SKRIPSI
Oleh:
Monica Arum Sukmajati
NIM : 038114022
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Monic!Arumsul njali
NIM:0381l4u2l
---.1
/'/
Ystim Srirlanlni,M.Si.,Apt.
felg{bu ShiPti
Oleh;
MOMCA ARUM SUKMAJATI
N]M : 0381l.liD2
?@bimbiDe
I Du. Su1Mm, Ap1.
dengan apa yang kita miliki. Kesuksesan adalah suatu proses, bukan
Wynn Davis
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
Dharma.
dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
3. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt selaku pembimbing II yang juga telah
4. Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku pencetus ide awal penelitian ini dan
selaku dosen penguji. Terimakasih atas kritik dan saran yang telah diberikan.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji. Terima kasih atas kritik
7. Bapak dan Ibu Apoteker Kota Yogyakarta yang telah bersedia menjadi
8. Keluarga, terutama kedua orang tua, Bapak St. Kasidjan dan Ibu R. Sumaryati
atas segala dukungan dan pengorbanan yang telah diberikan. Kakak Wahyu
dan Adik Agung atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan selama ini.
9. Made Arthawan Putra. There are lots of things that weve been through
together n I would like to say thank you, for being everything to me.
10. Ozza, my brother. Terima kasih atas bantuannya sehingga komputer bisa
12. Teman-teman The Sindens : Dee, Vera, Dita, Ana, Tata, Rosa, Sari dan
13. Teman-teman Fakultas Farmasi Sanata Dharma angkatan 2003 kelas A atas
14. Teman-teman Kost Difa. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini.
15. Sifa, Ria, Livie dan Ami. Terima kasih atas bantuan dan dukungan kalian
selama ini.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dne6 rndal lati pqulis magb@lka Muka4 stu rLn kilik yeg
t0 ..-
wv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAANKEASLIAN K,{RYA
tut! E@yatzk! dengd wgguhlya bslM shipsi teg eya tulis ini
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL. i
HALAMAN PERSETUJUAN.. ii
HALAMAN PERSEMBAHAN iv
PRAKATA v
DAFTAR ISI. ix
INTISARI.. xviii
ABSTRACT.. xix
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang. 1
1. Rumusan masalah.. 3
2. Keaslian penelitian. 4
3. Manfaat penelitian.. 5
B. Tujuan Penelitian. 6
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Peraturan perundang-undangan. 8
3. Peran apoteker 14
1. Asuhan kefarmasian... 17
4. Komunikasi farmasi.. 18
7. Peraturan perundang-undangan 20
D. Sumpah Apoteker. 24
F. Keterangan Empiris. 27
C. Instrumen Penilitian.. 29
1. Populasi.. 29
2. Sampel 30
1. Pembuatan kuesioner. 32
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Pengujian kuesioner... 32
3. Penyebaran kuesioner 34
4. Pengumpulan kuesioner. 34
5. Wawancara 35
G. Kesulitan Penelitian. 36
1. Umur responden. 37
4. Administrasi.. 59
C. Pelayanan. 65
1. Skrining resep 65
2. Penyiapan obat.. 71
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Dimensi waktu... 83
3. Prosedur tetap 83
A. Kesimpulan.. 87
B. Saran 87
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 89
LAMPIRAN 92
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Hal.
Farmasi di Apotek. 53
Wadah Lain... 55
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Khusus.. 57
Beli 59
Penjualan.. 60
Buku Penjualan. 61
Berurutan... 62
Record 63
Persyaratan Administratif. 66
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berkelanjutan 77
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Sehari. 42
Persetujuan APA 44
Kesehatan Lainnya. 58
Terapi. 81
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
Konsumen. 109
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke
pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care).
Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan
obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Sebagai konsekuensi perubahan
orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan
pasien. Apoteker juga harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya
kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan. Oleh sebab itu
apoteker dalam menjalankan praktek harus sesuai standar yang ada untuk
menghindari terjadinya hal tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek berdasarkan Kepmenkes RI Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004 di Kota Yogyakarta dan sedikit mengkaji
pemahaman apoteker mengenai pengertian medication record dan konseling.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan
penelitian deskriptif. Responden dalam penelitian ini adalah Apoteker Pengelola
Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang
merupakan instrumen penelitian ini. Analisis yang dilakukan adalah statistik
deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 belum
dilaksanakan secara menyeluruh oleh Apoteker di apotek-apotek Kota
Yogyakarta.
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke
kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan. Oleh sebab itu
apoteker dalam menjalankan praktek harus sesuai standar yang ada untuk
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Farmasis Indonesia tahun 2004, salah satu standar prosedur operasional apoteker
memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai
undangan. Bila melanggar ketentuan tersebut, maka sesuai pasal 62 ayat 1 akan
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda
Yogyakarta.
1. Rumusan masalah
2. Keaslian penelitian
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
b. Manfaat praktis
pengelolaan apotek.
2) bahan acuan bagi mahasiswa farmasi atau para calon apoteker yang
B. Tujuan Penelitian
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
yang dimaksud dengan apotek ialah suatu tempat dimana dilakukan usaha-usaha
yang dimaksud dengan apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah
(Anonim, 2004a).
sediaan farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin (Anonim,
2002). Apoteker pengelola apotek adalah apoteker yang telah diberi surat izin
melakukan tugasnya pada jam buka apotek, apoteker pengelola apotek harus
apotek selama apoteker pengelola apotek tersebut tidak berada di tempat lebih
dari tiga bulan secara terus-menerus dan telah memiliki surat izin kerja serta
2002).
(Anonim, 1992). Hal ini juga ditegaskan pada Peraturan Pemerintah Nomor 32
tahun 1996 pasal 22 ayat 1 (c) yang menyebutkan bahwa bagi tenaga
untuk :
akan dilakukan.
(Anonim, 1996)
informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
10
(Anonim, 1993)
harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat,
tidak bias, etis, bijaksana dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-
waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari
jam buka apotek dan memberikan informasi kepada pasien yang datang ke
11
dan keterampilan yang sangat khusus yang diperoleh melalui pelajaran yang
bersifat teoritis dan praktek dan diuji oleh lembaga perguruan tinggi dan
suatu pekerjaan adalah suatu profesi, menurut Sulasmono (1997) antara lain :
1. unusual learning, yaitu di didik dan menerima pengetahuan yang khas dan
12
13
apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan
informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
14
farmasi yakni sarjana apoteker. Wujud pengaturan diri tersebut antara lain
3. Peran apoteker
sesuai ketentuan perundangan yang berlaku apotek harus dikelola oleh seorang
15
Peran Apoteker yang digariskan oleh WHO yang dikenal dengan istilah
kebutuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
fisik, anggaran) dan informasi, juga harus dapat dipimpin dan memimpin
orang lain dalam tim kesehatan. Lebih jauh lagi apoteker mendatang harus
informasi mengenai obat dan hal-hal lain yang berhubungan dengan obat.
6. Life-long learner. Apoteker harus senang belajar sejak dari kuliah dan
berbagi ilmu pengetahuan baru satu sama lain, tetapi juga kesempatan
(Anonim, 2004b)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
sistem pelayanan kesehatan yang utuh dan terpadu, terdiri dari struktur dan fungsi
18
19
20
21
4) Administrasi.
Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu
dilaksanakan kegiatan administrasi yang meliputi :
4.1. Administrasi umum.
Pencacatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika dan
dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4.2. Administrasi pelayanan.
Pengarsipan resep, pengarsipan cacatan pengobatan pasien,
pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat.
b. Pelayanan
1) Pelayanan resep.
1.1. Skrining resep.
Apoteker melakukan skrining resep meliputi :
1.1.1. Persyaratan administratif :
- Nama,SIP dan alamat dokter.
- Tanggal penulisan resep.
- Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.
- Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.
- Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang minta.
- Cara pemakaian yang jelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
- Informasi lainnya.
1.1.2. Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi,
stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
1.1.3. Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi,
kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada
keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada
dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan
alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan
setelah pemberitahuan.
23
24
D. Sumpah Apoteker
(ISFI, 2001).
bagi yang disumpah bahwa dalam menjalankan tugas dan kewajiban atau
dipertanggung jawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa baik dunia maupun
akhirat (Budiharjo, 1981). Lafal sumpah atau janji apoteker dapat dilihat pada
lampiran 4.
Kode Etik Apoteker Indonesia adalah suatu aturan moral sebagai rambu-
25
yang melanggar Kode Etik Apoteker oleh sebab itu seorang apoteker perlu
Indonesia (ISFI). Kode Etik Apoteker Indonesia menurut ISFI hasil Keputusan
Kongres Nasional XVII ISFI tahun 2005 nomor 007/2005 tanggal 18 Juni 2005
menjalankan fungsi apotek ini harus patuh terhadap etika kefarmasian sebagai
penjabaran Kode Etik Apoteker dan sebagai apoteker yang telah mengucapkan
yang dijual di apotek agar tidak ada resep atau permintaan konsumen yang
lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
keuntungan. Dalam hal ini apoteker harus mampu bertindak sebagai manajer
(Anief, 1995)
Menurut J.W. Weiss, etika bisnis adalah seni dan disiplin dalam menerapkan
prinsip etika dalam mengkaji dan memecahkan berbagai masalah moral yang
kompleks. Meski belum ada definisi terbaik dari etika bisnis, namun telah muncul
konsensus bahwa etika bisnis adalah studi yang mensyaratkan penalaran dan
Bisnis mempunyai etika, dan lima prinsip yang berlaku dalam kegiatan
bisnis adalah :
keputusan dan bertindak menurut keputusan itu dan juga harus disertai dengan
27
Hal ini mengarahkan tindakan bisnis yang baik secara aktif dan maksimal,
5. prinsip hormat kepada diri sendiri. Artinya memperlakukan diri sendiri dan
orang lain sebagai pribadi yang memiliki nilai yang sama dengan pribadi lain.
(Isdaryadi, 2005)
dan dilaksanakan secara sukarela oleh para anggotanya. Jika ada anggota yang
melanggar etika, sanksi paling berat yang diterima adalah dikeluarkan dari
F. Keterangan Empiris
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada
obyektif tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang diselidiki (Nawawi, 1998).
pendapat responden.
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
persentasenya lebih dari 50%. Bila persentasenya kurang dari 50% maka
C. Instrumen Penelitian
1. karakteristik responden.
1027/MENKES/SK/IX/2004.
1. Populasi
30
suatu penelitian (Nawawi, 1998). Populasi dari penelitian ini adalah semua
2. Sampel
ukuran minimum yang dapat diterima adalah 10 persen dari populasi. Untuk
1993). Namun demikian tidak ada satu formula pun yang dapat digunakan
31
diperoleh jumlah sampel yang berbeda di tiap kecamatan sesuai jumlah apotek
32
1. Pembuatan kuesioner
2. Pengujian kuesioner
33
Suatu alat ukur dikatakan valid (benar/sahih) jika alat ukur tersebut jitu
akan sama atau sependapat mengenai sejauh mana validitas isi kuesioner
akan tercapai.
c. Uji reliabilitas
Suatu alat ukur dikatakan reliable (dapat dipercaya) jika alat ukur
tersebut mantap, tepat dan homogen. Suatu alat ukur dikatakan mantap
suatu karakteristik mempunyai kaitan yang erat satu sama lain (Adi, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
menjawab dengan jujur seperti apa adanya. Hal ini berkaitan dengan
mengetahui tentang dirinya, sehingga data hasil tidak perlu diuji lagi
3. Penyebaran kuesioner
tersebut. Jika responden berhalangan mengisi saat itu juga, maka kuesioner
4. Pengumpulan kuesioner
Kuesioner langsung dikumpulkan saat itu juga dan ada yang diambil
35
5. Wawancara
sejumlah pertanyaan lisan, untuk dijawab secara lisan pula (Nawawi, 1985).
1027/MENKES/SK/IX/2004.
pada lampiran 7.
dalam bentuk persentase dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik/diagram.
jika kurang dari 50% maka dikatakan belum melaksanakan Standar Pelayanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
1027/MENKES/SK/IX/2007 tersebut.
G. Kesulitan Penelitian
BAB IV
lain, waktu kerja di apotek dalam seminggu dan waktu kerja di apotek dalam
sehari.
1. Umur responden
antara 21-35 tahun sebesar 73,92%, 36-50 tahun sebesar 4,35% dan yang
berusia lebih dari 50 tahun sebesar 21,74%. Gambaran mengenai rentang usia
Umur Responden
21.74%
73.92%
yaitu sebanyak 73,92% berada dalam rentang usia antara 21-35 tahun yang
mana rentang usia tersebut merupakan usia produktif untuk masa kerja
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
mencapai puncaknya pada usia 30 tahun. Pada usia tersebut seseorang mampu
baik.
Persentase (%)
No Posisi responden di apotek Jumlah
n = 23
1 Apoteker Pengelola Apotek 22 95,65
2 Apoteker Pendamping 1 4,35
Total 23 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
lainnya.
kerja sebagai apoteker di apotek yang sekarang selama kurang dari 1 tahun
sebesar 4,35%, 1-5 tahun sebesar 60,87%, 6-10 tahun sebesar 13,04% dan
4.35%
21.74%
<1 thn
1-5 thn
6-10 thn
13.04%
> 10thn
60.87%
40
telah memahami mengenai kinerja di apotek mereka yang sekarang dan dapat
pekerjaan lain, selain sebagai apoteker di apotek dan sisanya yaitu sebesar
Ada tidaknya pekerjaan lain selain sebagai apoteker di apotek, apa pun
jenis pekerjaannya, sedikit banyak akan berpengaruh pada jam kehadiran dan
41
Apoteker pasal 6, seorang apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh
3-5 hari seminggu sebesar 30,43% dan yang bekerja 6-7 hari seminggu
sebesar 69,57%.
untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu. Tabel III memperlihatkan
bahwa sebagian besar responden bekerja 6-7 hari sehingga dapat disimpulkan
kurang dari 4 jam sehari sebesar 4,35%, yang bekerja 4-6 jam sehari sebesar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
39,13% dan yang bekerja lebih dari 6 jam sehari sebesar 56,52 %. Hal ini
4.35% 39.13%
< 4 jam
4-6 jam
> 6 jam
56.52%
43
Persentase (%)
No Berdasarkan persetujuan APA Jumlah
n = 23
1 Ya 18 78,26
2 Tidak 5 21,74
Total 23 100
apoteker dan karyawan lain (Hartini dan Sulasmono, 2006). Karena itulah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
100.00%
78.26%
Ya
50.00%
Tidak
21.74%
0.00%
bahwa pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis
45
tulisan hitam di atas dasar putih; tinggi huruf minimal 5 cm, tebal 5 cm.
apotek, nama Apoteker Pengelola Apotek, nomor surat izin apotek dan
2 Tidak Ada 0 0
Total 23 100
halaman apotek terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata
(100%) mempunyai papan yang tertulis kata apotek pada halaman depan
apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan
46
2 Tidak 9 39,13
Total 23 100
bahwa apotek harus memiliki ruang tunggu yang nyaman bagi pasien,
yaitu yang bersih dan bebas dari hewan pengerat, serangga/pest. Hal ini
juga diatur dalam Kepmenkes Nomor 278 tahun 1981 pasal 4 yang pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
tunggu.
Persentase (%)
No Ruang tunggu bagi pasien Jumlah
n = 23
1 Ada 23 100
2 Tidak Ada 0 0
Total 23 100
1027/MENKES/SK/IX/2004.
Total 22 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Total 22 100
pasien.
Total 23 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
dengan baik.
f. Ruang racikan
bahwa apotek harus memiliki ruang racikan. Hal ini juga diatur pada
Kepmenkes Nomor 278 tahun 1981 pasal 4 dan pada lampiran Form Apt-3
Persentase (%)
No Ruang racikan Jumlah
n = 23
1 Kering saja 4 17,39
2 Basah saja 0 0
3 Kering+Basah 17 73,91
4 Tidak punya 2 8,70
Total 23 100
mempunyai ruang racikan kering dan ruang racikan basah, 17,39% apotek
yang hanya mempunyai ruang racikan kering dan terdapat 8,70% apotek
yang tidak mempunyai ruang racikan, baik ruang racikan kering maupun
50
Ruang Racikan
17.39%
8.70%
Kering
Kering+Basah
Tidak punya
73.91%
bahwa apotek harus memiliki keranjang sampah yang tersedia untuk staf
maupun pasien. Pada lampiran Form Apt-3 Kepmenkes Nomor 1332 tahun
2002 disebutkan bahwa apotek harus memiliki sanitasi yang baik serta
salah satu fasilitas untuk menjaga sanitasi di apotek agar dapat terjaga
dengan baik.
Persentase (%)
No Keranjang sampah Jumlah
n = 23
1 Staf saja 1 4,35
2 Pasien saja 0 0
3 Staf +pasien 22 95,65
Total 23 100
keranjang sampah untuk staf dan keranjang sampah untuk pasien sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
52
pelaksanaannya.
a. Perencanaan
obatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Persentase (%)
No Latar Belakang Perencanaan Jumlah
n = 23
1 Pola penyakit 3 13,04
Pola penyakit dan kemampuan
2 1 4,35
masyarakat
Kemampuan masyarakat dan
3 1 4,35
budaya masyarakat
Pola penyakit, kemampuan
4 masyarakat dan budaya 18 78,26
masyarakat
Total 23 100
b. Pengadaan
54
obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, psikotropika dan narkotika
dapat berasal langsung dari pabrik farmasi, Pedagang Besar Farmasi (pasal
farmasi yang resmi hanya melalui pabrik farmasi, PBF dan apotek lain.
Persentase (%)
No Sumber Perolehan Obat Jumlah
n = 23
1 PBF 10 43,47
2 PBF+apotek 6 26,09
3 PBF+toko obat 1 4,35
4 PBF+apotek+toko obat 4 17,39
5 PBF+toko obat+swalayan 1 4,35
6 PBF+apotek+toko obat+swalayan 1 4,35
Total 23 100
memperoleh obat melalui jalur tidak resmi. Bagan jalur distribusi obat
55
c. Penyimpanan
bahwa obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
2 Tidak 16 69,57
Total 23 100
selalu menyimpan obat/bahan obat dalam wadah asli dari pabrik, namun
terdapat 30,43% apotek yang pernah memindahkan isi obat dari wadah asli
ke wadah lain.
bahwa dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada
wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis
informasi yang disertakan apoteker pada wadah baru dapat dilihat pada
56
Persentase (%)
No Informasi yang disertakan Jumlah
n=7
1 Tidak ada informasi 1 14,29
2 Tanggal kadaluwarsa+aturan pakai 3 42,85
Produsen+tanggal
3 kadaluwarsa+aturan pakai+cara 1 14,29
penyimpanan
Produsen+tanggal
4 kadaluwarsa+nomor batch+aturan 2 28,57
pakai+cara penyimpanan
Total 7 100
ditentukan.
karena sub standard dan bila apoteker tidak menyediakan, menyimpan dan
dicabut. Hal ini sesuai dengan pasal 25 Permenkes Nomor 922 tahun 1993.
menyebutkan bahwa semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang
57
penyimpan obat.
Persentase (%)
No Tempat penyimpanan khusus Jumlah
n = 23
1 Ada 23 100
2 Tidak Ada 0 0
Total 23 100
Nomor 278 tahun 1981) dan lemari pendingin yang digunakan untuk
menyimpan obat-obat tertentu yang mudah rusak atau meleleh pada suhu
kamar seperti serum dan vaksin (pasal 9 Kepmenkes RI Nomor 278 tahun
58
100.00% 78.26%
69.19% 69.57%
50.00% 28.57%
0.00%
59
4. Administrasi
administrasi pelayanan.
1) Administrasi umum
berlaku.
2 Tidak 0 0
Total 23 100
60
2 Tidak 4 17,39
Total 23 100
faktur atau nota penjualan pada setiap transaksi penjualan yang mereka
61
Persentase (%)
No Dicatat dalam buku penjualan Jumlah
n = 23
1 Ya 22 95,65
2 Tidak 1 4,35
Total 23 100
sebesar 95,65%.
bahwa dalam apotek harus tersedia buku pencatatan obat narkotika dan
psikotropika.
62
2) Administrasi pelayanan
obat.
a. Pengarsipan resep
XXII berikut.
2 Tidak 0 0
Total 23 100
menurut urutan tanggal dan nomor urut penerimaan resep dan harus
63
b. Medication record
2 Tidak 14 60,87
Total 23 100
catatan pengobatan setiap pasien yang memuat antara lain data pribadi
pasien (nama, usia, jenis kelamin, alamat), nomor resep, nama dokter,
dilakukan pada pasien tertentu, yaitu pasien yang lansia dan pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
administrasi
50% 39.13%
0%
pencatatan&pengarsipan pembelian
penyertaan bukti/faktur penjualan
pencatatan penjualan
pencatatan narkotika&psikotropika
pengarsipan resep
pelaksanaan pengisian medication record
65
pelaksanaannya.
C. Pelayanan
1. Skrining resep
a. Persyaratan administratif
66
Persentase (%)
No Persyaratan administratif Jumlah
n = 23
1 Ya 22 95,65
2 Tidak 1 4,35
Total 23 100
umur, jenis kelamin dan berat badan pasien; nama obat, potensi, dosis,
jumlah yang minta; cara pemakaian yang jelas dan informasi lainnya.
cakupannya.
b. Kesesuaian farmasetik
XXV berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Persentase
Skrining kesesuaian farmasetik yang
No Jumlah (%)
dilakukan
n=23
1 Tidak melakukan 1 4,35
2 Dosis 1 4,35
3 Bentuk sediaan+lama pemberian 1 4,35
Bentuk sediaan+dosis+cara
4 1 4,35
pemberian+lama pemberian
Bentuk sediaan+dosis+stabilitas+cara
5 1 4,35
pemberian
Bentuk sediaan+dosis+potensi+cara
6 1 4,35
pemberian+lama pemberian
Bentuk
7 sediaan+dosis+potensi+stabilitas+inkomp 1 4,35
atibilitas+cara pemberian
Bentuk
8 sediaan+dosis+stabilitas+inkompatibilitas 1 4,35
+cara pemberian+lama pemberian
Dosis+stabilitas+inkompatibilitas+cara
9 2 8,70
pemberian+lama pemberian
Bentuk
10 sediaan+dosis+potensi+stabilitas+inkomp 13 56,52
atibilitas+cara pemberian+lama pemberian
Total 23 100
relatif besar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
c. Pertimbangan klinis
jumlah obat.
Persentase
Skrining pertimbangan klinis yang
No Jumlah (%)
dilakukan
n = 23
1 Tidak melakukan 1 4,35
2 Alergi 1 4,35
3 Efek samping 1 4,35
4 Durasi+jumlah obat 1 4,35
5 Alergi+efeksamping+jumlah obat 1 4,35
6 Efek samping+interaksi+jumlah obat 1 4,35
7 Alergi+efek samping+interaksi+durasi 1 4,35
Alergi+efek samping+durasi+jumlah
8 2 8,70
obat
Alergi+efek
9 2 8,70
samping+interaksi+jumlah obat
Efek
10 samping+interaksi+durasi+jumlah 1 4,35
obat
Alergi+efek
11 samping+interaksi+durasi+jumlah 11 47,82
obat
Total 23 100
69
2 Tidak 5 21,74
Total 23 100
70
skrining resep
95.65%
100.00%
78.26%
56.52%
47.82%
50.00%
0.00%
persyaratan administratif
71
2. Penyiapan obat
a. Etiket
etiket harus jelas dan dapat dibaca. Etiket yang tidak jelas dapat
2 Tidak 21 91,30
Total 23 100
tidak pernah menerima keluhan tentang etiket oleh pasien dan 8,70%
sisanya pernah menerima keluhan tentang etiket oleh pasien karena tidak
error.
b. Penyerahan obat
72
Persentase
Selalu melakukan pengecekan
No Jumlah (%)
sebelum diserahkan ke pasien
n = 23
1 Ya 23 100
2 Tidak 0 0
Total 23 100
farmasis.
informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan. Hal ini
73
rupiah).
Persentase
No Selalu terlibat dalam penyerahan obat Jumlah (%)
n = 23
1 Ya 15 65,22
2 Tidak 8 34,78
Total 23 100
c. Informasi obat
74
Persentase (%)
No Informasi Obat yang diberikan Jumlah
n = 23
Cara pemakaian obat+jangka
1 2 8,70
waktu pengobatan
Cara pemakaian obat+cara
2 penyimpanan obat+jangka waktu 8 34,78
pengobatan
Cara pemakaian obat+cara
penyimpanan obat+jangka waktu
pengobatan+ makanan dan
3 13 56,52
minuman yang harus
dihindari+aktivitas yang harus
dihindari
Total 23 100
terjadinya medication error yang mungkin dilakukan oleh pasien pada saat
75
d. Konseling
konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara
konseling yaitu konseling adalah proses tanya jawab searah antara pasien
76
proses satu arah dan ada perbedaan status, baik dalam hal pengalaman
proses dua arah. Berdasarkan hasil wawancara ini terlihat kalau apoteker
karena mereka juga menerima masukan dari pasien yang mungkin lebih
2 Tidak 3 13,04
Total 23 100
77
XXXIII berikut.
2 Tidak 8 34,78
Total 23 100
sebentar untuk dapat sembuh dan harus teratur meminum obat yang telah
78
penyiapan obat
100%
100.00%91.30% 86.96%
65.22% 65.22%
56.52%
50.00%
0.00%
informasi yang diberikan meliputi : cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat,
jangka waktu pengobatan, makanan dan minuman yang harus dihindari dan aktivitas
yang harus dihindari
kepada pasien (100%), penulisan etiket yang jelas dan dapat dibaca
79
2 Tidak 8 34,78
Total 23 100
informasi kesehatan.
80
2 Tidak 13 56,52
Total 23 100
81
100.00%
65.22%
50.00% 43.48%
0.00%
82
wawancara langsung.
tingkat kepuasan konsumen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel XXXVI berikut.
2 Tidak 18 78,26
Total 23 100
mereka. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dari apotek yang pernah
40%
Angket
Wawancara
60%
83
2. Dimensi waktu : lama pelayanan diukur dengan waktu (yang telah ditetapkan).
91,30% sisanya tidak menetapkan lama pelayanan per pasien. Hal ini dapat
Persentase (%)
No Menetapkan lama pelayanan Jumlah
n = 23
1 Ya 2 8,70
2 Tidak 21 91,30
Total 23 100
bertujuan agar apoteker cepat tanggap dalam melayani pasien sehingga pasien
tidak menunggu terlalu lama untuk mendapatkan obat. Salah satu caranya
pengambilan setiap sediaan, misalnya salep, puyer, kapsul, sirup, baik dalam
waktu.
3. Prosedur tetap : untuk menjamin mutu pelayanan sesuai standar yang telah
ditetapkan.
mempunyai prosedur tertulis dan tetap dalam pelayanan pasien dan 52,17%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
sisanya tidak mempunyai prosedur tertulis dan tetap dalam pelayanan pasien.
Total 23 100
tetap ini antara lain bermanfaat untuk memastikan bahwa praktek yang baik
dapat tercapai setiap saat dan adanya pembagian tugas dan wewenang di
apotek. Hal ini dapat dilakukan dengan adanya alur pelayanan resep di apotek
sehingga pelayanan dapat berjalan dengan baik karena tidak terjadi tumpang
tindih tugas dan wewenang. Contoh alur pelayanan resep dapat dilihat pada
lampiran 8.
mutu pelayanan
100.00%
47.83%
50.00%
21.74%
8.70%
0.00%
survey tingkat kepuasan konsumen
waktu pelayanan per pasien
prosedur tetap
85
21,74%, penetapan waktu pelayanan per pasien sebesar 8,70% dan untuk
pelaksanaannya.
1027/MENKES/SK/IX/2004
sehingga perlu perhatian yang lebih agar dapat ditingkatkan lagi pelaksanaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
100.00%
50.00%
0.00%
Pengelolaan Sumber Daya Pelayanan Evaluasi Mutu Pelayanan
Gambar 14. Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kota Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah bahwa Apoteker
terdapatnya persentase pelaksanaan yang kurang dari 50%, yaitu : adanya ruang
konseling tertutup, informasi yang disertakan pada wadah baru meliputi tanggal
B. SARAN
1. Dalam rangka menindak lanjuti hasil penelitian ini, diharapkan adanya respon
positif dari pihak Departemen Kesehatan, ISFI dan Dinas Kesehatan Kota
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
3. Perlu dilakukan penelitian sejenis pada tingkat populasi yang lebih besar
Rumah Sakit.
responden untuk tiap jawaban yang diberikan sehingga dapat diketahui latar
89
DAFTAR PUSTAKA
Adi, R., 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, 79-82, Granit, Jakarta
Anief, M., 1995, Manajemen Farmasi, Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta
Anonim, 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cetakan kedua, Balai Pustaka,
Jakarta
90
Azwar, S., 2003, Reliabilitas dan Validitas, 4-8, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
91
Hartini, Y.S. dan Sulasmono, 2006, Apotek : Ulasan Beserta Naskah Peraturan
Perundang-Undangan Terkait Apotek, Penerbit Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta
ISFI, 2001, Draft Hasil Rapat Kerja Nasional I, Badan Pimpinan Pusat Ikatan
Sarjana Farmasi Indonesia, Semarang
Kontour, R., 2003, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, 105,
PPM, Yogyakarta
Nawawi, H., 1998, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta
Salim, P. dan Yenny Salim, 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer,
Edisi III, Modern English Press, Jakarta
Sulasmono, 1997, Profesi di Apotek Sekarang dan Masa Depan dengan Analisis
SWOT, Diskusi Kuliah Pengantar Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Trisna, Y., 2007, Mencegah Medication Error, Makalah Seminar Patient Safety
and Drug Information, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta
Wahyuni, B., 2005, Publik Tidak Boleh Ditipu Lagi, Ombudsman, No.II, 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
ApotkerPengelola
Apotek
NIi4:034114022
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
KUESIONER PENELITIAN
I. Data Responden
Petunjuk Pengisian : Lingkarilah jawaban yang benar
No Pertanyaan Jawaban
b. 36-50 tahun
c. >50 tahun
b. Apoteker Pendamping
c. Apoteker Pengganti
c. 6-10 tahun
d. >10 tahun
b. Tidak
c. 6-7 hari
c. >6 jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
No Pertanyaan YA TIDAK
Apakah pada halaman depan apotek Anda terdapat
1
papan yang tertulis kata apotek?
8 a. pola penyakit?
b. kemampuan masyarakat?
c. budaya masyarakat?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
a. PBF
b. Pabrik farmasi
c. Apotek lain
d. Toko obat
9
e. Swalayan
11 a.Produsen (pabrik)
b.Nomor batch
c.Tanggal kadaluarsa
d.Aturan pakai
e.Cara penyimpanan
96
psikotropika?
1. PERSYARATAN ADMINISTRATIF
2. KESESUAIAN FARMASETIK :
a. Bentuk sediaan
b. Dosis
c. Potensi
d. Stabilitas
e. Inkompatibilitas
f. Cara pemberian
g. Lama pemberian
3. PERTIMBANGAN KLINIS :
a. Alergi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
b. Efek samping
c. Interaksi
e. Durasi
f. Jumlah obat
penulisan resep?
98
mengunjungi pasien)?
penyuluhan)?
No Pertanyaan YA TIDAK
a.Angket
b.Wawancara
99
100
1962 pasal 1 :
bagi mereka yang beragama Islam, dan sumpah untuk agama lain, pemakaian
masing.
2. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan
perikemanusiaan;
101
keinsyafan.
(Anonim, 1962)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Mukadimah
BAB I
Kewajiban Umum
Pasal 1 : sumpah/janji
Setiap Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah
Apoteker.
Pasal 2
Setiap Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan
mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia.
Pasal 3
Setiap Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi
Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip
kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.
Pasal 4
Setiap Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan
pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.
Pasal 5
Didalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus menjauhkan diri dari usaha
mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi
luhur jabatan kefarmasian.
Pasal 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang
lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Pasal 7
Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.
Pasal 8
Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-
undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi khususnya.
BAB II
Kewajiban Apoteker Terhadap Penderita
Pasal 9
Seorang Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian harus mengutamakan
kepentingan masyarkat dan menghormati hak azasi penderita dan melindungi
mahluk hidup insani.
BAB III
Kewajiban Apoteker Terhadap Teman Sejawat
Pasal 10
Setiap Apoteker harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri
ingin diperlakukan.
Pasal 11
Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk
mematuhi ketentuan-ketentuan Kode Etik.
Pasal 12
Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan
kerjasama yang baik sesama Apoteker di dalam memelihara keluhuran martabat
jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam
menunaikan tugasnya.
BAB IV
Kewajiban Apoteker Terhadap Teman Sejawat Petugas Kesehatan
Lainnya
Pasal 13
Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan
meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan
menghormati sejawat petugas kesehatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Pasal 14
Setiap Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang
dapat mengakibatkan berkurangnya/hilangnya kepercayaan masyarakat kepada
sejawat petugas kesehatan lainnya.
BAB V
Penutup
Pasal 15
Setiap Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik
Apoteker Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasian sehari-hari. Jika
seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja melanggar atau tidak
mematuhi Kode Etik Apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui dan
menerima sanksi dari pemerintah, ikatan/organisasi profesi farmasi yang
menanganinya (ISFI) dan mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
106
(P) : Peneliti
(R) : Responden
Responden 1
R : Seharusnya setiap pasien, tapi disini kami baru melakukan pada pasien tertentu
saja kayak yang udah lansia atau yang punya penyakit tertentu yang butuh
dikontrol.
pakai, terutama untuk pasien yang lansia, yang punya penyakit seperti TBC itu
harus dikontrol, misalnya dengan di telepon pada akhir bulan untuk mengetahui
perkembangannya.
R : iya.
P : menurut Anda, konseling dan konsultasi memiliki pengertian yang sama atau
berbeda?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
R : kalau konseling itu lebih spesifik, kita memberi tahu mereka tentang
semuanya.
Responden 2
pola pengobatannya.
P : setiap pasien? keterangan apa saja yang terdapat dalam medication record?
R : iya, setiap pasien. Ada nama pasien, nomor resep, alamat pasien, alamat
R : konseling itu proses dimana kalau pasien tanya mengenai obat-obatan dan
penyakit.
R : iya. Jika pasien bingung bisa tanya terus kita beri penjelasan.
R : gak juga. Kadang kita juga harus bertanya untuk mengetahui kondisi pasien
yang sebenarnya.
P : menurut Anda, konseling dan konsultasi memiliki pengertian yang sama atau
berbeda?
R : menurut saya konseling dan konsultasi itu sama cuma beda istilah saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Responden 3
R : medication record itu data atau catatan yang memuat data pasien.
R : data pribadi pasien ; nama, usia, jenis kelamin, tempat tinggal, terus obat yang
R : konseling itu penyebaran informasi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang
P : menurut Anda, konseling dan konsultasi memiliki pengertian yang sama atau
berbeda?
R : sama, hanya beda istilah. Menurut saya konsultasi itu proses dari konseling.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
110
111
BIOGRAFI PENULIS
Yogyakarta.