darah dari rentang

normal, yang dapat mengganggu kesehatan (Heather, 2015)

Diagnosa ini ditegakkan karena data yang didapatkan

pada Ny. G pada saat pengkajian tanggal 25 juni 2018

adalah :

a) Hasil GDS tidak stabil

- Tanggal 23 juni 2018 : 281gr/dl


112

- Tanggal 24 juni 2018 : 229 gr/dl

- Tanggal 25 juni 2018 : 223 gr/dl

b) Pasien mengatakan sudah 9 bulan terakhir tidak kontrol

diabetes.

c) Pasien mengatakan masih merasa lapar setelah makan 1

porsi.

d) Pasien mengatakan dulu sering minum teh manis.

e) Pasien mengatakan dulu bapaknya juga menderita

diabetes.

f) Pasien mengatakan pandangan sedikit kabur.

3) Risiko infeksi dengan faktor risiko proses penyakit.

Resiko infeksi adalah keadaan dimana induvidu rentan

mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik

yang dapat mengganggu kesehatan (Heather, 2015)

Diagnosa ini ditegakkan oleh penulis karena pada saat

dikaji penulis memperoleh data yang dapat mendukung

diagnosa ini, yaitu :

a) LED 1 jam : 47mm/jam (0 – 20 mm/jam)

b) Eosinofil 15 % (2 – 4 %)
113

4) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

(diit anemia)

Kurang pengetahuan adalah ketiadaan atau defisiensi

informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu

(Heather, 2015).

Diagnosa ini ditegakkan karena penulis karena pada

saat dikaji penulis memperoleh data yang dapat mendukung

diagnosa ini, yaitu :

a) Pasien mengatakan dirinya tidak tahu mengapa dirinya

mengalami kekurangan darah.

b) Pasien mengatakan belum tau makanan yang benar

untuk mencegah kekurangan darah.

c) Pasien mengatakan tidak tahu penyebab kekurangan

darah.

b. Diagnosa yang muncul diteori dan tidak ditemukan

dikasus

1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan inadekuat intake makanan.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

adalah kondisi dimana asupan nutrisi tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan metabolik (Heather, 2015)

Diagnosa keperawatan ini tidak muncul karena pasien

tidak mengalami gangguan pemenuhan nutrisi, ditandai dengan


114

pasien tidak mengalami anoreksia, mual, nyeri abdomen dan

pasien makan selalu menghabiskan diit yang disediakan RS,

hasil penghitungan IMT pasien adalah 21,1 kg/m² dan termasuk

kategori normal.

2) Keletihan berhubungan dengan anemia.

Keletihan adalah keadaan dimana induvidu merasakkan

keletihan terus menerus dan penurunan kapasitas untuk kerja

fisik dan mental pada tingkat yang lazim. (Heather, 2015)

Diagnosa ini tidak muncul paada kasus karena penulis

tidak menemukan data yang dapat menunjang diagnosa

keletihan.

3) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang

tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakkan jaringan

aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakkan

sedemikian rupa dengan datang yang tiba – tiba atau lambat

dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat

diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung > 6 bulan (Heather,

2015)

Diagnosa ini tidak ditegakkan karena dari hasil pengkajian

pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri.


115

4) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor

mekanik: perubahan sirkulasi, imobilitas dan penurunan

sensabilitas (neuropati)

Kerusakkan integritas jaringan adalah cedera pada

membran mukosa, kornea, sistem integumen, fascia muskular,

otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi, dan atau ligamen

(Heather, 2015)

Diagnosa ini tidak ditegakkan karena pada saat dilakukan

pengkajian penulis tidak menemukan luka atau kerusakan

integritas kulit

5) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan tidak nyaman

nyeri, intoleransi aktifitas, penurunan kekuatan otot

Hambatan mobilitas fisik adalah keadaan dimana induvidu

mengalami keterbatasan dalam gerak fisik satu atau lebih

ekstremitas secara mandiri dan terarah (Heather, 2015)

Diagnosa ini tidak muncul karena pada saat dilakukan

pengkajian pasien dapat beraktivitas scara mandiri dan skala

kekuatan otot pasien 5.

6) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan,

penyakitnya.

Defisit perawatan diri adalah keadaan ketika induvidu

mengalami suatu kerusakan fungsi motorik atau fungsi


116

kognitif, yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk

melakukan aktifitas perawatan diri (Carpenito, 2007)

Diagnosa keperawatan ini tidak ditegakkan karena data

yang diproleh tidak sesuai dengan keadaan pasien. Pasien

masih mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri, seperti

mandi, makan, toileting.

c. Diagnosa yang ada dalam kasus tetapi tidak ada diteori

1) Resiko jatuh

Risiko jatuh adalah keadaan dimana induvidu rentan

terhadap peningkatan risiko jatuh, yang dapat menyebabkan

bahaya fisik dan gangguan kesehatan (Heather, 2015)

Diagnosa ini ditegakkan oleh penulis karena pada saat

dikaji penulis memperoleh data yang dapat mendukung

diagnosa ini, yaitu:

a) Pasien mengatakan sedikit pusing.

b) Pasien mengatakan pandangan sedikit kabur.

c) Hemoglobin 3,9 g/dl (12.0 – 16.0 g/dl)

d) Skor risiko jatuh 25.

e) Tidak ada yang menunggu pasien.


117

3. Intervensi

Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk

mencegah, mengurangi, mengatasi masalah – masalah yang telah

diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan (Rohmah & Walid, 2010).

Penentuan masalah dan perencanaan disesuaikan dengan prioritas

masalah yang harus diatasi dahulu, paling mendesak, dan yang paling

mengancam jiwa serta disesuaikan dengan kebutuhan manusia menurut

Abraham Maslow. Spesific (tujuan harus spesifik dan tidak

menimbulkan arti ganda), Measurable (tujuan harus dapat terukur,

khususnya tentang perilaku pasien dapat dilihat, didengar, diraba,

dirasakan). Achievable (tujuan harus dapat dicapai), Reasonable (harus

dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah), Time limeted (harus

ditentukan waktu pencapaiannya).

Dalam kasus ini perencanaan tujuan disesuaikan dengan kriteria

yang dicapai. Intervensi mencakup 4 aspek yaitu Observation, Nursing

treatment, Education, Colaboration. Perencanaan ini telah disusun

berdasarkan tingkat kebutuhan dasar Abraham Maslow meliputi

kebutuhan fisik dan biologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan

mencintai, harga diri, aktualisasi diri, serta sifat masalah yaitu :

1. Segera : apabila perlu pelayanan dengan segera karena suatu

keadaan yang mengancam baik keselamatan diri maupun

lingkungan secara aktif.


118

2. Urgent : apabila perlu pelayanan keperawatan yang tepat terhadap

suatu keadaan yang mengancam baik keselamatan diri sendiri

maupun lingkungan secara aktif.

3. Non Urgent : apabila masalah timbul secara perlahan – lahan

dan dapat ditolerir oleh pasien sendiri.

Berdasarkan prioritas dan tujuan yang ingin dicapai, maka penulis

merencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan prioritas masalah yang

hendak dikerjakan, sesuai dengan kebutuhan pasien.

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

perlemahan aliran darah sekunder terhadap anemia.

Diagnosa ini menjadi prioritas pertama dengan alasan

menurunnya kadar hemoglobin akan menyebabkan perfusi jaringan

tidak efektif dan apabila hal ini terjadi maka akan menghambat

transportasi oksigen ke seluruh tubuh sehingga menimbulkan penyakit

kronis pada darah, limpa, jantung dan juga ginjal. Hal ini

menyebabkan kematian apabila ketidakefektifan perfusi jaringan

tersebut tidak segera diatasi sehingga penulis menetapkan waktu 3x24

jam karena dalam waktu tersebut diharapkan dapat dilakukan tindakan

tranfusi darah PRC 3 kolf yang akan menaikan kadar hemoglobin

pasien dan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer dapat teratasi

dengan kriteria hasil :

- CRT pada jari tangan dalam batas normal (<2 detik)

- CRT pada jari kaki dalam batas normal (<2 detik)


119

- Hemoglobin dalam rentang normal 12.0 – 16.0 gr/dl

- Tanda – tanda vital dalam rentang normal

- TD 120/80 mmHg

- Suhu 36,5 – 37,5ºc

- Nadi 60 – 100x/menit

- Nafas 18 – 24x/menit

a. Rencana yang ada dalam teori dan ada dalam kasus :

1) Kaji tanda – tanda vital

Mengetahui keadaan umum tubuh. Hipovolemi dapat

dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardi.

2) Monitor CRT

Mengetahui waktu yang diperlukan aliran darah kembali ke

perifer. Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau

volume sirkulasi yang adekuat.

3) Monitor hemoglobin, eritrosit, retikulosit

Mengetahui kadar hemoglobin, eritrosit, retikulosit di dalam

tubuh, Hemoglobin rendah menyebabkan pengiriman oksigen

ke jaringan berkurang.

4) Monitor tanda adanya reaksi tranfusi darah.

Mengetahui reaksi tranfusi (sesak nafas, demam, gatal,

berdebar – debar, menggigil)


120

5) Jaga kepatenan akses intra vena

Melancarkan akses masuknya cairan melalui intra vena,

tindakan ini dilakukan agar tindakan pemberian tranfusi darah

berjalan sesuai dengan waktu yang ditentukan (2 – 4 jam)

sebelum darah lisis.

6) Beri posisi untuk perfusi perifer

Posisi perfusi perifer untuk melancarkan aliran darah menuju

perifer agar tidak terjadi mati rasa pada area perifer.

7) Kolaborasi pemberian tranfusi PRC

Meningkatkan kadar hemoglobin. Kadar hemoglobin yang

rendah menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk

memompa darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh apabila

hal ini terus dibiarkan akan menyebabkan gagal jantung, pada

kasus ini direncanakan pemberian tranfusi packet red cell 250

ml sebanyak 4 kolf.

8) Kolaborasi pemberian obat diuretik.

Mencegah terjadinya kelebihan cairan dalam tubuh. Kelebihan

cairan didalam tubuh dapat memperberat kerja jantung, pada

kasus ini diberikian furosemid 40 mg untuk menjaga

keseimbangan cairan dalam tubuh.

b. Rencana yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus.

1) Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lesi

atau laserasi
121

Hal ini dilakukan untuk mengetahui adanya lesi dan laserasi

dengan cepat.

2) Monitor adanya kesemutan

Mengetahui adannya gangguan perfusi perifer.

c. Rencana yang ada pada kasus tapi tidak ada pada teori.

Tidak ada.

2. Risiko ketidakstabilan kadar gula darah dengan faktor risiko kurang

kepatuhan pada rencana management diabetes.

Harapan penulis dalam menetapkan waktu selama 3x24 jam,

setelah dilakukan tindakan keperawatan monitoring dan pengobatan

insulin yang tepat diagnosa risiko ketidakstabilan kadar gula darah

tidak berkembang menjadi diagnosa aktual ketidakstabilan kadar gula

darah dan masalah keperawatan dapat teratasi dengan kriteria hasil :

- Kadar gula darah terkontrol (80 – 200 mg/dl)

- Pasien mengetahui tanda – tanda hiperglikemi (Polifagia, Polidipsi,

Poliuri)

a. Rencana yang ada diteori dan ada dikasus

1) Monitor kadar gula darah

Mengetahui kadar gula darah dan menentukan tindakan yang

akan dilakukan selanjutnya.


122

2) Monitor poliuria, polidipsi, polifagi, kelemahan, pandangan

kabur, dan sakit kepala.

Mengetahui gejala yang ditimbulkan dari hiperglikemi.

Tindakan ini harus dilakukan karena apabila terjadi

peningkatan kadar glukosa darah akan menyebabkan

ketoasidosis diabetik.

3) Batasi aktivitas ketika kadar glukosa lebih dari 250 mg/dl.

Mencegah risiko jatuh akibat efek hiperglikemi (pusing,

pandangan kabur).

4) Ajarkan pasien dalam menginterpretasikan kadar glukosa darah

Menambah pengetahuan klien.

5) Ajarkan pada pasien pengenalan tanda – tanda hiperglikemi.

Menambah pengetahuan klien, agar pasien mampu menentukan

tindakan apa yang harus segera dilakukan apabila terjadi tanda

– tanda hiperglikemi.

6) Kolaborasi pemberian insulin

Mengontrol kadar gula darah, tindakan yang direncanakan pada

pasien ini adalah memberikan injeksi novorapid 6 Iu sebelum

makan.
123

b. Rencana yang ada diteori tapi tidak ada dikasus

1) Anjurkan banyak minum

Mencegah dehidrasi akibat poliuria dengan menganjurkan

banyak minum pasien dapat menggantikan cairan yang hilang

akibat banyak berkemih.

c. Rencana yang tidak ada diteori tapi ada dikasus

Tidak ada

3. Risiko infeksi dengan faktor risiko proses penyakit

Pada diagnosis ini penulis menetapkan waktu selama 3x24 jam

karena diagnosa risiko dapat menjadi diagnosa aktual apabila tidak di

monitoring dan diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3 hari tidak terjadi infeksi dengan kriteria hasil :

- Suhu dalam keadaan normal 36,5 – 37,5ºc

- Eosinofil nalam rentang normal (2 – 4 %)

- LED 1 jam dalam batas normal (0 -20 mm/jam)

a. Rencana yang ada diteori dan ada dikasus

1) Observasi tanda – tanda infeksi

Mengetahui tanda – tanda infeksi, peningkatan suhu tubuh

merupakan salah satu gejala timbulnya infeksi.

2) Ganti peralatan perawatan pasien

Mencegah infeksi
124

3) Ganti letak tusukan intra vena perifer dan tempat saluran

penghubung serta balutannya.

Mencegah infeksi.

4) Kolaborasi pemberian antibiotik.

Pemberian antibiotik sebagai salah satu terapi untuk infeksi,

pada kasus ini pasien direncanakan diberikan terapi

cyprofloxaxin 200 mg dan ceftriaxone 1 gram.

5) Monitor hasil laboratorium

Leukositosis merupakan indikator terjadinya infeksi.

b. Rencana yang ada diteori tapi tidak ada dikasus

1) Batasi pengunjung bila perlu

Mencegah infeksi

2) Ambil kultur jika perlu dan laporkan bila hasilnya positif

Mengetahui tanda terjadinya infeksi.

c. Rencana yang tidak ada diteori tapi ada dikasus

Tidak ada

4. Risiko jatuh dengan faktor risiko anemia

Harapan penulis menentukan waktu selama 3x24 dalam waktu

tersebut kadar hemoglobin yang berkurang dalam tubuh pasien sudah

meningkat setelah dilakukan tranfusi darah PRC 3 kolf sehingga pasien

tidak mengalami pusing, lemas, mudah berkunang – kunang yang dapat


125

meningkatkan risiko jatuh sehingga pasien tidak terjatuh saat

melakukan aktivitas dengan kriteria hasil :

- Tidak jatuh saat berdiri.

- Tidak jatuh saat berjalan.

- Tidak jatuh dari tempat tidur.

- Tidak jatuh saat ke kamar mandi.

a. Rencana yang ada diteori dan ada dikasus.

Intervensi Keperawatan risiko jatuh, intervensi yang ada pada

NANDA 2015 – 2017 dan saya rencanakan pada kasus saya :

1) Monitor gaya berjalan terutama kecepatan keseimbangan dan

tingkat kelelahan.

Mengetahui tingkat kemampuan dan gaya berjalan pasien dan

untuk menentukan tindakan selanjutnya.

2) Letakkan benda – benda dalam jangkauan pasien.

Barang – barang yang terlalu jauh dari pasien dapat

menyebabkan bahaya dan dapat menyebabkan jatuh.

3) Atur tempat tidur pada posisi yang rendah.

Mengatur tempat tidur lebih dekat dengan lantai mengurangi

risiko jatuh dan cedera serius. Dalam beberapa pengaturan

perawatan kesehatan, menempatkan kasur dilantai secara

signifikan mengurangi risiko jatuh.


126

4) Pasang penghalang tempat tidur.

Memasang penghalang tempat tidur dapat mencegah jatuh

ketika pasien berguling saat tertidur.

b. Rencana yang ada diteori tapi tidak ada dikasus.

Tidak ada.

c. Rencana yang ada dikasus tapi tidak ada diteori

Tidak ada

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.

Harapan penulis menentukan waktu selama 3x24 jam dalam

waktu tersebut penulis dapat mengetahui prilaku kesehatan yang

terkait dengan masalah kesehatan pasien, mengetahui support system

dari pasien, mencari tahu sumber – sumber yang dapat mempermudah

pasien dalam memodifikasi gaya hidup ke arah yang lebih sehat dan

melakukan penyuluhan kesehatan pada pasien sehingga masalah

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi dapat

teratasi dengan kriteria hasil :

- Pasien dapat menjelaskan pengertian anemia.

- Pasien dapat menyebutkan penyebab anemia.

- Pasien dapat menyebutkan maanfaat diit anemia.

- Pasien dapat menyebutkan makanan yang cocok untuk penderita

anemia.
127

a. Rencana yang ada diteori dan ada dikasus

1) Tentukan pengetahuan dan prilaku gaya hidup pada pasien.

Mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman pasien tentang

penyakitnya dan mengetahui prilaku gaya hidup pasien.

2) Pertimbangkan dukungan keluarga terhadap kondisi yang

kondusif bagi kesehatan

Memfasilitasi pasien dengan dukungan keluarga. Penyembuhan

anemia dan diabetes melitus akan lebih mudah dilakukan

apabila mendapat dukungan dari orang – orang disekitar pasien.

3) Identifikasi sumber daya

Dengan mengidentifikasi sumber daya yang tersedia dapat

membantu dalam mengatur makanan yang baik dan mudah

didapatkan.

4) Pertimbangakan kemudahan akses

Mempermudah dalam mendapatkan sumber makanan yang

baik dan tepat. Kemudahan akses akan membuat pasien

menjadi teratur dalam melaksanakan program penyuluhan yang

direncanakan.

5) Lakukan penyuluhan kesehatan

Meningkatkan pengetahuan pasien tentang masalah kesehatan

yang sedang dialami.


128

6) Libatkan keluarga dalam penyuluhan kesehatan

Melibatkan keluarga penting dilakukan agar keluarga dapat

mengingatkan pasien apabila pasien tidak dapat mengingat

program penyuluhan yang direncanakan.

b. Rencana yang ada diteori tapi tidak ada dikasus

1) Jelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda dan gejala serta

penyebab yang mungkin muncul.

Menambah pengetahuan

2) Sediakan informasi tentang diagnosa pasien.

Mengurangi kecemasan pasien.

3) Gambarkan komplikasi yang mungkin terjadi.

Menambah pengetahuan.

c. Rencana yang tidak ada diteori tapi ada dikasus.

Tidak ada
129

4. Implementasi

Implementasi atau pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Rohman & Walid,

2010).

Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data

berkelanjutan, mengobservasi respons klien selama dan sesudah

pelaksanaan tindakan, dan menilai data yang baru.

Pelaksanaan keperawatan yang dilakukan pada umumnya telah

sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat, meskipun ada

yang tidak dapat dilaksanakan melihat perencanaan harus disesuaikan

dengan kebutuhan dan keluhan pasien.

Pelaksanaan merupakan tindakan yang dilaksanakan untukk

memecahkan masalah yang berkaitan dengan kesehatan pasien.

Dalam pelaksanaan selalu berpegang pada tiga prinsip yaitu :

1. Independent

Suatu tindakan perawat yang dilaksanakan oleh perawat tanpa

petunjuk dan perintah dokter atau tenaga kesehatan lainnya.

2. Interdependent

Tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan tim perawatan

atau tim kesehatan lain. Fungsi ini tampak ketika perawat bersama

tenaga kesehatan lain berkolaborasi mengupayakan kesembuhan

pasien.
130

3. Dependent

Pelaksanaan dependen ini perawat bertindak membantu dokter

dalam memberikan pelayanan medis. Perawat membantu dokter

memberikan pelayanan pengobatan dan tindakan khusus yang

menjadi wewenang dokter.

Dalam melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan

intervensi yang disusun pada Ny. “G”, penulis bekerjasama

dengan perawat di ruang perawatan, dokter yang

bertanggungjawab terhadap pasien, serta melibatkan keluarga

pada setiap tindakan keperawatan. Penulis melaksanakan sesuai

dengan rencana keperawatan yang dibuat secara teori dengan

kondisi pasien. Pelaksanaan dalam laporan kasus ini pada

dasarnya sesuai dengan perencanaan yang sudah dibuat dalam tiap

– tiap diagnosa.

Adapun pembahasannya adalah sebagai berikut :

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan

perlemahan aliran darah sekunder terhadap anemia.

Dari pelaksanaan yang dilakukan oleh penulis telah sesuai

dengan rencana tindakan serta kriteria hasil yang disusun oleh

penulis. Adapun pelaksanaan yang dilakukan oleh penulis

adalah :
131

a. Intervensi yang diimplementasikan

1) Mengkaji tanda – tanda vital

Mengetahui keadaan umum tubuh. Hipovolemi dapat

dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardi.

2) Memonitor CRT

Mengetahui waktu yang diperlukan aliran darah kembali

ke perifer. Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi

atau volume sirkulasi yang adekuat.

3) Memonitor hemoglobin, eritrosit, retikulosit

Mengetahui kadar hemoglobin, eritrosit, retikulosit di

dalam tubuh, Hemoglobin rendah menyebabkan

pengiriman oksigen ke jaringan berkurang.

4) Memonitor tanda adanya reaksi tranfusi darah.

Mengetahui reaksi tranfusi (sesak nafas, demam, gatal,

berdebar – debar, menggigil)

5) Menjaga kepatenan akses Intra vena

Melancarkan akses masuknya cairan melalui Intra vena,

tindakan ini dilakukan agar tindakan pemberian tranfusi

darah berjalan sesuai dengan waktu yang ditentukan (2 -

4 jam) sebelum darah lisis.


132

6) Beri posisi untuk perfusi perifer

Posisi perfusi perifer untuk melancarkan aliran darah

menuju perifer agar tidak terjadi mati rasa pada area

perifer.

7) Mengelola kolaborasi pemberian tranfusi

Meningkatkan kadar hemoglobin. Kadar hemoglobin

yang rendah menyebabkan jantung bekerja lebih keras

untuk memompa darah yang kaya oksigen ke seluruh

tubuh apabila hal ini terus dibiarkan akan menyebabkan

gagal jantung, pada kasus ini dilakukan tindakan

tranfusi packet red cell 250 ml sebanyak 4 kolf dan

tranfusi dilakukan 1 kolf/hari.

8) Kolaborasi pemberian obat diuretik.

Mencegah terjadinya kelebihan cairan dalam tubuh.

Kelebihan cairan didalam tubuh dapat memperberat

kerja jantung, pada kasus ini diberikian furosemid 40

mg sebelum dilakukan tranfusi darah untuk menjaga

keseimbangan cairan dalam tubuh.

b. Intervensi yang tidak diimplmentasikan

1) Tidak ada
133

2. Risiko ketidakstabilan kadar gula darah dengan faktor risiko

kurang kepatuhan pada rencana management diabetes.

Dari pelaksanaan yang dilakukan oleh penulis telah sesuai

dengan rencana tindakan serta kriteria hasil yang disusun oleh

penulis. Adapun pelaksanaan yang dilakukan oleh penulis

adalah :

a. Intervensi yang diimplementasikan

1) Memonitor hasil gula darah premeal

Mengetahui kadar gula darah sebelum makan untuk

menentukan berapa Iu insulin yang akan diberikan pada

pasien.

2) Memonitor poliuria, polidipsi, polifagi, kelemahan,

pandangan kabur, dan sakit kepala.

Mengetahui gejala yang ditimbulkan dari hiperglikemi.

Tindakan ini harus dilakukan karena apabila terjadi

peningkatan kadar glukosa darah akan menyebabkan

ketoasidosis diabetik.

3) Mengajarkan pasien dalam menginterpretasikan kadar

glukosa darah.

Menambah pengetahuan pasien.

4) Mengajarkan pada pasien pengenalan tanda – tanda

hiperglikemi.
134

Menambah pengetahuan klien, agar pasien mampu

menentukan tindakan apa yang harus segera dilakukan

apabila terjadi tanda – tanda hiperglikemi.

5) Mengelola kolaborasi pemberian insulin

Mengontrol kadar gula darah, tindakan yang dilakukan

pada pasien ini adalah memberikan injeksi insulin

apabila kadar gula darah > 200 mg/dl, apabila kadar

gula darah dalam rentan normal 80 – 200 mg/dl maka

insulin tidak diberikan, dan apabila kadar gula darah <

80 mg/dl maka insulin tidak diberikan dan pasien

diberikan setengah cangkir teh manis dengan gula

sebanyak 2,5 gram atau setengah sendok teh.

- Jam 07.00 wib : Novorapid 6 Iu/sc

Pemberian insulin ini dilakukan karena kadar

glukosa darah pasien > 200 mg/dl.

- Jam 11.00 wib : Novorapid 6 Iu/sc

- Pemberian insulin ini dilakukan karena kadar

glukosa darah pasien > 200 mg/dl.

- Jam 17.00 wib : Novorapid 6 Iu/sc

- Pemberian insulin ini dilakukan karena kadar

glukosa darah pasien > 200 mg/dl.


135

b. Intervensi yang tidak diimplementasikan

1) Membatasi aktivitas ketika kadar glukosa lebih dari 250

mg/dl.

Tindakan ini tidak dilakukan karena pada saat dilakukan

monitoring selama 3x24 jam kadar gula darah pasien

tidak >250 mg/dl.

3. Risiko infeksi dengan faktor risiko proses penyakit

Dari pelaksanaan yang dilakukan oleh penulis telah sesuai

dengan rencana tindakan serta kriteria hasil yang disusun oleh

penulis. Adapun pelaksanaan yang dilakukan oleh penulis

adalah :

a. Intervensi yang diimplementasikan.

1. Mengobservasi tanda – tanda infeksi.

Mengetahui tanda – tanda infeksi, peningkatan suhu

tubuh merupakan salah satu gejala timbulnya infeksi.

2. Mengganti peralatan perawatan pasien.

Mencegah infeksi.

3. Mengganti letak tusukan intra vena perifer dan tempat

saluran penghubung serta balutannya.

Mencegah infeksi.
136

4. Mengelola kolaborasi pemberian antibiotik.

Pemberian antibiotik sebagai salah satu terapi untuk

infeksi, pada kasus ini pasien diberikan terapi

cyprofloxaxin 200 mg dan ceftriaxone 1 gram.

- Jam 09.00 ; 21.00 : ceftriaxone 1 gram/iv

- Jam 09.00 ; 21.00 : cyprofloxaxin 200 mg/iv

5. Memonitor hasil laboratorium.

Leukositosis merupakan indikator terjadinya infeksi.

b. Intervensi yang tidak dimplementasikan

Tidak ada.

4. Risiko jatuh dengan faktor risiko anemia

Dari pelaksanaan yang dilakukan oleh penulis telah sesuai

dengan rencana tindakan serta kriteria hasil yang disusun oleh

penulis. Adapun pelaksanaan yang dilakukan oleh penulis

adalah :

a. Intervensi yang diimplementasi

1) Memonitor gaya berjalan terutama kecepatan

keseimbangan dan tingkat kelelahan.

Mengetahui tingkat kemampuan dan gaya berjalan

pasien dan untuk menentukan tindakan selanjutnya.


137

2) Meletakkan benda – benda dalam jangkauan pasien.

Barang – barang yang terlalu jauh dari pasien dapat

menyebabkan bahaya dan dapat menyebabkan jatuh.

3) Mengatur tempat tidur pada posisi yang rendah.

Mengatur tempat tidur lebih dekat dengan lantai

mengurangi risiko jatuh dan cedera serius. Dalam

beberapa pengaturan perawatan kesehatan,

menempatkan kasur dilantai secara signifikan

mengurangi risiko jatuh.

4) Memasang penghalang tempat tidur.

Memasang penghalang tempat tidur dapat mencegah

jatuh ketika pasien berguling saat tertidur.

b. Intervensi yang tidak diimplementasikan.

Tidak ada.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.

Dari pelaksanaan yang dilakukan oleh penulis telah sesuai

dengan rencana tindakan serta kriteria hasil yang disusun oleh

penulis. Adapun pelaksanaan yang dilakukan oleh penulis

adalah :

a. Intervensi yang diimplementasikan

1) Menentukan pengetahuan dan prilaku gaya hidup pada

pasien.
138

Mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman pasien

tentang penyakitnya dan mengetahui prilaku gaya hidup

pasien.

2) Mempertimbangkan dukungan keluarga terhadap

kondisi yang kondusif bagi kesehatan

Memfasilitasi pasien dengan dukungan keluarga.

Penyembuhan anemia dan diabetes melitus akan lebih

mudah dilakukan apabila mendapat dukungan dari

orang – orang disekitar pasien.

3) Mengidentifikasi sumber daya.

Dengan mengidentifikasi sumber daya yang tersedia

dapat membantu dalam mengatur makanan yang baik

dan mudah didapatkan.

4) Mempertimbangakan kemudahan akses.

Mempermudah dalam mendapatkan sumber makanan

yang baik dan tepat. Kemudahan akses akan membuat

pasien menjadi teratur dalam melaksanakan program

penyuluhan yang direncanakan.

5) Melakukan penyuluhan kesehatan

Meningkatkan pengetahuan pasien tentang masalah

kesehatan yang sedang dialami.


139

b. Intervensi yang tidak diimplementasi

1) Melibatkan keluarga dalam penyuluhan kesehatan.

Melibatkan keluarga penting dilakukan agar keluarga

dapat mengingatkan pasien apabila pasien tidak dapat

mengingat program penyuluhan yang direncanakan,

tindakan ini tidak dapat dilakukan karena saat dilakukan

penyeluhan tidak ada yang menunggu pasien.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah fase terakhir dalam proses keperawatan

menunjukkan penilaian tentang keefektifan atau keberhasilan struktur,

proses, dan hasil aktifitas keperawatan dengan menggunakan standar

atau nilai berdasarkan norma atau berdasarkan kriteria (Rohmah &

Walid)

Evaluasi mrupakan perbandingan antara perencanaan yang telah

diterapkan dengan kriteria hasil yang ingin di capai dan dilakukan

secara berkesinambungan. Evaluasi yang dilakukan oleh penulis

terdiri dari :

a. Evaluasi proses yaitu evaluasi yang mengacu pada setiap tindakan

yang dilakukan pada pasien.

b. Evaluasi hasil yaitu evaluasi yang mengacu pada tujuan dan

kriteria yang telah ditetapkan.


140

Ada tiga pilihan dalam menentukan hasil evaluasi yaitu tujuan

teratasi, tujuan teratasi sebagian dan tujuan belum teratasi.

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. “G” dengan

diagnosa Anemia dan Diabetes Mellitus di Ruang Bakung RSUD

Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta ditemukan 5 diagnosa yang

muncul, 3 masalah keperawatan teratasi dan 2 masalah keperawatan

teratasi sebagian.

a. Diagnosa keperawatan yang sudah teratasi evaluasinya

adalah sebagai berikut:

1) Risiko ketidakstabilan kadar gula darah dengan faktor

risiko kurang kepatuhan pada rencana management

diabetes. Kriteria hasil dan tujuan yang ditetapkan pada

diagnosa ini dapat tercapai, dengan bukti pasien

mengatakan mengetahui tanda – tanda hiperglikmi

(polifagia, polidipsi, poliuri), kadar gula darah 168 mg/dl

dari rentang normal (80 – 200 mg/dl).

2) Risiko jatuh dengan faktor risiko anemia. Kriteria hasil dan

tujuan yang ditetapkan pada diagnosa ini dapat tercapai,

dengan bukti pasien mengatakan tidak jatuh saat berdiri,

pasien mengatakan tidak jatuh saat berjalan, pasien

mengatakan tidak jatuh dari tempat tidur, pasien

mengatakan tidak pernah jatuh saat kekamar mandi.


141

3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang

informasi. Kriteria hasil dan tujuan yang ditetapkan pada

diagnosa ini dapat tercapai, dengan bukti pasien dapat

menyebutkan pengertian anemia, pasien dapat

menyebutkan penyebab anemia, pasien dapat menyebutkan

manfaat diit anemia, pasien dapat menyebutkan makanan

yang cocok untuk penderita anemia.

b. Diagnosa keperawatan yang teratasi sebagian evaluasinya

adalah sebagai berikut :

1) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan

dengan perlemahan aliran darah sekunder terhadap anemia.

Kriteria hasil dari tujuan yang ditetapkan pada diagnosa ini

teratasi sebagian

Kriteria tercapai

a) CRT pada jari tangan < 2 detik.

b) CRT pada jari kaki < 2 detik

c) Tanda – tanda vital dalam rentang normal

- Suhu 36,8ºc

- Nadi 82x/menit

- Nafas 19x/menit

Kriteria belum tercapai :

a) Hemoglobin 3,9 gr/dl dari rentang normal (12.0 – 16.0

gr/dl).
142

b) Tekanan darah 110/60 mmHg

Masalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

berhubungan dengan perlemahan aliran darah sekunder

terhadap anemia teratasi sebagian sehingga dalam diagnosa

ini penulis mendelegasikan intervensi ketim kesehatan

keperawatan untuk melanjutkan intervensi :

- Monitor tanda – tanda vital

- Monitor hemoglobin, eritrosit, dan retikulosit.

2) Risiko infeksi dengan faktor risiko proses penyakit

Risiko infeksi dngan faktor risiko proses penyakit. Kriteria

hasil dari tujuan yang ditetapkan pada diagnosa ini teratasi

sebagian

Kriteria tercapai

a) Suhu tubuh 37,2ºc

Kriteria belum tercapai

a) Eosinofil 15% dari rentang normal (2 – 4 %)

b) LED 1 jam : 47 mm/jam (0 – 20 mm/jam)

Masalah risiko infeksi dengan faktor risiko proses

penyakit teratasi sebagian sehingga dalam diagnosa ini

penulis mendelegasikan intervensi ketim kesehatan

keperawatan untuk melanjutkan intervensi :


143

- Observasi tanda – tanda infeksi

- Ganti peralatan perawatan pasien

- Kolaborasi pemberian antibiotik

- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

6. Dokumentasi

Dokumentasi didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tertulis

atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi

induvidu yang berwenang (Handayaningsih, 2007)

Dokumentasi yang penulis gunakan berorientasi pada masalah

keperawatan pada kasus ini penulis mendokumentasikan secara

lengkap sesuai tahap – tahap proses keperawatan lain:

1) Pengkajian

Penulis mendokumentasikan semua data yang ditemukan baik

data subyektif dan obyektif yang ditemukan saat pengkajian.

2) Diagnosa Keperawatan

Penulis menuliskan analisa data dan urutan diagnosa

keperawatan berdasarkan prioritas masalah. Diagnosa ini

dituliskan secara lengkap dengan adanya unsur masalah (problem),

penyebab (etiologi), dan data senjang (symtom).

3) Intervensi

Pada tahap ini penulis mendokumentasikan tujuan dari rencana

keperawatan yang meliputi karakteristik SMART. Intervensi


144

keperawatan dengan karakteristik ONEC, dan rasional di setiap

intervensi keperawatan yang disusun.

4) Implementasi

Pada implementasi penulis mendokumentasikan semua

tindakan yang dilakukan pada pasien kelolaan dalam buku status

pasien dan dalam asuhan keperawatan yang disusun oleh penulis

hal yang didokumentasikan meliputi : tanggal, jam, jenis tindakan,

nama, dan paraf penulis.

5) Evaluasi

Pada evaluasi yang dilakukan penulis terdiri dari evaluasi

proses dan evaluasi hasil. Dimana evaluasi didokumentasikan

dalam bentuk pendokumentasian SOAP.

Pada pasien kelolaan telah dilakukan pendokumentasian secara

lengkap dengan mencantumkan tanggal, jam, respon pasien

terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan, paraf dan nama

terang pada buku status pasien dan dalam asuhan keperawatan

yang disusun oleh penulis.


145

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Selama melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari pada pasien Ny.

“G” dengan Anemia dan Diabetes mellitus dari tanggal 25 juni sampai

dengan 27 juni 2018 di ruang Bakung RSUD Panembahan Senopati

Bantul, penulis telah melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan

proses keperawatan sesuai dengan proses keperawatan yang meliputi

pengkajian, perumusan diagnosa, intervensi, implementasi, evaluasi dan

dokumentasi, sehingga penulis memperoleh dan menemukan pengalaman

– pengalaman nyata yang ada dalam pelaksanaan asuhan keperawatan Ny.

“G” dengan Anemia dan Diabetes Mellitus.

Selama melakukan asuhan keperawatan pada pasien Ny. “G’ dengan

Anemia dan Diabetes Mellitus di Ruang Bakung RSUD Panembahan

Senopati Bantul penulis memperoleh pengalaman secara nyata mengenai

proses keperawatan, yaitu:

1. Pengkajian

Penulis melakukan pengkajian secara holistik dan komprehensif

meliputi masalah – masalah biologis-psikologis, sosial-spiritual,

sehingga diharapkan dalam melakukan pengkajian sebagai langkah

awal atau dasar pelaksanaan proses keperawatan, seorang perawat

benar – benar mengetahui informasi atau data tentang pasien, dan

dapat mengidentifikasikan mengenai masalah dan kebutuhan pasien.


146

Pengkajian di lakukan dengan cara wawancara, observasi,

pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan dari tim kesehatan lain. Pada

saat melakukan pengkajian pada Ny. “G” tanggal 25 juni 2018 penulis

menemukan data bahwa pasien tidak tahu bahwa dirinya menderita

anemia dan mengetahui dirinya menderita Diabetes Mellitus sejak 1

tahun yang lalu. Hemoglobin pasien pada tanggal 23 juni 2018 adalah

3,9 gr/dl dan GDS 281 mg/dl.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan ditentukan dengan cara menganalisa data

dari pengkajian yang telah didapatkan dan harus secara lengkap

mencakup masalah, penyebab, dan juga data senjang, sehingga

tindakan keperawatan akan tepat untuk menangani suatu masalah

berdasarkan penyebabnya.

Dalam penyusunan diagnosa perlu melihat prioritas masalah.

Prioritas ini dilihat dari yang mengancam nyawa dan keselamatan

pasien. Selain itu perlu memperhatikan kebutuhan dasar manusia

berdasarkan Hierarki Maslow.

Dari data yang ditemukan di pasien, penulis menegakkan 5

diagnosa keperawatan menurut prioritas sebagai berikut:

a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

perlemahan aliran darah sekunder terhadap anemia.

b. Risiko ketidakefektifan kadar gula darah dengan faktor risiko

kurang kepatuhan pada management diabetes.


147

c. Risiko infeksi dengan faktor risiko proses penyakit.

d. Resiko jatuh dengan faktor risiko anemia.

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.

3. Perencanaan

Perencanaan keperawatan ini disusun berdasarkan diagnosa yang

sudah ada dan berdasarkan prioritas masalah yang muncul pada kasus

dan yang harus diatasi terlebih dahulu, paling mendesak, paling

mengancam serta berdasarkan kebutuhan dasar manusia menurut

Hierarki Maslow.

Perencanaan yang disusun oleh penulis telah menggunakan prinsip

ONEC yang meliputi Observation,nursing treatment, education,

colaboration. Perencanan tindakan disusun sesuai dengan urutan

prioritas masalah, prinsip dan tujuan tindakan keperawatan, dalam hal

ini penulis telah dapat mengusahakan kelengkapan dari isi perencanaan

tersebut. Dalam diagnosa keperawatan ketidakefektifan perfusi

jaringan perifer penulis menganjurkan kepada pasien untuk mematuhi

program diit tinggi protein + zat besi dan pengobatan, hal ini sangat

penting untuk dianjurkan kepada pasien agar kebutuhan sel darah

merah terpenuhi.

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan keperawatan atau implementasi ini dilakukan

berdasarkan dengan perencanaan diagnosa keperawatan yang muncul

pada pasien. Ada beberapa rencana keperawatan yang tidak dapat


148

dilakukan pada pasien salah satunya adalah melibatkan keluarga dalam

melakukan penyuluhan kesehatan, rencana tersebut tidak dapat

diimplementasikan karena pasien tidak ada yang menunggu.

Penulis selalu mengkomunikasikan terlebih dahulu dengan pasien

mengenai tindakan keperawatan yang akan dilakukan, sehingga dalam

pelaksanaannya tidak menemui hambatan yang berarti. Selain

kerjasama dengan pasien, dan keluarga, penulis juga bekerjasama

dengan tim kesehatan yang lain sehingga sangat membantu penulis

dalam melakukan tindakan keperawatan. Selama melakukan tindakan

keperawatan penulis juga tetap berusaha menjaga sikap profesional.

5. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan pada pasien melalui evalusi hasil dan

evaluasi proses. Evaluasi proses ini dilakukan setelah melakukan

tindakan keperawatan yang memperhatikan respon pasien. Sedangkan

evaluasi hasil adalah evalusi yang dilakukan pada akhir tindakan

keperawatan secara keseluruhan pada suatu diagnosa yang mengacu

pada tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan sebelumnya, dalam

evaluasi hasil ini juga dituliskan apa rencana tindakan yang akan

dilakukan selanjutnya, apabila tujuan dari diagnosa tersebut belum

teratasi.

Evaluasi ini lebih mengarah pada observasi kondisi dan pasien

serta bertanya pada pasien dan keluarga pasien, dan alangkah baiknya
149

jika evaluasi ini dilakukan pada setiap diagnosa yang ada, bukan secara

umum.

6. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan.

Didalam pendokumentasian ini penulis menggunakan prinsip – prinsip

dokumentasi dengan menuliskan semua tindakan yang telah dilakukan.

Pendokumentasian ini mempunyai manfaat untuk tanggung jawab dan

tanggung gugat, selain itu pendokumentasian ini dapat digunakan

untuk sarana komunikasi dengan tim kesehatan yang lain.

Pendokumntasian ini juga dapat berguna untuk melihat perkembangan

pasien.

Untuk mengetahui perkembangan pasien lebih lanjut, sebaiknya

pendokumentasian dimulai dari :

1) Pengkajian

Pendokumentasian pada pngkajian mencakup identitas pasien,

keluhan pasin, dan semua data – data yang mendukung

pemeriksaan pasien, baik subyektif maupun obyektif.

2) Perumusan Diagnosa

Penulis menuliskan analisa data berdasarkan prioritas masalah

pasien. Diagnosa ditulis secara lengkap dari masalah, penyebab

dan batasan karakteristik.


150

3) Perencanaan

Pendokumentasian meliputi tujuan, kriteria yang akan dicapai

dan rencana tindakan yang disusun oleh penulis dengan

menggunakan prinsip ONEC yang meliputi Observation,nursing

treatment, education, colaboration

4) Implementasi

Didalam implementasi dituliskan tanggal, jam, tindakan, yang

dilakukan, tanda tangan, serta nama terang.

5) Evaluasi

Di dalam evalusi yang didokumentasikan adalah tanggal, jam,

evaluasi proses suatu tindakan, evaluasi hasil per diagnosa, tanda

tangan, dan nama terang.

Pada saat pendokumentasian asuhan keperawatan pada Ny.

“G” dengan Anemia dan Diabetes Mellitus di ruang Bakung RSUD

Panembahan Senopati Bantul, penulis menggunakan catatan

perkembangan yang berbntuk SOAP yang di dalamnya mencatat

tanggal, jam pelaksanaan, sehingga kondisi pasien dapat terpantau.


151

B. SARAN

Selama melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny.S dengan Anemia

dan Diabetes Mellitus di ruang Bakung RSUD Panembahan Senopati

Bantul pada tanggal 25 sampai 27 juni 2018, penulis tidak menemukan

suatu data sebagai temuan untuk penulis jadikan sebagai tambahan dan

peningkatan mutu asuhan keperawatan. Adapun beberapa saran yang

mungkin bisa membangun bagi semua pihak :

1. Saran untuk perawat.

Perawat sebaiknya meningkatkan pelayanan terhadap kebutuhan

psikologis pasien dengan cara melakukan sharing tentang kebutuhan

psikologis mengenai masalah spiritual dan juga seksual pasien, karena

pasien yang menderita penyakit kronis seperti diabetes melitus juga

cenderung memiliki masalah pada psikologis.

2. Saran untuk bangsal.

Sebaiknya bangsal meningkatkan edukasi mengenai penyakit

diabetes melitus. Pemberian edukasi secara terstruktur dapat

memotivasi pasien dalam proses penyembuhan selama di rumah sakit

maupun di rumah. Program edukasi yang komprehensif dengan

perencanaan dan koordinasi yang matang serta sistematis perlu

ditingkatkan sehingga pelayanan kesehatan yang diberikan lebih

efektif.
152

3. Saran untuk rumah sakit.

Rumah sakit menetapkan kebijakan bahwa setiap penderita

diabetes melitus harus mendapatkan edukasi diit secara intensif dan

terstruktur dengan metode kelompok maupun induvidu (konseling), hal

ini ditujukan untuk mencegah komplikasi mengingat penyakit diabetes

melitus adalah penyakit yang berlangsung kronis.

4. Saran untuk pasien

Pasien sebaiknya melakukan pemeriksaan glukosa darah secara

rutin dan mematuhi management diabetes melitus.

5. Saran untuk keluarga

Keluarga sebaiknya mendukung dan mengawasi pola makan pasien

selama dirumah agar pasien dapat mempertahankan kadar hemoglobin

dalam darah dan mengontrol kadar gula darah tetap stabil.

Anda mungkin juga menyukai

  • Cuti Siti Nur Khasanah
    Cuti Siti Nur Khasanah
    Dokumen1 halaman
    Cuti Siti Nur Khasanah
    Ayuxz Chekhalhuberuz'ahaa
    Belum ada peringkat
  • S Psi 0704495 Chapter5
    S Psi 0704495 Chapter5
    Dokumen3 halaman
    S Psi 0704495 Chapter5
    Ayuxz Chekhalhuberuz'ahaa
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Nutrisi Post Op
    Leaflet Nutrisi Post Op
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Nutrisi Post Op
    Iroel Rezpector Mu'minin
    83% (6)
  • Bab Vii
    Bab Vii
    Dokumen3 halaman
    Bab Vii
    PITERZON RUATAKUREI
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Diet Post Op
    Leaflet Diet Post Op
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Diet Post Op
    Ardoez Xiao Lauw
    100% (2)
  • 7.MK Gizi OR Status Gizi & Kebutuhan Energi PDF
    7.MK Gizi OR Status Gizi & Kebutuhan Energi PDF
    Dokumen17 halaman
    7.MK Gizi OR Status Gizi & Kebutuhan Energi PDF
    molen
    Belum ada peringkat
  • Jeronan - 21 Januari 2019
    Jeronan - 21 Januari 2019
    Dokumen3 halaman
    Jeronan - 21 Januari 2019
    Ayuxz Chekhalhuberuz'ahaa
    Belum ada peringkat
  • Bab Vii
    Bab Vii
    Dokumen3 halaman
    Bab Vii
    PITERZON RUATAKUREI
    Belum ada peringkat
  • Fixx Lembar Bab I
    Fixx Lembar Bab I
    Dokumen11 halaman
    Fixx Lembar Bab I
    Ayuxz Chekhalhuberuz'ahaa
    Belum ada peringkat
  • Cover Kti
    Cover Kti
    Dokumen1 halaman
    Cover Kti
    Ayuxz Chekhalhuberuz'ahaa
    Belum ada peringkat
  • Bab Vii
    Bab Vii
    Dokumen3 halaman
    Bab Vii
    PITERZON RUATAKUREI
    Belum ada peringkat
  • Intervensi Keperawatan
    Intervensi Keperawatan
    Dokumen4 halaman
    Intervensi Keperawatan
    Ayuxz Chekhalhuberuz'ahaa
    Belum ada peringkat
  • Anemia Kti 1
    Anemia Kti 1
    Dokumen12 halaman
    Anemia Kti 1
    Ayuxz Chekhalhuberuz'ahaa
    Belum ada peringkat
  • Cover Anemia
    Cover Anemia
    Dokumen2 halaman
    Cover Anemia
    Ayuxz Chekhalhuberuz'ahaa
    Belum ada peringkat
  • Cover Kti
    Cover Kti
    Dokumen1 halaman
    Cover Kti
    Ayuxz Chekhalhuberuz'ahaa
    Belum ada peringkat
  • Cover DF
    Cover DF
    Dokumen2 halaman
    Cover DF
    Ayuxz Chekhalhuberuz'ahaa
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan DM 2
    Lembar Pengesahan DM 2
    Dokumen12 halaman
    Lembar Pengesahan DM 2
    Ayuxz Chekhalhuberuz'ahaa
    Belum ada peringkat
  • Sap Anemia Revisiiiiiiiiiiiiiiii
    Sap Anemia Revisiiiiiiiiiiiiiiii
    Dokumen7 halaman
    Sap Anemia Revisiiiiiiiiiiiiiiii
    Ayuxz Chekhalhuberuz'ahaa
    Belum ada peringkat
  • DM Dita
    DM Dita
    Dokumen17 halaman
    DM Dita
    adita
    Belum ada peringkat
  • Cover Kti
    Cover Kti
    Dokumen1 halaman
    Cover Kti
    Ayuxz Chekhalhuberuz'ahaa
    Belum ada peringkat
  • Cover DM
    Cover DM
    Dokumen2 halaman
    Cover DM
    Ayuxz Chekhalhuberuz'ahaa
    Belum ada peringkat
  • Sap Diit Anemia
    Sap Diit Anemia
    Dokumen6 halaman
    Sap Diit Anemia
    Ayuxz Chekhalhuberuz'ahaa
    Belum ada peringkat
  • SAP Anemia
    SAP Anemia
    Dokumen5 halaman
    SAP Anemia
    Arief Ferri Nurdin
    100% (1)
  • Lembar Pengesahan DM 2
    Lembar Pengesahan DM 2
    Dokumen12 halaman
    Lembar Pengesahan DM 2
    Ayuxz Chekhalhuberuz'ahaa
    Belum ada peringkat
  • Peluang Usaha
    Peluang Usaha
    Dokumen20 halaman
    Peluang Usaha
    Ayuxz Chekhalhuberuz'ahaa
    Belum ada peringkat
  • LP DM
    LP DM
    Dokumen10 halaman
    LP DM
    Ayuxz Chekhalhuberuz'ahaa
    Belum ada peringkat
  • DM KLG
    DM KLG
    Dokumen50 halaman
    DM KLG
    Ayuxz Chekhalhuberuz'ahaa
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Pemeliharaan Gigi 3sd Revisian
    Kuesioner Pemeliharaan Gigi 3sd Revisian
    Dokumen5 halaman
    Kuesioner Pemeliharaan Gigi 3sd Revisian
    Ayuxz Chekhalhuberuz'ahaa
    Belum ada peringkat
  • Askep Gastroenteritis (Ge)
    Askep Gastroenteritis (Ge)
    Dokumen11 halaman
    Askep Gastroenteritis (Ge)
    Angger Bayu Muhamad Farizi
    Belum ada peringkat