A. Pengertian
Ileus atau obstruksi usus adalah suatu gangguan (apapun penyebabnya) aliran
normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial
atau total. Intestinal obstruction terjadi ketika isi usus tidak dapat melewati saluran
gastrointestinal (Nurarif & Kusuma, 2015).
Ileus obstruktif adalah hambatan pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan
mekanik misalnya oleh strangulasi, invaginasi, atau sumbatan di dalam lumen
usus.(Sjamsuhidayat, 2005).
B. Etiologi
Adapun penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis obstruksi
usus, yaitu:
- Mekanis
Terjadi obstruksi intramunal atau obstruksi munal dari tekanan pada usus,
contohnya adalah intrasusepsi, tumor dan neoplasma, stenosis, striktur, perlekatan
(adhesi), hernia dan abses
- Fungsional
Muskulator usus tidak mampu mendorong isi sepanjang usus.
(Brunner and Suddarth, 2002)
C. Klasifikasi
1. Berdasarkan penyebab, dibagi menjadi 3 :
- Ilieus Mekanik : disebabkan obstruksi mekanik
- Ilieus Neurogenik : gangguan persyafan usus
- Ilieus Vaskuler : gangguan vaskularisas usus
2. Berdasarkan letak di bagi menjadi 2 :
- Ilieus letak tinggi ( smaal bowel obstruction )
- Ilieus letak rendah ( large bowel obtruction ) (kolom dan rectum)
3. Berdasarkan sifat sumbatan, dibagi 2 :
- simple obstruction : sumbatan tanpa disertai gangguan aliran darah
- strangulated obstruction : sumabatan disertai aliran darah
D. Patofisiologi
Ileus non mekanis dapat disebabkan oleh manipulasi organ abdomen, peritonitis,
sepsis, sedangkan ileus mekanis disebabkan oleh perlengketan neoplasma, benda asing,
struktur dan lain-lain. Adanya penyebab tersebut dapat mengakibatkan passage usus
terganggu sehingga terjadi akumulasi gas dan cairan dalam lumen usus. Adanya akumulasi isi
usus dapat menyebab kan gangguan absorbsi H20 dan elektrolit pada lumen usus yang
mengakibatkan kehilangan H20 dan natrium, selanjutnya akan terjadi penurunan volume
cairan ekstra seluler sehingga terjadi syok hipovolemik, penurunan curah jantung,
penurunan perfusi jaringan, hipotensi dan asidosis metabolik. Akumulasi cairan juga
mengakibatkan distensi dinding usus sehingga timbul nyeri, kram dan kolik. Distensi dinding
usus juga dapat menekan kandung kemih sehingga terja diretensi urine. Distensi juga dapat
menekan diafragma sehingga ventilasi paru terganggu dan menyebabkan sulit bernafas.
Selain itu juga distensi dapat menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Selanjutnya
terjadi iskemik dinding usus, kemudian terjadi nekrosis, rupture dan perforasi sehingga
terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang nekrotik kedalam peritoneum dan
sirkulasi sistem. Pelepasan bakteri dan toksin ke peritoneum akan menyebabkan peritonitis
septikemia.
Akumulasi gas dan cairan dalam lumen usus juga dapat menyebabkan terjadinya
obstruksi komplet sehingga gelombang peristaltic dapat berbalik arah dan menyebabkan isi
usus terdorong ke mulut, keadaan ini akan menimbulkan muntah-muntah yang akan
mengakibatkan dehidrasi. Muntah-muntah yang berlebihan dapat menyebabkan kehilangan
ion hydrogen & kalium dari lambung serta penurunan klorida dan kalium dalam darah, hal
ini merupakan tanda dan gejala alkalosis metabolik.
RISKY GUSHER SAPUTRO / 1601300021
PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
E. Tanda dan Gejala
- Muntah fekal
- Dehidrasi : haus terus-menerus, malaise umum, mengantuk serta membrane
emukosa menjadi pecah-pecah
- Konstipasi (sulit BAB)
- Distensi abdomen
- BAB darah dan lender tapi tidak ada feces dan flatus
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi
1. Foto polos abdomen
Dengan posisi terlentang dan tegak (lateral dekubitus) memperlihatkan dilatasi
lengkung usus halus disertai adanya batas antara air dan udara atau gas (air-fluid
level) yang membentuk pola bagaikan tangga.
2. Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema
Mempunyai suatu peran terbatas pada pasien dengan obstruksi usus halus.
Pengujian Enema Barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak
rendah yang tidak dapat pada pemeriksaan foto polos abdomen. Pada anak-anak
dengan intussuscepsi, pemeriksaan enema barium tidak hanya sebagai diagnostik
tetapi juga mungkin sebagai terapi.
3. CT–Scan.
Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen dicurigai
adanya strangulasi. CT–Scan akan mempertunjukkan secara lebih teliti adanya
kelainan-kelainan dinding usus, mesenterikus, dan peritoneum. CT–Scan harus
dilakukan dengan memasukkan zat kontras kedalam pembuluh darah. Pada
pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi.
4. USG5
Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran dan penyebab dari obstruksi.
Pemeriksaan laboratorium
Leukositosis mungkin menunjukkan adanya strangulasi, pada urinalisa mungkin
menunjukkan dehidrasi. Analisa gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau
alkalosis metabolic. ( Brunner and Suddarth, 2002 )
G. Penatalaksanaan
1. Perawatan koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit, menghilangkan peregangan
dan muntah dengan kompresi, memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta
menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali
normal.
2. Farmakologi Obat anti biotic dapat diberikan untuk membantu mengobati atau
mencegah infeksi dalam perut, obat analgesik untuk mengurangi rasa nyeri.
3. Tindakan Bedah :
- Kolostomi
Kolostomi adalah prosedur untuk membuat stoma (pembukaan) antara usus
dan dinding perut. Ini mungkin dilakukan sebelum operasi untuk menghapus
usus yang tersumbat. Kolostomi dapat digunakan untuk menghilangkan
udara atau cairan dari usus.Hal ini juga dapat membantu memeriksa kondisi
perawatan sebelum operasi. Dengan kolostomi, tinja keluar dari stoma
kedalam kantong tertutup. Tinja mungkin berair, tergantung pada
bagianmana dari usus besar digunakan untuk kolostomi tersebut. Stoma
mungkin ditutup beberapa hari setelah operasi usus setelah sembuh.
- Stent
Stent adalah suatu tabung logam kecil yang memperluas daerah usus yang
tersumbat. Dengan Menyisipkan stent kedalam usus menggunakan ruang
lingkup (tabung, panjang ditekuk tipis).Stent dapat membuka usus untuk
membiarkan udara dan makanan lewat. Menggunakan stent juga untuk
membantu mengurangi gejala sebelum operasi.
PEMERIKSAAN JANTUNG
1. Inspeksi
Amati ictus cordis : denyutan dinding torak akibat pukulan ventrikel kiri pada dinding
torak, normalnya pada ICS V Mid clavikula kiriselebar 1 Cm, sulit ditemukan pada
klien yang gemuk.
2. Palpasi
Adanya pulsasi pada dinding torak, normalnya pulsasi tidak ada :
ICS II ( area aorta pada sebelah kanan dan pulmonal pada sebelah kiri )
ICS V Mid Sternalis kiri ( area tricuspidalis atau ventrikel kanan )
ICS V Mid Clavikula kiri ( area Bicuspidalis )
3. Perkusi
Tujuan perkusi adalah untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar,
batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : ICS II Mid sternalis
Batas bawah : ICS V
Batas Kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra
Batas Kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra
B. Diagnosa
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang tidak
adequat dan ketidakefektifan penyerapan usus halus.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrisi.
3. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen
4. Gangguan pola eliminasi: konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitas usus.
5. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen
6. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Intervensi Rasional
1. Kaji kebutuhan cairan pasien 1. Mengetahui kebutuhan cairan
2. Observasi tanda-tanda vital pasien.
2. Perubahan yang drastis pada tanda-
tanda vital merupakan indikasi
3. Observasi tingkat kesadaran dan kekurangan cairan.
tanda-tanda syok 3. kekurangan cairan dan elektrolit
dapat mempengaruhi tingkat
4. Observasi bising usus pasien tiap 1-2 kesadaran dan mengakibatkan syok.
jam 4. Menilai fungsi usus
5. Monitor intake dan output secara 5. Menilai keseimbangan cairan
ketat 6. Menilai keseimbangan cairan dan
6. Pantau hasil laboratorium serum elektrolit
elektrolit, hematokrit 7. Meningkatkan pengetahuan pasien
7. Beri penjelasan kepada pasien dan dan keluarga serta kerjasama antara
keluarga tentang tindakan yang perawat-pasien-keluarga.
dilakukan: pemasangan NGT dan 8. Memenuhi kebutuhan cairan dan
puasa. elektrolit pasien.
8. Kolaborasi dengan medik untuk
pemberian terapi intravena
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi
nutrisi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan nutrisi
teratasi.
Kriteria hasil :
1. Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi.
2. Berat badan stabil.
3. Pasien tidak mengalami mual muntah.
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Tinjau faktor-faktor individual yang 1. Mempengaruhi pilihan intervensi.
mempengaruhi kemampuan untuk
mencerna makanan, mis : status puasa,
mual, ileus paralitik setelah selang
dilepas. 2. Menentukan kembalinya
2. Auskultasi bising usus; palpasi peristaltik ( biasanya dalam 2-4
abdomen; catat pasase flatus. hari ).
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Observasi TTV: P, TD, N,S 1. Perubahan pada pola nafas akibat
adanya distensi abdomen dapat
mempengaruhi peningkatan hasil
TTV.
2. Kaji status pernafasan: pola, frekuensi, 2. Adanya distensi pada abdomen
kedalaman dapat menyebabkan perubahan
3. Kaji bising usus pasien pola nafas.
3. Berkurangnya/hilangnya bising
usus menyebabkan terjadi distensi
abdomen sehingga mempengaruhi
4. Tinggikan kepala tempat tidur 40-60 pola nafas.
derajat 4. Mengurangi penekanan pada paru
5. Observasi adanya tanda-tanda hipoksia akibat distensi abdomen.
jaringan perifer: cianosis 5. Perubahan pola nafas akibat
adanya distensi abdomen dapat
menyebabkan oksigenasi perifer
terganggu yang dimanifestasikan
6. Monitor hasil AGD dengan adanya cianosis.
6. Mendeteksi adanya asidosis
7. Berikan penjelasan kepada keluarga respiratorik.
pasien tentang penyebab terjadinya 7. Meningkatkan pengetahuan dan
distensi abdomen yang dialami oleh kerjasama dengan keluarga pasien.
pasien
8. Laksanakan program medic pemberian 8. Memenuhi kebutuhan oksigenasi
terapi oksigen pasien
Intervensi Rasional
1. Kaji dan catat frekuensi, warna dan 1. Mengetahui ada atau tidaknya
konsistensi feces kelainan yang terjadi pada
eliminasi fekal.
2. Auskultasi bising usus 2. Mengetahui normal atau tidaknya
pergerakan usus.
3. Kaji adanya flatus 3. Adanya flatus menunjukan
perbaikan fungsi usus.
4. Kaji adanya distensi abdomen 4. Gangguan motilitas usus dapat
Menyebabkan akumulasi gas di
5. Berikan penjelasan kepada pasien dan dalam lumen usus sehingga
keluarga penyebab terjadinya terjadi distensi abdomen.
gangguan dalam BAB 5. Meningkatkan pengetahuan
pasien dan keluarga serta untuk
6. Kolaborasi dalam pemberian terapi meningkatkan kerjasana antara
pencahar (Laxatif) perawat-pasien dan keluarga.
6. Membantu dalam pemenuhan
kebutuhan eliminasi
Intervensi Rasional
1. Observasi TTV: N, TD, HR, P tiap shif 1. Nyeri hebat yang dirasakan pasien
akibat adanya distensi abdomen
dapat menyebabkan peningkatan
2. Kaji keluhan nyeri, karakteristik dan hasil TTV.
skala nyeri yang dirasakan pesien 2. Mengetahui kekuatan nyeri yang
sehubungan dengan adanya distensi dirasakan pasien dan menentukan
abdomen tindakan selanjutnya guna
mengatasi nyeri.
3. Berikan posisi yang nyaman: posisi semi 3. Posisi yang nyaman dapat
fowler mengurangi rasa nyeri yang
4. Ajarkan dan anjurkan tehnik relaksasi dirasakan pasien
tarik nafas dalam saat merasa nyeri 4. Relaksasi dapat mengurangi rasa
5. Anjurkan pasien untuk menggunakan nyeri
tehnik pengalihan saat merasa nyeri
hebat. 5. Mengurangi nyeri yang dirasakan
6. Kolaborasi dengan medic untuk terapi pasien.
analgetik 6. Analgetik dapat mengurangi rasa
nyeri
Intervensi Rasional
1. Observasi adanya peningkatan 1. Rasa cemas yang dirasakan pasien
kecemasan: wajah tegang, gelisah dapat terlihat dalam ekspresi
wajah dan tingkah laku.
2. Kaji adanya rasa cemas yang dirasakan 2. Mengetahui tingkat kecemasan
pasien pasien.
3. Berikan penjelasan kepada pasien dan
keluarga tentang tindakan yang akan 3. Dengan mengetahui tindakan yang
dilakukan sehubungan dengan keadaan akan dilakukan akan mengurangi
penyakit pasien tingkat kecemasan pasien dan
4. Berikan kesempatan pada pasien untuk meningkatkan kerjasama
mengungkapkan rasa takut atau 4. Dengan mengungkapkan
kecemasan yang dirasakan kecemasan akan mengurangi rasa
5. Pertahankan lingkungan yang tenang takut/cemas pasien
dan tanpa stres. 5. Lingkungan yang tenang dan
nyaman dapat mengurangi stress
6. Dorong dukungan keluarga dan orang pasien berhadapan dengan
terdekat untuk memberikan support penyakitnya
kepada pasien 6. Support system dapat mengurani
rasa cemas dan menguatkan
pasien dalam memerima keadaan
sakitnya.