PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTIFIKASI
Nama : Tn.M
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 60 tahun
Alamat : Jl. Tangga Takat, Palembang
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status perkawinan : Sudah menikah
Agama : Islam
MRS : 21 April 2013
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Sesak napas sejak 1 hari SMRS
2
mengeluh demam, nyeri ulu hati, mual dan badan terasa lemas. Kemudian pasien
dibawa berobat oleh keluarganya ke IGD RSMP dan dirawat di bagian PDL
RSMP.
3
Keadaan Spesifik
Kulit
Warna cokelat, scar (-), pigmentasi normal, ikterus (-), sianosis (-), spider nevi (-
),telapak tangan dan kaki pucat (-), pertumbuhan rambut normal.
KGB
KGB di submandibula, supraclavicula, leher, axila, inguinal tidak teraba.
Kepala
Bentuk normocephali, warna rambut hitam, rontok (-), deformitas (-)
Mata
Eksophtalmus (-), endophtalmus (-), edema palpebra (-), konjungtiva palpebra
pucat (+), sklera ikterik (-), pupil isokor.
Hidung
Deformitas (-), septum deviasi (-), mukosa hidung normal, epistaksis (-)
Telinga
Deformitas (-), nyeri tekan (-), selaput lendir baik, pendengaran baik.
Mulut
Mukosa bibir sianosis (-), T1/T1, gusi berdarah (-), lidah kotor (-), atrofi papil (-),
stomatitis (-), Pharynx hiperemis (-).
Leher
Pembesaran KGB dan kelenjar thyroid (-), JVP (5+0) cmH2O, kaku kuduk (-).
4
Dada
Bentuk dada simetris, retraksi (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-)
Paru:
Anterior
Inspeksi : statis: kanan sama dengan kiri
dinamis: tidak ada yang tertinggal
Palpasi : stemfremituskanan< kiri
Perkusi : redup di apex paru kanan dan sonor di seluruh lapangan paru kiri.
Auskultasi : vesikuler (-) N, ronki basah halusdi seluruh lapangan paru kanan
dan lapangan bawah paru kiri, wheezing (-).
Posterior
Inspeksi : statis: kanan sama dengan kiri
dinamis: tidak ada yang tertinggal
Palpasi : stemfremituskanan< kiri
Perkusi : redup di apex paru kanan dan sonor di seluruh lapangan paru kiri.
Auskultasi : vesikuler (-) N, ronki basah halusdi seluruh lapangan paru kanan
dan lapangan bawah paru kiri, wheezing (-).
Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat, setinggi ICS 6 mid midclavicula sinistra
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 6
Perkusi : batas jantung kanan atas ICS II, parasternal dextra
Batas jantung kiri bawah ICS 6 mid clavicula sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I/II (+) normal, murmur (-), gallop (-)
5
Abdomen
Inspeksi : cekung, venektasi (-)
Palpasi : lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (+) epigastrium,
turgor kulit kembali lambat.
Perkusi : thympani, shifting dullness (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas
Ekstremitas atas : gerakan bebas, edema (-), jaringan parut (-), pigmentasi
normal, telapak tangan pucat (-), jari tabuh (-), turgor
kembali lambat (-), CRT < 2”
Ekstremitas bawah : gerakan bebas, edema (-), jaringan parut (-), pigmentasi
normal, telapak kaki pucat (-), turgor kembali lambat (-),
CRT < 2”
6
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan foto thorax(21 April 2013) didapatkan gambaran berawan
(infiltrat)pada kedua lapangan paru dankavitas pada apex paru kiri.
Kesan: KP / TB paru aktif
7
Pemeriksaan Laboratorium: (21April 2013)
Hb: 10,5 g/dl (menurun)
Leokosit : 13.400 /mm3 (meningkat)
Trombosit : 625.000 /mm3
LED : 35 mm/ jam (meningkat)
Dift count: 1/0/0/75/11/13
BSS: 88mg/dl
RESUME
Sejak3 bulan SMRS, pasien mengeluh batuk hilang timbul, berdahak,
warna putih kehijauan, kental, dan sulit dikeluarkan. Pasien juga mengeluh nafsu
makan menurun. Pasien tidak mengeluh sesak napas, demam, mual muntah dan
keringat malam (-). BAK dan BAB juga tidak ada keluhan. Kemudian pasien
berobat di puskesmas dan diberi obat batuk tetapi keluhan tidak berkurang.
Sejak2 bulan SMRS, pasien sering merasakan sesak napas. Sesak napas
sering mucul setelah batuk-batuk. Sesak juga sering timbul apabila pasien
melakukan aktivitas sedang-berat seperti berjalan jauh. Pasien juga mengeluh
sering demam pada sore dan malam hari, tidak tinggi, naik turun. Pasien juga
mengeluh nyeri ulu hati dan mual tetapi tidak muntah. Pasien merasakan lebih
kurus karena berat badannya menurun.
Sejak 1hari SMRS, pasien mengeluh sesak napas yang berat. Sesak napas
muncul saat batuk-batuk dan sedang tidak melakukan aktivitas. Pasien juga
mengeluh demam, nyeri ulu hati, mual dan badan terasa lemas. Kemudian pasien
dibawa berobat oleh keluarganya ke IGD RSMP dan dirawat di bagian PDL
RSMP.
Vital Sign :
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 110 kali/menit, teratur, isi dan tegangan cukup
RR : 28 kali/menit
Temperatur : 37,80C
8
Pada pemeriksaan paru didapatkan stemfremitus kanan < kiri, redup di
apex paru kanan dan ronki basah halusdi seluruh lapangan paru kanan dan
lapangan bawah paru kiri. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan
epigastrium,turgor kulit kembali lambat.
DIAGNOSA BANDING
Susp. TB Paru Kasus Putus Obat
PPOK
Pneumonia
DIAGNOSA KERJA
Susp. TB Paru Kasus Putus Obat
PENATALAKSANAAN
Non farmakologis
- Observasi KU & vital sign
- O2 nasal 3L/menit
- Diet nasi biasa
Farmakologi
- IVFD RL gtt XX/m
- Ambroxol syr 3x1 C
- Antasid syr 3x1 C
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
9
Follow Up
Abdomen I : cekung
P : lemas, nyeri tekan (+) di epigastrium.
P : thympani
A : bising usus (+) normal
10
- Ambroxol syr 3x1 C
- Antasid syr 3x1 C
- Diet nasi biasa
I : cekung
Abdomen P : lemas, nyeri tekan (+) di epigastrium.
P : thympani
A : bising usus (+) normal
11
- O2 Nasal 3L/m bila sesak
- IVFD RL gtt XX/m
- Ambroxol syr 3x1C
- Antasid syr 3x1 C
- Diet TKTP
I : cekung
Abdomen P : lemas, nyeri tekan (-) di epigastrium.
P : thympani
A : bising usus (+) normal
12
P - Observasi KU dan Vital Sign
- O2 Nasal 3L/m bila sesak
- IVFD RL gtt XX/m
- Ambroxol syr 3x1 C
- Antasid syr 3x1 C
- OAT kategori 2
- Isoniazid tab 300mg 1x1
- Rifampisin tab 450mg 1x1
- Pirazinamid tab 500mg 3x1
- Etambutol tab 250mg 3x1
- Diet nasi biasa
Abdomen I : cekung
P : lemas, nyeri tekan (+) di epigastrium.
13
P : thympani
A : bising usus (+) normal
14
Pencegahan
15
BAB III
ANALISA KASUS
TEORI KASUS
TB paru adalah infeksi kronik pada Batuk ≥ 3 minggu,
paru yang disebabkan oleh basil Timbul sesak nafas setelah batuk-
Mycobacterium Tuberculosis, ditandai batuk
dengan pembentukan granuloma dan Sering berkeringat saat sore dan
adanya reaksi hipersensitifitas tipe malam.
lambat. Sumber penularan umumnya Sering demam, tidak tinggi, naik
adalah penderita Tb yang dahaknya turun disertai menggigil terutama
mengandung Basil Tahan malam hari.
Asam(BTA). Nafsu makan menurun.
Berat badan menurun.
Diagnosis tuberkulosis paru dapat
ditegakkan berdasarkan gejala
klinis/pemeriksaan fisik, foto toraks,
pemeriksaan sputum BTA dan
laboratorium penunjang.
Gejala respiratorik
Batuk kronis, >3minggu,
kering/berdahak/berdarah.
Sesak napas, biasanya muncul
saat batuk-batuk.
Rasa nyeri dada.
16
Diagnosis berdasarkan pemeriksaan Kelainan pulmo yang dapat
fisik sangat tergantung pada luas dan ditemukan:
kelainan struktural paru. • stem fremitus kanan < kiri,
Pemeriksaan fisik dapat normal pada • redup pada paru kanan dan sonor
lesi minimal, kelainan umumnya
pada paru kiri
terletak pada daerah apikal/posterior
lobus atas dan daerah apikal lobus • ronki basah halus di seluruh
bawah. lapangan paru kanan dan lapangan
bawah paru kiri.
Kelainan yang dapat ditemukan
bentuk dada yang tidak simetris,
pergerakan paru yang tertinggal,
peningkatan stem fremitus,
redup pada perkusi,
suara napas bronkial / amforik /
vesikuler melemah, / ronkhi
basah
Dari pemeriksaan foto thorax Pada foto thorax pasien ini tampak
ditemukan ditemukan gambaran lesi TB aktif
Gambaran lesi TB paru aktif biasanya berupa infiltrate dan kavitas pada
berupa infiltrat nodular berbagai paru kanan dan kiri
ukuran di lobus atas paru, kavitas
(terutama lebih dari satu), bercak
milier ataupun adanya efusi pleura
unilateral.
Gambaran lesi tidak aktif berupa
fibrotik, atelektasis, kalsifikasi,
penebalan pleura, penarikan hilus dan
deviasi trakea.
17
Hasil pemeriksaan darah rutin Hasil pemeriksaan ditemukan
kurang spesifik untuk TB paru. anemia ringan, leukositosis, Diff
Kelainan yang sering dijumpai adalah count menunjukkan shift to the right
anemia, peningkatan laju endap darah, dan peningkatan LED.
lekositosis dan limfositosis.
18
vesikuler vesikuler
normal/melemah, normal/melemah,
ronchi basah Wheezing (+),
halus/sedang/kasar Ronchi (+),
PEMERIKS (+) / (-) (-) (-)
AAN BTA
FOTO Gambaran Gambaran Gambaran
THORAX berawan/ infiltrat hiperlusen infiltrat/
terutama pada apex Sela iga melebar konsolidasi pada
paru satu lobus/ lebih
Gambaran cavitas
Gamabaran milier
seperti biji beras.
2. Rifampisin ( R )
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi –dormant ( persister )
yang tidak dapat dibunuh oleh isoniasid dosis 10mg/kg BB diberikan sama
untuk mengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu. Efek samping
anoreksia, mual, nyeri perut, hepatotoksik, anemia hemolitik, urin berwarna
merah.
19
3. Pirasinamid ( Z )
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman yang berada dalam sel
dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25mg/kg BB ,sedangkan
untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg
BB. Efek samping nyeri sendi, hepatotoksik, anoreksia, nausea, gastritis.
4. Streptomisin ( S )
Bersifat bakterisid . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB
sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggudigunakan dosis yang
sama penderita berumur sampai 60 tahun dasisnya 0,75gr/hari sedangkan unuk
berumur 60 tahun atau lebih diberikan 0,50gr/hari.
5. Etambulol ( E)
Bersifat sebagai bakteriostatik . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg
BB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kaliseminggu digunakan dosis
30 mg/kg/BB. Efek samping hepatotoksik, penurunan visus.
Prinsip Pengobatan
1. Tahap Intensif
Pada tahap intensif ( awal ) penderita mendapat obat setiap hari dan
diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT
terutama rifampisin. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara
tepat biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalamkurun waktu 2
minggu sebagian besar penderita TBC BTA positif menjadi BTA negatif (
konversi ) pada akhir pengobatan intensif.
2. Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit ,
namum dalam jangka waktu yang lebih lama
20
Kombinasi / Paduan OAT di Indonesia
WHO dan IUATLD ( Internatioal Union Against Tuberculosis and
lung Disease ) me-rekomendasikan paduan OAT Standar, yaitu :
Kategori 1 :
- 2HRZE / 4 H3R3
- 2HRZE / 4 HR
- 2HrZE / 6 HE
Kategori 2:
- 2HRZES / HRZE /5H3R3E3
- 2HRZES / HRZE / 5HRE
Kategori 3:
- 2HRZ / 4H3R3
- 2 HRZ / 4 HR
- 2HRZ / 6 HE
Program Nasional Penanggulangan TBC di Indonesia tahun 2007
menggunakan paduan OAT
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping ketiga kategori ini disediakan paduan obat sisipan
(HRZE)Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket kombipak dengan
tujuan untuk memudahkam pemberian obat dan menjamin kelangsungan
(kontinuitas) pengobatan sampai selesai satu (1) paket untuk satu (1)
penderita dalam satu (1) masa pengobatan.
1. Katagori 1
Tahap intensif terdiri dari Isoniasid ( H), Rifampisin ( R ),
Pirasinamid ( Z) dan Etambutol ( E ) Obat-obat tersebut
diberikansetiap hari selama 2 bulan ( 2HRZE ). Klemudian diteruskan
dengan tahap lanjutan yang terdiri dari isoniasid ( H) danRifampisin (
R ) diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan ( 4 H 3R3 ).
21
Obat ini diberikan untuk :
- Penderita baru TBC Paru BTA Positif
- Penderita TBC Paru BTA negatif Rontgen positif yang “ sakit
berat “ dan
- Penderita TBC Ekstra Paru berat.
Tabel 2. Dosis untuk paduan OAT KDT kategori 1
2. Katagori 2
Tahap intensif diberikan selama 6 bulan yang terdiri dari 2 bulan
dengan Isoniasid (H) , Rifampisin (R), Pirasinamid (Z),dan Etambutol
(E) setiap hari . Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 4
bulan dengan HRE yang diberikantiga kali dalam seminggu. Perlu
diperhatikan bahwa suntikan streptomisin diberikan setelah pemderita
selesai menelanobat.
22
Tabel .4 Dosis untuk paduan OAT KDT kategori 2
Catatan:
• Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal
untuk streptomisin adalah 500mg tanpa memperhatikan berat
badan.
• Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan
khusus.
• Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan
menambahkan aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi
4ml. (1ml = 250mg).
23
3. OAT Sisipan (HRZE)
Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA
positif dengan kategori 1 atau penderita BTA positifpengobatan ulang
dengan kategori 2 hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif
diberikan obat sisipan ( HRZE ) setiap hariselama 1 bulan.
Tabel.6 Dosis KDT untuk sisipan
Pasien ini termasuk dalam kategori kasus putus obat, jadi perlu diobati
dengan OAT kategori II, dengan regimen Rifampisin, INH,
Pirazinamid,Etambutol dan Streptomisin selama 2 bulan. Kemudian dilanjutkan
dengan 4 bulan Rifampisin,INH dan Etambutol.
24
DAFTAR PUSTAKA
25