Anda di halaman 1dari 3

Epidemiologi

Sebuah studi post mortem di rumah sakit yang berbasis studi populasi melaporkan
prevalensi antara 400 dan 600 per 100.000. insiden AVM di Antillen Belanda leboh dari 10
tahun yaitu 1,1 per 100.000 penduduk. Sebuah studi yang bebrbasis prospektif dan case
control yang di lakukan di New York, ditemukan tingkat deteksi AVM yaitu 1,34 per
100.000 penduduk. AVM lebih sering diidentifikasi pada seseorang dengan usia yang lebih
muda, dan deteksi pada saat neonatus atau pada bayi sangat langka dalam menemukan
adanya AVM dan usia yang sering ditemukan yaitu pada usia 30 hingga 40 tahun, dan dapat
terjadi pada wanita maupun pria. Asif, K. (2014) ‘Cerebral Arteriovenous Malformation Diagnosis
and Management’, (October). doi: 10.1055/s-0033-1364212.

Diagnosis

Diagnosis AVM biasanya dilakukan dengan pencitraan non-invasif dengan CT-scan


atau MRI, tetapi informasi anatomi dan secara fungsional membutuhkan pemeriksaan dengan
angiografi untuk mendapatkan hasil yang relevan. Asif, K. (2014) ‘Cerebral Arteriovenous
Malformation Diagnosis and Management’, (October). doi: 10.1055/s-0033-1364212.

Diagnosa AVM ditegakkan dengan menggunakan neuroimaging setelah pemeriksaan


terhadap saraf dan pemeriksaan fisik dilakukan. Terdapat 3 teknik utama untuk menegakkan
diagnosa AVM yaitu Computed Tomography (CT), Magnetic Resonance Imaging (MRI),
Cerebral Angiography. CT-scan kepala biasanya merupakan pemeriksaan awal yang
dilakukan karena dapat menunjukan perkiraan dari lokasi perdarahan. Namun MRI lebih
sensitif dari CT-scan karena dapat memberikan informasi yang lebih baik tentang lokasi dari
malformasi tersebut. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih spesifik dari pembuluh darah
AVM dapat menggunakan zat kontras radioaktif yang disuntikkan ke dalam pembuluh darah
yang disebut Computed Tomography Angiogram dan Magnetic Resonance Angiography.
Gambaran terbaik untuk AVM melalui Cerebral Angiography.
Gambaran Umum
Petunjuk diagnostik terbaik “Bag of Black Worm” pada MR dengan minimal atau tanpa efek
massa.
Lokasi :
a. Bisa terjadi dimanapun di otak dan medula spinalis
b. 85% di supratentorial , 15% di fossa posterior
c. 98% soliter, sporadik
d. Jarang : Multipel AVM
Ukuran :
a. Bervariasi mulai dari mikroskopik hingga besar
b. Pada umumnya yang menimbulkan gejala adalah 3-6 cm
Morfologi : membentuk massa yang terdiri dari pembuluh darah.
Imaging Recommendation
a. Imaging terbaik : DSA dengan superselective catherization
b. Saran prosedur : Standard MR (termasuk contrast-enhanced MRA, GRE sequences)
Penggunaan scaning komputer tanpa kontras menghasilkan sensitifitas yang rendah,
namun kalsifikasi dan hipointensitas dapat ditemukan; agar lebih dapat terlihat diakukan
pemberian kontras.
Pencitraan resonansi magnetik (MRI) sangat sensitif, menunjukkan hilangnya sinyal
pada area korteks, umumnya dengan hemosiderin yang menujukkan adanya perdarahan
sebelumnya. MRI juga dapat memberikan informasi penting mengenai lokalisasi dan
topografi dari AVM bila intervensi akan dilakukan.
Arteriografi merupakan standar penting untuk menggambarkan anatomi arteri dan
vena, sebagai tambahan, angiografi yang sangat selektif dapat memberi data penting
mengenai fungsi dan fisiologi untuk analisis klinis tindakan.
CT scan dengan kontras dan didapatkan gambaran malformasi arteri vena pada daerah
parietal kiri, kemudian untuk mengetahui anatominya dilakukan angiografi.

Benndorf G, Campi A, Hell B, et al. 2001. Case report endovascular management of a


bleeding mandibular arteriovenous malformation by transfemoral venous
embolization with nbca. AJNR Am J Neuroradiol 22:359-62.

Geibprasert S, Pongpech S, Jiarakongmun P, Shroff MM, Armstrong DC, Krings T.


2010.Radiologic Assessment of Brain Arteriovenous Malformations: What Clinicians
Need to Know. RadioGraphics 2010; 30; 483-501.

Anda mungkin juga menyukai