Anda di halaman 1dari 17

Journal Reading

COMPARISON BETWEEN TOPICAL AND ORAL TRANEXAMIC


ACID IN MANAGEMENT OF TRAUMATIC HYPHEMA

Seyed Hamid Reza Jahadi Hosseini, MD; Mohammad Reza Khalili, MD; Mahmoud
Motallebi, MD

Iran J Med Sci Supplement March 2014; Vol 39 No 2

Oleh
Jihan Istighfaroh
H1A 014 034

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA


BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
2018
DATA JURNAL

Penulis : Seyed Hamid Reza Jahadi Hosseini, MD; Mohammad Reza


Khalili, MD; Mahmoud Motallebi, MD

Judul Tulisan : Comparison Between Topical and Oral Tranexamic Acid In


Management Of Traumatic Hyphema

Asal Jurnal : Iran J Med Sci Supplement March 2014; Vol 39 No 2.


Available from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3993038/

ABSTRAK

Latar belakang: Kami berusaha untuk menentukan efikasi dari asam traneksamat
topikal (5%) dalam penatalaksanaan hifema traumatik.

Metode: Tiga puluh mata dengan hifema traumatik terdaftar dalam penelitian ini.
Para pasien diobati dengan tetes mata asam traneksamat (5%) setiap 6 jam selama 5
hari. Hasil utama yang diukur adalah koreksi ketajaman visual terbaik (BCVA, Best
Corrected Visual Acuity), tekanan intra-okular (TIO/ IOP, Intra-ocular Pressure), hari
dari absorpsi bekuan, dan tingkat perdarahan yang berulang. Parameter-parameter ini
dievaluasi setiap hari selama 4 hari dan setelah itu pada hari ke-8 dan 14 setelah
pengobatan. Para pasien juga dibandingkan dengan dua kelompok kontrol historis
pasien (80 mata) dengan hifema traumatik; kelompok kontrol pertama diobati dengan
plasebo oral dan kelompok lain diobati dengan asam traneksamat oral.

Hasil: Sebelum pengobatan, logaritma rata-rata dari sudut minimum resolusi


(logMAR, logarithm of the minimum angle of resolution) BCVA adalah 0,59 ± 0,62.
BCVA meningkat menjadi 0,08 ± 0,14 pada hari ke 14 (P <0,001) dan TIO rata-rata
sebelum pengobatan adalah 13,7 ± 3,9 mmHg, yang berkurang menjadi 11,4 ± 1,8

1
mmHg pada hari ke 14 (P = 0,004). Perdarahan berulang terjadi pada satu pasien
(3,3%) pada hari ke-4 pasca pengobatan. Perbandingan antara kelompok kasus dan
dua kelompok kontrol historis lainnya sehubungan dengan tingkat perdarahan ulang
menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik antara kelompok kasus dan
kelompok kontrol pertama (P = 0,008) tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan
secara statistik antara kelompok kasus dan kelompok kontrol kedua. (P = 0,25).

Kesimpulan: Asam traneksamat topikal tampaknya memiliki efek yang lebih baik
dalam penatalaksanaan hifema traumatik. Namun, ukuran sampel yang kecil dari
penelitian ini menjadi faktor perancu untuk menarik kesimpulan bahwa asam
traneksamat topikal dapat menggantikan asam traneksamat oral.

Kata kunci : Hifema, Topikal, Asam traneksamat, Penatalaksanaan

PENDAHULUAN

Kami bertujuan untuk menentukan keamanan dan efektivitas asam traneksamat


topikal (5%) dalam pengelolaan pasien dengan hifema traumatik. Sepengetahuan
kami, penelitian ini adalah yang pertama untuk mengevaluasi efektivitas asam
traneksamat topikal dalam pengelolaan pasien dengan hifema.
Hifema didefinisikan sebagai pendarahan di dalam bilik mata anterior. Ini
memiliki etiologi yang berbeda, termasuk trauma, gangguan koagulasi, penyakit
herpes, juvenil xanthogranuloma, retinoblastoma, leukemia, dan rubeosis iridis.
Etiologi yang paling umum adalah trauma okular, dan hifema biasanya terjadi pada
kasus trauma terbuka dan tertutup. Hifema traumatik, terlepas dari ukurannya, sering
terjadi pada pria muda karena cedera pada pembuluh iris perifer atau badan silia
anterior. Salah satu komplikasi yang paling penting dari hifema adalah perdarahan
berulang (perdarahan sekunder), yang terjadi pada 3,5% hingga 38% (kebanyakan
penelitian melaporkan kejadian kurang dari 5%) pasien antara 2 atau 5 hari setelah

2
cedera. Komplikasi yang terkait dengan perdarahan sekunder termasuk glaukoma,
atrofi optik, corneal blood staining, ambliopia, dan sinekia posterior/ anterior.
Komplikasi ini dapat menyebabkan intervensi bedah. Dengan demikian, pencegahan
perdarahan berulang penting dalam penatalaksanaan hifema traumatik. Perdarahan
berulang hasil dari lisis dan retraksi dari pembekuan fibrin yang telah menyumbat
pembuluh yang mengalami perdarahan.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa agen antifibrinolitik sistemik
mengurangi kejadian perdarahan berulang setelah hifema traumatik. Oleh karena itu,
agen antifibrinolitik seperti asam E-aminocaproic dan asam traneksamat mencegah
aktivasi plasminogen. Asam traneksamat 8 hingga 10 kali lebih kuat daripada asam
aminokaproat. Asam traneksamat mencegah lisis bekuan dengan menempati
pengikatan lisin pada plasminogen, plasmin aktif, dan mencegah plasminogen dan
plasmin dari pengikatan ke fibrin, yang diperlukan untuk lisis bekuan darah. Agen
antifibrinolitik dikontraindikasikan dengan adanya pembekuan intravaskular aktif
seperti difusi koagulasi intravaskular (DIC, Divusi Intravascular Coagulation) serta
pada pasien dengan kehamilan, koagulopati, penyakit ginjal, terapi penghambatan
trombosit, dan penyakit hati. Ada kemungkinan reaksi yang merugikan, atau
ketidakcocokan, termasuk mual, muntah, kram otot, sufusi konjungtiva, hidung
tersumbat, sakit kepala, ruam, pruritus, dyspnea, aritmia jantung, hipotensi sistemik,
dan efek samping gastrointestinal. Dalam penelitian kami sebelumnya, kami
menunjukkan bahwa pemberian asam traneksamat topikal efektif dalam
menghasilkan konsentrasi terapeutik intraokular dari obat tanpa toksisitas okular atau
sistemik. Setelah pemberian satu tetes larutan asam traneksamat 5%, konsentrasi
asam traneksamat encer mencapai > 1,5 µg / ml dalam waktu 160 menit dan
kemudian menurun hingga konsentrasi rata-rata 1 µg / ml dalam 300 menit, dan itu
dapat dideteksi hingga 9 jam setelah pemberian.

3
PASIEN DAN METODE PENELITIAN

Ini adalah studi perbandingan yang dilakukan pada 30 mata dengan hifema
traumatik. Untuk semua pasien, pemeriksaan umum dan oftalmik lengkap dilakukan
oleh dokter spesialis mata sebelum pendaftaran. Pasien yang didiagnosis dengan
hifema mikroskopik, ruptur bola mata, atau cedera segmen posterior selain retina
commotio pada kunjungan gawat darurat awal, mereka dengan gangguan sistemik
seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan gangguan koagulatif, mereka yang
menggunakan obat antikoagulan atau memiliki riwayat operasi okular, anak-anak di
bawah 7 tahun, dan wanita hamil dan menyusui dikeluarkan dari penelitian. Koreksi
ketajaman visual terbaik (BCVA) diukur dengan menggunakan Snellen chart. Defek
pupil aferen relatif diperiksa. Slit lamp (HAAG-STREIT, Swiss made) dilakukan, dan
pencatatan persentase dan lokasi layer hifema. Tekanan intra-okular (TIO) diukur
menggunakan Goldmann Applanation Tonometer (HAAG-STREIT, BM900, Swiss
made). Pengukuran hifema dinilai dari derajat 1 sampai 4 menurut tabel 1.
Dalam studi kasus ini, derajat 3 dan 4 dianggap sebagai satu kelompok karena
jumlah pasien yang sedikit. Pemeriksaan fundus (Keeler funduscope, U.K. made)
dilakukan jika dapat terlihat. Untuk semua pasien, aktivitas istirahat (bed rest), posisi
semi duduk, dan pelindung mata direkomendasikan. Pasien diobati dengan asam
traneksamat (5%) tetes mata [satu asam traneksamat ampul (500 mg/ 5ml)
(TRANEXIP), Caspian Tamin Pharmaceutical Co, dalam 5 ml tetes mata air mata
buatan (TEARLOSE) mengandung hidroksipropil metil, selulosa, dan dextran (Sina
Daru Pharmaceutical Co.)] selama 5 hari setiap 6 jam. Jika terdapat abrasi epitel
kornea, tetes mata kloramfenikol ditambahkan setiap 6 jam. Jika TIO> 22 mm Hg,
satu atau dua obat anti-glaukoma topikal ditambahkan. Ukuran hasil utama adalah
BCVA, IOP, hari dari absorpsi bekuan, dan tingkat perdarahan yang berulang.
Parameter-parameter ini dievaluasi setiap hari selama 4 hari dan sesudahnya pada
hari ke-8 dan 14 setelah pengobatan dimulai. Nilai BCVA dan IOP dibandingkan
dengan parameter ini sebelum pengobatan. Dalam setiap kunjungan follow up, pasien

4
ditanya tentang perubahan subjektif atau efek sampingnya dan mereka diperiksa
untuk setiap efek samping okular atau sistemik dari asam traneksamat. Para pasien
dalam penelitian ini dibandingkan (chi-squared test dan t test) dengan dua kelompok
kontrol historis pasien dengan hifema traumatik yang sebelumnya telah diobati/
diberikan perawatan; satu kelompok dengan plasebo oral dan yang lainnya dengan
asam traneksamat oral. Kedua penelitian dilakukan setelah Komite Etika di institusi
kami menyetujui protokol penelitian dan informed consent telah diperoleh dari semua
peserta (nomor kode Komite Etika: 89-01-19-2016). Semua analisis statistik
dilakukan menggunakan software yakni Statistical Package for Social Sciences, versi
16 (SPSS Inc., Chicago, IL, USA). P <0,05 dianggap signifikan secara statistik.

Derajat/ grading hifema


Grade Hifema
1 Jika lapisan darah menempati kurang dari sepertiga dari anterior
chamber
2 Jika lapisan darah mengisi sepertiga hingga setengah dari anterior
chamber
3 Jika lapisan darah mengisi satu setengah hingga kurang dari total
volume anterior chamber
4 Jika ada gumpalan hifema total (bola hitam atau eight-ball
hifema)

HASIL

Tiga puluh mata dari 30 pasien pada usia rata-rata 27,4 ± 10,6 tahun, mulai dari 8
hingga 48, dimasukkan dalam penelitian ini. Dua puluh empat (80%) pasien adalah
laki-laki dan 6 (20%) adalah perempuan. Delapan belas (60%) mata adalah mata
kanan dan 12 (40%) mata kiri. Dua puluh dua (73,3%) pasien dengan derajat 1, 5
(16,7%) dengan derajat 2, dan 3 (10%) mengalami hifema derajat 3. Tidak ada pasien
yang mengalami hifema derajat 4. Rata-rata logaritma dari resolusi sudut minimum

5
(logMAR) BCVA sebelum pengobatan adalah 0,59 ± 0,62, dengan kisaran 0,00
hingga 3,00, yang berubah menjadi 0,08 ± 0,14, berkisar 0,00-0,70, pada hari ke-14
(P <0,001). TIO rata-rata sebelum pengobatan adalah 13,7 ± 3,9 mm Hg, mulai dari 8
hingga 28 mmHg, yang menurun menjadi 11,4 ± 1,8 mmHg, berkisar 9 hingga 16
mmHg pada hari ke 14 (P = 0,004). Hari rata-rata absorpsi bekuan darah adalah 4,1 ±
1,7 hari. Perdarahan berulang hanya terjadi pada satu pasien (3,3%) pada hari ke 4.
Pasien ini mengalami hiperholik tingkat 2 pada awalnya dan asam traneksamat
topikal dimulai 8 jam setelah trauma. Karena perdarahan berulang, pengobatan
konvensional (asam traneksamat oral) dimulai dan logMAR BCVA terakhir adalah
0,1 dan TIO 12 mmHg. Asam traneksamat yang diaplikasikan secara topikal dapat
ditoleransi secara lokal, dan tidak ada pasien yang mengalami efek samping okular
dan sistemik. Pada satu pasien, BCVA pada hari ke 14 berkurang dibandingkan
dengan baseline; evaluasi makula dengan tomografi koherensi optik (OCT, optical
coherence tomography) menunjukkan lubang makula dan pasien dirujuk ke Klinik
Segmen Posterior.
Perbandingan dibuat antara pasien dalam penelitian ini dan dua kelompok
kontrol historis. Kelompok kontrol historis pertama, yang diobati dengan plasebo oral
di departemen ini, terdiri dari 80 pasien [66 (82%) laki-laki dan 18 (18%) perempuan]
dengan hifema pada usia rata-rata 14,8 ± 10,7 tahun (kisaran = 3 -58 tahun) dengan
ras dan karakteristik demografi yang sama. Dua puluh satu (26%) pasien dalam
kelompok ini mengalami perdarahan berulang; oleh karena itu, ada perbedaan yang
signifikan secara statistik antara kelompok kasus dan kelompok kontrol ini dalam hal
tingkat perdarahan ulang (P = 0,008). Kelompok kontrol historis kedua, yang diobati
dengan asam traneksamat oral di departemen ini, terdiri dari 80 pasien [63 (79%)
laki-laki dan 17 (21%) perempuan] dengan hifema pada usia rata-rata 14,9 ± 12,6
tahun (kisaran = 1 hingga 65 tahun) dengan ras dan karakteristik demografi yang
sama. Delapan (10%) pasien dalam kelompok ini mengalami perdarahan ulang;
sebagai hasilnya, tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara

6
kelompok kasus dan kelompok kontrol historis ini berkaitan dengan tingkat
perdarahan ulang (P = 0,25) (tabel 2 hingga 5)

7
PEMBAHASAN

Penelitian ini dapat memberikan bukti bahwa asam traneksamat topikal aman
dan bisa menjadi alternatif yang efektif untuk pengobatan oral untuk mengurangi
kejadian perdarahan sekunder di hifema traumatik. Menurut hasil, hari rata-rata
absorpsi bekuan adalah 4,1 ± 1,7 hari dan perdarahan berulang hanya terjadi pada
satu pasien (3,3%) pada hari ke-4. Perbandingan (kekuatan untuk chi squared test
88,5%) dari tingkat perdarahan ulang antara pasien dalam penelitian ini (1/30) dan
kelompok kontrol historis pertama [terdiri dari 80 pasien dengan hifema yang diobati
dengan plasebo oral di departemen kami (26/80)] menunjukkan perbedaan yang
signifikan secara statistik. Sebaliknya, perbandingan (kekuatan untuk chi squared test
54,8%) dari tingkat perdarahan ulang antara kelompok kasus dan kelompok kontrol
historis kedua [terdiri dari 80 pasien dengan hifema diobati dengan asam traneksamat
oral di departemen kami (8/80) menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan
secara statistik. Meskipun asam traneksamat topikal terbukti efektif dalam
penanganan hifema traumatik, tetapi tidak dapat menjadi pengganti tertentu untuk
asam traneksamat oral karena jumlah kasus yang kecil.
Pemberian secara oral adalah rute utama pemberian obat; Namun demikian,
obat yang diberikan secara oral harus mencapai jaringan intraokular dan cairan
melalui sirkulasi darah. Selain itu, karena hambatan darah-okular, sejumlah besar

8
obat dan pemberian yang sering diperlukan untuk mempertahankan konsentrasi
terapeutik, yang dapat mengakibatkan intoleransi obat karena efek samping yang
serius. Pemberian obat lokal atau organ tertentu didasarkan karena potensi untuk
mengurangi atau menghilangkan toksisitas sistemik dan untuk meningkatkan
kemanjuran terapeutik. Mata adalah salah satu bagian paling ideal di tubuh manusia
untuk pengiriman obat langsung karena struktur intraocular relatif mudah diakses.
Meskipun demikian, mereka terisolasi dari sirkulasi sistemik oleh hambatan darah-
okular. Hambatan-hambatan ini meminimalkan absorpsi sistemik dan efek samping.
Untuk membenarkan pemberian topikal asam traneksamat, pertanyaan penting adalah
apakah fibrinolisis terjadi pada sisi aqueous atau vaskular dari bekuan. Asam
traneksamat topikal mungkin merupakan alternatif yang menarik untuk penanganan
sistemik dalam pengobatan hifema traumatik, tetapi kemanjuran pengobatan topikal
masih dipertanyakan. Jawaban untuk pertanyaan ini menentukan apakah asam
traneksamat harus mencapai vaskular atau sisi intraokular. Aktivator plasminogen
jaringan dan aktivator plasminogen urokinase normalnya ada dalam humor aqueous
dan plasminogenesis intensif juga ada dalam humor aqueous. Aktivitas inhibitor
aktivator plasminogen dalam humor aqueous dapat diabaikan. Konsentrasi tinggi dari
produk degradasi fibrin ada dalam aqueous pasien dengan perdarahan ulang setelah
hifema traumatik. Selanjutnya, agen antifibrinolitik penting lainnya, asam
aminocaproic, ketika diterapkan secara topikal pada model hewan dan manusia,
efektif dalam pencegahan perdarahan ulang pada pasien hifema traumatik.
Berdasarkan bukti tersebut, asam traneksamat topikal mungkin efektif dalam
pencegahan perdarahan berulang pada pasien dengan hifema traumatik. Pertanyaan
lain yang harus dijawab adalah apakah pemberian asam traneksamat topikal efektif
dalam menghasilkan konsentrasi intraokular terapeutik. Astedt melaporkan bahwa
konsentrasi terapi asam traneksamat dalam serum adalah 8-10 micgr/ ml dan
konsentrasi air adalah 10% dari konsentrasi serum. Oleh karena itu, 0,8-1 micgr/ ml
konsentrasi aqueous dari obat itu cukup untuk mencegah fibrinolisis pada pasien
dengan hifema. Bramsen menunjukkan bahwa konsentrasi air, diikuti oleh dosis

9
tunggal asam traneksamat oral (25 mg/ kg), adalah 1,6 micgr/ ml setelah 3 jam.
Dalam penelitian kami sebelumnya, kami menunjukkan bahwa konsentrasi air dari
obat setelah pemberian satu tetes larutan asam traneksamat 5% lebih tinggi dari 1,5
micgr/ ml hingga 160 menit, dan 1 micgr/ ml pada 300 menit tetap hampir tidak
berubah hingga 9 jam setelah pemberian. Dengan demikian, tampaknya pemberian
topikal asam traneksamat efektif dalam memberikan konsentrasi intraokular
terapeutik yang adekuat.
Hasil penelitian ini jelas menunjukkan efektivitas asam traneksamat topikal
dalam pencegahan perdarahan ulang pada pasien dengan hifema traumatik. Di antara
populasi penelitian kami, tingkat perdarahan ulang adalah 3,3%, yang mirip dengan
tingkat perdarahan ulang pada penelitian sebelumnya yang menggunakan asam
traneksamat oral, asam aminokaproid sistemik, asam aminokaproat topikal, dan
kortikosteroid sistemik untuk mencegah perdarahan ulang pada pasien dengan hifema
traumatik. (Tingkat perdarahan ulang adalah 3% hingga 30% dalam penelitian ini.)
Tidak ada efek samping okular yang terdeteksi, dan asam traneksamat yang
diaplikasikan secara baik dapat ditoleransi dengan baik tanpa bukti toksisitas
sistemik.
Kecilnya jumlah kasus dan perbedaan usia rata-rata antara kedua kelompok
dapat dianggap sebagai keterbatasan penelitian ini. Meskipun beberapa bias ada, kami
membandingkan setiap pasien sebelum dan sesudah pengobatan. Studi uji klinis
double-masked trial dengan jumlah kasus yang lebih banyak diminta untuk
mengkonfirmasi temuan penelitian ini.

KESIMPULAN
Penelitian ini memberikan bukti bahwa asam traneksamat topikal tampaknya
efektif dalam penatalaksanaan hifema traumatik. Namun, ukuran sampel kecil kami
menghalangi kesimpulan bahwa asam traneksamat topikal dapat menggantikan asam
traneksamat oral.

10
RINGKASAN PEMBACA

Hifema didefinisikan sebagai pendarahan di dalam bilik mata anterior. Etiologi


dari hifema ini beragam, termasuk trauma, gangguan koagulasi, penyakit herpes,
juvenil xanthogranuloma, retinoblastoma, leukemia, dan rubeosis iridis. Etiologi yang
paling umum adalah trauma okular, dan hifema biasanya terjadi pada kasus trauma
terbuka dan tertutup.
Hifema traumatik, biasanya sering terjadi pada pria muda karena cedera pada
pembuluh iris perifer atau badan silia anterior. Salah satu komplikasi yang paling
penting dari hifema adalah perdarahan berulang (perdarahan sekunder), yang terjadi
pada 3,5% hingga 38% (kebanyakan penelitian melaporkan kejadian kurang dari 5%)
pasien antara 2 atau 5 hari setelah cedera.
Komplikasi yang terkait dengan perdarahan sekunder termasuk glaukoma, atrofi
optik, corneal blood staining, ambliopia, dan sinekia posterior/ anterior. Komplikasi
ini dapat menyebabkan intervensi bedah. Dengan demikian, pencegahan perdarahan
berulang penting dalam penatalaksanaan hifema traumatik. Perdarahan berulang hasil
dari lisis dan retraksi dari pembekuan fibrin yang telah menyumbat pembuluh yang
mengalami perdarahan.
Asam traneksamat mencegah lisis bekuan dengan menempati pengikatan lisin
pada plasminogen, plasmin aktif, dan mencegah plasminogen dan plasmin dari
pengikatan ke fibrin, yang diperlukan untuk lisis bekuan darah. Agen antifibrinolitik
dikontraindikasikan dengan adanya pembekuan intravaskular aktif seperti difusi
koagulasi intravaskular (DIC, Divusi Intravascular Coagulation) serta pada pasien
dengan kehamilan, koagulopati, penyakit ginjal, terapi penghambatan trombosit, dan
penyakit hati.
Penelitian ini adalah perbandingan yang dilakukan pada 30 mata dengan hifema
traumatik. Untuk semua pasien, pemeriksaan umum dan oftalmik lengkap dilakukan
oleh dokter spesialis mata sebelum pendaftaran. Pasien yang didiagnosis dengan
hifema mikroskopik, ruptur bola mata, atau cedera segmen posterior selain retina

11
commotio pada kunjungan gawat darurat awal, mereka dengan gangguan sistemik
seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan gangguan koagulatif, mereka yang
menggunakan obat antikoagulan atau memiliki riwayat operasi okular, anak-anak di
bawah 7 tahun, dan wanita hamil dan menyusui dikeluarkan dari penelitian. Koreksi
ketajaman visual terbaik (BCVA) diukur dengan menggunakan Snellen chart. Defek
pupil aferen relatif diperiksa. Slit lamp (HAAG-STREIT, Swiss made) dilakukan, dan
pencatatan persentase dan lokasi layer hifema. Tekanan intra-okular (TIO) diukur
menggunakan Goldmann Applanation Tonometer (HAAG-STREIT, BM900, Swiss
made). Pengukuran hifema dinilai dari derajat 1 sampai 4.
Pasien diobati dengan asam traneksamat (5%) tetes mata [satu asam traneksamat
ampul (500 mg/ 5ml) (TRANEXIP), Caspian Tamin Pharmaceutical Co, dalam 5 ml
tetes mata air mata buatan (TEARLOSE) mengandung hidroksipropil metil, selulosa,
dan dextran (Sina Daru Pharmaceutical Co.)] selama 5 hari setiap 6 jam. Jika terdapat
abrasi epitel kornea, tetes mata kloramfenikol ditambahkan setiap 6 jam. Jika TIO>
22 mm Hg, satu atau dua obat anti-glaukoma topikal ditambahkan. Ukuran hasil
utama adalah BCVA, IOP, hari dari absorpsi bekuan, dan tingkat perdarahan yang
berulang.
Parameter-parameter ini dievaluasi setiap hari selama 4 hari dan sesudahnya pada
hari ke-8 dan 14 setelah pengobatan dimulai. Nilai BCVA dan IOP dibandingkan
dengan parameter ini sebelum pengobatan. Dalam setiap kunjungan follow up, pasien
ditanya tentang perubahan subjektif atau efek sampingnya dan mereka diperiksa
untuk setiap efek samping okular atau sistemik dari asam traneksamat. Para pasien
dalam penelitian ini dibandingkan (chi-squared test dan t test) dengan dua kelompok
kontrol historis pasien dengan hifema traumatik yang sebelumnya telah diobati/
diberikan perawatan; satu kelompok dengan plasebo oral dan yang lainnya dengan
asam traneksamat oral.
Penelitian ini dapat memberikan bukti bahwa asam traneksamat topikal aman
dan bisa menjadi alternatif yang efektif untuk pengobatan oral untuk mengurangi
kejadian perdarahan sekunder di hifema traumatik. Menurut hasil, hari rata-rata

12
absorpsi bekuan adalah 4,1 ± 1,7 hari dan perdarahan berulang hanya terjadi pada
satu pasien (3,3%) pada hari ke-4. Meskipun asam traneksamat topikal terbukti
efektif dalam penanganan hifema traumatik, tetapi tidak dapat menjadi pengganti
tertentu untuk asam traneksamat oral karena jumlah kasus yang kecil.
Penelitian ini memberikan bukti bahwa asam traneksamat topikal tampaknya
efektif dalam penatalaksanaan hifema traumatik. Namun, ukuran sampel kecil pada
penelitian ini menghalangi kesimpulan bahwa asam traneksamat topikal dapat
menggantikan asam traneksamat oral.

13
LAPORAN ANALISA JURNAL READING
Topik No Keterangan Halaman dan penjelasan
Judul dan 1 a. Menjelaskan tujuan, Ya, pada abstrak jurnal menjelaskan
abstrak metode, hasil tujuan, metode, hasil penelitian secara
penelitian ringkas
Dijelaskan di halaman awal secara
b.Memberikan ringkasan lengkap serta memberikan ringkasan
yang informatif dan yang sesuai dengan hasil yang
didapatkan di penelitian.
seimbang atas apa
yang dilakukan dan
apa yang ditemukan
Introduksi
Latar belakang 2 Menjelaskan latar Ya, pada halaman awal dijelaskan bahwa
belakang yang ilmiah hifema didefinisikan sebagai pendarahan
dan rasional mengapa di dalam bilik mata anterior. Dijelaskan
penelitian perlu etiologi dan bagaimana asam
dilakukan traneksamat itu terlebih dahulu.
Tujuan 3 Menentukan tujuan Ya, pada halaman awal pada jurnal ini
spesifik, termasuk disampaikan bahwa tujuan penelitian ini
hipotesis yang diajukan adalah untuk menentukan efikasi dari
asam traneksamat topikal (5%) dalam
penatalaksanaan hifema traumatik..
Metodelogi penelitian
Desain 4 Menjelaskan desain Ya, pada jurnal ini disebutkan bahwa
penelitian yang penelitian ini menggunakan desain
digunakan penelitian studi komparatif/
perbandingan.
Populasi 5 Menjelaskan bagaimana Ya, pada jurnal ini disampaikan bahwa
populasi ditentukan populasi penelitian adalah pasien yang
datang dan diperiksa dan didiagnosis
hifema traumatik.
Subyek 6 Kriteria subyek Ya, pada jurnal ini disampaikan bahwa
penelitian penelitian kriteria eksklusi pada penelitian ini.

Besar sampel 7 Menjelaskan kriteria Tidak, tidak dijabarkan secara jelas


penentuan sampel mengenai kriteria penentuan besar
minimal yang sampel, metode sampling, dan kriteria
diperlukan untuk pengambilan sampel karena
menghasilkan kekuatan kemungkinan subjek penelitian ini
penelitian adalah semua populasi penelitian.
Prosedur 8 Menjelaskan secara
penelitian rinci dan sistematik Ya. Pada penelitian dijabarkan prosedur
prosedur penelitian penelitian yaitu dengan teknik
(teknik pengambilan retrospektif dengan jarak waktu yang

14
data)
telah disepakati sebelumnya.dan diolah
dengan SPSS

Rancangan 9 Menjelaskan rancangan Tidak, tidak ada penjelasan mengenai


penelitian penelitian rancangan penelitian yang dilakukan.
Teknik analisa 10 Teknik analisa data Ya. Analisa data pada penelitian ini
data yang digunakan untuk menggunakan shi squared test dan t test.
membandingkan hasil
penelitian
Alur penelitian 11 Menjelaskan waktu Tidak, tidak dijelaska kapan waktu
penelitian penelitian pada jurnal ini.
Hasil
Outcome dan 12 Untuk outcome hasil Hasil penelitian hanya dijabarkan secara
estimasi penelitian deskriptif dalam bentuk persentase dan
penelitian dilampirkan dalam bentuk tabel.
Diskusi
Interpretasi 13 Interpretasi hasil Interpretasi hasil hanya dibandingkan
hasil penelitian dengan penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya serta hal
yang dapat menyebabkan adanya
perbedaan persentase dibanding
penelitian lainnya. Selain itu, juga
dibahas mengenai kemungkinan etiologi
yang menyebabkan hifema traumatik
serta perbandingan asam traneksamat
Generalizability 14 Apa hasil bisa Ya, hasil ini bisa digeneralisasikan di
digeneralisasikan di masyarakat. Tapi alangkah baiknya jika
masyarakat ada penelitian lanjutan karna jumlah
sampel pada penelitian ini sangatlah
minimal.
Overall 15 Interpretasi umum Penelitian ini menggunakan literatur dan
evidence terhadap hasil dalam data penelitian yang telah dilakukan
konteks penelitian sebelumnya sebagai bukti yang
menguatkan bagaimana asam
traneksamat mempengaruhi hifema
traumatik.

Kelebihan Penelitian

1. Judul dan abstrak memberikan ringkasan yang informatif dan seimbang atas
apa yang dilakukan dan apa yang ditemukan di penelitian.
2. Latar belakang dan tujuan penelitian dijabarkan secara cukup jelas.
3. Bahasa pada penelitian ini cukup ringan dan mudah untuk dibaca.

15
4. Jurnal ini menjelaskan metode penelitian.
5. Penelitian menyampaikan prosedur penelitian yang terdiri dari pengisian
kuesioner dan pemeriksan tajam penglihatan, sampai pengolahan datanya.
6. Penelitian ini menjelaskan teknik analisa data secara rinci.
7. Data dalam penelitian ini merupakan data primer jadi hasil penelitian lebih
akurat.

Kekurangan Penelitian
1. Terdapat bias karena subjektifitas pasien berbeda-beda untuk outcome dari
asam traneksamat.
2. Jurnal ini tidak menjelaskan kriteria inklusi dan eksklusi yang digunakan
secara jelas.
3. Pada jurnal ini variabel penelitian tidak dirinci dengan jelas.
4. Penelitian ini jumlah sampelnya sedikit.
5. Kurangnya penjelasan di tiap masing-masing subjek yang akan dibahas.

16

Anda mungkin juga menyukai