KANKER PAYUDARA
Oleh :
Ni Putu Emi Januantari
H1A 014 054
Pembimbing :
dr. Ramses Indriawan, Sp.B(K)Onk
PENDAHULUAN
Kanker payudara adalah kanker yang berkembang dari jaringan payudara. Ini adalah
kanker invasif yang paling umum pada wanita. Faktor risiko untuk mengembangkan kanker
payudara meliputi: jenis kelamin perempuan, obesitas, kurangnya latihan fisik, minum
alkohol, terapi penggantian hormon selama menopause, paparan radiasi, usia menarche dini
dan usia tua (1). Menurut Badan Internasional Penelitian Kanker, kanker payudara adalah
keganasan wanita yang paling umum di Indonesia dan Malaysia. Tingkat standar usia di
kedua negara hampir sama yaitu 36,2 per 100.000 di Indonesia dibandingkan dengan 37 per
100.000 di Malaysia, sedangkan angka kematian adalah 18,6 per 100.000 penduduk di
Indonesia dibandingkan dengan 14,7 per 100.000 penduduk di Malaysia (2). Diperkirakan
hampir 1,7 juta kasus kanker payudara wanita didiagnosis di seluruh dunia selama 2012,
sekitar 43 per 100.000 penduduk. Hampir seperempat (24%) dari semua kanker payudara
didiagnosis di kawasan Asia-Pasifik (sekitar 404.000 kasus pada tingkat 30 per 100.000
penduduk), dengan jumlah terbesar terjadi di China (46%), Jepang (14 %), dan Indonesia
(12%). Kanker payudara adalah jenis kanker yang paling umum di antara wanita di Asia-
Pasifik, terhitung 18% dari semua kanker. Sekitar 522.000 perempuan (13 per 100.000
penduduk) diperkirakan meninggal akibat kanker payudara secara global selama 2012,
termasuk hampir 116.000 kematian (22%) di seluruh kawasan Asia-Pasifik pada tingkat 8 per
100.000 penduduk. Cina menyumbang sekitar 41% dari kematian kanker payudara
perempuan di wilayah tersebut, diikuti oleh Indonesia (17%) dan Jepang (12%) (3).
Terapi pada kanker payudara harus diawali dengan diagnosa yang lengkap dan akurat
yakni dalam penetapan stadium. Diagnosa dan terapi pada kanker payudara dilakukan
dengan pendekatan humanis dan komprehensif. Tujuan dari terapi kanker pada umumnya
dibagi menjadi 2 yakni tujuan kuratif dan tujuan paliatif. Pada tujuan kuratif, harapan terapi
yang diberikan akan memberikan kesembuhan dan memperpanjang surival. Pada tujuan
paliatif dan simptomatik, terapi yang diberikan akan memperbaiki keadaan umum
penderita dengan sedikit harapan memperpanjang survival (4).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Malignant (Carcinoma)
Setiap keganasan dapat dibedakan menjadi 3 gradasi, dimana gradasi merupakan sebuah
keadaan penilaian variasi sel berdasarkan histopatologi untuk menentukan prognosis dan
optimalisasi pengobatan. Gradasi histologi kanker payudara dibuat berdasarkan pembentukan
tubulus, plemorfisme dari nucleus, jumlah mitosis/mitotic rate, dan dibagi menjadi sebagai
berikut:
Gradasi I: terdiferensiasi baik
Gradasi II: terdiferensiasi sedang
Gradasi III: terdiferensiasi buruk
Gradasi X: apabila karena berbagai hal, gradasi histologis tidak dapat dinilai
Kanker payudara dengan grade I atau terdiferensiasi baik mempunyai prognosis yang
lebih baik dibandingkan dengan grade II dan grade III (terdiferensiasi sedang dan
terdiferensiasi buruk).
Catatan: dinding dada termasuk iga/kosta, otot interkostalis dan otot serrratus anterior, tetapi
tidak termasuk otot pektoralis (eksterna ataupun interna).
M = Metastasis jauh
Mx : Metastasis jauh belum dapat dinilai
M0 : Tidak terdapat metastasis jauh
M1 : Terdapat metastasis jauh
Grup Stadium
STADIUM T N M
0 Tis N0 M0
I T1* N0 M0
IIA T0 N1 M0
T1* N1 M0
T2 N0 M0
IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1-N2 M0
IIIB T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
IIIC Tiap T N3 M0
IV Tiap T Tiap N M1
Anamnesis (8)
a. Keluhan di Payudara dan Aksila
Adanya benjolan padat
Ada tidaknya rasa nyeri (awal pertumbuhan KPD sering tidak menimbulkan rasa
nyeri)
Kecepatan tumbuh (agresivitas, doubling time tumor, Gompertz curve)
Nipple discharge (satu sisi, satu muara, warna merah/ darah/ serosanguinous,
disertai masa tumor)
Retraksi papilla mama
Krusta dan eksim yang tidak sembuh pada areola atau papilla mama dengan atau
tampa masa tumor (Paget’s disease)
Kelainan kulit diatas tumor (skin dimpling, ulceration, venous ectasia, peau
d’orange, satellite nodules, krusta)
Perubahan warna kulit
Adanya benjolan di aksila atau di leher/supraklavikula (pembesaran KGB aksila,
supraklavikula)
Edem lengan disertai adanya benjolan di payudara atau aksila ipsilateral
b. Keluhan di tempat lain (berhubungan dengan metastasis)
Nyeri tulang yang terus-menerus dan semakin berat (di daerah vertebra, pelvis,
femur)
Rasa sakit, “nek” dan “penuh” di ulu hati
Batuk yang kronis dan sesak napas
Sakit kepala hebat, muntah dan gangguan sensorium
c. Factor-faktor risiko (terkena kanker payudara/KPD)
Usia penderita (semakin tua semakin meningkat risikonya)
Usia melahirkan anak pertama “aterm” (> 35 tahun semakin tinggi risiko)
Paritas
Riwayat laktasi (tidak laktasi sedikit meningkatkan risiko)
Riwayat menstruasi (menarche yang awal dan menopause yang lambat)
Pemakaian obat-obat hormonal (pil KB, HRT) yang digunakan jangka panjang
Riwayat keluarga dengan KPD (pada keluarga wanita terutama KPD laki-laki
pada keluarga) dan kanker ovarium (family clustering breast cancer and
familial/Hariditary breast cancer, BRCA1 dan BRCA2)
Riwayat operasi tumor payudara jinak seperti atypical ductal hyperplasia,
florid papilloma)
Riwayat operasi kanker ovarium (pada usia muda)
Riwayat radiasi di daerah dada/payudara pada usia muda (radiasi terhadap
Hodgkin disease/Non Hodgkin Lymphoma).
Status lokalis berisi infromasi massa tumor, lokasi tumor, ukuran tumor,
konsistensi tumor, bentuk dan batas tumor, fiksasi tumor ada atau tidak ke kulit
/ m.pectoral / dinding dada, perubahan kulit seperti kemerahan, dimpling,
edema/nodul satelit Peau de orange, ulserasi, perubahan puting susu/nipple
(tertarik / erosi / krusta / discharge).
Status kelenjar getah bening meliputi status KGB daerah axila, daerah
supraclavicular dan infraclavicula bilateral berisi informasi jumlah, ukuran,
konsistensi, terfiksir terhadap sesama atau jaringan sekitarnya.
Status lainnya adalah status pada pemeriksaan daerah yang dicurigai metastasis
yang berisi informasi lokasi pemeriksaan misal tulang, hati, paru, otak, disetai
infomasi keluhan subjektif dari pasien dan objektif hasil pemeriksaan klinisi.
Pemeriksaan Penunjang
Terdapat banyak metode diagnostik untuk mendiagnosis kanker payudara tahap awal,
termasuk mamografi, MRI, ultrasonografi, PET, MI payudara dan biopsi. Tabel 1
membandingkan teknik skrining kanker payudara yang paling umum digunakan dan
keterbatasannya masing-masing (9):
Pemeriksaan Radiologi-Diagnostik/Oncologic Imaging
a. Diharuskan (recommended)
- Mamografi (9, 10,11)
Mamogram tahunan direkomendasikan oleh ACS untuk wanita yang dimulai
pada usia 40 tahun, dan mereka sangat bermanfaat bagi wanita berusia antara 40
dan 74 tahun. Angka mamografi positif palsu dan negatif palsu relatif tinggi,
terutama untuk pasien dengan kepadatan payudara yang padat ( seperti subjek di
bawah 40 tahun). Sensitivitas mamografi terkait dengan usia, etnis, riwayat
pribadi, pengalaman ahli radiologi, dan kualitas teknik. Sensitivitas dapat
berkurang pada kepadatan payudara yang tinggi dan wanita premenopause.
Mamografi memiliki banyak kelemahan seperti penggunaan radiasi pengion, dan
tidak cocok untuk subjek dengan payudara padat, tingkat false-positive dan false-
negative yang relatif tinggi, dan pemeriksaan tidak nyaman. Bahkan, mamografi
hanya mengurangi tingkat kematian kanker payudara sebesar 0,0004%, mungkin
tidak semaksimal yang dipikirkan sebelumnya.
Mammografi digital CE, yang bergantung pada angiogenesis tumor untuk
mendeteksi kanker payudara, baru-baru ini digunakan sebagai alat skrining
payudara tambahan untuk mamografi. Pemeriksaan ini menggunakan suntikan
kontras iodinasi intravena dan menghasilkan radiasi yang sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan mamografi. Mamografi CE meningkatkan sensitivitas dan
kinerja dibandingkan dengan mamografi dan ultrasound, dan telah meningkatkan
akurasi deteksi dibandingkan dengan mamografi.
Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan
payudara yang dikompresi. Mamogram adalah gambar hasil mamografi. Untuk
memperoleh interpretasi hasil pencitraan yang baik, dibutuhkan dua posisi
mamogram dengan proyeksi berbeda 45 derajat (kraniokaudal dan
mediolateralobligue). Mamografi dapat bertujuan skrining kanker payudara,
diagnosis kanker payudara, dan follow up / kontrol dalam pengobatan.
Mammografi dikerjakan pada wanita usia diatas 35 tahun, namun karena payudara
orang Indonesia lebih padat maka hasil terbaik mamografi sebaiknya dikerjakan
pada usia >40 tahun. Pemeriksaan Mamografi sebaiknya dikerjakan pada hari ke
7-10 dihitung dari hari pertama masa menstruasi; pada masa ini akan mengurangi
rasa tidak nyaman pada wanita pada waktu di kompresi dan akan memberi hasil
yang optimal. Untuk standarisasi penilaian dan pelaporan hasil
mamografidigunakan
BIRADS yang dikembangkan oleh American College of Radiology.
Tanda primer berupa:
Densitas yang meninggi pada tumor
Batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi ke jaringan
sekitarnya atau batas yang tidak jelas (komet sign).
Gambaran translusen disekitar tumor
Gambaran stelata.
Adanya mikrokalsifikasi sesuai kriteria Egan
Ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis.
Tanda sekunder:
Retraksi kulit atau penebalan kulit
Bertambahnya vaskularisasi
Perubahan posisi putting
Kelenjar getah bening aksila (+)
Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur
Kepadatan jaringan sub areolar yang berbentuk utas.
2.7 TERAPI
Modalitas terapi pada kanker payudara meliputi pembedahan, radioterapi, kemoterapi,
terapi biologis (terapi target molekul/terapi imunologi), dan terapi hormonal(8) .
1. Pembedahan
Terapi bedah: terutama untuk kanker payudara stadium awal. Tipe
pembedahan :
- Mastektomi radikal (Halstedt Radical Mastectomy)
- Modified Radical Mastectomy (Patey : memotong m. Pectoralis minor untuk
dapat melakukan diseksi axilla sampai level 3)
- Modified Radical Mastectomy (Unchincloss & Maaden) : mempertahankan
m. Pectoralis mayor dan minor)
- Mastektomi simple (Mc Whirter) ditambah radioterapi t.u. pada axilla
- BCS (Breast Conserving Surgery) : eksisi tumor primer dengan atau tanpa
diseksi axilla dan radioterapi.
Pembedahan pada kanker payudara (4):
a. Mastektomi
- Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM) adalah tindakan pengangkatan
tumor payudara dan seluruh payudara termasuk kompleks puting-areola,
disertai diseksi kelenjar getah bening aksilaris level I sampai II secara en bloc.
Indikasi MRM antara lain kanker payudara stadium I, II, IIIA dan IIIB. Bila
diperlukan pada stadium IIIb, dapat dilakukan setelah terapi neoajuvan untuk
pengecilan tumor.
- Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy)
Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan payudara, kompleks puting-
areola, otot pektoralis mayor dan minor, serta kelenjar getah bening aksilaris
level I, II, III secara en bloc. Indikasi mastektomi radikal klasik yakni (1)
Kanker payudara stadium IIIB yang masih operable, atau (2) Tumor dengan
infiltrasi ke muskulus pektoralis mayor
- Mastektomi dengan teknik onkoplasti adalah rekonstruksi bedah yang
dapat dipertimbangkan pada institusi yang mampu ataupun ahli bedah
yang kompeten dalam hal rekonstruksi payudara tanpa meninggalkan prinsip
bedah onkologi. Rekonstruksi dapat dilakukan dengan menggunakan jaringan
autolog seperti flap latissimus dorsi (LD) atau flap transverse rectus
abdominis myocutaneous (TRAM); atau dengan prosthesis seperti silikon.
Rekonstruksi dapat dikerjakan satu tahap ataupun dua tahap, misal dengan
menggunakan tissue expander sebelumnya.
- Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta kompleks
puting- areolar, tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila. Indikasi
mastektomi simple adalah Phyllodes tumour besar, keganasan payudara
stadium lanjut dengan tujuan paliatif menghilangkan tumor, penyakit Paget
tanpa massa tumor, dan DCIS
- Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara,
dengan preservasi kulit dan kompleks puting-areola, dengan atau tanpa diseksi
kelenjar getah bening aksila. Indikasi mastektomi subkutan antara lain
mastektomi profilaktik, dan prosedur onkoplasti.
2. Radioterapi (8)
Radioterapi merupakan terapi loko-regional dan pada umumnya eksternal dengan
Co60 ataupun terapi dengan sinar X. Radioterapi dengan brachytherapy hanya
dikerjakan pada kasus selektif dan hanya pada senter yang mempunyai fasilitas.
Radioterapi dapat dilakukan sebagai:
a. Radioterapi neoadjuvant (sebelum pembedahan)
b. Radioterapi adjuvant (setelah pembedahan)
c. Radioterapi palliative diberikan sebagai terapi paliatif, baik pada tumor primer
ataupun pada metastatis tulang, cerebral, dan sebagainya.
3. Kemoterapi (8)
Kemoterapi diberikan sebagai obat kombinasi. Kombinasi kemoterapi yang telah
menjadi standar adalah:
- CMF (Cyclophosphamide-Methotrexate-5Fluoro Uracil)
- CAF; CEF (Cyclophosphamide-Adriamycin/Epirubicin-5Fluoro Uracil)
- TA (Taxanes-Adriamycin)
- Gapecitabine (Xeloda-oral)
- Beberapa kemoterapi lain, seperti Navelbine, Gemcitabine (+cisplatinum)
digunakan sebagai obat kemoterapi lini ke 3
1. Tanda-Tanda Vital
TD : 150/90
HR : 90 ×/menit
RR : 20 ×/menit
Suhu : 36,80C
3. Kepala – Leher
Inspeksi
Kepala : Normochepali, tidak tampak benjolan atau massa pada kepala, tidak terdapat
kelainan bentuk kepala.
Mata : Konjungtiva palpebra anemis -/-, sclera ikterik -/-, reflek pupil +/+, pupil
bulat isokor.
Wajah : ekspresi dalam batas normal.
Telinga: deformitas (-), otorea (-), massa (-), tanda peradangan (-), simetris kiri dan
kanan.
Hidung : deformitas (-), rhinorrhea (-), deviasi septum (-), sekret (-).
Mulut : bibir sianosis (-), stomatitis (-), lidah berwarna merah muda, atropi papil
lidah (-) tonsil hiperemis (-).
Leher : Massa (-), pembesaran tiroid (-), pembengkakan submadibula (-),
pembesaran KGB (-).
Palpasi
Kepala : Massa (-), nyeri (-).
Mata : dalam batas normal.
Telinga : Massa (-), nyeri (-).
Hidung : krepitasi (-), nyeri (-), massa (-), dalam batas normal.
Leher : Massa (-), pembesaran tiroid (-), pembengkakan submadibula (-)
4. Thoraks
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, retraksi (-), ictus cordis tidak
tampak, tipe pernafasan thorakoabdominal.
Palpasi : pengembangan dinding dada simetris, nyeri tekan (-), krepitasi (-),
ictus cordis teraba.
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi
- Cor : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-).
- Pulmo : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
5. Payudara
Inspeksi :
Payudara sinistra: terdapat eritem pada kulit payudara superior, inferior, lateral dan
media, nipple discharge (+), ulkus (+) mengeluarkan cairan bening (-) dan darah (+),
peau d’orange (+), retraksi papilla (-).
Payudara dextra: Luka (-), nipple discharge (-), perubahan warna kulit (-), ulkus (-),
krusta (-), peau d’orange (-), retraksi papilla (-).
Palpasi :
Payudara sinistra : terdapat massa pada daerah seluruh lobus payudara (superior,
inferior, lateral, dan medial) yang teraba keras, sulit untuk digerakkan, disertai
permukaan yang berbatas tegas dan berbenjol (benjolan-benjolan kecil). Ukuran massa
±12x10 cm. Pembesaran KGB aksila sinistra (+) dengan ukuran ±2x2 cm, mobile (+)
pembesaran KGB infra-klavikula sinistra (-), pembesaran KGB supra-klavikula sinistra
(-).
Payudara dextra : nyeri tekan (-), massa tumor (-), pembesaran KGB aksila dextra (-),
pembesaran KGB infra-klavikula dextra (-), pembesaran KGB supra-klavikula dextra
(-)
6. Abdomen
Inspeksi : distensi (-), jejas (-), skar (-), massa (-), pelebaran vena (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani (+) di seluruh lapang abdomen.
7. Ekstremitas
Atas :
Akral hangat : +/+
Edema : -/-
Deformitas : -/-
Bawah :
Akral hangat : +/+
Edema : -/-
Deformitas : -/-
IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan USG Abdomen (28 Agustus 2018)
Hasil:
Tak tampak lymphonode paraaorta – parailiaca
Tak tampak nodule metastasis pada liver
Fathy liver (+)
Hasil pemeriksaan Rontgen Thorax:
Hasil:
Cor Pulmo dalam batas normal
X. RESUME
Pasien perempuan usia 45 tahun datang ke poli onkologi RSUP NTB karena
mengeluhkan benjolan pada payudara kiri sejak 5 bulan yang lalu. Benjolan tersebut
dirasakan pertama kali berukuran kurang lebih seperti bakso, didekat puting susu, dengan
batas tegas, dapat digerakkan dan tidak terasa nyeri. Benjolan tersebut dirasakan semakin
lama semakin membesar, semakin kencang dan mulai terasa nyeri. Nyeri dirasakan semakin
bertambah 1 bulan terakhir. Benjolan mulai luka sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu.
Riwayat keluar cairan bening dari luka (+), darah (+), nanah (-) bau pada benjolan disangkal
oleh pasien. Benjolan pada daerah lain seperti ketiak maupun sekitar leher disangkal.
Pada palpasi payudara sinistra ditemukan massa pada daerah seluruh lobus payudara
(superior, inferior, lateral, dan medial) yang teraba keras, sulit untuk digerakkan, disertai
permukaan yang berbatas tegas dan berbenjol (benjolan-benjolan kecil). Ukuran massa
±12x10 cm. Pembesaran KGB aksila sinistra (+) dengan ukuran ±2x2 cm, mobile (+)
pembesaran KGB infra-klavikula sinistra (-), pembesaran KGB supra-klavikula sinistra (-).
Pada hasil USG abdomen didapatkan hasil Tak tampak lymphonode paraaorta –
parailiaca, tak tampak nodule metastasis pada liver, fathy liver (+). Rontgen thorax cor pulmo
dalam batas normal.
XII. PLANNING
Biopsi
Kemoterapi Neoadjuvant
XIII. PROGNOSIS
Dubia
DAFTAR PUSTAKA
1. Kabel AM, Baali FH. Breast Cancer : Insights into Risk Factors , Pathogenesis ,
Diagnosis and Management. J Cancer Res Treat [Internet]. 2015;3(2):28–33. Available
from: http://pubs.sciepub.com/jcrt/3/2/3
2. Ng CH, Pathy NB, Taib NA, Teh YC, Mun KS, Amiruddin A, et al. Comparison of
Breast Cancer in Indonesia and Malaysia – A Clinico-Pathological Study Between
Dharmais Cancer Centre Jakarta and University Malaya Medical Centre, Kuala
Lumpur. Asian Pacific J Cancer Prev [Internet]. 2011;12:2943–6. Available from:
https://www.researchgate.net/publication/221680917_Comparison_of_Breast_Cancer_
in_Indonesia_and_Malaysia_-_A_Clinico-
Pathological_Study_Between_Dharmais_Cancer_Centre_Jakarta_and_University_Mal
aya_Medical_Centre_Kuala_Lumpur
3. Youlden DR, Cramb SM, Yip CH, Baade PD. Incidence and mortality of female breast
cancer in the Asia- Pacific region. Cancer Biol Med. 2014;101–15.
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Kanker Payudara. 2017;
5. American Cancer Society. About Breast Cancer. 2017;
6. National Comprehensive Cancer Network. Breast Cancer Early-Stage, Stages I dan II.
NCCN Guidel Patients. 2016;
7. Lee H-B, Han W. Unique Features of Young Age Breast Cancer and Its Management.
Manag Young Age Breast Cancer. 2014;17(4):301–7.
8. Manuaba TW. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid: PERABOI 2010. Jakarta:
Sagung Seto; 2010.
9. Wang L. Early Diagnosis of Breast Cancer. Sensors [Internet]. 2017;(Mi). Available
from: www.mdpi.com/journal/sensors
10. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 1.
EGC, editor. Jakarta; 2006.
11. Bonaccio E, Buys S, Daly MB, Dempsey PJ, Farrar WB, Fleming I, et al. Breast
Cancer Screening and Diagnosis. J Natl Compr Cancer Netw [Internet].
2009;7(10):1060–96. Available from: http://www.jnccn.org/content/7/10/1060.full
12. The California Department of Health Services. A Woman’s Guide To Breast Cancer
Diagnosis And Treatment. Breast Cancer Early Detect Progr.