Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran
atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang biasa diukur dengan ukuran berat, ukuran
panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik.
1. Masa pranatal
a. Masa mudigah/embrio : konsepsi – 8 minggu
b. Masa janin/fetus : 9 minggu – lahir
2. Masa bayi : usia 0 -1 tahun
a. Masa neonatal dini : usia 0 – 28 hari
Masa neonatal dini : 0 - 7 hari
Masa neonatal lanjut : 8 – 28 hari
b. Masa pasca neonatal : 29 – 1 tahun
3. Masa pra-sekolah : usia 1 – 6 tahun
4. Masa sekolah : usia 6 – 18/20 tahun
a. Masa pra-remaja : usia 6 – 10 tahun
b. Masa remaja :
1) Masa remaja dini
Wanita, usia 8 – 13 tahun
Pria, usia 10 – 15 tahun
2) Masa remaja lanjut
Wanita, usia 13 – 18 tahun
Pria, usia 15 – 20 tahun
5. Masa dewasa :
Masa dewasa muda : usia 18 – 25/29 tahun
Masa usia dewasa penuh : 25 – 60 tahun
6. Masa lanjut usia : 60 – 80 tahun atau lebih
3. Kepala
Lingkar kepala pada waktu lahir rata-rata 34 cm dan besarnya lingkar kepala ini lebih
besar dari lingkar dada. Pada anak umur 6 bulan lingkar kepala rata-ratanya adalah 44 cm,
umur 1 tahun 47 cm, 2 tahun 49 cm dan dewasa 54 cm. Jadi pertambahan lingkar kepala
pada 6 bulan pertama ini adalah 10 cm, atau sekitar 50% dari pertambahan lingkar kepala
dari lahir sampai dewasa terjadi pada 6 bulan pertama.
Pertumbuhan tulang kepala mengikuti pertumbuhan otak, demikian pula sebaliknya.
Pertumbuhan otak yang tercepat terjadi pada trimestcr ketiga kehamilan sampai 5-6 bulan
pertama setelah lahir. Pada masa ini terjadi pembelahan sel-sel otak yang pesat, setelah itu
pembelahan melambat dan terjadi pembesaran sel-sel otak saja. Sehingga pada waktu lahir
berat otak bayi 1/4 berat otak dewasa, tetapi jumlah selnya sudah mencapai % jumlah sel
otak orang dewasa.
4. Gigi
Gigi pertama tumbuh pada uinur 5-9 bulan, pada umur 1 tahun sebagian besar anak
mempunyai 6-8 gigi susu. Selama tahun kedua gigi tumbuh lagi 8 biji, sehingga jumlah
seluruhnya sekitar 14-16 gigi, dan pada umur 2'A tahun sudah terdapat 20 gigi susu.
5. Jaringan lemak
Selain otot-otot, jaringan lemak juga menentukan ukuran dan bentuk tubuh seseorang.
Pertambahan jumlah sel lemak meningkat pada trimester III kehamilan sampai pertengahan
masa bayi. Setelah itu jumlah sel lemak tidak banyak bertambah. Banyak dan besarnya sel
lemak menentukan gemuk atau kurusnya seseorang. Pertumbuhan jaringan lemak melambat
sampai anak berumur 6 tahun, anak kelihatan kurus/langsing. Jaringan lemak akan
bertambah lagi pada anak perempuan umur 8 tahun dan pada anak laki-laki umur 10 tahun
sampai menjelang awal pubertas. Setelah itu pertambahan jaringan pada pria mengurang,
sedangkan pada wanita terus bertambah dan mengalami reorganisasi hingga dicapai bentuk
tubuh wanita dewasa. Untuk mengukur tebalnya jaringan lemak, yaitu dengan mengukur
tebalnya lipatan kulit.
6. Organ-organ tubuh
Pertumbuhan organ-organ tubuh mengikuti polanya sendiri-sendiri.Yang mengikuti
pertumbuhan pola umum adalah tulang panjang, otot skelet (pada neonatus 20-25% berat
badan, setelah dewasa 40% berat badan), sistem pencernaan, pernafasan, peredaran darah
dan volume darah.
Perkembangan otak bersama-sama tulang tengkorak yang melindunginya, mata dan
telinga berlangsung lebih dini. Berat otak waktu lahir 25% berat otak dewasa, pada umur 2
tahun 75% dan pada umur 10 tahun sudah 95% berat otak dewasa.
Pertumbuhan jaringan limfoid agak berbeda dari bagian tubuh lainnya, pertumbuhan
mencapai maksimum sebelum adolesensi kemudian menurun hingga mencapai ukuran
dewasa.
Organ-organ reproduksi mengikuti pola genital, dimana pertumbuhannya lambat pada
pra-remaja, kemudian disusul pacu tumbuh adolesen yang pesat.
Pada masa remaja terjadi perbedaan lebih lanjut pada pertumbuhan tungkai memanjang
dan melebar, pertumbuhan terus berlangsung sampai epifise menutup dan pertumbuhan
tinggi berhenti. Pada anak laki-laki pacu tinggi badan dimulai kira-kira setahun setelah
pembesaran testis dan mencapai puncak pada tahun berikutnya bila pertumbuhan penis
mencapai maksimum dan rambut pubis pada stadium 3-4.
Pada anak perempuan tanda pubertas pertama pada umumnya adalah pertumbuhar
payudara stadium 2 atau disebut "breast bud" yaitu terdiri dari penonjolan puting disertai
pembesaran areola mamae sekitar umur 8-12 tahun. Haid pertama (menarche) terjadi pada
stadium lanjut dari pubertas dan sangat bervariasi pada umur berapi masing-masing individu
mengalaminya, rata-rata pada umur 10,5-15,5 tahun. Hubungan antara “menarche” dan
pacu/spurt tinggi badan sangat erat. Haid pertama pada setiap anak perempuan terjadi bila
kecepatan pertumbuhan tinggi badab mulai menurun.
Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya
potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi
bawaan sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan
ingkungan ’bio-fisiko-psiko-sosial” yang mempengaruhi individu setiap iitiii, mulai (lari
konsepsi sampai akhir hayatnya.
Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi:
Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan (Faktor
pranatal).
Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (Faktor postnatal).
a) Faktor lingkungan pranatal
Faktor lingkungan pranatal yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin
mulai dari konsepsi sampai lahir, antara lain adalah:
1) Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang
hamil, lebih sering menghasilkan bayi berat badan lahir rendah atau lahir mati dan
jarang menyebabkan cacat bawaan. Disamping itu dapat pula menyebabkan hambatan
pertumbuhan otak janin, anemia pada bay, baru lahir, bayi baru lahir mudah terkena
infeksi, abortus, dan sebagainya.
2) Mekanisme
Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada
bayi yang dilahirkan. Demikian pula dengan posisi janin pada uterus dapat
mengakibatkan talipes, dislokasi panggul, tortikolis kongenital, palsi fasialis, atau
kranio tabes.
3) Toksin / zat kimia
Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-zat teratogen.
Misalnya obat-obatan seperti thalidomide, phenitoin, methadion, obat-obat anti kanker,
dan lain sebagainya dapat menyebabkan kelainan bawaan. Demikian pula dengan ibu
hamil yang perokok berat/peminum alkohol kronis sering melahirkan bayi berat badan
lahir rendah, lahir mati, cacat, atau retardasi mental.
Keracunaan logam berat pada ibu hamil, misalnya karena makan ikan yang ter-
kontaminasi merkuri dapat menyebabkan mikrosefali dan palsi serebralis, seperti di
Jepang yang dikena! dengan penyakit Minamata.
4) Endokrin
Hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin, adalah soraa-
totropin, hormon plasenta, hormon tiroid, insuiin dan peptida-peptida lain dengan aktivitas
mirip insulin (Insulin-like growthfactors/IGFs).
Somatotropin (growth hormone) disekresi oleh kelenjar hipofisis janin sekitar
minggu ke-9. Produksinya terus meningkat sampai minggu ke-20, selanjutnya menetap
sampai lahir. Perannya belum jelas pada pertumbuhan janin
5) Radiasi
Radias, pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan
kcmatian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya. Misalnya pada
peristiwa d. Hiroshima, Nagasaki dan Chernobyl. Sedangkan efek radiasi pada orang laki-
laki, dapat mengakibatkan cacat bawaan pada anaknya.
6) Infeksi
Infeksi intiautcrin yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH
toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex). Sedangkan infeksi lainnya
yang juga dapat menyebabkan penyakit pada janin adalah vansela Coxsackie, hchovinis,
malaria, lues, HIV, polio, campak, listeriosis, leptospira,’ mikoplasma, virus mlluensa, dan
virus hepatitis. Diduga setiap hiperpireksia pada ibu hamil dapat merusak janin.
7) Stress
Stres yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang
janin, antara lain cacat bawaan, kelainan kejiwaan, dan lain-lain.
8) Imunitas
Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan abortus, hidrops fetalis, kern
iklcrus, atau lahir mati.
9) Anoksia embrio
Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali pusat
menyebabkan berat badan lahir rendah.
C. TAHAP BIOLOGIS
1. Ras/suku bangsa
Pertumbuhan somatik juga dipengaruhi oleh ras/suku bangsa. Bangsa kulit putih/ ras
mempunyai pertumbuhan somatik lebih tinggi daripada bangsa Asia.
2. Jenis kelamin
Dikatakan anak laki-laki lebih sering sakit dibandingkan anak perempuan, tetapi belum
diketahui secara pasti mengapa demikian.
3. Umur
Umur yang paling rawan adalah masa balita, oleh karena pada masa itu anak mudah sakit
dan mudah terjadi kurang gizi. Disamping itu masa balita merupakan dasar pembentukan
kepribadian anak. Sehingga diperlukan perhatian khusus.
4. Gizi
Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak, dimana kebutuhan anak
berbeda dengan orang dewasa, karena makanan bagi anak dibutuhkan juga untuk pertumbuhan,
dimana dipengaruhi oleh ketahanan makanan (food security) keluarga.
5. Perawatan kesehatan
Perawatan kesehatan yang teratur, tidak saja kalau anak sakit, tetapi pemeriksaan kesehatan
dan menimbang anak secara rutin setiap bulan, akan menunjang pada tumbuh kembang anak.
Oleh karena itu pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan dianjurkan untuk dilakukan secara
komprehensif, yang mencakup aspek- aspek promotif, preventif,kuratif dan rehabiltatif.
6. Kepekaan terhadap penyakit
Dengan memberikan imunisasi, maka diharapkan anak terhindar dari penyakit- penyakit
yang sering menyebabkan cacat atau kelmatian. Dianjurkan sebelum anak berumur satu tahun
sudah mendapat imunisasi BCG, Polio 3 kali, DPT 3 kali, Hepatitis-B 3 kali, dan campak.
Disamping imunisasi, gizi juga memegang peranan penting dalam kepekaan terhadap
penyakit.
7. Penyakit kronis
Anak yang menderita penyakit menahun akan terganggu tumbuh kembangnya dan
pendidikannya, disamping itu anak juga mengalami stres yang berkepanjangan akibat dari
penyakitnya.
8. Fungsi metabolisme
Khusus pada anak, karena adanya perbedaan yang mendasar dalam proses metabolisme pada
berbagai umur, maka kebutuhan akan berbagai nutrien harus didasarkan atas perhitungan yang
tepat atau setidak-tidaknya memadai.
9. Hormon
Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang antara lain adalah: "growth
hormon", tiroid, hormon seks, insulin, IGFs {¡nsulin-like growth fae- tors), dan hormon yang
dihasilkan kelenjar adrenal.
Faktor fisik
a. Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah.
Musim kemarau yang panjang/adanya bencana alam lainnya, dapat berdampak pada
tumbuh kembang anak antara lain sebagai akibat gagalnya panen, sehingga banyak anak
yang kurang gizi. Demikian pula gondok endemik banyak ditemukan pada daerah
pegunungan, dimana air tanahnya kurang mengandung yodium.
b. Sanitasi
Sanitasi lingkungan memiliki peran yang cukup dominan dalam penyediaan lingkungan
yang mendukung kesehatan anak dan tumbuh kembangnya.
Kebersihan, baik kebersihan perorangan maupun lingkungan memegang peranan penting
dalam timbulnya penyakit. Akibat dari kebersihan yang kurang, maka anak akan sering
sakit, misalnya diare, kecacingan, tifus abdominalis, hepatitis, malaria, demam berdarah,
dan sebagainya. Demikian pula dengan polusi udara baik yang berasal dari pabrik, asap
kendaraan atau asap rokok, dapat berpengaruh terhadap tingginya angka kejadian ISPA
(Infeksi Saluran Pernafasan Akut) Kalau anak sering menderita sakit, maka tumbuh
kembangnya pasti terganggu.
c. Keadaan rumah
Struktur bangunan, ventilasi, cahaya dan kepadatan hunian.
Keadaan perumahan yang layak dengan konstruksi bangunan yang tidak membahayakan
penghuninya, serta tidak penuh sesak akan menjamin kesehatan penghuninya.
d. Radiasi
Tumbuh kembang anak dapat terganggu akbat adanya radiasi yang tinggi.
D. FAKTOR PSIKOSOSIAL
1. Stimulasi
Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tunbuh kembang anak. Anak yan mendapat
stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang diban dingkan dengan anak yang
kurang/tidak mendapat stimulasi.
2. Motivasi belajar
Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan lingkunga yang
kondusif untuk belajar, misalnya adanya sekolah yang tidak terlalu jaut buku-buku, suasana yang
tenang serta sarana lainnya.
3. Ganjaran ataupun hukuman yang wajar
Kalau anak berbuat benar, maka wajib kita memberi ganjaran, misalnya pujian ciuman,
belaian, tepuk tangan dan sebagainya. Ganjaran tersebut akan menim bulkan motivasi yang kuat
bagi anak untuk mengulangi tingkah lakunya. Sedangkan menghukum dengan cara-cara yang
wajar kalau anak berbuat salah masih dibenarkan. Yang penting hukuman harus diberikan secara
obyektif, di sertai pengertian dan maksud dari hukuman tersebut, bukan hukuman untul
melampiaskan kebencian dan kejengkelan terhadap anak. Sehingga anak tahi mana yang baik
dan yang tidak baik, akibatnya akan menimbulkan rasa percay: diri pada anak yang penting
untuk perkembangan kepribadian anak kelal kemudian hari.
4. Kelompok sebaya
Untuk proses sosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan teman sebaya Tetapi
perhatian dari orang tua tetap dibutuhkan untuk memantau dengan siap; anak tersebut bergaul.
Khususnya bagi remaja, aspek lingkungan teman sebay; menjadi sangat penting dengan makin
meningkatnya
5. Stres
Stres pada anak juga berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya, misalnya anal akan
menarik diri, rendah diri, terlambat bicara, nafsu makan menurun, dan sebagainya.
6. Sekolah
Dengan adanya wajib belajar 9 tahun sekarang ini, diharapkan setiap anak mendapat
kesempatan duduk di bangku sekolah minimal 9 tahun. Sehi.igga dengan mendapat pendidikan
yang baik, maka diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup anak-anak tersebut. Yang masih
menjadi masalah sosial saat ini adalah masih banyaknya anak-anak yang terpaksa meninggalkan
bangku sekolah karena harus membantu mencari nafkah untuk keluarganya.
7. Cinta dan kasih sayang
Salah satu hak anak adalah hak untuk dicintai dan dilindungi. Anak memerlukan kasih
sayang dan perlakuan yang adil dari orang tuanya. Agar kelak kemudian.
PADA MASA REMAJA DAN DEWASA
B. TAHAP BIOLOGIS
1. Menurut Hall
Hall melihat perkembangan sebagai proses biologis yang mengarahkan
perkembangan social. Perkembangan biologis pada remaja memungkinkan terjadinya
tingkah laku social yang lebih kompleks, misalnya berpacaran. Mengenai pendidikan, Hall
mengatakan bahwa kemampuan seperti berpikir ilmiah, moralitas dan budi pekerti
seharusnya diajarkan secara intensif setelah umur 15 tahun.
2. Menurut Gender
a. Perubahan Pubertas dan Seksualitas
Perubahan pubertas memberikan konstribusi kepada semakin menyatunya
seksualitas ke dalam sikap dan perilaku gender remaja. Dengan tubuh mereka dipenuhi
berbagai hormon, banyak anak perempuan berkeinginan menjadi perempuan sebaik
mungkin, dan banyak anak laki-laki berusaha keras untuk menjadi laki-laki sebaik
mungkin. Pada banyak kasus, remaja perempuan dan laki-laki menunjukkan perilaku
tersebut dengan lebih kuat ketika mereka berinteraksi dengan teman sebaya yang
berbeda jenis kelaminnya, terutama dengan orang yang mereka ingin kencani. Oleh
karena itu remaja wanita biasanya bertingkah laku penuh kasih sayang, sensitive,
menarik, dan biasa berbicara dengan halus, dan remaja laki-laki biasa bertingkah laku
asertif, sombong, sinis, dan sangat berkuasa, karena mereka menyadari bahwa tingkah
laku seperti itu menambah kualitas seksualitas dan daya tariknya. Perilaku seksual
berhubungan dengan perubahan hormonal pada masa puber, terutama pada anak laki-
laki. Perubahan biologis pada masa puber mempengaruhi semakin menyatunya
seksualitas ke dalam perilaku gender.
b. Lingkungan
Remaja memperhatikan gambaran tentang orang-orang yang berkecimpung di
pekerjaan yang non tradisional, seperti sekretaris laki-laki, perawat laki-laki, dan
tukang ledeng perempuan. Setelah menyaksikan serial tersebut, remaja tetap memiliki
pandangan tradisional tentang karir, dan dalam beberapa kasus mereka lebih menentang
alternative pilihan karir tersebut daripada sebelum menyaksikan serial TV.
C. TAHAP PSIKOLOGIS
Hall menganggap ada kesamaan antara tema yang dikemukakan penulis Jerman dan
perkembangan psikologis remaja. Menurut Hall, pikiran, perasaan, dan tindakan remaja
berubah-ubah antara kesombongan dan kerendahan hati, baik dan godaan, kebahagiaan, dan
kesedihan. Pada saat suatu remaja mungkin bersikap jahat terhadap temannya, tetapi baik
pada saat lain, atau remaja ingin berada sendirian pada satu waktu, tetapi beberapa waktu
kemudian mencari teman. Pandangan Hall bedampak pada pandangan sosial dan pendidikan
remaja.
A. TAHAP BIOLOGIS
Dilihat dari aspek perkembangan fisik, pada awal masa dewasa kemampuan fisik mencapai
puncaknya, dan sekaligus mengalami masa penurunan. Adapun beberapa gejala penting dari
perkembangan fisik yang terjadi selama masa dewasa, antara lain kesehatan badan, sensor dan
perseptual, serta otak.
1. Kesehatan Badan
Bagi kebanyakan orang, awal masa dewasa ditandai dengan memuncaknya
kemampuan dan kesehatan fisik. Mulai dari usia sekitar 18-25 tahun, individu memiliki
kekuatan yang terbesar, gerak-gerak refleks mereka sangat cepat. Demikian juga
dengan kemampuan reproduksi mereka. Meskipun pada masa ini kondisi kesehatan
fisik mencapai puncak, namun selama periode ini mereka juga mengalami penurunan
keadaan fisik. Sejak usia 25 tahun, perubahan-perubahan fisik mulai terlihat.
Perubahan-perubahan ini sebagian besar bersifat kuantitatif daripada kualitatif. Secara
berangsur-angsur, kekuatan fisik mengalami kemunduran, sehingga lebih mudah
terserang penyakit.
Bagi wanita, perubahan biologis yang utama terjadi selama masa pertengahan
dewasa adalah perubahan dalam hal kemampuan reproduksi, menopause, dan
hilangnya kesuburan. Bagi laki-laki, proses penuaan selama masa pertengahan dewasa
tidak begitu kentara, karena tidak ada tanda-tanda fisiologis dari peningkatan usia
seperti berhentinya haid pada perempuan.
2. Perkembangan sensori
Pada awal masa dewasa, penurunan fungsi penglihatan dan pendengaran
mungkin belum begitu kentara. Pada masa dewasa akhir barulah terlihat adanya
perubahan-perubahan sensori fisik dari panca inderanya.
3. Perkembangan otak
Mulai masa dewasa awal, sel-sel otak juga berangsur-angsur berkurang. Akan
tetapi, perkembangbiakan koneksi neural, khususnya bagi orang-orang yang tetap aktif,
membantu mengganti sel-sel yang hilang.
Perkembangan Kognitif
Pertanyaan yang paling banyak menimbulkan kontroversi dalam studi tentang
perkembangan rentang hidup manusia adalah apakah kemampuan kognitif orang
dewasa paralel dengan penurunan kemampuan fisik. Pada umumnya, orang percaya
bahwa proses kognitif -- belajar, memori, dan inteligensi -- mengalami kemerosotan
bersamaan dengan terus berkembangnya usia. Bahkan, ada yang menyimpulkan bahwa
usia terkait dengan penurunan proses kognitif ini juga tercermin dalam masyarakat
ilmiah. Akan tetapi, belakangan ini sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepercayaan tentang terjadinya kemerosotan proses kognitif bersamaan dengan
penurunan kemampuan fisik, sebenarnya hanyalah salah satu stereotip budaya yang
meresap dalam diri kita.
Perkembangan pemikiran postformal
Sejumlah ahli perkembangan percaya bahwa pada masa dewasa, individu-
individu menata pemikiran operasional mereka. Mereka mungkin merencanakan dan
membuat hipotesis tentang masalah-masalah seperti remaja, tetapi mereka menjadi
sistematis ketika mendekati masalah sebagai orang dewasa. D.P. Keating, penulis
buku "Adolescent Thinking", mengatakan bahwa ketika orang dewasa lebih mampu
menyusun hipotesis daripada remaja dan menurunkan suatu pemecahan masalah dari
suatu permasalahan, banyak orang dewasa yang tidak menggunakan pemikiran
operasional formal sama sekali. Sementara itu, Gisela Labouvie-Vief (dalam buku
"Understanding Human Behavior", karya McConnell dan Philipchalk), menyatakan
bahwa pemikiran dewasa muda menunjukkan suatu perubahan yang signifikan.
Pemikiran orang dewasa muda menjadi lebih konkret dan pragmatis.
Secara umum, orang dewasa lebih maju dalam penggunaan intelektualitas.
Pada masa dewasa awal misalnya, orang biasanya berubah dari mencari pengetahuan
menjadi menerapkan pengetahuan, yakni menerapkan apa yang diketahuinya untuk
mencapai jenjang karier dan membentuk keluarga. Akan tetapi, tidak semua
perubahan kognitif pada masa dewasa mengarah pada peningkatan potensi. Bahkan,
kadang-kadang beberapa kemampuan kognitif mengalami kemerosotan seiring
dengan pertambahan usia. Meskipun demikian, sejumlah ahli percaya bahwa
kemunduran keterampilan kognitif yang terjadi, terutama pada masa dewasa akhir,
dapat ditingkatkan kembali melalui serangkaian pelatihan.
Perkembangan memori
Salah satu karakteristik yang paling sering dihubungkan dengan orang dewasa
dan usia tua adalah penurunan dalam daya ingat. Namun, sejumlah bukti
menunjukkan bahwa perubahan memori bukanlah sesuatu yang pasti terjadi sebagai
bagian dari proses penuaan, melainkan lebih merupakan stereotip budaya.
Perkembangan inteligensi
Suatu mitos yang bertahan hingga sekarang adalah bahwa menjadi tua berarti
mengalami kemunduran intelektual. Mitos ini diperkuat oleh sejumlah peneliti awal
yang berpendapat bahwa seiring dengan proses penuaan selama masa dewasa, terjadi
kemunduran dalam inteligensi umum. Hampir semua studi menunjukkan bahwa
setelah mencapai puncaknya pada usia 18 dan 25 tahun, kebanyakan kemampuan
manusia terus-menerus mengalami kemunduran.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Faktor yang mempengaruhi tahap pertumbuhan dan perkembangan pada masa dewasa
adalah faktor budaya. Faktor yang dimaksud terutama dengan cara-cara seseorang
memberikan sambutan, seperti kebiasaan, cita-cita, sikap, dan prasangka-prasangka yang
telah mengakar, sehingga setiap usaha untuk mempelajari cara sambutan yang baru akan
mendapat tantangan yang kuat.
C. TAHAP PSIKOLOGIS
Selama masa dewasa, dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih luas dan
kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa dewasa, individu
memasuki peran kehidupan yang lebih luas. Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa
berbeda dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak
disebabkan oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga dan
pekerjaan. Selama periode ini, orang melibatkan diri secara khusus dalam karier, pernikahan,
dan hidup berkeluarga. Menurut E.H. Erikson, penulis buku "Identity: Youth and Crisis",
perkembangan psikososial selama masa dewasa ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu
keintiman, generatif, dan integritas.
1. Perkembangan keintiman
Keintiman dapat diartikan sebagai suatu kemampuan memerhatikan orang lain
dan membagi pengalaman dengan mereka. Menurut Erikson, pembentukan hubungan
intim ini merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang memasuki masa
dewasa. Pada masa dewasa awal, orang-orang sudah siap dan ingin menyatukan
identitasnya dengan orang lain. Mereka mendambakan hubungan yang intim/akrab,
dilandasi rasa persaudaraan, serta siap mengembangkan daya-daya yang dibutuhkan
untuk memenuhi komitmen-komitmen ini, sekalipun mereka mungkin harus berkorban.
2. Nilai-nilai cinta
Selama tahap perkembangan keintiman ini, nilai-nilai cinta muncul. John W
Santrock, penulis buku "Child Development", mengklasifikasikan cinta menjadi 4:
altruisme, persahabatan, cinta yang romantis/bergairah, dan cinta yang penuh
perasaan/persahabatan. Perasaan cinta pada masa ini lebih dari sekadar
gairah/romantisme, melainkan suatu afeksi -- cinta yang penuh perasaan dan kasih
sayang. Cinta pada orang dewasa diungkapkan dalam bentuk kepedulian terhadap
orang lain. Orang-orang dewasa awal lebih mampu melibatkan diri dalam hubungan
bersama -- hubungan saling berbagi hidup dengan orang lain yang intim.
3. Pernikahan dan keluarga
Dalam pandangan Erikson, keintiman biasanya menuntut perkembangan seksual
yang mengarah pada perkembangan hubungan seksual dengan lawan jenis yang ia
cintai, yang dipandang sebagai teman berbagi suka dan duka. Ini berarti bahwa
hubungan intim yang terbentuk akan mendorong orang dewasa awal untuk
mengembangkan genitalitas seksual yang sesungguhnya dalam hubungan timbal balik
dengan mitra yang dicintai. Kehidupan seks dalam tahap-tahap perkembangan
sebelumnya terbatas pada penemuan identitas seksual dan perjuangan menjalin
hubungan-hubungan akrab yang bersifat sementara. Agar memiliki arti sosial yang
menetap, maka organ genitalia membutuhkan seseorang yang dicintai dan dapat diajak
melakukan hubungan seksual, serta dapat berbagi rasa dalam suatu hubungan
kepercayaan. Di hampir setiap masyarakat, hubungan seksual dan keintiman pada masa
dewasa awal ini diperoleh melalui lembaga pernikahan.
4. Perkembangan generativitas
Generativitas adalah tahap perkembangan psikososial yang dialami individu
selama pertengahan masa dewasa. Ciri utama tahap generativitas adalah perhatian
terhadap apa yang dihasilkan dan pembentukan, serta penetapan garis-garis pedoman
untuk generasi mendatang. Transmisi nilai-nilai sosial ini diperlukan untuk
memperkaya aspek psikoseksual dan aspek psikososial kepribadian. Apabila
generativitas lemah atau tidak diungkapkan, maka kepribadian akan mundur,
mengalami pemiskinan, dan stagnasi.
5. Perkembangan integritas
Integritas merupakan tahap perkembangan psikososial Erikson yang terakhir.
Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah
memelihara benda-benda, orang-orang, produk-produk, dan ide-ide, kemudian
menyesuaikan diri dengan berbagai keberhasilan dan kegagalan dalam kehidupannya.
Tahap ini dimulai kira-kira pada usia 65 tahun.
Demikianlah hal-hal yang terjadi pada masa dewasa. Setelah masa dewasa
berakhir, manusia akan mengalami masa tua. Untuk memiliki hidup yang bermakna
pada masa tua, kita sebaiknya menggunakan masa muda kita untuk melakukan hal-hal
positif sesuai kebenaran firman tuhan.
LANJUT USIA
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan-keg:atan baru, selektif dalam
mencari pekerjaan, teman pergaulan, serta memenuhi undangan.
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis gelap datang terang,
mengikuti kegiatan beribadah, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, mental,
sosial dan ekonominya.
Tipe optimis.
Tipe konstruktif.
Tipe ketergantungan (dependent).
Tipe defensif.
Tipe militan dan serius.
Tipe marah atau frustasi (the angry man)
Tipe putus asa (benci pada diri sendiri) atau self heating man.
B. TEORI BIOLOGIS
Teori Seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan
sel-sel tubuh "diprogram" untuk membelah 50 kali. Jika sebuah sel pada lansia dilepas
dari tubuh dan dibiakkan di laboratorium, lalu diobservasi, jumlah sel-sel yang akan
membelah, jumlah sel yang akan membelah akan terlihat sedikit. (Spence & Masson
dalam Watson, 1992). Hal ini akan memberikan beberapa pengertian terhadap proses
penuaan biologis dan menunjukkan bahwa pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi
untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan, sesuai dengan berkurangnya umur. .
Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem muskuloskeletal dan jantung,
sel pada jaringan dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang
karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko mengalami proses
penuaan dan mempunyai kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh
dan memperbaiki diri. Ternyata sepanjang kehidupan ini, sel pada sistem ditubuh kita
cenderung mangalami kerusakan dan akhirnya sel akan mati, dengan konsekuensi yang
buruk karena sistem sel tidak dapat diganti.
Teori "Genetik Clock"
Menurut teori ini menua telah diprogram secara genetik untuk species-species
tertentu. Tiap species mempunyai di dalam nuclei (inti selnya) suatu jam genetik yang
telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan
menghentikan replikasi sel bila tidak berputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita
berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan
atau penyakit akhir yang katastrofal.
Konsep genetik clock didukung oleh kenyataan bahwa ini merupakan cara
menerangkan mengapa pada beberapa species terlihat adanya perbedaan harapan hidup
yang nyata, (misalnya manusia; 116 tahun, beruang; 47 tahun, kucing 40 tahun, anjing
27 tahun, sapi 20 tahun). Secara teoritis dapat dimungkinkan memutar jam ini lagi meski
hanya untuk beberapa waktu dengan pangaruh-pengaruh dari luar, berupa peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit atau tindakan-tindakan tertentu.
Pengontrolan genetik umur rupanya dikontrol dalam tingkat seluler, mengenai
hal ini Hayflck (1980) melakukan penelitian melalaui kultur sel ini vitro yang
menunjukkan bahwa ada hubungan antara kamampuan membelah sel dalam kultur
dengan umur spesies.
a. Sintesis Protein (kolagen dan elastin)
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia. Proses
kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada komponen
perotein dalam jaringan tersebut. Pada lansia beberapa protein (kolagen dan kartilago,
dan elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan Struktrur yang berbeda dari
protein yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada
klul'rt yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring dengan
bertambahnya usia. (Tortora & anagnostakos, 1990) hal ini dapat lebih mudah
dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit yang kehilangan elastisitasnya dan
cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas dan kecepatan pada sistem
muskuloskeletal.
b. Keracunan Oksigen
Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam tubuh untuk
mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar yang
tinggi, tanpa mekanisme pertahan diri tertentu. Ketidak mampuan mempertahankan diri
dari toksik tersebut membuat struktur membran sel mangalami perubahan dari rigid,
serta terjadi kesalahan genetik. (Tortora & anagnostakos, 1990)
Membran sel tersebut merupakan alat untuk memfasilitasi sel dalam
berkomunikasi dengan lingkungannya yang juga mengontrol proses pengambilan
nutrien dengan proses ekskresi zat toksik di dalam tubuh. Fungsi komponen protein
pada membran sel yang sangat penting bagi proses di atas, dipengaruhi oleh rigiditas
membran tersebut. Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan
reproduksi sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan dan
organ berkurang. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kerusakan sistem tubuh.
c. Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan.
Walaupun demikian, kemunduran kamampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik
dan khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses
penuaan.
Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi, dapat
menyebabkan berkurangnya kamampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri
(selfrecognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen
permukaan sel, maka hal ini akan dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap
sel yang megalami perubahan tersebut sebagi sei asing dan menghancurkannya.
Perubahan Inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun (Goldstein, 1989)
Hasilnya dapat pula berupa reaksi antigen antibody yang luas mengenai
jaringan-jaringan beraneka ragam, efek menua jadi akan menyebabkan reaksi
histoinkomtabiiitas pada banyak jaringan. Salah satu bukti yang ditemukan ialah
bertambahnya prevalensi auto antibodi bermacam-macam pada orang lanjut usia
(Brockfehurst, 1987). Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya
mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker menjadi
menurun, sehingga sel kanker leluasa membelah-belah. Inilah yang menyebabkan
kanker yang meningkat sesuai dengan meningkatnya umur (Suhana, 1994)
d. Mutasi Somatik (Teori Error Catastrophe)
Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat
memperpendek umur, sebaliknya menghindari terkenanya radiasi atau tercemar zat
kimia yang bersifat karsiogenik atau toksik dapat memperpanjang umur. Menurut teori
ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik akan menyebabkan
terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut .
Mekanisme pengontrolan genetik dalam tingkat sub seluler dan molekular yang
bisa disebut juga hipotesis 'Error Catastrophe' menurut hipotesis tersebut menua
disebabkan deh kesalahan-kesalahan yang beruntun. Sepanjang kehidupan setelah
berlan^ung dalam waktu yang cukup lama, terjadi kesalahan dalam proses transkripsi
(DNA -> RNA) maupun dalam proses translasi (RNA -> potetn/enzim) kesalahan
tersebut akan menyebabkan terbentuknya enzim yang salah. Kesalahan tersebut dapat
berkembang secara eksponensial dan akan menyebabkan terjadinya reaksi metabolisme
yang salah, sehingga akan mengurangi fungsional sel. Apalagi jika terjadi pula
kesalahan dalam proses translasi (pembuatan protein), maka terjadi kesalahan yang
makin banyak, sehingga terjadilah katastrop (Constantinides, 1994 dikutip oleh
Darmojo & Martono, 2000).
e. Teori Menua Akibat Metabolisme
Menurut MC Kay et all (1935) yang dikutip Darmojo dan Martono (2004),
pengurangan 'intake' kalori pada rodentia muda akan menghambat pertumbuhan dan
memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena jumlah kalori tersebut antara lain
disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses metaboisme. Terjadi
penurunan pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi sel misalnya insulin dan
hormon pertumbuhan. Modifikasi cara hidup yang kurang bergerak menjadi lebih
banyak bergerak munkin dapat juga meningkatkan umur panjang. Hal ini menyerupai
hewan yang hidup dialam bebas yang banyak bergerak dibanding dengan hewan
laboratorium yang kurang bergerak dan banyak makan. Hewan dialam bebas lebih
panjang umurnya daripada hewan laboratorium (Suhara, 1994 dikutip oleh Darmojo &
Martono, 2000).
f. Kerusakan Akibat Radikal Bebas
Radikal bebas (RB) dapat terbentuk dialam bebas, dan di dalam tubuh di fagosit
(pecah), dan sebagai produk sampingan di dalam rantai pernafasan di dalam
mitokondria. Untuk organisasi aerobik radikal bebas terutama terbentuk pada waktu
nespirasi (aerob) di dalam mitokondria. Karena 90 % oksigen yang ambil tubuh
termasuk di dalam mitokondria. Waktu tejadi proses respirasi tersebut oksigen
dilibatkan daiam mengubah bahan bakar menjadi ATP, melalui enzim -> respirasi di
daiam mitokondria, maka radikal bebas (RB) akan dihasilkan sebagai zat antara. RB
yang terbentuk tersebut adalah: superoksida (02), radikal hidroksi (OH), dan juga
peroksida hidrogen (H.02). RB bersifat merusak, karena sangat reaktif, sehingga dapat
bereaksi dengan DNA, protein, asam lemak tak jenuh, seperti dalam membran sel, dan
dengan gugus SH. Walaupun telah ada sistem penangkal, namun sebagian RB tetap
lolos, bahkan makin lanjut usia makin banyak RB terbentuk sehingga proses
pengerusakan terus terjadi, kerusakan orgenal sel se makin banyak dan akhirnya sel mati
Oleh karena itu ada beberapa peluang yang memungkinkan kita dapat
mengintervensi, supaya proses menua dapat diperlambat. Yang paling banyak
kemungkinannya ialah mencegah meningkatnya radikal bebas, manipulasi sistem imun
tubuh, metabolisme, makanan.
C. TEORI PSIKOLOGIS
a. Aktivitas atau Kegiatan {Activlty Theory)
Seseorang yang di masa mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya
setelah menua. Sense of integrity yang dibangun dimasa mudanya tetap terpelihara
sampai tua.. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka
yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. Ukuran optimum (pola hidup)
dilanjutkan pada cara hidup dari usia lanjut Mempertahankan hubungan antara sistem
sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia (Nugroho,
2000).
b. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Identity pada
lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara hubungan dengan
masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di masyarakat, keluarga dan,hubungan
interpersonal. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang
yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya (Kuntjoro,
2002).
c. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran
individu dengan individu lainnya (Nugroho, 2000). Teori ini menyatakan bahwa dengan
bertambahnya usia, seseorang secara pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda (triple loss), yakni:
Kehilangan peran (loss of role)
Hambatan kontak sosial {restriction of contacts and relationships).
Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores and values).
D. PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANJUT USIA
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang
akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik,
tetapi juga kognitif, perasaan, sosial, dan sexual.
E. Perubahan Fisik
1. Sistem Indra
Perubahan sistem penglihatan pada lansia erat kaitannya dengan presbiopi.
Lensa kehilangan elastisitas dan kaku, otot penyangga lensa lemah, ketajaman
penglihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh atau dekat berkurang, penggunaan
kacamata dan sistem penerangan yang baik dapat digunakan.
Sistem pendengaran; Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena
hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi
suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50%
terjadi pada usia di atas 60 tahun.
Sistem Integumen: Pada lansia kulit mengalami atrofi, kendur, tidak elastis
kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan
berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atrofi glandula sebasea dan glandula sudoritera,
timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot. Perubahan kulit
lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara lain angin dan matahari,
terutama sinar ultra violet.
2. Sistem musculoskeletal
Perubahan sistem muskuloskletal pada lansia antara lain sebagai berikut:
Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai pendukung utama pada
kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi
bentangan yang tidak teratur. Perubahan pada kolagen tersebut merupakan penyebab
turunnya fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan dampak berupa nyeri,
penurunan kemampuan untuk meningkatkan kekuatan otot, kesulitan bergerak dari
duduk ke berdiri, jongkok dan berjalan dan hambatan dalam melakukan kegiatan
sehari hari. Upaya fisioterapi untuk mengurangi dampak tersebut adalah memberikan
latihan untuk menjaga mobilitas.
Kartilago; jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami granulasi dan
ahirnya permukaan sendi menjadi rata, kemudian kemampuan kartilago untuk
regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif,
konsekuensinya kartilago pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan.
Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar penumpu berat badan. Akibatnya
perubahan itu sendi mengalami peradangan, kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak, dan
terganggunya aktifitas sehari-hari.
Tulang; berkurangnya kepadatan tulang setelah di obserfasi adalah bagian dari
penuaan fisiologis Tra- bekula longitudinal menjadi tipis dan trabekula transversal
terabsorbsi kembali. Dampak berkurang¬nya kepadatan akan mengakibatkan
osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas, dan fraktur. Latihan fisik
dapat diberikan sebagai cara untuk mencegah untuk mencegah adanya osteopo¬rosis.
Otot; perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi, penurunan jumlah dan
ukuran serabut otot, peningkatan jaringan pengubung dan jaringan lemak pada otot
mengakibatkan efek negatif. Dampak perubahan morfologis pada otot adalah
penurunan kekuatan, penurunan fleksibilitas, pe¬ningkatan waktu reaksi dan
penurunan kemampuan fungsional otot. Untuk mencegah perubahan lebih lanjut,
dapat diberikan latihan untuk mempertahan mobilitas.
Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, iigament dan fasia
mengalami penu¬runan elastisitas. Ligament, dan jaringan periarkular mengalami
penurunan daya lentur dan elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi dan kalsifikasi pada
kartilago dan kapsul sendi. Sendi kehilangan fleksibili¬tasnya sehingga terjadi
penurunan luas dan gerak sendi. Kelainan tersebut dapat menimbulkan gang¬guan
berupa bengkak, nyeri, kekakuan sendi, gangguan jaian dan aktifitas keseharian
lainnya. Upaya pencegahan kerusakan sendi antara lain dengan memberi teknik
perlindungan sendi, antara lain den¬gan memberi teknik perlindungan sendi dalam
beraktifitas.
3. Sistem Kardiovaskuler dan Respirasi
Perubahan sistem kardiovasculer dan respirasi mencakup:
Sistem kardiovaskuler
Massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan kemampuan
peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan
lipofusin dan klasifikasi SA nude dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan
ikat. Konsumsi oksigen pada tingkat maksimal berkurang sehingga kapasitas paru
menurun. Latihan berguna untuk meningkatkan VO maksimum, mengurangi tekanan
darah, dan berat badan
Sistem Respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas totai paru tetap,
tetapi volume cadan¬gan paru bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi
paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sereli
torak mengakibatkan gerakan pernafasan ter¬ganggu dan kemampuan peregangan
toraks berkurang. Umur tidak berhubungan dengan perubahan otot diafragma, apabila
terjadi perubahan otot diafragma, maka otot thoraks menjadi tidak seimbang dan
menyebabkan terjadinya distorsi dinding toraks selama respirasi berlangsung.
Sistem kardiovaskular mengalami perubahan seperti arteri yang kehilangan
elastisitasnya. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan nadi dan tekanan sistolik darah.
Perubahan tekanan darah yang fisiologis mungkin benar-benar merupakan tanda
penuaan yang normal. Di dalam sistem pernapasan, terjadi pendistribuasian ulang
kalsium pada tulang iga yang kehilangan banyak kalsium dan sebaliknya, tulang rawan
kosta berlimpah kalsium. Hal ini berhubungan dengan perubahan postural yang
menyebabkan penurunan efisiensi ventilasi paru. Berdasarkan alasan ini, lansia
mengalami salah satu hal terburuk yang dapat ia lakukan yaitu istirahat di tempat tidur
dalam waktu yang lama. Perubahan dalam sistem pernapasan membuat lansia lebih
rentan terhadap komplikasi pemapasan akibat istira¬hat total, seperti infeksi
pernafasan akibat penurunan ventilasi paru.
4. Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi
sebagai kemunduran wngsi yang nyata. Kehilangan gigi; penyebab utama adalah
Periodental disease yang bisa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi
kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk. Indera pengecap menurun; adanya iritasi
yang kronis, dari selaput lendir, atropi indera pengecap (80%), hilangnya sensitifitas
dari saraf pengecap di lidah terutama rasa tentang rasa asin, asam, dan pahit. Pada
lambung, rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam labung menurun, waktu
mengosongkan menurun. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi. Fungsi
absobsi melemah (daya absobsi terganggu). Liver (hati) makin mengecil dan
menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah. Kondisi ini secara
normal, tidak ada konsekuensi yang nyata, tetapi menimbulkan efek yang merugikan
ketika diobati. Pada usia lanjut, obat- obatan dimetabolisme dalam jumlah yang sedikit.
Pada lansia perlu diketahui kecenderungan terjadinya peningkatan efek samping,
overdosis, dan reaksi yang merugikan dari obat. Oleh karena itu, meski tidak seperti
biasanya, dosis obat yang diberikan kepada lansia lebih kecil dari dewasa.
5. Sistem Perkemihan
Berbeda dengan sistem pencernaan, pada sistem perkemihan terjadi perubahan
yang signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi,
ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal. Hal ini akan memberikan efek dalam pemberian
obat pada lansia. Mereka kehilangan kemampuan untuk mengekskresi obat atau produk
metabolisme obat. Pola berkemih tidak normal, sepert banyak berkemih di malam hari,
sehingga mengharuskan mereka pergi ke toilet sepanjang malam. Hal ini menunjukkan
bahwa inkontinensia urin meningkat (Ebersole and Hess, 2001).
6. Sistem Saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atrofi yang progresif
pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan
dalam melakukan aktifitas sehari- hari. Penuaan menyebabkan penurunan presepsi
sensori dan respon motorik pada susunan saraf pusat dan penurunan reseptor
proprioseptif, hal ini terjadi karena susunan saraf pusat pada lansia mengalami
perubahan morfologis dan biokimia, perubahan tersebut mengakibatkan penurunan
fungsi kognitif. Koordinasi keseimbangan; kekuatan otot, reflek, perubahan postur dan
peningkatan waktu reaksi. Hal ini dapat di cegah dengan pemberian latihan koordinasi
dan keseimbangan serta latihan untuk menjaga mobilitas dan postur (Surini & Utomo,
2003).
7. Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovari dan
uterus. Terjadi atrofi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi
spermatosoa, meskipun adanya penurunan secara beransur-ansur. Dorongan seksual
menetap sampai usia di atas 70 tahun (asal kondisi kesehatan baik), yaitu dengan
kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia. Selaput lendir vagina
menurun, permukaan menjadi haius, sekresi menjadi berkurang,dan reaksi'sifatnya
menjadi alkali (Watson, 2003).
F. Perubahan Kognitif
1. Memory (Daya ingat, ingatan)
Daya ingat adalah kemampuan untuk menerima, mencamkan, menyimpan dan
menghadirkan kem¬bali rangsangan/peristiwa yang pernah dialami seseorang. Pada
lanjut usia, daya ingat (memory) meru¬pakan salah satu fungsi kognitif yang seringkali
paling awal mengalami penurunan. Ingatan jangka panjang {Long term memory)
kurang mengalami perubahan, sedangkan ingatan jangka pendek (short term memory)
atau seketika 0-10 menit memburuk. Lansia akan kesulitan dalam mengungkapkan
kembali cerita atau ke¬jadian yang tidak begitu menarik perhatiannya dan informasi
baru seperti TV dan film. Keadaan ini sering menimbulkan salah paham dalam keluarga.
Oleh sebab itu dalam proses pelayanan terhadap lanjut usia, sangat perlu dibuatkan
tanda-tanda atau rambu-rambu baik berupa tulisan, atau gambar untuk membantu daya
ingat mereka. Misalnya dengan tulisan JUM'AT, TANGGAL 26 APRIL 2009 dan
sebagainya, ditempatkan pada tempat yang strategis yang mudah dibaca/dilihat.
2. IQ (Intellegent Quocient)
Lansia tidak mengalami perubahan dengan informasi matematika (analitis,
linier, sekuensial) dan perkataan verbal. Tetapi persepsi dan daya membayangkan
(fantasi) menurun. Walaupun mengalami kontroversi, tes intelegensia kurang
memperlihatkan adanya penurunan kecerdasan pada lansia (Cockbum & Smith, 1991
dikutip oleh Lumbantobing, 2006). Hal ini terutama dalam bidang vokabular (kosakata),
keterampilan praktis, dan pengetahuan umum. Fungsi intelektual yang stabil ini disebut
sebagai crystallized intelligent. Sedangkan fungsi intelektual yang mengalami
kemunduran adalah fluid intelligent seperti mengingat daftar, memori bentuk geometri,
kecepatan menemukan kata, menyelesaikan masalah, kecepatan berespon, dan
perhatian yang cepat teralih (Wonder & Donovan, 1984; Kusumoputro & Sidiarto,
2006)
Kecepatan proses di pusat saraf menurun sesuai pertambahan usia. Perubahan
itu dialami hampir semua orang yang mencapai usia 70-an tahun. Namun, ada juga
penyimpangan, beberapa orang yang berusia 70 tahun melaksanakan hal itu dengan
lebih baik dibandingkan orang berusia 20 tahun. Kemunduran intelektual sebelum usia
50 tahun adalah abnormal dan patologis. Pada usia 65-75 tahun didapati kemunduran
pada beberapa kemampuan dengan variasi perbedaan individu yang luas. Di atas usia
80 tahun didapati kemunduran kemampuan yang cukup banyak. Banyak kemampuan
yang baru mulai menurun pada usia 80 tahun.
3. Kemampuan Belajar (Learning)
Menurut Brocklehurst dan Allen (1987); Darmojo & Martono (2004), lanjut usia
yang sehat dan tidak mengalami demensia masih memiliki kemampuan belajar yang
baik, bahkan di negara industri maju didirikan University of the third age. Hal ini sesuai
dengan prinsip belajar seumur hidup (life-long learning), bahwa manusia itu memiliki
kemampuan untuk belajar sejak dilahirkan sampai akhir hayat. Oleh karena itu, sudah
seyogyanya jika mereka tetap diberikan kesempatan untuk mengembangkannya
wawasan berdasarkan pengalaman (learning by experience). Implikasi praktis dalam
pelayanan kesehatan jiwa (mental health) lanjut usia baik yang bersifat promotif-
preventif, kuratif dan rehabilitatif adalah untuk memberikan kegiatan yang berhubungan
dengan proses belajar yang sudah disesuaikan dengan kondisi masing-masing lanjut
usia yang dilayani.
4. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
Kemampuan pemahaman atau menangkap pengertian pada lansia mengalami
penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh konsentrasi dan fungsi pendengarannya lansia yang
mengalami penurunan. Dalam pelayanan terhadap lanjut usia agar tidak timbul salah
paham sebaiknya dalam berkomunikasi dilakukan kontak mata (saling memandang).
Dengan kontak mata, mereka akan dapat membaca bibir lawan bicaranya, sehingga
penurunan pendengarannya dapat di atasi dan dapat lebih mudah memahami maksud
orang lain. Sikap yang hangat dalam berkomunikasi akan menimbulkan rasa aman dan
diterima, sehingga mereka akan lebih tenang, lebih senang dan merasa dihormati.
5. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Pada lanjut usia masalah-masalah yang dihadapi tentu semakin banyak. Banyak
hal yang dahulunya dengan mudah dapat dipecahkan menjadi terhambat karena terjadi
penurunan fungsi indra pada lanjut usia. Hambatan yang lain dapat berasal dari
penurunan daya ingat, pemahaman dan lain-lain, yang berakibat bahwa pemecahan
masalah menjadi lebih lama. Dalam menyikapi hal ini maka dalam pendekatan
pelayanan kesehatan jiwa lanjut usia perlu diperhatikan ratio petugas kesehatan dan
pasien lanjut usia.
6. Pengambilan Keputusan (Decission Making)
Pengambilan keputusan termasuk dalam proses pemecahan masalah.
Pengambilan keputusan pada umumnya berdasarkan data yang terkumpul, kemudian
dianalisa, dipertimbangkan dan dipilih alternatif yang dinilai positif (menguntungkan),
kemudian baru diambil suatu keputusan. Pengambilan keputusan pada lanjut usia sering
lambat atau seolah-olah terjadi penundaan. Oleh sebab itu, mereka membutuhkan
petugas atau pendamping yang dengan sabar sering mengingatkan mereka. Keputusan
yang diambil tanpa dibicarakan dengan mereka, akan menimbulkan kekecewaan dan
mungkin dapat memperburuk kondisinya. Oleh karena itu dalam pengambilan
keputusan, kaum tua tetap dalam posisi yang dihormati (Ebersole and Hess, 2001).
7. Kebijaksanaan (Wisdom)
Bijaksana (wisdom) adalah aspek kepribadian (personality) dan kombinasi dari
aspek kognitif. Kebijaksanaan menggambarkan sifat dan sikap individu yang mampu
mempertimbangkan antara baik dan buruk serta untung ruginya sehingga dapat
bertindak secara adil atau bijaksana. Menurut Kuntjoro (2002), pada lansia semakin
bijaksana dalam menghadapi suatu permasalahan. Kebijaksanaan sangat tergantung dari
tingkat kematangan kepribadian seseorang dan pengalaman hidup yang dijalani. Atas
dasar hal tersebut, dalam melayani lanjut usia harus dengan penuh bijaksana sehingga
kebijaksanaan yang ada pada masing- masing individu yang dilayani tetap terpelihara.
8. Kinerja (Performance)
Pada lanjut usia memang akan terlihat penurunan kinerja baik secara kuantitatif
maupun kualitatif. Perubahan performance yang membutuhkan kecepatan dan waktu
mengalami penurunan (Lumbantobing, 2006). Penurunan itu bersifat wajar sesuai
perubahan organ-organ biologis ataupun perubahan yang sifatnya patologis. Dalam
pelayanan kesehatan jiwa lanjut usia, mereka perlu diberikan latihan-latihan
keterampilan untuk tetap mempertahankan kinerja.
G. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial yang dialaminya oleh lansia antara lain:
1. Pensiun
Pensiun sering dikatakan secara salah dengan kepasifan atau pengasingan.
Dalam kenyataannya pensiun adalah tahap kehidupan yang dicirikan oleh adanya
transisi dan perubahan peran yang menyebabkan stres psikososial. Usia wajib pensiun
bervariasi contohnya Pegawai Negeri Sipil, mungkin pada usia 65 tahun, sedangkan
pegawai federal tidak dipensiunkan sampai usia 70 tahun. Pada industri swasta hak
pensiun biasanya antara usia 62 tahun dan 70 tahun, dan juga mungkin pensiun pada
usia 55 tahun (Potter dan Perry, 2004).
Nilai seseorang sering di ukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan
dengan peran dalam pekerjaan. Hilangnya kontak sosial dari area pekerjaan membuat
seseorang lansia pensiunan merasakan kekosongan, orang tersebut secara tiba-tiba dapat
merasakan begitu banyak waktu luang yang ada di rumah disertai dengan sedikitnya
hal-hai yang dapat dijalani. Meskipun bahwa pekerjaan yang pensiun karena alasan
kesehatan, masalah-masalah yang berputar di sekitar pensiun berkaitan erat dengan
pertimbangan atas jabatan dan keadaan keuangan (Gallo, 1998)
MASALAH DAN PENYAKIT YANG SERING DIHADAPI OLEH MANUSIA
Bayi normal aterm mempunyai berat badan 2700-3400 gram. Seorang bayi
prematur diartikan sebagai bayi yang mempunyai berat badan lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang umur kehamilan. Bayi cukup bulan (yakni, yang lahir antara
38 dan 42 "minggu kehamilan) berberat kurang dari 2500 gram disebut kecil menurut
umpr kehamilannya (small-for-gestational age, SGA). Perat badan lahir rendah dapat
terjadi karena anomali kongenital, infeksi janin, insufisiensi plasenta karena lesi dan
infeksi vaskular, atau tekanan darah tinggi pada ibu, perokok berat, penyalahgunaan
kokain dan narkotik, serta penyalahgunaan alkohol.
Gangguan yang dikaitkan dengan berat badan lahir rendah adalah akibat
maturitas organ. Kejadian ini paling banyak teijadi pada mereka yang lahir sebelum 34
minggu kehamilan; risiko bertambah besar seiring dengan kurangnya umur kehamilan
dan kurangnya berat badan lahir. Angka kematian untuk bayi di bawah 1000 gram
adalah 90%. Angka keselamatan (survival rate) meningkat pesat ketika bayi mencapai
berat badan 1500 gram.
Kesempatan untuk selamat pada bayi baru lahir berkorelasi baik dengan nilai
Apgar-nya. Uji Apgar menaksir lima parameter (frekuensi jantung, upaya bernapas,
tonus otot, wama kulit, dan respons terhadap kateter di lubang hidung) dalam satu dan
lima menit setelah lahir. Setiap faktor memperoleh nilai 0-2, dan nilai 10 jelas
menunjukkan keadaan yang optimal. Bayi dengan nilai Apgar 0 atau 1 pada 5 menit
memiliki angka kematian dalam masa neonatal 50%. Angka tersebut turun hingga 20%
kalau nilai Apgar 4 dan hampir nol kalau nilai Apgar lebih dari tujuh.
Sistem Sensorik
Pada sistem ini yang berperan di dalamnya adalah penglihatan (visus) dan
pendengaran. Semua gangguan atau perubahan pada mata akan menimbulkan
gangguan penglihatan. Begitu pula semua penyakit telinga akan menimbulkan
gangguan pendengaran.
Sistem Saraf Pusat (SSP)
Penyakit SSP seperti stroke dan parkinson hidrosefalus tekanan normal, sering
diderita oleh lanjut usia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon
tidak baik terhadap input sensorik (Menurut Tinneti, 1992).
Kognitif
Pada beberapa penelitian, dimentia diasosiasikan dengan meningkatnya risiko jatuh.
Muskuloskeletal
Faktor ini betul-betul berperan besar terjadinya jatuh terhadap lanjut usia (faktor
murni milik lanjut usia). Gangguan muskuloskeletal menyebabkan gangguan gaya
berjalan (gait) dan ini berhubungan dengan proses menua yang fisiologis, misalnya
kekakuan jaringan penghubung, berkurangnya massa otot, perlambatan konduksi
saraf, dan penurunan visus/lapang pandang.
Oleh karena itu, lanjut usia harus dicegah agar tidak jatuh dengan cara
mengidentifikasi faktor risiko, menilai, dan mengawasi keseimbangan dan gaya
berjalan, mengatur serta mengatasi faktor situasional. Pada prinsipnya mencegah
terjadinya jatuh pada lanjut usia sangat penting dan lebih utama daripada mengobati
akibatnya.
2. Mudah Lelah
Disebabkan oleh:
Faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan, atau perasaan depresi).
Gangguan organis, misalnya: Anemia, kekurangan vitamin, perubahan pada tulang
(osteomalasia), gangguan pencernaan, kelainan metabolisme (diabetes melitus,
hipetiroid), gangguan ginjal dengan uremia/gangguan faal hati dan gangguan sistem
peredaran darah dan jantung.
Pengaruh obat-obat, misalnya: Obat penenang, obat jantung dan obat yang
melelahkan daya kerja otot.
3. Berat Badan Menurun
Disebabkan oleh:
Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang adanya gairah hidup atau
kelesuan.
Adanya penyakit kronis.
Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan terganggu.
Faktor-faktor sosioekonomis (pensiun).
4. Sukar Menahan Buang Air Besar
Disebabkan oleh:
Obat-obat pencahar perut.
Keadaan diare.
Kelainan pada usus besar.
Kelainan pada ujung saluran pencernaan (pada rektum usus)
5. Gangguan pada Ketajaman Penglihatan
Disebabkan oleh:
Presbiop.
Kelainan lensa mata (refleksi lensa mata kurang).
Kekeruhan pada lensa (katarak).
Tekanan dalam mata yang meninggi (glaukoma).
Radang saraf mata.
Dikemukakan adanya empat penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua,
yakni:
Jenis penyakit jantung lainnya yang juga banyak ditemui pada lanjut usia:
Chandrasoma, Parakrama. 2005. Ringkasan Patologi Anatomi Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta:
EGC.
Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011.Keperawatan Lanjut usia Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Tamher, S, Noorkasiani. 2011. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pedekatan Asuhan Keperwatan.
Jakarta: salemba Medika.
Kumar, Vinay. 2009. Robbins & Cotran Dasar Patologis Penyakit Edisi 7. Jakarta: EGC.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak Editor IG. N. Gde Ranuh. Jakarta: EGC.