OLEH
BETTY PERMATA DEWI
03111002020
30 Universitas Sriwijaya
31
SKRIPSI
KAJIAN TEKNIS PENINGKATAN RECOVERY CASSITERITE
DAN MONAZITE PADA JIG CLEAN UP DI KAPAL ISAP
PRODUKSI TIMAH 11 PT. TIMAH (PERSERO) TBK
OLEH
BETTY PERMATA DEWI
NIM. 03111002020
31 Universitas Sriwijaya
32
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya
Oleh:
BETTY PERMATA DEWI
03111002020
Pembimbing I
Pembimbing II
32 Universitas Sriwijaya
33
33 Universitas Sriwijaya
34
34 Universitas Sriwijaya
35
RIWAYAT HIDUP
35 Universitas Sriwijaya
36
HALAMAN PERSEMBAHAN
بِس ِْم ه
ِ َّللاِ الرهحْ َم ِن الر
هحيم
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (QS. Al-Mujadalah : 11)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, Nikmat,
Karunia dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini
Dengan ketenangan. Shalawat dan salam tak lupa saya haturkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa ilmu pengetahuan dari Sisi-Nya.
36 Universitas Sriwijaya
37
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penyusunan Tugas Akhir yang berjudul ”Kajian Teknis
Peningkatan Recovery Cassiterite dan Monazite pada Jig Clean Up di Kapal Isap
Produksi Timah 11 PT. Timah (Persero) Tbk.”, yang dilaksanakan dari tanggal 26
Oktober 2015 sampai dengan tanggal 14 Januari 2016.
Ucapan terima kasih diucapkan kepada Ir. A. Taufik Arief, MS. selaku
pembimbing pertama dan Ir. Hj. Hartini Iskandar, M.Si., selaku pembimbing
kedua yang telah membimbing dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, selanjutnya
ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Ir. Subriyer Nasir, M.S., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya
2. Hj. Rr. Harminuke Eko Handayani, ST., MT., dan Bochori ST., MT., selaku
Ketua dan Sekretaris Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya
3. Bochori ST., MT., Selaku Dosen Pembimbing Akademik
4. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya
5. Nur Adi Kuncoro, ST dan Rubiarto, ST selaku Kepala Perencana Operasional
Produksi dan Pembimbing Lapangan, serta Staff dan Karyawan PT. Timah
(Persero) Tbk
Penyelesaian Tugas Akhir ini masih banyak terdapat kekurangan di berbagai
sisi, oleh karena itu, adanya kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.
Semoga hasil penelitian ini dapat menambah khazanah dalam bidang ilmu
pertambangan dan bermanfaat bagi semua pihak.
37 Universitas Sriwijaya
38
RINGKASAN
Betty Permata Dewi; Dibimbing oleh Ir. A. Taufik Arief, M.S. dan Ir. H. Hartini
Iskandar, M.Si.
Technical Study Cassiterite and Monazite Recovery Enhancement at The Clean
Up Jig in Tin Cutter Suction Dredges 11 PT. Timah (Persero) Tbk.
RINGKASAN
PT. Timah (Persero) Tbk adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
bergerak dibidang pertambangan bijih timah di Indonesia tepatnya di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Bijih timah merupakan salah satu bahan galian yang
dimiliki oleh Indonesia. Proses penambangan bijih timah menggunakan sistem
tambang lepas pantai (offshore) dengan dua tahap yaitu penggalian dan pencucian
yang dilakukan Kapal Isap Produksi (KIP), salah satunya adalah KIP Timah 11.
Proses pencucian di KIP Timah 11 menggunakan saringan putar (revolving
screen), jig dan sluice box (sakhan) yang menghasilkan final concentrate berupa
mineral utama bijih timah yaitu cassiterite dan mineral ikutan berharga yaitu
monazite yang merupakan mineral utama dari logam thorium.
Indikator keberhasilan dalam proses proses pencucian adalah recovery pencucian
pada jig clean up minimal 96% dan kadar low grade cassiterite 20-30% , hal ini
dipengaruhi oleh nilai variabel-variabel dari kinerja jig yaitu kecepatan aliran
horizontal (crossflow), ketebalan lapisan bed, kebutuhan underwater dan panjang
pukulan serta jumlah pukulan.
Jig yang digunakan dalam proses pencucian di KIP Timah 11 terdiri dari 2
tingkatan yaitu jig primer dan jig clean up. Berdasarkan data laporan hasil
sampling yang dilakukan oleh PT. Timah (Persero) Tbk di KIP Timah 11 yang
beroperasi di Laut Belo pada bulan Oktober 2015, recovery yang dicapai pada
proses pencucian di jig clean up sebesar 95,27 % dengan kadar cassiterite sebesar
17,35 % dan kadar monazite sebesar 0,15 %. Hasil sampling pada bulan
September 2015, recovery pencucian mencapai 98 % dengan kadar cassiterite
sebesar 26,02 % dan kadar monazite sebesar 0,20 %. Recovery mengalami
penurunan sebesar 2,73 %, sedangkan penurunan kadar cassiterite dan monazite
masing-masing sebesar 3,27 % dan 0,5 % pada proses pencucian di jig clean up.
Nilai panjang pukulan dan jumlah pukulan di jig clean up tidak sesuai dengan
Standar Operational Procedure (SOP) Pencucian dan prinsip pemisahan pada jig
sehingga menyebabkan terjadinya penurunan recovery pencucian dan kadar
38 Universitas Sriwijaya
39
mineral, untuk itu perlu dilakukan kajian teknis peningkatan recovery cassiterite
dan monazite pada jig clean up di KIP Timah 11.
Metode penelitian yang digunakan adalah mempelajari studi literatur yang ada,
observasi lapangan ke KIP Timah 11, kemudian pengambilan sample untuk
pengumpulan data primer dan data sekunder, selanjutnya dilakukan grain
counting analysis (GCA) sample di laboratorium. Berdasarkan data primer dan
data sekunder tersebut dilakukan pengolahan data untuk dianalisis yang
selanjutnya dilakukan pembahasan kajian secara teknis proses pencucian
cassiterite dan monazite.
Berdasarkan penelitian dan analisis data yang dilakukan maka didapatkan bahwa
nilai kriteria konsentrasi cassiterite dan monazite lebih besar dari 2,5 maka
pemisahan dari kuarsa dapat dilakukan dengan metode gravity concentration
menggunakan alat jig dan media pemisah air laut, dimana cassiterite dan monazite
dominan pada fraksi ukuran 100# sehingga proses pencucian cassiterite dan
monazite tidak perlu menggunakan sluice box (sakhan). Hasil pengamatan dan
pengukuran terhadap nilai variabel pada jig yaitu untuk kecepatan aliran
horizontal (crossflow), ketebalan lapisan bed, dan kebutuhan underwater sudah
sesuai dengan Standar Operational Procedure (SOP) Pencucian tetapi nilai
variabel panjang pukulan dan jumlah pukulan tidak sesuai sehingga harus
dilakukan perubahan. Berdasarkan hasil Ujicoba 1, Ujicoba 2 dan Ujicoba 3 maka
diperoleh Ujicoba 3 merupakan kondisi yang terbaik untuk proses pencucian
cassiterite dan monazite, dimana nilai panjang pukulan untuk kompartemen A, B,
C dan D masing-masing 20 mm, 17 mm, 15 mm, dan 12 mm dengan jumlah
pukulan kompartemen AB dan CD masing-masing 120 pukulan/menit dan 150
pukulan/menit telah sesuai dengan prinsip pemisahan pada pencucian dan terjadi
peningkatan recovery mencapai 100 %.
39 Universitas Sriwijaya
40
SUMMARY
Betty Pernata Dewi; Supervised by Ir. A. Taufik Arief, M.S. dan Ir. H. Hartini
Iskandar, M.Si.
Kajian Teknis Peningkatan Recovery Cassiterite dan Monazite pada Jig Clean Up
di Kapal Isap Produksi Timah 11 PT. Timah (Persero) Tbk.
xx + 95 pages + 30 pictures + 32 tables + 12 attachments
PT. Timah (Persero) Tbk is a State-Owned Enterprises (SOEs) which is engaged
in mining of tin ore in Indonesia precisely in Bangka Belitung Province. Tin ore is
one of the minerals that are owned by Indonesia. Tin ore mining process mining
system using offshore with two stages performed excavation and washing Cutter
Suction Dredges (KIP), one of which is a tin KIP 11. The washing process in
Lead 11 using a revolving screen, jig and sluice box (sakhan) which resulted in
the final concentrate is in the form of major minerals are cassiterite tin ore and
associated minerals prized monazite which is the main mineral of the metal
thorium.
Indicators of success in the recovery process of the washing process is washing
the jig clean up at least 96% and grade cassiterite low levels of 20-30%, it is
influenced by the value of the variables of performance jig is horizontal flow
velocity (crossflow), the thickness of the coating bed, needs underwater and long
punches and number of strokes.
Jigs used in the washing process in KIP Timah 11 consists of two levels, namely
the primary jig and jig clean up. Based on the report data sampling results
conducted by PT. Timah (Persero) Tbk in KIP tin 11 operating in Belo Sea in
October 2015, the recovery achieved in the washing process in the jig clean up by
95.27% with a cassiterite levels of 17.35% and monazite concentration of 0.15% ,
When compared with the results of sampling in September 2015, reaching 98%
recovery laundering with cassiterite levels of 26.02% and 0.20% monazite levels.
This shows a decrease of 2.73% recovery and decreased levels of cassiterite and
monazite respectively by 3.27% and 0.5% in the washing process in the jig clean
up because the value of the length and number of strokes is not in accordance with
Standard Operating Procedure ( SOP) Laundering and the principle of separation
of the jig, it is necessary to do a technical study cassiterite recovery enhancement
and monazite at the jig clean up in KIP Timah 11.
The method used is to study the existing literature studies, field observations to
KIP Timah 11, then sampling for the collection of primary data and secondary
data, then performed the grain counting analysis (GCA) sample in the laboratory.
Based on data from primary and secondary data was conducted to analyze the data
processing is then performed studies in technical discussions washing process
cassiterite and monazite.
40 Universitas Sriwijaya
41
Based on the research and the data analysis it was found that the value criteria
cassiterite and monazite concentration greater than 2.5, the separation of quartz
can be achieved by gravity concentration using a jig and media separator sea
water, where cassiterite and monazite dominant size fractions 100 # so that the
washing process cassiterite and monazite no need to use sluice box (sakhan). The
observation and measurement of the value of the variable in the jig which is to
speed horizontal flow (crossflow), the thickness of the coating bed, and the need
for underwater are in accordance with the Standard Operating Procedure (SOP)
Laundering but the value of a variable length of stroke and the number of strokes
is not appropriate and should be changed. Based on the results of Trial 1, Trial 2
and Trial 3, the obtained Tests 3 is the best condition for the washing process
cassiterite and monazite, where the value of long-punch to compartments A, B, C
and D respectively 20 mm, 17 mm, 15 mm, and 12 mm with the number of
strokes compartment AB and CD respectively 120 rpm and 150 rpm in
accordance with the principle of the separation of the leaching and increased
recovery reached 100%.
41 Universitas Sriwijaya
42
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul Luar ........................................................................................ i
Halaman Judul Dalam ..................................................................................... ii
Halaman Pengesahan ..................................................................................... iii
Halaman Persetujuan Publikasi....................................................................... iv
Halaman Pernyataan Integritas ....................................................................... v
Riwayat Hidup ................................................................................................ vi
Halaman Persembahan .................................................................................... vii
Kata Pengantar ................................................................................................ viii
Ringkasan ........................................................................................................ ix
Summary ......................................................................................................... xi
Daftar Isi ......................................................................................................... xiii
Daftar Gambar................................................................................................. xvi
Daftar Tabel .................................................................................................... xviii
Daftar Lampiran .............................................................................................. xx
42 Universitas Sriwijaya
43
43 Universitas Sriwijaya
44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
44 Universitas Sriwijaya
45
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1. Batas Ukuran Partikel untuk Proses Konsentrasi (Kelly dan
Spottswood 1982) .................................................................................. 8
2.2. Shaking Table (Nessbitt,2001) .............................................................. 9
2.3. Humprey Spiral (Nessbitt,2001) ........................................................... 11
2.4. Jig (Nessbitt,2001) ................................................................................. 12
2.5. Differential Acceleration (Nessbitt, 2001) ............................................. 14
2.6. Hindered Settiling (Nesbitt,2001) .......................................................... 16
2.7. Proses Klasifikasi pada (a) Free Settling (b) Hindered Settling ........... 16
2.8. Consolidation Trickling (Nessbitt, 2001) .............................................. 17
2.9. Ideal Jigging Process (Nesbitt, 2001) .................................................. 18
2.10. Siklus Penggerak pada Jig ( Nesbitt, 2001) .......................................... 18
2.11. Sketsa Penampang Bagian dalam Jig Type Pan –American (PT. Timah
(Persero) Tbk) ....................................................................................... 19
2.12. Arah Gerak Fluidization terhadap Terminal Velocity Mineral Pada (a)
Kondisi Pulsion, (b) Kondisi Suction .................................................... 26
2.13. Gaya-Gaya yang berpengaruh pada Gerak Jatuh Partikel di Fluida ...... 27
3.1. Lokasi Penelitian ................................................................................... 30
3.2. Bagan Alir Penelitian ............................................................................ 34
4.1. Visualisasi Cassiterite dan Monazite pada Mikroskop Elektron .......... 35
4.2. Perbandingan Nilai Panjang Pukulan SOP Pencucian, Ujicoba 1,
Ujicoba 2, dan Ujicoba 3 pada Kompartemen A, B, C dan D ............... 44
4.3. Perbandingan Nilai Jumlah Pukulan SOP Pencucian, Ujicoba 1, Ujicoba 2
dan Ujicoba 3 pada Kompartemen AB dan CD ..................................... 45
4.4. Hubungan Kadar Cassiterite dan Monazite terhadap Recovery Pencucian
pada Jig Clean Up .................................................................................. 55
4.a. Sketsa Pan American Jig (tampak samping) ........................................ 69
4.b. Sketsa Pan American Jig (tampak depan) ............................................ 70
5.a. Layout Hasil Pengukuran Nilai Variabel Jig Primer dan Jig Clean Up
pada KIP Timah 11 Bulan Desember 2015 ........................................... 70
8.a. Peta Lokasi Penelitian dan Pengambilan Sample .................................. 80
8.b. Profil Bor Lokasi Penelitian dan Pengambilan Sample ........................ 81
11.a. Bagan Alir Proses Pencucian Bijih Timah pada KIP Timah 11 ............ 94
45 Universitas Sriwijaya
46
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1. Skala Kekerasan Mohs ........................................................................... 5
3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian .................................................................... 30
4.1. Karakteristik Sifat Fisik Cassiterite dan Monazite ................................ 36
4.2. Nilai Kriteria Konsentrasi Cassiterite dan Monazite terhadap Mineral
Ikutan Timah (MIT) ................................................................................ 37
4.3. Hasil Laporan Sampling Fraksi Ukuran Butir Cassiterite dan Monazite
................................................................................................................. 38
4.4. Standar Operational Procedure (SOP) Jig Primer dan Jig Clean Up pada
KIP Timah 11 .......................................................................................... 39
4.5. Kecepatan Aliran pada Jig Primer dan Jig Clean Up.............................. 40
4.6. Ketebalan Lapisan Bed............................................................................ 41
4.7. Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan Jig Primer dan Jig Clean Up
................................................................................................................. 42
4.8. Hasil Perhitungan Nilai Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan
Jig Primer dan Jig Clean Up untuk Pencucian Cassiterite dan
Monazite secara Teoritis ......................................................................... 43
4.9. Perbandingan Nilai Panjang Pukulan SOP Pencucian, Ujicoba 1,
Ujicoba 2, dan Ujicoba 3 pada Kompartemen A, B, C dan D ................ 44
4.10. Perbandingan Nilai Jumlah Pukulan SOP Pencucian, Ujicoba 1,
Ujicoba 2, dan Ujicoba 3 pada Kompartemen A, B, C dan D ................ 45
4.11. Kadar Cassiterite dan Monazite pada Ujicoba 1, Ujicoba 2, dan
Ujicoba 3 pada Kompartemen A, B, C, dan D ........................................ 46
4.12. Variabel Perhitungan Recovery Cassiterite dan Monazite...................... 46
4.13. Kadar Rata-rata Cassiterite dan Monazite pada Tahapan Proses
Pencucian ................................................................................................ 47
4.14. Perbandingan Kecepatan Aliran Actual dengan SOP Pencucian ........... 49
4.15. Perbandingan Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan Actual dengan
SOP Pencucian ........................................................................................ 50
4.16. Nilai Fluidization Velocity pada Kompartemen A, B, C, dan, D untuk
Ujicoba 1, Ujicoba 2 dan Ujicoba 3 ....................................................... 52
4.17. Nilai Terminal Velocity Mineral Cassiterite dan Monazite .................... 53
2.a. Karakteristik Sifat Fisik Mineral Ikutan Timah (MIT) .......................... 65
2.b. Karakteristik Sifat Fisik Mineral Ikutan Timah (MIT) (Lanjutan) ......... 66
46 Universitas Sriwijaya
47
2.c. Karakteristik Sifat Fisik Mineral Ikutan Timah (MIT) (Lanjutan) ......... 67
3.a. Konversi Ukuran Butir Standar TYLER .................................................. 68
7.a. Perhitungan Nilai Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan Jig Clean Up
untuk Cassiterite ..................................................................................... 76
7.b. Perhitungan Nilai Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan Jig Clean Up
untuk Monazite........................................................................................ 77
7.c. Perhitungan Nilai Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan Jig Clean Up
untuk Cassiterite dan Monazite Berdasarkan Perhitungan secara Teori
................................................................................................................. 78
9.a. Hasil Grain Counting Analysis Konsentrat Ujicoba 1 ............................ 82
9.b. Hasil Grain Counting Analysis Konsentrat Ujicoba 2 ............................ 83
9.c. Hasil Grain Counting Analysis Konsentrat Ujicoba 3 ............................ 84
9.c. Hasil Grain Counting Analysis Sample Tailing Ujicoba 1, Ujicoba 2
dan Ujicoba 3…………………………………………………………. 86
10.a. Hasil Sampling Berat Konsentrat ............................................................ 87
12.a. Nilai Fluidization Velocity Kompartemen A, B, C, dan D untuk
Ujicoba 1, Ujicoba 2, dan Ujicoba 3……………………………........ 95
47 Universitas Sriwijaya
48
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Spesifikasi dan Sketsa KIP Timah 11 ................................................................ 61
2. Karakteristik Sifat Fisik Mineral Ikutan Timah (MIT) ...................................... 65
3. Konversi Ukuran Butir ...................................................................................... 68
4. Sketsa Pan American Jig pada KIP Timah 11.................................................. 69
5. Layout Hasil Pengamatan dan Pengukuran Kecepatan Aliran .......................... 71
6. Perhitungan Kebutuhan Underwater Jig Primer dan Jig Clean Up ................... 74
7. Perhitungan Nilai Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan secara Teori ............ 75
8. Peta Lokasi Penelitian dan Pengambilan Sample Ujicoba................................. 80
9. Hasil Grain Counting Analysis (GCA) .............................................................. 82
10. Perhitungan Recovery Pencucian Cassiterite dan Monazite pada Jig
Clean Up ........................................................................................................... 87
11. Bagan Alir Proses Pencucian Bijih Timah di KIP Timah 11 .............................. 93
12. Perhitungan Nilai Fluidization Velocity dan Terminal Velocity ......................... 95
48 Universitas Sriwijaya
49
BAB 1
PENDAHULUAN
49 Universitas Sriwijaya
50
50 Universitas Sriwijaya
51
51 Universitas Sriwijaya
52
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
52 Universitas Sriwijaya
53
d. Cerat (goresan)
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat
dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping
porselin atau membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan
tersebut. Cerat dapat sama dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda. Warna
cerat untuk mineral tertentu umumnya tetap walaupun warna mineralnya berubah-
ubah.
e. Belahan (Cleavage)
Balahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada
satu atau lebih arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral
yang mampu membelah yang oleh sini adalah bila mineral kita pukul dan tidak
hancur, tetapi terbelah-belah menjadi bidang belahan yang licin. Tidak semua
mineral mempunyai sifat ini, sehingga dapat dipakai istilah seperti mudah
terbakar dan sukar dibelah atau tidak dapat dibelah.
f. Pecahan
Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah
yang tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan
belahan dapat dilihat dari sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar.
Permukaan bidang belah akan nampak halus dan dapat memantulkan sinar seperti
53 Universitas Sriwijaya
54
cermin datar, sedang bidang pecahan memantulkan sinar ke segala arah dengan
tidak teratur.
g. Berat Jenis
Berat jenis adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume
mineral. Cara yang umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang
mineral tersebut terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram. Mineral ditimbang
lagi dalam keadaan di dalam air, misalnya beratnya y gram. Berat terhitung dalam
keadaan di dalam air adalah berat mineral dikurangi dengan berat air yang
volumenya sama dengan volume butir mineral tersebut.
h. Kemagnetan (magnetivity)
Kemagnetan adalah sifat mineral terhadap gaya magnet. Dikatakan
sebagai feromagnetic bila mineral dengan mudah tertarik gaya magnet seperti
magnetik, phirhotit. Mineral-mineral yang menolak gaya magnet
disebut diamagnetic, dan yang tertarik lemah yaitu paramagnetic. Cara untuk
melihat apakah mineral mempunyai sifat magnetik atau tidak kita gantungkan
pada seutas tali/benang sebuah magnet, dengan sedikit demi sedikit mineral kita
dekatkan pada magnet tersebut. Benang bergerak mendekati berarti mineral
tersebut magnetik. Kuat tidaknya bias kita lihat dari besar kecilnya sudut yang
dibuat dengan benang tersebut dengan garis vertical.
i. Kelistrikan (conductivity)
Kelistrikkan adalah sifat listrik mineral dapat dipisahkan menjadi dua,
yaitu pengantar arus atau londuktor dan idak menghantarkan arus disebut non
konduktor. Semikonduktor adalah mineral yang bersifat sebagai konduktor dalam
batas-batas tertentu.
54 Universitas Sriwijaya
55
h f
CC
l ……………..……............................
f (2.1)
Keterangan :
CC = Concentration criterion
h = Spesific gravity mineral berat
l = Spesific gravity mineral ringan
f = Spesific gravity fluida
Pemisahan mudah dilakukan dalam semua ukuran partikel hingga butiran yang
halus (sampai 200 mesh)
2) CC = 1,75 – 2,50
Pemisahan secara gaya berat efektif dilakukan sampai dengan ukuran 100 mesh
(2,000 mm – 0,149 mm).
55 Universitas Sriwijaya
56
3) CC = 1,50 – 1,75
Gambar 2.1. Batas Ukuran Partikel Untuk Proses Konsentrasi (Kelly dan
Spottswood, 1982)
56 Universitas Sriwijaya
57
Gerakan maju mundur dari head motion maka partikel yang berat akan
melaju lebih jauh dari partikel yang ringan sampai akhirnya partikel-partikel
tersebut masuk ke tempat penampungan. Aliran air yang turbulen didapatkan
dengan cara memasang alat yaitu riffle dengan demikian partikel yang ringan akan
cenderung untuk meloncat dari riffle satu ke riffle lainnya dibanding partikel yang
berat yang hanya akan menggelinding searah dengan riffle tersebut. Proses ini
berjalan terus menerus sehingga antara mineral yang mempunyai berat jenis besar
dengan yang ringan dapat terpisahkan.
Alat ini berbentuk kotak yang bagian dalamnya dilengkapi dengan riffle, yang
gunanya untuk menahan material yang mempunyai berat jenis relatif besar
dibandingkan dengan material lain sehingga mampu mengimbangi gaya dorong
dari alir an air. Faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya dalam melakukan
operasi pemisahan dengan alat ini adalah :
1) Kecepatan aliran dan ketebalan aliran fluida
Kecepatan dan ketebalan aliran fluida terlalu besar maka mineral yang ada baik
itu mineral berat maupun ringan dan ketebalan yang besar dari fluida akan
membuat arus turbulen yang besar dan ini yang membuat material meloncat
dari riffle.
2) Berat jenis material yang akan dipisahkan
Berat jenis dari material harus cukup besar karena material itu harus dapat
mengimbangi derasnya arus dengan gaya berat sehingga material itu akan
dapat terhalangi oleh riffle. Material yang mempunyai berat jenis yang kecil,
akan hanyut terbawa oleh aliran air.
3) Banyaknya air
Air yang digunakan untuk memisahkan mineral ini hanya sedikit, maka
mineral tersebut tidak akan dapat terpisahkan atau hasilnya adalah heterogen.
4) Ketinggian riffle
Ketinggian riffle harus sebanding dengan ketebalan aliran air, paling tidak
harus melebihi +/- 0,5 cm dari permukaan riffle, hal ini bertujuan agar material
dapat melewati riffle bersama aliran air diatas permukaan riffle.
5) Panjang box
Panjang box sangat menentukan karena makin panjang akan semakin besar
kemungkinan material itu untuk tersangkut pada riffle sehingga hasilnya
semakin besar.
c. Humphrey Spiral
58 Universitas Sriwijaya
59
sentrifugal dan air sebagai media konsentrasi. Metode pemisahan ini teramasuk
kedalam metode gravity concentration.
Prinsip kerja dari alat ini adalah umpan dimasukkan kedalam kotak
penampung umpan. Kemudian dengan menggunakan pompa air, larutan umpan
dipompa keatas spiral. Larutan umpan akan terlebih dahulu melewati
hydrocyclone. Pada hydrocyclone umpan dipisahkan menjadi mineral berat dan
mineral ringan. Mineral berat akan keluar dari hydrocylone melalui pipa bagian
bawah, sedangkan mineral ringan keluar dari pipa bagian atas.
59 Universitas Sriwijaya
60
rendah, pada sisi dalam dari bidang spiral, sedangkan partikel-partikel yang ringan
akan mengalir pada daerah dengan kecepatan tinggi, pada sisi luar bidang spiral.
Daerah berkecepatan rendah diletakkan splitter, yaitu lubang yang didesain
dan berfungsi untuk menampung mineral berat atau dalam hal ini adalah mineral
berharga. Konfigurasi dan letak (posisi) dari splitter dapat diatur sesuai dengan
konsentrat yang akan dihasilkan. Hasil akhir yang didapat pada pemisahan dengan
menggunakan metode humphrey spiral adalah concentrate, middling dan tailing.
d. Jig
Jig (Gambar 2.4) biasanya digunakan untuk konsentrat yang relatif kasar
hingga halus dan range ukuran umpan cukup sempit. Metode pemisahannya yaitu
pemisahan mineral yang berbeda berat jenisnya sehingga terjadi stratifikasi.
Fungsi alat jig adalah untuk meningkatkan kadar mineral tertentu.
Prinsip kerja alat ini adalah apabila terjadi pultion maka bed akan terdorong
naik. Sehingga batuan pada lapisan bed akan merenggang karena adanya tekanan.
Kesempatan ini akan dimanfaatkan oleh mineral berat untuk
menerobos bed masuk ke tangki sebagai konsentrat sedangkan mineral ringan
akan terbawa oleh aliran horizontal diatas permukaan bed dan akan
terbuang sebagai tailing. Suction terjadi akan menyebabkan bed menutup kembali
sehingga mineral berat berukuran besar dan mineral ringan berukuran besar tidak
60 Universitas Sriwijaya
61
Jigging adalah suatu proses pemisahan bijih dalam suatu media cair dengan
alat jig berdasarkan perbedaan berat jenis. Jig bekerja secara mekanis yang
menggunakan prinsip perbedaan kemampuan menerobos dari butiran yang
akan dipisahkan terhadap suatu lapisan pemisah (bed).
b. Prinsip Jigging
Proses jigging terjadi gerakan tekanan (pulsion) dan isapan (suction) akibat
gerakan naik turun membran. Pultion terjadi maka bed akan terdorong naik,
sehingga batuan pada lapisan bed akan merenggang karena adanya tekanan.
Kesempatan ini akan dimanfaatkan oleh mineral berat untuk menerobos bed
masuk ke tangki sebagai konsentrat sedangkan mineral ringan akan terbawa
oleh aliran horizontal diatas permukaan bed dan akan terbuang sebagai tailing.
Suction terjadi sehingga bed menutup kembali sehingga mineral berat
berukuran besar dan mineral ringan berukuran besar tidak berpeluang masuk ke
tangki. Mineral berat berukuran besar akan mengendap diatas bed untuk
menunggu kesempatan pulsion berikutnya, sedangkan mineral ringan
berukuran besar akan terbawa aliran arus horizontal. Pada pemisahan partikel
mineral dalam proses jigging dipengaruhi tiga faktor, antara lain:
1. Differential acceleration
Awal jatuhnya mineral pada suatu fluida maka akan terjadi dua
proses yaitu, mineral dengan berat jenis yang besar akan lebih cepat jatuh
dibandingkan mineral yang memiliki berat jenis yang ringan. Differential
61 Universitas Sriwijaya
62
F m.a - R ………………………………………………………………(2.2)
m m'g …………………………………………………………(2.3)
dv
m
dt
dv m m' dv
g 1 g ………………………………………(2.4)
dt m dt '
Dimana:
R : tahanan fluida (gaya apung dan gaya gesek fluida)
: berat jenis mineral
' : berat jenis fluida
Pada proses ini kecepatan dari mineral hanya dipengaruhi oleh berat jenis
mineral dan berat jenis fluida. Proses ini tidak dipengaruhi oleh ukuran dari
mineral (karena kondisi berlangsung pada free settling).
62 Universitas Sriwijaya
63
2. Hindered settling
Hindered settling adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh gaya
pultion (dorong) dan suction (isap) dari panjang pukulan yang mengakibatkan
timbulnya hentakan pada suatu medium yang mengakibatkan adanya
perubahan kecepatan pengendapan partikel pada suatu pulp yang bergejolak.
Partikel-partikel yang memiliki bentuk ukuran dan berat jenis yang berbeda,
akan memiliki kecepatan pengendapan yang berbeda (Gambar 2.6). Bentuk
ukuran dan berat jenis partikel akan menentukan besarnya gaya pengendapan
(∑F) dari suatu partikel (Pryor, E.J., 1965). Persamaan dari hindered settling
dapat dilihat pada persamaan berikut :
dengan
mg = (V. ) g……………………………………………………………...(2.6)
Dimana :
m : massa partikel
V : Volume partikel
g : Gaya gravitasi
63 Universitas Sriwijaya
64
Gambar 2.7 Proses Klasifikasi pada (a) Free Settling, (b) Hindered Settling
(Nesbit, A.B., 2001)
3. Consolidation trickling
64 Universitas Sriwijaya
65
yang mempunyai ukuran butir yang kecil dengan berat jenis besar akan
mempunyai kesempatan untuk menerobos celah-celah dari bed.
65 Universitas Sriwijaya
66
PULTION
SUCTION
kemudia mineral yang berukuran halus. Keadaan ini merupakan kombinasi antara
differential acceleration dan hindered settling, dimana sebagian besar mineral
berukuran besar akan terletak pada dasar lapisan jig bed.
66 Universitas Sriwijaya
67
Transisi antara pultion dan suction terjadi pada titik E, lapisan bed mulai
menutup. Keadaan ini mineral berat yang berukuran kecil masih mempunyai
kesempatan untuk terus bergerak turun menerobos celah-celah dari ragging,
sedangkan mineral berukuran besar atau mineral ringan yang berukuran besar
akan tertahan dalam jig bed, dalam hal ini efek consolidation trickling yang
berlaku. Pergerakan panjang pukulan akan menghasilkan dua gaya yang berperan
utama pulsion dan suction. Pultion ragging akan terbuka, sedangkan suction
ragging akan tertutup. Kondisi consolidation trickling, maka gaya yang dihasilkan
panjang pukulan, merupakan gaya suction.
Gambar 2.11 Sketsa Penampang Bagian dalam Jig Type Pan-American (PT.
Timah (Persero) Tbk, 2011)
67 Universitas Sriwijaya
68
Prinsip kerja alat jig tipe Pan American ini adalah apabila
terjadi pulsion maka bed akan terdorong naik, sehingga batuan pada
lapisan bed akan merenggang karena adanya tekanan. Kesempatan ini akan
dimanfaatkan oleh mineral berat untuk menerobos bed masuk ke tangki sebagai
konsentrat sedangkan mineral ringan akan terbawa oleh aliran horizontal diatas
permukaan bed dan akan terbuang sebagai tailing.
Suction terjadi sehingga bed menutup kembali sehingga mineral berat
berukuran besar dan mineral ringan berukuran besar tidak berpeluang masuk ke
tangki. Mineral berat berukuran besar akan mengendap diatas bed untuk
menunggu kesempatan pultion berikutnya, sedangkan mineral ringan berukuran
besar akan terbawa aliran arus horizontal.
Gerakan pultion dan suction pada jig tipe Pan American dihasilkan dari
diafragma yang terbuat dari karet. Diafragma mengembang dan mengempis
sehingga menimbulkan gerakan keatas. Diafragma terletak pada bagian dalam
dari alat tersebut yang digerakkan oleh torak yang naik turun karena dihubungkan
dengan eksentrik. Underwater disalurkan pada bagian bawah saringan melalui
sebuah klep pada saat diafragma bergerak.
68 Universitas Sriwijaya
69
Bed adalah lapisan material diatas saringan jig, yang terdiri dari
batu hematite yang berfungsi sebagai bahan perantara dalam memisahkan bijih
timah yang berat jenisnya lebih tinggi dengan bijih yang berat jenisnya lebih
rendah.
c. Afsluiter Underwater
Rooster adalah alat yang berguna untuk menjepit saringan jig dan menahan bed
agar tetap di tempat. Rooster dibuat berpetak-petak supaya bed tersebar merata
di seluruh permukaan jig. Bahan rooster terbuat dari kayu (papan) dan
dari plat (besi) yang di lapisi oleh karet.
e. Alat Penggerak
Alat penggerak atau disebut juga motor penggerak berfungsi untuk membuat
gerakan isapan dan tekanan secara terus menerus (continuitas). Alat yang
digunakan sebagai penggerak menggunakan pompa hidrolik yang dihubungkan
dengan satu sumbu eksentrik yang dibagi untuk 2 kompartemen AB dengan
panjang stang yang sama secara mekanis. Stang balance diafragma merupakan
salah satu alat penggerak untuk proses pencucian, yang dipergunakan pada jig
type Pan American. Stang balance diafragma ini berfungsi untuk merubah
gerakan berputar yang ditimbulkan oleh pompa hidrolik menjadi gerakan atas
bawah. Alat ini fungsinya untuk menimbulkan isapan (suction) dan dorongan
(pultion) pada permukaan bed jig. Gerakan atas bawahnya dapat disesuaikan
dengan kebutuhan.
f. Membran
69 Universitas Sriwijaya
70
digerakan oleh motor penggerak. Membran ini harus diklem dengan kuat,
sehingga tidak terjadi kebocoran atau lepas dan tidak boleh di cat karena akan
mengakibatkan mudah retak dan pecah.
g. Spigot
Semakin besar ukuran butir mineral, maka recovery semakin tinggi, tetapi ada
satu hal yang harus diperhatikan, makin besar ukuran partikel mineral makin
makin cepat pula pemadatan pada bed, sehingga terjadi kebuntuhan yang
mengakibatkan feed yang masuk berikutnya tidak dapat menerobos bed.
2. Kadar mineral
Makin tinggi atau kaya kadar mineral berharga yang masuk sebagai feed, maka
recovery akan semakin tinggi dan semakin banyak kadar mineral pengganggu
yang masuk sebagai feed pemisahan semakin sulit, berarti perolehan recovery
akan rendah.
3. Berat jenis mineral
Proses pemisahan dengan menggunakan alat jig, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi efektifitas kerja jig, adapun parameter yang mempengaruhi proses
pemisahan tersebut antara lain :
1. Panjang pukulan
70 Universitas Sriwijaya
71
Panjang pukulan adalah jarak yang ditempuh oleh torak atau membran dari
awal dorongan (pulsion) hingga akhir hisapan (suction). Pengaturan nilai
panjang pukulan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut, yaitu berat
jenis, ukuran butir, jumlah mineral ikutan, dan kekayaan timah yang digali.
Panjang pukulan berpengaruh terhadap recovery dan kadar konsentrat.
Konsentrat yang bersih didapatkan dengan cara menggunakan panjang pukulan
yang kecil dan cepat dimana pultion akan ditahan dengan menggunakan
underwater dalam jumlah yang banyak, tetapi cassiterite tidak tertangkap
semua terutama yang ukuran butir halus dan akan lari ke tailing sehingga
recovery menjadi rendah. Tailing yang bersih didapatkan dengan cara
menggunakan panjang pukulan yang digunakan lebih besar sehingga panjang
pukulan bergerak lambat dan suction akan kuat dengan menggunakan back
water yang sedikit. Panjang pukulan yang relatif pendek dan cepat dengan back
water yang banyak digunakan untuk memisahkan feed yang berkadar tinggi,
tetapi untuk feed dengan kadar yang rendah biasanya digunakan panjang
pukulan yang besar dan lambat.
Panjang pukulan pada jig berbanding terbalik dengan jumlah pukulan per
menit. Ukuran butir dari mineral berbanding lurus dengan panjang pukulan dan
berbanding terbalik dengan jumlah pukulan per menit (Azwardi Ichwan, 2012)
Hal ini dapat dilihat dari persamaan berikut :
S = 60.v x f/2n…………………………………………………..…(2.7)
Keterangan:
S = Panjang pukulan (mm)
v = Kecepatan pengendapan partikel (mm/detik)
n = Jumlah pukulan (pukulan/menit)
f = Faktor luas permukaan tiap cell jig, untuk PA jig = 2,2
Persamaan diatas diketahui bahwa untuk perolehan kadar yang baik, maka
peningkatan panjang pukulan harus disertai dengan pengurangan jumlah pukulan
permenit dan sebaliknya, sedangkan penyesuaian panjang pukulan dipengaruhi
71 Universitas Sriwijaya
72
oleh ukuran butir mineral. Semakin besar ukuran butir konsentrat maka panjang
pukulan semakin besar, begitu juga sebaliknya.
Laju kecepatan pengendapan mineral berdasarkan kondisi butir pada fluida
dapat dihitung dengan rumus (Azwardi Ichwan, 2012) :
Keterangan:
v = Kecepatan pengendapan partikel (mm/s)
D = Diameter partikel (mm)
= Berat jenis partikel
' = Berat jenis fluida
Sejumlah air ini yang berada dalam tangki jig adalah merupakan media
penghantar efektif pukulan terhadap daerah pemisahan/daerah suspensi. Jumlah
72 Universitas Sriwijaya
73
air yang terlalu kecil maka efektif pukulan tidak berlanjut ke daerah suspensi
dan proses pemisahan tidak terjadi. Underwater yang terlalu banyak seolah-
olah tertekan ke permukaan pemisahan dan dapat mempengaruhi proses
suspensi, sebaliknya underwater diatur sedemikian rupa, seakan-akan air
tersebut keluar melalui permukaan jig dalam keadaan bebas tanpa tekanan.
5. Ukuran lubang spigot
Jig screen merupakan saringan yang terbuat dari kawat (ketebalan kawat
1,5 mm) yang dipasang diantara rooster bawah dan atas. Semakin besar ukuran
lubang bukaan jig screen maka recovery semakin tinggi (kebuntuan makin
lambat).
2.5. Penentuan Nilai Variabel Panjang dan Jumlah Pukulan pada Jig
Proses pemisahan mineral pada jig dilakukan pada fluida dengan
kondisi hindered settling. Stroke merupakan mekanisme pembentukan
kondisi hindered settling pada jig. Stroke memiliki dua variabel utama yang
saling berhubungan, yaitu variabel panjang stroke dan variabel jumlah stroke
per menit. Kedua nilai variabel dari stroke berhubungan dengan perolehan
73 Universitas Sriwijaya
74
Gambar 2.12 Arah Gerak Fluidization terhadap Terminal Velocity Mineral pada
(a) Kondisi Pultion (b) Kondisi Suction
74 Universitas Sriwijaya
75
U < Vp mineral ringan. Mineral akan tetap bergerak menuju bed dengan
pengurangan laju kecepatan akibat dari gaya pultion stroke dan ketika
terjadi suction mineral ringan mampu melewati ragging.
Gambar 2.13 Gaya-Gaya yang berpengaruh pada Gerak Jatuh Partikel di Fluida
75 Universitas Sriwijaya
76
2 A 2 t
U sin
T1 T2 …………………………………………………(2.9)
Dimana :
A : Amplitudo stroke (m)
T1 : Waktu (s)
T2 : Waktu satu pukulan stroke (1/frekwensi) (s)
U : Fluidization velocity (m/s)
Nilai fluidization velocity pada jig sama dengan nilai terminal velocity
mineral, sehingga:
U = V…………………………………………………………………(2.10)
60 Vp
A …………………………………………………… (2.11)
n
Dimana :
A : amplitudo (panjang stroke) (mm)
U : fluidization velocity (mm/detik)
Vp : kecepatan pengendapan partikel (mm/detik)
n : jumlah pukulan per menit
: 3,14
76 Universitas Sriwijaya
77
F = C + T ......................................................(2.12)
Keterangan:
F = berat feed, ton
C = berat consentrat, ton
T = berat tailing, ton
Rec = C.c
100% …………...........................(2.15)
C.c T .t
77 Universitas Sriwijaya
78
BAB 3
METODE PENELITIAN
Bulan
N
Uraian Kegiatan Oktober November Desember Januari
o.
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
1 Orientasi Lapangan
Pengumpulan Referensi
2
dan Studi Literatur
3 Pengambilan Data
Pengolahan Data,
4 Konsultasi dan
Bimbingan
Penyusunan Laporan
5
dan Bimbingan
78 Universitas Sriwijaya
79
600000
550000
700000
650000
LOKASI PENELITIAN
700000
650000
600000
550000
79 Universitas Sriwijaya
80
80 Universitas Sriwijaya
81
3.3.5. Pembahasan
Pembahasan kajian teknis diperoleh dari analisis data laporan hasil
sampling dan laporan grain counting analysis (GCA) hasil ujicoba perubahan
nilai panjang pukulan dan jumlah pukulan. Pembahasan difokuskan pada hasil
penelitian yang diperoleh pada Ujicoba 1, Ujicoba 2, dan Ujicoba 3 yang telah
dilakukan.
81 Universitas Sriwijaya
82
pengambilan data sekunder berupa panjang dan jumlah pukulan jig pada masing-
masing kompartemen di jig clean up.
Pengambilan data primer berupa karakteristik mineral, laporan GCA dan
laporan hasil sampling yang kemudian dilakukan pengolahan data, didapatkanlah
hasil dan pembahasan yang menghasilkan kesimpulan dan saran.
Kajian Teknis Peningkatan Recovery Cassiterite dan Monazite pada Jig Clean
Up di Kapal Isap Produksi Timah 11 PT. Timah (Persero) Tbk
Studi Literatur
Observasi Lapangan
Pengambilan Data
Data Primer :
1. Kecepatan Aliran Horizontal Data Sekunder :
(crossflow) 1. Karakteristik Mineral
2. Ketebalan Lapisan Bed 2. Laporan Hasil Sampling
3. Kebutuhan Underwater 3. Laporan Grain Counting
4. Nilai Panjang Pukulan Analysis (GCA)
dan Jumlah Pukulan
82 Universitas Sriwijaya
dad an
Saran
83
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.1. Karakteristik Sifat Fisik dan Size Distribution Particle Casssiterite dan
Monazite
Identifikasi karakteristik sifat fisik dan size distribution particle cassiterite
dan monazite dilakukan untuk mengetahui metode dan alat pemisahan yang tepat
dalam proses pencucian cassiterite dan monazite dimana kedua mineral ini
memiliki berat jenis yang berbeda dengan ukuran butir yang halus.
(a)
(a)
(b)
Gambar 4.1 Visualisasi Cassiterite (a) dan Monazite (b) pada Mikroskop Elektron
83 Universitas Sriwijaya
84
Karakteristik Mineral
No Keterangan
Mineral Cassiterite Monazite
Coklat, Hitam,
Coklat Kehitam- Putih Susu atau Analisa Mikroskop
1 Warna Mineral
hitaman, Merah Putih Kekuningan Elektron
Kehitam-
Analisa Kimia
2 Rumus Kimia SnO2 (Ce,La,Y,Th)PO4
Kuantitatif
Analisa Kimia
3 Golongan Oksida Posfat
Kualitatif
Perhitungan Berat
4 Berat Jenis 6,9 4,9
Jenis
Analisa Mikroskop
5 Kilap Kilap Intan Kilap Damar
Elektron
Analisa Mikroskop
6 Bentuk Butir Sub Angular Sub Angular
Elektron
Laporan Hasil
7 Ukuran Butir 100 # 100 #
Sampling PT. Timah
Nilai KK cassiterite dan monazite lebih besar dari 2,5 yang artinya
pemisahan secara gaya berat menggunakan perbedaan berat jenis dapat dilakukan
untuk semua ukuran partikel cassiterite dan monazite hingga ukuran paling halus
berkisar hingga 200 mesh (#) sehingga metode gravity concentration dapat
diterapkan dalam proses pencucian cassiterite dan monazite. Nilai KK cassiterite
dan monazite terhadap mineral ikutan timah (MIT) menunjukkan bahwa
cassiterite dan monazite sulit untuk dipisahkan dari mineral-mineral yang
mempunyai berat jenis yang hampir mendekati berat jenis cassiterite dan
monazite dimana semakin besar berat jenis MIT, maka semakin sulit untuk
84 Universitas Sriwijaya
85
Tabel 4.2 Nilai Kriteria Konsentrasi Cassiterite dan Monazite terhadap MIT
85 Universitas Sriwijaya
86
ukuran butir +100 # sebanyak 75,92 % cassiterite dan 1,2 % monazite. Fraksi
ukuran butir cassiterite dan monazite termasuk ke dalam kategori ukuran halus
(sand), dikarenakan lokasi penggalian merupakan tailing hasil penggalian dan
pencucian dari Kapal Keruk.
Berdasarkan batas ukuran partikel untuk proses konsentrasi pada metode
gravity concentration dimana untuk ukuran butir 0,1 mm – 10 mm efektif
menggunakan alat jig dimana fraksi ukuran butiran cassiterite dan monazite
dominan pada ukuran +100# yang apabila dikonversikan ukurannya adalah 0,15
mm (Lampiran 3) maka pemisahan cassiterite dan monazite terhadap mineral
pengotor kuarsa dapat dilakukan menggunakan alat jig.
Tabel 4.3 Hasil Laporan Sampling Fraksi Ukuran Butir Cassiterite dan Monazite
Jig yang digunakan pada KIP Timah 11 merupakan tipe jig Pan American
Jig (Lampiran 4) menggunakan penggerak eksentrik. Jig pada instalansi
pencucian KIP Timah 11 terdiri dari 2 tingkatan yaitu jig primer dan jig clean up
yang memiliki Standar Operational Procedure (SOP) Pencucian KIP Timah 11
(Tabel 4.4). Jig primer berfungsi untuk mengambil mineral berat sebanyak
mungkin sedangkan jig clean up berfungsi untuk meningkatkan kadar konsentrat
dari jig primer (feed pada jig clean up).
86 Universitas Sriwijaya
87
Tabel 4.4 Standar Operational Procedure (SOP) Pencucian pada Jig Primer dan
Jig Clean Up pada KIP Timah 11
87 Universitas Sriwijaya
88
Tabel 4.5 Kecepatan Aliran pada Jig Primer dan Jig Clean Up
Kecepatan aliran di jig primer kanan 1 adalah 1,04 m/detik dan 1,17
m/detik, sedangkan kecepatan aliran jig primer kanan 2 adalah 1,14 m/detik dan
1,11 m/detik. Kecepatan aliran atau crossflow pada jig clean up kanan adalah 0,90
m/detik dan 0,93 m/detik. Crossflow atau kecepatan aliran pada jig primer adalah
0,87 m/detik dan 0,83 m/detik.
88 Universitas Sriwijaya
89
89 Universitas Sriwijaya
90
Tabel 4.7 Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan Jig Primer dan Jig Clean Up
Panjang Pukulan Jumlah Pukulan
Tingkatan Jig Kompartemen
(mm) (pukulan/menit)
A 35
85
B 35
Jig Primer Kiri 1
C 30
110
D 25
A 35
73
B 35
Jig Primer Kiri 2
C 30
92
D 25
A 35
79
B 32
Jig Primer Kanan 1
C 30
95
D 25
A 35 73
B 35
Jig Primer Kanan 2
C 25 94
D 25
A 20
78
B 17
Jig Clean Up Kiri
C 9
86
D 12
A 14
120
B 11
Jig Clean Up Kanan
C 8
140
D 8
4.1.3.1. Hasil Perhitungan Nilai Panjang dan Jumlah Pukulan Jig Clean Up
secara Teoritis
Perhitungan panjang pukulan dapat kita tentukan secara teori (Lampiran
7). Berdasarkan hasil perhitungan panjang pukulan dan jumlah pukulan secara
90 Universitas Sriwijaya
91
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Nilai Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan Jig Clean
Up untuk Pencucian Cassiterite dan Monazite secara Teoritis
91 Universitas Sriwijaya
92
A 14 20 17 20
B 12 17 15 17
C 10 9 12 15
D 8 12 10 12
92 Universitas Sriwijaya
93
4.1.3.2. Hasil Ujicoba Nilai Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan pada Jig
Clean Up
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari ujicoba nilai panjang pukulan dan
jumlah pukulan pada jig clean up adalah perhitungan kadar cassiterite dan
monazite, perhitungan material balance dan perhitungan recovery pencucian di jig
clean up pada Ujicoba 1, Ujicoba 2, dan Ujicoba 3.
93 Universitas Sriwijaya
94
Tabel 4.11 Kadar Cassiterite dan Monazite pada Ujicoba 1, Ujicoba 2, dan
Ujicoba 3 pada Kompartemen A, B, C, dan D
4.2. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian difokuskan pada pengaruh karakteristik sifat
fisik dan size distribution particle casssiterite dan monazite terhadap proses
pencucian casssiterite dan monazite, pengaruh nilai variabel jig terhadap proses
pencucian cassiterite dan monazite, dan pengaruh perubahan nilai variabel
94 Universitas Sriwijaya
95
Tabel 4.13. Kadar Rata-rata Cassiterite dan Monazite pada Tahapan Proses
Pencucian
Kadar cassiterite pada sakhan berkisar 40% hal ini berarti akan diperoleh
lebih banyak mineral utama cassiterite dan lebih sedikit mineral ikutan monazite.
Oleh karena itu proses pencucian harus dengan kadar akhir low grade untuk
meningkatkan perolehan cassiterite dan monazite sehingga proses pencucian thin
film concentration dengan menggunakan sluice box (sakhan) tidak perlu
95 Universitas Sriwijaya
96
dilakukan serta harus dilakukan perubahan pengaturan nilai panjang dan jumlah
pukulan jig clean up agar diperoleh kadar akhir low grade. Semakin rendah kadar
cassiterite maka semakin banyak mineral ikutan yang diperoleh, dan recovery
pencucian yang dicapai semakin tinggi.
4.2.2. Pengaruh Nilai Variabel Jig terhadap Proses Pencucian Cassiterite dan
Monazite
Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Hendrik Josephus Witteveen
(1995), hasil sampling pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan
terhadap nilai variabel jig yaitu kecepatan aliran horizontal (crossflow), ketebalan
lapisan bed, dan kebutuhan underwater apabila dibandingkan dengan standar
operational procedure (SOP) pencucian maka sudah merupakan kondisi yang
ideal untuk proses jigging sehingga perubahan nilai variabel tidak perlu dilakukan,
akan tetapi perlu dilakukan perubahan nilai panjang pukulan dan jumlah pukulan
baik perhitungan secara teori maupun ujicoba secara praktek untuk mengetahui
nilai panjang dan jumlah pukulan yang sesuai untuk meningkatkan recovery
pencucian di jig clean up.
96 Universitas Sriwijaya
97
70 – 90 mm. Semakin kecil ketebalan jig bed maka recovery yang dihasilkan akan
semakin meningkat.
Kecepatan SOP
Tingkatan Jig Cell ke- Aliran Pencucian
Actual (m/detik)
(m/detik)
Jig Primer (Primary Jig Primer Kiri 1 1 1,09 1 – 1,2
Jig) 2 1,13
Jig Primer Kiri 2 1 1,2 1 – 1,2
2 1,1
Jig Primer Kanan 1 1 1,04 1 – 1,2
2 1,17
Jig Primer Kanan 2 1 1,14 1 – 1,2
2 1,11
Jig Clean Up (Clean Jig Clean Up Kiri 1 0,90 0,5 -1
Up Jig) 2 0,93
Jig Clean Up Kanan 1 0,87 0,5 -1
2 0,83
97 Universitas Sriwijaya
98
Panjang pukulan pada jig clean up kiri lebih besar daripada SOP
pencucian yang ditetapkan dan tidak sesuai dengan prinsip pencucian, dimana
panjang pukulan pada kompartemen A, B, C dan D adalah 20 mm, 17 mm, 9 mm
dan 12 mm diatas SOP pencucian sebesar 14 mm, 12 mm, 10 mm, 8 mm dan pada
kompartemen C panjang pukulan lebih kecil daripada kompartemen D ini tidak
sesuai dengan prinsip pencucian (Tabel 4.15).
Tabel 4.15 Perbandingan Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan Actual dengan
SOP Pencucian
Panjang
SOP Jumlah
Tingkatan Kompar- Pukulan SOP Pencucian
Pencucian Pukulan Actual
Jig temen Actual (pukulan/menit)
(mm) (pukulan/menit)
(mm)
A 35 35 – 40
85 70 – 90
Jig Primer B 35 30 – 35
Kiri 1 C 30 25 – 30
110 90 - 120
D 25 20 – 25
A 35 35 – 40
73 70 – 90
Jig Primer B 35 30 – 35
Kiri 2 C 30 25 – 30
92 90 - 120
D 25 20 – 25
A 35 35 – 40
79 70 – 90
Jig Primer B 32 30 – 35
Kanan 1 C 30 25 – 30
95 90 - 120
D 25 20 – 25
A 35 35 – 40
73 70 – 90
Jig Primer B 35 30 – 35
Kanan 2 C 25 25 – 30
94 90 - 120
D 25 20 – 25
A 20 12 – 14
78 120 - 150
Jig Clean Up B 17 10 – 12
Kiri C 9 8 – 10
86 140 - 180
D 12 6–8
A 14 12 – 14
120 120 - 150
Jig Clean Up B 11 10 – 12
Kanan C 8 8 – 10
140 140 - 180
D 8 6–8
98 Universitas Sriwijaya
99
Jumlah pukulan pada jig clean up kiri lebih kecil daripada SOP pencucian
yang ditetapkan, dimana jumlah pukulan kompartemen AB 78 pukulan/menit dan
CD 86 pukulan/menit sedangkan SOP Pencucian untuk kompartemen AB 120 –
150 pukulan/menit dan 140 – 180 pukulan/menit.
99 Universitas Sriwijaya
100
Jumlah
Panjang Fluidization Kadar Kadar
Komparte Pukulan
Sample Pukulan Velocity Cassiterite Monazite
men (pukulan/
(mm) (mm/detik) (%) (%)
menit)
A 20 78 81,64 75,88 1,5
B 17 78 69,39 41,75 1,02
Ujicoba 1
C 9 86 40,51 8,9 1,09
D 12 86 54,01 12,45 1,27
A 17 100 88,97 76,37 1,28
B 15 100 78,50 23,78 1,09
Ujicoba 2
C 12 120 7536 21,48 1,15
D 10 120 62,80 20,13 1,06
A 20 120 125,60 89,52 1,5
B 17 120 106,76 18,09 1,37
Ujicoba 3
C 15 150 117,75 5,53 1,14
D 12 150 94,20 3,6 1
merupakan faktor yang mempengaruhi nilai panjang dan jumlah pukulan dalam
proses pemisahan pada jig.
Ujicoba 2 dan Ujicoba 3, hal ini dikarenakan telah dilakukan perubahan pada nilai
panjang pukulan dan jumlah pukulan sesuai dengan prinsip pencucian. Kadar
cassiterite mengalami peningkatan dari Ujicoba 1 ke Ujicoba 2 sebesar 0,7 %,
namun seiring dengan terjadinya peningkatan recovery pencucian maka kadar
cassiterite turun sebesar 6,26 % pada Ujicoba 3. Kadar monazite berbanding
terbalik dengan cassiterite dimana kadar monazite mengalami penurunan
sebanyak 0,09 % dari Ujicoba 1 ke Ujicoba 2 dan naik pada Ujicoba 3 sebesar 0,1
%. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa recovery berbanding terbalik
dengan kadar, semakin besar recovery maka semakin semakin rendah kadar yang
dihasilkan (Gambar 4.4). Kadar cassiterite berbanding terbalik dengan kadar
monazite, semakin tinggi kadar cassiterite maka semakin rendah kadar monazite,
begitupun sebaliknya, hal ini disebabkan karena cassiterite merupakan mineral
utama dalam bijih timah sedangkan monazite merupakan mineral ikutan sehingga
berpengaruh pada perhitungan kadar yang diperoleh.
(a) (b)
Gambar 4.4 Hubungan Kadar Cassiterite (a) dan Monazite (b) terhadap Recovery
Pencucian pada Jig Clean Up
pukulan berbanding lurus dengan kadar. Semakin besar panjang pukulan maka
semakin kecil jumlah pukulan sehingga kadar yang dihasilkan semakin rendah
dan recovery yang dihasilkan semakin tinggi.
Berdasarkan hasil GCA diketahui bahwa size distribution particle
casssiterite dan monazite beragam pada fraksi + 48#, + 65#, +100#, +150# dan -
150#, pada hasil Sebelum Ujicoba untuk Kompartemen A cassiterite dominan
pada ukuran + 65# sebanyak 89,41 % dan monazite 2,98 % pada ukuran -150#,
Kompartemen B cassiterite dominan pada ukuran + 150# sebanyak 63,19 % dan
monazite 5,08 % pada ukuran -150#, Kompartemen C cassiterite dominan pada
ukuran - 150# sebanyak 25,26 % dan monazite 3,91 % pada ukuran +150#,
Kompartemen D cassiterite dominan pada ukuran + 65# sebanyak 27,09 % dan
monazite 4,24 % pada ukuran -150#.
Ujicoba 1 untuk Kompartemen A cassiterite dominan pada ukuran + 48#
sebanyak 32,26 % dan monazite 1,28 % pada ukuran + 65#, Kompartemen B
cassiterite dominan pada ukuran + 100# sebanyak 12,28 % dan monazite 1,09 %
pada ukuran + 100#, Kompartemen C cassiterite dominan pada ukuran + 65#
sebanyak 12,62 % dan monazite 1,15 % pada ukuran +100#, Kompartemen D
cassiterite dominan pada ukuran + 65# sebanyak 8,54 % dan monazite 1,057 %
pada ukuran + 100#.
Ujicoba 2 untuk Kompartemen A cassiterite dominan pada ukuran + 48#
sebanyak 24,68 % dan monazite 23,16 % pada ukuran + 100#, Kompartemen B
cassiterite dominan pada ukuran + 100# sebanyak 12,28 % dan monazite 1,09 %
pada ukuran + 100#, Kompartemen C cassiterite dominan pada ukuran + 65#
sebanyak 1,96 % dan monazite 23,17 % pada ukuran + 48#, Kompartemen D
cassiterite dominan pada ukuran + 100# sebanyak 1,41 % dan monazite 1 % pada
ukuran + 100#.
Peningkatan recovery terjadi dari Ujicoba 1 ke Ujicoba 2 dan Ujicoba 3
diikuti dengan penurunan kadar cassiterite dan monazite. Semakin tinggi recovery
maka semakin rendah looses yang terjadi.
Hubungan kadar cassiterite berbanding terbalik dengan recovery,
sedangkan kadar cassiterite berbanding lurus dengan kadar cassiterite pada
tailing. Sehingga diperoleh kesimpulan:
1. Semakin tinggi kadar cassiterite yang diperoleh, maka nilai recovery semakin
rendah dengan nilai losses yang tinggi.
2. Semakin tinggi recovery maka kadar cassiterite semakin kecil dengan nilai
losses yang rendah.
Jig akan beroperasi dengan baik pada kondisi tersebut diatas. Perolehan
nilai recovery merupakan perolehan utama dari proses jig, sehingga kadar
cassiterite yang baik minimal 20 – 30 % dan recovery pencucian minimal 98 %
dengan panjang pukulan diperbesar dan jumlah pukulan diperkecil dari standar
operational production (SOP) pencucian dan underwater full 100 %.
Berdasarkan hasil Ujicoba 1, Ujicoba 2 dan Ujicoba 3 maka Ujicoba 3
merupakan kondisi yang terbaik untuk proses pencucian pada cassiterite dan
monazite, dikarenakan nilai panjang pukulan dan jumlah pukulan untuk
kompartemen A, B, C dan D masing-masing 20, 17, 15, dan 12 dengan jumlah
pukulan kompartemen AB dan CD masing-masing 120 pukulan/menit dan 150
pukulan/menit telah sesuai dengan prinsip pemisahan pada pencucian dan
recovery yang didapatkan mencapai 100 %.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Nilai kriteria konsentrasi cassiterite dan monazite masing-masing 3,99 dan
2,63 artinya lebih besar dari 2,5 maka pemisahan dari mineral pengotor kuarsa
dapat dilakukan dengan metode gravity concentration menggunakan alat jig
dengan media pemisah air laut, dimana cassiterite dan monazite dominan pada
fraksi ukuran 100# sehingga proses pencucian cassiterite dan monazite tidak
perlu menggunakan sluice box (sakhan).
2. Hasil pengamatan dan pengukuran terhadap nilai variabel pada jig yaitu untuk
kecepatan aliran horizontal (crossflow) rata-rata jig primer 1,04 – 1,11 m/detik
dan jig clean up 0,83 – 0,90 m/detik, ketebalan lapisan bed rata-rata jig primer
79,53 mm dan jig clean up 80 mm, dan kebutuhan underwater 1.956,113
m3/jam sudah sesuai dengan SOP Pencucian, tetapi nilai variabel panjang
pukulan kompartemen A, B, C dan D adalah 20 mm, 17 mm, 9 mm dan 12 mm
dan jumlah pukulan kompartemen AB 78 pukulan/menit dan CD 86
pukulan/menit tidak sesuai dengan SOP Pencucian sehingga harus dilakukan
perubahan.
3. Berdasarkan hasil perubahan nilai panjang pukulan dan jumlah pukulan pada
Ujicoba 1, Ujicoba 2 dan Ujicoba 3 didapatkan bahwa Ujicoba 3 merupakan
kondisi yang terbaik untuk proses pencucian pada cassiterite dan monazite,
nilai panjang pukulan untuk kompartemen A 20 mm, B 17 mm, C 15 mm dan
D 12 mm dengan jumlah pukulan kompartemen AB dan CD masing-masing
120 pukulan/menit dan 150 pukulan/menit telah sesuai dengan prinsip
pemisahan pada pencucian dan terjadi peningkatan recovery dari 98 % pada
Ujicoba 1 mencapai 100 % pada Ujicoba 3.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat penulis berikan
adalah sebagai berikut:
1. Penggemburan bed harus dilakukan secara rutin setiap hari atau ketika kapal
stop dan lakukan pengecekkan rubber screen pada jig clean up agar mineral
utama cassiterite dan mineral ikutan berharga monazite yang berukuran halus
hingga +100# dapat menerobos bed dan melewati rubber screen.
2. Proses pencucian cassiterite dan monazite dengan kadar low grade
menggunakan KIP Timah 11 tidak perlu lagi memfungsikan sakhan, konsentrat
akhir dari jig clean up adalah final konsentrat untuk langsung dilakukan
pengampilan.
3. Pengaturan variabel pada jig primer disesuaikan dengan SOP pencucian dan
untuk jig clean up lakukan settingan permanen sesuai dengan pengaturan
variabel nilai panjang dan jumlah pukulan jig clean up untuk pencucian
cassiterite dan monazite sehingga nilai variabel tidak berubah-ubah.
DAFTAR PUSTAKA
Selvyana, F. (2015). Kajian Teknis Pengaruh Ketebalan Lapisan Bed pada Pan
American Jig terhadap Recovery Timah di TB 1.42 Pemali PT Timah
(Persero) Tbk Bangka Belitung. Jurnal Ilmu Teknik Vol 3, No 1.
Palembang: Universitas Sriwijaya
Taggart, A.F. (1944). Handbook Of Mineral Dressing. Jhon Willey and Son Inc,
Newyork.
A. DREDGE SUCTION
1. Name of the vessel : KIP TIMAH-9 s/d 13
2. Type of the vessel : Cutter Suction Dredger
3. Maker : PT TIMAH & PT DAK
4. Year of Manufacture : 2011
B. PONTOON
1. Overall Width : 22.00 M
2. Inside pontoon Length : 80.520 M
3. Outside Pontoon length : 58.560 M
4. Inside pontoon dia. : 2 x 2.80 M dan 2 x 2.60 M
5. Outside pontoon dia. : 2 x 2.80 M dan 2 x 2.60 M
6. Bow Width : 9.20 M
7. Ladder way Width : 3.60 M
8. Ladder way Length : 58.30 M
9. Port Side Aft Length : 58.50 M
9. Starboard-Side Aft Length : 85.50 M
10. Overall Height : 10.5 M
10. Free board at full operation : 1.4 M
11. Main Hole : 98 units, all tank dia. 60 cm
5. Lifecraft :
- 2 sets for 24 passenger
Tabel A.1 Spesifikasi Pompa Isap Naipu
KARAKTERISTIK 1 2 3 4 5 6 7 8 9
NO
MINERAL
ANATASE BIOTITE CALCITE CASSITERITE CHALCOPYRITE CORUNDUM GALENA HEMATITE ILME
H2K(Mg,F)3AlSi,04)3/
1 Rumus Kimia TiO2 K(Mg,Fe2+)3[AlSi3O10(O CaCO3 Sn02 CuFeS2 Al2O3 PbS Fe2O3 FeT
H,F)2
2 Golongan Oksida Silika Karbonat Oksida Sulfida Oksida Sulfida Oksida Oks
Trigonal, Trigo
3 Sistem Kristal Tetragonal Monoclinic Trigonal Tetragonal Orthorombic, Trigonal Isometrik (Kubus)
Rhombis Rho
Biru, Merah,
Putih, Hijau
Hijau Terang, Kuning, Kuning, Abu-
Kekuningan, Biru Hijau kehitaman, Putih Putih Bening, Putih tidak Merah Bata,
Hitam, Kuning, Coklat, Biru Langit, Coklat, Abu, Coklat Abu-abu, Hitam Hitam,
4 Warna Lembayung, Abu- kehitaman, Coklat tembus cahaya, Putih, Abu-abu Baja,
Merah, Putih Kuning Terang, Emas, Abu Metalic Cok
abu Hitam, Hitam kehitaman Kuning, Merah, Hitam Besi
Kebiruan KebiruanCoklat
Mengkilap
Kemerahan,
Putih Kekuning- Hitam,
5 Gores Abu-abu Putih Coklat, Putih, Abu-abu Putih Putih Abu-abu Coklat
SIFAT FISIK
kuningan me
Adamantine dan AdamantinSubmetalic, Adamantine, Vitreous, Pearly, Met
6 Kilap Kaca & Mutiara Vitreous Pearly Vitreous Metalic
Logam (Metalic) Greasy Vitreous, Greasy Submetalic Subm
8 Belahan Sempurna (Perfect) Sempurna (Perfect) Sempurna (Perfect) Imperfect None Perfect Perfect None No
Uneven, Sub
9 Pecahan Sub Choncoidal Uneven Uneven Uneven - Uneven, Hackly Sub Conchoidal Conch
Conchoidal
11 Berat Jenis 3,79-3,97 2,7-3,1 2,7 6,8-7,1 3,65-4,2 (8.9) 4,6-4,7 7,5 4,9-5,2 4,6
12 Kemagnetan Diamagnetik Diamagnetik (M) Diamagnetik (NM) Diamagnetik(NM) Diamagnetik (M) Diamagnetik Nonmagnetik (NM) Magnetik Magne
Parakonduktor Parakon
13 Kelistrikkan Diakonduktor Diakonduk Parakonduktor (C ) Diakonduktor (NC) Konduktor Konduktor Parakonduktor
(C ) (C
Tabel 2.b Karakteristik Sifat Fisik Mineral Ikutan Timah (MIT) (Lanjutan)
M I N E R A L
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
NDUM GALENA HEMATITE ILMENITE LIMONITE MAGNETITE MARCASITE MONAZITE MUSCOVITE OKSIDA BESI PSILOMELAN PHYRITE QUARTZ RUTILE SIDERITE S
ida Sulfida Oksida Oksida Oksida Oksida Sulfida Posfat Silicate Oksida Sulfida Silicate Oksida Karbonat
Trigonal, Trigonal, Trigonal,
onal Isometrik (Kubus) None Isometric (Kubus) Orthorombic Monoclinic Monoclinic Amorf Isometric (Kubus) Tetragonal Trigonal, Rhombic
Rhombis Rhombis Hexagonal
Merah, Putih Putih, Putih Silver,
Hi
, Abu- Kekuningan, Putih Kusam, Abu- Hitam mengkilap. Hitam, Coklat,
Merah Bata, Hitam dengan Abu-abu Perak, Kuning Putih Garam, Merah Bata, Kuning, H
Coklat Abu-abu, Hitam Hitam, Ungu, Coklat, Kuning Kuning Coklat, abu,HIjau Pucat, Hitam mengkilap Coklat Kemerahan,
Abu-abu Baja, Hitam metallic Kuning, Putih bercak merah, tembaga, hijau Merah, Orange, Coklat, Abu-abu,
Abu Metalic Coklat Kecoklatan Coklat Kuning, Putih dengan bercak Kebiruan, Ungu
Hitam Besi Coklat. kehitaman, coklat HIjau, Hitam, Putih Merah, Hitam, K
nCoklat Kemerahan, Bening, Hitam, merah Kuning, ,
C
ahan, Kuning , Putih
Hitam, Coklat Kuning
ih Abu-abu Coklat Hitam Coklat, Hitam Putih Putih Hitam Putih Coklat, Putih K
merah Kecoklatan, Coklat
Sub
ntine, Vitreous, Pearly, Metalic, Vitreous, Silky, Adamantine,
Metalic Earthy Metallic, Submetalic Metallic Adamantine, Metallic Metallic Vitreous Vitreous, Silky, Pearly
Greasy Submetalic Submetalic, Pearly Metallic
Vitreous,
-2 2,5-2,7 3,5-6,5 5-6 5-5,5 5,5-6,5 6-6,5 5-5,5 2-2,5 6-6,5 7 6-6,5 3,5-4,5
ect Perfect None None None Distinct Distinct Distinct Perfect Indistinct Indistinct Distinct Perfect
4,7 7,5 4,9-5,2 4,6-5 3,6-4 5,1 4,5-5 4,9-5,5 2,7-3,1 4,7 4,8-5,1 2,6-2,7 4,1,4,3 3,8-3,9
Nonmagnetic Diamagnetik
gnetik Nonmagnetik (NM) Magnetik Magnetik (M) Magnetik (M) Ferromagentik (M) Diamagnetik (NM) Magnetik (M) Ferromagentik (NM) Diamagnetik (NM) Diamagnetik (NM) Ferromagentik (M) Di
(NM) (M)
Parakonduktor Parakonduktor Parakonduktor Diakonduktor
uktor Parakonduktor - Ferrokonduktor Parakonduktor Ferrokonduktor (C) Diakonduktor (NC) Diakonduktor (C) Ferrokonduktor (NC) P
(C ) (C) (C) (NC)
Tabel 2.c Karakteristik Sifat Fisik Mineral Ikutan Timah (MIT) (Lanjutan)
8 19 20 21 22 23 24 25 26 27
RTZ RUTILE SIDERITE SPHALERITE SPINEL TOPAZ TOURMALINE WOLFRAMITE XENOTIME ZIRCONE
NaMgFeAl6BO3Si6
O2 TiO2 FeCO3 ZnS MgAl2O4 Al2(SiO4)(F,OH)2 (FeMn)WO4 YPO4 ZrSiO4
OH14
tik (NM) Diamagnetik (NM) Ferromagentik (M) Diamagnetik (M) Nonmagnetik (NM) Farramagnetik Diamagnetik (M) Diamagnetik Magnetik (M) Diamagnetik (M)
ktor (NC) Diakonduktor (C) Ferrokonduktor (NC) Parakonduktor Ferro Parakonduktor Nonkonduktor (NC) Non Konducktor (NC) Diakonduktor (NC)
Mesh (#) Opening Sieve (mm) Mesh (#) Opening Sieve (mm)
2.5 8 100 0,15
3 6,7 120 0,125
3.5 5,6 150 0,106
4 4,75 170 0,090
5 4 200 0,071
6 3,35 250 0,063
7 2,80 270 0,053
8 2,36 325 0,045
9 2 400 0,038
10 1,70 35 0,425
12 1,4 50 0,297
14 1,18 60 0,25
16 1 65 0,212
20 0,85 80 0,18
24 0,71 100 0,15
28 0,65 115 0125
32 0,5 120 0,125
7
7
6
5
4
8
3 Keterangan :
1 1. Motor Listik
2. As Stang Eksentrik
2
3. Stang Eksentrik
4. Rangka Penahan kerucut
5. Diafragma
6. Rubber Membran
Gambar 4.a Sketsa Pan American Jig (tampak samping) 7. Tangki Jig
8. Lubang Spigot
9.
10. Spigot
119 Universitas Sriwijaya
120
8 1
2
Gambar 5.a Layout Hasil Pengukuran Nilai Variabel Jig Primer dan Jig Clean Up
pada KIP Timah 11 Bulan Desember 2015
Data
Panjang jig primer (jarak tempuh) =6m
Panjang jig clean up (jarak tempuh) = 3,8 m
Jig Primer
1. Jig Pimer Kiri 1 Cell 1
Waktu tempuh = 5,3 detik
6m
Crossflow = = 1,13 m/detik
5,3 det
6m
Crossflow = = 1,17 m/detik
5,12 detik
Jig Clean Up
1. Jig Clean Up Kiri Cell 1
Waktu tempuh = 4,2 detik
3,8 m
Crossflow = = 0, 90 m/detik
4,2 detik
Data
berbanding terbalik dengan jumlah pukulan per menit (Azwardi Ichwan, 2012)
Hal ini dapat dilihat dari persamaan berikut :
S = 60.v x f/2n
Keterangan:
S = Panjang pukulan (mm)
v = Kecepatan pengendapan partikel (mm/detik)
n = Jumlah pukulan (rpm)
f = Faktor luas permukaan tiap cell jig, untuk PA jig = 2,2
Keterangan:
v = Kecepatan pengendapan partikel (mm/s)
D = Diameter partikel (mm)
= Berat jenis partikel
' = Berat jenis fluida
Tabel 7.a Perhitungan Nilai Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan Jig Clean Up
untuk Cassiterite
Tabel 7.b Perhitungan Nilai Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan Jig Clean Up
untuk Monazite
Tabel 7.c Nilai Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan Cassiterite dan Monazite
Berdasarkan Perhitungan Secara Teori
127 Universitas Sriwijaya
128
90 20 16 16 - 20
100 18 14 14 - 18
120 15 12 12 - 15
130 14 11 11 - 14
140 13 10 10 - 13
150 12 10 10 - 12
160 11 9 9 - 11
180 10 8 8 - 10
60 27 22 22 - 27
90 18 15 15 - 18
100 16 13 13 - 16
120 14 11 11 - 14
100 # 130 13 10 10 - 13
140 12 9 9 - 12
150 11 9 9 - 11
160 10 8 8 - 10
180 9 7 7-9
60 23 19 19 - 23
90 15 12 12 - 15
100 14 11 11 - 14
120 11 9 9 - 11
150 # 130 11 9 9 - 11
140 10 8 8 - 10
150 9 7 7-9
160 9 7 7-9
180 8 6 6-8
Cassiterite 6.90 22 151.8 46.59 24.68 1 6.9 1.33 0.64 0 0 0.00 0.00 1 6.9 0.64 0.54
Ilmenite/Rutile 4.50 5 22.5 6.91 3.66 15 67.5 13.01 6.23 5 22.5 13.30 11.82 34 153 14.19 12.04
Zircone 4.70 0 0 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00 0 0 0 0.00 0 0 0.00 0.00
Monazite 4.90 1 4.9 1.50 0.80 0 0 0.00 0.00 8 39.2 23.1678 20.59 0 0 0.00 0.00
+ 48 # 54,72 145,06 97,96 213,02
1 Pyrite/Marcasite 4.80 18 86.4 26.52 14.05 34 163.2 31.45 15.06 7 33.6 19.86 17.65 67 321.6 29.82 25.30
Tourmaline 3.10 0 0 0.00 0.00 23 71.3 13.74 6.58 9 27.9 16.49 14.65 45 139.5 12.94 10.97
Quartz 2.60 10 26 7.98 4.23 34 88.4 17.04 8.16 6 15.6 9.22 8.19 78 202.8 18.81 15.95
Siderite 3.80 9 34.2 10.50 5.56 32 121.6 23.43 11.22 8 30.4 17.97 15.97 67 254.6 23.61 20.03
Total 65 325.8 100.00 52.97 139 518.9 100.00 47.87 43 169.2 100.00 88.86 292 1078.4 100.00 84.83
Cassiterite 6.90 1 6.90 1.33 0.64 3 20.70 4.04 1.17 1 6.90 1.96 0.10 1 6.9 0.59 0.06
Ilmenite/Rutile 4.50 15 67.50 13.01 6.23 21 94.50 18.43 5.33 17 76.50 21.75 1.15 32 144 12.22 1.34
Zircone 4.70 0 0.00 0.00 0.00 25 117.50 22.92 6.63 0 0.00 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00
Monazite 4.90 0 0.00 0.00 0.00 0 0.00 0.00 0.00 0 0.00 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00
+ 65 # 38,53 87,61 5,81 27,61
2 Pyrite/Marcasite 4.80 34 163.20 31.45 15.06 32 153.60 29.96 8.66 19 91.20 25.92 1.37 57 273.6 23.21 2.55
Tourmaline 3.10 23 71.30 13.74 6.58 16 49.60 9.67 2.80 20 62.00 17.62 0.93 78 241.8 20.51 2.25
Quartz 2.60 34 88.40 17.04 8.16 12 31.20 6.09 1.76 18 46.80 13.30 0.70 67 174.2 14.78 1.62
Siderite 3.80 32 121.60 23.43 11.22 12 45.60 8.89 2.57 18 68.40 19.44 1.02 89 338.2 28.69 3.15
Total 139.00 518.90 100.00 47.87 121.00 512.70 100.00 28.91 93.00 351.80 100.00 5.27 324 1178.7 100.00 10.99
Cassiterite 6.90 0 0 0.00 0.00 8 55.2 12.28 2.60 1 6.9 1.60 0.05 1 6.9 1.41 0.04
Ilmenite/Rutile 4.50 5 22.5 13.30 11.82 12 54 12.01 2.55 13 58.5 13.59 0.47 23 103.5 21.13 0.66
Zircone 4.70 0 0 0.00 0.00 15 70.5 15.68 3.32 14 65.8 15.29 0.52 20 94 19.19 0.60
Monazite 4.90 8 39.2 23.168 20.59 1 4.9 1.09 0.23 1 4.9 1.14 0.04 1 4.9 1.000 0.03
+ 100 # 8,44 49,07 3,78 7,88
3 Pyrite/Marcasite 4.80 7 33.6 19.86 17.65 19 91.2 20.28 4.30 23 110.4 25.65 0.88 21 100.8 20.58 0.65
Tourmaline 3.10 9 27.9 16.49 14.65 18 55.8 12.41 2.63 23 71.3 16.57 0.57 24 74.4 15.19 0.48
Quartz 2.60 6 15.6 9.22 8.19 22 57.2 12.72 2.70 17 44.2 10.27 0.35 23 59.8 12.21 0.38
Siderite 3.80 8 30.4 17.97 15.97 16 60.8 13.52 2.87 18 68.4 15.89 0.54 12 45.6 9.31 0.29
Total 43 169.2 100.00 88.86 111 449.6 100.00 21.19 110 430.4 100.00 3.43 125 489.9 100.00 3.14
Cassiterite 6.90 1 6.90 0.45 0.00 2 13.8 1.17 0.19 1 6.9 1.12 0.02 1.00 6.90 0.47 0.00
Ilmenite/Rutile 4.50 35 157.50 10.32 0.08 54 243 20.66 3.35 23 103.5 16.80 0.25 56.00 252.00 17.05 0.14
Zircone 4.70 45 211.50 13.85 0.11 56 263.2 22.38 3.62 21 98.7 118.06 1.73 32.00 150.40 10.17 0.08
Monazite 4.90 0 0.00 0.00 0.00 1 4.9 0.42 0.07 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
+ 150 # 0,85 17,96 1,62 2,08
4 Pyrite/Marcasite 4.80 89 427.20 27.98 0.23 37 177.6 15.10 2.45 27 129.6 21.04 0.31 79.00 379.20 25.65 0.21
Tourmaline 3.10 70 217.00 14.21 0.12 45 139.5 11.86 1.92 34 105.4 17.11 0.25 56.00 173.60 11.74 0.10
Quartz 2.60 78 202.80 13.28 0.11 54 140.4 11.94 1.93 34 88.4 14.35 0.21 67.00 174.20 11.78 0.10
Siderite 3.80 80 304.00 19.91 0.16 51 193.8 16.48 2.67 22 83.6 13.57 0.20 90.00 342.00 23.13 0.19
Total 398.00 1526.90 100.00 0.82 124.00 525.70 100.00 4.66 162 616.1 202.04 2.97 381.00 1478.30 100.00 0.83
Cassiterite 6.90 1 6.90 0.26 0.00 4 27.6 2.68 0.16 1 6.9 0.84 0.01 1.00 6.90 0.50 0.00
Ilmenite/Rutile 4.50 0 0.00 0.00 0.00 15 67.5 6.55 0.39 56 252 30.79 0.30 0.00 0.00 0.00 0.00
Zircone 4.70 0 0.00 0.00 0.00 21 98.7 9.57 0.57 45 0 0 0.00 56.00 263.20 19.22 0.04
Monazite 4.90 0 0.00 0.00 0.00 2 9.8 0.95 0.06 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
- 150 # 0,76 3,30 1,07 0,54
5 Pyrite/Marcasite 4.80 233 1118.40 41.63 0.31 67 321.6 31.19 1.85 43 206.4 25.22 0.24 54.00 259.20 18.92 0.04
Tourmaline 3.10 289 895.90 33.34 0.25 50 155 15.03 0.89 34 0 0 0.00 78.00 241.80 17.65 0.04
Quartz 2.60 256 665.60 24.77 0.18 56 145.6 14.12 0.84 54 140.4 17.15 0.17 87.00 226.20 16.51 0.04
Siderite 3.80 0 0.00 0.00 0.00 54 205.2 19.90 1.18 56 212.8 26.00 0.25 98.00 372.40 27.19 0.06
Total 103,30 779.00 2686.80 100.00 0.74 303 950 3895.4 100.00 0.71 110,24 289 818.5 100.00 0.97 251,20 374.00 1369.70 100.00 0.21
Hasil Grain Counting Analysis (GCA) pada Ujicoba 1 Kompartemen A Fraksi 48# adalah sebagai berikut.
Jumlah Butir Cassiterite = 230
Berat Jenis Cassiterite = 6,9
Jumlah Berat Cassiterite = 230 x 6,9 = 1587
Total Jumlah Berat Mineral pada Fraksi 48 # = 2162,2
Jumlah Berat Cassiterite
Kadar Cassiterite = x100%
Total Jumlah Berat Mineral
1587
= = 73,40 %
2162,2
2. Kadar Monazite
Hasil Grain Counting Analysis (GCA) pada Ujicoba 1 Kompartemen A Fraksi 48# adalah sebagai berikut.
Jumlah Butir Monazite =9
Berat Jenis Monazite = 4,9
Jumlah Berat Monazite = 9 x 6,9 = 44,1
Total Jumlah Berat Mineral pada Fraksi 48 # = 1880,9
Jumlah Berat Monazite 44,1
Kadar Monazite = x100% = = 2,34 %
Total Jumlah Berat Mineral 1880,9
Tabel 9.d Hasil Grain Counting Analysis Sample Tailing Ujicoba 1, Ujicoba 2 dan Ujicoba 3
Ujicoba 1 Ujicoba 2 Ujicoba 3
Berat Jenis Berat Berat
No Mineral Fraksi Jumlah Butir % Berat Mineral Berat Jumlah Butir % Berat Mineral Jumlah Butir Kadar % Berat Mineral
(BJ) Sample BJ x JB Kadar (%) BJ x JB Kadar (%) Sample BJ x JB
(JB) (%) Sample (gr) (JB) (%) (JB) (%) (%)
(gr) (gr)
Cassiterite 6.90 0 0.00 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00
Ilmenite/Rutile 4.50 12 54.00 13.32 1.19 21 94.5 19.76 2.36 56 252 8.60 7.99
Zircone 4.70 5 23.50 5.80 0.52 23 108.1 22.60 2.70 135 634.5 21.64 20.11
Monazite 4.90 0 0.00 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00
+ 48 # 20,60 23,22 552,89
1 Pyrite/Marcasite 4.80 15 72.00 17.76 1.58 13 62.4 13.05 1.56 1 4.8 0.16 0.15
Tourmaline 3.10 24 74.40 18.36 1.63 15 46.5 9.72 1.16 235 728.5 24.85 23.09
Quartz 2.60 23 59.80 14.75 1.31 32 83.2 17.39 2.08 167 434.2 14.81 13.76
Siderite 3.80 32 121.60 30.00 2.67 22 83.6 17.48 2.09 231 877.8 29.94 27.83
Total 111 405.30 100.00 36.56 126 478.3 100.00 11.96 825 2931.8 100.00 92.94
Cassiterite 6.90 0 0.00 0.00 0.00
Ilmenite/Rutile 4.50 0 0.00 0.00 0.00
Zircone 4.70 0 0.00 0.00 0.00
Monazite 4.90 0 0.00 0.00 0.00
+ 65 # 0 0 21,73
2 Pyrite/Marcasite 4.80 21 100.80 20.20 0.74
Tourmaline 3.10 34 105.40 21.12 0.77
Quartz 2.60 41 106.60 21.36 0.78
Siderite 3.80 49 186.20 37.31 1.36
Total 149 499.00 100.00 3.65
Cassiterite 6.90 0 0 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00
Ilmenite/Rutile 4.50 2 9 0.39 0.02 17 76.5 24.29 0.44
Zircone 4.70 5 23.5 1.03 0.06 13 61.1 19.40 0.35
Monazite 4.90 0 0 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00
+ 100 # 0 8,34 10,76
3 Pyrite/Marcasite 4.80 12 57.6 2.51 0.16 15 72 22.86 0.41
Tourmaline 3.10 3 9.3 0.41 0.03 0 0 0.00 0.00
Quartz 2.60 2 5.2 0.23 0.01 23 59.8 18.98 0.34
Siderite 3.80 8 30.4 1.33 0.08 12 45.6 14.48 0.26
Total 32 135 5.89 0.37 80 315 100.00 1.81
Cassiterite 6.90 1 6.90 0.03 0.02 0 0.00 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00
Ilmenite/Rutile 4.50 100 450.00 11.34 7.01 65 292.50 9.82 1.79 2 9 10.14 0.08
Zircone 4.70 98 460.60 11.61 7.18 56 263.20 8.84 1.61 7 32.9 37.05 0.29
Monazite 4.90 1 4.90 0.12 0.08 0 0.00 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00
+ 150 # 210 89,8 4,70
4 Pyrite/Marcasite 4.80 232 1113.60 28.07 17.36 122 585.60 19.67 3.59 2 9.6 10.81 0.09
Tourmaline 3.10 122 378.20 9.53 5.90 45 139.50 4.69 0.85 5 15.5 17.45 0.14
Quartz 2.60 134 348.40 8.78 5.43 23 59.80 2.01 0.37 4 10.4 11.71 0.09
Siderite 3.80 200 760.00 19.16 11.85 34 129.20 4.34 0.79 3 11.4 12.84 0.10
Total 888 3522.60 88.64 54.82 345 1469.80 49.36 9.00 23 88.8 100.00 0.79
Cassiterite 6.90 0 0.00 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00
Ilmenite/Rutile 4.50 1 4.50 11.94 7.38 5 22.5 22.04 0.18
Zircone 4.70 2 9.40 24.93 15.42 0 0 0.00 0.00
Monazite 4.90 0 0.00 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00
- 150 # 0,80 0 4,79
5 Pyrite/Marcasite 4.80 1 4.80 12.73 7.87 7 33.6 32.91 0.26
Tourmaline 3.10 2 6.20 16.45 10.17 0 0 0.00 0.00
Quartz 2.60 2 5.20 13.79 8.53 6 15.6 15.28 0.12
Siderite 3.80 2 7.60 20.16 12.47 8 30.4 29.77 0.24
Total 56,35 10 37.70 100.00 61.85 121,36 594,87 26 102.1 100.00 0.57
Lama
Berat Solid
Sample Kompartemen Pengambilan Berat Sample
(Kg/Jam)
Sample (detik) (Kg)
A 20 0,077 13,860
B 20 0,091 16,380
Ujicoba 1 C 20 0,020 3,600
D 20 0,048 8,640
TOTAL 0,236 42,480
A 20 0,120 21,600
B 20 0,384 69,120
Ujicoba 2 C 20 0,128 23,040
D 20 0,059 10,620
TOTAL 0,691 124,380
A 20 0,103 18,540
B 20 0,303 54,540
Ujicoba 3 C 20 0,110 19,800
D 20 0,251 45,180
TOTAL 0,767 138,060
(300cm) (0,05635Kg
x x3600
6cm 10 det ik
= 1.014,3 Kg/Jam
Lebar
Lebar
Mulut Berat Lama Berat
Mulut
Sample Cutter Sample Pengambilan Tailing
Tailing
Sampler (Kg) Sample (detik) (Kg/Jam)
(cm)
(cm)
Ujicoba
300 6 0,05635 10 1.014,3
1
Ujicoba
300 6 0,12136 10 2.184,48
2
Ujicoba
300 6 0,59487 10 10.707,66
3
14,75
= x100%
15,05
= 98 %
0,52
= x100%
1,23
= 42,27 %
143,07
= x100%
143,07
= 100 %
1,43
= x100%
1,43
= 100 %
Feed (Ff) = Cc + Tt
= (138,060 Kg/Jam x 29,18 %) + (10.707,66 Kg/Jam x 0 %)
= 40,28 Kg/Jam + 0 Kg/Jam
= 40,28 Kg/Jam
Cc Tt
f (kadar cassiterite dalam feed) = x100%
F
40,28
= x100%
10.845,72
= 0,37 %
Cc
Recovery = x100%
Cc Tt
40,28
= x100%
40,28
= 100 %
1,72
= x100% = 100 %
1,72
Berikut adalah urutan proses pencucian bijih timah pada KIP Timah 11
(Gambar 11.a) :
1. Feed hasil galian cutter pada pipa hisap di pompa menggunakan pompa tanah
menuju pipa tekan yang kemudian dialirkan menuju ke saringan putar
(revolving screen). Pada saringan putar, feed kemudian disaring sesuai dengan
ukurannya, disini terjadi proses pemilahan ukuran. Material yang berukuran >
9 - 10 mm tidak akan lolos di dan akan keluar sebagai oversize yang kemudian
dialirkan menuju bandar tailing, sedangkan material berukuran ≤ 9 - 10 mm
akan lolos dari saringan putar sebagai undersize dan akan tertampung pada
feeder yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara untuk kemudian
dialirkan menuju jig primer melalui lounder.
2. Material undersize yang melalui lounder tersebut selanjutnya akan ditampung
pada store bak yang kemudian akan mengalir menuju jig primer. Pada jig
primer, mineral dengan berat jenis ringan dan berukuran > 1 cm akan ikut
mengalir bersama aliran air sebagai oversize dan dibuang menuju bandar
tailing. Sedangkan mineral dengan berat jenis besar dan berukuran < 1 cm akan
terhisap ke dalam jig sebagai undersize akibat adanya gaya suction dan pultion
dari jig. Selanjutnya undersize dari jig primer akan dialirkan menuju jig clean
up. Kadar cassiterite pada jig primer berkisar antara 10 - 20 %, sehingga untuk
menaikkan kadarnya dilakukan pencucian pada jig clean up.
3. Pada jig clean up, mineral ringan berukuran > 0,6 cm mengalir sebagai
oversize lalu dibuang sebagai tailing. Sedangkan mineral berat berukuran < 0,6
cm akan masuk ke dalam jig clean up sebagai konsentrat yang kemudian
dialirkan dan ditampung pada bak konsentrat. Kadar cassiterite pada jig clean
up berkisar antara 20 - 40 %.
4. Konsentrat dari bak konsentrat akan ditimbang beratnya menggunakan uji
kaleng susu dan uji visual. Pada uji kaleng susu, apabila beratnya lebih dari 1
kg dan apabila sudah terlihat bersih dari pengotor (uji visual) maka konsentrat
siap untuk disimpan dalam karung (kampil) sebagai konsentrat akhir.
Sedangkan apabila kurang dari 1 kg artinya konsentrat masih belum bersih
maka harus lakukan pencucian lagi menggunakan sakhan.
5. Pada sakhan (sluice box), mineral ringan akan terbawa aliran air dan keluar
sebagai tailing. Sedangkan mineral berat yang tidak terbawa aliran air akan
tertahan dan mengendap pada sakhan sebagai konsentrat yang merupakan final
concentrate dari proses pencucian. Final concentrate dengan kadar ≥ 40%
inilah yang kemudian disimpan dalam karung (kampil) dengan berat ± 40 kg
perkampil.
Saringan Putar
(Rotary Screen)
Bak Pembagi
Feed (Store Bak)
Bak Konsentrat
(Uji Kaleng Susu
& Uji Visual)
Konsentrat Konsentrat
Berat ≤ 1 Kg Berat ≥ 1 Kg
Sakhan Tailing
(Sluice Box)