Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan prematur adalah persalinan dengan usia kehamilan kurang
dari 37 minggu atau berat bayi kurang dari 2500 gram. Menurut World
Health Organization (WHO), bayi prematur adalah bayi yang lahir pada
usia kehamilan 37 minggu atau kurang. Sedangkan menurut Himpunan
Kedokteran Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
(POGI) di Semarang tahun 2005 menetapkan bahwa persalinan preterm
adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu.1 Pada
persalinan ini, seringkali bayi prematur mengalami gangguan tumbuh
kembang organ-organ vital yang menyebabkan ia masih belum mampu
untuk hidup di luar kandungan sehingga sering mengalami kegagalan
adaptasi yang dapat menimbulkan morbiditas bahkan mortalitas yang
tinggi.3
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2007, penyebab
kematian bayi baru lahir pada kelompok umur 0-6 hari di Indonesia yang
tertinggi yaitu gangguan pernapasan sebesar 36,9%, sedangkan
prematuritas sebesar 32,4%. Hal ini berkaitan dengan maturitas organ pada
bayi baru lahir seperti paru, otak, dan gastrointestinal.1
Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti persalinan prematur tidak
diketahui. Berbagai sebab dan faktor demografik diduga sebagai penyebab
persalinan preterm, seperti solusio plasenta, kehamilan ganda, kelainan
uterus, polihidramnion, kelainan kongenital janin, ketuban pecah dini dan
lain-lain.3
Salah satu penyebab persalinan prematur adalah anemia. Anemia
adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr % pada
trimester I dan III atau kadar lebih kecil 10,5 gr % pada trimester II.
Anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan. Hal itu disebabkan karena
volume darah bertambah banyak atau hidremia tetapi bertambahnya sel-sel
kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi
pengenceran darah.7

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Partus Prematurus Iminens


A. Definisi
Persalinan prematur adalah persalinan dengan usia kehamilan
kurang dari 37 minggu atau berat bayi kurang dari 2500 gram.
Menurut World Health Organization (WHO), bayi prematur adalah
bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 minggu atau kurang.
Sedangkan menurut Himpunan Kedokteran Fetomaternal
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) di Semarang
tahun 2005 menetapkan bahwa persalinan preterm adalah persalinan
yang terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu.1

B. Etiologi
Persalinan prematur merupakan kelainan proses yang
multifaktorial. Kombinasi keadaan obstetrik, sosiodemografi, dan
faktor medik mempunyai pengaruh terhadap terjadinya persalinan
prematur. Kadang hanya resiko tunggal dijumpai seperti distensi
berlebih uterus, ketuban pecah dini, atau trauma. Banyak kasus
persalinan prematur sebagai akibat proses patogenik yang merupakan
mediator biokimia yang mempunyai dampak terjadinya kontraksi
rahim dan perubahan serviks, yaitu:
1. Aktivasi aksis kelenjar hipotalamus-hipofisis-adrenal baik
pada ibu maupun janin, akibat stres pada ibu atau janin
2. Inflamasi desiuda-korioamnion atau sistemik akibat infeksi
asenden dari traktus genitourinaria atau infeksi sistemik
3. Perdarahan desidua
4. Peregangan uterus patologik
5. Kelainan pada uterus atau serviks.1

Kondisi selama kehamilan yang beresiko terjadinya persalinan


preterm adalah:
Janin dan plasenta:
 Perdarahan trimester awal
 Perdarahan antepartum (Plasenta previa, solusio plasenta,
vasa previa)
 Ketuban pecah dini (KPD)
 Pertumbuhan janin terhambat
 Cacat bawaan janin

2
 Kehamilan ganda/gemeli
 Polihidramnion
Ibu:
 Penyakit berat pada ibu
 Diabetes mellitus
 Preeklampsia/hipertensi
 Infeksi saluran kemih/genital/intrauterin
 Penyakit infeksi dengan demam
 Stres psikologik
 Kelainan bentuk uterus/serviks
 Riwayat persalinan preterm/abortus berulang
 Inkompetensi serviks (panjang serviks kurang dari 1 cm)
 Pemakaian obat narkotik
 Perokok berat
 Kelainan imunologi/kelainan resus.1

Menurut Saifuddin (2006)7, salah satu penyebab persalinan


prematur adalah anemia. Anemia lebih sering dijumpai dalam
kehamilan. Hal itu disebabkan karena dalam kehamilan keperluan
akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan–
perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Darah bertambah banyak
atau hidremia tetapi bertambahnya sel-sel kurang dibandingkan
dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah.1
Kondisi viskositas darah yang menurun ini menjadikan aliran darah
yang rendah pada ruangan intervillus. Perubahan aliran darah ini
menyebabkan beberapa gangguan transportasi, nutrisi, oksigen ke
janin, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan janin, yang
sering berakibat terjadinya berat badan lahir rendah, yaitu bayi
dismatur dan prematur.1

C. Kriteria Diagnosis
Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai diagnosis ancaman
persalinan preterm, yaitu:
 Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali atau 2-3
kali dalam waktu 10 menit
 Adanya nyeri pada punggung bawah (low back pain)
 Perdarahan bercak
 Perasaan menekan daerah serviks

3
 Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan
sedikitnya 2 cm, dan penipisan 50-80%
 Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina isiadika
 Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya
persalinan preterm
 Terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu.1

D. Pencegahan
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah
persalinan preterm antara lain sebagai berikut:
 Hindari kehamilan pada ibu terlalu muda (kurang dari 17
tahun)
 Hindari jarak kehamilan terlalu dekat
 Menggunakan kesempatan periksa hamil dan memperoleh
pelayanan antenatal yang baik
 Anjuran tidak merokok maupun mengkonsumsi obat terlarang
(narkotik)
 Hindari kerja berat dan perlu cukup istirahat
 Obati penyakit yang dapat menyebabkan persalinan preterm
 Kenali dan obati infeksi genital/saluran kencing
 Deteksi dan pengamanan faktor risiko terhadap persalinan
preterm

E. Patogenesis
Penyebab PPI multifaktorial dan dapat saling berinteraksi satu
sama lain. Berikut beberapa alur yang umum terjadi pada PPI:
1) Aktivasi aksis hypothalamic–pituitary–adrenal (HPA) janin
atau ibu: stres
Stres akan mengakibatkan akitivasi prematur hypothalamic–
pituitary–adrenal (HPA) janin atau ibu. Neuroendokrin,
kekebalan tubuh, dan proses perilaku (seperti depresi) telah
dikaitkan dengan PPI terkait stres. Namun, proses yang paling
penting, yang menghubungkan stres dan kelahiran preterm ialah
neuroendokrin, yang menyebabkan aktivasi prematur aksis HPA.
Proses ini dimediasi oleh corticotrophinreleasing hormone (CRH)
plasenta. Pada persalinan aterm, aktivasi CRH plasenta sebagian
besar didorong oleh aksis HPA janin dalam suatu feedback positif
pada pematangan janin. Pada PPI, aksis HPA ibu dapat
mendorong ekspresi CRH plasenta. Stres pada ibu, tanpa adanya
penyebab PPI lainnya, seperti infeksi akan menyebabkan

4
peningkatan efektor biologi dari stres termasuk kortisol dan
epinefrin, yang mengaktifkan ekspresi CRH plasenta. CRH
plasenta, pada gilirannya, dapat menstimulasi janin untuk
mensekresi kortisol dan dehydroepiandrosterone synthase
(DHEA-S) (melalui aktivasi aksis HPA janin) dan menstimulasi
plasenta untuk mensintesis estriol dan prostaglandin, sehingga
mempercepat PPI. 2

2) Infeksi dan inflamasi


Patogenesis dari PPI masih belum dimengerti dengan benar.
Namun, infeksi tampaknya menjadi penyebab tersering dan paling
penting dalam PPI. Meskipun demikian, patogenesis infeksi
hingga menyebabkan PPI pun hingga kini belum jelas benar,
namun diduga berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh, dan
diawali oleh aktivasi fosfolipase A2 yang dihasilkan oleh banyak
mikroorganisme. Fosfolipase A2 akan memecah asam arakidonat
dari selaput amnion janin, sehingga asam arakidonat bebas
meningkat untuk sintesis prostaglandin. Selain itu, endotoksin
(lipopolisakarida) bakteri dalam cairan amnion akan merangsang
sel desidua untuk menghasilkan sitokin dan prostaglandin yang
dapat menginisiasi proses persalinan. Berbagai sitokin, termasuk
interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6), dan tumour necrosis
factor (TNF) adalah produk sekretorik yang dikaitkan dengan
PPI. Sementara itu, platelet activating factor (PAF) yang
ditemukan dalam cairan amnion terlibat secara sinergik pada
aktivasi jalinan sitokin tadi. Endotoksin mikroba dan
proinflammantori sitokin akan merangsang produksi
prostaglandin, mediator inflammatory lainnya, serta matrix-
degrading enzymes. Prostaglandin akan merangsang kontraksi
uterus, dan berperan dalam mengatur metabolisme matriks
ekstraselular yang terkait dengan pematangan serviks saat
dimulainya persalinan, sedangkan degradasi dari matriks
ekstraselular pada membran amnion akan menyebabkan ketuban
pecah dini yang kemudian menyebabkan PPI. Endotoksin
mikroba akan merangsang produksi progesteron melalui
pemecahan asam arakidonat, dan bersama sitokin akan
meningkatkan ekspresi PGHS-2 (prostaglandin H synthase), dan
menghambat aktivasi PGDH (15-OH prostaglandin
dehydrogenase). Meningkatnya PGHS-2 akan menstimulasi
sintesis prostaglandin. Sedangkan down regulation PGDH akan

5
meningkatkan ratio prostaglandin (PG) terhadap prostaglandin
metabolite (PGM), yang akan meningkatkan aktivitas uterus,
pematangan serviks, dan rupturnya membran amnion. Sumber
infeksi yang telah dikaitkan dengan kelahiran prematur meliputi
infeksi intrauterin, infeksi saluran kelamin, infeksi sistemik ibu,
bakteriuria asimptomatik, dan periodontitis ibu. Mikroorganisme
yang umum dilaporkan pada rongga amnion adalah genital
Mycoplasma spp, dan Ureaplasma urealyticum. Rongga amnion
biasanya steril dari bakteri, dan adanya bakteri yang jumlahnya
cukup signifikan pada membran amnion diduga melalui
mekanisme sebagai berikut:
1. Secara ascending dari vagina dan serviks
2. Penyebaran secara hematogen melalui plasenta
3. Penggunaan alat saat melakukan prosedur invasif
4. Penyebaran secara retrograde melalui tuba fallopi.2

3) Perdarahan desidua (Decidual hemorrhage/thrombosis)


Lesi vaskular dari plasenta biasanya dihubungkan dengan PPI dan
ketuban pecah dini. Lesi ini dapat dikarakteristikan sebagai
kegagalan dari transformasi fisiologi dari arteri spiralis, atherosis,
dan trombosis arteri ibu atau janin. Diperkirakan mekanisme yang
menghubungkan lesi vaskular dengan PPI ialah iskemi
uteroplasenta. Meskipun patofisiologinya belum jelas, namum
trombin diperkirakan memainkan peran utama. Terlepas dari
peran penting dalam koagulasi, trombin merupakan protease
multifungsi yang memunculkan aktivitas kontraksi dari vaskular,
intestinal, dan otot halus miometrium. Trombin menstimulasi
peningkatan kontraksi otot polos longitudinal miometrium, secara
in vitro. 2

4) Distensi uterus yang berlebihan (uterine overdistension)


Distensi uterus yang berlebihan memainkan peranan kunci dalam
memulai PPI yang berhubungan dengan kehamilan multipel,
polihidramnion, dan makrosomia. Kehamilan multipel, sering
disebabkan oleh reproduksi yang dibantu oleh tekhnologi
(assisted reproduction technologies (ART)), termasuk induksi
ovulasi dan fertilisasi in vitro, dan merupakan satu dari penyebab
yang paling penting dari PPI di negara-negara maju. Mekanisme
dari distensi uterus yang berlebihan hingga menyebabkan PPI
masih belum jelas. Namun diketahui, peregangan rahim akan

6
menginduksi ekspresi protein gap junction, seperti connexin-43
(CX-43) dan CX-26, serta menginduksi protein lainnya yang
berhubungan dengan kontraksi, seperti reseptor oksitosin. 2

5) Insufisiensi serviks
Insufisiensi serviks secara tradisi dihubungkan dengan pregnancy
losses pada trimester kedua. Gangguan pada serviks berhubungan
dengan outcomes kehamilan yang merugikan dengan variasi yang
cukup luas, termasuk PPI. Insufisiensi serviks secara tradisi telah
diidentifikasi di antara wanita dengan riwayat pregnancy losses
berulang pada trimester kedua, tanpa adanya kontraksi uterus.
Terdapat lima penyebab yang diakui atau dapat diterima, yaitu:
(1) kelainan bawaan; (2) in-utero diethylstilbestrol exposure; (3)
hilangnya jaringan dari serviks akibat prosedur operasi seperti
Loop Electrosurgical Excision Procedure (LEEP) atau
conization; (4) kerusakan yang bersifat traumatis; dan (5) infeksi.2

Selain berhubungan dengan beberapa hal di atas, risiko PPI


juga meningkat pada perokok. Mekanisme meningkatnya risiko PPI
pada wanita yang merokok sampai saat ini belum jelas. Terdapat lebih
dari 3.000 bahan kimia dalam batang rokok, yang masing-masing efek
biologisnya sebagian besar tidak diketahui. Namun, baik nikotin dan
karbon monoksida merupakan vasokonstriktor yang kuat dan
dihubungkan dengan kerusakan plasenta serta menurunnya aliran
darah uteroplasenta. Kedua jalur tersebut mengarah pada
terhambatnya pertumbuhan janin dan PPI. Lingkungan intrauterine
yang buruk, seperti saat terganggunya aliran darah uteroplasenta atau
kondisi hipoksemia janin akan mengaktivasi aksis hypothalamic–
pituitary–adrenal (HPA) janin, yang ditunjukkan dengan peningkatan
corticotrophin-releasing hormone (CRH) oleh hipotalamus, yang
kemudian memacu sekresi adrenocorticotrophic hormone (ACTH)
oleh hipofisis anterior. ACTH pada gilirannya akan menyebabkan
peningkatan sekresi kortisol dari korteks adrenal. Kortisol kemudian
meningkatkan ekspresi PGHS-2 (prostaglandin H synthase), dan
menghambat aktivasi PGDH (15-OH prostaglandin dehydrogenase).
Selain itu, merokok juga dihubungkan dengan respon inflammasi
sistemik yang juga dianggap dapat meningkatkan risiko PPI, melalui
peningkatan produksi sitokin.2

7
F. Tatalaksana
Menjadi pemikiran pertama pada pengelolaan persalinan
preterm adalah: apakah memang persalinan preterm. Selanjutnya
mencari penyebab dan menilai kesejahteraan janin yang dapat
dilakukan secara klinis, laboratoris, ataupun ultrasonografi meliputi
pertumbuhan/berat janin, jumlah dan keadaan cairan amnion,
presentasi dan janin/ kelainan kongenital. Ibu hamil yang mempunyai
risiko terjadinya persalinan preterm dan/atau menunjukkan tanda-
tanda persalinan preterm perlu dilakukan intervensi untuk
meningkatkan neonatal outcomes.1
Manajemen persalinan preterm bergantung pada beberapa
faktor:
 Keadaan selaput ketuban. Pada umumnya persalinan tidak
dihambat bilamana selaput ketuban sudah pecah.
 Pembukaan serviks. Persalinan akan sulit dicegah bila
pembukaan mencapai 4 cm.
 Umur kehamilan. Makin muda usia kehamilan, upaya
mencegah persalinan makin perlu dilakukan. Persalinan dapat
berlangsung bila TBJ > 2.000 atau kehamilan > 34 minggu.
 Penyebab/komplikasi persalinan preterm.
 Kemampuan neonatal intensive care facilities.1
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada persalinan
preterm, terutama mencegah morbiditas dan mortalitas neonatus
preterm adalah:
 Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian
tokolisis,
 Pematangan surfaktan paru janin dengan kortikosteroid,
 Bila perlu dilakukan pencegahan terhadap infeksi.1

1) Tokolisis
a) Kalsium antagonis: nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam,
dilanjutkan tiap 8 jam sampai kontraksi hilang. Obat dapat
diberikan lagi jika timbul kontaksi berulang. Dosis
maintenance 3x10 mg.
b) Obat ß-mimetik: seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin, dan
salbutamol dapat digunakan, tetapi nifedipin mempunyai efek
samping yang lebih kecil. Salbutamol, dengan dosis per infus:
20-50 μg/menit, sedangkan per oral: 4 mg, 2-4 kali/hari
(maintenance) atau terbutalin, dengan dosis per infus: 10-15

8
μg/menit, subkutan: 250 μg setiap 6 jam sedangkan dosis per
oral: 5-7.5 mg setiap 8 jam (maintenance). Efek samping dari
golongan obat ini ialah: hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi,
takikardia, iskemi miokardial, edema paru.
c) Sulfas magnesikus: dosis perinteral sulfas magnesikus ialah 4-
6 gr/iv, secara bolus selama 20-30 menit, dan infus 2-4gr/jam
(maintenance). Namun obat ini jarang digunakan karena efek
samping yang dapat ditimbulkannya pada ibu ataupun janin.
Beberapa efek sampingnya ialah edema paru, letargi, nyeri
dada, dan depresi pernafasan (pada ibu dan bayi).
d) Penghambat produksi prostaglandin: indometasin, sulindac,
nimesulide dapat menghambat produksi prostaglandin dengan
menghambat cyclooxygenases (COXs) yang dibutuhkan untuk
produksi prostaglandin. Indometasin merupakan penghambat
COX yang cukup kuat, namun menimbulkan risiko
kardiovaskular pada janin. Sulindac memiliki efek samping
yang lebih kecil daripada indometasin. Sedangkan nimesulide
saat ini hanya tersedia dalam konteks percobaan klinis.1

Kontraindikasi relatif penggunaan tokolisis ialah ketika


lingkungan intrauterine terbukti tidak baik, seperti:
a. Oligohidramnion
b. Korioamnionitis berat pada ketuban pecah dini
c. Preeklamsia berat
d. Hasil nonstrees test tidak reaktif
e. Hasil contraction stress test positif
f. Perdarahan pervaginam dengan abrupsi plasenta, kecuali
keadaan pasien stabil dan kesejahteraan janin baik
g. Kematian janin atau anomali janin yang mematikan
h. Terjadinya efek samping yang serius selama penggunaan beta-
mimetik.1

Untuk menghambat proses PPI, selain tokolisis, pasien juga


perlu membatasi aktivitas atau tirah baring serta menghindari
aktivitas seksual.1

2) Akselerasi pematangan fungsi paru janin dengan kortikosteroid


Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan
surfaktan paru janin, menurunkan risiko respiratory distress
syndrome (RDS), mencegah perdarahan intraventrikular,

9
necrotising enterocolitis, dan duktus arteriosus, yang akhirnya
menurunkan kematian neonatus. Kortikosteroid perlu diberikan
bilamana usia kehamilan kurang dari 35 minggu. Obat yang
diberikan ialah deksametason atau betametason. Pemberian
steroid ini tidak diulang karena risiko pertumbuhan janin
terhambat. Pemberian siklus tunggal kortikosteroid ialah:
1. Betametason 2 x 12 mg i.m. dengan jarak pemberian 24 jam.
2. Deksametason 4 x 6 mg i.m. dengan jarak pemberian 12 jam.1

3) Antibiotika
Antibiotika hanya diberikan bilamana kehamilan mengandung
risiko terjadinya infeksi, seperti pada kasus KPD. Obat diberikan
per oral, yang dianjurkan ialah eritromisin 3 x 500 mg selama 3
hari. Obat pilihan lainnya ialah ampisilin 3 x 500 mg selama 3
hari, atau dapat menggunakan antibiotika lain seperti klindamisin.
Tidak dianjurkan pemberian ko-amoksiklaf karena risiko
necrotising enterocolitis.1

2.2. Anemia
A. Definisi
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah
11 gr % pada trimester I dan III atau kadar lebih kecil 10,5 gr % pada
trimester II.2 Anemia pada kehamilan adalah anemia karena
kekurangan zat besi, menurut WHO kejadian anemia hamil berkisar
antara 20 % sampai dengan 89 % dengan menetapkan Hb 11 gr %
sebagai dasarnya. Hb 9 – 10 gr % disebut anemia ringan. Hb 7 – 8 gr
% disebut anemia sedang. Hb < 7 gr % disebut anemia berat.6

B. Klasifikasi
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Prawiroharjo, 2010:
1) Anemia defiensi besi
Anemia dalam kehamilan yang sering dijumpai ialah anemia akibat
kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang
masuknya unsur besi dalam makanan, karena gangguan reabsopsi,
gangguan pecernaan, atau karena terlampau banyaknya besi yang
keluar dari badan, misal pada perdarahan.
2) Anemia megaloblastik
Anemia dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folik,
jarang sekali karena defisiensi B12. Hal itu erat kaitanya dengan
defisiensi makanan.

10
3) Anemia hipoplastik
Anemia pada wanita hamil dikarenakan sumsum tulang kurang
mampu membuat sel – sel darah baru.
4) Anemia hemolitik
Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah
berlangsung lebih cepat dari pada pembuatannya.1

C. Faktor-faktor yang Memengaruhi


Faktor Dasar
a) Sosial ekonomi
Pada ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi yang baik, otomatis
akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik
pula. Status gizipun akan meningkat karena nutrisi yang didapatkan
berkualitas. Tingkat sosial ekonomi terbukti sangat berpengaruh
terhadap kondisi kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil.4
b) Pengetahuan
Tingkatan pengetahuan ibu mempengaruhi perilakunya, makin
tinggi pendidikan atau pengetahuannya, makin tinggi kesadaran
untuk mencegah terjadinya anemia.3
c) Pendidikan
Pendidikan yang baik akan mempermudah untuk mengadopsi
pengetahuan tentang kesehatannya. Rendahnya tingkat pendidikan
ibu hamil dapat menyebabkan keterbatasan dalam upaya
menangani masalah gizi dan kesehatan keluarga. 3
Faktor Tidak Langsung
a) Kunjungan Antenatal Care (ANC)
Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama
pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Kasus
anemia defisiensi gizi umumnya selalu disertai dengan mal nutrisi
infestasi parasit, semua ini berpangkal pada keengganan ibu untuk
menjalani pengawasan antenatal.3
b) Umur Ibu
Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang
hamil, akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan.
Umur muda (<20 tahun) perlu tambahan gizi yang banyak karena
selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya
sendiri juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung.
Sedangkan untuk umur yang tua diatas 30 tahun perlu energi yang

11
besar juga karena fungsi organ yang makin melemah dan
diharuskan untuk bekerja maksimal maka memerlukan tambahan
energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang
berlangsung.5
Faktor Langsung
a) Kecukupan konsumsi tablet besi
Tablet besi adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi
anemia gizi besi yang diberikan kepada ibu hamil.1
b) Jarak kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2
tahun.1
c) Paritas
Paritas adalah kelahiran setelah gestasi 20 minggu, tanpa
memperhatikan apakah bayi hidup atau mati. Paritas ibu
merupakan frekuensi ibu pernah melahirkan anak hidup atau mati,
tetapi bukan aborsi.1
d) Status gizi
Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai darah yang
mengantarkan oksigen dan makanan pada janin akan terhambat,
sehingga janin akan mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan.1
e) Penyakit Infeksi
Beberapa infeksi penyakit memperbesar risiko anemia. Infeksi itu
umumnya adalah TBC, cacingan dan malaria,karena menyebabkan
terjadinya peningkatan penghancuran sel darah merah dan
terganggunya eritrosit. Cacingan jarang sekali menyebabkan
kematian secara langsung, namun sangat mempengaruhi kualitas
hidup penderitanya. Infeksi cacing akan menyebabkan malnutrisi
dan dapat mengakibatkan anemia defisiensi besi. Infeksi malaria
dapat menyebabkan anemia.1

D. Komplikasi
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi
ibu, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa
selanjutnya. Penyulit-penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah
keguguran (abortus), kelahiran prematurus, persalinan yang lama
akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi (inersia uteri),
perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot
rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca
bersalin serta anemia yang berat (<4 gr%) dapat menyebabkan

12
dekompensasi kordis. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan
syok dan kematian ibu pada persalinan.3

13
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien


Pasien
Nama : Anita Carolina
TTL : Palembang, 20 Februari 1988
Umur : 29 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Jl. Faqih Usman Lrg. Tangga Raja No. 231 RT.11 RW.03
Kel. Seberang Ulu 1 Kota Palembang
Suku : Komering
No. RM : 390640
MRS : Kamis, 13 April 2017 pukul 20.20 WIB

Suami Pasien
Nama : Muhammad Ismail
TTL : Palembang, 29 Mei 1984
Umur : 33 tahun
Pekerjaan : Karyawan swasta (Distributor PT. Indo Marco)
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Jl. Faqih Usman Lrg. Tangga Raja No. 231 RT.11 RW.03
Kel. Seberang Ulu 1 Kota Palembang
Suku : Semendo

3.2. Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 13 April 2017 pukul 21.00
A. Keluhan Utama
Sakit pinggang pada hamil kurang bulan disertai sesak nafas.

B. Riwayat Perjalanan Penyakit


Ibu datang dengan keluhan sakit pinggang sejak 1 minggu yang lalu
disertai sesak nafas dan pusing. Sesak nafas dan pusing dirasakan sejak
awal kehamilan namun semakin lama semakin berat. Sesak semakin
berat sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit. Pada awal kehamilan
mual dan muntah terus-menerus. Riwayat trauma tidak ada, riwayat
coitus tidak ada, riwayat urut tidak ada, riwayat keluar lendir darah

14
tidak ada, dan riwayat keluar air-air tidak ada. Ibu mengaku kurang
bulan, gerakan anak masih dirasakan.

C. Riwayat Menstruasi
Usia Menarke : 13 tahun
Sikluas Haid : 30 hari
Lama Haid : 5 hari, 2-3 kali ganti pembalut/hari
Keluhan Saat Haid : Tidak ada
HPHT : 17 Agustus 2016
TP : 24 Mei 2017

D. Riwayat Perkawinan
Status Pernikahan : 1x
Lama Menikah : 10 tahun
Usia Menikah : 19 tahun

E. Riwayat Kontrasepsi
3 tahun terakhir menggunakan pil KB dan sebelumnya selama 5 tahun
menggunakan KB suntik 3 bulan.

F. Riwayat ANC
Trimester I : 5 kali
Trimester II : 5 kali
Trimester III: 1 kali

G. Riwayat Kehamilan dan Persalinan


1. Aterm/2008/Perempuan/3200 gram/Bidan/Spontan
2. Kehamilan saat ini

H. Riwayat Penyakit Terdahulu


Ibu meyangkal mempunyai riwayat penyakit asma, jantung, kencing
manis, hipertensi, penyakit paru, alergi obat dan makanan, kejang-
kejang saat hamil.

I. Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu mengaku memiliki riwayat penyakit keluarga hipertensi dan
menyangkal memiliki riwayat penyakit keluarga asma, kencing manis,
penyakit paru, alergi obat dan makanan, kejang-kejang saat hamil.

15
3.3. Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 59,5 kg
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 28 x/menit
Suhu : 36,6°C

Pemeriksaan Fisik
Kepala : Normocephali
Mata : Conjungtiva anemi (+/+), sklera ikterik (-/-) edema
periorbital (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pemesaran kelenjar thyroid (-)
Thorax : Inspeksi : simetris, retraksi sela iga (-)
Palpasi : stem fremitus (+/+) sama kanan dan kiri
Perkusi: sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+) ronki (-/-) wheezing (-/-)
Cor : Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung I/II (+/+) normal, regular.
Murmur (-) gallop (-)
Abdomen : Inspeksi: perut membesar sesuai umur kehamilan, skar
operasi (-), striae gravidarum (+)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : tidak dilakukan
Palpasi : hepar lien sulit dinilai
Genitalia : discharge (-)
Ekstremitas : akral dingin (+/+) edema (-/-)

B. Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar
Leopold I : ½ proc. Xyphoideus – Umbilikus / 29 cm.
Teraba bokong.
Leopold II : Punggung kiri, memanjang
Leopold III : Bagian terbawah kepala
Leopold IV : Konvergen, Belum masuk pintu atas panggul
DJJ : 130x/menit
His : Tidak ada
Taksiran Berat Janin : (29-12) x 155= 2,635 gram

16
Pemeriksaan Dalam
Posisi portio : Posterior
Konsistensi : Lunak
Pembukaan : 1 cm
Ketuban :+
Pendataran : 0%
Presentasi : Belum dapat dinilai
Penurunan : Belum dapat dinilai
UUK : Belum dapat dinilai
Sutura : Belum dapat dinilai
Inspekulo : Tidak dilakukan

3.4. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Darah Rutin (Kamis, 13 April 2017 pukul 21.00 WIB)
Hematologi Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 4,3 12-14 g/dl
Leukosit 7.900 5.000 – 10.000/ul
Trombosit 347.000 150.000 – 400.000/ul
Hematokrit 16 37-43%
Hitung Jenis
Basofil 0 0 – 1%
Eosinofil 2 1 – 3%
Neutrofil Batang 3 2 – 6%
Neutrofil Segmen 70 50 – 70%
Limfosit 19 20 – 40%
Monosit 6 2 – 8%
Golongan Darah
ABO B
Rhesus +
Waktu Perdarahan 4 1 – 6 menit
Waktu Pembekuan 10 10 – 15 menit
BSS 96 <100 mg/dl

Pemeriksaan Darah Rutin (Sabtu, 15 April 2017 pukul 18.00 WIB)


Hematologi Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 7,7 12-14 g/dl

17
Hasil USG

Kesan:
 Janin tunggal hidup presentasi kepala
 Berat: 2,6 – 3 kg
 Usia: 35-36 minggu
 Jenis kelamin: laki-laki

3.5. Diagnosis Kerja


G2P1A0 hamil 33-34 minggu belum inpartu dengan PPI dan anemia berat,
janin tunggal hidup presentasi kepala.

3.6. Penatalaksanaan
IVFD Dextrose 5% + MgSO4 40% gtt 25x/menit
Cek laboratorium
Injeksi Cefotaxime 2 x 1 gram
Dower Catheter terpasang
Transfusi PRC 4 Kolf
Injeksi Dexamethasone 3 x 10 mg
Rencana USG

3.7. Follow Up
Hari/Tanggal Follow Up
Kamis, 13 April 2017 S/ Ibu masuk melalui PONEK dengan keluhan pusing dan
Pukul 20.20 WIB nyeri pada bagian pinggang. Ibu mengaku hamil ±8 bulan,
gerakan anak masih dirasakan ibu. R/ Abortus (-) R/ Jatuh

18
(-) R/ Urut (-) HPHT: 19 Agustus 2017.
O/ KU: Tampak sakit sedang
Sensorium: Compos mentis
TD: 120/70 mmHg
Palpasi TFU ½ pusat – proc. Xyphoideus
DJJ 150x/menit
PD: Pembukaan 1 cm. Ketuban (+)
Skala nyeri 2
A/G2P1A0 hamil 33-34 minggu belum inpartu dengan PPI
dan anemia berat, janin tunggal hidup presentasi kepala.
P/ Observasi KU dan TV
Kolaborasi dengan dokter spesialis obgyn
IVFD D5 + MgSO4 40% gtt 25x/menit
Injeksi Cefotaxime 2 x 1 gram
Injeksi Dexamethasone 3 x 10 mg
Rencana transfusi 4 kolf PRC
Rencana USG
Kamis, 14 April 2017 Ibu baru pindah dari PONEK
Pukul 00.00 WIB
Kamis, 14 April 2017 Ibu terpasang darah kolf ke 1 PRC selesai pukul 01.40
Pukul 00.05 WIB WIB
Rencana transfusi 3 kolf PRC lagi
Rencana USG 14 April 2017
Kamis, 14 April 2017 S/ Nyeri pinggang berkurang
Pukul 07.00 WIB O/ KU: Tampak sakit sedang
Sensorium: Compos mentis
TD: 120/80 mmHg
N: 70x/menit
RR: 19x/menit
T: 36,3°C
Status Obstetrikus
TFU ½ pusat – proc. Xyphoideus
DJJ 144x/menit
A/ G2P1A0 hamil 33-34 minggu belum inpartu dengan PPI
dan anemia berat, janin tunggal hidup presentasi kepala.
P/ Observasi KU dan TV
Kolaborasi dengan dokter spesialis obgyn
IVFD D5 + MgSO4 40% gtt 25 x/menit
Injeksi Cefotaxime 2 x 1 gram
Injeksi Dexamethasone 3 x 10 mg

19
Kamis, 14 April 2017 USG: Janin tunggal hidup, presentasi kepala
Pukul 09.00 WIB Berat: 2,5 – 3 kg
A/ G2P1A0 hamil 35-36 minggu dengan PPI dan anemia
P/ Transfusi 3 Kolf
Kamis, 14 April 2017 Pukul 10.00 WIB terpasang darah kolf 2 PRC selesai pukul
Pukul 10.00 WIB 12.00 WIB
Kamis, 14 April 2017 Terpasang darah transfusi ke 3. Selesai pukul 23.00 WIB.
Pukul 21.30 WIB Rencana transfusi 1 Kolf lagi.
P/ Injeksi Calcii glukonas 1 x 100 mg
Jumat, 15 April 2017 S/ Nyeri pinggang hilang timbul. Sesak nafas.
Pukul 05.00 WIB O/ KU: Tampak sakit sedang
Sensorium: Compos mentis
TD: 120/70 mmHg
N: 78x/menit
RR: 26x/menit
T: 36,7°C
Status Obstetrikus
TFU ½ pusat – proc. Xyphoideus
DJJ 156x/menit
A/G2P1A0 hamil 33-34 minggu belum inpartu dengan PPI
dan anemia berat, janin tunggal hidup presentasi kepala.
P/ Observasi KU dan TV
Kolaborasi dengan dokter spesialis obgyn
IVFD D5 + MgSO4 40% gtt 25x/menit
Injeksi Cefotaxime 2 x 1 gram
Injeksi Dexamethasone 3 x 10 mg
Jumat, 15 April 2017 S/ Nyeri berkurang
Pukul 09.00 WIB O/ KU: Baik
Sensorium: Compos mentis
TD: 110/70 mmHg
N: 78x/menit
RR: 18x/menit
T: 36,7°C
Status Obstetrikus
TFU ½ pusat – proc. Xyphoideus
DJJ 144x/menit
A/G2P1A0 hamil 33-34 minggu belum inpartu dengan PPI
dan anemia berat, janin tunggal hidup presentasi kepala.
P/ Observasi KU dan TV
Observasi his dan DJJ

20
Post TF kolf ke 3. Rencana TF 1 kolf lagi
Calcii glukonas 1 x 100 mg
IVFD D5 + MgSO4 40% gtt 25/menit
Injeksi Cefotaxime 2 x 1 gram
Injeksi Dexamethasone 3 x 10 mg
Dower Catheter terpasang
Jumat, 15 April 2017 Os terpasang kolf ke 4. Selesai pukul 12.00 WIB
Pukul 09.30 WIB
Jumat, 15 April 2017 S/ Nyeri berkurang
Pukul 14.00 WIB O/ KU: Baik
Sensorium: Compos mentis
TD: 120/70 mmHg
N: 80x/menit
RR: 18x/menit
T: 36,7°C
Status Obstetrikus
TFU ½ pusat – proc. Xyphoideus
DJJ 144x/menit
A/G2P1A0 hamil 33-34 minggu belum inpartu dengan PPI
dan anemia berat, janin tunggal hidup presentasi kepala.
P/ Observasi KU dan TV
Observasi his dan DJJ
Post TF kolf ke 4

Calcii glukonas 1 x 100 mg


IVFD D5 + MgSO4 40% gtt 25x/menit
Injeksi Cefotaxime 2 x 1 gram
Injeksi Dexamethasone 3 x 10 mg
Dower Catheter terpasang
Jumat, 15 April 2017 Lapor dr. Didi, Sp.OG(K)
Pukul 19.00 WIB Hb: 7,7 gr/dl
Rencana transfusi 2 Kolf PRC
Jumat, 15 April 2017 S/ Sesak nafas dan kembung
Pukul 20.30 WIB O/ KU: Tampak sakit sedang
Sensorium: Compos mentis
TD: 120/70 mmHg
N: 100x/menit
RR: 28x/menit
T: 37,0°C
Status Obstetrikus

21
TFU ½ pusat – proc. Xyphoideus
DJJ 140x/menit
A/G2P1A0 hamil 33-34 minggu belum inpartu dengan PPI
dan anemia berat, janin tunggal hidup presentasi kepala.
P/ Lapor dr. Didi, Sp.OG(K)
IVFD D5% + MgSO4 40% ganti IVFD RL gtt 20 x/menit
Dower Catheter terpasang
Inj. Dexamethasone dan Inj. Cefotaxime dihentikan
Oral:
- Amoxicilin 3 x 500 mg
- Injeksi Ranitidin 2 x 50 mg
- Injeksi Ondansentron 2 x 4 mg
- Furosemid 1x 40 mg

Observasi KU dan TV
Observasi DJJ
Post transfusi 4 kolf PRC, rencana 2 kolf PRC lagi
Jumat, 16 April 2017 S/ Tidak ada.
Pukul 06.30 WIB O/ KU: Baik
Sensorium: Compos mentis
TD: 110/70 mmHg
N: 80x/menit
RR: 20x/menit
T: 36°C
Status Obstetrikus
TFU ½ pusat – proc. Xyphoideus
DJJ 134x/menit
A/G2P1A0 hamil 33-34 minggu dengan PPI dan anemia
berat, janin tunggal hidup presentasi kepala.
P/ Observasi KU dan TV
Post TF 4 PRC rencana TF 2 PRC lagi
IVFD RL gtt 20 x/menit
Injeksi Ranitidin 2 x 50 mg
Injeksi Ondansentron 2 x 4 mg
Amoxicilin tablet 3 x 500 mg
Jumat, 16 April 2017 Terpasang darah kolf ke 5 PRC, selesai pukul 17.30 WIB
Pukul 16.00 WIB Rencana transfusi 1 kolf PRC lagi
Jumat, 16 April 2017 Terpasang darah kolf ke 6 PRC, selesai pukul 23.00 WIB
Pukul 21.15 WIB Calcii Glukonas 1 x 100 mg
Sabtu, 17 April 2017 S/ Tidak ada.
Pukul 06.00 WIB O/ KU: Baik

22
Sensorium: Compos mentis
TD: 110/70 mmHg
N: 80x/menit
RR: 20x/menit
T: 36,8°C
Status Obstetrikus
TFU ½ pusat – proc. Xyphoideus
DJJ 124x/menit
A/G2P1A0 hamil 33-34 minggu belum inpartu dengan PPI
dan anemia berat, janin tunggal hidup presentasi kepala.
P/ Observasi KU dan TV
Post TF 4 PRC rencana TF 2 PRC lagi
IVFD RL gtt 20 x/menit
Injeksi Ranitidin 2 x 50 mg
Injeksi Ondansentron 2 x 4 mg
Amoxicilin tablet 3 x 500 mg
Sabtu, 17 April 2017 Kesan USG:
Pukul 09.00 WIB Taksiran persalinan: 12 Mei 2017
Janin tunggal hidup, presentasi kepala
Usia kehamilan 36-37 minggu
Jantung baik
Ketuban cukup
Plasenta normal, di belakang
Tidak ada lilitan
Jenis kelamin laki-laki
R/ Amoxicilin tablet 3 x 500 mg
Hystolan 2 x 20 mg
Phenobarbital tablet 2 x 30 mg
Neurodex 2 x 500 mg
Kontrol 2 minggu lagi (Selasa, 2 Mei 2017)

23
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Apakah diagnosis sudah tepat?


Dilaporkan sebuah kasus tentang seorang wanita berusia 29 tahun
mengaku hamil kurang bulan datang ke Pelayanan Obstetri Neonatologi
Emergensi Komprehensif (PONEK) RSUD Palembang Bari pada tanggal
13 April 2017 pukul 20.20 WIB dengan keluhan sakit pinggang disertai
sesak nafas. Ibu mengaku sakit pinggang sejak 1 minggu yang lalu dan
sesak sejak awal kehamilan namun memberat sejak 1 jam sebelum masuk
rumah sakit.
Pengambilan data pada kasus ini dilakukan dengan menggunakan
data primer melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik langsung kepada
pasien, data sekunder yaitu melalui rekam medik. Dalam kesempatan kali
ini dilakukan telaah kasus mulai dari identitas pasien sampai pada lembar
follow up pasien.
1 minggu yang lalu pasien mengeluh sakit pinggang bagian bawah.
Ibu juga mengeluh sesak nafas dan pusing sejak awal kehamilan yang
semakin lama semakin berat. Sesak semakin berat sejak 1 jam sebelum
masuk rumah sakit. Pada awal kehamilan mual dan muntah terus-menerus.
Riwayat trauma tidak ada, riwayat coitus tidak ada, riwayat urut tidak ada,
riwayat keluar lendir darah tidak ada, dan riwayat keluar air-air tidak ada.
Ibu mengaku kurang bulan, gerakan anak masih dirasakan.
Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak sakit sedang dan anemia
disertai takipneu. Status obstetrikus meliputi pemeriksaan dalam dan luar,
untuk pemeriksaan luar didapatkan TFU ½ processus xiphoideus –
umbilikus, punggung kiri, memanjang, belum masuk pintu atas panggul,
DJJ 130x/menit dan his tidak ada. Pada pemeriksaan dalam didapatkan
posisi portio posterior, konsistensi lunak, pembukaan 1 cm, selaput
ketuban ada, belum terdapat pendataran, presentasi belum dapat dinilai,
penurunan belum dapat dinilai, UUK belum dapat dinilai, dan sutura
belum dapat dinilai. Inspekulo tidak dilakukan.
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada kasus ini
maka penulisan diagnosis awal pada kasus ini adalah G2P1A0 hamil 33-34
minggu belum inpartu dengan PPI dan anemia berat, janin tunggal hidup
presentasi kepala. Namun, berdasarkan tinjauan pustaka menurut
Prawirohardjo (2010) kriteria diagnosis partus prematurus iminens adalah:
 Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali atau 2-3
kali dalam waktu 10 menit
 Adanya nyeri pada punggung bawah (low back pain)

24
 Perdarahan bercak
 Perasaan menekan daerah serviks
 Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan
sedikitnya 2 cm, dan penipisan 50-80%
 Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina isiadika
 Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya
persalinan preterm
 Terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu

Pada kasus hanya didapatkan 2 kriteria untuk diagnosis PPI, yaitu


adanya nyeri punggung bawah (low back pain) dan terjadi pada usia
kehamilan 22-37 minggu. Sehingga pada kasus kurang memenuhi kriteria
partus prematurus iminens.
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada kasus ini
pasien mengalami takipneu dan pusing, hal ini diakibatkan anemia yang
dialami penderita. Hal ini dibuktikan dengan hasil pemeriksaan
laboratorium, yaitu pemeriksaan darah rutin dengan kadar Hemoglobin 4,3
gr/dl. Berdasarkan tinjauan pustaka, anemia adalah kondisi ibu dengan
kadar hemoglobin dibawah 11 gr/dl pada trimester I dan III atau kadar
lebih kecil 10,5 gr/dl pada trimester II. Kadar Hb 9 - 10 gr/dl disebut
anemia ringan, Hb 7-8 gr/dl disebut anemia sedang, dan Hb < 7 gr/dl
disebut anemia berat.6
Dari pemeriksaan leopold 1-4 yang dilakukan dapat disimpulkan
pada Ibu ini terdapat satu janin dengan presentasi kepala dalam keadaan
hidup ditandai dengan adanya denyut jantung janin yang baik yaitu, antara
120-160 kali per menit.

4.2 Apakah penatalaksanaan sudah tepat?


Pada pasien diambil penatalaksanaan PPI yaitu mempertahankan
kehamilan se-aterm mungkin, melalui cara tirah baring, menghambat
proses persalinan preterm dengan tokolitik. Pemberian tokolitik pada
pasien ini berupa MgSO4. Hal ini sesuai dengan teori Prawirohardjo
(2010) bahwa jenis-jenis agen tokolitik yang dapat digunakan adalah
kalsium antagonis, obat ß-mimetik, MgSO4, dan penghambat produksi
prostaglandin. Dan diberikan terapi kortikosteroid berupa injeksi
Dexamethasone. Hal ini sesuai dengan teori Prawirohardjo (2010) bahwa
pemberian kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan paru
janin pada persalinan preterm. Pasien juga diberikan injeksi Cefotaxime.
Hal ini sesuai teori bahwa pemberian antibiotik profilaksis digunakan
untuk mencegah terjadinya infeksi.

25
Tatalaksana anemia pada pasien diberikan transfusi Packed Red
Blood Cell (PRC). Hal ini sesuai dengan teori bahwa transfusi PRC
diberikan untuk meningkatkan daya angkut oksigen pada pasien-pasien
anemia berat dengan kadar Hb < 7 gr/dl.
Pada 14 April 2017 diberikan Calcii glukonas post transfusi 3 kolf
PRC. Hal ini karena kadar Kalium dalam darah simpan 21 hari dapat naik
setinggi 32 mEq/L, sedangkan batas dosis infus kalium adalah 20
mEq/jam. Hiperkalemia menyebabkan aritmia sampai fibrilasi
ventrikel/cardiac arrest. Untuk mencegah hal ini diberikan Calsium
Glukonas 5 mg/kgBB I.V. Maksud pemberian kalsium disini karena
kalsium merupakan antagonis terhadap hiperkalemia.
Pada 17 April 2017, pasien diresepkan Amoxicilin, Hystolan,
Phenobarbital, dan Neurodex. Amoxicilin merupakan antibiotik golongan
penicilin. Hystolan merupakan isoxsuprine HCL yang digunakan untuk
relaksasi uterus. Phenobarbital merupakan obat antikonvulsi dan
antiepilepsi golongan barbiturat, termasuk ke dalam golongan D dalam
kategori keamanan obat dalam kehamilan. Golongan D adalah terdapat
bukti positif mengenai risiko terhadap janin manusia, tetapi besarnya
manfaat terapeutik yang diperoleh mungkin lebih besar dari risikonya.
Setelah anemia terkoreksi pasien dipulangkan dan dijadwalkan kontrol
kehamilan 2 minggu kemudian yaitu pada tanggal 2 Mei 2017.

26
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Persalinan prematur adalah persalinan dengan usia kehamilan
kurang dari 37 minggu atau berat bayi kurang dari 2500 gram.
2. Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11
gr/dl pada trimester I dan III atau kadar lebih kecil 10,5 gr/dl pada
trimester II. Kadar Hb 9 - 10 gr/dl disebut anemia ringan, Hb 7-8
gr/dl disebut anemia sedang, dan Hb < 7 gr/dl disebut anemia berat.
3. Diagnosis awal pada pasien ini adalah G2P1A0 hamil 33-34 minggu
belum inpartu dengan PPI dan anemia berat, janin tunggal hidup
presentasi kepala kurang tepat. Hal ini dikarenakan pasien hanya
memenuhi 2 kriteria diagnosis PPI. Sehingga pada kasus sebaiknya
diagnosisnya adalah G2P1A0 hamil 33-34 minggu belum inpartu
dengan anemia berat, janin tunggal hidup presentasi kepala.

5.2 Saran
1. Dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium yang lengkap untuk
mendeteksi penyebab dari anemia yang dialami.
2. Kepada penderita agar diberikan edukasi mengenai kegunaan tablet
besi yang diberikan selama ANC.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina


Pustaka
2. Cunningham, F Gary. et al. 2010. Obstetri Williams 23rd ed. Preterm Birth.
USA : The McGraw-Hill Companies, Inc.
3. Wiknjosastro, H. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka,
Sarwono Prawirohardjo.
4. Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Yogyakarta: ANDI
5. Kristyanasari, Weni. 2010. Gizi Ibu Hamil. Jakarta: Nuha Medika.
6. Manuaba, IBG. 2010. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC.
7. Saifuddin. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBPSP;
2006

28

Anda mungkin juga menyukai

  • Case Bab 2
    Case Bab 2
    Dokumen30 halaman
    Case Bab 2
    karisa arteha liusukada
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Neurologi Ayuu
    Laporan Kasus Neurologi Ayuu
    Dokumen56 halaman
    Laporan Kasus Neurologi Ayuu
    Annisa Amalia
    Belum ada peringkat
  • Case Bab 1
    Case Bab 1
    Dokumen20 halaman
    Case Bab 1
    karisa arteha liusukada
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    jhuvan
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen5 halaman
    Daftar Isi
    Annisa Amalia
    Belum ada peringkat
  • Cover Case
    Cover Case
    Dokumen5 halaman
    Cover Case
    Annisa Amalia
    Belum ada peringkat
  • Tugas Baca Neuropathic Pain
    Tugas Baca Neuropathic Pain
    Dokumen22 halaman
    Tugas Baca Neuropathic Pain
    Annisa Amalia
    Belum ada peringkat
  • Cover Referat
    Cover Referat
    Dokumen4 halaman
    Cover Referat
    Annisa Amalia
    Belum ada peringkat
  • Telaah Jurnal Cover
    Telaah Jurnal Cover
    Dokumen4 halaman
    Telaah Jurnal Cover
    Annisa Amalia
    Belum ada peringkat
  • 7 Desember 2018 MALAM
    7 Desember 2018 MALAM
    Dokumen3 halaman
    7 Desember 2018 MALAM
    Annisa Amalia
    Belum ada peringkat
  • Cover Case
    Cover Case
    Dokumen5 halaman
    Cover Case
    Annisa Amalia
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen4 halaman
    Bab 1
    Annisa Amalia
    Belum ada peringkat
  • Cover Case
    Cover Case
    Dokumen4 halaman
    Cover Case
    Annisa Amalia
    Belum ada peringkat
  • Halaman Judul
    Halaman Judul
    Dokumen1 halaman
    Halaman Judul
    Annisa Amalia
    Belum ada peringkat
  • Lapjag 3
    Lapjag 3
    Dokumen5 halaman
    Lapjag 3
    Annisa Amalia
    Belum ada peringkat
  • Pengesahan, Pengantar, Daftar Isi
    Pengesahan, Pengantar, Daftar Isi
    Dokumen4 halaman
    Pengesahan, Pengantar, Daftar Isi
    tutor tujuh
    Belum ada peringkat
  • Lampiran Tilik
    Lampiran Tilik
    Dokumen8 halaman
    Lampiran Tilik
    Annisa Amalia
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen4 halaman
    Bab 1
    Annisa Amalia
    Belum ada peringkat
  • Cover Dops
    Cover Dops
    Dokumen1 halaman
    Cover Dops
    Annisa Amalia
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Annisa Amalia
    Belum ada peringkat
  • Cover Map Family Folder
    Cover Map Family Folder
    Dokumen15 halaman
    Cover Map Family Folder
    Annisa Amalia
    Belum ada peringkat
  • Lampiran Klinik Dokter Keluarga
    Lampiran Klinik Dokter Keluarga
    Dokumen9 halaman
    Lampiran Klinik Dokter Keluarga
    Annisa Amalia
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen2 halaman
    Bab 1
    Annisa Amalia
    Belum ada peringkat
  • Cover Maju
    Cover Maju
    Dokumen5 halaman
    Cover Maju
    Annisa Amalia
    Belum ada peringkat
  • Dops Kundur
    Dops Kundur
    Dokumen9 halaman
    Dops Kundur
    Annisa Amalia
    Belum ada peringkat
  • Bab I Case
    Bab I Case
    Dokumen4 halaman
    Bab I Case
    Annisa Amalia
    Belum ada peringkat
  • Bab I Case PDL Bari Hepatoma
    Bab I Case PDL Bari Hepatoma
    Dokumen1 halaman
    Bab I Case PDL Bari Hepatoma
    Ade Zulfiah
    Belum ada peringkat
  • Bab I Caspatoma
    Bab I Caspatoma
    Dokumen4 halaman
    Bab I Caspatoma
    Annisa Amalia
    Belum ada peringkat
  • Cover 1
    Cover 1
    Dokumen1 halaman
    Cover 1
    Annisa Amalia
    Belum ada peringkat