BAB II TB Fix 3
BAB II TB Fix 3
TINJAUAN PUSTAKA
7
8
kuman lebih tahan asam, serta dari berbagai gangguan kimia dan fisik.
Kuman ini juga tahan berada di udara kering dan keadaan dingin
(misalnya di dalam lemari es) karena sifanya yang dormant, yaitu
dapat bangkit kembali dan menjadi lebih aktif. Selain itu, kuman ini
juga bersifat aerob.
Tuberculosis paru merupakan infeksi pada saluran pernafasan
yang vital. Basil mycobacterium masuk kedalam jaringan paru melalui
saluran nafas (droplet infection) sampai alveoli dan terjadilah infeksi
primer (Ghon). Kemudian, dikelenjar getah bening terjadilah primer
kompleks yang disebut tuberculosis primer. Dalam sebagian besar
kasus, bagian yang terinfeksi ini dapat mengalami penyembuhan.
Peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan
spesifik terhadap basil mycobacterium pada usia 1-3 tahun.
Sedangkan post primer tuberculosis (reinfection) adalah peradangan
yang terjadi pada jaringan paru yang disebabkan oleh penularan ulang.
(Ardiansyah, 2012, p.300)
3. Patofisiologi
Kuman tuberculosis masuk ke dalam tubuh melalui udara
pernafasan. Bakteri yang terhirup akan dipindahkan melalui jalan
nafas ke alveoli, tempat dimana mereka berkumpul dan mulai untuk
memperbanyak diri. Selain itu bakteri juga dapat dipindahkan melalui
system limfe dan cairan darah ke bagian tubuh yang lainnya.
System imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi
inflamasi. Fagosit menekan banyak bakteri, limfosit spesifik
tuberculosis menghancurkan bakteri dan jaringan normal.
Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam
alveoli yang dapat menyebabkan bronchopneumonia. Infeksi awal
biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu setelah pemajaman.
Masa jaringan baru yang disebut granuloma merupakan
gumpalan basil yang masih hidup dan sudah mati dikelilingi oleh
makrofag dan membentuk dinding protektif granuloma diubah
9
5. Cara Penularan
Cara penularan TB paru menurut Murwani (2009, p.12) yaitu
melaui jalan pernafasan :
a. Secara langsung yaitu dengan berbicara berhadapan, percikan air
ludah atau air born, berciuman, udara bebas (dalam satu kamar).
Penyakit tuberculosis yang disebabkan oleh kuman mycobacterium
tuberculosis ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang
pasien TBC batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri
tersebut terhirup oleh orang lain saat bernafas. Bila penderita batuk,
bersin, atau berbicara saat berhadapan dengan orang lain, basil
tuberkel tersembur dan terhisap ke dalam paru orang sehat. Masa
inkubasinya selama 3-6 bulan.
b. Secara tak langsung yaitu melalui alat-alat yang tercemar basil,
misalnya makanan/minuman, alat-alat tidur, alat-alat mandi,
saputangan, dan lain-lain. Penyebaran kuman tuberculosis ini
terjadi diudara melalui dahak yang berupa droplet. Pada saat
penderita batuk atau bersin, kuman TB paru dan BTA positif yang
terbentuk droplet yang sangat kecil ini akan beterbangan diudara.
Droplet yang sangat kecil ini kemudian mongering dengan cepat
dan menjadi droplet yang mengandung kuman tuberculosis,
sehingga cepat atau lambat droplet yang mengandung unsur kuman
tuberculosis akan terhirup oleh orang lain. Apabila kuman ini telah
terhirup oleh orang lain dan bersarang di dalam paru-paru
seseorang maka kuman ini akan mulai membelah diri atau
berkembang biak. Dari sinilah akan terjadi infeksi dari satu
penderita ke calon penderita lain (mereka yang telah terjangkit
penyakit).
6. Komplikasi
a. Komplikasi dini
1) Pleuritis
2) Efusi pleura
11
3) Empiema
4) Laryngitis
5) TB usus
b. Komplikasi lanjut
1) Obstruksi jalan nafas
2) Kor pulmonale
3) Amiloidosis
4) Karsinoma paru
5) Sindrom gagal nafas (Ardiansyah, 2012, p.306-307)
7. Penatalaksanaan
a. Secara medis (dengan pengobatan)
1) Melakukan penyelidikan terhadap orang-orang kontak. Perlu
dilakukan tes tuberculin bagi seluruh anggota keluarga. Apabila
cara ini menunjukkan hasil yang negative, perlu diulang
pemeriksaan tiap bulan selama 3 bulan dan perlu penyelidikan
intensif.
2) Petugas kesehatan juga harus segera melakukan pengisolasian
dan pemeriksaan terhadap orang-orang yang terifeksi,, atau
dengan memberikan pengobatan khusus kepada penderita TBC
ini. Pengobatan dengan cara menginap di rumah sakit hanya
dilakukan bagi penderita dengan kategori berat dan
memerlukan pengembangan program pengobatannya, sehingga
tidak dikehendaki pengobatan jalan.
3) Dilakukan pengobatan khusus. Penderita dengan TBC aktif
perlu pengobatan yang tepat, yaitu obat-obatan kombinasi yang
telah ditetapkan dokter untuk diminum dengan tekun dan
teratur selama 6-12 bulan. Perlu diwaspadai adanya kebal
terhadap obat-obat, dengan pemeriksaan penyelidikan oleh
dokter. Tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain untuk
mengobati juga untuk mencegah kematian, mencegah
kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan
12
Rekomendasi dosis
3x 2x
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Loman (2001) dalam Ardiansyah (2012, p.307-308),
pemeriksaan penunjang tuberculosis paru yaitu :
a. Pemeriksaan rontgen toraks
Pemeriksaan rontgen toraks ini sangat berguna untuk mengevaluasi
hasil pengobatan, dimana hal ini bergantung pada tipe keterlibatan
dan kerentanan bakteri tuberkel terhadap OAT (apakah sama
baiknya dengan respon pasien?)
b. Pemeriksaan CT-scan
Pemeriksaan CT-scan dilakukan untuk menemukan hubungan
kasus Tb inaktif/stabil yang ditunjukkan de ngan adanya gambaran
garis-garis fibrotic ireguler, pita parenkimal, klasifikasi nodul dan
adenopati, perubahan kelengkungan berkas bronkho vascular,
bronkhietaksis, serta emfisema perisikatrisial. Pemeriksaan CT-
scan sangat bermanfaat untuk mendeteksi adanya pembentukan
kavitas dan lebih dapat diandalkan dari pada pemeriksaan rontgen
toraks biasa.
c. Radiologi TB paru milier
Hasil pemeriksaan rontgen toraks bergantung pada ukuran dan
jumlah tuberkel milier. Pada beberapa pasien TB milier, tidak ada
lesi yang terlihat pada hasil rontgen toraks, tapi ada beberapa kasus
dimana bentuk milier klasik berkembang seiring dengan perjalanan
penyakitnya.
d. Pemeriksaan laboratorium
Diagnosis terbaik dari penyakit TB diperoleh dengan pemeriksaan
mikrobiologi melalui isolasi bakteri. Untuk membedakan spesies
Mycobacterium yang satu dengan yang lainnya harus dilihat sifat
koloni, waktu pertumbuhan, sifat biokimia pada berbagai media,
perbedaan kepekaan terhadap OAT dan percobaan, serta perbedaan
kepekaan kulit terhaap berbagai jenis antigen Mycobacterium.
Pemeriksaan darah yang dapat menunjang diagnosis TB paru,
15
3. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Wawan dan Dewi (2010,
p.12-14), membagi 6 tingkat pengetahuan. Ada 6 tingkat pengetahuan
yang dicapai dalam domain kognitif yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Tingkat pengetahuan ini adalah mengingat
kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah
dipelajari atau yang telah diterima. Oleh karena itu, ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa
seseorang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan. menyatakan dan
sebagainya.
b. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang
17
5) Fungsi reproduksi
Adalah membina kehidupan keluarga sebagai wahana
pendidikan reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga
maupun keluarga sekitarnya. Memberikan contoh pengalaman
kaidah-kaidah pembetukan keluarga dalam hal usia ,
kedewasaan fisik dan mental, mengamalkan kaidah-kaidah
reproduksi sehat baik yang berkaitan dengan jangka waktu
melahirkan, jarak antara kelahiran dua anak , dan jumlah ideal
anak yang diinginkan dalam keluarga, mengembang kan
kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif
menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
6) Fungsi sosialisasi
Adalah menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan
keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak yang
pertama dan utama, menyadari ,merencanakan , dan
menciptakan kehidupan keluarga sebagai pusat tempat anak
dapat mencari pemecahan masalah dari berbagai konflik dan
permasalahan yang dijumpainya baik lingkungan masyarakat
maupun sekolahnya. Membina proses pendidikan dan
sosialisasi anak tentang hal yang perlu dilakukannya untuk
meningkatkan kemantangan dan kedewasaan baik fisik maupun
mental, yang tidak/kurang diberikan lingkungan sekolah
maupun masyarakat. Membina proses pendidikan dan
sosialisasi yang terjadi dalam keluarga sehingga tidak saja
bermamfaat positif bagi anak, tetapi juga orang tua untuk
perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju
keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
7) Fungsi Ekonomi
Adalah melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun
didalam kehidupan keluarga dalam rangka menopang
perkembangan hidup keluarga, mengelola ekonomi keluarga
23
Auskultasi :
tekanan darah biasanya normal atau mengalami
peningkatan tetapi jarang ditemukan.bunyi jantung
tambahan biasanya tidak didapatkan.
d) Brain (B3)
Kesadaran biasanya compos mentis, pada pengkajian
objektif klien tampak dengak wajah meringis,merintih.
e) Bladder (B4)
Urin berwarna jingga pekat dan berbau menandakan fungsi
ginjal normal pada penderita TB sebagai eksresi dari OAT
terutama rimfamisin
f) Bowel (B5)
Klien biasanya mengalami mual muntah penurunan nafsu
makan dan penuruan berat badan.
g) Bone (B6)
aktivitas sehari-hari terhambat, gejala yang muncul antara
alin kelemahan, kelelahan, insomnia, dan jadwal olahraga
menjadi tak teratur.
7) Pemeriksaan diagnostic
a) Pemeriksaan rontgen thoraks
b) Pemeriksaan laboratorium
Sputum klien, urine, cairan kumbah lambung, bahan bahan
lain (pus, cairan serebrospinal atau sumsum tulang
belakang, cairan pleura, jaringan tubuh, feses, dan sweb
tenggorok.
2. Analisa data
Menurut Effendy (1998) dalam Bakri (2014, p.102), di dalam
menganalisa data ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam melihat
perkembangan kesehatan keluarga dengan masalah kurang
pengetahuan tentang penularan tuberculosis paru, yaitu:
a. Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga
30
b. Kurang/tidak sehat
Kurang/tidak sehat adalah kegagalan dalam memantapkan
kesehatan, antara lain sebagai berikut:
1) Keadaan sakit, baik sesudah maupun sebelum diagnosis
2) Kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang
tidak sesuai dengan pertumbuhan normal
c. Situasi krisis
Situasi krisis adalah saat-saat yang banyak menuntut individu atau
keluarga dalam menyesuaikan diri termasuk juga dalam hal sumber
daya keluarga. Lingkup situasi krisis antara lain : perkawinan,
kehamilan, persalinan, masa nifas, menjadi orang tua, penambahan
anggota keluarga misalnya bayi baru lahir, abortus, anak masuk
sekolah, anak remaja, kehilangan pekerjaan, kematian anggota
keluarga, pindah rumah
Menurut Ayu Komang (2010, p.20-21), Perumusan
problem (P) merupakan respon terhadap gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar. Sedangan etiologi (E) mengacu pada lima tugas
keluarga yaitu :
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah mengenai
bagaimana persepsi terhadap keparahan penyakit, pengertian,
tanda dan gejala, factor penyebab, persepsi keluarga terhadap
masalah
2) Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan mengenai
sejauh mana keluarga memahami mengenai sifat dan luasnya
masalah, masalah dirasakan keluarga, keluarga menyerah
terhadap masalah yang dialami, sikap negative terhadap maslah
kesehatan, kurang percaya terhadap petugas kesehatan,
informasi yang salah.
3) Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit
mengenai bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit, sifat
32
4. Menonjolnya masalah 1
Skala :
Masalah berat harus ditangani 2
Masalah tidak perlu segera ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0
Skoring :