Anda di halaman 1dari 4

Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit menular yang menyerang paru-paru dan tak

menutup kemungkinan organ tubuh lainnya, seperti otak, tulang dapat terinfeksi. Sekitar 95%
kematian akibat TB terjadi pada negara berkembang dan 60% di antaranya terjadi di 6 negara;
salah satunya adalah Indonesia.
Di Indonesia sendiri, berdasarkan data dari Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada
tahun 2015, proposi pasien TB diketahui mengalami peningkatan dari tahun 2013 (13%) hingga
tahun 2015 (14%). Padahal, pada tahun-tahun setelah 2013, persentase ini cenderung menurun
dan hanya melonjak naik di tahun 2015.

Gejala
Umumnya bakteri TB berkembangbiak di paru-paru. Gejala yang dapat ditimbulkan antara lain :

 Batuk ≥ 3 minggu
 Nyeri dada
 Batuk disertai dahak dan/atau darah
 Demam
 Berat badan turun tiba-tiba
 Nafsu makan menurun
 Keringat malam (bukan karena udara yang panas)

Penyebab
Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri yang bernama Mycobacterium tuberculosis. Sama seperti
penyakit flu, bakteri ini dapat menular melalui udara (droplet). Ketika penderita TB batuk, tertawa,
bernyanyi, bahkan berbicara, bisa saja bakteri yang menyebabkan TB menyebar melalui udara.
Namun, tidak semudah itu terkena penyakit TB ini. Biasanya, yang berisiko tertular adalah mereka
yang sangat dekat dan terus menerus kontak langsung dengan penderita TB. Jadi, bisa
disimpulkan bahwa Anda tidak akan langsung tertular dengan penyakit TB melalui berjabat tangan
maupun dengan berbagi makanan atau minuman.

Faktor Resiko
Benteng utama tubuh agar terhindar dari infeksi bakteri TB adalah sistem imun yang sehat.
Karenanya, mereka yang memiliki sistem imun tubuh lemah –seperti
penderita HIV/AIDS, diabetes, malnutrisi, serta pasien terapi kanker- sangat rentan terkena
penyakit ini. Bahkan, pada mereka penyakit ini dapat berkembang hanya dalam hitungan hari
ataupun minggu setelah terinfeksi. Sebaliknya, pada orang dengan sistem imun yang sehat,
penyakit ini membutuhkan waktu bulanan bahkan tahunan untuk berkembang setelah terinfeksi.
Infeksi bakteri ini akan menunggu hingga suatu saat sistem imun tubuh melemah dan tidak mampu
lagi melawan bakteri ini.

Selain itu, bayi dan anak-anak (terutama usia di bawah 5 tahun) juga rentan terhadap penyakit ini
karena sistem imun yang belum sempurna. Petugas kesehatan yang terus-menerus kontak
dengan penderita TB juga mempunyai risiko yang tinggi.

Oleh sebab itu, terdapat istilah TB aktif dan TB laten. Berikut penjelasannya :
1. TB Aktif

Tipe penyakit TB ini terjadi ketika bakteri penyebab TB berkembangbiak dalam paru-paru Anda
dan menimbulkan gejala-gejala umum TB sehingga infeksi bakterinya dapat tertular ke orang lain.
Selain di paru-paru, bakteri ini dapat menyerang dan berkembang biak pada organ tubuh lain
seperti otak, tulang, kelenjar getah bening, dan bahkan kulit. Hal ini terjadi karena bakteri TB
berpindah melalui sistem pembuluh darah maupun sistem limfatik.
2. TB Laten

Sementara itu, yang dimaksud TB Laten adalah ketika bakteri TB ada di dalam tubuh Anda, namun
tidak aktif karena Anda memiliki sistem imun yang sehat. Dalam tahap ini, umumnya gejala tidak
timbul dan Anda tidak berisiko menularkan penyakit ini ke orang lain. Meskipun begitu, bakteri
tetap ada di dalam tubuh Anda untuk menunggu kesempatan untuk menjadi aktif ketika sistem
tubuh Anda melemah.

Diagnosis
Sebelum dokter menentukan apakah Anda terinfeksi tuberkulosis atau tidak, umumnya akan
dilakukan pemeriksaan, yaitu :

– Pemeriksaan dahak
Tenaga medis akan memeriksa dahak Anda dengan cara mengambil sampelnya sebanyak 3x
(SPS), yaitu :

1. Pemeriksaan dahak sewaktu kunjungan (Sewaktu),


2. Pemeriksaan dahak esok paginya (Pagi), serta

3. Pemeriksaan saat mengantarkan dahak pagi (Sewaktu)


– Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah rontgen dada. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah
ada gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB, baik lesi TB aktif maupun lesi TB inaktif.
– Uji tuberkulin (Tes Mantoux)
Umumnya, uji tuberkulin (yang lebih dikenal dengan istilah tes mantoux) dilakukan pada anak-
anak. Tes ini dikatakan positif apabila dalam 48-72 jam muncul bula (benjolan kecil) dengan
diameter lebih dari 5 mm.

Komplikasi
Pada pasien TB, dapat terjadi beberapa komplikasi. Hal ini dapat terjadi sebelum penanganan,
dalam masa penanganan maupun setelah selesai penanganan. Beberapa komplikasi yang dapat
timbul antara lain efusi pleura, gagal napas, pneumotoraks, dan lain-lain.

Penanganan
Harus Anda pahami bahwa penyakit ini dapat ditangani dan juga disembuhkan. Namun,
kesembuhan ini juga memerlukan kepatuhan penderita TB dalam mengonsumsi obat yang
diberikan oleh dokter. Apabila tidak patuh, bakteri yang ada di dalam tubuh akan segera menjadi
kebal terhadap obat TB (Multidrug resistant tuberculosis-MDR TB). Hasilnya, tenaga medis
kemudian akan mempertimbangkan untuk menambah/mengganti jenis obat sehingga masa
pengobatan pun menjadi lebih lama.

Sejatinya, terdapat beberapa obat yang digunakan untuk penanganan tuberkulosis. Obat-obatan
tersebut dikenal dengan nama OAT (Obat Anti Tuberkulosis), yang terdiri atas Isoniazid,
Rifampisin, Piranizamid, Etambutol. Tentu saja untuk mendapatkan obat-obat ini perlu
berkonsultasi terlebih dahulu dengan petugas kesehatan agar dosis dan aturan minum dari obat
ini sesuai dengan yang dianjurkan. Obat-obatan ini tersedia dalam kemasan tunggal (dijual
terpisah) dan juga kemasan kombinasi (Fixed Dose Combination-FDC).
Pengobatan dengan cara ini terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase intensif (berlangsung 2-3 bulan)
dan fase lanjutan (berlangsung 4 atau 7 bulan). Saat menggunakan obat-obatan tersebut, Anda
tidak akan terlepas dari efek samping, berupa mual, nyeri sendi, kesemutan, warna kemerahan
pada air seni.
Sesuai dengan strategi yang direkomendasikan oleh WHO, saat ini fasilitas kesehatan sudah
menerapkan sistem DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) dalam penanganan TB.
Dengan adanya strategi ini, diharapkan TB dapat diatasi dengan tepat. Berdasarkan data WHO,
sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2015, sekitar 49 juta jiwa dapat di “selamatkan” karena
diagnosis dan pengobatan TB.

Pencegahan
Tidak hanya pengobatan, penderita TB pun perlu memperhatikan beberapa hal agar tidak dengan
mudah menularkan penyakitnya. Sebagai tidak pencegahan, penderita TB dianjurkan
menggunakan masker/menutup mulut dengan tisu saat batuk/bersin. Selain itu, sebisa mungkin
hindari pula kontak dekat dan terus-menerus dengan orang lain. Hal lain yang harus diperhatikan
oleh penderita TB adalah sirkulasi udara di ruangan tempat tinggalnya agar tidak lembap.
Sejatinya, penyakit tuberkulosis dapat diobati dan disembuhkan. Untuk mencapai kesembuhan,
kenali gejala TB sedini mungkin, ikuti prosedur pemeriksaan yang berlaku, dan patuh minum obat.

Pencegahan TBC
Setelah mengetahui sedikit tentang proses atau cara penularan TBC, tentu hal terbaik yang bisa
dilakukan adalah mencegahnya. Karena TBC adalah salah satu pembunuh terbesar yang dipicu oleh
organisme menular, kita semua patut mengenali langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk
meminimalisir risiko paparan bakterinya.

 Menjaga Jarak dengan Penderita TBC

Hal ini sudah jelas dan pasti karena kita perlu melindungi diri dan menjaga kesehatan dengan baik.
Menjauhkan diri sementara waktu dari penderita TBC adalah keputusan tepat dan lebih baik tidaklah
berada pada jarak dekat dengan individu-individu yang terkena infeksi.

 Mengenakan Masker dan Sarung Tangan

Bila pencegahan ingin dilakukan secara lebih maksimal, Anda bisa mencoba untuk mengenakan
sarung tangan serta masker demi mencegah terkena paparan bakteri lewat udara maupun cairan.
Pastikan bahwa masker serta sarung tangan yang digunakan pun sangat bersih dan terjaga
kesterilannya supaya risiko penularan TBC bisa diminimalisir.

 Waspada saat Berkunjung ke Daerah yang Berpotensi Tinggi

Mungkin pekerjaanlah yang mengharuskan Anda untuk berjalan-jalan dan mengunjungi banyak
tempat. Bepergian ke daerah-daerah yang memiliki potensi tinggi akan virus TBC akan sangat
mengancam kesehatan tubuh Anda. Ada negara-negara tertentu yang bahkan dikenal sebagai
negara paling terpengaruh oleh TBC.

Bangladesh, Angola dan juga Afghanistan adalah contohnya serta negara lainnya yang masih
tergolong kurang berkembang. Apabila Anda harus bepergian ke negara-negara tersebut, maka
pastikan bahwa Anda memperoleh pemeriksaan secara rutin. Penting juga untuk mendapatkan
pencegahan secara ekstra supaya paparan infeksi TBC yang aktif dapat berkurang sehingga Anda
tak mudah terinfeksi.
(Baca juga: bahaya vaksin palsu bagi kesehatan)

 Vaksinasi BCG

Langkah pencegahan yang bisa dilakukan selanjutnya adlaha dengan memperoleh vaksin TBC atau
yang juga dikenal dengan istilah BCG (Bacilli Calmette-Guerin). Cara pencegahan ini memang lebih
ketat dan sangat perlu dilakukan apabila kontak dengan para penderita Tuberkulosis diketahui cukup
tinggi frekuensinya. Di negara-negara yang mempunyai risiko tinggi, vaksin ini sangat diutamakan,
tapi sayangnya vaksin BCG ini tidaklah seefektif penerapannya pada bayi ketika digunakan atau
diberikan pada orang dewasa.

 Memiliki Pola Hidup Sehat

Untuk mencegah berbagai jenis penyakit, pola hidup sehat itu sangatlah penting. Untuk perlindungan
diri, Anda bisa mulai menjalani gaya hidup sehat di mana setiap harinya makanan yang dikonsumsi
adalah yang sehat dengan nutrisi seimbang. Tak lupa juga, supaya pola hidup berimbang, lakukan
olahraga secara rutin dan banyak-banyaklah istirahat.

Pola hidup yang sehat tak hanya meliputi apa saja makanan yang dikonsumsi, seberapa sering kita
berolahraga dan seberapa lama kita tidur. Kebersihan diri juga perlu untuk dijaga dengan baik
dengan mandi teratur. Tak hanya itu, penting juga untuk menghindari konsumsi narkoba dan alkohol
apalagi merokok.

(Baca juga: flek paru-paru – gejala awal tbc)

Setelah mengetahui bagaimana cara penularan TBC, diharapkan Anda dapat lebih berhati-hati,
khususnya jika berada di dekat penderita TBC atau di area yang berisiko tinggi akan virus TBC.
Segera hubungi dokter dan periksakan diri bila Anda menyadari bahwa Anda sudah melakukan
kontak dengan penderita Tuberkulosis.

Anda mungkin juga menyukai