Oleh
AZIZ ANDALAS PUTRA
03021281320006
Universitas Sriwijaya
Integritas
Universitas Sriwijaya
RIWAYAT HIDUP
Universitas Sriwijaya
HALAMAN PERSEMBAHAN
الر ِحيم
َّ الر ْح َم ِن َّ ِب ْس ِم
َّ َِّللا
Karya tulis ini akan ku persembahkan untuk:
Kedua orang tua, Ibu Sri Purbaningsih, S.Sos. dan Bapak Ario Dwi
Andalas, S.Sos.
Berliani Rizky Sari, Nanda Dessy Mayor, Arin Erma Sari, Mirza
Alief, Faisal Sumantri, Fahmi Ramadhan, Bagus Dwi Anggana, Cep
Sandy Kurniawan, Hamdan Nasution, saudara serta teman
seperjuangan.
Restuani , Desty, Iko, Kak Din, Verika, Alfi, Anggra, Dellky, Wawan,
Mas Bowo dari teman seperjuangan sejak SMA.
Universitas Sriwijaya
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia-Nya lah
sehingga dapat diselesaikan penyusunan Tugas Akhir ini yang berjudul
”Perencanaan Sistem Penyaliran pada Pit II Tambang Batubara PT Buana Eltra,
kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan”. Penelitian Tugas Akhir ini
dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2017 sampai 9 Juni 2017.
Ucapan terimakasih disampaikan kepada Prof. Dr. Ir. H. M. Taufik Toha,
DEA dan Ir. H. Fuad Rusydi Suwardi, MS., selaku pembimbing pertama dan
pembimbing kedua yang telah banyak membimbing dalam penyusunan skripsi ini.
Terimakasih juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan
Tugas Akhir dan penyusunan skripsi ini, antara lain:
1. Prof. Ir. Subriyer Nasir, MS., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Sriwijaya.
2. Dr. Hj. Rr. Harminuke Eko Handayani, ST., M.T., dan Ir. Bochori, MT., IPM,
selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya.
Penyelesaian Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun diharapkan guna perbaikan nantinya. Semoga hasil
penelitian ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi semua pihak,
khususnya bagi Mahasiswa Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya.
Aziz Andalas Putra; Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. H. M. Taufik Toha, DEA dan Ir.
H. Fuad Rusydi Suwardi, MS.
Planning of Drainage System at Pit II Coal Mine PT Buana Eltra , Kabupaten Ogan
Komering Ulu, South Sumatera.
RINGKASAN
PT Buana Eltra adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang usaha
pertambangan batubara. PT Buana Eltra memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP)
Operasi Produksi Nomor 08/K/IUP-II/XXVII/2009 dengan luas wilayah perizinan
sebesar 3.152.395,649 m2 atau 315,2396 Ha. Secara administratif lokasi IUP/
Wilayah Pertambangan PT Buana Eltra terletak di desa Gunung Kuripan, kabupaten
Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. Penambangan batubara dilakukan pada pit
II sedangkan pit I dalam tahap kegiatan reklamasi. Penambangan batubara
dilakukan pada 2 seam dari 3 seam lapisan batubara di pit II yaitu x,y, dan z. Metode
penambangan yang digunakan yaitu metode tambang terbuka dengan sistem
penambangan strip mine. Aktifitas penambangan memerlukan sistem penyaliran
agar tidak menganggu aktifitas produksi maupun tercemarnya air limbah ke lokasi
lain, maka dari itu diperlukan sistem penyaliran yang terencana. Penyaliran adalah
suatu cara untuk mengeringkan atau mengeluarkan air yang terdapat atau
menggenangi suatu daerah tertentu. Sedangkan sistem penyaliran tambang adalah
rangkaian unit kerja dari alat/bagian pada sistem penyaliran yang dimaksudkan
untuk mengendalikan air tambang. Berdasarkan kajian teknis dilapangan bahwa
pada pit II yaitu tidak tersedianya saluran terbuka atau open channel dan belum
diperhitungkan sebelumnya, sehingga menyebabkan air masuk ke front
penambangan. Sump aktual pada lokasi penelitian telah mampu menampung debit
air limpasan, tetapi hal ini tidak berlangsung lama karena berdasarkan rencana
penambangan, lokasi sump aktual akan dilakukan kegiatan penambangan batubara
sehingga diperlukan perencanaan sump.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, debit total air pit II dengan asumsi
tidak terdapatnya saluran yaitu 9.528,493 m3/ hari, sedangkan debit total air ke pit
II dengan asumsi terdapat saluran langsung ke kolam pengendapan lumpur yaitu
4.892,632 m3/ hari. Pada pit II direncanakan dua saluran yang langsung mengalir
ke muara kolam pengendapan lumpur untuk mengurangi jam kerja pompa dimana
luas catchment pada saluran 1 sebesar 50.446,156 m2 atau 5,045 Ha dan luas
catchment pada saluran 2 sebesar 77.410,379 m2 atau 7,741 Ha. Jumlah saluran di
ix Universitas Sriwijaya
SUMMARY
Aziz Andalas Putra; Supervised by Prof. Dr. Ir. H. M. Taufik Toha, DEA and Ir. H.
Fuad Rusydi Suwardi, MS.
Planning of Drainage System at Pit II Coal Mine PT Buana Eltra , Ogan Komering
Ulu District, South Sumatera.
RINGKASAN
PT Buana Eltra is one of the company that doing operation in coal mining
company. PT Buana Eltra has mining license (IUP) number of operation production
08/K/IUP-II/XXVII/2009 with a licensed area of 3.152.395,649 m2 or 315,2396 Ha.
Administratively the region of PT Buana Eltra located in Mountain Kuripan village,
Ogan Komering Ulu District, South Sumatera. Coal of mining is running in pit II,
while in pit I in reclamation progress. Coal of mining doing in seam 2 of seam 3
layer in pit II, that is x, y, and z. Mining method that usually use is surface mining
method with strip mine system. Mining activity needs drainage system in order not
to interfere the activity of production or polluted the waste water to another
location, then it is necessary to use drainage system that has been planned.
Drainage means to dry or excrete water contained or inundated a particular area.
While the mine drainage system is a series of work units of equipment / parts in the
drainage system intended to control mine water. Based on technical studies in the
field that pit II is the unavailability of open channels or open channels and has not
been taken into account before, this causing water into the mining front. The actual
sump at the study site has been able to accommodate run off water discharge, but
this does not last long, the actual location of sump will be the activities of coal
mining so that sump planning is required.
Based on the research conducted, the water discharge pit II with the
assumption that there is no channel of 9.528,493 m3/day, while the water discharge
pit II with the assumption that there is direct channel to mud deposition pond that
is 4.892,632 m3/day. In pit II there are two channels that directly flow into the mouth
of the sediment pond to reduce the working hours of the pump where the catchment
on channel 1 is 50.446,156 m2 or 5,045 Ha and the catchment area on channel 2 is
77.410,379 m2 or 7,741 Ha. The number of channels in the design with a depth of
two times deeper than the calculations made which to prevent channel capacity
reduction due to the deposition of sludge. The drainage channel 1 made with a base
x Universitas Sriwijaya
width of the channel (B) of 0,9 m; height surveillance (F) of 0,16 m; height channel
(H) of 0,94 m and a surface width of the channel (L) of 1,81 m. The drainage
channel 2 dimension will be made with a channel base width (B) of 1,06 m; height
surveillance (F) of 0,18 m; height of channel (H) of 1,1 m and surface width of
channel (L) of 2,13 m. The pump planning is based on the total head calculation
and the run off discharge flow into the sump, so the type of CF-48H Multiflo pump
is used as two units because the pump work plan is 24,062 hours/day while the open
drainage plan goes directly to the sediment pond only, it takes one unit with the
pump working hours reduced to 12,355 hours/day. Dimension of plan the sump
with estimation with no water pumping in the sump for 4 days. The calculation of
the sump dimension of the plan which the catchment area are 134.971,363 m2 or
13,971 ha, with total water discharge 4.892,632 m3/day. The sump is designed to
be trapezoidal because the slope of the trapezoid-shaped sump wall is relatively
stable from erosion. Sump is planned with the dimension of the length and width of
the sump surface of 82,73 m. For the length and width of the base sump of 78,11
m, with a depth of 4 m.
xi Universitas Sriwijaya
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ................................................................................................ i
Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii
Halaman Persetujuan ........................................................................................ iii
Halaman Pernyataan Integritas ........................................................................ iv
Riwayat Hidup ................................................................................................. v
Halaman Persembahan ..................................................................................... vi
Kata Pengantar ................................................................................................ vii
Ringkasan ......................................................................................................... viii
Summary .......................................................................................................... x
Daftar Isi .......................................................................................................... xii
Daftar Gambar ................................................................................................. xvi
Daftar Tabel .................................................................................................... xvii
Daftar Lampiran ............................................................................................... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3. Batasan Masalah ..................................................................................... 2
1.4. Tujuan Penelitian .................................................................................... 2
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................. 3
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv Universitas Sriwijaya
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1. Siklus Hidrologi ...................................................................................... 4
2.2. Bentuk - Bentuk Penampang Saluran ..................................................... 19
2.3. Penampang Saluran Air .......................................................................... 19
2.4. Penampang Saluran Bentuk Trapesium .................................................. 20
3.1. Peta Lokasi Dan Kesampaian Daerah..................................................... 27
3.2. Diagram Alir Penelitian .......................................................................... 31
4.1. Sump di Pit II PT Buana Eltra ................................................................ 33
4.2. Penampang Rencana Saluran Terbuka 1 pit II PT Buana Eltra .............. 38
4.3. Penampang Rencana Saluran Terbuka 2 pit II PT Buana Eltra .............. 39
4.4. Dimensi Sump Rencana .......................................................................... 40
4.5. Penampang rencana elevasi sistem pemompaan pit II PT Buana Eltra .. 41
Halaman
2.1. Hubungan Suhu dan Uap Jenuh.............................................................. 6
2.2. Koefesien Permeabilitas ......................................................................... 9
2.3. Reduced Variate (Y) sebagai Fungsi Periode Ulang .............................. 13
2.4. Nilai Reduced Mean (Yn) ....................................................................... 14
2.5. Nilai Reduced Standard Deviation ......................................................... 14
2.6. Periode Ulang Hujan Rencana ................................................................ 15
2.7. Keadaan Curah Hujan dan Intensitas Curah Hujan ................................ 15
2.8. Beberapa Harga Koefesien Limpasan .................................................... 18
2.9. Koefesien Manning ................................................................................. 21
2.10. Konstanta Hazen – Williams Berbagai Jenis Pipa .................................. 24
2.11. Pipa Ekivalen .......................................................................................... 25
3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian ..................................................................... 26
3.2. Tujuan dan Metode Penelitian ................................................................ 32
Halaman
1. Data Curah Hujan di Pit II PT Buana Eltra ............................................ 46
2. Periode Ulang Hujan Rencana dan Intensitas Hujan .............................. 48
3. Catchment Area pada Pit II PT Buana Eltra ........................................... 55
4. Debit Total Air Pit II PT Buana Eltra..................................................... 56
5. Spesifikasi Pompa dan Pipa .................................................................... 60
6. Perhitungan Rencana Pemompaan ......................................................... 61
7. Perencanaan Dimensi Saluran Terbuka .................................................. 65
8. Perencanaan Dimensi Sump.................................................................... 71
1 Universitas Sriwijaya
2
sehingga front penambangan akan semakin dalam. Jarak muara kolam pengendap
lumpur tidak jauh dari front penambangan sehingga saluran terbuka akan
rencanakan berdasarkan perbandingan debit total air yang masuk jika terdapat
saluran terbuka yang menuju muara kolam pengendapan lumpur. Untuk
perencanaan sump didesain berdasarkan kondisi perencanaan tambang dimana
kondisi sump sebelumnya tidak digunakan lagi. Penambahan kedalaman front
penambangan akan berdampak pada meningkatnya nilai head total, sehingga perlu
direncanakan sistem pemompaan meliputi jenis, jumlah dan jam kerja rencana
pemompaan. Oleh karena itu, perlunya perencanaan saluran terbuka, sump dan
sistem pemompaan untuk menerapkan sistem penyaliran yang baik dan sistematis
di pit II PT Buana Eltra.
2. Bagaimana dimensi saluran terbuka dan sump yang optimal untuk mengatasi
debit air pada pit II PT Buana Eltra?
Universitas Sriwijaya
3
4. Pompa yang direncanakan sama dengan pompa saat ini yaitu Multiflo CF-
48H.
1.4. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui debit total air yang masuk ke front dengan perbandingan tidak
terdapatnya atau terdapatnya saluran terbuka yang langung dialirkan menuju
muara kolam pengendap lumpur pada pit II PT Buana Eltra.
2. Merencanakan dimensi saluran terbuka dan sump yang optimal untuk
mengatasi debit air pada pit II PT Buana Eltra.
3. Merencanakan jenis, jumlah dan jam kerja pompa berdasarkan debit air yang
masuk kedalam sump pada pit II PT Buana Eltra.
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4 Universitas Sriwijaya
5
2.1.1. Presipitasi
Presipitasi adalah turunnya air dari langit atau atmosfer ke bumi. Air laut
menguap karena radiasi matahari membentuk titik-titik uap air menjadi awan,
kemudian awan yang terjadi akibat penguapan air bergerak di atas daratan karena
terbawa oleh hembusan angin. Lalu presipitasi terjadi karena adanya tabrakan
antara butir-butir uap air di awan akibat desakan angin, presipitasi ini dapat
berbentuk hujan jika suhu kondensasi uap hanya mencapai wujud cair maupun salju
jika perubahan suhu mencapai di bawah titik beku (freezing point). Faktor-faktor
yang mempengaruhi presipitasi adalah sebagai berikut (Seyhan, 1990) :
a. Ketinggian tempat
b. Garis lintang
c. Jarak dari sumber-sumber air
d. Arah angin
e. Suhu nisbi tanah dan samudera yang berbatasan.
f. Hubungannya dengan deretan gunung
g. Posisi di dalam dan ukuran masa tanah benua atau daratan.
Hujan merupakan salah satu bentuk dari pendinginan titik air yang kemudian
turun ke bumi. Terdapat 5 unsur yang harus ditinjau dalam menentukan banyaknya
hujan yang terjadi , antara lain (Soemarto, 1995) :
a. Intensitas (I), laju curah hujan persatuan waktu, seperti mm/menit, mm/jam,
mm/hari disebut juga dengan intensitas.
b. Lama waktu atau durasi (t), waktu yang dialami hujan dalam detikk atau menit
disebut juga dengan durasi hujan.
c. Tinggi hujan (d), merupakan jumlah hujan yang dinyatakan dalam mm untuk
ketebalan air diatas permukaan datar.
d. Frekuensi, adalah tingkat kuantitas terjadinya hujan yang dinyatakan dengan
waktu ulang (return periode) T.
e. Luas, adalah luas geografis curah hujan yang dinyatakan dalam km2.
Banyaknya presipitasi atau curah hujan yang terjadi dapat ditentukan dengan
melalui berbagai macam tahapan antara lain (Soemarto, 1995) :
Universitas Sriwijaya
6
2.1.2. Evaporasi
Menurut Ersin Seyhan (terjemahan Sentot Subagyo, 1990) evaporasi adalah
proses dimana air menjadi uap, bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air
ke udara atau semua bentuk permukaan selain vegetasi. Pertukaran air menjadi uap
air dapat terjadi dari permukaan bebas, dari muka air tanah, dan pada metabolisme
tanaman (trasnpirasi). Suhu dan tekanan uap jenuh saling berhubungan satu sama
lainnya, sehingga juga mampu mempengaruhi evaporasi yang terjadi. Hubungan
suhu dan tekanan uap jenuh dapat dilihat pada (Tabel 2.1).
0 4,572
10 9,14
20 17,55
30 31,86
32 36,81
40 55,40
Universitas Sriwijaya
7
dimana :
𝐸𝑜 = Evaporasi air permukaan bebas (mm/hari)
Es = Tekanan uap air jenuh (mmHg)
e = Tekanan uap aktual dalam udara (mmHg)
U2 = kecepatan angin pada ketinggian 2 meter dari permukaan (mm/s)
2.1.3. Transpirasi
Transpirasi adalah proses hilangnya air menjadi bentuk uap air dari jaringan
hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah. Besarnya transpirasi
tergantung dari jenis tumbuhan, suhu, kelembaban, kecepatan angin, tekanan udara,
dan sinar matahari. Mekanisme proses transpirasi yaitu air diserap kedalam akar
secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar bergerak menurut gradient
potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem mengalami tekanan besar
karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari penguapan
yang berlangsung di bagian atas. Sebagian besar ion bergerak melalui simplas
dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian ke atas melalui arus transportasi. Lebih
dari 20% air yang diambil oleh akar dikeluarkan ke udara sebagai uap air.
2.1.4. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah jumlah total air yang kembali lagi ke atmosfer dari
permukaan tanah, permukaan air, dan vegetasi oleh adanya pengaruh faktor-faktor
iklim dan fisiologis vegetasi. Evapotranspirasi merupakan gabungan antara proses
evaporasi dan transpirasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi
adalah :
1. Radiasi matahari, karena proses perubahan air dari wujud cair menjadi gas
memerlukan panas (penyinaran matahari secara langsung).
2. Angin yang berfungsi membawa uap air dari satu tempat ke tempat lain.
3. Suhu dan kelembaban relatif.
4. Jenis tumbuhan.
5. Jenis tanah, karena kadar kelembaban tanah membatasi persediaan air yang
diperlukan tumbuhan.
Universitas Sriwijaya
8
2.1.5. Infiltrasi
Air cair yang jatuh pada permukaan bumi akhirnya, jika permukaannya tidak
kedap air, dapat bergerak kedalam tanah dengan gaya gerak gravitasi dan kapiler
dalam suatu aliran yang disebut infiltrasi. Laju infiltrasi aktual adalah laju air
berpenetrasi ke permukaan tanah pada setiap waktu dengan gaya-gaya kombinasi
gravitasi, viskositas dan kapilaritas (Fac). Laju maksimum presipitasi dapat diserap
oleh tanah pada kondisi tertentu disebut kapasitas infiltrasi (Fc) untuk suatu
intensitas curah hujan dilambangkan i. Jika intensitas curah hujan lebih kecil dari
kapasitas infiltrasi maka laju infiltrasi aktual lebih kecil dari kapasitas infiltrasi (i <
Fc, Fac < Fc) dan sebaliknya jika intensitas curah hujan lebih besar dari kapasitas
infiltrasi, maka kecepatan infiltrasi lebih kecil dari dari kapsitas infiltrasi (i < Fc, Fac
< Fc). Hal ini dikarenakan pada saat hujan, tidak ada waktu air untuk terserap
kedalam permukaan, karena debit air hujan yang tinggi membawa partikel-partikel
tertentu yang menutupi rongga-rongga pori tanah (Seyhan, 1990).
𝑘 𝐴 (𝐻02 −𝐻12 )
𝑄= ...................................................................................... (2.2)
2𝐿
Dimana :
Q = Debit air tanah (m3/detik)
k = Koefisien permeabilitas (m/det)
𝐴 = Luas penampang akuifer(m2)
H0 = Ketinggian awal air tanah (m)
Universitas Sriwijaya
9
Universitas Sriwijaya
10
Universitas Sriwijaya
11
Universitas Sriwijaya
12
dinyatakan dalam tinggi air (mm). 1 mm berarti pada luasan 1 m2 jumlah air hujan
yang jatuh sebanyak 1 Liter.
Curah hujan merupakan faktor yang sangat penting dalam perencanaan sistem
penyaliran, karena besar kecilnya curah hujan pada suatu daerah tambang akan
mempengaruhi besar kecilnya air tambang yang harus ditanggulangi. Sumber
utama air permukaan pada suatu tambang terbuka adalah air hujan.
Pengolahan data curah hujan dimaksudkan untuk mendapatkan data curah
hujan yang siap pakai untuk suatu perencanaan sistem penyaliran. Pengolahan data
ini dapat dilakukan dengan berdasarkan sifat statistik data kejadian yang telah lalu
untuk memperoleh probabilitas besaran hujan dimasa yang akan datang. Dengan
anggapan bahwa sifat statistik kejadian hujan yang akan datang masih sama dengan
sifat statistik kejadian hujan masa lalu.
Curah hujan diperkirakan terjadi satu kali dalam n tahun, maka n tahun dapat
dianggap sebagai periode ulang dari x. Perhitungan periode ulang yang paling
banyak dipakai adalah Metode Gumbel. Metode Gumbel merupakan teori harga
ekstrim untuk menunjukan bahwa dalam deret harga-harga ekstrim X1, X2, X3, ...,
Xn, dimana sample-samplenya sama besar, dan X merupakan variable berdistribusi
eksponensial, maka probabilitas kumulatipnya P dalam nama sebarang harga di
antara n buah harga Xn akan lebih kecil dari harga tertentu. Persamaan Gumbel
untuk mendapatkan perkiraan curah hujan dapat dilihat pada persamaan dibawah
ini (Soewarno, 1995).
S
X =x + Sn(Y-Yn) .................................................................................... (2.3)
Keterangan :
X = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T tahun
x = Harga rata – rata sampel data curah hujan (dalam hal ini curah hujan
bulanan maksimum)
S = Simpangan baku (standar deviasi) data sampel curah hujan
Y = Reduce variate, mempunyai nilai yang berbeda pada setiap periode ulang
Yn = Reduced mean, yang tergantung pada jumlah sample
Sn = Reduced standard deviation yang juga tergantung pada jumlah sample
Universitas Sriwijaya
13
S= ( x xi ) 2
.................................................................................. (2.4)
n 1
T 1
Y ln ln ................................................................................(2.5)
T
Keterangan :
Y = Reduced Variate
T = Periode ulang (tahun)
Tabel 2.3 Reduced Variate (Y) Sebagai Fungsi Periode Ulang (Soemarto, 1987)
Periode Ulang (T) Reduksi Variansi (Y)
2 0,367
5 1,4999
10 2,2504
100 4,6001
500 6,2136
1000 6,9072
Universitas Sriwijaya
14
Universitas Sriwijaya
15
Tabel 2.7 Keadaan Curah Hujan dan Intensitas Curah Hujan (Suripin, 2004)
Intensitas Curah Hujan
Kondisi
Keadaan Curah Hujan ( mm )
1 jam 24 jam
Hujan sangat ringan <1 <5 Tanah agak basah atau dibasahi sedikit
Hujan ringan 1-5 5 – 20 Tanah menjadi basah semuanya
Hujan normal 5 -10 20 – 50 Bunyi curah hujan terdengar
Air tergenang diseluruh permukaan
tanah dan bunyi keras kedengaran dari
Hujan lebat 10 -20 50 - 100 genangan
Hujan sangat lebat > 20 > 100 Hujan seperti ditumpahkan
2/3
R 24
I 24 ......................................................................................(2.6)
24 t
Universitas Sriwijaya
16
Keterangan :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
t = Lama waktu hujan atau waktu konstan (jam)
R24 = Curah hujan maksimum (mm).
Universitas Sriwijaya
17
Q = C . I . A...............................................................................................(2.7)
Keterangan :
Q = debit air limpasan maksimum (m3/detik)
C = koefisien limpasan
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas daerah tangkapan hujan(km2)
Universitas Sriwijaya
18
Universitas Sriwijaya
19
Universitas Sriwijaya
20
Universitas Sriwijaya
21
Keterangan :
Q = debit pengaliran maksimum (m3/detik)
A = luas penampang (m2)
S = kemiringan dasar saluran (%)
R = jari-jari hidrolis (meter)
n = koefisien kekerasan dinding saluran menurut Manning (Tabel 2.9)
2.4.2. Sump
Menurut Awang Suwandhi (2004), sump merupakan kolam penampungan air
yang dibuat untuk penampung air limpasan, yang dibuat sementara sebelum air itu
dipompakan. Pengaliran air dari sump akan dipengaruhi oleh sistem drainase
tambang yang disesuaikan dengan geografis daerah tambang dan kestabilan lereng
tambang. Berdasarkan tata letak kolam penampung (sump), sistem penyaliran
tambang dapat dibedakan menjadi (Suwandhi, 2004) :
a. Sistem Penyaliran Memusat
Pada sistem ini sump akan ditempatkan di setiap jenjang tambang (bench), dengan
sistem pengalirannya dari jenjang paling atas menuju jenjang dibawahnya sehingga
akhirnya air dipusatkan di main sump untuk kemudian dipompakan keluar tambang.
b. Sistem Penyaliran Tidak Memusat
Sistem ini dapat dilakukan bila kedalaman tambang relatif dangkal dengan keadaan
geografis daerah luar tambang memungkinkan untuk mengalirkan air langsung dari
sump keluar tambang.
Berdasarkan penempatannya, sump dapat dibedakan menjadi beberapa jenis,
yaitu (Suwandhi, 2004) :
Universitas Sriwijaya
22
1. Travelling Sump
Sump ini dibuat pada daerah front tambang. Tujuan dibuatnya sump ini adalah
untuk menanggulangi air permukaan. Jangka waktu penggunaan sump ini relatif
singkat dan selalu ditempatkan sesuai dengan kemajuan tambang.
2. Sump Jenjang
Sump ini dibuat secara terencana baik dalam pemilihan lokasi maupun
volumenya. Penempatan sump ini adalah pada jenjang tambang dan biasanya di
bagian lereng tepi tambang. Sump ini dibuat untuk jangka waktu yang cukup lama
dan biasanya dibuat dari bahan kedap air dengan tujuan untuk mencegah
meresapnya air yang dapat menyebabkan longsornya jenjang.
3. Main Sump
Sump ini dibuat sebagai tempat penampungan air terakhir. Pada umumnya sump
ini dibuat pada elevasi terendah dari dasar tambang.
2.5. Pompa
Pompa adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan
cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan dengan
cara menambahkan energi pada cairan yang dipindahkan dan berlangsung secara
terus menerus. Pompa beroperasi dengan prinsip membuat perbedaan tekanan
antara bagian masuk (suction) dengan bagian keluar (discharge). Dengan kata lain,
pompa berfungsi mengubah tenaga kinetis (kecepatan) pada cairan menjadi energi
potensial (dinamis), dimana tenaga ini berguna untuk mengalirkan cairan dan
mengatasi hambatan yang ada sepanjang pengaliran. Pemasangan pompa dapat
dilakukan dengan cara seri dan paralel. Pemasangan pompa secara seri dilakukan
karena head pompa yang digunakan tidak mencukupi untuk menaikkan air sampai
ketinggian tertentu. Pemasangan pompa secara paralel dilakukan karena debit
pompa yang digunakan tidak mencukupi untuk mengeluarkan air sehingga harus
digunakan dua pompa atau lebih yang dipasang secara paralel. Salah satu jenis
pompa pemindah non positip adalah pompa sentrifugal yang prinsip kerjanya
mengubah energi kinetis (kecepatan) cairan menjadi energi potensial (dinamis)
melalui suatu impeller yang berputar dalam casing.
Head pompa adalah energi per satuan berat yang harus disediakan untuk
mengalirkan sejumlah zat cair yang direncanakan sesuai dengan kondisi instalasi
Universitas Sriwijaya
23
P V2
H Z .................................................................................(2.9)
2g
Dimana :
Head tekanan merupakan perbedaan head tekanan yang bekerja pada permukaan
zat cair pada sisi tekan dengan head tekanan yang bekerja pada permukaan zat cair
pada sisi isap. Head kecepatan dihitung berdasarkan perbandingan antara head
kecepatan zat cair pada pemipaan tekan dengan head kecepatan zat cair pada
saluran isap. Pada head statis total dihitung dengan membandingkan tinggi antara
permukaan zat cair pada sisi isap.
Karena energi itu kekal, maka bentuk head (tinggi tekan) dapat bervariasi
pada penampang yang berbeda. Namun pada kenyataannya selalu ada rugi energi
(losses). Head total pompa untuk mengalirkan sejumlah air seperti yang
direncanakan dapat ditentukan dari kondisi instalasi yang akan dilayani oleh pompa
tersebut. Head yang dapat dibangkitkan oleh suatu pompa dipengaruhi oleh jenis
pompa, bentuk impeller, putaran, dan berat jenis fluida yang dipompakan, semakin
besar berat jenisnya maka head yang dapat dibangkitkan akan semakin kecil.
Disamping itu head pompa juga dipengaruhi oleh tekanan atmosfer dimana pompa
dioperasikan. Semakin dekat dengan permukaan laut maka tekanan atmosfer
semakin tinggi sehingga tekanan antara permukaan fluida yang dipompa dan ruang
pompa akan semakin besar yang berarti head pompa akan semakin besar. Head
pompa selain digunakan untuk memindahkan fluida ke arah vertikal juga digunakan
Universitas Sriwijaya
24
2.6. Pemipaan
Pipa (hosting) digunakan untuk keperluan pemompaan dalam aktivitas
penambangan. Sistem pemipaan akan sangat berhubungan erat dengan head
kerugian yang dihasilkan oleh pipa. Menurut Sularso dkk (2000), perhitungan
besarnya head loss pada pipa dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
Hazen-William yaitu sebagai berikut:
10.6666 Q1.85
HL = x (L + Le)...........................................................................(2.10)
C1.85 D4.87
dimana :
HL = Head loss pipa (m)
Q = Debit aliran pipa (m3/detik)
C = Konstanta Hazen-Williams (Tabel 2.10)
D = Diameter pipa (m)
L = Panjang pipa (m)
Le = Panjang pipa ekivalen (m) (Tabel 2.11.)
Tabel 2.10 Konstanta Hazen – Williams Berbagai Jenis Pipa (Sularso dkk, 2000)
Universitas Sriwijaya
25
Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PENELITIAN
Bulan
No. Uraian Kegiatan Mei Juni
3 4 1 2
1 Orientasi Lapangan
2 Pengumpulan Referensi dan Studi Literatur
3 Pengambilan Data
4 Pengolahan Data, Konsultasi dan Bimbingan
5 Penyusunan Laporan dan Bimbingan
26 Universitas Sriwijaya
27
akhir Studi Kelayakan PT Buana Eltra telah di sahkan melalui surat Dinas
Pertambangan dan Energi Kabupaten Ogan Komering Ulu No.06/K/KP-
II/XIX/2008 yang mengacu kepada hasil evaluasi tekno-ekonomi dan dampak
lingkungan yang telah dilakukan terhadap laporan Studi Kelayakan PT BuanaEltra.
Untuk mencapai lokasi rencana tambang PT Buana Eltra dapat menggunakan
kendaraan roda 4 (empat) dan kendaraan roda 2 (dua) dalam waktu ±50 menit dari
kota Baturaja, sedangkan dari kota Palembang dapat ditempuh selama sekitar 5 jam.
Lokasi tambang PT Buana Eltra, terletak di sebelah selatan kota Palembang. Peta
lokasi kesampaian daerah yang dapat dicapai dengan rute perjalanan sebagai berikut
(Gambar 3.1) :
Rute perjalanan untuk sampai pada lokasi tambang PT Buana Eltra dapat ditempuh
dengan cara, antara lain :
Universitas Sriwijaya
28
Universitas Sriwijaya
29
Universitas Sriwijaya
30
Universitas Sriwijaya
31
Intensitas Hujan
menggunakan Evaporasi diolah Peta catchment area Head static Head losses
rumus mononobe menggunakan diolah menggunakan
persamaan Dalton software AutoCAD
Didapatkan head
total, menggunakan
persamaan Bernauli
Debit limpasan
dihitung
menggunakan Debit total air
metode rasional Penentuan jenis
USSCS (1973) pompa , RPM dan
rencana debit
pemompaan
Tanpa saluran Saluran terbuka berdasarkan grafik
terbuka ke KPL ke KPL pompa
Studi Literatur
Pengurangan
Universitas Sriwijaya
32
Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
33 Universitas Sriwijaya
34
maksimum dalam waktu 10 tahun terakhir mulai bulan (April 2007 sampai
dengan bulan Maret 2017). Analisa curah hujan terdiri dari data curah hujan harian
maksimum, curah hujan bulanan, jam hujan, dan hari hujan (Lampiran 1). Data
tersebut diolah dengan menggunakan metode analisa Gumbel sebagai berikut:
S
X= x+ ( Y − Yn )
Sn
33,66
X = 59,95 mm/hari + ( 2,25 − 0,56 )
1,22
R₂₄ 24 2/3
I = (𝑡)
24
Universitas Sriwijaya
35
Q = 1/3600 x C x I x A
= 1/3600 x 0,9 x (30,99 x 10-3 m/jam) x (50.446,156 m2)
= 0,391 m3/detik
Q = 1/3600 x C x I x A
= 1/3600 x 0,9 x (30,99 x 10-3 m/jam) x (77.410,379 m2)
= 0,6 m3/detik
Universitas Sriwijaya
36
Q=CxIxA
Q = 0,9 x (30,99 x 10-3 m/jam) x (134.971,363 m2)
Q = 3.764,486 m3/jam
Universitas Sriwijaya
37
Universitas Sriwijaya
38
mengurangi debit air yang masuk sebesar 51,347 %, sehingga saluran terbuka
direncanakan langsung mengarah ke muara kolam pengendap lumpur.
4.3. Perencanaan Saluran Terbuka (Open Channel) pada Pit II PT Buana Eltra
Saluran terbuka pada pit II direncanakan dua saluran terbuka yang langsung
diarahkan ke muara kolam pengendap lumpur (KPL). Tujuannya agar debit air yang
masuk ke front penambangan berkurang sehingga dapat mengurangi kapasitas
rencana sump dan mengurangi pemompaan debit air. Pembuatan saluran 1
direncanakan pada arah utara dari front penambangan, sedangkan pembuatan
saluran 2 direncanakan pada arah selatan dari front penambangan. Perencanaan
saluran ini dibuat karena tidak adanya saluran dilapangan dan belum
diperhitungkan sebelumnya.
Universitas Sriwijaya
39
1,81 m
0,16 m
0,94 m 0,78 m
60 o
0,9 m
Gambar 4.2. Penampang Rencana Saluran Terbuka 1 pada Pit II PT Buana Eltra
2,13 m
0,18 m
1,1 m 0,92 m
60o
1,06 m
Gambar 4.3. Penampang Rencana Saluran Terbuka 2 pada Pit II PT Buana Eltra
Universitas Sriwijaya
40
82,73 m
Tampak Atas
82,73 m 78,11 m
Top
82,73 m
78,11 m 4m
60 o
78,11 m Floor
(Tampak Atas) (Tampak Samping)
Universitas Sriwijaya
41
Gambar 4.5. Penampang rencana elevasi sistem pemompaan Pit II PT Buana Eltra
Universitas Sriwijaya
42
efesiensi dan RPM rencana yang tepat. Untuk menghitung head total digunakan
persamaan Bernoulli (Lampiran 5).
Berdasarkan kurva pompa CF-48H dengan head total sebesar 88,1 m maka
didapatkan rekomendasi putaran mesin pada 1600 rpm dan efisiensi sekitar 57 %,
dengan debit pompa normal sebesar 110 liter/detik atau 396 m3/jam (Lampiran 5).
𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Jam Kerja Pompa = 𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑝𝑒𝑚𝑜𝑚𝑝𝑎𝑎𝑛
9.528,493 m3
=
396 m3 /jam
= 24,062 jam
Untuk perencanaan jenis pompa yang akan dipakai pada pit II PT Buana Eltra
tetap menggunakan jenis pompa sebelumnya yaitu pompa Multiflo tipe CF-48H.
Berdasarkan perhitungan diatas, penggunaan jenis pompa ini di pit II PT Buana
Eltra membutuhkan dua unit pompa karena jam kerja pompa melebihi 16 jam/hari
(Lampiran 5).
Universitas Sriwijaya
43
𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Jam Kerja Pompa = 𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑝𝑒𝑚𝑜𝑚𝑝𝑎𝑎𝑛
4.892,632 m3
=
396 m3 /jam
= 12,355 jam
Untuk perencanaan jenis pompa yang akan dipakai pada pit II PT Buana Eltra
tetap menggunakan jenis pompa sebelumnya yaitu pompa Multiflo tipe CF-48H.
Berdasarkan perhitungan diatas, penggunaan jenis pompa ini di pit II PT Buana
Eltra hanya membutuhkan satu unit saja dengan jam kerja pompa 12,355 jam/hari
(Lampiran 5), akan tetapi dengan membuat saluran terbuka ke muara alami didekat
front yang mengarah ke kolam pengendapan lumpur.
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian penelitian tugas akhir diatas, maka dapat diambil
kesimpulan yaitu:
1. Debit total air pit II tanpa pembuatan saluran ke muara kolam pengendap
lumpur yaitu sebesar 9.528,493 m3/hari, sedangkan dengan pembuatan saluran
ke muara kolam pengendap lumpur yaitu sebesar 4.892,632 m3/hari, dengan
selisih 4.635,861 m3/hari atau 51,347 %.
2. Saluran rencana pada pit II sejumlah 2 saluran berbentuk trapesium dengan
kemiringan sudut dinding saluran 600 dan kemiringan dasar saluran 2% yang
langsung mengalirkan air ke muara kolam pengendap lumpur. Dimensi saluran
terbuka 1 yaitu dengan lebar dasar saluran (B) sebesar 0,9 m ; tinggi jagaan (F)
sebesar 0,16 m ; tinggi saluran (H) sebesar 0,94 m dan lebar permukaan saluran
(L) sebesar 1,81 m. Dan dimensi saluran terbuka 2 yaitu dengan lebar dasar
saluran (B) sebesar 1,06 m ; tinggi jagaan (F) sebesar 0,18 m ; tinggi saluran
(H) sebesar 1,1 m dan lebar permukaan saluran (L) sebesar 2,13 m. Dimensi
sump rencana berbentuk trapesium dengan kemiringan sudut dinding sump 600
dan kedalaman 4 m. Dimensi sump didesain dengan estimasi tanpa ada
pemompaan pada air didalam sump selama 4 hari dengan dimensi yaitu luas
permukaan (82,73 m x 82,73 m) dan luas dasar (78,11 m x 78,11 m) dan
menampung volume air limpasan hingga 25.892,76 m3.
3. Dengan memperhitungkan head total, pemompaan normal menggunakan satu
unit pompa Multiflo CF-48H sebesar 110 liter/detik atau 396 m3/jam dengan
RPM 1600. Debit air total yang masuk ke sump tanpa saluran terbuka sebesar
9.528,493 m3/hari dengan jam kerja pemompaan selama 24,062 jam/hari
sedangkan debit air total yang masuk ke sump dengan saluran terbuka sebesar
4.892,632 m3/hari dengan jam kerja pemompaan selama 12,355 jam/hari.
Selisih jam kerja pemompaan berdasarkan pembuatan saluran langsung ke
44 Universitas Sriwijaya
45
muara kolam pengendap lumpur sangat besar, yaitu 11,707 jam/hari atau
51,346 %.
5.2. Saran
Saran yang ingin disampaikan penulis, yaitu:
1. Pembuatan saluran terbuka atau open channel perlu dilakukan untuk
mengurangi air limpasan yang masuk ke sump sehingga kebutuhan unit pompa
berkurang serta untuk mengurangi erosi, sedimentasi dan meningkatkan
kestabilan lereng.
2. Pembuatan saluran terbuka hendaknya perlu dilakukan perhitungan terlebih
dahulu, agar saluran dapat menampung debit air dengan baik dan terencana.
3. Perawatan saluran terbuka perlu dilakukan secara berkala agar mencegah
berkurangnya daya tampung akibat pendangkalan.
4. Perlunya penurunan jam kerja pompa Multiflo CF-48H menjadi 12,355
jam/hari untuk mengurangi bahan bakar, meningkatkan lifetime atau umur
pompa dan agar kerja pompa tidak berat sehingga tetap optimal.
5. Penggunaan pompa harus lebih memperhatikan kecepatan putaran mesin
menurut head total dilapangan agar pompa dapat bekerja lebih efektif.
6. Perancangan sump harus dibuat berdasarkan data dilapangan untuk mencegah
meluapnya air limpasan ke front penambangan.
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C., 1995. Hidrologi dan Pengeloaan daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
Press, Yogyakarta.
Arsyad, S., 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor.
Endrianto, M., dan Ramli, M., 2013. Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang
Terbuka Batubara pada Pit Seam 11 Selatan PT Kitadin Tandung Mayang.
Jurnal Geosains. 09 (1). 30- 33. Pekerjaan Umum. Jakarta.
Gautama, R.S., 1999. Sistem Penyaliran Tambang. Institut Teknologi Bandung.
Hasywir, T. S., Hariyanto, R., Yudha, K.S., dan Yuni, H., 2015. Kajian Teknis
Sistem Penyaliran Tambang Terbuka di PT. Megumy Inti Anugerah
Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal Teknologi
Pertambangan. (01).29.Volume 01. No 1 (29).
Lingga, O. P., 2014. Kajian Teknis Sistem Penirisan Tambang Banko Barat Guna
Menanggulanggi dan Mengoptimalisasi Sistem Pemompaan Air Tambang
di Pit III Barat PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. Tanjung Enim.
Jurnal Ilmu Teknik. Akademi minyak dan gas Palembang. 2 (4) 5-6.
Universitas Sriwijaya
Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statisik Untuk Analisa Data jilid 1.
Nova, Bandung.
Sularso dan Tahara, H., 2000. Pompa dan Kompesor (Pemilihan, Pemakaian dan
Pemeliharaan). Pramidya Paramita, Jakarta.
Universitas Sriwijaya
Lampiran 1. Data Curah Hujan di Pit II PT Buana Eltra
Tabel 1.a. Data Curah Hujan Harian Maksimum pit II PT. Buana Eltra
Data Curah Hujan Harian Maksimum (mm)
Tahun
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des
2007 83,60 50,00 34,60 37,60 1,50 35,40 30,50 47,00 79,50
2008 57,60 32,00 60,50 85,70 25,00 15,30 54,60 48,50 16,90 73,60 114,30 65,80
2009 88,80 31,50 96,30 98,00 27,50 91,80 13,00 48,20 24,00 102,20 47,00 49,90
2010 48,20 85,00 107,50 75,20 82,00 83,50 51,00 70,50 74,00 84,20 133,00 54,50
2011 85,00 91,80 129,90 110,20 80,50 21,00 19,10 16,80 13,90 50,70 36,50 78,60
2012 60,50 50,50 71,80 84,00 84,60 52,00 34,80 31,30 1,00 61,00 133,00 72,00
2013 81,10 42,00 98,00 84,00 52,00 52,00 34,80 28,00 87,00 100,00 62,00 108,00
2014 49,00 5,00 43,00 96,00 40,00 24,00 38,00 27,00 16,00 1,00 65,80 111,00
2015 49,40 54,80 116,9 80,30 41,40 59,00 11,50 17,80 0,00 0,20 64,00 90,70
2016 60,40 56,60 43,00 44,00 50,50 36,50 27,00 84,00 172,40 103,20 114,50 74,40
2017 52,70 43,50 113,90
Min 42,80 5,00 43,00 44,00 25,00 15,30 11,50 1,50 0,00 0,20 36,50 49,90
Max 88,80 91,80 129,90 110,20 84,60 91,80 54,60 84,00 172,40 103,20 133,00 111,00
Rata-
63,27 49,27 88,08 84,1 53,35 46,97 32,14 37,36 44,06 60,66 81,71 78,44
rata
46 Universitas Sriwijaya
Tabel 1.c. Data Jam Hujan Bulanan pit II PT Buana Eltra
Data Curah Hujan Bulanan (jam)
Tahun
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des
2007 34,7 20,9 25,4 11,6 5,3 13,7 15,1 13,8 25,5
2008 29,8 10,4 21,2 24,2 9,4 7,2 29,9 25,2 24,3 32,7 17,5 28,1
2009 34 26,8 19,1 10,4 15,2 11,4 14,3 9,5 7,7 15,1 14,2 10
2010 32,2 23,9 33,7 17,2 28,9 38,2 32,1 41,3 27,7 29,4 22,9 11,2
2011 17 11,6 42,8 18,7 25,5 12,5 10,6 1,3 12,6 31,3 14,6 30,14
2012 10,5 25,6 14,1 37 19,9 17,1 19,5 14,2 2,3 11,1 20,6 20,9
2013 35,4 23,1 16,1 13,5 18,7 26 18,3 24,1 26,3 11,8 15,3 25,4
2014 25,3 4,8 8,6 13,7 17,6 37,8 3,2 10,3 4,1 4,7 11,3 16,2
2015 20,3 7,6 35,1 21,2 7,8 13,1 7,8 13,2 0 3,3 13,2 12,1
2016 15,9 22,6 36,9 22,6 16,9 14,6 31,3 36,7 37,3 28,6 37,3 15,3
2017 12,2 34,2 11,6
Jumlah 232,6 190,6 239,2 213,2 180,8 203,3 178,6 181,1 156 183,1 180,7 194,84
Rata-rata 19,45 jam / bulan
Tabel 1.d. Data Jumlah Hari Hujan Bulanan pit II PT Buana Eltra
Jumlah Hari Hujan dalam 1 Bulan (hari)
Tahun
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des
2007 22 15 12 9 3 6 17 14 21
2008 21 15 20 21 6 4 10 15 14 23 20 23
2009 25 20 19 12 14 9 9 6 4 16 17 16
2010 24 25 23 21 17 15 12 16 19 20 22 16
2011 18 16 26 20 14 9 4 3 3 21 18 24
2012 17 22 17 22 16 10 9 6 1 14 22 20
2013 27 19 18 18 14 11 9 12 15 14 16 23
2014 22 6 8 17 11 12 4 6 1 2 18 19
2015 20 14 22 20 4 9 6 7 0 1 14 15
2016 20 19 21 21 17 11 12 16 21 21 23 17
2017 17 23 12
Rata-
21,10 17,90 18,60 19,40 12,80 10,20 8,40 9,00 8,40 14,90 18,40 19,40
rata
Jumlah 14,88hari/bulan
47 Universitas Sriwijaya
Lampiran 2. Periode Ulang Hujan Rencana dan Intensitas Hujan
48 Universitas Sriwijaya
(Lanjutan)
49 Universitas Sriwjaya
(Lanjutan)
50 Universitas Sriwjaya
(Lanjutan)
ΣX 7194,1 mm/hari
x= = = 59,95 mm/hari
n 120
Keterangan:
x = Harga rata-rata sampel curah hujan bulanan
ΣX = Jumlah sampel curah hujan bulanan
n = Banyak data sampel curah hujan bulanan
2. Simpangan baku
Σ ( X−X′ )2
S=√ n−1
134859,36
=√ 119
= 33,66
Keterangan:
S = Simpangan baku
T−1
Yt = −ln{−ln }
T
Keterangan:
Yt = Reduce variate
51 Universitas Sriwjaya
(Lanjutan)
1−1
Periode ulang 1 Y = −ln {−ln }=0
1
2−1
Periode ulang 2 Y = −ln {−ln } = 0,37
2
3−1
Periode ulang 3 Y = −ln {−ln } = 0,90
3
4−1
Periode ulang 4 Y = −ln {−ln } = 1,25
4
5−1
Periode ulang 5 Y = −ln {−ln } = 1,50
5
6−1
Periode ulang 6 Y = −ln {−ln } = 1,70
6
7−1
Periode ulang 7 Y = −ln {−ln } = 1,87
7
8−1
Periode ulang 8 Y = −ln {−ln } = 2,01
8
9−1
Periode ulang 9 Y = −ln {−ln } = 2,14
9
10−1
Periode ulang 10 Y = −ln {−ln } = 2,25
10
Diketahui t =1
Maka nilai Y = 0
( n 1 m )
Yn ln ln
n 1
Keterangan:
n = jumlah sample
m = urutan sample (m = 1,2,3,…)
Berdasarkan perhitungan pada (Tabel 2.4) dipeoleh nilai Yn sebesar 0,56.
52 Universitas Sriwjaya
(Lanjutan)
Σ (Yn−Yn′ )2
Sn = √ n−1
177,32
=√ 119
= 1,22
Nilai reduce standart deviation adalah sebesar 1,22 sesuai dengan data yaitu
sebanyak 10 tahun.
S
X= x+ ( Y − Yn )
Sn
33,66
X = 59,95 mm/hari + ( 2,25 − 0,56 )
1,22
Keterangan:
X = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang 10 tahun
(mm/hari)
x = Harga rata-rata sampel data curah hujan harian maksimum
S = Simpangan baku
Y = Reduce variate
Yn = Reduce mean
Sn = Reduce standart deviation
Perkiraan curah hujan dengan periode ulang 10 tahun di pit II PT Buana Eltra
adalah 106,58 mm/hari.
R₂₄ 24 2/3
I= (t)
24
53 Universitas Sriwjaya
(Lanjutan)
= 1,3 jam/hari
Setelah didapatkan nilai t, maka nilai intensitas hujan dapat dihitung dengan
rumus berikut:
R₂₄ 24 2/3
I = (𝑡)
24
Keterangan:
I = Intensitas (mm/jam)
R24= Tinggi hujan maksimum dalam 24 jam =106,58 mm/hari
t = Waktu konsentrasi (jam)
Jadi, nilai intensitas hujan di pit II PT Buana Eltra sebesar 30,99 mm/jam.
54 Universitas Sriwjaya
Lampiran 3. Catchment Area pada Pit II PT Buana Eltra
55 Universitas Sriwijaya
55 Universitas Sriwijaya
Lampiran 4. Debit Total Air Pit II PT Buana Eltra
1) Evaporasi
Diketahui:
a. Tekanan uap air jenuh (es)
Rata- rata suhu di pit II PT Buana Eltra adalah 27,5°C (Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika).
Tₒ Esₒ
es = T₁ ∶ Es₁
22 °C 17,55 mmHg
= 33 °C ∶ Es
= 26,325 mmHg
82
e = 100 x 26,325 mmHg
= 21,586 mmHg
56 Universitas Sriwijaya
(Lanjutan)
Eₒ (mm/jam)
% Evaporasi = Intensitas Hujan Rata−rata (mm/jam) x 100%
0,107 mm/jam
= 30,99 mm/jam x 100%
= 0,345 %
Q= CxIxA
Keterangan:
Q = Limpasan permukaan maksimum (m3/jam)
C = Koefisien limpasan (Tabel 2.8)
I = Intensitas curah hujan
A = Luas daerah tangkapan hujan (catchment area) (m2)
57 Universitas Sriwjaya
(Lanjutan)
Diketahui:
C = 0,9 (Lampiran 5)
I = 30,99 x 10-3 m/jam (Lampiran 2)
A = 262.827,898 m2 (Penjumlahan luas cacthment area) (Lampiran 3)
Q1 = C x I x A
= 0,9 x (30,99 x 10-3m/jam) x (262.827,898 m2)
= 7.330,533 m3/jam
Jadi debit air limpasan yang masuk ke area pit II PT Buana Eltra dengan lama
hujan 1,3 jam adalah sebesar 9.529,693 m3/hari.
2) Debit Total
Qtot = R + S – ET
= Debit air limpasan + Debit air tanah – Debit air evaporasi
= 9.529,693 m3/ hari + 0 m3/ hari – 1,2 m3/ hari
= 9.528,493 m3/ hari
Berdasarkan hitungan debit total air yang masuk didapatkan debit total air pit II PT
Buana Eltra sebesar 9.528,493 m3/ hari.
Q2 = C x I x A
Keterangan:
Q = Limpasan permukaan maksimum (m3/jam)
C = Koefisien limpasan (Tabel 2.8)
I = Intensitas curah hujan
A = Luas daerah tangkapan hujan (catchment area) (m2)
58 Universitas Sriwjaya
(Lanjutan)
Diketahui:
C = 0,9 (Lampiran 5)
I = 30,99 x 10-3 m/jam (Lampiran 2)
A = 134.971,363 m2 (Berdasarkan luas cacthment area sump) (Lampiran 3)
Q2 = C x I x A
= 0,9 x (30,99 x 10-3m/jam) x (134.971,363 m2)
= 3.764,486 m3/jam
Jadi debit air limpasan yang masuk ke area pit II PT Buana Eltra dengan lama
hujan 1,3 jam adalah sebesar 4.893,832 m3/hari.
2) Debit Total
Qtot = R + S – ET
= Debit air limpasan + Debit air tanah – Debit air evaporasi
= 4.893,832 m3/ hari + 0 m3/ hari – 1,2 m3/ hari
= 4.892,632 m3/ hari
Berdasarkan hitungan debit total air yang masuk didapatkan debit total air pit
II PT Buana Eltra sebesar 4.892,632 m3/ hari.
59 Universitas Sriwjaya
Lampiran 5. Spesifikasi Pompa dan Pipa
Gambar 5.a. Pompa Multiflo CF-48H dan Pipa HDPE di pit II PT Buana Eltra
60 Universitas Sriwijaya
Lampiran 6. Perhitungan Rencana Pemompaan
Pompa air yang digunakan pada sump pit II adalah multiflo CF-48H
berjumlah satu buah. Dimana air dari sump pit II akan langsung dipompakan
menuju muara KPL pit II. Perhitungan head pompa digunakan Persamaan Bernouli
sebagai berikut:
P1 V1 2 P2 V2 2
+ + Z1 - HL+ HA = + + Z2
γ 2g γ 2g
H = Z2 – Z1 + HL
H = Hs + HL
Head Total = Z + HL
Head Total = static head (z) + head loss (HL)
Diketahui:
Debit maksimal pompa = 0,2 m3/detik
Diameter pipa outlet = 203,2 mm = 0,203 m
Diameter pipa inlet = 152,4 mm = 0,152 m
Panjang pipa outlet = 72 m
Panjang pipa intlet =2m
Elevasi inlet = 140 m
Elevasi outlet = 176 m
Jumlah belokan = 1 belokan 10o, 3 belokan 30o, 3 belokan 45o pada pipa
outlet dan 1 belokan 20o pada pipa inlet.
Pipa Outlet
1 belokan 10o pipa outlet = 10,67 D
61 Universitas Sriwijaya
= 10,67 x 0,203 m
= 2,17 m
3 belokan 30o pipa outlet = 3 x 16,5 D
= 3 x 16,5 x 0,203 m
= 10,04 m
3 belokan 45o pipa outlet = 3 x 20 D
= 3 x 20 x 0,203 m
= 12,18 m
Head pada pipa outlet yang disebabkan oleh belokan pada pipa adalah 24,39 m.
Pipa inlet
1 belokan 20o pipa inlet = 13,3 D
= 13,3 x 0,152 m
= 2,02 m
Head pada pipa inlet yang disebabkan oleh belokan pada pipa adalah 2,02 m.
Hs = t2 – t1
Keterangan :
T1 = elevasi pada sisi keluar air ujung pipa
T2 = elevasi pada sisi isap ujung pipa
Hs = 176 m – 140 m
Hs = 36 m
10,666 . 𝑄1.85
Hf = 𝑥 (L + Le)
𝐶 1.85 . 𝐷4.85
62 Universitas Sriwjaya
Keterangan :
Hf = Kerugian gesekan pada pipa (m)
Q = Debit aliran pipa (m3/detik)
C = Koefesien ( Tabel 2.9) = 140 (koefesien pipa jenis HDPE)
D = Diameter pipa (m)
L = Panjang pipa (m)
10,666 . 0,21.85
Hf = 1401.85 . 𝑥 (72 + 24,39)
0,1524.85
0,54
Hf = 1,0053 𝑥 96
Hf = 51,57 m
10,666 . 0,21.85
Hf = 1401.85 . 𝑥 (2 + 2,02)
0,2034.85
0,54
Hf = 4,09 𝑥 4,02
Hf = 0,53 m
Jadi total nilai Head Loss pada sistem pemompaan pada pit II , yaitu :
63 Universitas Sriwjaya
= 36 + 52,1
= 88,1 m
Dari grafik diatas didapatkan debit pompa normal sebesar 110 liter/detik
atau 0,11 m3/detik atau 396 m3/jam, dengan putaran mesin 1600 rpm dan efisiensi
sekitar 57 %.
64 Universitas Sriwjaya
Lampiran 7. Perencanaan Saluran Terbuka
Keterangan :
Q = Debit pengaliran (m3/detik)
A = Luas penampang basah (m2)
S = Kemiringan dasar saluran (%)
R = Jari-jari hidrolis (m)
n = Koefisien kekasaran dinding saluran menurut Manning.
Harga n pada hal ini digunakan 0,028 (Tabel 2.9)
A (Luas Penampang) = b . h + m . h2
m = cotg
= cotg 600
= 0,58
65 Universitas Sriwjaya
b/h = 2 {(1 + m2)0,5 – m}
= 2 {(1,336)0,5 – 0,58}
= 2{1,156– 0,58}
= 2 (0,576)
= 1,152.h
A = b . h + m . h2
= 1,152 h2 + 0,58 . h2
= 1,732 h2
A. Perencanaan Saluran 1
66 Universitas Sriwjaya
Keterangan :
C = Koefesien limpasan (Tabel 2.8)
I = Intesitas Hujan (Lampiran 3)
A = Luas catchment area saluran 1 (Lampiran 3)
Dari data-data tersebut, maka dapat ditentukan kedalaman saluran (h) sebagai
berikut:
1,81 m
0,16 m
0,94 m
0,78 m
60 o
0,9 m
Q = 1/3600 * C * I * A
=1/3600 x 0,9 x 0,031 m/jam x 77.410,379 m2
= 0,6 m3/detik
Keterangan :
C = Koefesien limpasan (Tabel 2.8)
68 Universitas Sriwjaya
I = Intesitas Hujan (Lampiran 3)
A = Luas catchment area saluran 2 (Lampiran 3)
Dari data-data tersebut, maka dapat ditentukan kedalaman saluran (h) sebagai
berikut:
69 Universitas Sriwjaya
= 1,06 m + 0,92 m (1,16)
= 1,06 m +1,067 m
= 2,127 m
= 2,13
2,13 m
0,18 m
1,1 m
0,92 m
60 o
1,06 m
70 Universitas Sriwjaya
Lampiran 8. Perencanaan Dimensi Sump
Diketahui:
Curah hujan rencana = 106,58 mm/hari
Luas Catchment Area = 134.971,363 m2
Debit evaporasi = 1,2 m3/hari atau 0,05 m3/jam
Dari tabel di atas didapatkan debit sisa air terbesar pada asumsi waktu hujan
selama 3 jam dengan intensitas hujan 0,018 m/jam. Debit total air yang masuk ke
dalam sump sebesar 6.473,212 m3 sedangkan pada saat bersamaan pompa hanya
mampu memompakan debit sebesar 2.160 m3 dalam waktu 3 jam. Selisih antara
debit air yang masuk ke sump dan debit air yang dipompakan sebesar 4.313,21 m3
71 Universitas Sriwijaya
(Lanjutan)
yang tidak dapat diatasi oleh pompa yang ada. Selisih volume terbesar dijadikan
acuan sebagai perencanaan volume sump.
Bentuk dari sump adalah trapezium dengan sudut sebesar 60° dan memiliki
kedalaman sepanjang 4 m, sehingga untuk menampung volume total digunakan
perhitungan sebagai berikut:
Keterangan:
X2 = Luas atas (m2)
Y2 = Luas bawah (m2)
Z = Ketinggian atau kedalaman
Maka:
Z
V = ( X2 + Y2 ) x 2
X = 2(W) + Y
X = 2(2,309) + Y = 4,618 + Y
Diketahui:
Volume trapesium = 6.473,212 m3, untuk asumsi daya tampung sump untuk 4 hari
tanpa adanya pemompaan, maka volume trapesium = 25.892,848 m3.
1
V = ( X 2 + Y 2 )x Z
2
1
= [( 4,618 + Y )2 + Y ²] x ( 2 x 4 )
= (21,326 + 9,236 Y + Y 2 + Y 2 ) × 2
= 42,652 + 18,472 Y + 4 Y2
Jadi,
V = 42,652 + 18,472 Y + 4 Y2
72 Universitas Sriwijaya
(Lanjutan)
- b ±√b2 -4ac
Y= 2a
Maka X = 4,618 + Y
= 4,618 m + 78,114 m
= 82,732 m
= 82,73 m
Volume maksimum yang dapat ditampung oleh sump dengan dimensi di atas
adalah:
73 Universitas Sriwijaya
(Lanjutan)
Ketinggian
V = {(luas permukaan sumuran + luas dasar sumuran)} x 2
4
= {(82,732 m x 82,732 m) + (78,114 m x 78,114 m)} x 2
= { 6.844,583 m2 + 6.101,797 m2 }x 2 m
= 12.946,38 m2 x 2 m
= 25.892,76 m3
Jadi volume sump yang akan direncanakan di pit II PT Buana Eltra adalah
25.892,76 m3.
82,73 m
82,73 m 78,11 m
Top
82,73 m
78,11 m 4m
60 o
78,11 m
Floor
(Tampak Atas) (Tampak Samping)
74 Universitas Sriwijaya