Anda di halaman 1dari 12

Laporan Pendahuluan

Konsep Dasar

A. Pengertian
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) yang
dapat disebabkan oleh berbagai mikroosganisme seperti virus, jamur dan bakteri
(Kemenkes, 2016).
Pneumonia dalam arti umum adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan
oleh mikoorganisme seperti bakteri, virus, jamur, parasit namun pneumonia juga dapat
disebabkan oleh bahan kimia ataupun karena paparan fisik seperti suhu atau radiasi.
Peradangan parenkim paru disebabkan oleh selain mikroorganisme (fisik, kimiawi, alergi)
sering disebut sebagai pneumonistis (Djojodibroto, 2014)
B. Etiologi
Sebenarnya pada diri manusia sudah ada kuman yang dapat menimbulkan pneumonia
dan penyakit ini baru akan timbul apabila ada faktor- faktor prsesipitasi, namun pneumonia
juga sebagai komplikasi dari penyakit yang lain ataupun sebagai penyakit yang terjadi karena
etiologi di bawah ini :
1. Bakteri
Bakteri yang dapat menyebabkan pneumonia adalah : Diplococus pneumonia,
Pneumococcus, Streptococcus Hemoliticus aureus, Haemophilus influenza, Basilus
friendlander (Klebsial pneumonia), Mycobacterium tuberculosis. Bakteri gram positif
yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah steprokokus pneumonia,
streptococcus aureus dan sneptococcus pyogenis
2. Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum disebabkan oleh
virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegcdovints
merupakan penyebab utama pneumonia virus. Virus lain yang dapat menyebabkan
pneumonia adalah Respiratory syntical virus dan virus stinomegalik.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung. Jamur yang dapat menyebabkan pneumonia adalah : Citoplasma
Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis.
Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia.
4. Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada
penderita AIDS.
5. Faktor lain yang mempengaruhi
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia adalah daya tahan tubuh
yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi proiein (MEP), penyakit menahun
pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
C. Klasifikasi
1. Pneumonia Bakterial
- Community-Acquired Pneumonia (CAP)
Pneumonia yang sering diderita oleh anggota masyarakat umumnya
disebabkan oleh Streptococcus pneumonia (suatu pneumokokus) dan
biasanya menimbulkan pneumonia lobar. pneumonia yang disebabkan oleh
pneumokokus terjadi akut, sering disertai dengan gejala menggigil dan
diikuti demam yang tinggi.
- Hospital-Acquired Pneumonia
Penyakit ini sering disebut sebagai pneumonia nosokomial, yaitu pneumonia
yang kejadiannya bermula di rumah sakit. Penyakit ini merupakan penyebab

RISKY GUSHER SAPUTRO / 1601300021


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
kematian yang terbanyak pada pasien rumah sakit. Mikroorganisme
penyebabnya biasanya bakteri gram negative dan stafilokokus.
- Aspiration Pneumonia (Pneumonia Aspirasi)
Aspirasi dapat dikaitkan dengan menyebabkan: obstruksi (tersumbat)
saluran pernapasan, pneumonitis oleh bahan kimiawi (asam lambung, enzim
pencernaan), pneumonitis oleh infeksi, dan tenggelam di air. Predisosisi
pneumonia aspirasi adalah pada pemabuk, epilepsy, pecandu obat
narkotika, anesthesia umum, pemasangan NGT, cerebrovaskuler accident,
penyakit gigi dan periodontal.
2. Pneumonia Pnemosistis
Merupakan penyakit akut dan oportunistik yang disebabkan oleh suatu
protozoa bernama pneumocystis jirovecii sebelumnya dinamai pneumocystis carinii.
Gejalanya berupa dada sesak, exercise intolerance, batuk, dan demam. Pada
keadaan istirahat telah terjadi dipsnea, takipnea, batuk nonproduktif dan tanpa
demam.
3. Pneumonia non bakterial (Pneumonia Atipik)
Yang termasuk grup ini adalah pneumonia yang disebabkan Myicoplasma
pneumonia, Chlamydia psittaci, legionella pneumophila, dan Coxiella burnetti, virus
golongan pneumonia atipik.
D. Patofisiologi
Pada awalnya, alveolus mengandung bakteri cairan oedema, dan beberapa neutrofil.
Eksudasi neutrofil dalam jumlah besar menyebabkan konsolidasi (hepatisasi kelabu) (Sander,
2014). Ada empat stadium pertama, yaitu stadium kongesti, lobus-lobus yang terkena
menjadi berat, merah, dan sembab secara histology dapat terlihat kongesti vascular, dengan
ciran berprotein, beberapa neutrofil dan banyak bakteri di alveolus. Dalam beberapa hari
timbul stadium hepatisasi merah , pada stadium tersebut lobus paru memperlihatkan
eksudat fibrinosa atau fibrinoporulen. Pada stadium berikutnya hepatisasi abu-abu, paru
menjadi kering, abu-abu, dan padat, karena sel darah merah mengalami lisis sementara
eksudat fibrinosa menetap di dalam alveolus. Resolusi berlangsung dalam kasus non
komplikata yang eksudatnya didalam alveolus docerna secara enzimatis dan diserap atau
dibatukkan sehingga arsitektur paru tetap utuh. Reaksi pleura mungkin mereda dengan cara
serupa atau mengalami organisasi, meninggalkan penebalan fibrosa atau perlekatan
permanen (Robbins, 2007).
Mikroorganisme masuk ke dalam paru melalui inhalasi udara, juga dapat melalui
aspirasi dari nasofaring atau orofaring, tidak jarang secara perkontinuitatum dari daerah di
sekitar paru, ataupun malalui penyebaran secara hematogen (Djojodibroto, 2014).
E. Tanda dan Gejala
1. Demam
Sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering terjadi pada usia 6
bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5-40,5 bahkan dengan infeksi ringan.
Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang euforia dan lebih aktif dari
normal, beberapa anak bicara dengan kecepatan yang tidak biasa.
2. Meningismus
Yaitu tanda-tanda meningeal tanpa infeksi meningen. Terjadi dengan awitan demam
yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri dan kekakuan pada punggung dan
leher, adanya tanda kerning dan brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun.
3. Anoreksia
Merupakan hal yang umum yang disertai dengan penyakit masa kanak-kanak.
Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap sampai derajat yang lebih
besar atau lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit, sering memanjang ke
tahap pemulihan.
4. Muntah

RISKY GUSHER SAPUTRO / 1601300021


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
Anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan petunjuk
untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat, tetapi dapat menetap selama
sakit.
5. Diare
Biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering menyertai
infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
6. Nyeri abdomen
Merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan dengan nyeri apendiksitis.
7. Sumbatan nasal
Pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbatoleh pembengkakan mukosa dan
eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan menyusu oada bayi.
8. Keluaran nasal
Sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encerdan sedikit (rinorea) atau kental
dan purulen, bergantung pada tipe dan atau tahap infeksi.
9. Batuk
Merupakan gambaran umum pada penyakit pernafasan. Dapat menjadi bukti hanya
selama fase akut.
10. Bunyi pernafasan
Seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar mengi, krekels.
11. Sakit tenggorokan
Merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang lebih besar. Ditandai dengan
anak akan menolak untuk minum dan makan per oral.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboraturium
- Leukosit 18.000 – 40.000 / mm3
- Hitung jenis didapatkan geseran ke kiri.
- LED meningkat
2. X-foto dada
Terdapat bercak – bercak infiltrate yang tersebar (bronco pneumonia) atau yang
meliputi satu/sebagian besar lobus/lobule (Mansjoer,2000).
G. Penatalaksanaan
Kepada pneumonia yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per-oral
dan tetap tinggal di rumah. Kebanyakan akan memberikan respon terhadap pengobatan dan
keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.
Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara lain:
1. Oksigen 1-2/menit.
2. IVFD dekstrose 10%:NaCl 0,9% = 3:1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah cairan
sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip.
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi gangguan keseimbangan
asam basa dan elektrolit.

Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotik diberikan sesuai hasil
kultur.

Untuk kasus pneumonia community based:

1. Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian.


2. Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian.

Untuk kasus pneumonia hospital based:

1. Sefatoksim 100 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian.


2. Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian (Huda, 2016).

RISKY GUSHER SAPUTRO / 1601300021


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajiaan
Identitas Klien, meliputi :
- Nama/Nama panggilan
- Tempat tgl lahir/usia
- Jenis kelamin
- Agama
- Pendidikan
- Alamat
- Tgl/jam masuk
- Tgl pengkajian
ANAMNESE
Keluhan Utama, merupakan keluhan yang dirasakan klien, sehingga menjadi alasan
klien dibawa ke Rumah Sakit. Riwayat Penyakit Sekarang, kronologis dari penyakit
yang diderita saan ini mulai awal hingga di bawa ke RS
Riwayat Penyakit Yang Lalu : Penyakit apa saja yang pernah dialami klien, baik yang
ada hubungannya dengan penyakit yang diderita sekarang atau tidak ada
hubungannya dengan penyakit yang diderita sekarang, riwayat operasi, dan
termasuk riwayat alergi.
Riwayat Kesehatan Keluarga : Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang
sama?, Penyebab kematian bila ada anggota keluarga yang meninggal?, Apakah ada
jenis penyakit herediter dalam keluarga?
POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN
 Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi ; Mengkaji jenis, jumlah, dan waktu makan
selama di rumah dan di rumah sakit. Pantangan makanan?, Kesulitan menelan,
mengunyah, mual, anoreksia?, Usaha mengatasi kesulitan yang dialami klien?
 Pola Eliminasi ; Mengkaji jumlah, warna, bau, konsistensi, Konstipasi,
Incontinentia,frekuensi, BAB dan BAK klien?, Upaya mengatasi masalah yang dialami
klien ?
 Pola istirahat tidur : Mengkaji waktu mulai tidur, waktu bangun, penyulit tidur, yang
mempermudah tidur, gangguan tidur, pemakaian jenis obat tidur, hal yang
menyebakan klien mudah terbangun?
 Pola kebersihan diri / Personal Hygiene : Mengkaji status kebersihan mulai rambut
hingga kaki, frekuensi mandi, gosok gigi, cuci rambut, potong kuku?
 Aktivitas Lain : Olah raga yang dilakukan, hobby dsb?
RIWAYAT PSIKOLOGIS
1. Status Emosi
Bagaimana ekspresi hati dan perasaan klien, tingkah laku yang menonjol, suasana
yang membahagiakan klien, stressing yang membuat perasaan klien tidak nyaman.
2. Gaya Komunikasi
Apakah klien tampak hati-hati dalam berbicara, apakah pola komunikasinya spontan
atau lambat, apakah klien menolak untuk diajak komunikasi, Apakah komunikasi
klien jelas, apakah klien menggunakan bahasa isyarat.
3. Pola Interaksi
Kepada siapa klien berspon, Siapa orang yang dekat dan dipercaya klien, apakah
klien aktif atau pasif dalam berinteraksi, Apakah tipe kepribadian klien terbuka atau
tertutup.
4. Pola Pertahanan
Bagaimana mekanisme kopping klien dalam mengatasi masalahnya
5. Dampak di Rawat di Rumah Sakit
Apakah ada perubahan secara fisik dan psikologis selama klien di rawat di RS.
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
1. Latar belakang social, budaya dan spiritual klien

RISKY GUSHER SAPUTRO / 1601300021


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
Apakah klien aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, apakah ada konflik social yang
dialami klien, bagaimana ketaatan klien dalam menjalankan agamanya, apakah klien
mempunyai teman dekat yang senantiasa siap membantu.
2. Ekonomi
Siapa yang membiayai perawatan klien selama dirawat, apakah ada masalah
keuangan dan bagaimana mengatasinya
PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL
1. Mengukur Tekanan Darah
Perhatikan karakteristik suara aliran darah dalam arteri berikut :
 Bunyi Korothkof I : Bunyi yang pertama terdengar lemah, nadanya agak tinggi,
terdengar tak-tek….( Suara sistol )
 Bunyi Korothkof II : Adanya bunyi seperti K I, tapi disertai bising, terdengar
tekss..,atau tekrd…
 Bunyi Korothkof III : Adanya bunyi yang berubah menjadi keras, nada rendah
tanpa bising, terdengsr deg..deg…
 Bunyi Korothkof IV : Saat bunyi jelas seperti K III melemah
 Bunyi Korothkof V : Saat bunyi menghilang ( Suara Diastol )
2. Menghitung denyut nadi per-menit, meraba nadi radial yang termudah, bila tidak
teraba nadi carotid atau apical, pada bayi nadi temporal.
3. Menghitung frekuensi pernafasan per menit, dengan menyilangkan tangan klien di
dada amati pergerakan dinding dada klien
4. Mengukur suhu tubuh, pada orang dewasa pada axillar, pada bayi dan anak pada
rectal atau oral, dan pada kondisi yang memerlukan tingkat akurasi yang tinggi pada
orang dewasa bisa per-oral atau per-rektal
KEADAAN UMUM
Menilai keadaan sakit klien dari hasil inspeksi umum, misalkan klien terbaring lemah
di tempat tidur dengan terpasang infuse D5%, pernafasan dyspnoe. Klien dapat
makan sendiri, dan tidak dapat ke kamar mandi.
PEMERIKSAAN INTEGUMENT, RAMBUT DAN KUKU
1. Integument
2. Inspeksi :
- Adakah lesi, warna, jaringan parut, vaskularisasi.
- Warna Kulit :
Coklat, deposit melanin
Biru, Hipoxia jaringan perifer
Merah, peningkatan oxihaemoglobin
Pucat, Anoxia jaringan kulit
Kuning, peningkatan bilirubin indirek dalam darah
3. Palpasi :
- Suhu kulit, tekstur halus/ kasar, torgor / kelenturan keriput /tegang, oedema
derajat berapa?
 Derajat 0 : Kembali spontan
 Derajat 1 : Kembali dalam 1 detik
 Derajat 2 : Kembali dalam 2 detk
 Derajat 3 : Kembali dalam waktu lebih dari 2 detik
4. Pemeriksaan Kuku
Inspeksi dan palpasi
Warna ,bentuk, kebersihan
Bagian –bagian kuku :
 Matrik/ akar kuku : tempat lempeng kuku tumbuh
 Lempeng kuku
 Dasar kuku : berdekatan dengan lempeng kuku
 Jaringan peringeal : terdiri dari ephonicium, perionycium
PEMERIKSAAN KEPALA, WAJAH DAN LEHER

RISKY GUSHER SAPUTRO / 1601300021


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
1. Pemeriksaan Kepala
Inspeksi :
bentuk kepala ( dolicephalus/ lonjong, Brakhiocephalus/ bulat ), kesimetrisan, dan
pergerakan. Adakah hirochepalus/ pembesaran kepala.
Palpasi :
Nyeri tekan, fontanella cekung / tidak ( pada bayi ).
2. Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
Kelengkapan dan kesimetrisan mata
Adakah ekssoftalmus mata menonjol), atau Enofthalmus (mata tenggelam )
Kelopak mata / palpebra : adakah oedem, ptosis, peradangan, luka, atau benjolan
Bulu mata : rontok atau tidak
Konjunctiva dan sclera, adakah perubahan warna, kemerahan ,kuning atau pucat.
Warna iris serta reaksi pupil terhadap cahaya, miosis /mengecil, midriasis/ melebar,
pin point / kecil sekali, nomalnya isokor / pupil sama besar.
Kornea, warna merah biasanya karena peradangan, warna putih atau abu-abu di
tepi kornea ( arcus senilis ), warna biru, hijau pengaruh ras. Amati kedudukan
kornea,
3. Pemeriksaan lapang pandang
Haemi anoxia : klien tidak dapat separoh dari medan penglihatan
Haemoxia : Klien tidak dapat melihat seperempat dari lapang penglihatan
4. Pemeriksaan tekanan bola mata
Dengan mengunakan tonometri atau palpasi bola mata untuk mengetahui adanya
nyeri tekan atau konsistensi bola mata.
5. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi dan palpasi
Amati bagian teliga luar: bentuk, ukuran, warna, lesi, nyeri tekan, adakah
peradangan, penumpukan serumen.
Dengan otoskop periksa amati, warna, bentuk, transparansi, perdarahan, dan
perforasi.
6. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan palpasi
Amati bentuk tulang hidung dan posis septum nasi ( adakah pembengkokan atau
tudak )
Amati meatus, adakah perdarahan, kotoran, pembengkakan, mukosa hidung,
adakah pembesaran ( polip )
7. Pemeriksaan Mulut dan Faring
Inspeksi dan Palpasi
 Amati bibir, untuk mengetahui kelainan konginetal ( labioseisis,
palatoseisis, atau labiopalatoseisis ), warna bibir pucat, atau merah
,adakah lesi dan massa.
 Amati gigi ,gusi, dan lidah, adakah caries, kotoran, kelengkapan, gigi
palsu, gingivitis,warna lidah, perdarahan dan abses.
 Amati orofaring atau rongga mulut, bau mulut, uvula simetris atau tidak
 Adakah pembesaran tonsil, T : 0, Sudah dioperasi, T : 1, Ukuran normal,
T : 2, Pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah, T : 3, Pembesaran
sampai garis tengah, T : 4 , Pembesaran melewati garis tengah
 Perhatikan suara klien ada perubahan atau tidak
 Perhatikan adakah lendir dan benda asing atau tidak
8. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi : Perhatikan ekspresi wajah klien, Warna dan kondisi wajah klien, struktur
wajah klien, sembab atau tidak, ada kelumpuhan otot-otot fasialis atau tidak.
9. Pemeriksaan Leher
Dengan inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :

RISKY GUSHER SAPUTRO / 1601300021


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
1. Bentuk leher simetris atau tidak, ektomorf / kurus ditemukan pada orang
dengan gizi jelek, atau TBC, sedangkan endomorf ditemukan pada klen obesitas,
adakah peradangan ,jaringan parut, perubahan warna, dan massa
2. Kelenjar tiroid, ada pembesaran atau tidak dengan meraba pada suprasternal
pada saat klien menelan, normalnya tidak teraba kecuali pada aorang kurus
3. Vena jugularis, ada pembesaran atau tidak, dengan cara lakukan pembendungan
pada supraclavikula kemudian tekan pada ujung proximal vena jugularis sambil
melepaskan bendungan pada supraclavikula, ukurlah jarak vertical permukaan
atas kolom darah terhadap bidang horizontal, katakanlah jaraknya a Cm di atas
atau di bawah bidang horisontal. Maka nilai tekanan vena jugularisnya adalah :
JVP = 5 – a Cm,( bila di bawah bidang horizontal ) JVP = 5 – a CmHg ( bila di atas
bidang horizontal), normalnya JVP = 5 – 2 CmHg
PEMERIKSAAN PAYUDARA DAN KETIAK
1. Inspeksi
Ukuran payudara, bentuk, dan kesimetrisan, dan adakah pembengkakan. Normalnya
melingkar dan simetris dengan ukuran kecil, sedang atau besar.
Kulit payudara, warna, lesi, vaskularisasi,oedema.
Areola : Adakah perubahan warna, pada wanita hamil lebih gelap.
Putting : Adakah cairan yang keluar, ulkus, pembengkakan
Adakah pembesaran pada kelenjar limfe axillar dan clavikula
2. Palpasi
Adakah secret dari putting, adakah nyri tekan, dan kekenyalan.
Adakah benjolan massa atau tidak
PEMERIKSAAN TORAK DAN PARU
Ispeksi:
- Amati bentuk thorax
- Amati Frekuensi napas, irama, kedalamannya
- Amati tipe pernapasan : Pursed lip breathing, pernapasan diapragma,
penggunaan otot Bantu pernapasan
- Tanda tanda reteraksi intercostalis , retraksi suprastenal
- Gerakan dada
- Adakan tarikan didinding dada , cuping hidung, tachipnea
- Apakah daa tanda tanda kesadaran meenurun

Palpasi :

- Gerakan pernapasan
- Raba apakah dinding dada panas
- Kaji vocal premitus
- Penurunan ekspansi dada

Auskultasi :

- Adakah terdenganr stridor


- Adakah terdengar wheezing
- Evaluasi bunyi napas, prekuensi,kualitas, tipe dan suara tambahan

Perkusi :

- Suara Sonor/Resonans merupakan karakteristik jaringan paru normal


- Hipersonor , adanya tahanan udara
- Pekak/flatness, adanya cairan dalan rongga pleura
- Redup/Dullnes, adanya jaringan padat
- Tympani, terisi udara.

PEMERIKSAAN JANTUNG
1. Inspeksi

RISKY GUSHER SAPUTRO / 1601300021


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
Amati ictus cordis : denyutan dinding torak akibat pukulan ventrikel kiri pada dinding
torak, normalnya pada ICS V Mid clavikula kiriselebar 1 Cm, sulit ditemukan pada
klien yang gemuk.
2. Palpasi
Adanya pulsasi pada dinding torak, normalnya pulsasi tidak ada :
ICS II ( area aorta pada sebelah kanan dan pulmonal pada sebelah kiri )
ICS V Mid Sternalis kiri ( area tricuspidalis atau ventrikel kanan )
ICS V Mid Clavikula kiri ( area Bicuspidalis )
3. Perkusi
Tujuan perkusi adalah untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar,
batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : ICS II Mid sternalis
Batas bawah : ICS V
Batas Kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra
Batas Kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra
4. Auskultasi
Dengarkan BJ I pada ICS IV linea sternalis kiri BJ I Tricuspidalis,
dan pada ICS V Mid Clavicula / Apeks BJ I bicuspidalis terdengar LUB lebih keras
akibat penutupan katub mitral da tricuspidalis.
Dengarkan BJ II pada ICS II linea sternalis kanan BJ II Aorta, dan ICS II atai III linea
sternalis kiri BJ II aorta , terdengar DUB akibat penutupankatup aorta dan pulmonal.
Dengarkan BJ III ( kalau ada ) terdengar di daerah mitral, pada awal diastolic
terdengar LUB-DUB-EE, BJ III terdengar normal pada anak-anak,dewasa muda dan
orang hamil. Bila ada BJ III pada orang dewasa yang disertai dengan
oedema/dipsneu berarti abnormal. BJ III pada klien decompensasi cordis disebut
Gallop Rhythm, yang terjadi akibat getaran karena derasnya pengisian ventrikel kiri
dari atrium kiri dari ruang sempit ke ruang yang lebih lebar.
Dengarkan adanya suara murmur, suara tambahan pada fase sistolik, diastolic akibat
dari getaran jantung atau pembuluh darah karena arus turbulensi darah.
Derajat Murmur :
1 : Hampir tidak terdengar
2 : Terdengar lemah
3 : Agak keras
4 : Keras
5 : Sangat keras
6 : Sampai stetoskop di angkat sedikit suara masih terdengar
PEMERIKSAAN ABDOMEN / PERUT
Khusus untuk pemeriksaan abdomen urutannya dalah inspeksi, auskultasi, palpasi,
dan perkusi ,karena palpasi dan perkusi dapat meningkatkan peristak\ltik usus.
Abdomen terbagi dalam 4 Kuadran dan 9 Regio :
1. Inspeksi
Bentuk abdomen : Membusung, atau datar
Massa / Benjolan : pada derah apa dan bagaimana bentuknya
Kesimetrisan bentuk abdomen
Amati adnya bayangan pembuluh darah vena, kalau terlihat pada bagian atas
abdomen dan mengalir ke bagian yang lebih atas berarti ada obstruksi vena porta
hepatica, kalau tampak pada bagian bawah abdomen menuju ke atas berarti ada
obstruksi pada vena cava inferior, normalnya bila terlihat pembuluh darah pada
abdomen berasal dari bagian tengah menuju ke atas atau ke bawah, dan tidak
terlihat terlalu menonjol.
1. Gambaran normal
2. Gambaran Hipertensi portal
3. Gambaran pbstruksi vena cava inferior
4. Auskultasi

RISKY GUSHER SAPUTRO / 1601300021


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
Untuk mengetahui peristaltic usus atau bising usus. Catat frekuensinya dalam satu
menit, normalnya 5 – 35 kali per menit, bunyi peristaltic yang panjang dan keras
disebut Borborygmi biasanya terjadi pada klien gastroenteritis, dan bila sangat
lambat (meteorismus) pada klien ileus paralitik.
2. Palpasi
Menenyakan pada klien bagian mana yang mengalami nyeri.
Palpasi Hepar :
Atur posisi pasien telentang dan kaki ditekuk
Perawat berdiri di sebelah kanan klien, dan meletakan tangan di bawah arcus costai
12, pada saat isnpirasi lakukan palpasi dan diskripsikan :
Ada atau tidak nyeri tekan, ada atau tidak pembesaran berapa jari dari arcus costae,
perabaan keras atau lunak, permukaan halus atau berbenjol-benjol, tepi hepar
tumpul atau tajam. Normalnya hepar tidak teraba.
Palpasi Lien :
Posis pasien tetap telentang, buatlah garis bayangan Schuffner ari midclavikula kiri
ke arcus costae- melalui umbilicus – berakhir pada SIAS kemudian garis dari arcus
costae ke SIAS di bagi delapan. Dengan Bimanual lakukan palpasi dan diskrisikan
nyeri tekan terletak pada garis Scuffner ke berapa ? ( menunjukan pembesaran lien )
Palpasi Appendik :
Posisi pasien tetap telentang, Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc.
Burney yaitu dengan cara menarik garis bayangan dari umbilicus ke SIAS dan bagi
menjadi 3 bagian. Tekan pada sepertiga luar titik Mc Burney : Bila ada nyeri tekan
,nyeri lepas dan nyeri menjalar kontralateral berarti ada peradangan pada appendik.
Palpasi dan Perkusi Untuk Mengetahui ada Acites atau tidak :
Perkusi dari bagian lateral ke medial, perubahan suara dari timoani ke dullnes
merupakan batas cairan acites
Shiffing Dullnes, dengan perubahan posisi miring kanan / miring ke kiri, adanya
cairan acites akan mengalir sesuai dengan gravitasi, dengan hasil perkusi sisi lateral
lebih pekak/ dullness
Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani.
Palpasi Ginjal :
Dengan bimanual tangan kiri mengangkat ginjal ke anterior pada area lumbal
posterior, tangan kanan diletakan pada bawah arcus costae, kemudian lakukan
palpasi dan diskripsikan adakah nyeri tekan, bentuk dan ukuran.
Normalnya ginjal tidak teraba
PEMERIKSAAN GENETALIA
1. Genetalia Pria
1. Inspeksi :
Amati penyebaran dan kebersihan rambut pubis
Kulit penis dan scrotum adakah lesi, pembengkakan atau benjolan
Lubang uretra adkah penyumbatan, lubang uretra pada bagian bawah ( Hipospadia )
lubang uretra pada batang penis ( Epispadia )
2. Palpasi
Penis : adakah nyeri tekan, benjolan, cairan yang keluar
Scrotum dan testis : Adakah beniolan, nyeri tekan, ukuran penis, testis normalnya
teraba elastis, licin dan tidak ada benjolan.
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :
 Hidrocele : akumulasi cairan serosa diantara selaput visceral dan parietal pada
tunika vaginalis.
 Scrotal Hernia : Hernia dalam scrotum
 Spermatocele : Cysta epididimis, terbentuk karena, adanya obstruksi pada
tubulus/ saluran sperma.
 Epididmal Mass / Nodularyti : Disebabkan adanya neoplasma benaign atau
maligna, syphilis ,atau tuberculosis.

RISKY GUSHER SAPUTRO / 1601300021


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
 Epididmitis : Inflamasi atau infeksi oleh Escherichia coli, Gonorrhoe, atau
Mycobacterium tuberculosis.
 Torsi pada saluran sperma : Axil rotasi atau vuvulus pada saluran sperma
diakibatkan infarktion pada testis.
 Tumor testiscular : tumor pada testis penyebabnya multiple sifatnya biasanya
tidak nyeri.

B. Diagnosa Kepeawatan
1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa oksigen
darah.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.

C. Rencana Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
peningkatan produksi sputum, ditandai dengan:
- Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan.
- Bunyi nafas tak normal.
- Dispnea, sianosis
- Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum

Tujuan : Jalan nafas efektif

Kriteria hasil :

- Batuk teratasi
- Nafas normal
- Bunyi nafas bersih
- Tidak terjadi Sianosis

Intervensi :

Intervensi Rasional
1. Kaji frekuensi/kedalaman 1. Takipnea, pernafasan dangkal
pernafasan dan gerakan dada dan gerakan dada tak simetris
2. Auskultasi area paru, catat area sering terjadi karena
penurunan 1 kali ada aliran udara ketidaknyamanan.
dan bunyi nafas. 2. Penurunan aliran darah terjadi
3. Ajarkan teknik batuk efektif pada area konsolidasi dengan
4. Penghisapan sesuai indikasi. cairan.
5. Berikan cairan sesuai kebetuhan. 3. Batuk adalah mekanisme
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pembersihan jalan nafas alami
pemberian obat sesuai indikasi: untuk mempertahankan jalan
mukolitik nafas paten
4. Merangsang batuk atau
pembersihan jalan nafas suara
mekanik pada faktor yang tidak
mampu melakukan karena
batuk efektif atau penurunan
tingkat kesadaran
5. Cairan (khususnya yang hangat)
memobilisasi dan mengeluarkan
secret
6. Alat untuk menurunkan spasme
bronkus dengan mobilisasi
sekret, analgetik diberikan

RISKY GUSHER SAPUTRO / 1601300021


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
untuk memperbaiki batuk
dengan menurunkan
ketidaknyamanan tetapi harus
digunakan secara hati-hati,
karena dapat menurunkan
upaya batuk/menekan
pernafasan

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa oksigen darah,


gangguan pengiriman oksigen, ditandai dengan :
- Dispnea, sianosis
- Takikardia
- Gelisah/perubahan mental
- Hipoksia

Tujuan : gangguan gas teratasi

Kriteria hasil :

- Tidak nampak sianosis


- Nafas normal
- Tidak terjadi sesak
- Tidak terjadi hipoksia
- Klien tampak tenang

Intervensi :

Intervensi Rasional
1. Kaji frekuensi/kedalaman dan 1. Manifestasi distress
kemudahan bernafas pernafasan tergantung pada
2. Observasi warna kulit, membran indikasi derajat keterlibatan
mukosa dan kuku. Catat adanya paru dan status kesehatan
sianosis perifer (kuku) atau sianosis umum.
sentral. 2. Sianosis kuku menunjukkan
3. Kaji status mental. vasokontriksi respon tubuh
4. Tinggikan kepala dan dorong sering terhadap demam/menggigil
mengubah posisi, nafas dalam dan namun sianosis pada daun
batuk efektif. telinga, membran mukosa dan
5. Kolaborasi Berikan terapi oksigen kulit sekitar mulut
dengan benar misal dengan nasal menunjukkan hipoksemia
plong master, master venturi. sistemik.
3. Gelisah mudah terangsang,
bingung dan somnolen dapat
menunjukkan hipoksia atau
penurunan oksigen serebral.
4. Tindakan ini meningkat
inspirasi maksimal, meningkat
pengeluaran secret untuk
memperbaiki ventilasi tak
efektif.
5. Mempertahankan PaO2 di
atas 60 mmHg. O2 diberikan
dengan metode yang
memberikan pengiriman tepat
dalam toleransi pernapasan.

RISKY GUSHER SAPUTRO / 1601300021


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
3. Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
- Waktu perbaikan infeksi/kesembuhan cepat
- Penularan penyakit ke orang lain tidak ada

Intervensi :

Intervensi Rasional
1. Pantau tanda vital dengan ketat 1. Selama awal periode ini,
khususnya selama awal terapi potensial untuk fatal dapat
2. Tunjukkan teknik mencuci tangan terjadi.
yang baik 2. Efektif berarti menurun
3. Batasi pengunjung sesuai indikasi. penyebaran/perubahan
4. Potong keseimbangan istirahat infeksi.
adekuat dengan aktivitas sedang. 3. Menurunkan penularan
Tingkatkan masukan nutrisi terhadap patogen infeksi lain
adekuat. 4. Memudahkan proses
5. Berikan antimikrobial sesuai penyembuhan dan
indikasi dengan hasil kultur meningkatkan tekanan
sputum/darah misal penicillin, alamiah
eritromisin, tetrasiklin, amikalin, 5. Obat digunakan untuk
sepalosporin, amantadin. membunuh kebanyakan
microbial pulmonia.

RISKY GUSHER SAPUTRO / 1601300021


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG

Anda mungkin juga menyukai