Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Ileus atau obstruksi usus adalah suatu gangguan (apapun penyebabnya) aliran
normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial
atau total. Intestinal obstruction terjadi ketika isi usus tidak dapat melewati saluran
gastrointestinal (Nurarif & Kusuma, 2015).
Ileus obstruktif adalah hambatan pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan
mekanik misalnya oleh strangulasi, invaginasi, atau sumbatan di dalam lumen
usus.(Sjamsuhidayat, 2005).

B. Etiologi
Adapun penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis obstruksi
usus, yaitu:
- Mekanis
Terjadi obstruksi intramunal atau obstruksi munal dari tekanan pada usus,
contohnya adalah intrasusepsi, tumor dan neoplasma, stenosis, striktur, perlekatan
(adhesi), hernia dan abses
- Fungsional
Muskulator usus tidak mampu mendorong isi sepanjang usus.
(Brunner and Suddarth, 2002)

C. Klasifikasi
1. Berdasarkan penyebab, dibagi menjadi 3 :
- Ilieus Mekanik : disebabkan obstruksi mekanik
- Ilieus Neurogenik : gangguan persyafan usus
- Ilieus Vaskuler : gangguan vaskularisas usus
2. Berdasarkan letak di bagi menjadi 2 :
- Ilieus letak tinggi ( smaal bowel obstruction )
- Ilieus letak rendah ( large bowel obtruction ) (kolom dan rectum)
3. Berdasarkan sifat sumbatan, dibagi 2 :
- simple obstruction : sumbatan tanpa disertai gangguan aliran darah
- strangulated obstruction : sumabatan disertai aliran darah

D. Patofisiologi
Ileus non mekanis dapat disebabkan oleh manipulasi organ abdomen, peritonitis,
sepsis, sedangkan ileus mekanis disebabkan oleh perlengketan neoplasma, benda asing,
struktur dan lain-lain. Adanya penyebab tersebut dapat mengakibatkan passage usus
terganggu sehingga terjadi akumulasi gas dan cairan dalam lumen usus. Adanya akumulasi isi
usus dapat menyebab kan gangguan absorbsi H20 dan elektrolit pada lumen usus yang
mengakibatkan kehilangan H20 dan natrium, selanjutnya akan terjadi penurunan volume
cairan ekstra seluler sehingga terjadi syok hipovolemik, penurunan curah jantung,
penurunan perfusi jaringan, hipotensi dan asidosis metabolik. Akumulasi cairan juga
mengakibatkan distensi dinding usus sehingga timbul nyeri, kram dan kolik. Distensi dinding
usus juga dapat menekan kandung kemih sehingga terja diretensi urine. Distensi juga dapat
menekan diafragma sehingga ventilasi paru terganggu dan menyebabkan sulit bernafas.
Selain itu juga distensi dapat menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Selanjutnya
terjadi iskemik dinding usus, kemudian terjadi nekrosis, rupture dan perforasi sehingga
terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang nekrotik kedalam peritoneum dan
sirkulasi sistem. Pelepasan bakteri dan toksin ke peritoneum akan menyebabkan peritonitis
septikemia.
Akumulasi gas dan cairan dalam lumen usus juga dapat menyebabkan terjadinya
obstruksi komplet sehingga gelombang peristaltic dapat berbalik arah dan menyebabkan isi
usus terdorong ke mulut, keadaan ini akan menimbulkan muntah-muntah yang akan
mengakibatkan dehidrasi. Muntah-muntah yang berlebihan dapat menyebabkan kehilangan
ion hydrogen & kalium dari lambung serta penurunan klorida dan kalium dalam darah, hal
ini merupakan tanda dan gejala alkalosis metabolik.
RISKY GUSHER SAPUTRO / 1601300021
PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
E. Tanda dan Gejala
- Muntah fekal
- Dehidrasi : haus terus-menerus, malaise umum, mengantuk serta membrane
emukosa menjadi pecah-pecah
- Konstipasi (sulit BAB)
- Distensi abdomen
- BAB darah dan lender tapi tidak ada feces dan flatus

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi
1. Foto polos abdomen
Dengan posisi terlentang dan tegak (lateral dekubitus) memperlihatkan dilatasi
lengkung usus halus disertai adanya batas antara air dan udara atau gas (air-fluid
level) yang membentuk pola bagaikan tangga.
2. Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema
Mempunyai suatu peran terbatas pada pasien dengan obstruksi usus halus.
Pengujian Enema Barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak
rendah yang tidak dapat pada pemeriksaan foto polos abdomen. Pada anak-anak
dengan intussuscepsi, pemeriksaan enema barium tidak hanya sebagai diagnostik
tetapi juga mungkin sebagai terapi.
3. CT–Scan.
Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen dicurigai
adanya strangulasi. CT–Scan akan mempertunjukkan secara lebih teliti adanya
kelainan-kelainan dinding usus, mesenterikus, dan peritoneum. CT–Scan harus
dilakukan dengan memasukkan zat kontras kedalam pembuluh darah. Pada
pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi.
4. USG5
Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran dan penyebab dari obstruksi.
Pemeriksaan laboratorium
Leukositosis mungkin menunjukkan adanya strangulasi, pada urinalisa mungkin
menunjukkan dehidrasi. Analisa gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau
alkalosis metabolic. ( Brunner and Suddarth, 2002 )
G. Penatalaksanaan
1. Perawatan koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit, menghilangkan peregangan
dan muntah dengan kompresi, memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta
menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali
normal.
2. Farmakologi Obat anti biotic dapat diberikan untuk membantu mengobati atau
mencegah infeksi dalam perut, obat analgesik untuk mengurangi rasa nyeri.
3. Tindakan Bedah :
- Kolostomi
Kolostomi adalah prosedur untuk membuat stoma (pembukaan) antara usus
dan dinding perut. Ini mungkin dilakukan sebelum operasi untuk menghapus
usus yang tersumbat. Kolostomi dapat digunakan untuk menghilangkan
udara atau cairan dari usus.Hal ini juga dapat membantu memeriksa kondisi
perawatan sebelum operasi. Dengan kolostomi, tinja keluar dari stoma
kedalam kantong tertutup. Tinja mungkin berair, tergantung pada
bagianmana dari usus besar digunakan untuk kolostomi tersebut. Stoma
mungkin ditutup beberapa hari setelah operasi usus setelah sembuh.
- Stent
Stent adalah suatu tabung logam kecil yang memperluas daerah usus yang
tersumbat. Dengan Menyisipkan stent kedalam usus menggunakan ruang
lingkup (tabung, panjang ditekuk tipis).Stent dapat membuka usus untuk
membiarkan udara dan makanan lewat. Menggunakan stent juga untuk
membantu mengurangi gejala sebelum operasi.

RISKY GUSHER SAPUTRO / 1601300021


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
Konsep Asuhan Keperawat
A. Pengkajian
Riwayat keperawatan
1. Biodata klien yang paling penting meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku dan gaya hidup.
2. Riwayat kesehatan:
a) Keluhan utama
Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada
abdomennya biasanya terus-menerus, demam, nyeri tekan lepas,
abdomennya tegang dan kaku.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari
pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST:
P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan?
Q : Bagaimana keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang timbul
atau terus-menerus (menetap)
R : Didaerah mana gejala dirasakan
S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala
numeric 1 s/d 10
T : Kapan keluhan timbul, sekaligus faktor yang memperberat dan
memperingan keluhan
c) Riwayat kesehatan masa lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama,
riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obat-
obatan.
POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN
 Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi ; Mengkaji jenis, jumlah, dan waktu makan
selama di rumah dan di rumah sakit. Pantangan makanan?, Kesulitan menelan,
mengunyah, mual, anoreksia?, Usaha mengatasi kesulitan yang dialami klien?
 Pola Eliminasi ; Mengkaji jumlah, warna, bau, konsistensi, Konstipasi,
Incontinentia,frekuensi, BAB dan BAK klien?, Upaya mengatasi masalah yang dialami
klien ?
 Pola istirahat tidur : Mengkaji waktu mulai tidur, waktu bangun, penyulit tidur, yang
mempermudah tidur, gangguan tidur, pemakaian jenis obat tidur, hal yang
menyebakan klien mudah terbangun?
 Pola kebersihan diri / Personal Hygiene : Mengkaji status kebersihan mulai rambut
hingga kaki, frekuensi mandi, gosok gigi, cuci rambut, potong kuku?
 Aktivitas Lain : Olah raga yang dilakukan, hobby dsb?
RIWAYAT PSIKOLOGIS
1. Status Emosi
Bagaimana ekspresi hati dan perasaan klien, tingkah laku yang menonjol, suasana
yang membahagiakan klien, stressing yang membuat perasaan klien tidak nyaman.
2. Gaya Komunikasi
Apakah klien tampak hati-hati dalam berbicara, apakah pola komunikasinya spontan
atau lambat, apakah klien menolak untuk diajak komunikasi, Apakah komunikasi
klien jelas, apakah klien menggunakan bahasa isyarat.
3. Pola Interaksi
Kepada siapa klien berspon, Siapa orang yang dekat dan dipercaya klien, apakah
klien aktif atau pasif dalam berinteraksi, Apakah tipe kepribadian klien terbuka atau
tertutup.
4. Pola Pertahanan
Bagaimana mekanisme kopping klien dalam mengatasi masalahnya
5. Dampak di Rawat di Rumah Sakit
Apakah ada perubahan secara fisik dan psikologis selama klien di rawat di RS.
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
1. Latar belakang social, budaya dan spiritual klien

RISKY GUSHER SAPUTRO / 1601300021


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
Apakah klien aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, apakah ada konflik social yang
dialami klien, bagaimana ketaatan klien dalam menjalankan agamanya, apakah klien
mempunyai teman dekat yang senantiasa siap membantu.
2. Ekonomi
Siapa yang membiayai perawatan klien selama dirawat, apakah ada masalah
keuangan dan bagaimana mengatasinya
PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL
1. Mengukur Tekanan Darah
Perhatikan karakteristik suara aliran darah dalam arteri berikut :
 Bunyi Korothkof I : Bunyi yang pertama terdengar lemah, nadanya agak tinggi,
terdengar tak-tek….( Suara sistol )
 Bunyi Korothkof II : Adanya bunyi seperti K I, tapi disertai bising, terdengar
tekss..,atau tekrd…
 Bunyi Korothkof III : Adanya bunyi yang berubah menjadi keras, nada rendah
tanpa bising, terdengsr deg..deg…
 Bunyi Korothkof IV : Saat bunyi jelas seperti K III melemah
 Bunyi Korothkof V : Saat bunyi menghilang ( Suara Diastol )
2. Menghitung denyut nadi per-menit, meraba nadi radial yang termudah, bila tidak
teraba nadi carotid atau apical, pada bayi nadi temporal.
3. Menghitung frekuensi pernafasan per menit, dengan menyilangkan tangan klien di
dada amati pergerakan dinding dada klien
4. Mengukur suhu tubuh, pada orang dewasa pada axillar, pada bayi dan anak pada
rectal atau oral, dan pada kondisi yang memerlukan tingkat akurasi yang tinggi pada
orang dewasa bisa per-oral atau per-rektal
KEADAAN UMUM
Menilai keadaan sakit klien dari hasil inspeksi umum, misalkan klien terbaring lemah
di tempat tidur dengan terpasang infuse D5%, pernafasan dyspnoe. Klien dapat
makan sendiri, dan tidak dapat ke kamar mandi.
PEMERIKSAAN INTEGUMENT, RAMBUT DAN KUKU
1. Integument
2. Inspeksi :
- Adakah lesi, warna, jaringan parut, vaskularisasi.
- Warna Kulit :
Coklat, deposit melanin
Biru, Hipoxia jaringan perifer
Merah, peningkatan oxihaemoglobin
Pucat, Anoxia jaringan kulit
Kuning, peningkatan bilirubin indirek dalam darah
3. Palpasi :
- Suhu kulit, tekstur halus/ kasar, torgor / kelenturan keriput /tegang, oedema
derajat berapa?
 Derajat 0 : Kembali spontan
 Derajat 1 : Kembali dalam 1 detik
 Derajat 2 : Kembali dalam 2 detk
 Derajat 3 : Kembali dalam waktu lebih dari 2 detik
4. Pemeriksaan Kuku
Inspeksi dan palpasi
Warna ,bentuk, kebersihan
Bagian –bagian kuku :
 Matrik/ akar kuku : tempat lempeng kuku tumbuh
 Lempeng kuku
 Dasar kuku : berdekatan dengan lempeng kuku
 Jaringan peringeal : terdiri dari ephonicium, perionycium
PEMERIKSAAN KEPALA, WAJAH DAN LEHER
1. Pemeriksaan Kepala
Inspeksi :
bentuk kepala ( dolicephalus/ lonjong, Brakhiocephalus/ bulat ), kesimetrisan, dan
pergerakan. Adakah hirochepalus/ pembesaran kepala.

RISKY GUSHER SAPUTRO / 1601300021


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
Palpasi :
Nyeri tekan, fontanella cekung / tidak ( pada bayi ).
2. Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
Kelengkapan dan kesimetrisan mata
Adakah ekssoftalmus mata menonjol), atau Enofthalmus (mata tenggelam )
Kelopak mata / palpebra : adakah oedem, ptosis, peradangan, luka, atau benjolan
Bulu mata : rontok atau tidak
Konjunctiva dan sclera, adakah perubahan warna, kemerahan ,kuning atau pucat.
Warna iris serta reaksi pupil terhadap cahaya, miosis /mengecil, midriasis/ melebar,
pin point / kecil sekali, nomalnya isokor / pupil sama besar.
Kornea, warna merah biasanya karena peradangan, warna putih atau abu-abu di
tepi kornea ( arcus senilis ), warna biru, hijau pengaruh ras. Amati kedudukan
kornea,
3. Pemeriksaan lapang pandang
Haemi anoxia : klien tidak dapat separoh dari medan penglihatan
Haemoxia : Klien tidak dapat melihat seperempat dari lapang penglihatan
4. Pemeriksaan tekanan bola mata
Dengan mengunakan tonometri atau palpasi bola mata untuk mengetahui adanya
nyeri tekan atau konsistensi bola mata.
5. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi dan palpasi
Amati bagian teliga luar: bentuk, ukuran, warna, lesi, nyeri tekan, adakah
peradangan, penumpukan serumen.
Dengan otoskop periksa amati, warna, bentuk, transparansi, perdarahan, dan
perforasi.
6. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan palpasi
Amati bentuk tulang hidung dan posis septum nasi ( adakah pembengkokan atau
tudak )
Amati meatus, adakah perdarahan, kotoran, pembengkakan, mukosa hidung,
adakah pembesaran ( polip )
7. Pemeriksaan Mulut dan Faring
Inspeksi dan Palpasi
 Amati bibir, untuk mengetahui kelainan konginetal ( labioseisis,
palatoseisis, atau labiopalatoseisis ), warna bibir pucat, atau merah
,adakah lesi dan massa.
 Amati gigi ,gusi, dan lidah, adakah caries, kotoran, kelengkapan, gigi
palsu, gingivitis,warna lidah, perdarahan dan abses.
 Amati orofaring atau rongga mulut, bau mulut, uvula simetris atau tidak
 Adakah pembesaran tonsil, T : 0, Sudah dioperasi, T : 1, Ukuran normal,
T : 2, Pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah, T : 3, Pembesaran
sampai garis tengah, T : 4 , Pembesaran melewati garis tengah
 Perhatikan suara klien ada perubahan atau tidak
 Perhatikan adakah lendir dan benda asing atau tidak
8. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi : Perhatikan ekspresi wajah klien, Warna dan kondisi wajah klien, struktur
wajah klien, sembab atau tidak, ada kelumpuhan otot-otot fasialis atau tidak.
9. Pemeriksaan Leher
Dengan inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :
1. Bentuk leher simetris atau tidak, ektomorf / kurus ditemukan pada orang
dengan gizi jelek, atau TBC, sedangkan endomorf ditemukan pada klen obesitas,
adakah peradangan ,jaringan parut, perubahan warna, dan massa
2. Kelenjar tiroid, ada pembesaran atau tidak dengan meraba pada suprasternal
pada saat klien menelan, normalnya tidak teraba kecuali pada aorang kurus
3. Vena jugularis, ada pembesaran atau tidak, dengan cara lakukan pembendungan
pada supraclavikula kemudian tekan pada ujung proximal vena jugularis sambil
melepaskan bendungan pada supraclavikula, ukurlah jarak vertical permukaan

RISKY GUSHER SAPUTRO / 1601300021


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
atas kolom darah terhadap bidang horizontal, katakanlah jaraknya a Cm di atas
atau di bawah bidang horisontal. Maka nilai tekanan vena jugularisnya adalah :
JVP = 5 – a Cm,( bila di bawah bidang horizontal ) JVP = 5 – a CmHg ( bila di atas
bidang horizontal), normalnya JVP = 5 – 2 CmHg
PEMERIKSAAN PAYUDARA DAN KETIAK
1. Inspeksi
Ukuran payudara, bentuk, dan kesimetrisan, dan adakah pembengkakan. Normalnya
melingkar dan simetris dengan ukuran kecil, sedang atau besar.
Kulit payudara, warna, lesi, vaskularisasi,oedema.
Areola : Adakah perubahan warna, pada wanita hamil lebih gelap.
Putting : Adakah cairan yang keluar, ulkus, pembengkakan
Adakah pembesaran pada kelenjar limfe axillar dan clavikula
2. Palpasi
Adakah secret dari putting, adakah nyri tekan, dan kekenyalan.
Adakah benjolan massa atau tidak
PEMERIKSAAN TORAK DAN PARU
Ispeksi:
- Amati bentuk thorax
- Amati Frekuensi napas, irama, kedalamannya
- Amati tipe pernapasan : Pursed lip breathing, pernapasan diapragma,
penggunaan otot Bantu pernapasan
- Tanda tanda reteraksi intercostalis , retraksi suprastenal
- Gerakan dada
- Adakan tarikan didinding dada , cuping hidung, tachipnea
- Apakah daa tanda tanda kesadaran meenurun
Palpasi :
- Gerakan pernapasan
- Raba apakah dinding dada panas
- Kaji vocal premitus
- Penurunan ekspansi dada
Auskultasi :
- Adakah terdenganr stridor
- Adakah terdengar wheezing
- Evaluasi bunyi napas, prekuensi,kualitas, tipe dan suara tambahan
Perkusi :
- Suara Sonor/Resonans merupakan karakteristik jaringan paru normal
- Hipersonor , adanya tahanan udara
- Pekak/flatness, adanya cairan dalan rongga pleura
- Redup/Dullnes, adanya jaringan padat
- Tympani, terisi udara.

PEMERIKSAAN JANTUNG
1. Inspeksi
Amati ictus cordis : denyutan dinding torak akibat pukulan ventrikel kiri pada dinding
torak, normalnya pada ICS V Mid clavikula kiriselebar 1 Cm, sulit ditemukan pada
klien yang gemuk.
2. Palpasi
Adanya pulsasi pada dinding torak, normalnya pulsasi tidak ada :
ICS II ( area aorta pada sebelah kanan dan pulmonal pada sebelah kiri )
ICS V Mid Sternalis kiri ( area tricuspidalis atau ventrikel kanan )
ICS V Mid Clavikula kiri ( area Bicuspidalis )
3. Perkusi
Tujuan perkusi adalah untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar,
batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : ICS II Mid sternalis
Batas bawah : ICS V
Batas Kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra
Batas Kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra

RISKY GUSHER SAPUTRO / 1601300021


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
4. Auskultasi
Dengarkan BJ I pada ICS IV linea sternalis kiri BJ I Tricuspidalis,
dan pada ICS V Mid Clavicula / Apeks BJ I bicuspidalis terdengar LUB lebih keras
akibat penutupan katub mitral da tricuspidalis.
Dengarkan BJ II pada ICS II linea sternalis kanan BJ II Aorta, dan ICS II atai III linea
sternalis kiri BJ II aorta , terdengar DUB akibat penutupankatup aorta dan pulmonal.
Dengarkan BJ III ( kalau ada ) terdengar di daerah mitral, pada awal diastolic
terdengar LUB-DUB-EE, BJ III terdengar normal pada anak-anak,dewasa muda dan
orang hamil. Bila ada BJ III pada orang dewasa yang disertai dengan
oedema/dipsneu berarti abnormal. BJ III pada klien decompensasi cordis disebut
Gallop Rhythm, yang terjadi akibat getaran karena derasnya pengisian ventrikel kiri
dari atrium kiri dari ruang sempit ke ruang yang lebih lebar.
Dengarkan adanya suara murmur, suara tambahan pada fase sistolik, diastolic akibat
dari getaran jantung atau pembuluh darah karena arus turbulensi darah.
Derajat Murmur :
1 : Hampir tidak terdengar
2 : Terdengar lemah
3 : Agak keras
4 : Keras
5 : Sangat keras
6 : Sampai stetoskop di angkat sedikit suara masih terdengar
PEMERIKSAAN ABDOMEN / PERUT
Khusus untuk pemeriksaan abdomen urutannya dalah inspeksi, auskultasi, palpasi,
dan perkusi ,karena palpasi dan perkusi dapat meningkatkan peristak\ltik usus.
Abdomen terbagi dalam 4 Kuadran dan 9 Regio :
1. Inspeksi
Bentuk abdomen : Membusung, atau datar
Massa / Benjolan : pada derah apa dan bagaimana bentuknya
Kesimetrisan bentuk abdomen
Amati adnya bayangan pembuluh darah vena, kalau terlihat pada bagian atas
abdomen dan mengalir ke bagian yang lebih atas berarti ada obstruksi vena porta
hepatica, kalau tampak pada bagian bawah abdomen menuju ke atas berarti ada
obstruksi pada vena cava inferior, normalnya bila terlihat pembuluh darah pada
abdomen berasal dari bagian tengah menuju ke atas atau ke bawah, dan tidak
terlihat terlalu menonjol.
1. Gambaran normal
2. Gambaran Hipertensi portal
3. Gambaran pbstruksi vena cava inferior
4. Auskultasi
Untuk mengetahui peristaltic usus atau bising usus. Catat frekuensinya dalam satu
menit, normalnya 5 – 35 kali per menit, bunyi peristaltic yang panjang dan keras
disebut Borborygmi biasanya terjadi pada klien gastroenteritis, dan bila sangat
lambat (meteorismus) pada klien ileus paralitik.
2. Palpasi
Menenyakan pada klien bagian mana yang mengalami nyeri.
Palpasi Hepar :
Atur posisi pasien telentang dan kaki ditekuk
Perawat berdiri di sebelah kanan klien, dan meletakan tangan di bawah arcus costai
12, pada saat isnpirasi lakukan palpasi dan diskripsikan :
Ada atau tidak nyeri tekan, ada atau tidak pembesaran berapa jari dari arcus costae,
perabaan keras atau lunak, permukaan halus atau berbenjol-benjol, tepi hepar
tumpul atau tajam. Normalnya hepar tidak teraba.
Palpasi Lien :
Posis pasien tetap telentang, buatlah garis bayangan Schuffner ari midclavikula kiri
ke arcus costae- melalui umbilicus – berakhir pada SIAS kemudian garis dari arcus
costae ke SIAS di bagi delapan. Dengan Bimanual lakukan palpasi dan diskrisikan
nyeri tekan terletak pada garis Scuffner ke berapa ? ( menunjukan pembesaran lien )
Palpasi Appendik :

RISKY GUSHER SAPUTRO / 1601300021


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
Posisi pasien tetap telentang, Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc.
Burney yaitu dengan cara menarik garis bayangan dari umbilicus ke SIAS dan bagi
menjadi 3 bagian. Tekan pada sepertiga luar titik Mc Burney : Bila ada nyeri tekan
,nyeri lepas dan nyeri menjalar kontralateral berarti ada peradangan pada appendik.
Palpasi dan Perkusi Untuk Mengetahui ada Acites atau tidak :
Perkusi dari bagian lateral ke medial, perubahan suara dari timoani ke dullnes
merupakan batas cairan acites
Shiffing Dullnes, dengan perubahan posisi miring kanan / miring ke kiri, adanya
cairan acites akan mengalir sesuai dengan gravitasi, dengan hasil perkusi sisi lateral
lebih pekak/ dullness
Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani.
Palpasi Ginjal :
Dengan bimanual tangan kiri mengangkat ginjal ke anterior pada area lumbal
posterior, tangan kanan diletakan pada bawah arcus costae, kemudian lakukan
palpasi dan diskripsikan adakah nyeri tekan, bentuk dan ukuran.
Normalnya ginjal tidak teraba
PEMERIKSAAN GENETALIA
1. Genetalia Pria
1. Inspeksi :
Amati penyebaran dan kebersihan rambut pubis
Kulit penis dan scrotum adakah lesi, pembengkakan atau benjolan
Lubang uretra adkah penyumbatan, lubang uretra pada bagian bawah ( Hipospadia )
lubang uretra pada batang penis ( Epispadia )
2. Palpasi
Penis : adakah nyeri tekan, benjolan, cairan yang keluar
Scrotum dan testis : Adakah beniolan, nyeri tekan, ukuran penis, testis normalnya
teraba elastis, licin dan tidak ada benjolan.
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :
 Hidrocele : akumulasi cairan serosa diantara selaput visceral dan parietal pada
tunika vaginalis.
 Scrotal Hernia : Hernia dalam scrotum
 Spermatocele : Cysta epididimis, terbentuk karena, adanya obstruksi pada
tubulus/ saluran sperma.
 Epididmal Mass / Nodularyti : Disebabkan adanya neoplasma benaign atau
maligna, syphilis ,atau tuberculosis.
 Epididmitis : Inflamasi atau infeksi oleh Escherichia coli, Gonorrhoe, atau
Mycobacterium tuberculosis.
 Torsi pada saluran sperma : Axil rotasi atau vuvulus pada saluran sperma
diakibatkan infarktion pada testis.
 Tumor testiscular : tumor pada testis penyebabnya multiple sifatnya biasanya
tidak nyeri.
Inspeksi dan palpasi Hernia :
Amati daerah inguinal dan femoral, adakah pembengkakan. Sebelum palpasi,
Anjurkan klien berdiri dengan sebalah kaki, dengan sisi yang akan diperiksa agak
ditekuk.Masukan jari telunjuk ke dalam kulit scrotum dan dorong ke atas cincin
inguina eksternal. Bila cincin membesar suruh klien mengejan atau batuk, dengan
cara ini hernia inguinalis akan teraba.

B. Diagnosa
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang tidak
adequat dan ketidakefektifan penyerapan usus halus.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrisi.
3. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen
4. Gangguan pola eliminasi: konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitas usus.
5. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen
6. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

RISKY GUSHER SAPUTRO / 1601300021


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
C. Rencana Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang tidak adequat
dan ketidakefektifan penyerapan usus halus
Tujuan :
 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan cairan dan
elektrolit terpenuhi.
Kriteria hasil :
a. Tanda vital normal (N:70-80 x/menit, S: 36-37 C, TD : 110/70 -120/80 mmHg)
b. Intake dan output cairan seimbang
c. Turgor kulit elastic
d. Mukosa lembab
e. Elektrolit dalam batas normal (Na: 135-147 mmol/L, K: 3,5-5,5 mmol/L, Cl: 94-111
mmol/L).
Intervensi :

Intervensi Rasional
1. Kaji kebutuhan cairan pasien 1. Mengetahui kebutuhan cairan
2. Observasi tanda-tanda vital pasien.
2. Perubahan yang drastis pada tanda-
tanda vital merupakan indikasi
3. Observasi tingkat kesadaran dan kekurangan cairan.
tanda-tanda syok 3. kekurangan cairan dan elektrolit
dapat mempengaruhi tingkat
4. Observasi bising usus pasien tiap 1-2 kesadaran dan mengakibatkan syok.
jam 4. Menilai fungsi usus
5. Monitor intake dan output secara 5. Menilai keseimbangan cairan
ketat 6. Menilai keseimbangan cairan dan
6. Pantau hasil laboratorium serum elektrolit
elektrolit, hematokrit 7. Meningkatkan pengetahuan pasien
7. Beri penjelasan kepada pasien dan dan keluarga serta kerjasama antara
keluarga tentang tindakan yang perawat-pasien-keluarga.
dilakukan: pemasangan NGT dan 8. Memenuhi kebutuhan cairan dan
puasa. elektrolit pasien.
8. Kolaborasi dengan medik untuk
pemberian terapi intravena

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi
nutrisi.
Tujuan :
 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan nutrisi
teratasi.
Kriteria hasil :
1. Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi.
2. Berat badan stabil.
3. Pasien tidak mengalami mual muntah.
Intervensi :

Intervensi Rasional
1. Tinjau faktor-faktor individual yang 1. Mempengaruhi pilihan intervensi.
mempengaruhi kemampuan untuk
mencerna makanan, mis : status puasa,
mual, ileus paralitik setelah selang
dilepas. 2. Menentukan kembalinya
2. Auskultasi bising usus; palpasi peristaltik ( biasanya dalam 2-4
abdomen; catat pasase flatus. hari ).

RISKY GUSHER SAPUTRO / 1601300021


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
3. Identifikasi kesukaan/ketidaksukaan 3. Meningkatkan kerjasama pasien
diet dari pasien. Anjurkan pilihan dengan aturan diet.
makanan tinggi protein dan vitamin C. Protein/vitamin C adalah
kontributor utuma untuk
pemeliharaan jaringan dan
perbaikan. Malnutrisi adalah fator
dalam menurunkan pertahanan
4. Observasi terhadap terjadinya diare; terhadap infeksi.
makanan bau busuk dan berminyak. 4. Sindrom malabsorbsi dapat terjadi
setelah pembedahan usus halus,
memerlukan evaluasi lanjut dan
5. Kolaborasi dalam pemberian obat- perubahan diet, mis: diet rendah
obatan sesuai indikasi: Antimetik, mis: serat.
proklorperazin (Compazine). Antasida 5. Mencegah muntah. Menetralkan
dan inhibitor histamin, mis: simetidin atau menurunkan pembentukan
(tagamet). asam untuk mencegah erosi
mukosa dan kemungkinan ulserasi.

3. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen


Tujuan :
 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pola nafas menjadi efektif
Kriteria hasil :
 Pasien memiliki pola pernafasan: irama vesikuler, frekuensi : 18-20x/menit

Intervensi :

Intervensi Rasional
1. Observasi TTV: P, TD, N,S 1. Perubahan pada pola nafas akibat
adanya distensi abdomen dapat
mempengaruhi peningkatan hasil
TTV.
2. Kaji status pernafasan: pola, frekuensi, 2. Adanya distensi pada abdomen
kedalaman dapat menyebabkan perubahan
3. Kaji bising usus pasien pola nafas.
3. Berkurangnya/hilangnya bising
usus menyebabkan terjadi distensi
abdomen sehingga mempengaruhi
4. Tinggikan kepala tempat tidur 40-60 pola nafas.
derajat 4. Mengurangi penekanan pada paru
5. Observasi adanya tanda-tanda hipoksia akibat distensi abdomen.
jaringan perifer: cianosis 5. Perubahan pola nafas akibat
adanya distensi abdomen dapat
menyebabkan oksigenasi perifer
terganggu yang dimanifestasikan
6. Monitor hasil AGD dengan adanya cianosis.
6. Mendeteksi adanya asidosis
7. Berikan penjelasan kepada keluarga respiratorik.
pasien tentang penyebab terjadinya 7. Meningkatkan pengetahuan dan
distensi abdomen yang dialami oleh kerjasama dengan keluarga pasien.
pasien
8. Laksanakan program medic pemberian 8. Memenuhi kebutuhan oksigenasi
terapi oksigen pasien

4. Gangguan pola eliminasi : konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitas usus.


Tujuan :
 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pola eliminasi kembali
normal.

RISKY GUSHER SAPUTRO / 1601300021


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
Kriteria hasil :
 Pola eliminasi BAB normal: 1x/hari, dengan konsistensi lembek, BU normal : 5-35
x/menit, tidak ada distensi abdomen.
Intervensi :

Intervensi Rasional
1. Kaji dan catat frekuensi, warna dan 1. Mengetahui ada atau tidaknya
konsistensi feces kelainan yang terjadi pada
eliminasi fekal.
2. Auskultasi bising usus 2. Mengetahui normal atau tidaknya
pergerakan usus.
3. Kaji adanya flatus 3. Adanya flatus menunjukan
perbaikan fungsi usus.
4. Kaji adanya distensi abdomen 4. Gangguan motilitas usus dapat
Menyebabkan akumulasi gas di
5. Berikan penjelasan kepada pasien dan dalam lumen usus sehingga
keluarga penyebab terjadinya terjadi distensi abdomen.
gangguan dalam BAB 5. Meningkatkan pengetahuan
pasien dan keluarga serta untuk
6. Kolaborasi dalam pemberian terapi meningkatkan kerjasana antara
pencahar (Laxatif) perawat-pasien dan keluarga.
6. Membantu dalam pemenuhan
kebutuhan eliminasi

5. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen


Tujuan :
 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam rasa nyeri teratasi atau
terkontrol
Kriteria hasil :
 Pasien mengungkapkan penurunan ketidaknyamanan; menyatakan nyeri pada
tingkat dapat ditoleransi, menunjukkan rileks.
Intervensi :

Intervensi Rasional
1. Observasi TTV: N, TD, HR, P tiap shif 1. Nyeri hebat yang dirasakan pasien
akibat adanya distensi abdomen
dapat menyebabkan peningkatan
2. Kaji keluhan nyeri, karakteristik dan hasil TTV.
skala nyeri yang dirasakan pesien 2. Mengetahui kekuatan nyeri yang
sehubungan dengan adanya distensi dirasakan pasien dan menentukan
abdomen tindakan selanjutnya guna
mengatasi nyeri.
3. Berikan posisi yang nyaman: posisi semi 3. Posisi yang nyaman dapat
fowler mengurangi rasa nyeri yang
4. Ajarkan dan anjurkan tehnik relaksasi dirasakan pasien
tarik nafas dalam saat merasa nyeri 4. Relaksasi dapat mengurangi rasa
5. Anjurkan pasien untuk menggunakan nyeri
tehnik pengalihan saat merasa nyeri
hebat. 5. Mengurangi nyeri yang dirasakan
6. Kolaborasi dengan medic untuk terapi pasien.
analgetik 6. Analgetik dapat mengurangi rasa
nyeri

RISKY GUSHER SAPUTRO / 1601300021


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
6. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan :
 Kecemasan teratasi.
Kriteria hasil :
 Pasien mengungkapkan pemahaman tentang penyakit saat ini dan
mendemonstrasikan keterampilan koping positif.
Intervensi :

Intervensi Rasional
1. Observasi adanya peningkatan 1. Rasa cemas yang dirasakan pasien
kecemasan: wajah tegang, gelisah dapat terlihat dalam ekspresi
wajah dan tingkah laku.
2. Kaji adanya rasa cemas yang dirasakan 2. Mengetahui tingkat kecemasan
pasien pasien.
3. Berikan penjelasan kepada pasien dan
keluarga tentang tindakan yang akan 3. Dengan mengetahui tindakan yang
dilakukan sehubungan dengan keadaan akan dilakukan akan mengurangi
penyakit pasien tingkat kecemasan pasien dan
4. Berikan kesempatan pada pasien untuk meningkatkan kerjasama
mengungkapkan rasa takut atau 4. Dengan mengungkapkan
kecemasan yang dirasakan kecemasan akan mengurangi rasa
5. Pertahankan lingkungan yang tenang takut/cemas pasien
dan tanpa stres. 5. Lingkungan yang tenang dan
nyaman dapat mengurangi stress
6. Dorong dukungan keluarga dan orang pasien berhadapan dengan
terdekat untuk memberikan support penyakitnya
kepada pasien 6. Support system dapat mengurani
rasa cemas dan menguatkan
pasien dalam memerima keadaan
sakitnya.

RISKY GUSHER SAPUTRO / 1601300021


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
Daftar Pustaka
Brunner and Suddart.2002 .Buku Ajar Keperawatan .Edisi 3. Jakarta: EGC.
Bulechec, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M & Wagner, C.M. (2013).Nursing Interventions
Classification (NIC) EdisiKeenamBahasa Indonesia.Indonesia: Mocomedia.
Herdman, T. H &Kamitsuru.S. (2015).Diagnosis Keperawatan: Definisi&Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.
Jakarta: ECG.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L & Swanson, E. (2013).Nursing Outcomes Classification (NOC)
EdisiKelimaBahasa Indonesia. Indonesia: Mocomedia.
Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2005. BukuAjarIlmu Bedah. Jakarta: EGC.
https://www.scribd.com/doc/111529568/Baru-Asuhan-Keperawatan-Dengan-Ileus-Obstruktif
diakses tanggal 21 oktober 2018
http://www.academia.edu/19276481/ILEUS_OBSTRUKTIF?auto=downloaddiakses tanggal 21
oktober 2018

RISKY GUSHER SAPUTRO / 1601300021


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG

Anda mungkin juga menyukai