Anda di halaman 1dari 117

SKRIPSI

KAJIAN TEKNIS PENINGKATAN RECOVERY CASSITERITE


DAN MONAZITE PADA JIG CLEAN UP DI KAPAL ISAP
PRODUKSI TIMAH 11 PT. TIMAH (PERSERO) TBK

OLEH
BETTY PERMATA DEWI
03111002020

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016

30 Universitas Sriwijaya
31

SKRIPSI
KAJIAN TEKNIS PENINGKATAN RECOVERY CASSITERITE
DAN MONAZITE PADA JIG CLEAN UP DI KAPAL ISAP
PRODUKSI TIMAH 11 PT. TIMAH (PERSERO) TBK

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana


Teknik pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya

OLEH
BETTY PERMATA DEWI
NIM. 03111002020

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016

31 Universitas Sriwijaya
32

HALAMAN PENGESAHAN

KAJIAN TEKNIS PENINGKATAN RECOVERY CASSITERITE


DAN MONAZITE PADA JIG CLEAN UP DI KAPAL ISAP
PRODUKSI TIMAH 11 PT. TIMAH (PERSERO) TBK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya

Oleh:
BETTY PERMATA DEWI
03111002020

Disetujui untuk Jurusan Teknik Pertambangan


Oleh:

Pembimbing I

Ir. A. Taufik Arief, MS.


NIP. 196309091989031002

Pembimbing II

32 Universitas Sriwijaya
33

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Betty Permata Dewi


NIM : 03111002020
Judul : Kajian Teknis Peningkatan Recovery Cassiterite dan Monazite pada Jig
Clean Up di Kapal Isap Produksi Timah 11 PT. Timah (Persero) Tbk.

Memberikan izin kepada Pembimbing dan Universitas Sriwijaya untuk


mempublikasikan hasil penelitian saya untuk kepentingan akademik apabila
dalam waktu 1 (satu) tahun tidak mempublikasikan karya penelitian saya. Dalam
kasus ini saya setuju untuk menempatkan Pembimbing sebagai Penulis
korespondensi (corresponding author).
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada
paksaan dari siapapun.

Indralaya, Juni 2016

Betty Permata Dewi


NIM.03111002020

33 Universitas Sriwijaya
34

HALAMAN PERNYATAAN INTEGRITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Betty Permata Dewi


NIM : 03111002020
Judul : Kajian Teknis Peningkatan Recovery Cassiterite dan Monazite pada
Jig Clean Up di Kapal Isap Produksi Timah 11 PT. Timah (Persero)
Tbk

Menyatakan bahwa Laporan Skripsi saya merupakan hasil karya sendiri


didampingi tim pembimbing dan bukan hasil penjiplakan/plagiat. Apabila
ditemukan unsur penjiplakan/plagiat dalam Laporan Skripsi ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik dari Universitas Sriwijaya sesuai aturan yang
berlaku.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada
paksaan dari siapapun.

Indralaya, Juni 2016

Betty Permata Dewi


NIM. 03111002020

34 Universitas Sriwijaya
35

RIWAYAT HIDUP

Betty Permata Dewi. Anak perempuan yang lahir di


Kerinci, Jambi pada tanggal 08 Juni 1993. Anak
pertama dari tiga bersaudara (sulung) dari pasangan
Nasuhaidi dan Nifriati. Mengawali pendidikan tingkat
dasar di Sekolah Dasar Negeri 95/IV Telanai Pura Jambi
tahun 1998. Pada Tahun 2005 melanjutkan pendidikan
tingkat pertama di SMPN 26 Kab. Kerinci. Pada Tahun
2008 melanjutkan pendidikan tingkat atas di SMAN 01
Sungai Penuh Kab. Kerinci dan pada Tahun 2009
melanjutkan pendidikan ke SMAN 05 Telanai Pura Kota Jambi dan berhasil
masuk menjadi mahasiswa di Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN) jalur Undangan.
Selama menjadi mahasiswa Universitas Sriwijaya, penulis aktif pada
organisasi Persatuan Mahasiswa Pertambangan (Permata) sebagai anggota Dewan
Pengawas Organisasi Permata FT Unsri periode 2011-2012, anggota Divisi
Kaderisasi periode 2012–2013 dan menjadi Koordinator Kaderisasi Permata FT
Unsri periode 2013-2014. Selain itu, penulis juga aktif di organisasi
kepencitaalaman Mapala Cikara Bhuana Teknik Pertambangan Unsri sebagai
Bendahara umum periode 2012-2013 dan 2014-2015, Sekretaris Umum periode
2013-2014 dan Dewan Kesekretariatan periode 2015-2016 serta aktif mengikuti
berbagai seminar baik di internal maupun ekternal kampus. Selain kegiatan-
kegiatan tersebut, penulis juga memperoleh beasiswa beasiswa PEMDA JAMBI
pada tahun 2013.

35 Universitas Sriwijaya
36

HALAMAN PERSEMBAHAN

‫بِس ِْم ه‬
ِ ‫َّللاِ الرهحْ َم ِن الر‬
‫هحيم‬
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (QS. Al-Mujadalah : 11)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, Nikmat,
Karunia dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini
Dengan ketenangan. Shalawat dan salam tak lupa saya haturkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa ilmu pengetahuan dari Sisi-Nya.

Skripsi ini saya persembahkan untuk:


Ibunda Nifriati dan Ayahanda Nasuhaidi yang telah memberikan saya kasih
sayang yang tak terhingga sedari lahir hingga sekarang dengan penuh cinta
dan selalu mendoakan agar jalanku selalu dipermudah. Kedua adikku Halsen
Jaya Britika dan Hani Triski Alfatunissa yang selalu kurindukan dan selalu
menjadi penyemangatku

Terima Kasih Kepada :


◘ Ir. A. Taufik Arief, MS. dan Ir. Hj. Hartini Iskandar, M.Si., yang telah
membimbing saya dalam penyelesaian tugas akhir ini
◘ Almamater Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya
◘ Staff dan Karyawan PT. Timah (Persero) Tbk, yang telah membimbing,
membantu dan menjadi teman saya dalam penyelesaian tugas akhir ini.

◘ Keluarga Besar Mapala CIKARA BHUANA Teknik Pertambangan Unsri dan


Permata FT Unsri, tanpa kalian dan organisasi ini saya bukanlah apa-apa.

◘ Sahabat Tambang Generation (Zella Navtalia, Ela Rahayu, Rodiatul Mardiyah,


dan Cindy Dwilarasati) yang telah menjadi (lebih dari sekedar) sahabat
terbaikku selama masa-masa perjuangan di kampus.

◘ Teman-teman seperjuangan MINERITY 2011, Golden Ladies, Kubu Tempoyak


dan Kakak-kakak serta Adik-adik tingkatku di Jurusan Teknik Pertambangan
Universitas Sriwijaya

36 Universitas Sriwijaya
37

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penyusunan Tugas Akhir yang berjudul ”Kajian Teknis
Peningkatan Recovery Cassiterite dan Monazite pada Jig Clean Up di Kapal Isap
Produksi Timah 11 PT. Timah (Persero) Tbk.”, yang dilaksanakan dari tanggal 26
Oktober 2015 sampai dengan tanggal 14 Januari 2016.
Ucapan terima kasih diucapkan kepada Ir. A. Taufik Arief, MS. selaku
pembimbing pertama dan Ir. Hj. Hartini Iskandar, M.Si., selaku pembimbing
kedua yang telah membimbing dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, selanjutnya
ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Ir. Subriyer Nasir, M.S., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya
2. Hj. Rr. Harminuke Eko Handayani, ST., MT., dan Bochori ST., MT., selaku
Ketua dan Sekretaris Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya
3. Bochori ST., MT., Selaku Dosen Pembimbing Akademik
4. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya
5. Nur Adi Kuncoro, ST dan Rubiarto, ST selaku Kepala Perencana Operasional
Produksi dan Pembimbing Lapangan, serta Staff dan Karyawan PT. Timah
(Persero) Tbk
Penyelesaian Tugas Akhir ini masih banyak terdapat kekurangan di berbagai
sisi, oleh karena itu, adanya kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.
Semoga hasil penelitian ini dapat menambah khazanah dalam bidang ilmu
pertambangan dan bermanfaat bagi semua pihak.

Indralaya, Juni 2016 Penulis.

37 Universitas Sriwijaya
38

RINGKASAN

KAJIAN TEKNIS PENINGKATAN RECOVERY CASSITERITE DAN


MONAZITE PADA JIG CLEAN UP DI KAPAL ISAP PRODUKSI TIMAH 11
PT TIMAH (PERSERO) .TBK
Karya Tulis Ilmiah berupa Skripsi, Juni 2016

Betty Permata Dewi; Dibimbing oleh Ir. A. Taufik Arief, M.S. dan Ir. H. Hartini
Iskandar, M.Si.
Technical Study Cassiterite and Monazite Recovery Enhancement at The Clean
Up Jig in Tin Cutter Suction Dredges 11 PT. Timah (Persero) Tbk.

xx + 95 halaman + 30 gambar + 32 tabel + 12 lampiran

RINGKASAN

PT. Timah (Persero) Tbk adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
bergerak dibidang pertambangan bijih timah di Indonesia tepatnya di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Bijih timah merupakan salah satu bahan galian yang
dimiliki oleh Indonesia. Proses penambangan bijih timah menggunakan sistem
tambang lepas pantai (offshore) dengan dua tahap yaitu penggalian dan pencucian
yang dilakukan Kapal Isap Produksi (KIP), salah satunya adalah KIP Timah 11.
Proses pencucian di KIP Timah 11 menggunakan saringan putar (revolving
screen), jig dan sluice box (sakhan) yang menghasilkan final concentrate berupa
mineral utama bijih timah yaitu cassiterite dan mineral ikutan berharga yaitu
monazite yang merupakan mineral utama dari logam thorium.
Indikator keberhasilan dalam proses proses pencucian adalah recovery pencucian
pada jig clean up minimal 96% dan kadar low grade cassiterite 20-30% , hal ini
dipengaruhi oleh nilai variabel-variabel dari kinerja jig yaitu kecepatan aliran
horizontal (crossflow), ketebalan lapisan bed, kebutuhan underwater dan panjang
pukulan serta jumlah pukulan.
Jig yang digunakan dalam proses pencucian di KIP Timah 11 terdiri dari 2
tingkatan yaitu jig primer dan jig clean up. Berdasarkan data laporan hasil
sampling yang dilakukan oleh PT. Timah (Persero) Tbk di KIP Timah 11 yang
beroperasi di Laut Belo pada bulan Oktober 2015, recovery yang dicapai pada
proses pencucian di jig clean up sebesar 95,27 % dengan kadar cassiterite sebesar
17,35 % dan kadar monazite sebesar 0,15 %. Hasil sampling pada bulan
September 2015, recovery pencucian mencapai 98 % dengan kadar cassiterite
sebesar 26,02 % dan kadar monazite sebesar 0,20 %. Recovery mengalami
penurunan sebesar 2,73 %, sedangkan penurunan kadar cassiterite dan monazite
masing-masing sebesar 3,27 % dan 0,5 % pada proses pencucian di jig clean up.
Nilai panjang pukulan dan jumlah pukulan di jig clean up tidak sesuai dengan
Standar Operational Procedure (SOP) Pencucian dan prinsip pemisahan pada jig
sehingga menyebabkan terjadinya penurunan recovery pencucian dan kadar

38 Universitas Sriwijaya
39

mineral, untuk itu perlu dilakukan kajian teknis peningkatan recovery cassiterite
dan monazite pada jig clean up di KIP Timah 11.
Metode penelitian yang digunakan adalah mempelajari studi literatur yang ada,
observasi lapangan ke KIP Timah 11, kemudian pengambilan sample untuk
pengumpulan data primer dan data sekunder, selanjutnya dilakukan grain
counting analysis (GCA) sample di laboratorium. Berdasarkan data primer dan
data sekunder tersebut dilakukan pengolahan data untuk dianalisis yang
selanjutnya dilakukan pembahasan kajian secara teknis proses pencucian
cassiterite dan monazite.
Berdasarkan penelitian dan analisis data yang dilakukan maka didapatkan bahwa
nilai kriteria konsentrasi cassiterite dan monazite lebih besar dari 2,5 maka
pemisahan dari kuarsa dapat dilakukan dengan metode gravity concentration
menggunakan alat jig dan media pemisah air laut, dimana cassiterite dan monazite
dominan pada fraksi ukuran 100# sehingga proses pencucian cassiterite dan
monazite tidak perlu menggunakan sluice box (sakhan). Hasil pengamatan dan
pengukuran terhadap nilai variabel pada jig yaitu untuk kecepatan aliran
horizontal (crossflow), ketebalan lapisan bed, dan kebutuhan underwater sudah
sesuai dengan Standar Operational Procedure (SOP) Pencucian tetapi nilai
variabel panjang pukulan dan jumlah pukulan tidak sesuai sehingga harus
dilakukan perubahan. Berdasarkan hasil Ujicoba 1, Ujicoba 2 dan Ujicoba 3 maka
diperoleh Ujicoba 3 merupakan kondisi yang terbaik untuk proses pencucian
cassiterite dan monazite, dimana nilai panjang pukulan untuk kompartemen A, B,
C dan D masing-masing 20 mm, 17 mm, 15 mm, dan 12 mm dengan jumlah
pukulan kompartemen AB dan CD masing-masing 120 pukulan/menit dan 150
pukulan/menit telah sesuai dengan prinsip pemisahan pada pencucian dan terjadi
peningkatan recovery mencapai 100 %.

Kata Kunci : Cassiterite, monazite, jig clean up, kadar, recovery.

39 Universitas Sriwijaya
40

SUMMARY

TECHNICAL STUDY CASSITERITE AND MONAZITE RECOVERY


ENHANCEMENT AT THE CLEAN UP JIG IN TIN CUTTER SUCTION
DREDGES 11 PT. TIMAH (PERSERO) TBK.
Scientific Paper in the Form of Skripsi, Juni 2016

Betty Pernata Dewi; Supervised by Ir. A. Taufik Arief, M.S. dan Ir. H. Hartini
Iskandar, M.Si.
Kajian Teknis Peningkatan Recovery Cassiterite dan Monazite pada Jig Clean Up
di Kapal Isap Produksi Timah 11 PT. Timah (Persero) Tbk.
xx + 95 pages + 30 pictures + 32 tables + 12 attachments
PT. Timah (Persero) Tbk is a State-Owned Enterprises (SOEs) which is engaged
in mining of tin ore in Indonesia precisely in Bangka Belitung Province. Tin ore is
one of the minerals that are owned by Indonesia. Tin ore mining process mining
system using offshore with two stages performed excavation and washing Cutter
Suction Dredges (KIP), one of which is a tin KIP 11. The washing process in
Lead 11 using a revolving screen, jig and sluice box (sakhan) which resulted in
the final concentrate is in the form of major minerals are cassiterite tin ore and
associated minerals prized monazite which is the main mineral of the metal
thorium.
Indicators of success in the recovery process of the washing process is washing
the jig clean up at least 96% and grade cassiterite low levels of 20-30%, it is
influenced by the value of the variables of performance jig is horizontal flow
velocity (crossflow), the thickness of the coating bed, needs underwater and long
punches and number of strokes.
Jigs used in the washing process in KIP Timah 11 consists of two levels, namely
the primary jig and jig clean up. Based on the report data sampling results
conducted by PT. Timah (Persero) Tbk in KIP tin 11 operating in Belo Sea in
October 2015, the recovery achieved in the washing process in the jig clean up by
95.27% with a cassiterite levels of 17.35% and monazite concentration of 0.15% ,
When compared with the results of sampling in September 2015, reaching 98%
recovery laundering with cassiterite levels of 26.02% and 0.20% monazite levels.
This shows a decrease of 2.73% recovery and decreased levels of cassiterite and
monazite respectively by 3.27% and 0.5% in the washing process in the jig clean
up because the value of the length and number of strokes is not in accordance with
Standard Operating Procedure ( SOP) Laundering and the principle of separation
of the jig, it is necessary to do a technical study cassiterite recovery enhancement
and monazite at the jig clean up in KIP Timah 11.
The method used is to study the existing literature studies, field observations to
KIP Timah 11, then sampling for the collection of primary data and secondary
data, then performed the grain counting analysis (GCA) sample in the laboratory.
Based on data from primary and secondary data was conducted to analyze the data
processing is then performed studies in technical discussions washing process
cassiterite and monazite.

40 Universitas Sriwijaya
41

Based on the research and the data analysis it was found that the value criteria
cassiterite and monazite concentration greater than 2.5, the separation of quartz
can be achieved by gravity concentration using a jig and media separator sea
water, where cassiterite and monazite dominant size fractions 100 # so that the
washing process cassiterite and monazite no need to use sluice box (sakhan). The
observation and measurement of the value of the variable in the jig which is to
speed horizontal flow (crossflow), the thickness of the coating bed, and the need
for underwater are in accordance with the Standard Operating Procedure (SOP)
Laundering but the value of a variable length of stroke and the number of strokes
is not appropriate and should be changed. Based on the results of Trial 1, Trial 2
and Trial 3, the obtained Tests 3 is the best condition for the washing process
cassiterite and monazite, where the value of long-punch to compartments A, B, C
and D respectively 20 mm, 17 mm, 15 mm, and 12 mm with the number of
strokes compartment AB and CD respectively 120 rpm and 150 rpm in
accordance with the principle of the separation of the leaching and increased
recovery reached 100%.

Keywords : Cassiterite, monazite, clean up jig, mineral levels, recovery.

41 Universitas Sriwijaya
42

DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul Luar ........................................................................................ i
Halaman Judul Dalam ..................................................................................... ii
Halaman Pengesahan ..................................................................................... iii
Halaman Persetujuan Publikasi....................................................................... iv
Halaman Pernyataan Integritas ....................................................................... v
Riwayat Hidup ................................................................................................ vi
Halaman Persembahan .................................................................................... vii
Kata Pengantar ................................................................................................ viii
Ringkasan ........................................................................................................ ix
Summary ......................................................................................................... xi
Daftar Isi ......................................................................................................... xiii
Daftar Gambar................................................................................................. xvi
Daftar Tabel .................................................................................................... xviii
Daftar Lampiran .............................................................................................. xx

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1


1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.3. Pembatasan Masalah .......................................................................................... 3
1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 3
1.5. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4


2.1. Karakteristik dan Sifat Fisik Mineral ................................................................. 4
2.2. Gravity Concentration ....................................................................................... 6
2.3. Proses Pemisahan Mineral pada Jig .................................................................. 13
2.4. Jig Tipe Pan American ....................................................................................... 19
2.4.1. Bagian-bagian Penting pada Jig Pan American ...................................... 20
2.4.2. Faktor-faktor Kinerja Jig Pan American .................................................. 22
2.5. Penentuan Nilai Variabel Panjang dan Jumlah Pukulan pada Jig .................... 25
2.6. Material Balance dan Recovery ......................................................................... 28

BAB 3. METODE PENELITIAN .................................................................. 30

42 Universitas Sriwijaya
43

3.1. Waktu Penelitian ................................................................................................ 30


3.2. Tempat Penelitian .............................................................................................. 30
3.3. Metode Penelitian .............................................................................................. 31
3.3.1. Studi Literatur .......................................................................................... 31
3.3.2. Observasi Lapangan ................................................................................. 32
3.3.3. Pengambilan Data .................................................................................... 32
3.3.4. Pengolahan dan Analisis Data .................................................................. 33
3.3.5. Pembahasan .............................................................................................. 33
3.3.6. Kesimpulan dan Saran.............................................................................. 33
3.3.7. Bagan Alir Metode Penelitian .................................................................. 33

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 35


4.1. Hasil Penelitian .................................................................................................. 35
4.1.1. Karakteristik Sifat Fisik dan Size Distribution Particle Cassiterite
dan Monazite ......................................................................................... 35
4.1.1.1. Karakteristik Sifat Fisik Cassiterite dan Monazite ................... 35
4.1.1.2. Size Distribution Particle Cassiterite dan Monazite ................ 37
4.1.2. Nilai Actual Variabel-variabel pada Jig ................................................ 39
4.1.2.1. Kecepatan Aliran Horizontal (Crossflow) ................................ 40
4.1.2.2. Ketebalan Lapisan Bed ............................................................. 40
4.1.2.3. Kebutuhan Underwater ............................................................ 41
4.1.2.4. Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan...................................... 41
4.1.3. Nilai Panjang dan Jumlah Pukulan Jig Clean Up.................................. 42
4.1.3.1. Hasil Perhitungan Nilai Panjang dan Jumlah Pukulan Jig Clean Up
secara Teoritis ........................................................................ 42
4.1.3.2. Hasil Ujicoba Nilai Panjang dan Jumlah Pukulan Jig
Clean Up ................................................................................. 45
4.1.3.2.1 Hasil Perhitungan Kadar Cassiterite dan
Monazite .............................................................. 45
4.1.3.2.2 Hasil Perhitungan Recovery Pencucian pada Jig Clean
Up......................................................................... 46
4.2. Pembahasan........................................................................................................ 46
4.2.1. Pengaruh Karakteristik Sifat Fisik dan Size Distribution Particle Cassiterite
dan Monazite terhadap Proses Pencucian Cassiterite
dan Monazite ......................................................................................... 47
4.2.2. Pengaruh Nilai Variabel Jig terhadap Proses Pencucian Cassiterite
dan Monazite ......................................................................................... 48
4.2.2.1.Perbandingan Kecepatan Aliran Horizontal (Crossflow)
Actual terhadap SOP Pencucian............................................. 48
4.2.2.2. Perbandingan Ketebalan Lapisan Bed Actual terhadap
SOP Pencucian....................................................................... 49
4.2.2.3. Perbandingan Kebutuhan Underwater terhadap SOP Pencucian
............................................................................................... 49
4.2.2.4. Perbandingan Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan
Actual terhadap SOP Pencucian............................................. 49
4.2.3. Pengaruh Perubahan Nilai Variabel Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan
terhadap Peningkatan Recovery Pencucian Cassiterite

43 Universitas Sriwijaya
44

dan Monazite ......................................................................................... 51


4.2.3.1. Hubungan Nilai Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan
terhadap Kadar Cassiterite dan Monazite ............................. 51
4.2.3.2. Hubungan Nilai Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan
terhadap Recovery Pencucian pada Jig Clean Up .................. 54

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 58


5.1. Kesimpulan ........................................................................................................ 58
5.2. Saran .................................................................................................................. 58

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

44 Universitas Sriwijaya
45

DAFTAR GAMBAR

Halaman
2.1. Batas Ukuran Partikel untuk Proses Konsentrasi (Kelly dan
Spottswood 1982) .................................................................................. 8
2.2. Shaking Table (Nessbitt,2001) .............................................................. 9
2.3. Humprey Spiral (Nessbitt,2001) ........................................................... 11
2.4. Jig (Nessbitt,2001) ................................................................................. 12
2.5. Differential Acceleration (Nessbitt, 2001) ............................................. 14
2.6. Hindered Settiling (Nesbitt,2001) .......................................................... 16
2.7. Proses Klasifikasi pada (a) Free Settling (b) Hindered Settling ........... 16
2.8. Consolidation Trickling (Nessbitt, 2001) .............................................. 17
2.9. Ideal Jigging Process (Nesbitt, 2001) .................................................. 18
2.10. Siklus Penggerak pada Jig ( Nesbitt, 2001) .......................................... 18
2.11. Sketsa Penampang Bagian dalam Jig Type Pan –American (PT. Timah
(Persero) Tbk) ....................................................................................... 19
2.12. Arah Gerak Fluidization terhadap Terminal Velocity Mineral Pada (a)
Kondisi Pulsion, (b) Kondisi Suction .................................................... 26
2.13. Gaya-Gaya yang berpengaruh pada Gerak Jatuh Partikel di Fluida ...... 27
3.1. Lokasi Penelitian ................................................................................... 30
3.2. Bagan Alir Penelitian ............................................................................ 34
4.1. Visualisasi Cassiterite dan Monazite pada Mikroskop Elektron .......... 35
4.2. Perbandingan Nilai Panjang Pukulan SOP Pencucian, Ujicoba 1,
Ujicoba 2, dan Ujicoba 3 pada Kompartemen A, B, C dan D ............... 44
4.3. Perbandingan Nilai Jumlah Pukulan SOP Pencucian, Ujicoba 1, Ujicoba 2
dan Ujicoba 3 pada Kompartemen AB dan CD ..................................... 45
4.4. Hubungan Kadar Cassiterite dan Monazite terhadap Recovery Pencucian
pada Jig Clean Up .................................................................................. 55
4.a. Sketsa Pan American Jig (tampak samping) ........................................ 69
4.b. Sketsa Pan American Jig (tampak depan) ............................................ 70
5.a. Layout Hasil Pengukuran Nilai Variabel Jig Primer dan Jig Clean Up
pada KIP Timah 11 Bulan Desember 2015 ........................................... 70
8.a. Peta Lokasi Penelitian dan Pengambilan Sample .................................. 80
8.b. Profil Bor Lokasi Penelitian dan Pengambilan Sample ........................ 81
11.a. Bagan Alir Proses Pencucian Bijih Timah pada KIP Timah 11 ............ 94

45 Universitas Sriwijaya
46

DAFTAR TABEL

Halaman
2.1. Skala Kekerasan Mohs ........................................................................... 5
3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian .................................................................... 30
4.1. Karakteristik Sifat Fisik Cassiterite dan Monazite ................................ 36
4.2. Nilai Kriteria Konsentrasi Cassiterite dan Monazite terhadap Mineral
Ikutan Timah (MIT) ................................................................................ 37
4.3. Hasil Laporan Sampling Fraksi Ukuran Butir Cassiterite dan Monazite
................................................................................................................. 38
4.4. Standar Operational Procedure (SOP) Jig Primer dan Jig Clean Up pada
KIP Timah 11 .......................................................................................... 39

4.5. Kecepatan Aliran pada Jig Primer dan Jig Clean Up.............................. 40
4.6. Ketebalan Lapisan Bed............................................................................ 41
4.7. Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan Jig Primer dan Jig Clean Up
................................................................................................................. 42
4.8. Hasil Perhitungan Nilai Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan
Jig Primer dan Jig Clean Up untuk Pencucian Cassiterite dan
Monazite secara Teoritis ......................................................................... 43
4.9. Perbandingan Nilai Panjang Pukulan SOP Pencucian, Ujicoba 1,
Ujicoba 2, dan Ujicoba 3 pada Kompartemen A, B, C dan D ................ 44
4.10. Perbandingan Nilai Jumlah Pukulan SOP Pencucian, Ujicoba 1,
Ujicoba 2, dan Ujicoba 3 pada Kompartemen A, B, C dan D ................ 45
4.11. Kadar Cassiterite dan Monazite pada Ujicoba 1, Ujicoba 2, dan
Ujicoba 3 pada Kompartemen A, B, C, dan D ........................................ 46
4.12. Variabel Perhitungan Recovery Cassiterite dan Monazite...................... 46
4.13. Kadar Rata-rata Cassiterite dan Monazite pada Tahapan Proses
Pencucian ................................................................................................ 47
4.14. Perbandingan Kecepatan Aliran Actual dengan SOP Pencucian ........... 49
4.15. Perbandingan Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan Actual dengan
SOP Pencucian ........................................................................................ 50
4.16. Nilai Fluidization Velocity pada Kompartemen A, B, C, dan, D untuk
Ujicoba 1, Ujicoba 2 dan Ujicoba 3 ....................................................... 52
4.17. Nilai Terminal Velocity Mineral Cassiterite dan Monazite .................... 53
2.a. Karakteristik Sifat Fisik Mineral Ikutan Timah (MIT) .......................... 65
2.b. Karakteristik Sifat Fisik Mineral Ikutan Timah (MIT) (Lanjutan) ......... 66

46 Universitas Sriwijaya
47

2.c. Karakteristik Sifat Fisik Mineral Ikutan Timah (MIT) (Lanjutan) ......... 67
3.a. Konversi Ukuran Butir Standar TYLER .................................................. 68
7.a. Perhitungan Nilai Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan Jig Clean Up
untuk Cassiterite ..................................................................................... 76
7.b. Perhitungan Nilai Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan Jig Clean Up
untuk Monazite........................................................................................ 77
7.c. Perhitungan Nilai Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan Jig Clean Up
untuk Cassiterite dan Monazite Berdasarkan Perhitungan secara Teori
................................................................................................................. 78
9.a. Hasil Grain Counting Analysis Konsentrat Ujicoba 1 ............................ 82
9.b. Hasil Grain Counting Analysis Konsentrat Ujicoba 2 ............................ 83
9.c. Hasil Grain Counting Analysis Konsentrat Ujicoba 3 ............................ 84
9.c. Hasil Grain Counting Analysis Sample Tailing Ujicoba 1, Ujicoba 2
dan Ujicoba 3…………………………………………………………. 86
10.a. Hasil Sampling Berat Konsentrat ............................................................ 87
12.a. Nilai Fluidization Velocity Kompartemen A, B, C, dan D untuk
Ujicoba 1, Ujicoba 2, dan Ujicoba 3……………………………........ 95

47 Universitas Sriwijaya
48

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Spesifikasi dan Sketsa KIP Timah 11 ................................................................ 61
2. Karakteristik Sifat Fisik Mineral Ikutan Timah (MIT) ...................................... 65
3. Konversi Ukuran Butir ...................................................................................... 68
4. Sketsa Pan American Jig pada KIP Timah 11.................................................. 69
5. Layout Hasil Pengamatan dan Pengukuran Kecepatan Aliran .......................... 71
6. Perhitungan Kebutuhan Underwater Jig Primer dan Jig Clean Up ................... 74
7. Perhitungan Nilai Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan secara Teori ............ 75
8. Peta Lokasi Penelitian dan Pengambilan Sample Ujicoba................................. 80
9. Hasil Grain Counting Analysis (GCA) .............................................................. 82
10. Perhitungan Recovery Pencucian Cassiterite dan Monazite pada Jig
Clean Up ........................................................................................................... 87
11. Bagan Alir Proses Pencucian Bijih Timah di KIP Timah 11 .............................. 93
12. Perhitungan Nilai Fluidization Velocity dan Terminal Velocity ......................... 95

48 Universitas Sriwijaya
49

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


PT. Timah (Persero) Tbk adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang bergerak dibidang pertambangan bijih timah di Indonesia tepatnya di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Bijih timah merupakan salah satu bahan
galian yang dimiliki oleh Indonesia. Bijih timah mengandung beberapa mineral
ikutan timah yang berharga dan bernilai ekonomis dan dapat diusahakan sebagai
produk sampingan, salah satunya mineral monazite yang mengandung unsur
Logam Tanah Jarang (LTJ) yaitu thorium.
Indonesia merupakan produsen timah terbesar kedua di dunia setelah
China, yaitu sebesar 26% dari jumlah produksi dunia versi Association Of
Indonesian Environmental Observes, namun belum memanfaatkan mineral ikutan
timah sebagai produk sampingan secara optimal seperti monazite. Semakin
banyak kebutuhan teknologi yang menggunakan keduanya sebagai salah satu
bahan bakunya sehingga permintaan akan cassiterite dan monazite semakin
meningkat baik di dalam maupun di luar negeri. PT Timah (Persero) Tbk
berusaha untuk memenuhi permintaan pasar.
Proses penambangan bijih timah menggunakan sistem tambang lepas
pantai (offshore) yang dilakukan menggunakan Kapal Isap Produksi (KIP). KIP
Timah 11 merupakan salah satu unit peralatan tambang yang proses penggalian
bahan galiannya menggunakan cutter dan pipa isap yang akan mengisap lapisan
pasir bertimah dari dasar lautan yang selanjutnya langsung diolah pada instalasi
pencucian. Proses pencucian merupakan proses akhir yang sangat menentukan
dari rangkaian kegiatan penambangan bijih timah di KIP Timah 11.
Proses pencucian di KIP Timah 11 menggunakan saringan putar (revolving
screen), jig dan sluice box (sakhan) yang menghasilkan produk akhir final
concentrate yaitu mineral cassiterite dan monazite. Jig yang digunakan dalam
proses pencucian di KIP Timah 11 terdiri dari 2 tingkatan yaitu jig primer dan jig
clean up. Jig primer berfungsi untuk mengolah feed dari revolving screen agar
didapatkan mineral berat sebanyak mungkin, sedangkan jig clean up berfungsi
untuk meningkatkan kadar konsentrat dari jig primer.

49 Universitas Sriwijaya
50

Berdasarkan Standar Operational Procedure (SOP) Pencucian bijih timah,


indikator keberhasilan dalam proses proses pencucian adalah recovery pencucian
pada jig clean up minimal 96% dan kadar low grade cassiterite 20 - 30%.
Recovery pencucian dan kadar mineral yang diperoleh dipengaruhi oleh nilai
variabel-variabel dari kinerja jig yaitu kecepatan aliran horizontal (crossflow),
ketebalan lapisan bed, kebutuhan underwater, panjang pukulan dan jumlah
pukulan.
Berdasarkan data laporan hasil sampling yang dilakukan oleh PT. Timah
(Persero) Tbk di KIP Timah 11 yang beroperasi di Laut Belo pada bulan Oktober
2015, recovery yang dicapai pada proses pencucian di jig clean up sebesar 95,27
% dengan kadar cassiterite sebesar 17,35 % dan kadar monazite sebesar 0,15 %.
Hasil sampling pada bulan September 2015, recovery pencucian mencapai 98 %
dengan kadar cassiterite sebesar 26,02 % dan kadar monazite sebesar 0,20 %.
Recovery mengalami penurunan sebesar 2,73 %, sedangkan penurunan kadar
cassiterite dan monazite masing-masing sebesar 3,27 % dan 0,5 % pada proses
pencucian di jig clean up. Nilai panjang pukulan dan jumlah pukulan di jig clean
up tidak sesuai dengan Standar Operational Procedure (SOP) Pencucian dan
prinsip pemisahan pada jig sehingga menyebabkan terjadinya penurunan recovery
pencucian dan kadar mineral, untuk itu perlu dilakukan kajian teknis peningkatan
recovery cassiterite dan monazite pada jig clean up di KIP Timah 11.

1.2. Rumusan Masalah


Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah pengaruh karakteristik sifat fisik dan size distribution particle
casssiterite dan monazite terhadap proses pencucian di jig clean up pada KIP
Timah 11?
2. Apakah pengaturan variabel-variabel pada jig sudah sesuai dengan Standar
Operational Procedure (SOP) Pencucian cassiterite dan monazite yang
ditetapkan di KIP Timah 11?
3. Berapakah nilai variabel panjang pukulan dan jumlah pukulan yang sesuai
untuk peningkatan recovery pencucian cassiterite dan monazite di jig clean up
pada KIP Timah 11?

50 Universitas Sriwijaya
51

1.3. Pembatasan Masalah


Batasan masalah dalam penelitian ini adalah kajian terhadap peningkatan
recovery pencucian dan kadar mineral cassiterite dan monazite pada proses
pencucian di jig clean up yang dilihat dari pengaruh salah satu variabel pada jig
clean up yaitu pukulan yang terdiri atas panjang pukulan dan jumlah pukulan jig
di KIP Timah 11.

1.4. Tujuan Penelitian


Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui pengaruh karakteristik sifat fisik dan size distribution particle
casssiterite dan monazite terhadap proses pencucian di jig clean up pada KIP
Timah 11.
2. Mengetahui pengaturan variabel-variabel jig yang sesuai dengan Standar
Operational Procedure (SOP) Pencucian cassiterite dan monazite yang
ditetapkan di KIP Timah 11.
3. Mengetahui nilai variabel panjang pukulan dan jumlah pukulan yang sesuai
untuk peningkatan recovery pencucian cassiterite dan monazite di jig clean up
pada KIP Timah 11.

1.5. Manfaat Penelitian


Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat praktis
Sebagai bahan pertimbangan dan data acuan perusahaan dalam mengkaji peningkatan
recovery pencucian cassiterite dan monazite terutama nilai panjang pukulan dan
jumlah pukulan pada jig clean up agar proses pencucian dapat berjalan efektif,
sehingga diperoleh recovery minimal 96 % dengan kadar cassiterite 20 – 30 % dan
monazite 1 – 2,5 % yang sesuai dengan Standar Operational Procedure (SOP)
Pencucian pada KIP Timah 11.
2. Manfat akademis
Sebagai referensi bagi pihak lain yang ingin melakukan pengembangan penelitian
dalam bidang yang sama.

51 Universitas Sriwijaya
52

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Karakteristik dan Sifat Fsik Mineral


Mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan penyusun atom-atom
yang beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifat fisik/kimia
tersendiri. Sifat-sifat tersebut harus diketahui sehingga setiap jenis mineral dapat
dikenal, sekaligus kita mengetahui susunan kimiawinya dalam batas-batas
tertentu. Sifat-sifat fisik yang dimaksudkan adalah kilap (luster), warna (colour),
kekerasan (hardness), cerat (streak), belahan (cleavage), pecahan (fracture),
bentuk (form), berat jenis (specific gravity), kemagnetan (magnetivity), dan
kelistrikan (conductivity) (Danisworo, 1994).
a. Kilap
Kilap mineral merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh
permukaan mineral saat terkena cahaya. Kilap ini secara garis besar dapat
dibedakan menjadi kilap logam (metallic luster) dan kilap bukan logam (non
metallic luster)..
b. Warna
Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan
tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu mineral dapat
berwarna lebih dari satu warna, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan
pengotoran padanya. Kuarsa dapat berwarna putih susu, ungu, coklat kehitaman
atau tidak berwarna.
c. Kekerasan
Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan
nisbi suatu mineral dapat membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai
sebagai kekerasan yang standard. Mineral yang mempunyai kekerasan yang lebih
kecil akan mempunyai bekas dan badan mineral tersebut. Standar kekerasan yang
biasa dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jeman
dan dikenal sebagai skala Mohs. Skala Mohs mempunyai 10 skala, dimulai dari
skala 1 untuk mineral terlunak sampai skala 10 untuk mineral terkeras .

52 Universitas Sriwijaya
53

Tabel 2.1 Skala Kekerasan Mohs

Skala Kekerasan Mineral Rumus Kimia


1 Talc H2Mg3 (SiO3)4
2 Gypsum CaSO4. 2H2O
3 Calcite CaCO3
4 Fluorite CaF2
5 Apatite CaF2Ca3 (PO4)2
6 Orthoklase K Al Si3 O8
7 Quartz SiO2
8 Topaz Al2SiO3O8
9 Corundum Al2O3
10 Diamond C

d. Cerat (goresan)
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat
dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping
porselin atau membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan
tersebut. Cerat dapat sama dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda. Warna
cerat untuk mineral tertentu umumnya tetap walaupun warna mineralnya berubah-
ubah.
e. Belahan (Cleavage)
Balahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada
satu atau lebih arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral
yang mampu membelah yang oleh sini adalah bila mineral kita pukul dan tidak
hancur, tetapi terbelah-belah menjadi bidang belahan yang licin. Tidak semua
mineral mempunyai sifat ini, sehingga dapat dipakai istilah seperti mudah
terbakar dan sukar dibelah atau tidak dapat dibelah.
f. Pecahan
Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah
yang tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan
belahan dapat dilihat dari sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar.
Permukaan bidang belah akan nampak halus dan dapat memantulkan sinar seperti

53 Universitas Sriwijaya
54

cermin datar, sedang bidang pecahan memantulkan sinar ke segala arah dengan
tidak teratur.
g. Berat Jenis
Berat jenis adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume
mineral. Cara yang umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang
mineral tersebut terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram. Mineral ditimbang
lagi dalam keadaan di dalam air, misalnya beratnya y gram. Berat terhitung dalam
keadaan di dalam air adalah berat mineral dikurangi dengan berat air yang
volumenya sama dengan volume butir mineral tersebut.
h. Kemagnetan (magnetivity)
Kemagnetan adalah sifat mineral terhadap gaya magnet. Dikatakan
sebagai feromagnetic bila mineral dengan mudah tertarik gaya magnet seperti
magnetik, phirhotit. Mineral-mineral yang menolak gaya magnet
disebut diamagnetic, dan yang tertarik lemah yaitu paramagnetic. Cara untuk
melihat apakah mineral mempunyai sifat magnetik atau tidak kita gantungkan
pada seutas tali/benang sebuah magnet, dengan sedikit demi sedikit mineral kita
dekatkan pada magnet tersebut. Benang bergerak mendekati berarti mineral
tersebut magnetik. Kuat tidaknya bias kita lihat dari besar kecilnya sudut yang
dibuat dengan benang tersebut dengan garis vertical.
i. Kelistrikan (conductivity)
Kelistrikkan adalah sifat listrik mineral dapat dipisahkan menjadi dua,
yaitu pengantar arus atau londuktor dan idak menghantarkan arus disebut non
konduktor. Semikonduktor adalah mineral yang bersifat sebagai konduktor dalam
batas-batas tertentu.

2.2. Gravity Concentration


Gravity concentration merupakan suatu proses pemisahan dari kumpulan
suatu mineral-mineral yang memiliki bentuk, ukuran serta berat jenis yang
berbeda-beda menjadi mineral-mineral yang saling terpisah antara satu mineral
dengan mineral lainya oleh pengaruh gaya gravitasi atau gaya sentripugal (Barry
A. Willys, 1992). Proses pemisahaannya perbedaan berat jenis dari mineral
merupakan faktor utama keberhasilan proses pemisahan mineral. Alat-alat

54 Universitas Sriwijaya
55

pemisahan mineral dengan prinsip gravity concentration disebut gravity


separation.
Gravity separation dapat dilakukan atau tidak, terlebih dahulu harus
diketahui nilai spesific gravity mineral, specific gravity viscosity separating
medium, dan mechanical method yang menyebabkan perbedaaan pergerakan
partikel pada proses klasifikasi mineral. Dua faktor yang utama di atas, diperoleh
rumusan hasil bagi dari berat jenis mineral ringan dan mineral berat dengan di
kurangi berat jenis medium, yang disebut dengan concentration criterion (CC).
Definisi dari concentration criterion (CC) itu sendiri adalah tingkat keberhasilan
pemisahan mineral berharga dengan pengotornya yang ditentukan oleh perbedaan
berat jenis didalam media. Rumus dari concentration criterion (CC) itu sendiri
adalah sebagai berikut.

h   f
CC 
 l ……………..……............................
f (2.1)

Keterangan :
CC = Concentration criterion
 h = Spesific gravity mineral berat
 l = Spesific gravity mineral ringan
 f = Spesific gravity fluida

Secara umum dapat ditentukan bahwa, apabila concentration criterion (CC)


memberikan angka / hasil (kurang / lebih sebagai berikut):
1) CC ≥ 2,50

Pemisahan mudah dilakukan dalam semua ukuran partikel hingga butiran yang
halus (sampai 200 mesh)
2) CC = 1,75 – 2,50

Pemisahan secara gaya berat efektif dilakukan sampai dengan ukuran 100 mesh
(2,000 mm – 0,149 mm).

55 Universitas Sriwijaya
56

3) CC = 1,50 – 1,75

Pemisahan secara gaya berat masih memungkinkan tetapi sukar dilakukan


dilakukan untuk ukuran 10 – 20 mesh (2,000 mm – 0,814 mm)
4) CC = 1,25 – 1,50
Pemisahan masih memungkinkan sampai ukuran ¼ inch tetapi sukar dilakukan.
5) CC < 1,25 : Pemisahan secara gaya berat tidak dapat dilakukan karena tidak
ekonomis.

Berdasarkan hasil proses pencucian, mineral pengotor yang dominan pada


mineral cassiterite adalah pasir kuarsa. Proses pemisahannya yang menggunakan
medium air laut (bj = 1,03), mineral cassiterite (bj = 6,9) dengan quartz (bj = 2,6)
diperoleh nilai concentration criterion sebagai berikut.
Berdasarkan hasil perhitungan concentration criterion (CC) diatas maka
cassiterite memiliki nilai CC ≥ 2,5 terhadap pasir kuarsa yang merupakan mineral
pengotor dominan pada kapal isap maupun kapal keruk, sehingga metode gravity
concentration dapat di terapkan dalam proses pencucian bijih timah, sedangkan
untuk memisahkan cassiterite dengan pyrite sulit dilakukan perhitungan
concentration criterion (CC) karena CC ≤ 2,5.
Ukuran butir mineral juga berpengaruh pada proses pemisahan. Pemilihan
alat pemisahan dapat juga dilihat dari kondisi karakteristik butir dari mineral serta
ukuran butir mineral itu sendiri (Gambar 2.1).

Gambar 2.1. Batas Ukuran Partikel Untuk Proses Konsentrasi (Kelly dan
Spottswood, 1982)

Teknologi pengolahan bahan galian metode gravity concentration yang


sering digunakan antara lain :

56 Universitas Sriwijaya
57

a. Shaking Table (meja goyang)

Tabling adalah suatu proses konsentrasi untuk memisahkan antara mineral


berharga dengan mineral tidak berharga, mendasarkan pada perbedaan berat jenis
mineral melalui aliran fluida yang tipis (Gambar 2.2). Proses ini termasuk dalam
flowing film concentration. Alat yang digunakan adalah shaking table. Prinsip
pemisahan dalam tabling ialah ukuran mineral harus halus karena proses
konsentrasi ini mendasarkan pada aliran fluida tipis. Gaya dorong air terhadap
partikel yang sama besarnya tapi berbeda berat jenisnya, maka partikel yang
ringan akan mengalami dorongan air yang lebih besar dari partikel berat.

Gambar 2.2. Shaking Table (Nesbitt A.B., 2001)

Gerakan maju mundur dari head motion maka partikel yang berat akan
melaju lebih jauh dari partikel yang ringan sampai akhirnya partikel-partikel
tersebut masuk ke tempat penampungan. Aliran air yang turbulen didapatkan
dengan cara memasang alat yaitu riffle dengan demikian partikel yang ringan akan
cenderung untuk meloncat dari riffle satu ke riffle lainnya dibanding partikel yang
berat yang hanya akan menggelinding searah dengan riffle tersebut. Proses ini
berjalan terus menerus sehingga antara mineral yang mempunyai berat jenis besar
dengan yang ringan dapat terpisahkan.

b. Sluice Box (Sakhan)

Prinsip pemisahan pada sluice box (shakan) adalah memisahkan antara


mineral berharga dengan yang tidak berharga mendasarkan atas gaya beratnya.
57 Universitas Sriwijaya
58

Alat ini berbentuk kotak yang bagian dalamnya dilengkapi dengan riffle, yang
gunanya untuk menahan material yang mempunyai berat jenis relatif besar
dibandingkan dengan material lain sehingga mampu mengimbangi gaya dorong
dari alir an air. Faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya dalam melakukan
operasi pemisahan dengan alat ini adalah :
1) Kecepatan aliran dan ketebalan aliran fluida

Kecepatan dan ketebalan aliran fluida terlalu besar maka mineral yang ada baik
itu mineral berat maupun ringan dan ketebalan yang besar dari fluida akan
membuat arus turbulen yang besar dan ini yang membuat material meloncat
dari riffle.
2) Berat jenis material yang akan dipisahkan

Berat jenis dari material harus cukup besar karena material itu harus dapat
mengimbangi derasnya arus dengan gaya berat sehingga material itu akan
dapat terhalangi oleh riffle. Material yang mempunyai berat jenis yang kecil,
akan hanyut terbawa oleh aliran air.
3) Banyaknya air

Air yang digunakan untuk memisahkan mineral ini hanya sedikit, maka
mineral tersebut tidak akan dapat terpisahkan atau hasilnya adalah heterogen.
4) Ketinggian riffle

Ketinggian riffle harus sebanding dengan ketebalan aliran air, paling tidak
harus melebihi +/- 0,5 cm dari permukaan riffle, hal ini bertujuan agar material
dapat melewati riffle bersama aliran air diatas permukaan riffle.
5) Panjang box

Panjang box sangat menentukan karena makin panjang akan semakin besar
kemungkinan material itu untuk tersangkut pada riffle sehingga hasilnya
semakin besar.

c. Humphrey Spiral

Humphrey Spiral (Gambar 2.3) merupakan alat penetrasi pemisahan mineral


berat dan mineral ringan yang berbentuk spiral yang menggunakan gaya

58 Universitas Sriwijaya
59

sentrifugal dan air sebagai media konsentrasi. Metode pemisahan ini teramasuk
kedalam metode gravity concentration.
Prinsip kerja dari alat ini adalah umpan dimasukkan kedalam kotak
penampung umpan. Kemudian dengan menggunakan pompa air, larutan umpan
dipompa keatas spiral. Larutan umpan akan terlebih dahulu melewati
hydrocyclone. Pada hydrocyclone umpan dipisahkan menjadi mineral berat dan
mineral ringan. Mineral berat akan keluar dari hydrocylone melalui pipa bagian
bawah, sedangkan mineral ringan keluar dari pipa bagian atas.

Gambar 2.3 Humprey Spiral (Nesbit, A.B., 2001)

Umpan memasuki saluran spiral dalam bentuk campuran yang hampir


homogen. Larutan air beserta umpan mengalir mengelilingi jalur spiral,
pemisahan terjadi pada bidang vertikal. Pemisahan biasanya terjadi sebagai hasil
perpaduan dari hindered settling dan interstitial trickling. Hasil yang terjadi
adalah partikel-partikel yang berat akan mengalir pada daerah dengan kecepatan

59 Universitas Sriwijaya
60

rendah, pada sisi dalam dari bidang spiral, sedangkan partikel-partikel yang ringan
akan mengalir pada daerah dengan kecepatan tinggi, pada sisi luar bidang spiral.
Daerah berkecepatan rendah diletakkan splitter, yaitu lubang yang didesain
dan berfungsi untuk menampung mineral berat atau dalam hal ini adalah mineral
berharga. Konfigurasi dan letak (posisi) dari splitter dapat diatur sesuai dengan
konsentrat yang akan dihasilkan. Hasil akhir yang didapat pada pemisahan dengan
menggunakan metode humphrey spiral adalah concentrate, middling dan tailing.

d. Jig

Jig (Gambar 2.4) biasanya digunakan untuk konsentrat yang relatif kasar
hingga halus dan range ukuran umpan cukup sempit. Metode pemisahannya yaitu
pemisahan mineral yang berbeda berat jenisnya sehingga terjadi stratifikasi.
Fungsi alat jig adalah untuk meningkatkan kadar mineral tertentu.

Gambar 2.4 Jig (Nesbit, A.B., 2001)

Prinsip kerja alat ini adalah apabila terjadi pultion maka bed akan terdorong
naik. Sehingga batuan pada lapisan bed akan merenggang karena adanya tekanan.
Kesempatan ini akan dimanfaatkan oleh mineral berat untuk
menerobos bed masuk ke tangki sebagai konsentrat sedangkan mineral ringan
akan terbawa oleh aliran horizontal diatas permukaan bed dan akan
terbuang sebagai tailing. Suction terjadi akan menyebabkan bed menutup kembali
sehingga mineral berat berukuran besar dan mineral ringan berukuran besar tidak

60 Universitas Sriwijaya
61

berpeluang masuk ke tangki. Mineral berat berukuran besar akan mengendap


diatas bed untuk menunggu kesempatan pulsion berikutnya, sedangkan mineral
ringan berukuran besar akan terbawa aliran arus horizontal.

2.3. Proses Pemisahan Mineral pada Jig


Jig merupakan alat pemisah mineral utama terhadap mineral pengotor
lainnya berdasarkan perbedaan nilai specific gravity dari mineral (Pryor, E.J.,
1965). Proses pemisahan mineral didalam jig dapat terjadi akibat adanya prinsip
klasifikasi mineral pada medium berupa fluida. Dalam hal ini medium yang
digunakan adalah air laut dengan berat jenis 1,03.
a. Teori Jigging

Jigging adalah suatu proses pemisahan bijih dalam suatu media cair dengan
alat jig berdasarkan perbedaan berat jenis. Jig bekerja secara mekanis yang
menggunakan prinsip perbedaan kemampuan menerobos dari butiran yang
akan dipisahkan terhadap suatu lapisan pemisah (bed).
b. Prinsip Jigging

Proses jigging terjadi gerakan tekanan (pulsion) dan isapan (suction) akibat
gerakan naik turun membran. Pultion terjadi maka bed akan terdorong naik,
sehingga batuan pada lapisan bed akan merenggang karena adanya tekanan.
Kesempatan ini akan dimanfaatkan oleh mineral berat untuk menerobos bed
masuk ke tangki sebagai konsentrat sedangkan mineral ringan akan terbawa
oleh aliran horizontal diatas permukaan bed dan akan terbuang sebagai tailing.
Suction terjadi sehingga bed menutup kembali sehingga mineral berat
berukuran besar dan mineral ringan berukuran besar tidak berpeluang masuk ke
tangki. Mineral berat berukuran besar akan mengendap diatas bed untuk
menunggu kesempatan pulsion berikutnya, sedangkan mineral ringan
berukuran besar akan terbawa aliran arus horizontal. Pada pemisahan partikel
mineral dalam proses jigging dipengaruhi tiga faktor, antara lain:
1. Differential acceleration

Awal jatuhnya mineral pada suatu fluida maka akan terjadi dua
proses yaitu, mineral dengan berat jenis yang besar akan lebih cepat jatuh
dibandingkan mineral yang memiliki berat jenis yang ringan. Differential

61 Universitas Sriwijaya
62

acceleration (Gambar 2.5) merupakan faktor perbedaan kecepatan jatuh


partikel mineral ke bed, karena adanya gerakan yang terjadi pada jig, hal ini
akan menyebabkan partikel mineral yang memiliki berat jenis besar akan
memiliki kecepatan jatuh yang lebih besar. Proses gerak jatuhnya mineral
menuju dasar fluida, kecepatan dari jatuhnya mineral akan dipengaruhi oleh
beberapa gaya, diantaranya gaya apung dan gesekan dengan fluida yang akan
menghambat kecepatan jatuh dari mineral/partikel (sama dengan prinsip free
settling).

F  m.a - R ………………………………………………………………(2.2)

 m  m'g …………………………………………………………(2.3)
dv
m
dt
dv m  m' dv   
 g  1 g ………………………………………(2.4)
dt m dt   ' 

Dimana:
R : tahanan fluida (gaya apung dan gaya gesek fluida)
 : berat jenis mineral
 ' : berat jenis fluida

Gambar 2.5 Differential Acceleration (Nesbit, A.B., 2001)

Pada proses ini kecepatan dari mineral hanya dipengaruhi oleh berat jenis
mineral dan berat jenis fluida. Proses ini tidak dipengaruhi oleh ukuran dari
mineral (karena kondisi berlangsung pada free settling).

62 Universitas Sriwijaya
63

2. Hindered settling
Hindered settling adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh gaya
pultion (dorong) dan suction (isap) dari panjang pukulan yang mengakibatkan
timbulnya hentakan pada suatu medium yang mengakibatkan adanya
perubahan kecepatan pengendapan partikel pada suatu pulp yang bergejolak.
Partikel-partikel yang memiliki bentuk ukuran dan berat jenis yang berbeda,
akan memiliki kecepatan pengendapan yang berbeda (Gambar 2.6). Bentuk
ukuran dan berat jenis partikel akan menentukan besarnya gaya pengendapan
(∑F) dari suatu partikel (Pryor, E.J., 1965). Persamaan dari hindered settling
dapat dilihat pada persamaan berikut :

∑F = mg – m’g – drag force…………………………………………………(2.5)

dengan

mg = (V.  ) g……………………………………………………………...(2.6)

Dimana :
m : massa partikel
V : Volume partikel

 : Berat jenis partikel

g : Gaya gravitasi

Kondisi hindered settling besarnya gaya pulsion (Fpulsion) akan diteruskan


sama besar untuk setiap partikel. Partikel dengan gaya pengendapan lebih besar
dari gaya pulsion (∑F > FPulsion), akan tetap tenggelam, sedangkan partikel
dengan gaya pengendapan yang lebih kecil dari gaya pulsion (∑F < FPulsion), akan
terangkat menuju permukaan fluida, hal ini akan menimbulkan perbedaan
kecepatan pengendapan partikel. Kondisi ini seperti digambarkan pada (Gambar
2.6).

63 Universitas Sriwijaya
64

Gambar 2.6 Hindered Settling (Nesbit, A.B., 2001)

Gambar 2.7 Proses Klasifikasi pada (a) Free Settling, (b) Hindered Settling
(Nesbit, A.B., 2001)

Mineral yang jatuh menuju medium pemisah (fluida) nilai terminal


velocity dari mineral akan menentukan posisi dari mineral pada proses
pemisahan. (Gambar 2.7) (a) posisi mineral berat dengan mineral ringan tidak
jauh berbeda, sehingga pemisahan pada sistem ragging akan sulit untuk
dilakukan, sementara pada gambar (Gambar 2.7) (b) kondisi mineral ringan
dengan mineral berat telah memiliki perbedaan posisi yang sangat mencolok,
sehingga pemisahan dari mineral pada sistem ragging akan sangat mudah
untuk dilakukan, hal ini disebabkan karena adanya gaya pultion dan suction
dari stroke.

3. Consolidation trickling

Consolidation trickling (Gambar 2.8) pada akhir jatuh merupakan


suatu keadaaan pada saat suction dari bed. Bed akan merapat sehingga mineral

64 Universitas Sriwijaya
65

yang mempunyai ukuran butir yang kecil dengan berat jenis besar akan
mempunyai kesempatan untuk menerobos celah-celah dari bed.

Gambar 2.8 Consolidation Trickling (Nesbit, A.B., 2001)

Ketiga proses tersebut terjadilah proses pemisahan mineral yang memiliki


perbedaan dalam berat jenis pada jig. Proses pemisahan mineral tersebut,
perbedaan dari nilai terminal velocity dari suatu mineral menjadi faktor yang
utama pada proses pemisahan. Siklus jigging (Gambar 2.9) merupakan suatu
bentuk gelombang yang sebangun dan bergerak secara teratur serta berulang-
ulang yang diakibatkan oleh pulsion dan suction (Nesbit, A.B.)
Titik A merupakan titik dimulainya siklus penggerak pada jig (Gambar
2.10), ketika feed masuk menuju jig, maka mineral berat akan memiliki nilai
terminal velocity yang lebih besar dari mineral ringan.
Kecepatan aliran ke atas yang disebabkan oleh panjang pukulan terus
meningkat maka jig bed akan terangkat sehingga ragging akan terbuka. Waktu
antara A dan B sangat kecil, maka terjadi efek differential acceleration dimana
mineral berat akan terlebih dahulu sampai ke dasar bed dibandingkan mineral
ringan.

65 Universitas Sriwijaya
66

Kecepatan aliran pada tiitk B ke atas semakin besar, sampai mencapai


puncaknya pada titik C, dalam keadaan ini mineral yang mempunyai kecepatan
pengendapan yang lebih besar dari kecepatan aliran keatas akan terus mengendap

PULTION

sedangkan mineral yang mempunyai kecepatan aliran pengendapan yang lebih


kecil dari kecepatan aliran keatas akan terangkat keatas terbawa aliran mendatar
(cross flow) dan menjadi tailing. Kondisi ini disesuaikan dengan kondisi
hindered settling.

Gambar 2.9 Ideal Jigging Process (Nesbit, A.B., 2001)

Pengendapan mineral pada titik D dimulai oleh mineral berukuran besar,

SUCTION

kemudia mineral yang berukuran halus. Keadaan ini merupakan kombinasi antara
differential acceleration dan hindered settling, dimana sebagian besar mineral
berukuran besar akan terletak pada dasar lapisan jig bed.

66 Universitas Sriwijaya
67

Gambar 2.10 Siklus Penggerak pada Jig (Nesbit, A.B., 2001)

Transisi antara pultion dan suction terjadi pada titik E, lapisan bed mulai
menutup. Keadaan ini mineral berat yang berukuran kecil masih mempunyai
kesempatan untuk terus bergerak turun menerobos celah-celah dari ragging,
sedangkan mineral berukuran besar atau mineral ringan yang berukuran besar
akan tertahan dalam jig bed, dalam hal ini efek consolidation trickling yang
berlaku. Pergerakan panjang pukulan akan menghasilkan dua gaya yang berperan
utama pulsion dan suction. Pultion ragging akan terbuka, sedangkan suction
ragging akan tertutup. Kondisi consolidation trickling, maka gaya yang dihasilkan
panjang pukulan, merupakan gaya suction.

2.4. Jig Tipe Pan American


Jig tipe Pan American (Gambar 2.11) merupakan salah satu alat pemisah
yang digunakan dengan menggunakan metode gravity concentration. Jig tipe ini
bisa memisahkan mineral halus.

Gambar 2.11 Sketsa Penampang Bagian dalam Jig Type Pan-American (PT.
Timah (Persero) Tbk, 2011)

67 Universitas Sriwijaya
68

Prinsip kerja alat jig tipe Pan American ini adalah apabila
terjadi pulsion maka bed akan terdorong naik, sehingga batuan pada
lapisan bed akan merenggang karena adanya tekanan. Kesempatan ini akan
dimanfaatkan oleh mineral berat untuk menerobos bed masuk ke tangki sebagai
konsentrat sedangkan mineral ringan akan terbawa oleh aliran horizontal diatas
permukaan bed dan akan terbuang sebagai tailing.
Suction terjadi sehingga bed menutup kembali sehingga mineral berat
berukuran besar dan mineral ringan berukuran besar tidak berpeluang masuk ke
tangki. Mineral berat berukuran besar akan mengendap diatas bed untuk
menunggu kesempatan pultion berikutnya, sedangkan mineral ringan berukuran
besar akan terbawa aliran arus horizontal.
Gerakan pultion dan suction pada jig tipe Pan American dihasilkan dari
diafragma yang terbuat dari karet. Diafragma mengembang dan mengempis
sehingga menimbulkan gerakan keatas. Diafragma terletak pada bagian dalam
dari alat tersebut yang digerakkan oleh torak yang naik turun karena dihubungkan
dengan eksentrik. Underwater disalurkan pada bagian bawah saringan melalui
sebuah klep pada saat diafragma bergerak.

2.4.1. Bagian – bagian Penting Pada Jig Pan American


Berikut ini adalah bagian – bagian penting pada jig pan america, yaitu :
a. Saringan (Rubber Screen)

Saringan gunanya untuk menahan bed (hematite) jangan sampai turun ke


bawah dan melewatkan atau meloloskan bijih timah. Pada umumnya saringan
dibuat dari bahan yang tahan terhadap korosi seperti pospor brons, baja tahan
karat dan karet. Ukuran lubangnya harus lebih kecil dari hematite dan lebih
besar dari bijih timah, biasanya dipakai dengan ukuran 4 x 10 mm untuk
kompartemen A dan ukuran 3 x 10 mm untuk kompartemen BC, ukuran lubang
6-10. Saringan berukuran lebih besar diletakan melintang terhadap arah aliran,
dengan tujuan agar lubang saringan tidak mudah buntu atau tersumbat.
b. Bed

68 Universitas Sriwijaya
69

Bed adalah lapisan material diatas saringan jig, yang terdiri dari
batu hematite yang berfungsi sebagai bahan perantara dalam memisahkan bijih
timah yang berat jenisnya lebih tinggi dengan bijih yang berat jenisnya lebih
rendah.
c. Afsluiter Underwater

Afsluiter underwater sebagai pengatur crossflow dan mengatur pemasukan air


ke tiap tangki jig dan menjaga keseimbangan air dalam jig, maka air perlu
ditambahkan dan dimasukkan ke dalam jig dari bagian bawah
saringan (hutch), disebut underwater atau hutchwater. Fungsi yang terpenting
adalah untuk mengontrol pemisahan antara concentrate dan tailing dalam jig,
sehingga tailing yang sudah masuk ke dalam jig bed dapat didorong kembali
ke atas dan keluar sebagai tailing.
d. Kisi – Kisi (Rooster)

Rooster adalah alat yang berguna untuk menjepit saringan jig dan menahan bed
agar tetap di tempat. Rooster dibuat berpetak-petak supaya bed tersebar merata
di seluruh permukaan jig. Bahan rooster terbuat dari kayu (papan) dan
dari plat (besi) yang di lapisi oleh karet.
e. Alat Penggerak

Alat penggerak atau disebut juga motor penggerak berfungsi untuk membuat
gerakan isapan dan tekanan secara terus menerus (continuitas). Alat yang
digunakan sebagai penggerak menggunakan pompa hidrolik yang dihubungkan
dengan satu sumbu eksentrik yang dibagi untuk 2 kompartemen AB dengan
panjang stang yang sama secara mekanis. Stang balance diafragma merupakan
salah satu alat penggerak untuk proses pencucian, yang dipergunakan pada jig
type Pan American. Stang balance diafragma ini berfungsi untuk merubah
gerakan berputar yang ditimbulkan oleh pompa hidrolik menjadi gerakan atas
bawah. Alat ini fungsinya untuk menimbulkan isapan (suction) dan dorongan
(pultion) pada permukaan bed jig. Gerakan atas bawahnya dapat disesuaikan
dengan kebutuhan.
f. Membran

Membran berfungsi untuk memberikan gaya isapan (suction) dan


dorongan (pultion) dengan menutup rapat antara tangki dan torak yang

69 Universitas Sriwijaya
70

digerakan oleh motor penggerak. Membran ini harus diklem dengan kuat,
sehingga tidak terjadi kebocoran atau lepas dan tidak boleh di cat karena akan
mengakibatkan mudah retak dan pecah.
g. Spigot

Spigot merupakan alat untuk mengeluarkan concentrate yang keluar melewati


saringan dan untuk mengatur jumlah air di dalam tangki jig. Bentuk
dari spigot ialah kerucut yang berbahan dari karet. Spigot harus sering dirawat
agar tidak mengalami kebuntuan .

2.4.2. Faktor – faktor Kinerja Pan American Jig


Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja jig, antara lain :
a. Sifat-sifat umpan (feed), yakni:

1. Bentuk dan ukuran feed

Semakin besar ukuran butir mineral, maka recovery semakin tinggi, tetapi ada
satu hal yang harus diperhatikan, makin besar ukuran partikel mineral makin
makin cepat pula pemadatan pada bed, sehingga terjadi kebuntuhan yang
mengakibatkan feed yang masuk berikutnya tidak dapat menerobos bed.
2. Kadar mineral

Makin tinggi atau kaya kadar mineral berharga yang masuk sebagai feed, maka
recovery akan semakin tinggi dan semakin banyak kadar mineral pengganggu
yang masuk sebagai feed pemisahan semakin sulit, berarti perolehan recovery
akan rendah.
3. Berat jenis mineral

Semakin tinggi berat jenis mineral berharga terhadap mineral pengganggu


maka recovery akan semakin tinggi.
b. Parameter-parameter pada proses jigging

Proses pemisahan dengan menggunakan alat jig, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi efektifitas kerja jig, adapun parameter yang mempengaruhi proses
pemisahan tersebut antara lain :
1. Panjang pukulan

70 Universitas Sriwijaya
71

Panjang pukulan adalah jarak yang ditempuh oleh torak atau membran dari
awal dorongan (pulsion) hingga akhir hisapan (suction). Pengaturan nilai
panjang pukulan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut, yaitu berat
jenis, ukuran butir, jumlah mineral ikutan, dan kekayaan timah yang digali.
Panjang pukulan berpengaruh terhadap recovery dan kadar konsentrat.
Konsentrat yang bersih didapatkan dengan cara menggunakan panjang pukulan
yang kecil dan cepat dimana pultion akan ditahan dengan menggunakan
underwater dalam jumlah yang banyak, tetapi cassiterite tidak tertangkap
semua terutama yang ukuran butir halus dan akan lari ke tailing sehingga
recovery menjadi rendah. Tailing yang bersih didapatkan dengan cara
menggunakan panjang pukulan yang digunakan lebih besar sehingga panjang
pukulan bergerak lambat dan suction akan kuat dengan menggunakan back
water yang sedikit. Panjang pukulan yang relatif pendek dan cepat dengan back
water yang banyak digunakan untuk memisahkan feed yang berkadar tinggi,
tetapi untuk feed dengan kadar yang rendah biasanya digunakan panjang
pukulan yang besar dan lambat.
Panjang pukulan pada jig berbanding terbalik dengan jumlah pukulan per
menit. Ukuran butir dari mineral berbanding lurus dengan panjang pukulan dan
berbanding terbalik dengan jumlah pukulan per menit (Azwardi Ichwan, 2012)
Hal ini dapat dilihat dari persamaan berikut :

S = 60.v x f/2n…………………………………………………..…(2.7)

Keterangan:
S = Panjang pukulan (mm)
v = Kecepatan pengendapan partikel (mm/detik)
n = Jumlah pukulan (pukulan/menit)
f = Faktor luas permukaan tiap cell jig, untuk PA jig = 2,2

Persamaan diatas diketahui bahwa untuk perolehan kadar yang baik, maka
peningkatan panjang pukulan harus disertai dengan pengurangan jumlah pukulan
permenit dan sebaliknya, sedangkan penyesuaian panjang pukulan dipengaruhi

71 Universitas Sriwijaya
72

oleh ukuran butir mineral. Semakin besar ukuran butir konsentrat maka panjang
pukulan semakin besar, begitu juga sebaliknya.
Laju kecepatan pengendapan mineral berdasarkan kondisi butir pada fluida
dapat dihitung dengan rumus (Azwardi Ichwan, 2012) :

v  26,32 D(p - p')......................................................................(2.8)

Keterangan:
v = Kecepatan pengendapan partikel (mm/s)
D = Diameter partikel (mm)
 = Berat jenis partikel
' = Berat jenis fluida

2. Kecepatan aliran horizontal

Kecepatan aliran horizontal adalah kecepatan air yang mengalir diatas


lapisan bed. Fungsi aliran horizontal adalah untuk membawa material ringan,
baik yang berukuran besar maupun kecil. Kecepatan aliran horizontal yang
terlalu besar, mineral berukuran halus akan ikut terbuang bersama tailing,
sedangkan kecepatan aliran horizontal yang lebih kecil dari kecepatan
pengendapan mineral ringan, maka akan mengendap diatas permukaan jig bed
sehingga akan mengganggu proses jigging.
3. Ketebalan lapisan dan ukuran butir bed

Batu jig/hematit berfungsi sebagai media pemisah yakni untuk menahan


mineral ringan agar sekecil mungkin turun ke dalam tangki jig, dan memberi
peluang yang sebesar-besarnya kepada mineral berat (termasuk timah) turun ke
dalam tangki jig. Ukuran butiran batu hematit harus disesuaikan, bed jangan
terlalu tebal sebab apabila terlalu tebal (penuh) maka tidak ada lagi kantong
untuk menjebak material sebelum terkonsentrasi menjadi konsentrat. Jumlah
batu hematite yang dibutuhkan tiap cell dapat dihitung dengan rumus:
4. Volume air tambahan (underwater)

Sejumlah air ini yang berada dalam tangki jig adalah merupakan media
penghantar efektif pukulan terhadap daerah pemisahan/daerah suspensi. Jumlah

72 Universitas Sriwijaya
73

air yang terlalu kecil maka efektif pukulan tidak berlanjut ke daerah suspensi
dan proses pemisahan tidak terjadi. Underwater yang terlalu banyak seolah-
olah tertekan ke permukaan pemisahan dan dapat mempengaruhi proses
suspensi, sebaliknya underwater diatur sedemikian rupa, seakan-akan air
tersebut keluar melalui permukaan jig dalam keadaan bebas tanpa tekanan.
5. Ukuran lubang spigot

Spigot adalah suatu lubang yang berfungsi sebagai tempat keluarnya


konsentrat hasil pemisahan. Besarnya ukuran lubang spigot ini akan
mempengaruhi volume air yang terdapat dalam tangki jig. Ukuran lubang
spigot yang terlalu besar, maka volume air yang keluar melalui lubang spigot
akan menjadi besar, hal ini akan mengakibatkan tangki jig menjadi kosong dan
jig akan mengalami kekurangan air. Keseimbangan air didalam jig dapat dijaga
dengan membuat ukuran lubang spigot sekecil mungkin, hal ini bertujuan agar
pada proses pemisahan berikutnya tidak terjadi kelebihan air dan pemakaian air
tambahan dapat terjaga.
6. Motor jig

Motor jig merupakan motor penggerak pukulan yang menyebabkan


terjadinya pulsion dan suction pada proses pemisahan. Penentuan daya atau HP
motor yang digunakan berdasarkan beban yang akan didorong pada saat
pultion, jumlah putaran gear box dan panjang pukul motor yang digunakan.
7. Jig screen

Jig screen merupakan saringan yang terbuat dari kawat (ketebalan kawat
1,5 mm) yang dipasang diantara rooster bawah dan atas. Semakin besar ukuran
lubang bukaan jig screen maka recovery semakin tinggi (kebuntuan makin
lambat).

2.5. Penentuan Nilai Variabel Panjang dan Jumlah Pukulan pada Jig
Proses pemisahan mineral pada jig dilakukan pada fluida dengan
kondisi hindered settling. Stroke merupakan mekanisme pembentukan
kondisi hindered settling pada jig. Stroke memiliki dua variabel utama yang
saling berhubungan, yaitu variabel panjang stroke dan variabel jumlah stroke
per menit. Kedua nilai variabel dari stroke berhubungan dengan perolehan

73 Universitas Sriwijaya
74

kadar konsentrat dari jig. Pengaturan dari nilai variabel-variabel panjang


stroke dan jumlah stroke disesuaikan dengan laju kecepatan pengendapan
mineral, hal ini dilakukan untuk perolehan kondisi hindered settling yang
sesuai dengan gerak jatuh dari mineral-mineral pada fluida.
Pergerakan stroke dapat diasumsikan sebagai suatu gelombang
sinusoidal, dengan nilai amplitudo gelombang sama dengan panjang stroke
dan frekwensi gelombang sama dengan jumlah pukulan stroke per menit.
Pergerakan stroke yang naik turun secara terus menerus dengan nilai
variabel amplitudo dan frekwensi stroke yang tetap. Jig merupakan media
pemisah mineral berdasarkan kondisi hindered setlling, sehingga pergerakan
mineral pada jig akan dipengaruhi oleh gaya-gaya dari stroke, dan gaya yang
mempengaruhi pergerakan mineral. Gaya pultion dan suction dari stroke
menghasilkan fluidization velocity. Fluidization velocity merupakan
kecepatan aliran dari fluida yang dihasilkan stroke. Arah aliran dari
fluidization velocity akan berlawanan dengan arah pengendapan mineral pada
saat terjadi pultion, sedangkan pada saat suction arah aliran fluidization
velocity akan searah dengan pengendapan mineral (Gambar 2.12)

Gambar 2.12 Arah Gerak Fluidization terhadap Terminal Velocity Mineral pada
(a) Kondisi Pultion (b) Kondisi Suction

Perolehan nilai fluidization velocity, diperoleh hubungan antara nilai


variabel stroke, dengan terminal velocity dari mineral, hal ini dapat terlihat
dari hubungan gaya dengan kecepatan dari mineral (energi kinetik), untuk
menciptakan kondisi yang ideal pada hindered settling. Besarnya nilai

74 Universitas Sriwijaya
75

kecepatan fluidization harus sama atau mendekati nilai terminal velocity


dari mineral konsentrat (kasiterit). Sehingga diperoleh kondisi:
 U > Vp mineral ringan. Mineral ringan akan terdorong menjauhi dasar
bed pada saat pultion, sehingga ketika terjadi suction mineral ringan
tidak akan sempat melewati ragging dari bed yang telah menutup
terlebih dahulu.

 U < Vp mineral ringan. Mineral akan tetap bergerak menuju bed dengan
pengurangan laju kecepatan akibat dari gaya pultion stroke dan ketika
terjadi suction mineral ringan mampu melewati ragging.

 U = Vp mineral berat. Kecepatan pengendapan mineral Vp = 0 ketika


terjadi pultion, dalam hal ini mineral tidak akan terdorong ke
permukaan, dan pada saat terjadi suction mineral akan bergerak
menuju dasar bed dengan kecepatan Vp = U.

Terminal velocity partikel merupakan kecepatan pengendapan


partikel didalam suatu fluida. Partikel dipengaruhi tiga gaya utama yang
bekerja dalam pengendapannya yaitu gaya gravitasi, gaya tahanan fluida dan
gaya drag force (Gambar 2.13).
Gaya gravitasi merupakan gaya tarik bumi terhadap partikel yang
bergerak menuju dasar fluida. Gaya drag force dan gaya tahanan fluida
merupakan gaya yang bergerak menuju permukaan fluida. Gaya grafitasi
dari bumi akan mengalami gaya hambatan yang diberikan oleh fluida
terhadap partikel yang bergerak, adapun gaya penghambat yang bekerja
terhadap partikel adalah gaya drag force dan tahanan fluida.

Gambar 2.13 Gaya-Gaya yang berpengaruh pada Gerak Jatuh Partikel di Fluida

75 Universitas Sriwijaya
76

Hubungan nilai kecepatan fluidization dengan gelombang gerak dari stroke


adalah kecepatan fluidization merupakan kecepatan cepat rambat gelombang
sinusoidal, sehingga :

2  A 2 t
U sin
T1 T2 …………………………………………………(2.9)

Dimana :
A : Amplitudo stroke (m)
T1 : Waktu (s)
T2 : Waktu satu pukulan stroke (1/frekwensi) (s)
U : Fluidization velocity (m/s)

Nilai fluidization velocity pada jig sama dengan nilai terminal velocity
mineral, sehingga:

U = V…………………………………………………………………(2.10)

60  Vp
A …………………………………………………… (2.11)
n 

Dimana :
A : amplitudo (panjang stroke) (mm)
U : fluidization velocity (mm/detik)
Vp : kecepatan pengendapan partikel (mm/detik)
n : jumlah pukulan per menit
 : 3,14

2.6. Material Balance dan Recovery


Operasi pengolahan bijih harus selalu berlaku konsep material balance yang
artinya berat yang masuk harus sama dengan berat yang keluar. Secara matematis
mineral balance dirumuskan sebagai berikut (Taggart. A. F, 1944) :

76 Universitas Sriwijaya
77

F = C + T ......................................................(2.12)

Keterangan:
F = berat feed, ton
C = berat consentrat, ton
T = berat tailing, ton

Sedangkan untuk material balance dirumuskan sebagai berikut :

F.f = C.c + T.t ...................................(2.13)


Keterangan:
F = berat feed, ton
f = kadar mineral tertentu di dalam feed, %
C = berat consentrat, ton
c = kadar mineral tertentu di dalam konsentrat, %
T = berat tailing, ton
t = kadar mineral tertentu di dalam tailing, %

Istilah perolehan timbul karena proses pengolahan bijih tidak berlangsung


secara sempurna, yang berarti ada sebagian mineral berharga masuk ke dalam
tailing yang akhirnya dibuang, sehingga dapat dihitung perbandingan antara berat
mineral berharga dalam konsentrat dengan berat mineral berharga dalam umpan
yang disebut dengan perolehan (recovery). Secara matematis recovery dapat
dirumuskan pada persamaan berikut:

Rec = x 100% ……………...........................(2.14)

Rec = C.c
 100% …………...........................(2.15)
C.c  T .t

77 Universitas Sriwijaya
78

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada tanggal 26 Oktober 2015 dan berakhir pada
tanggal 14 Januari 2016. Jadwal kegiatan penelitian ini dapat dilihat pada
(Tabel 3.1).

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian

Bulan
N
Uraian Kegiatan Oktober November Desember Januari
o.
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
1 Orientasi Lapangan
Pengumpulan Referensi
2
dan Studi Literatur
3 Pengambilan Data
Pengolahan Data,
4 Konsultasi dan
Bimbingan
Penyusunan Laporan
5
dan Bimbingan

3.2. Tempat Penelitian


Tempat penelitian berlokasi di perusahaan PT. Timah (Persero) Tbk,
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu di Kapal Isap Produksi (KIP) Timah
11. Daerah penelitian dapat ditempuh melalui jalur darat menggunakan
kendaraan roda dua atau roda empat dengan rute Pangkal Pinang – Belinyu –
Mentok – Lokasi Operasi KIP Timah 11 PT. Timah (Persero) Tbk, (Gambar 3.1).
Perjalanan dari Pangkal Pinang ke Belinyu dapat ditempuh selama ± 2 jam (± 68
km). Perjalanan dari Belinyu ke Mentok ± 3 jam (± 90 km) dan dari Dermaga
Mentok menuju ke lokasi penambangan KIP Timah 11 di Laut Belo, dapat
ditempuh dalam waktu ± 45 menit (± 20 km).
Penelitian dilakukan di KIP Timah 11, adapun penyusunan laporan dan
pengambilan data di lakukan di kantor pusat PT. Timah (Persero) Tbk
Pangkalpinang.

78 Universitas Sriwijaya
79

600000
550000

700000
650000
LOKASI PENELITIAN

700000
650000
600000
550000

Gambar 3.1. Lokasi Penelitian (PT. Timah (Persero) Tbk, 2015)

3.3. Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan adalah mempelajari studi literatur yang
ada, observasi lapangan ke KIP Timah 11, kemudian pengambilan sample untuk
pengumpulan data primer dan data sekunder, selanjutnya dilakukan analisis grain
counting analysis (GCA) sample di laboratorium eksplorasi. Berdasarkan data
primer dan data sekunder tersebut dilakukan pengolahan data untuk dianalisis
yang selanjutnya dilakukan pembahasan kajian secara teknis peningkatan
recovery pada proses pencucian cassiterite dan monazite.
3.3.1. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan bahan-bahan pustaka
yang berhubungan dengan proses pencucian menggunakan KIP Timah 11 serta
literatur yang berkaitan dengan penelitian.

79 Universitas Sriwijaya
80

3.3.2. Observasi Lapangan


Tahapan ini dilakukan untuk mengamati secara langsung kondisi lapangan
serta bagan alir proses pencucian bijih timah agar lebih mudah dalam proses
pengambilan dan pengukuran data yang dibutuhkan serta mengetahui kondisi alat
apakah siap untuk dilakukan ujicoba.

3.3.3. Pengambilan Data


Tahapan pengambilan data merupakan tahapan untuk mengambil data-data
yang dibutuhkan dalam penelitian, adapun data-data yang diambil antara lain :
a) Data Primer
Data primer merupakan data yang di ukur atau diamati langsung di lapangan,
data primer yang dibutuhkan yaitu pengukuran dan pengamatan terhadap nilai
variabel jig.
1. Kecepatan aliran horizontal (crossflow)
2. Ketebalan lapisan bed
3. Kebutuhan underwater
4. Nilai Panjang Pukulan
5. Nilai Jumlah Pukulan
b) Data Sekunder
Data sekunder merupakan data penunjang yang berasal dari literatur dan data
perusahaan yang berguna dalam penelitian. Adapun data sekunder yang
dibutuhkan yaitu :
1. Karakteristik Mineral
Data ini berfungsi untuk identifikasi karakteristik cassiterite dan monazite
agar dapat ditentukkan metode pemisahan dan alat pemisahannya yang tepat
untuk diterapkan.
2. Laporan Hasil Sampling
Data ini berfungsi sebagai data untuk melakukan perhitungan recovery
pencucian cassiterite dan monazite pada jig clean up.
3. Laporan Hasil Grain Counting Analysis (GCA)
Data ini berfungsi untuk mengetahui size distribution particel cassiterite
dan monazite, serta untuk menghitung kadar dari cassiterite dan monazite.

80 Universitas Sriwijaya
81

3.3.4. Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan data dilakukan dengan menganalisis data laporan hasil
sampling. Data primer dan sekunder yang telah diperoleh dari pengamatan di
lapangan dilakukan analisa dan diolah dengan menggunakan software yaitu
Microsoft Excel 2007 untuk mengetahui hubungan perubahan variabel nilai
panjang dan jumlah pukulan jig clean up. Berdasarkan hasil pengolahan data akan
dilakukan analisa untuk mengetahui pengaruh hubungan perubahan variabel nilai
panjang dan jumlah pukulan jig clean up terhadap peningkatan recovery.

3.3.5. Pembahasan
Pembahasan kajian teknis diperoleh dari analisis data laporan hasil
sampling dan laporan grain counting analysis (GCA) hasil ujicoba perubahan
nilai panjang pukulan dan jumlah pukulan. Pembahasan difokuskan pada hasil
penelitian yang diperoleh pada Ujicoba 1, Ujicoba 2, dan Ujicoba 3 yang telah
dilakukan.

3.3.6. Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan kesimpulan mengenai
penelitian yang telah dilakukan serta saran yang dapat direkomendasikan untuk
perusahaan dalam pertimbangan untuk dalam mengkaji peningkatan recovery
pencucian cassiterite dan monazite terutama pada jig clean up agar proses
pencucian dapat berjalan efektif dan diperoleh kadar cassiterite dan monazite
sesuai dengan SOP Pencucian KIP Timah 11.

3.3.7 Bagan Alir Metode Penelitian


Bagan alir daripada metode penelitian ditampilkan pada (Gambar 3.2).
Penelitian tentang kajian teknis peningkatan recovery pencucian cassiterite dan
monazite pada jig clean up di KIP Timah 11 PT. Timah (Persero) Tbk diawali
dengan mempelajari studi literatur yng berakaitan dengan penelitian kemudian
melakukan observasi ke lapangan yaitu KIP Timah 11 untuk melihat kondisi
kapal dalam keadaan siap untuk dilakukan penelitian, setelah itu dilakukan

81 Universitas Sriwijaya
82

pengambilan data sekunder berupa panjang dan jumlah pukulan jig pada masing-
masing kompartemen di jig clean up.
Pengambilan data primer berupa karakteristik mineral, laporan GCA dan
laporan hasil sampling yang kemudian dilakukan pengolahan data, didapatkanlah
hasil dan pembahasan yang menghasilkan kesimpulan dan saran.

Kajian Teknis Peningkatan Recovery Cassiterite dan Monazite pada Jig Clean
Up di Kapal Isap Produksi Timah 11 PT. Timah (Persero) Tbk

Studi Literatur

Observasi Lapangan

Pengambilan Data

Data Primer :
1. Kecepatan Aliran Horizontal Data Sekunder :
(crossflow) 1. Karakteristik Mineral
2. Ketebalan Lapisan Bed 2. Laporan Hasil Sampling
3. Kebutuhan Underwater 3. Laporan Grain Counting
4. Nilai Panjang Pukulan Analysis (GCA)
dan Jumlah Pukulan

Pengolahan dan Analisis Data

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran


Gambar 3.2 Bagan Alir Metode Penelitian

82 Universitas Sriwijaya
dad an
Saran
83

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


Kajian teknis proses pencucian cassiterite dan monazite diawali dengan
identifikasi karakteristik sifat fisik dan size distribution particle cassiterite dan
monazite KIP Timah untuk menentukan metode dan alat pemisahan yang tepat.

4.1.1. Karakteristik Sifat Fisik dan Size Distribution Particle Casssiterite dan
Monazite
Identifikasi karakteristik sifat fisik dan size distribution particle cassiterite
dan monazite dilakukan untuk mengetahui metode dan alat pemisahan yang tepat
dalam proses pencucian cassiterite dan monazite dimana kedua mineral ini
memiliki berat jenis yang berbeda dengan ukuran butir yang halus.

4.1.1.1. Karakteristik Sifat Fisik Casssiterite dan Monazite


Visualisasi cassiterite dan monazite memperlihatkan kenampakkan
perbedaan yang jelas antara warna dan kilap cassiterite dan monazite (Gambar
4.1). Karakteristik sifat fisik cassiterite dan monazite (Tabel 4.1) mempengaruhi
pada keefektifan pemisahannya dari mineral pengotornya dan mineral ikutan
lainnya (Lampiran 2).

(a)

(a)
(b)
Gambar 4.1 Visualisasi Cassiterite (a) dan Monazite (b) pada Mikroskop Elektron

83 Universitas Sriwijaya
84

Berdasarkan hasil analisis terhadap karakteristik cassiterite dan monazite


dapat dilakukan perhitungan nilai kriteria konsentrasi (KK) untuk menentukan
metode pemisahan yang tepat. Cassiterite dan monazite masing-masing
mempunyai berat jenis 6,9 dan 4,9 sehingga diperoleh nilai KK cassiterite dan
monazite terhadap mineral pengotor dominan (quartz) adalah 3,99 (cassiterite)
dan 2,63 (monazite) (Tabel 4.2).

Tabel 4.1 Karakteristik Sifat Fisik Cassiterite dan Monazite

Karakteristik Mineral
No Keterangan
Mineral Cassiterite Monazite
Coklat, Hitam,
Coklat Kehitam- Putih Susu atau Analisa Mikroskop
1 Warna Mineral
hitaman, Merah Putih Kekuningan Elektron
Kehitam-
Analisa Kimia
2 Rumus Kimia SnO2 (Ce,La,Y,Th)PO4
Kuantitatif
Analisa Kimia
3 Golongan Oksida Posfat
Kualitatif
Perhitungan Berat
4 Berat Jenis 6,9 4,9
Jenis
Analisa Mikroskop
5 Kilap Kilap Intan Kilap Damar
Elektron
Analisa Mikroskop
6 Bentuk Butir Sub Angular Sub Angular
Elektron
Laporan Hasil
7 Ukuran Butir 100 # 100 #
Sampling PT. Timah

Nilai KK cassiterite dan monazite lebih besar dari 2,5 yang artinya
pemisahan secara gaya berat menggunakan perbedaan berat jenis dapat dilakukan
untuk semua ukuran partikel cassiterite dan monazite hingga ukuran paling halus
berkisar hingga 200 mesh (#) sehingga metode gravity concentration dapat
diterapkan dalam proses pencucian cassiterite dan monazite. Nilai KK cassiterite
dan monazite terhadap mineral ikutan timah (MIT) menunjukkan bahwa
cassiterite dan monazite sulit untuk dipisahkan dari mineral-mineral yang
mempunyai berat jenis yang hampir mendekati berat jenis cassiterite dan
monazite dimana semakin besar berat jenis MIT, maka semakin sulit untuk

84 Universitas Sriwijaya
85

dipisahkan dari cassiterite dan monazite sehingga akan mempengaruhi presentase


kadar cassiterite dan monazite yang diperoleh.

Tabel 4.2 Nilai Kriteria Konsentrasi Cassiterite dan Monazite terhadap MIT

Specivic Kriteria Konsentrasi


No MIT
Gravity Cassiterite Monazite
1 Anatase 3,8 2,12 efektif - 100# 1,40 sulit - 10#
2 Biotite 2,8 3,32 mudah - 200# 2,19 efektif - 100#
3 Calcite 2,7 3,51 mudah - 200# 2,32 mudah - 200#
4 Chalcopyrite 3,6 2,28 mudah - 200# 1,51 sulit - 10#
5 Corondum 4,6 1,64 sulit - 10# 1,08 tidak mungkin
6 Galena 7,5 0,91 tidak mungkin 0,60 tidak mungkin
7 Hematit 5 1,48 sulit - 10# 0,97 tidak mungkin
8 Ilmenit 4,6 1,64 sulit - 10# 1,08 tidak mungkin
9 Limonite 3,6 2,28 mudah - 200# 1,51 sulit - 10#
10 Magnetite 5,1 1,44 sulit - 1/4 inch 0,95 tidak mungkin
11 Marcasite 6 1,18 tidak mungkin 0,78 tidak mungkin
12 Muscovite 2,5 3,99 mudah - 200# 2,63 mudah - 200#
13 Psilomelan 4,7 1,60 sulit - 10# 1,05 tidak mungkin
14 Pyrite 4,8 1,56 sulit - 10# 1,03 tidak mungkin
15 Quartz 2,5 3,99 mudah - 200# 2,63 mudah - 200#
16 Rutile 6,5 1,07 tidak mungkin 0,71 tidak mungkin
17 Siderite 3,8 2,12 efektif - 100# 1,40 sulit - 1/4 inch
18 Sphalerite 3,9 2,05 efektif - 100# 1,35 sulit - 1/4 inch
19 Spinel 3,6 2,28 mudah - 200# 1,51 sulit - 10#
20 Topaz 3,4 2,48 mudah - 200# 1,63 sulit - 10#
21 Tourmaline 3,2 2,71 mudah - 200# 1,78 sulit - 10#
22 Wolframite 7,5 0,91 tidak mungkin 0,60 tidak mungkin
23 Xenotime 4,5 1,69 sulit - 10# 1,12 tidak mungkin
24 Zircone 4,6 1,64 sulit - 10# 1,08 tidak mungkin

4.1.1.2. Size Distribution Particle Casssiterite dan Monazite


Laporan hasil sampling bulan Oktober dan November 2015 menunjukkan
bahwa size distribution particel cassiterite dan monazite dominan pada fraksi

85 Universitas Sriwijaya
86

ukuran butir +100 # sebanyak 75,92 % cassiterite dan 1,2 % monazite. Fraksi
ukuran butir cassiterite dan monazite termasuk ke dalam kategori ukuran halus
(sand), dikarenakan lokasi penggalian merupakan tailing hasil penggalian dan
pencucian dari Kapal Keruk.
Berdasarkan batas ukuran partikel untuk proses konsentrasi pada metode
gravity concentration dimana untuk ukuran butir 0,1 mm – 10 mm efektif
menggunakan alat jig dimana fraksi ukuran butiran cassiterite dan monazite
dominan pada ukuran +100# yang apabila dikonversikan ukurannya adalah 0,15
mm (Lampiran 3) maka pemisahan cassiterite dan monazite terhadap mineral
pengotor kuarsa dapat dilakukan menggunakan alat jig.

Tabel 4.3 Hasil Laporan Sampling Fraksi Ukuran Butir Cassiterite dan Monazite

Fraksi Cassiterite (%) Monazite (%)


No Ukuran
Butir Oktober November Oktober November
Total Total
2015 2015 2015 2015
1 + 48 # 22,16 20,12 42,28 0,09 0,02 0,11
2 + 70 # 23,09 14,5 37,59 0,09 0,07 0,16
3 + 100 # 40,32 35,60 75,92 0,70 0,5 1,2
4 +150 # 4,90 4,50 9,40 0,30 0,1 0,4
5 - 150 # 0,23 0,1 0,33 0,04 0,01 0,05

Jig yang digunakan pada KIP Timah 11 merupakan tipe jig Pan American
Jig (Lampiran 4) menggunakan penggerak eksentrik. Jig pada instalansi
pencucian KIP Timah 11 terdiri dari 2 tingkatan yaitu jig primer dan jig clean up
yang memiliki Standar Operational Procedure (SOP) Pencucian KIP Timah 11
(Tabel 4.4). Jig primer berfungsi untuk mengambil mineral berat sebanyak
mungkin sedangkan jig clean up berfungsi untuk meningkatkan kadar konsentrat
dari jig primer (feed pada jig clean up).

86 Universitas Sriwijaya
87

Tabel 4.4 Standar Operational Procedure (SOP) Pencucian pada Jig Primer dan
Jig Clean Up pada KIP Timah 11

Tingkatan Jig Variabel Jig (SOP) Pencucian Satuan


AB = 35 – 40 mm
Ukuran Bed
CD = 25 – 30 mm
Tebal Bed 70 – 90 mm
Kecepatan Aliran 1 - 1,2 m/s
Jig Primer A = 35 – 40 mm
(Primary Jig) B = 30 – 35 mm
Panjang Pukulan
C = 25 – 30 mm
D = 20 – 25 mm
AB = 70 – 90 pukulan/menit
Jumlah Pukulan
CD = 90 – 120 pukulan/menit
Opening Screen 1 cm
Opening Spigot 2 cm
Ukuran Bed 9 – 12 mm
Tebal Bed 70 – 90 mm
Kecepatan Aliran 0,5 – 1 m/s
A = 12 – 14 mm
Jig Clean Up
B = 10 – 12 mm
(Clean up Jig) Panjang Pukulan
C = 8 – 10 mm
D=6–8 mm
AB = 120 – 150 pukulan/menit
Jumlah Pukulan
CD = 140 – 180 pukulan/menit
Opening Screen 0,5 cm
Opening Spigot 1 cm

Size distribution particle menjadi salah satu faktor dalam menentukan


pemilihan jig primer dan jig clean up pada KIP Timah 11 agar cassiterite dan
monazite dapat lolos melewati screen dan keluar dari spigot sebagai konsentrat.
Opening screen dan diameter lubang spigot harus disesuaikan dengan fraksi
ukuran butir dominan pada cassiterite dan monazite, dimana opening screen dan
spigot harus lebih besar dari 0,15 mm (fraksi ukuran butir dominan cassiterite dan
monazite).

4.1.2. Nilai Actual Variabel-variabel pada Jig


Variabel-variabel yang diperoleh dari hasil laporan sampling pengukuran
dan pengamatan di KIP Timah 11 pada Bulan Desember 2015 yang
mempengaruhi kinerja jig pada proses pencucian adalah kecepatan aliran,
ketebalan lapisan bed, kebutuhan underwater, panjang dan jumlah pukulan.

87 Universitas Sriwijaya
88

4.1.2.1. Kecepatan Aliran Horizontal (Crossflow)


Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran di KIP Timah 11
(Lampiran 5), crossflow pada jig primer kiri 1 adalah 1,09 m/detik dan 1,13
m/detik, sedangkan pada jig primer kiri 2 adalah 1,2 m/detik dan 1,1 m/detik.
(Tabel 4.5).

Tabel 4.5 Kecepatan Aliran pada Jig Primer dan Jig Clean Up

Cell ke- Kecepatan Aliran


Tingkatan Jig (m/detik )
1 1,09
Jig Primer Kiri 1
2 1,13
1 1,2
Jig Primer Kiri 2
Jig Primer (Primary 2 1,1
Jig) 1 1,04
Jig Primer Kanan 1
2 1,17
1 1,14
Jig Primer Kanan 2
2 1,11
1 0,90
Jig Clean Up Kiri
Jig Clean Up (Clean 2 0,93
Up Jig) 1 0,87
Jig Clean Up Kanan
2 0,83

Kecepatan aliran di jig primer kanan 1 adalah 1,04 m/detik dan 1,17
m/detik, sedangkan kecepatan aliran jig primer kanan 2 adalah 1,14 m/detik dan
1,11 m/detik. Kecepatan aliran atau crossflow pada jig clean up kanan adalah 0,90
m/detik dan 0,93 m/detik. Crossflow atau kecepatan aliran pada jig primer adalah
0,87 m/detik dan 0,83 m/detik.

4.1.2.2 Ketebalan Lapisan Bed


Batu jig berupa hematite berfungsi sebagai media pemisah untuk menahan
mineral ringan agar sekecil mungkin turun menjadi konsentrat, dan memberi
peluang yang sebesar-besarnya kepada mineral cassiterite dan monazite turun
menjadi konsentrat. Berdasarkan pengukuran dilapangan didapat data tebal bed
yaitu 79,53 mm pada jig primer dan 80 mm pada jig clean up (Tabel 4.6).

88 Universitas Sriwijaya
89

Tabel 4.6 Ketebalan Lapisan Bed

Ketebalan Lapisan Bed (mm)


Tingkatan Jig Cell ke-
Komp. A Komp. B Komp. C Komp. D
1 80 80 80 80
Jig Primer Kiri 1
2 75 80 80 75
1 80 80 80 80
Jig Primer Kiri 2
2 80 75 80 80
Jig Primer 1 80 85 80 80
Kanan 1 2 80 80 80 75
Jig Primer 1 80 80 85 80
Kanan 2 2 80 75 80 80
Jig Clean Up 1 80 80 80 80
Kiri 1 2 80 80 80 80
Jig Clean Up 1 80 80 80 80
Kanan 1 2 80 80 80 80

4.1.2.3. Kebutuhan Underwater


Berdasarkan perhitungan (Lampiran 6) kebutuhan underwater empat unit
jig primer yang bercell 32 adalah 1700,352 m3/jam dan dua unit jig clean up yang
bercell 16 adalah 255,761 m3/jam. Jadi total keseluruhan tingkat kebutuhan
underwater pada KIP Timah 11 adalah 1.956,113 m3/jam.

4.1.2.4. Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan


Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran di KIP Timah 11
(Lampiran 5), panjang pukulan pada jig primer kiri 1 untuk kompartemen A, B, C,
dan D adalah 40 mm, 35 mm, 30 mm dan 25 mm dengan jumlah pukulan
kompartemen AB 85 pukulan/menit dan CD 110 pukulan/menit, sedangkan pada
jig primer kiri 2 untuk kompartemen A, B, C, dan D adalah 35 mm, 35 mm, 30
mm dan 25 mm dengan jumlah pukulan kompartemen AB 73 pukulan/menit dan
CD 92 pukulan/menit. Panjang pukulan pada jig primer kanan 1 untuk
kompartemen A, B, C, dan D adalah 35 mm, 32 mm, 30 mm dan 27 mm,
sedangkan pada jig primer kanan 2 untuk kompartemen A, B, C, dan D adalah 35
mm, 35 mm, 25 mm dan 25 mm dengan jumlah pukulan kompartemen AB 79
pukulan/menit dan CD 95 pukulan/menit (Tabel 4.7).

89 Universitas Sriwijaya
90

Tabel 4.7 Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan Jig Primer dan Jig Clean Up
Panjang Pukulan Jumlah Pukulan
Tingkatan Jig Kompartemen
(mm) (pukulan/menit)
A 35
85
B 35
Jig Primer Kiri 1
C 30
110
D 25
A 35
73
B 35
Jig Primer Kiri 2
C 30
92
D 25
A 35
79
B 32
Jig Primer Kanan 1
C 30
95
D 25
A 35 73
B 35
Jig Primer Kanan 2
C 25 94
D 25
A 20
78
B 17
Jig Clean Up Kiri
C 9
86
D 12
A 14
120
B 11
Jig Clean Up Kanan
C 8
140
D 8

4.1.3. Nilai Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan Jig Clean Up


Perhitungan nilai panjang pukulan dan jumlah pukulan jig clean up untuk
pencucian cassiterite dan monazite dilakukan melalui 2 cara yaitu perhitungan
secara teoritis dan kemudian dilakukan ujicoba untuk mengetahui pengaruh nilai
panjang dan jumlah pukulan jig clean up terhadap peningkatan recovery.

4.1.3.1. Hasil Perhitungan Nilai Panjang dan Jumlah Pukulan Jig Clean Up
secara Teoritis
Perhitungan panjang pukulan dapat kita tentukan secara teori (Lampiran
7). Berdasarkan hasil perhitungan panjang pukulan dan jumlah pukulan secara
90 Universitas Sriwijaya
91

teori untuk mendapatkan peningkatan recovery yang tinggi disimpulkan bahwa


pengaturan nilai panjang pukulan dan jumlah pukulan jig clean up untuk
pencucian cassiterite dan monazite dengan fraksi dominan ukuran butir 100 #
adalah panjang pukulan diperbesar dan jumlah pukulan diperkecil dari standar
operational procedure (SOP) Pencucian KIP Timah 11 serta pemakaian
underwater 100% (Tabel 4.8).

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Nilai Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan Jig Clean
Up untuk Pencucian Cassiterite dan Monazite secara Teoritis

Kompartemen Panjang Jumlah Pukulan Fraksi Fraksi


Pukulan (mm) (pukulan/menit) Cassiterite Monazite
A 17-20 100-120 48# 48#
B 15-17 100-120 100 # 70#
C 12-15 120-150 48# 48#
D 10-12 120-150 100 # 100 #

Berdasarkan hasil perhitungan nilai panjang pukulan dan jumlah pukulan


secara teoritis maka dilakukan pengambilan sample ujicoba sebanyak tiga kali
ujicoba. Pengambilan sample dilakukan di KIP Timah 11 yang beroperasi di Laut
Belo pada kedalaman 28,5 m dengan lapisan yang digali adalah lempung, pasir
kasar, kerikil (Lampiran 8). Perbandingan nilai panjang pukulan pada SOP
Pencucian, Ujicoba 1, Ujicoba 2, dan Ujicoba 3 pada Kompartemen A, B, C dan
D dapat dilihat pada (Tabel 4.9) dan (Gambar 4.2).
UJicoba 1 merupakan pengaturan di KIP Timah 11 dimana panjang
pukulan tidak sesuai dengan prinsip dasar pencucian pada jig clean up yaitu A > B
> C > D dimana pengaturan panjang pukulan yang diterapkan adalah A > B > C <
D. Jumlah pukulan yang diterapkan jauh lebih kecil dari standar SOP Pencucian
KIP Timah 11 dimana seharusnya kompartemen AB. 120-140 dan kompartemen
CD 160-180.
Ujicoba 2 merupakan ujicoba dengan panjang pukulan sesuai dengan
prinsip dasar pencucian dengan nilai panjang pukulan lebih kecil dari panjang
pukulan pada ujicoba 1. Jumlah pukulan yang diterapkan lebih kecil dari jumlah
pukulan pada SOP Pencucian KIP Timah 11.

91 Universitas Sriwijaya
92

Tabel 4.9 Perbandingan Nilai Panjang Pukulan SOP Pencucian, Ujicoba 1,


Ujicoba 2, dan Ujicoba 3 pada Kompartemen A, B, C dan D

Panjang Pukulan (mm)


Kompartemen
SOP Pencucian Ujicoba 1 Ujicoba 2 Ujicoba 3

A 14 20 17 20
B 12 17 15 17
C 10 9 12 15
D 8 12 10 12

Gambar 4.2 Perbandingan Nilai Panjang Pukulan SOP Pencucian, Ujicoba 1,


Ujicoba 2, dan Ujicoba 3 pada Kompartemen A, B, C dan D

Ujicoba 3 merupakan ujicoba dengan panjang pukulan sesuai dengan


prinsip dasar pencucian pada jig clean up dengan nilai panjang pukulan yang
sama dengan pengaturan panjang pukulan jig clean up sebelum ujicoba namun
dilakukan perbaikan pada kompartemen C pada Ujicoba 1 dari 9 mm menjadi 15
mm agar sesuai dengan prinsip dasar pencucian. Jumlah pukulan yang diterapkan
sesuai dengan SOP Pencucian KIP Timah 11 tetapi nilainya lebih kecil dari
jumlah pukulan pada ujicoba 2.
Perbandingan nilai jumlah pukulan kompartemen SOP Pencucian, ujicoba
1, ujicoba 2 dan ujicoba 3 pada kompartemen AB dan CD dapat dilihat pada
(Tabel 4.10) dan (Gambar 4.3).

92 Universitas Sriwijaya
93

Tabel 4.10 Perbandingan Nilai Jumlah Pukulan SOP Pencucian, Ujicoba 1,


Ujicoba 2 dan Ujicoba 3 pada Kompartemen AB dan CD

Kompartemen Jumlah Pukulan (pukulan/menit)


SOP Pencucian Ujicoba 1 Ujicoba 2 Ujicoba 3
AB 150 78 100 120
CD 180 86 120 150

Gambar 4.3 Perbandingan Nilai Jumlah Pukulan SOP Pencucian, Ujicoba 1,


Ujicoba 2 dan Ujicoba 3 pada Kompartemen AB dan CD

4.1.3.2. Hasil Ujicoba Nilai Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan pada Jig
Clean Up
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari ujicoba nilai panjang pukulan dan
jumlah pukulan pada jig clean up adalah perhitungan kadar cassiterite dan
monazite, perhitungan material balance dan perhitungan recovery pencucian di jig
clean up pada Ujicoba 1, Ujicoba 2, dan Ujicoba 3.

4.1.3.2.1. Hasil Perhitungan Kadar Cassiterite dan Monazite


Berdasarkan hasil grain counting analysis (GCA) (Lampiran 9), kadar
rata-rata cassiterite pada Ujicoba 1 sebesar 34,74 %, Ujicoba 2 sebesar 35,44 %,
dan Ujicoba 3 sebesar 29,18 % sedangkan kadar monazite pada Ujicoba 1 sebesar
1,24 %, Ujicoba 2 sebesar 1,15 %, dan Ujicoba 3 sebesar 1,25 % (Tabel 4.11).

93 Universitas Sriwijaya
94

Tabel 4.11 Kadar Cassiterite dan Monazite pada Ujicoba 1, Ujicoba 2, dan
Ujicoba 3 pada Kompartemen A, B, C, dan D

Kompar Kadar Cassiterite (%) Kadar Monazite (%)


temen Ujicoba 1 Ujicoba 2 Ujicoba 3 Ujicoba 1 Ujicoba 2 Ujicoba 3
A 75,88 76,37 89,52 1,5 1,28 1,5
B 41,75 23,78 18,09 1,02 1,09 1,37
C 8,9 21,48 5,53 1,09 1,15 1,14
D 12,45 20,13 3,6 1,27 1,06 1
Rata-rata 34,74 35,44 29,18 1,24 1,15 1,25

4.1.3.2.2. Hasil Perhitungan Recovery Pencucian pada Jig Clean Up


Berdasarkan hasil perhitungan recovery pencucian pada jig clean up untuk
cassiterite dan monazite (Lampiran 10) menggunakan perhitungan material
balance untuk Ujicoba 1 sebesar 98 % untuk pencucian cassiterite, dimana
terdapat 0,03 % cassiterite pada tailing dan 44,42 % untuk pencucian monazite
dimana terdapat 0,07 % monazite pada tailing , sedangkan Ujicoba 2 dan Ujicoba
3 mencapai 100 % karena tidak ditemukannya cassiterite dan monazite didalam
tailing pada jig clean up (Tabel 4.12).

Tabel 4.12 Variabel Perhitungan Recovery Cassiterite dan Monazite

Berat Berat Kadar Cassiterite (%) Kadar Monazite(%)


Sample Konsentrat Tailing dalam dalam dalam dalam
(Kg/Jam) (Kg/Jam) Konsentrat Tailing Konsentrat Tailing
Ujicoba 1 42,480 1.014,3 34,74 0,03 1,24 0,07
Ujicoba 2 124,380 2.184,48 35,44 0 1,15 0
Ujicoba 3 138,060 10.707,66 29,18 0 1,25 0

4.2. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian difokuskan pada pengaruh karakteristik sifat
fisik dan size distribution particle casssiterite dan monazite terhadap proses
pencucian casssiterite dan monazite, pengaruh nilai variabel jig terhadap proses
pencucian cassiterite dan monazite, dan pengaruh perubahan nilai variabel

94 Universitas Sriwijaya
95

panjang pukulan dan jumlah pukulan terhadap peningkatan recovery pencucian


casssiterite dan monazite jig clean up.

4.2.1. Pengaruh Karakteristik Sifat Fisik dan Size Distribution Particle


Casssiterite dan Monazite terhadap Proses Pencucian Casssiterite dan
Monazite
Proses pencucian bijih timah (Lampiran 11) merupakan bagian terpenting
dalam proses penambangan bijih timah menggunakan KIP Timah 11. Proses
pencucian cassiterite dan monazite dipengaruhi oleh karakteristik, size
distribution particel, dan kadar cassiterite dan monazite pada masing-masing
tahapan proses pencucian.
Karakteristik sifat fisik size distribution particle diketahui bahwa fraksi
dominan ukuran butir cassiterite dan monazite adalah +100#, hal ini akan
berpengaruh pada pengaturan nilai panjang dan jumlah pukulan jig, terutama jig
clean up. Kadar cassiterite yang diperoleh berbeda pada masing-masing tahapan
proses pencucian. Kadar medium grade cassiterite yaitu berkisar antara 20 - 40 %
diperoleh pada tahap proses pencucian gravity concentration menggunakan jig
clean up.

Tabel 4.13. Kadar Rata-rata Cassiterite dan Monazite pada Tahapan Proses
Pencucian

No Tahapan Pencucian Peralatan Kadar Kadar Keterangan


Pencucian Cassiterite Monazite
1. Screening Saringan Putar - -
Low Grade
2. Jig Primer 10 - 20 % 1%
Gravity Concentration
3. Jig Clean Up 20 - 40 % 1 – 2,5 % Medium Grade
4. Thin Film Sluice Box
≥ 40% <1% High Grade
Concentration (Sakhan)

Kadar cassiterite pada sakhan berkisar 40% hal ini berarti akan diperoleh
lebih banyak mineral utama cassiterite dan lebih sedikit mineral ikutan monazite.
Oleh karena itu proses pencucian harus dengan kadar akhir low grade untuk
meningkatkan perolehan cassiterite dan monazite sehingga proses pencucian thin
film concentration dengan menggunakan sluice box (sakhan) tidak perlu
95 Universitas Sriwijaya
96

dilakukan serta harus dilakukan perubahan pengaturan nilai panjang dan jumlah
pukulan jig clean up agar diperoleh kadar akhir low grade. Semakin rendah kadar
cassiterite maka semakin banyak mineral ikutan yang diperoleh, dan recovery
pencucian yang dicapai semakin tinggi.

4.2.2. Pengaruh Nilai Variabel Jig terhadap Proses Pencucian Cassiterite dan
Monazite
Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Hendrik Josephus Witteveen
(1995), hasil sampling pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan
terhadap nilai variabel jig yaitu kecepatan aliran horizontal (crossflow), ketebalan
lapisan bed, dan kebutuhan underwater apabila dibandingkan dengan standar
operational procedure (SOP) pencucian maka sudah merupakan kondisi yang
ideal untuk proses jigging sehingga perubahan nilai variabel tidak perlu dilakukan,
akan tetapi perlu dilakukan perubahan nilai panjang pukulan dan jumlah pukulan
baik perhitungan secara teori maupun ujicoba secara praktek untuk mengetahui
nilai panjang dan jumlah pukulan yang sesuai untuk meningkatkan recovery
pencucian di jig clean up.

4.2.2.1. Perbandingan Kecepatan Aliran Horizontal (Crossflow) Actual


terhadap SOP Pencucian
Kecepatan aliran mempengaruhi recovery dalam proses pencucian
cassiterite dan monazite. Berdasarkan standar operational procedure (SOP)
Pencucian, kecepatan aliran pada KIP Timah 11 kecepatan aliran rata-rata pada jig
primer 1,04 – 1,11 m/detik dan jig clean up 0,83 – 0,90 m/detik, jadi kecepatan
aliran saat ini sudah sesuai dengan SOP dimana untuk jig primer 1 – 1,2 m/detik
dan jig clean up 0,5 – 1 m/detik (Tabel 4.14).

4.2.2.2. Perbandingan Ketebalan Lapisan Bed Actual terhadap SOP


Pencucian
Berdasarkan pengukuran dilapangan didapat data tebal bed rata-rata yaitu
79,53 mm pada jig primer dan 80 mm pada jig clean up, hal ini sudah sesuai
dengan SOP Pencucian dimana tebal bed untuk jig primer dan jig clean up adalah

96 Universitas Sriwijaya
97

70 – 90 mm. Semakin kecil ketebalan jig bed maka recovery yang dihasilkan akan
semakin meningkat.

Tabel 4.14 Perbandingan Kecepatan Aliran Actual dengan SOP Pencucian

Kecepatan SOP
Tingkatan Jig Cell ke- Aliran Pencucian
Actual (m/detik)
(m/detik)
Jig Primer (Primary Jig Primer Kiri 1 1 1,09 1 – 1,2
Jig) 2 1,13
Jig Primer Kiri 2 1 1,2 1 – 1,2
2 1,1
Jig Primer Kanan 1 1 1,04 1 – 1,2
2 1,17
Jig Primer Kanan 2 1 1,14 1 – 1,2
2 1,11
Jig Clean Up (Clean Jig Clean Up Kiri 1 0,90 0,5 -1
Up Jig) 2 0,93
Jig Clean Up Kanan 1 0,87 0,5 -1
2 0,83

4.2.2.3. Perbandingan Kebutuhan Underwater terhadap SOP Pencucian


Total keseluruhan kebutuhan underwater pada KIP Timah 11 adalah
1.956,113 m3/jam.sedangkan kebutuhan pompa underwater di KIP Timah 11
adalah 2.500 m3/jam sehingga kebutuhan underwater di KIP Timah 11 sudah
tercukupi untuk dilakukan proses pencucian cassiterite dan monazite. Underwater
pada proses pencucian cassiterite dan monazite telah tercukupi sehinga membantu
meningkatkan recovery pencucian di jig clean up sehingga cassiterite dan
monazite dapat keluar sebagai konsentrat dan ikut terbuang bersama tailing.

4.2.2.4. Perbandingan Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan Actual


terhadap SOP Pencucian
Berdasarkan hasil pengukuran panjang dan jumlah pukulan jig diketahui
bahwa panjang dan jumlah pukulan jig clean up kiri tidak sesuai dengan SOP
Pencucian hal ini mempengaruhi penurunan recovery pada KIP Timah 11.

97 Universitas Sriwijaya
98

Panjang pukulan pada jig clean up kiri lebih besar daripada SOP
pencucian yang ditetapkan dan tidak sesuai dengan prinsip pencucian, dimana
panjang pukulan pada kompartemen A, B, C dan D adalah 20 mm, 17 mm, 9 mm
dan 12 mm diatas SOP pencucian sebesar 14 mm, 12 mm, 10 mm, 8 mm dan pada
kompartemen C panjang pukulan lebih kecil daripada kompartemen D ini tidak
sesuai dengan prinsip pencucian (Tabel 4.15).

Tabel 4.15 Perbandingan Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan Actual dengan
SOP Pencucian

Panjang
SOP Jumlah
Tingkatan Kompar- Pukulan SOP Pencucian
Pencucian Pukulan Actual
Jig temen Actual (pukulan/menit)
(mm) (pukulan/menit)
(mm)
A 35 35 – 40
85 70 – 90
Jig Primer B 35 30 – 35
Kiri 1 C 30 25 – 30
110 90 - 120
D 25 20 – 25
A 35 35 – 40
73 70 – 90
Jig Primer B 35 30 – 35
Kiri 2 C 30 25 – 30
92 90 - 120
D 25 20 – 25
A 35 35 – 40
79 70 – 90
Jig Primer B 32 30 – 35
Kanan 1 C 30 25 – 30
95 90 - 120
D 25 20 – 25
A 35 35 – 40
73 70 – 90
Jig Primer B 35 30 – 35
Kanan 2 C 25 25 – 30
94 90 - 120
D 25 20 – 25
A 20 12 – 14
78 120 - 150
Jig Clean Up B 17 10 – 12
Kiri C 9 8 – 10
86 140 - 180
D 12 6–8
A 14 12 – 14
120 120 - 150
Jig Clean Up B 11 10 – 12
Kanan C 8 8 – 10
140 140 - 180
D 8 6–8

98 Universitas Sriwijaya
99

Jumlah pukulan pada jig clean up kiri lebih kecil daripada SOP pencucian
yang ditetapkan, dimana jumlah pukulan kompartemen AB 78 pukulan/menit dan
CD 86 pukulan/menit sedangkan SOP Pencucian untuk kompartemen AB 120 –
150 pukulan/menit dan 140 – 180 pukulan/menit.

4.2.3. Pengaruh Perubahan Nilai Variabel Panjang dan Jumlah Pukulan


terhadap Peningkatan Recovery Pencucian Casssiterite dan Monazite
pada Jig Clean Up
Berdasarkan hasil penelitian terhadap ujicoba nilai panjang pukulan dan
jumlah pukulan maka didapatkanlah hubungan nilai panjang pukulan dan jumlah
pukulan terhadap kadar cassiterite dan monazite, hubungan nilai panjang pukulan
dan jumlah pukulan terhadap recovery pencucian pada jig clean up serta
hubungan kadar cassiterite dan monazite terhadap recovery pencucian pada jig
clean up.

4.2.3.1. Hubungan Nilai Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan terhadap


Kadar Cassiterite dan Monazite
Nilai panjang pukulan dan jumlah pukulan mempengaruhi kadar cassiterite
dan monazite. Kadar cassiterite berbanding terbalik dengan kadar monazite,
semakin tinggi kadar cassiterite maka semakin rendah kadar monazite, begitupun
sebaliknya. Perubahan nilai panjang pukulan dan jumlah pukulan dipengaruhi
oleh nilai fluidization velocity.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai fluidization velocity (Lampiran 12)
kadar cassiterite dan monazite tertinggi terdapat pada Ujicoba 3 Kompartemen A
sebanyak 89,52 % cassiterite dan 1,5 % monazite dimana nilai panjang pukulan 20
mm dan jumlah pukulan 120 pukulan/menit dengan nilai fluidization velocity
125,60 mm/detik, sedangkan kadar cassiterite dan monazite terendah terdapat pada
Ujicoba 3 Kompartemen D sebanyak 3,6 % cassiterite dan 1 % monazite dimana
nilai panjang pukulan 12 mm dan jumlah pukulan 150 pukulan/menit dengan nilai
fluidization velocity 94,20 mm/detik (Tabel 4.16). Berdasarkan hasil perolehan
kadar pada masing-masing kompartemen Ujicoba 1, Ujicoba 2 dan Ujicoba 3
diperoleh adanya hubungan antara besarnya nilai fluidization velocity dengan

99 Universitas Sriwijaya
100

perolehan kadar mineral cassiterite dan monazite. Berdasarkan perhitungan teori


menurut Barry A. Wills (1992), perhitungan nilai panjang pukulan dititikberatkan
pada kecepatan pengendapan mineral atau nilai terminal velocity dari mineral
(Tabel 4.17) dan nilai fluidization velocity yang dihasilkan oleh panjang pukulan
dan jumlah pukulan.

Tabel 4.16 Nilai Fluidization Velocity pada Kompartemen A, B, C, dan, D untuk


Ujicoba 1, Ujicoba 2 dan Ujicoba 3

Jumlah
Panjang Fluidization Kadar Kadar
Komparte Pukulan
Sample Pukulan Velocity Cassiterite Monazite
men (pukulan/
(mm) (mm/detik) (%) (%)
menit)
A 20 78 81,64 75,88 1,5
B 17 78 69,39 41,75 1,02
Ujicoba 1
C 9 86 40,51 8,9 1,09
D 12 86 54,01 12,45 1,27
A 17 100 88,97 76,37 1,28
B 15 100 78,50 23,78 1,09
Ujicoba 2
C 12 120 7536 21,48 1,15
D 10 120 62,80 20,13 1,06
A 20 120 125,60 89,52 1,5
B 17 120 106,76 18,09 1,37
Ujicoba 3
C 15 150 117,75 5,53 1,14
D 12 150 94,20 3,6 1

Fluidization velocity yang dihasilkan dari panjang pukulan dan jumlah


pukulan sebaiknya mendekati nilai terminal velocity dari mineral (Lampiran 7).
Nilai fluidization velocity yang mendekati nilai terminal velocity akan
menghasilkan kondisi hindered settling yang sesuai untuk pemisahan mineral dan
berbanding lurus dengan perolehan kadar cassiterite dan monazite. Nilai
fluidization velocity yang semakin mendekati nilai terminal velocity maka semakin
besar perolehan kadar cassiterite dan semakin sedikit kadar monazite.
Menurut A. B. Nesbitt (2001) nilai panjang pukulan dan jumlah pukulan
untuk peningkatan kadar, tidak hanya tergantung dari penyesuaian dari fluidization
velocity dan terminal velocity dari mineral. Pengaruh dari kondisi ragging juga
100 Universitas Sriwijaya
101

merupakan faktor yang mempengaruhi nilai panjang dan jumlah pukulan dalam
proses pemisahan pada jig.

Tabel 4.17 Nilai Terminal Velocity Mineral Cassiterite dan Monazite

Fraksi Ukuran Terminal Velocity (mm/detik)


(#) butir (mm) Cassiterite Monazite
20 0,85 58,791 47,736
48 0,3 34,927 28,359
50 0,297 34,753 28,217
70 0,21 29,222 23,727
100 0,15 24,697 20,053
150 0,106 20,761 16,857

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan A. B. Nesbitt (2001) pada


percobaan “The processing of Beach Minerals by means of an InLine Pressure
Jig” dikatakan bahwa fungsi dari pukulan tidak hanya untuk menciptakan kondisi
hindered settling dari fluida, tetapi juga untuk menciptakan kondisi consolidation
trickling. Proses terjadinya consolidation trickling terdapat tiga proses yang
terjadi pada material ragging (hematite dengan berat jenis 4,5) :
1. Bed yang berfungsi sebagai ragging dalam kondisi diam, panjang pukulan dan
jumlah pukulan belum bekerja, belum terjadi gaya suction dan pultion.
2. Gaya pultion akan menyebabkan ragging akan terangkat dari screen dengan
besarnya gaya dorong dari panjang pukulan. Pengaruh dari fluidization velocity
terjadi pada ragging menyebabkan ragging terdorong sejauh besarnya panjang
pukulan.
3. Ragging akan terhisap kembali ketika terjadi suction pada posisi semula diatas
screen dengan kecepatan terminal velocity dari ragging dan fluidization
velocity dari suction. Kondisi consolidation trickling dari mineral terhadap
ragging. Mineral ukuran kecil berat jenis berat akan lebih dulu turun kemudian
disusul mineral ringan ukuran kecil, mineral berat ukuran besar dan mineral
ringan ukuran besar.

101 Universitas Sriwijaya


102

Berdasarkan teori A. B. Nesbitt (2001), tentang hubungan nilai terminal


velocity dari mineral dengan waktu yang dibutuhkan mineral menuju dasar bed
diatas screen, diharapkan terjadi kondisi waktu tempuh mineral cassiterite
berbutir kasar dan berbutir halus menuju dasar bed lebih cepat dibandingkan
waktu tempuh dari mineral ragging menuju dasar bed.
Berdasarkan hasil ujicoba yang telah dilakukan dan dibandingakan dengan
teori yang ada dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin besar nilai fluidization
velocity panjang pukulan dan jumlah pukulan, akan membuat ragging terbuka
lebar dan terangkat menjauhi dasar bed dengan jarak yang sangat jauh, sehingga
waktu tempuh ragging ketika terjadi suction akan semakin besar untuk
memberikan peluang mineral-mineral dengan nilai terminal velocity yang besar
dan waktu tempuh yang kecil melewati ragging dengan mudah. Ragging tertutup
maka mineral ringan yang tidak mampu melewatinya dan akan terbawa arus aliran
horizontal dan keluar menjadi tailling. Semakin kecil nilai fluidazation velocity
panjang pukulan dan jumlah pukulan maka ragging akan terangkat tidak jauh dari
bed sehingga kondisi consolidation trickling yang ideal dapat tercapai. Proses
pemisahan pada jig akan berlangsung baik apabila terjadi gaya suction dan pultion
yang terjadi dengan kondisi adanya differential acceleration, hindered settling dan
consolidation trickling yang sesuai dengan panjang pukulan dan jumlah pukulan
yang tepat untuk pemisahan cassiterite dan monazite.

4.2.3.2. Hubungan Kadar Cassiterite dan Monazite terhadap Recovery


Pencucian pada Jig Clean Up
Berdasarkan hasil perhitungan recovery pencucian pada jig clean up dan
kadar cassiterite dan monazite yang telah dilakukan pada (Lampiran 9)
menunjukkan bahwa pada Ujicoba 1 recovery pencucian cassiterite dengan kadar
34,74 % hanya sebesar 98 % sedangkan recovery pencucian monazite dengan
kadar 1,24 % hanya sebesar 44,42 %. Recovery pencucian cassiterite dan
monazite pada Ujicoba 2 dengan kadar masing-masing 35,44 % dan 1,15 %
mencapai 100 %, sedangkan pada Ujicoba 3 untuk pencucian cassiterite dan
monazite dengan kadar masing-masing 29,18 % dan 1,25 % juga mencapai 100
%. Recovery pencucian mengalami peningkatan sebanyak 2 % dari Ujicoba 1 ke

102 Universitas Sriwijaya


103

Ujicoba 2 dan Ujicoba 3, hal ini dikarenakan telah dilakukan perubahan pada nilai
panjang pukulan dan jumlah pukulan sesuai dengan prinsip pencucian. Kadar
cassiterite mengalami peningkatan dari Ujicoba 1 ke Ujicoba 2 sebesar 0,7 %,
namun seiring dengan terjadinya peningkatan recovery pencucian maka kadar
cassiterite turun sebesar 6,26 % pada Ujicoba 3. Kadar monazite berbanding
terbalik dengan cassiterite dimana kadar monazite mengalami penurunan
sebanyak 0,09 % dari Ujicoba 1 ke Ujicoba 2 dan naik pada Ujicoba 3 sebesar 0,1
%. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa recovery berbanding terbalik
dengan kadar, semakin besar recovery maka semakin semakin rendah kadar yang
dihasilkan (Gambar 4.4). Kadar cassiterite berbanding terbalik dengan kadar
monazite, semakin tinggi kadar cassiterite maka semakin rendah kadar monazite,
begitupun sebaliknya, hal ini disebabkan karena cassiterite merupakan mineral
utama dalam bijih timah sedangkan monazite merupakan mineral ikutan sehingga
berpengaruh pada perhitungan kadar yang diperoleh.

(a) (b)

Gambar 4.4 Hubungan Kadar Cassiterite (a) dan Monazite (b) terhadap Recovery
Pencucian pada Jig Clean Up

Berdasarkan hasil ujicoba yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa


panjang pukulan berbanding terbalik dengan jumlah pukulan. Panjang pukulan
dipengaruhi oleh ukuran butir mineral. Ukuran butir berbanding lurus dengan
panjang pukulan dan berbanding terbalik dengan jumlah pukulan. Panjang

103 Universitas Sriwijaya


104

pukulan berbanding lurus dengan kadar. Semakin besar panjang pukulan maka
semakin kecil jumlah pukulan sehingga kadar yang dihasilkan semakin rendah
dan recovery yang dihasilkan semakin tinggi.
Berdasarkan hasil GCA diketahui bahwa size distribution particle
casssiterite dan monazite beragam pada fraksi + 48#, + 65#, +100#, +150# dan -
150#, pada hasil Sebelum Ujicoba untuk Kompartemen A cassiterite dominan
pada ukuran + 65# sebanyak 89,41 % dan monazite 2,98 % pada ukuran -150#,
Kompartemen B cassiterite dominan pada ukuran + 150# sebanyak 63,19 % dan
monazite 5,08 % pada ukuran -150#, Kompartemen C cassiterite dominan pada
ukuran - 150# sebanyak 25,26 % dan monazite 3,91 % pada ukuran +150#,
Kompartemen D cassiterite dominan pada ukuran + 65# sebanyak 27,09 % dan
monazite 4,24 % pada ukuran -150#.
Ujicoba 1 untuk Kompartemen A cassiterite dominan pada ukuran + 48#
sebanyak 32,26 % dan monazite 1,28 % pada ukuran + 65#, Kompartemen B
cassiterite dominan pada ukuran + 100# sebanyak 12,28 % dan monazite 1,09 %
pada ukuran + 100#, Kompartemen C cassiterite dominan pada ukuran + 65#
sebanyak 12,62 % dan monazite 1,15 % pada ukuran +100#, Kompartemen D
cassiterite dominan pada ukuran + 65# sebanyak 8,54 % dan monazite 1,057 %
pada ukuran + 100#.
Ujicoba 2 untuk Kompartemen A cassiterite dominan pada ukuran + 48#
sebanyak 24,68 % dan monazite 23,16 % pada ukuran + 100#, Kompartemen B
cassiterite dominan pada ukuran + 100# sebanyak 12,28 % dan monazite 1,09 %
pada ukuran + 100#, Kompartemen C cassiterite dominan pada ukuran + 65#
sebanyak 1,96 % dan monazite 23,17 % pada ukuran + 48#, Kompartemen D
cassiterite dominan pada ukuran + 100# sebanyak 1,41 % dan monazite 1 % pada
ukuran + 100#.
Peningkatan recovery terjadi dari Ujicoba 1 ke Ujicoba 2 dan Ujicoba 3
diikuti dengan penurunan kadar cassiterite dan monazite. Semakin tinggi recovery
maka semakin rendah looses yang terjadi.
Hubungan kadar cassiterite berbanding terbalik dengan recovery,
sedangkan kadar cassiterite berbanding lurus dengan kadar cassiterite pada
tailing. Sehingga diperoleh kesimpulan:

104 Universitas Sriwijaya


105

1. Semakin tinggi kadar cassiterite yang diperoleh, maka nilai recovery semakin
rendah dengan nilai losses yang tinggi.
2. Semakin tinggi recovery maka kadar cassiterite semakin kecil dengan nilai
losses yang rendah.
Jig akan beroperasi dengan baik pada kondisi tersebut diatas. Perolehan
nilai recovery merupakan perolehan utama dari proses jig, sehingga kadar
cassiterite yang baik minimal 20 – 30 % dan recovery pencucian minimal 98 %
dengan panjang pukulan diperbesar dan jumlah pukulan diperkecil dari standar
operational production (SOP) pencucian dan underwater full 100 %.
Berdasarkan hasil Ujicoba 1, Ujicoba 2 dan Ujicoba 3 maka Ujicoba 3
merupakan kondisi yang terbaik untuk proses pencucian pada cassiterite dan
monazite, dikarenakan nilai panjang pukulan dan jumlah pukulan untuk
kompartemen A, B, C dan D masing-masing 20, 17, 15, dan 12 dengan jumlah
pukulan kompartemen AB dan CD masing-masing 120 pukulan/menit dan 150
pukulan/menit telah sesuai dengan prinsip pemisahan pada pencucian dan
recovery yang didapatkan mencapai 100 %.

105 Universitas Sriwijaya


106

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Nilai kriteria konsentrasi cassiterite dan monazite masing-masing 3,99 dan
2,63 artinya lebih besar dari 2,5 maka pemisahan dari mineral pengotor kuarsa
dapat dilakukan dengan metode gravity concentration menggunakan alat jig
dengan media pemisah air laut, dimana cassiterite dan monazite dominan pada
fraksi ukuran 100# sehingga proses pencucian cassiterite dan monazite tidak
perlu menggunakan sluice box (sakhan).
2. Hasil pengamatan dan pengukuran terhadap nilai variabel pada jig yaitu untuk
kecepatan aliran horizontal (crossflow) rata-rata jig primer 1,04 – 1,11 m/detik
dan jig clean up 0,83 – 0,90 m/detik, ketebalan lapisan bed rata-rata jig primer
79,53 mm dan jig clean up 80 mm, dan kebutuhan underwater 1.956,113
m3/jam sudah sesuai dengan SOP Pencucian, tetapi nilai variabel panjang
pukulan kompartemen A, B, C dan D adalah 20 mm, 17 mm, 9 mm dan 12 mm
dan jumlah pukulan kompartemen AB 78 pukulan/menit dan CD 86
pukulan/menit tidak sesuai dengan SOP Pencucian sehingga harus dilakukan
perubahan.
3. Berdasarkan hasil perubahan nilai panjang pukulan dan jumlah pukulan pada
Ujicoba 1, Ujicoba 2 dan Ujicoba 3 didapatkan bahwa Ujicoba 3 merupakan
kondisi yang terbaik untuk proses pencucian pada cassiterite dan monazite,
nilai panjang pukulan untuk kompartemen A 20 mm, B 17 mm, C 15 mm dan
D 12 mm dengan jumlah pukulan kompartemen AB dan CD masing-masing
120 pukulan/menit dan 150 pukulan/menit telah sesuai dengan prinsip
pemisahan pada pencucian dan terjadi peningkatan recovery dari 98 % pada
Ujicoba 1 mencapai 100 % pada Ujicoba 3.

106 Universitas Sriwijaya


107

5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat penulis berikan
adalah sebagai berikut:
1. Penggemburan bed harus dilakukan secara rutin setiap hari atau ketika kapal
stop dan lakukan pengecekkan rubber screen pada jig clean up agar mineral
utama cassiterite dan mineral ikutan berharga monazite yang berukuran halus
hingga +100# dapat menerobos bed dan melewati rubber screen.
2. Proses pencucian cassiterite dan monazite dengan kadar low grade
menggunakan KIP Timah 11 tidak perlu lagi memfungsikan sakhan, konsentrat
akhir dari jig clean up adalah final konsentrat untuk langsung dilakukan
pengampilan.
3. Pengaturan variabel pada jig primer disesuaikan dengan SOP pencucian dan
untuk jig clean up lakukan settingan permanen sesuai dengan pengaturan
variabel nilai panjang dan jumlah pukulan jig clean up untuk pencucian
cassiterite dan monazite sehingga nilai variabel tidak berubah-ubah.

107 Universitas Sriwijaya


108

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, A. (2011). Dasar-dasar Pencucian Kapal Isap Produksi.


Pangkalpinang: PT Timah (Persero) Tbk.
Anaperta, Y.M. (2012). Optimalisasi Proses Pencucian Kapal Isap Produksi
(KIP) Timah Penganak dalam Meningkatkan Pencapaian Produksi di
Laut Permis. Jurnal Teknologi Informasi dan Pendidikan. Vol.5 No.1.
Sumatera Barat: Universitas Negeri Padang.

Azwardi, I. (2012). Penambangan Timah Alluvial, Pangkalpinang: PT Timah


(Persero) Tbk.
Barry, A.W. (1992). Mineral Processing Technology 6th Edition, Canada :
Butterworth Heineman

Danisworo, dkk. (1994). Penuntun Praktikum Kristalografi dan Mineralogi.


Yogyakarta: UPN

Kelly, dan Spottiswood. (1982). Introductory to Mining Processing. Newyork:


Jhon Willey and Son Inc.

Nesbit, A.B. (2001). “The processing of Beach Minerals by means of an InLine


Pressure Jig”, Department of Chemical Engineering, Cape Peninsula
University og Technology

Pryor, E.J. (1965). Mineral Processing. 3rd Edition. Newyork: Elsevier.


PT Timah (Persero) Tbk, (2014). Mineral Dressing dan Aspek Mineral pada
Proses Proses Pencucian dan Pengolahan. Pangkal Pinang: Learning
Centre
Salisbury, E. D. (1921). A Textbook Of Mineralogy. New York.

Selvyana, F. (2015). Kajian Teknis Pengaruh Ketebalan Lapisan Bed pada Pan
American Jig terhadap Recovery Timah di TB 1.42 Pemali PT Timah
(Persero) Tbk Bangka Belitung. Jurnal Ilmu Teknik Vol 3, No 1.
Palembang: Universitas Sriwijaya

Taggart, A.F. (1944). Handbook Of Mineral Dressing. Jhon Willey and Son Inc,
Newyork.

Tobing. (2005). Pengolahan Bahan Galian (Mineral Dressing). Pusat Penelitian


dan Pengembangan Teknologi Mineral. Bandung.

Weiss, N.L. (1985). SME Mineral Processing Handbook Volume 2. Society of


Moning Engineers of the American Institute of Mining, Metallurgical,
and Petroleum Engineers.
108 Universitas Sriwijaya
109

Spesifikasi Kapal Isap Produksi (KIP) Timah 11 adalah sebagai berikut :

A. DREDGE SUCTION
1. Name of the vessel : KIP TIMAH-9 s/d 13
2. Type of the vessel : Cutter Suction Dredger
3. Maker : PT TIMAH & PT DAK
4. Year of Manufacture : 2011

B. PONTOON
1. Overall Width : 22.00 M
2. Inside pontoon Length : 80.520 M
3. Outside Pontoon length : 58.560 M
4. Inside pontoon dia. : 2 x 2.80 M dan 2 x 2.60 M
5. Outside pontoon dia. : 2 x 2.80 M dan 2 x 2.60 M
6. Bow Width : 9.20 M
7. Ladder way Width : 3.60 M
8. Ladder way Length : 58.30 M
9. Port Side Aft Length : 58.50 M
9. Starboard-Side Aft Length : 85.50 M
10. Overall Height : 10.5 M
10. Free board at full operation : 1.4 M
11. Main Hole : 98 units, all tank dia. 60 cm

C. LADDER, ENGINES, HYDRAULIC, CUTTER, PROPELLER


1. Ladder
- Type of Ladder : Weld Joint Steel Structure
- Overall Length Ladder : 58 M
- Digging depth : 45 meter (max. 50 m)
- Angle : 45 degree (max. 60 degree)
2. Cutter
- Type : Circular Steel Cutter

109 Universitas Sriwijaya


110

- Diameter : 1.8 Meter (bladed)


- Maximum rpm : 24 RPM
 Power at Shaft : 226 HP
3. Winch
Ladder winch/anchor winch by hydraulic
- Pulling Force : 30 Ton
- Speed : 12,2 m/min
- Wire Diameter : 38 mm
4. Dredge Pump
- Type : Gravel Pump
- Pump Engine : Yanmar 12 LAK 1100 HP, 2100
rpm
- Cont.rate output : 659 HP max 1900 RPM
560 HP max 1800 RPM
- Pump Gearbox : ratio 3 : 1
- Suction pipe dia. : 14”
- Discharge pipe dia. : 12 “
- Pump Capacity : 250 m3/hr (solid)
- Impeller diameter 36”, pump RPM 560
- Head : 45 meter
5. Engine for sailing dredge
- Main Engine for Propulsion : 1 sets Yanmar
6AYM – STE : 695 HP, 1900 rpm.
- Cooling system : Fresh water cooler
- Propeller : 1350 mm, 4 bladed
6. Engine for thruster swing with hidraulic system
- Main Engine for Shaft Rudder Propeller : 1 sets Yanmar
6AYM STE : 695 HP, 1900 rpm
- Propeller: 32 Inch, 4 bladed
7. Engine for Water Pump & Hydraulic plant
- Engine 1 set Yanmar 6AYM – STE : 695 HP, 1900 rpm
8. Engine for hydraulic pump for cutter and Ladder winch :

110 Universitas Sriwijaya


111

- Engine 1 set Yanmar 6AYM – STE : 695 HP, 1900 rpm


9. Hydraulic pump Power Pack :
- 3 Pcs Splitter Gear Box 1 : 1
10. Flexible Hose presuure : Min 420 bar
11. Water Pump :
- Taki Pump : capacity 1100 m3/hour, 1450 rpm 150 HP, Total Head
: 15 M
- Nijhuis : capacity 400 m3/hour

D. MINERAL PROCESSING PLANT


1. Revolving Screen / Trommel :
- 1 set dia. 2000/1600 x 5160, steel construction
- Trommel Drive Hydraulic, High Torque Radial Piston
Input Power 60 HP, 10 rpm
2. Primary Jigs :
- 24 cell Pan American Jigs @ 1500 x 1500 / cell
- Jig drive hydraulic : Gerotor Motor T 400Nm, Speed 250 rpm
3. Clean-up Jigs :
- 16 cell Pan American Jigs @ 950 x 950 / cell
- Jig drive hydraulic : Gerotor Motor T 400Nm,Speed 250 rpm
4. Tailing Chutes : 2 sets (starboard & port side)
5. Stone Chute : 1 set

E. POWER PLANT & UTILITIES


1. Electric Generator :
- 1 set 150 kVA, rpm 1500
- 1 set 60 kVA, rpm 1500
2. Navigation :
- 1 units Radar (Garmin GMR 18) + 1 unit GPS (Garmin 4012)
3. Communication :
- VHF Marine ICOM IC – M504 & HF ICOM IC- M700PRO
4. Compressor :
- 1 unit Puma/PK 100-300, 10 HP, 8 BAR, 300 Liter
111 Universitas Sriwijaya
112

5. Lifecraft :
- 2 sets for 24 passenger
Tabel A.1 Spesifikasi Pompa Isap Naipu

Tipe Flowrate Head Speed Elf Power


Pompa (m3/jam) (m) (RPM) (%) (Kw)

100ZIS 36-187 7-51 600-1400 30-58 3-53

150ZIS 133-576 10-48 800-1400 54-60 11-88

200ZIS 216-930 11-44 500-940 34-65 22-147

250ZIS 360-1512 11-58 400-850 50-70 24-305

300ZIS 522-3168 9,5-66 300-700 60-68 29-643

350ZIS 900-3024 14-45 300-500 50-70 78-459

150ZISH 126-648 15-77 500-1050 50-71 12-177

200ZISH 324-1091 19,2-56,5 500-800 60-72 32,4-206

250ZISH 612-2232 28-77 450-700 60-73 89-558


(Sumber : PT. Timah (Persero) Tbk, Departemen Perawatan)

Gambar A.1 Sketsa Kapal Isap Produksi (KIP) Timah 11


112 Universitas Sriwijaya
113

113 Universitas Sriwijaya


114

Tabel 2.a Karakteristik Sifat Fisik Mineral Ikutan Timah (MIT)

KARAKTERISTIK 1 2 3 4 5 6 7 8 9
NO
MINERAL
ANATASE BIOTITE CALCITE CASSITERITE CHALCOPYRITE CORUNDUM GALENA HEMATITE ILME
H2K(Mg,F)3AlSi,04)3/
1 Rumus Kimia TiO2 K(Mg,Fe2+)3[AlSi3O10(O CaCO3 Sn02 CuFeS2 Al2O3 PbS Fe2O3 FeT
H,F)2
2 Golongan Oksida Silika Karbonat Oksida Sulfida Oksida Sulfida Oksida Oks
Trigonal, Trigo
3 Sistem Kristal Tetragonal Monoclinic Trigonal Tetragonal Orthorombic, Trigonal Isometrik (Kubus)
Rhombis Rho
Biru, Merah,
Putih, Hijau
Hijau Terang, Kuning, Kuning, Abu-
Kekuningan, Biru Hijau kehitaman, Putih Putih Bening, Putih tidak Merah Bata,
Hitam, Kuning, Coklat, Biru Langit, Coklat, Abu, Coklat Abu-abu, Hitam Hitam,
4 Warna Lembayung, Abu- kehitaman, Coklat tembus cahaya, Putih, Abu-abu Baja,
Merah, Putih Kuning Terang, Emas, Abu Metalic Cok
abu Hitam, Hitam kehitaman Kuning, Merah, Hitam Besi
Kebiruan KebiruanCoklat
Mengkilap
Kemerahan,
Putih Kekuning- Hitam,
5 Gores Abu-abu Putih Coklat, Putih, Abu-abu Putih Putih Abu-abu Coklat
SIFAT FISIK

kuningan me
Adamantine dan AdamantinSubmetalic, Adamantine, Vitreous, Pearly, Met
6 Kilap Kaca & Mutiara Vitreous Pearly Vitreous Metalic
Logam (Metalic) Greasy Vitreous, Greasy Submetalic Subm

7 Kekerasan 5,5-6 2,5-3 3 6,9-7 3,5-4 1,5-2 2,5-2,7 3,5-6,5 5-

8 Belahan Sempurna (Perfect) Sempurna (Perfect) Sempurna (Perfect) Imperfect None Perfect Perfect None No

Uneven, Sub
9 Pecahan Sub Choncoidal Uneven Uneven Uneven - Uneven, Hackly Sub Conchoidal Conch
Conchoidal

Transaparent & Transaparent & Transaparent & Transaparent &


10 Transparansi Transaparent Opaque Opaque Opaque Opa
Translucent Translucent Translucent Translucent

11 Berat Jenis 3,79-3,97 2,7-3,1 2,7 6,8-7,1 3,65-4,2 (8.9) 4,6-4,7 7,5 4,9-5,2 4,6

12 Kemagnetan Diamagnetik Diamagnetik (M) Diamagnetik (NM) Diamagnetik(NM) Diamagnetik (M) Diamagnetik Nonmagnetik (NM) Magnetik Magne
Parakonduktor Parakon
13 Kelistrikkan Diakonduktor Diakonduk Parakonduktor (C ) Diakonduktor (NC) Konduktor Konduktor Parakonduktor
(C ) (C

114 Universitas Sriwijaya


115

Tabel 2.b Karakteristik Sifat Fisik Mineral Ikutan Timah (MIT) (Lanjutan)
M I N E R A L
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
NDUM GALENA HEMATITE ILMENITE LIMONITE MAGNETITE MARCASITE MONAZITE MUSCOVITE OKSIDA BESI PSILOMELAN PHYRITE QUARTZ RUTILE SIDERITE S

(Ce,La, Y, Th) KAl2(AlSi3O10)O (MnO.MnO2.2H2


O3 PbS Fe2O3 FeTiO3 2Fe2O3.3H2O Fe3O4 FeS2 FeS2 SiO2 TiO2 FeCO3
PO4 H2 O)

ida Sulfida Oksida Oksida Oksida Oksida Sulfida Posfat Silicate Oksida Sulfida Silicate Oksida Karbonat
Trigonal, Trigonal, Trigonal,
onal Isometrik (Kubus) None Isometric (Kubus) Orthorombic Monoclinic Monoclinic Amorf Isometric (Kubus) Tetragonal Trigonal, Rhombic
Rhombis Rhombis Hexagonal
Merah, Putih Putih, Putih Silver,
Hi
, Abu- Kekuningan, Putih Kusam, Abu- Hitam mengkilap. Hitam, Coklat,
Merah Bata, Hitam dengan Abu-abu Perak, Kuning Putih Garam, Merah Bata, Kuning, H
Coklat Abu-abu, Hitam Hitam, Ungu, Coklat, Kuning Kuning Coklat, abu,HIjau Pucat, Hitam mengkilap Coklat Kemerahan,
Abu-abu Baja, Hitam metallic Kuning, Putih bercak merah, tembaga, hijau Merah, Orange, Coklat, Abu-abu,
Abu Metalic Coklat Kecoklatan Coklat Kuning, Putih dengan bercak Kebiruan, Ungu
Hitam Besi Coklat. kehitaman, coklat HIjau, Hitam, Putih Merah, Hitam, K
nCoklat Kemerahan, Bening, Hitam, merah Kuning, ,
C
ahan, Kuning , Putih
Hitam, Coklat Kuning
ih Abu-abu Coklat Hitam Coklat, Hitam Putih Putih Hitam Putih Coklat, Putih K
merah Kecoklatan, Coklat
Sub
ntine, Vitreous, Pearly, Metalic, Vitreous, Silky, Adamantine,
Metalic Earthy Metallic, Submetalic Metallic Adamantine, Metallic Metallic Vitreous Vitreous, Silky, Pearly
Greasy Submetalic Submetalic, Pearly Metallic
Vitreous,
-2 2,5-2,7 3,5-6,5 5-6 5-5,5 5,5-6,5 6-6,5 5-5,5 2-2,5 6-6,5 7 6-6,5 3,5-4,5

ect Perfect None None None Distinct Distinct Distinct Perfect Indistinct Indistinct Distinct Perfect

Uneven, Sub Uneven, Unevent, Unevent,


Hackly Sub Conchoidal Conchoidal Unevent Unevent Fibrous Uneven Conchoidal Unevent, Conchoida
Conchoidal Conchoidal, Earthy Conchoidal Conchoidal,

Transparent, TransparenTransc Transparent,


que Opaque Opaque Opaque Opaque Opaque Opaque Transculent Opaque Transculen
Transculent ulen Transculent,

4,7 7,5 4,9-5,2 4,6-5 3,6-4 5,1 4,5-5 4,9-5,5 2,7-3,1 4,7 4,8-5,1 2,6-2,7 4,1,4,3 3,8-3,9
Nonmagnetic Diamagnetik
gnetik Nonmagnetik (NM) Magnetik Magnetik (M) Magnetik (M) Ferromagentik (M) Diamagnetik (NM) Magnetik (M) Ferromagentik (NM) Diamagnetik (NM) Diamagnetik (NM) Ferromagentik (M) Di
(NM) (M)
Parakonduktor Parakonduktor Parakonduktor Diakonduktor
uktor Parakonduktor - Ferrokonduktor Parakonduktor Ferrokonduktor (C) Diakonduktor (NC) Diakonduktor (C) Ferrokonduktor (NC) P
(C ) (C) (C) (NC)

115 Universitas Sriwijaya


116

Tabel 2.c Karakteristik Sifat Fisik Mineral Ikutan Timah (MIT) (Lanjutan)

8 19 20 21 22 23 24 25 26 27
RTZ RUTILE SIDERITE SPHALERITE SPINEL TOPAZ TOURMALINE WOLFRAMITE XENOTIME ZIRCONE

NaMgFeAl6BO3Si6
O2 TiO2 FeCO3 ZnS MgAl2O4 Al2(SiO4)(F,OH)2 (FeMn)WO4 YPO4 ZrSiO4
OH14

ate Oksida Karbonat Sulfida Oksida Silicates Silicates Posfat Silicates


nal, Orthorombic
Tetragonal Trigonal, Rhombic Isometric Isometric Trigonal Monoclinic Tetragonal Tetragonal
onal (Rhombic)
Putih, Biru, HIjau
Hitam mengkilap, Putih Susu Kusam, Putih Bening,
Hitam, Coklat, Hitam Kusam, Hitam, Terang, Kuning,
Garam, Merah Bata, Kuning, Hitam bercorak Coklat kekuningan, Merah Muda
Coklat Kemerahan, Biru, Merah, Ungu, Kuning Anggur, Hitam Mengkilap, Hitam Kecoklatan,
Orange, Coklat, Abu-abu, pasir putih, Coklat Kemerahan, Bening, Merah
Kebiruan, Ungu Hijau, Coklat, Merah Merah, Coklat, Hitam Cincau Abu-abu gelap
am, Putih Merah, Hitam, Kuning, Hitam, Kuning Pucat, Putih Bata Bening,
Kuning, , Muda Orange Keabuan,
Coklat Terang, Keabuan, Kuning Kuning, Abu-abu,
Kehijauan,
ih Coklat, Putih Kuning, Coklat Putih, Abu-abu Putih Putih Hitam Putih

Adamantine, Adamantine, Adamantine,


ous Vitreous, Silky, Pearly Vitreous Vitreous Kilap Intan Metallic
Metallic Resinous Vitreous, Greasy

6-6,5 3,5-4,5 3,5-4 7,5-8 8 7-7,5 5-5,5 4-5 7,5

tinct Distinct Perfect Perfect None Perfect Perfect Imperfect Indistinct

Unevent, Uneven, Spilentry, Uneven, Sub Uneven, Sub


oidal Unevent, Conchoida Conchoidal Conchoidal
Conchoidal, Conchoidal Conchoidal Conchoidal
Transparent,
nTransc Transparent, Transparent, Transparent, Transparent,
Transculen Transparent Opaque Transculent,
n Transculent, Transculent Transculent Transculent
Opaque
2,7 4,1,4,3 3,8-3,9 3,9-4,1 3,6-4,1 3,4-3,6 3-3,2 7-7,5 4,5-4,6 4,6-4,7

tik (NM) Diamagnetik (NM) Ferromagentik (M) Diamagnetik (M) Nonmagnetik (NM) Farramagnetik Diamagnetik (M) Diamagnetik Magnetik (M) Diamagnetik (M)

ktor (NC) Diakonduktor (C) Ferrokonduktor (NC) Parakonduktor Ferro Parakonduktor Nonkonduktor (NC) Non Konducktor (NC) Diakonduktor (NC)

116 Universitas Sriwijaya


117

Hasil analisa Grain Counting Analysis (GCA) untuk ukuran butir


cassiterite dan monazite pada laboratorium eksplorasi menggunakan satuan mesh
(#) (jumlah lubang yang terdapat dalam ayakan tiap 1 inchi persegi). Konversi
ukuran butir yang digunakan sesuai dengan sieve shaker yang dipakai, dimana
laboratorium eksplorasi menggunakan pengayak standar TYLER (Tabel 3.a).
Opening sieve merupakan konvesi ukuran dari mesh ke ukuran butir,
misalnya 2,5 # dengan opening sieve 8 mm artinya ukuran butiran yang lolos pada
2,5 # adalah 8 mm. Semakin besar ukuran mesh maka fraksi ukuran butiran
semakin halus. Begitupun sebaliknya semakin kecil ukuran mesh maka fraksi
butiran semakin kasar.

Tabel 3.a. Konversi Ukuran Butir Standar TYLER

Mesh (#) Opening Sieve (mm) Mesh (#) Opening Sieve (mm)
2.5 8 100 0,15
3 6,7 120 0,125
3.5 5,6 150 0,106
4 4,75 170 0,090
5 4 200 0,071
6 3,35 250 0,063
7 2,80 270 0,053
8 2,36 325 0,045
9 2 400 0,038
10 1,70 35 0,425
12 1,4 50 0,297
14 1,18 60 0,25
16 1 65 0,212
20 0,85 80 0,18
24 0,71 100 0,15
28 0,65 115 0125
32 0,5 120 0,125

117 Universitas Sriwijaya


118

35 0,425 150 0,106


42 0,355 170 0,090
48 0,3 200 0,071
50 0,297 250 0,063
60 0,25 270 0,053
65 0,212 325 0,045

118 Universitas Sriwijaya


119

7
7

6
5
4

8
3 Keterangan :
1 1. Motor Listik
2. As Stang Eksentrik
2
3. Stang Eksentrik
4. Rangka Penahan kerucut
5. Diafragma
6. Rubber Membran
Gambar 4.a Sketsa Pan American Jig (tampak samping) 7. Tangki Jig
8. Lubang Spigot
9.
10. Spigot
119 Universitas Sriwijaya
120

8 1
2

Gambar 4.b Sketsa Pan American Jig (tampak depan)

120 Universitas Sriwijaya


121

Layout hasil perhitungan kecepatan aliran horizontal (crossflow) pada jig


di KIP Timah 11 (Gambar 5.a) diperoleh dari pengamatan dan pengukuran
berikut.

Gambar 5.a Layout Hasil Pengukuran Nilai Variabel Jig Primer dan Jig Clean Up
pada KIP Timah 11 Bulan Desember 2015

Sebuah gabus berukuran 1 cm x 1 cm dialirkan dari pangkal jig (tempat


masuknya feed) hingga sampai ke ujung jig (tempat keluarnya tailing). Waktu
tempuh dihitung menggunakan stopwatch ketika gabus bergerak dalam jarak
tempuh dari pangkal jig hingga ke ujung jig. Kecepatan aliran horizontal
(crossflow) adalah jarak tempuh dibagi dengan waktu tempuh, sehingga dapat
dihitung sebagai berikut.
121 Universitas Sriwijaya
122

Data
Panjang jig primer (jarak tempuh) =6m
Panjang jig clean up (jarak tempuh) = 3,8 m

Jig Primer
1. Jig Pimer Kiri 1 Cell 1
Waktu tempuh = 5,3 detik
6m
Crossflow = = 1,13 m/detik
5,3 det

2. Jig Pimer Kiri 1 Cell 2


Waktu tempuh = 5,5 detik
6m
Crossflow = = 1,09 m/detik
5,5 detik

3. Jig Pimer Kiri 2 Cell 1


Waktu tempuh = 5 detik
6m
Crossflow = = 1,2 m/detik
5 detik

4. Jig Pimer Kiri 2 Cell 2


Waktu tempuh = 5,45 detik
6m
Crossflow = = 1,1 m/detik
5,45 detik

5. Jig Pimer Kanan 1 Cell 1


Waktu tempuh = 5,76 detik
6m
Crossflow = = 1,04 m/detik
5,76 detik

6. Jig Pimer Kanan 1 Cell 2


Waktu tempuh = 5,12 detik

122 Universitas Sriwijaya


123

6m
Crossflow = = 1,17 m/detik
5,12 detik

7. Jig Pimer Kanan 2 Cell 1


Waktu tempuh = 5,40 detik
6m
Crossflow = = 1,11 m/detik
5,4 detik

8. Jig Pimer Kanan 2 Cell 2


Waktu tempuh = 5,26 detik
6m
Crossflow = = 1,14 m/detik
5,26 detik

Jig Clean Up
1. Jig Clean Up Kiri Cell 1
Waktu tempuh = 4,2 detik
3,8 m
Crossflow = = 0, 90 m/detik
4,2 detik

2. Jig Clean Up Kiri Cell 2


Waktu tempuh = 4,08 detik
3,8 m
Crossflow = = 0.93 m/detik
4,08 detik

3. Jig Clean Up Kanan Cell 1


Waktu tempuh = 4,57 detik
3,8 m
Crossflow = = 0,83 m/detik
4,57 detik

4. Jig Clean Up Kanan Cell 2


3,8 m
Waktu tempuh = 4,36 detik = Crossflow = = 0,87 m/detik
4,36 detik

Data

123 Universitas Sriwijaya


124

Kapasitas pompa underwater : 2500 m3/jam


Jig Primer PA 2x4 Kompartemen : 4 Unit
Jig Clean Up PA 2x4 Kompartemen : 2 Unit

A. Kebutuhan Underwater Jig Primer PA 1,5 x 1,5 m2


- Luas Saringan Efektif (LSE) 1 Cell
=(1,5 x1,5)m2 x 0,984 = 2,214 m2
- Luas Saringan Efektif (LSE) 1 unit
=2,214 m2/cell x 8 Cell/unit = 17.712 m2
- Luas Saringan Efektif (LSE) 4 Unit
=17,712 m2/unit x 4 Unit = 70,848 m2 LSE
Kebutuhan Underwater/cell = 0,40 m3/m2 LSE.menit
Kebutuhan Under Water Jig Primer
= LSE keseluruhan x kebutuhan Underwater/cell x 60
= 70,848m2 x 0,40 m3/m 2 x 60
= 28,3392 m3/menit x 60 = 1700,352 m3/jam
B. Kebutuhan Underwater Jig Clean Up 0,95 x 0,95 m2
- Luas Saringan Efektif (LSE) 1 Cell
= (0,95 x 0,95) m2 x 0,984 = 0,88806 m2
- Luas Saringan Efektif (LSE) 1 Unit
= 0,88806 m2/cell x 8 Cell/Unit = 7,10448 m2
- Luas Saringan Efektif (LSE) 2 Unit
= 7,10448 m2/Unit x 2 unit = 14,20896 m2LSE
Kebutuhan Underwater/Cell = 0,30 m3/m2 LSE.menit
Kebutuhan Underwater Jig Clean Up
= LSE keseluruhan x Kebutuhan Underwater/Cell x 60
= 14,20896 m2x 0,30 m3/m2 x 60
= 4,262688 m3/menit x 60 = 255,76128 m3/jam

Jadi, kebutuhan Underwater keseluruhan jig primer dan jig clean up


adalah 1700,352 m3/jam + 255,76128 m3/jam = 1.956,11328 m3/jam.
Panjang pukulan pada jig berbanding terbalik dengan jumlah pukulan per
menit. Ukuran butir dari mineral berbanding lurus dengan panjang pukulan dan

124 Universitas Sriwijaya


125

berbanding terbalik dengan jumlah pukulan per menit (Azwardi Ichwan, 2012)
Hal ini dapat dilihat dari persamaan berikut :

S = 60.v x f/2n

Keterangan:
S = Panjang pukulan (mm)
v = Kecepatan pengendapan partikel (mm/detik)
n = Jumlah pukulan (rpm)
f = Faktor luas permukaan tiap cell jig, untuk PA jig = 2,2

Laju kecepatan pengendapan mineral berdasarkan kondisi butir pada fluida


dapat dihitung dengan rumus (Azwardi Ichwan, 2012) :

v  26,32 D(p - p')

Keterangan:
v = Kecepatan pengendapan partikel (mm/s)
D = Diameter partikel (mm)
 = Berat jenis partikel
' = Berat jenis fluida

Berdasarkan rumus tersebut diatas dapat dilakukan perhitungan nilai panjang


dan jumlah pukulan jig clean up untuk pencucian cassiterite (Tabel 6.a) dan
pencucian monazite (Tabel 6.b) sehingga dapat ditentukan nilai panjang dan jumlah
pukulan untuk pencucian cassiterite dan monazite (Tabel 6.c)

Tabel 7.a Perhitungan Nilai Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan Jig Clean Up
untuk Cassiterite

125 Universitas Sriwijaya


126

Tabel 7.b Perhitungan Nilai Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan Jig Clean Up
untuk Monazite

126 Universitas Sriwijaya


127

Tabel 7.c Nilai Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan Cassiterite dan Monazite
Berdasarkan Perhitungan Secara Teori
127 Universitas Sriwijaya
128

Fraksi Jumlah Panjang Pukulan (mm) Panjang Pukulan (mm)


Ukuran Pukulan
Butir (rpm) Cassiterite Monazite Cassiterite & Monazite
60 65 53 53 - 65
90 43 35 35 - 43
100 39 32 32 - 39
120 32 26 26 - 32
20 # 130 30 24 24 - 30
140 28 23 23 - 28
150 26 21 21 - 26
160 24 20 20 - 24
180 22 18 18 - 22
60 38 31 31 - 28
90 26 21 21 - 26
100 23 19 19 - 23
120 19 16 16 - 19
48 # 130 18 14 14 - 18
140 16 13 13 - 16
150 15 12 12 - 15
160 14 12 12 - 14
180 13 10 10 - 13
60 38 31 31 - 38
90 25 21 21 - 25
100 23 19 19 - 23
120 19 16 16 - 19
50 # 130 18 14 14 - 18
140 16 13 13 - 16
150 15 12 12 - 15
160 14 12 12 - 14
180 13 10 10 - 13
60 32 26 26 - 32
90 21 17 17 - 21
100 19 16 16 - 19
120 16 13 13 - 16
70 # 130 15 12 12 - 15
140 14 11 11 - 14
150 13 10 10 - 13
160 12 10 10 - 12
180 11 9 9 - 11
80 # 60 30 24 24 - 30

128 Universitas Sriwijaya


129

90 20 16 16 - 20
100 18 14 14 - 18
120 15 12 12 - 15
130 14 11 11 - 14
140 13 10 10 - 13
150 12 10 10 - 12
160 11 9 9 - 11
180 10 8 8 - 10
60 27 22 22 - 27
90 18 15 15 - 18
100 16 13 13 - 16
120 14 11 11 - 14
100 # 130 13 10 10 - 13
140 12 9 9 - 12
150 11 9 9 - 11
160 10 8 8 - 10
180 9 7 7-9
60 23 19 19 - 23
90 15 12 12 - 15
100 14 11 11 - 14
120 11 9 9 - 11
150 # 130 11 9 9 - 11
140 10 8 8 - 10
150 9 7 7-9
160 9 7 7-9
180 8 6 6-8

129 Universitas Sriwijaya


130

Gambar 8.a Peta Lokasi Penelitian dan Pengambilan Sample

Selama proses penelitian berlangsung, KIP Timah 11 melakukan penggalian


di Laut Belo seperti indeks peta yang terlihat di sebelah kanan atas.
Feed yang masuk merupakan material hasil penggalian pada kedalaman
28.5 m dan lapisan yang digali adalah Lempung Pasir Kasar Kerikil. Ujicoba
dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali pada jig clean up kiri dengan kondisi afsluiter
underwater dibuka full 100% sehingga underwater memenuhi jig tank,
pengaturan saringan putar dan variabel jig primer disesuaikan dengan SOP
Pencucian pada KIP Timah 11.
Adapun profil bor dari lokasi pengambilan sample selama proses penggalian
berlangsung dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Dimana profil lapisan di
lokasi penelitian (Gambar 7.b) pengambilan sample adalah lumpur, lempung liat
merah, lempung, lempung pasir halus, pasir halus lempung, lempung liat,
lempung pasir halus, dan pasir halus kerikil.

130 Universitas Sriwijaya


131

Gambar 8.b Profil Bor Lokasi Penelitian dan Pengambilan Sample

131 Universitas Sriwijaya


132

Tabel 9.a Hasil Grain Counting Analysis Konsentrat Ujicoba 1


Kompartemen A Kompartemen B Kompartemen C Kompartemen D
Berat Jenis Berat Berat
No Mineral Fraksi Jumlah Butir % Berat Berat Jumlah Butir % Berat Mineral Jumlah Butir Kadar % Berat Mineral Berat Jumlah Butir Kadar % Berat
(BJ) Sample BJ x JB Kadar (%) BJ x JB Kadar (%) Sample BJ x JB BJ x JB
(JB) Mineral (%) Sample (gr) (JB) (%) (JB) (%) (%) Sample (gr) (JB) (%) Mineral (%)
(gr) (gr)
Cassiterite 6.90 230 1587 73.40 20.75 88 607.2 43.02 14.26 0 0 0.00 0.00 5 34.5 2.24 1.71
Ilmenite/Rutile 4.50 0 0 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00
Zircone 4.70 0 0 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00 0 0 0 0.00 0 0 0.00 0.00
Monazite 4.90 0 0 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00 0 0 0 0.00 0 0 0.00 0.00
+ 48 # 21,99 30,31 18,59 37.13
1 Pyrite/Marcasite 4.80 64 307,2 14.21 4.02 65 312 22.11 7.33 80 384 36.72 18.66 131 628.8 40.89 31.09
Tourmaline 3.10 38 117.8 5.45 1.54 51 158.1 11.20 3.71 82 254.2 24.31 12.35 82 254.2 16.53 12.57
Quartz 2.60 30 78 3.61 1.02 32 83.2 5.90 1.95 72 187.2 17.90 9.10 126 327.6 21.30 16.20
Siderite 3.80 19 72.2 3.34 0.94 66 250.8 17.77 5.89 58 220.4 21.07 10.71 77 292.6 19.03 14.47
Total 381 2162.2 100.00 28.27 302 1411.3 100.00 33.15 292 1045.8 100.00 50.82 421 1537.7 100.00 76.02
Cassiterite 6.90 249.00 1718.10 89.41 39.67 110.00 759.00 61.53 24.26 4.00 27.60 5.24 0.11 20.00 138.00 27.09 4.19
Ilmenite/Rutile 4.50 5.00 22.50 1.17 0.52 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Zircone 4.70 2.00 9.40 0.49 0.22 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Monazite 4.90 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
+ 65 # 34,51 36,05 1,21 7.56
2 Pyrite/Marcasite 4.80 5.00 24.00 1.25 0.55 9.00 43.20 3.50 1.38 21.00 100.80 19.14 0.38 13.00 62.40 12.25 1.90
Tourmaline 3.10 25.00 77.50 4.03 1.79 62.00 192.20 15.58 6.14 34.00 105.40 20.02 0.40 22.00 0.00 0.00 0.00
Quartz 2.60 8.00 20.80 1.08 0.48 16.00 41.60 3.37 1.33 41.00 106.60 20.24 0.41 37.00 96.20 18.88 2.92
Siderite 3.80 13.00 49.40 2.57 1.14 52.00 197.60 16.02 6.32 49.00 186.20 35.36 0.71 56.00 212.80 41.77 6.47
Total 307.00 1921.70 100.00 44.37 249.00 1233.60 100.00 39.43 149.00 526.60 100.00 2.00 148.00 509.40 100.00 15.48
Cassiterite 6.90 217 1497.3 79.61 19.47 145 1000.5 62.09 14.03 10 69 4.29 0.02 60 414 20.99 1.59
Ilmenite/Rutile 4.50 11 49.5 2.63 0.64 21 94.5 5.86 1.33 17 76.5 4.75 0.02 24 108 5.47 0.41
Zircone 4.70 10 47 2.50 0.61 12 56.4 3.50 0.79 13 61.1 3.80 0.01 9 42.3 2.14 0.16
Monazite 4.90 9 44.1 2.345 0.57 0 0 0.00 0.00 5 24.5 1.52 0.01 6 29.4 1.490 0.11
+ 100 # 19,02 20,66 0,41 3.7
3 Pyrite/Marcasite 4.80 5 24 1.28 0.31 21 100.8 6.26 1.41 156 748.8 46.52 0.17 80 384 19.47 1.47
Tourmaline 3.10 48 148.8 7.91 1.93 65 201.5 12.51 2.83 0 0 0.00 0.00 134 415.4 21.06 1.60
Quartz 2.60 8 20.8 1.11 0.27 8 20.8 1.29 0.29 137 356.2 22.13 0.08 68 176.8 8.96 0.68
Siderite 3.80 13 49.4 2.63 0.64 36 136.8 8.49 1.92 72 273.6 17.00 0.06 106 402.8 20.42 1.55
Total 321 1880.9 100.00 24.45 308 1611.3 100.00 22.60 410 1609.7 100.00 0.37 487 1972.7 100.00 7.58
Cassiterite 6.90 157.00 1083.30 67.81 20.16 135.00 931.50 63.19 2.78 30 207 9.73 0.02 10.00 69.00 8.52 0.36
Ilmenite/Rutile 4.50 10.00 45.00 2.82 0.84 15.00 67.50 4.58 0.20 20 90 4.23 0.01 16.00 72.00 8.89 0.38
Zircone 4.70 19.00 89.30 5.59 1.66 19.00 89.30 6.06 0.27 13 61.1 2.87 0.00 2.00 9.40 1.16 0.05
Monazite 4.90 8.00 39.20 2.45 0.73 0.00 0.00 0.00 0.00 17 83.3 3.91 0.01 1.00 4.90 0.61 0.03
+ 150 # 0,85 4,02 0,19 2.08
4 Pyrite/Marcasite 4.80 15.00 72.00 4.51 1.34 25.00 120.00 8.14 0.36 161 772.8 36.32 0.06 58.00 278.40 34.39 1.46
Tourmaline 3.10 71.00 220.10 13.78 4.10 52.00 161.20 10.94 0.48 68 210.8 9.91 0.02 45.00 139.50 17.23 0.73
Quartz 2.60 7.00 18.20 1.14 0.34 11.00 28.60 1.94 0.09 171 444.6 20.89 0.04 31.00 80.60 9.96 0.42
Siderite 3.80 8.00 30.40 1.90 0.57 20.00 76.00 5.16 0.23 68 258.4 12.14 0.02 41.00 155.80 19.24 0.82
Total 295.00 1597.50 100.00 29.72 277.00 1474.10 100.00 4.40 548 2128 100.00 0.17 204.00 809.60 100.00 4.26
Cassiterite 6.90 132.00 910.80 69.18 20.56 106 731.4 42.09 0.11 5 34.5 25.26 7.51 4.00 27.60 3.41 0.03
Ilmenite/Rutile 4.50 17.00 76.50 5.81 1.73 23 103.5 5.96 0.02 5 22.5 16.47 4.90 6.00 27.00 3.34 0.03
Zircone 4.70 10.00 47.00 3.57 1.06 0 0 0.00 0.00 0 0 0 0.00 16.00 75.20 9.30 0.09
Monazite 4.90 8.00 39.20 2.98 0.88 18 88.2 5.08 0.01 0 0 0 0.00 7.00 34.30 4.24 0.04
- 150 # 0,76 0,38 1,07 0.45
5 Pyrite/Marcasite 4.80 5.00 24.00 1.82 0.54 94 451.2 25.97 0.07 7 33.6 24.60 7.31 52.00 249.60 30.87 0.28
Tourmaline 3.10 48.00 148.80 11.30 3.36 83 257.3 14.81 0.04 0 0 0 0.00 62.00 192.20 23.77 0.22
Quartz 2.60 8.00 20.80 1.58 0.47 13 33.8 1.95 0.01 6 15.6 11.42 3.39 56.00 145.60 18.01 0.17
Siderite 3.80 13.00 49.40 3.75 1.12 19 72.2 4.16 0.01 8 30.4 22.25 6.61 15.00 57.00 7.05 0.06
Total 77,18 241.00 1316.50 100.00 29.72 91,42 356 1737.6 100.00 0.27 110,24 31 136.6 100.00 29.72 48,84 218.00 808.50 100.00 0.92

132 Universitas Sriwijaya


133

Tabel 9.b Hasil Grain Counting Analysis Sample Konsentrat Ujicoba 2


Kompartemen A Kompartemen B Kompartemen C Kompartemen D
Berat Jenis Berat % Berat Berat Jumlah % Berat Berat Jumlah % Berat Berat Jumlah % Berat
No Mineral Fraksi Jumlah Kadar Kadar Kadar
(BJ) Sample BJ x JB Kadar (%) Mineral Sample Butir BJ x JB Mineral Sample Butir BJ x JB Mineral Sample Butir BJ x JB Mineral
Butir (JB) (%) (%) (%)
(gr) (%) (gr) (JB) (%) (gr) (JB) (%) (gr) (JB) (%)
Cassiterite 6.90 7 48.3 32.26 16.40 2 13.8 2.77 1.16 1 6.9 2.39 1.53 2 13.8 1.96 1.45
Ilmenite/Rutile 4.50 5 22.5 15.03 7.64 20 90 18.07 7.56 5 22.5 7.80 4.98 30 135 19.16 14.16
Zircone 4.70 0 0 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00 0 0 0 0.00 0 0 0.00 0.00
Monazite 4.90 0 0 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00 0 0 0 0.00 0 0 0.00 0.00
+ 48 # 61,40 160,88 82,33 44,24
1 Pyrite/Marcasite 4.80 7 33.6 22.44 11.41 20 96 19.28 8.07 9 43.2 14.97 9.55 20 96 13.62 10.07
Tourmaline 3.10 1 3.1 2.07 1.05 22 68.2 13.69 5.73 18 55.8 19.33 12.34 20 62 8.80 6.50
Quartz 2.60 6 15.6 10.42 5.30 30 78 15.66 6.55 9 23.4 8.11 5.18 20 52 7.38 5.46
Siderite 3.80 7 26.6 17.77 9.03 40 152 30.52 12.77 36 136.8 47.40 30.25 91 345.8 49.08 36.28
Total 33 149.7 100.00 50.82 0 134 498 100.00 41.85 0 78 288.6 100.00 63.83 0 183 704.6 100.00 73.92
Cassiterite 6.90 30.00 207.00 26.98 8.02 5.00 34.50 7.24 2.29 20.00 138.00 12.62 3.06 10 69 8.54 1.17
Ilmenite/Rutile 4.50 27.00 121.50 15.84 4.71 22.00 99.00 20.79 6.57 34.00 153.00 13.99 3.40 30 135 16.70 2.28
Zircone 4.70 5.00 23.50 3.06 0.91 0.00 0.00 0.00 0.00 50.00 235.00 21.49 5.22 20 94 11.63 1.59
Monazite 4.90 2.00 9.80 1.28 0.38 1.00 4.90 1.03 0.32 0.00 0.00 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00
+ 65 # 35,91 121,42 31,31 8,17
2 Pyrite/Marcasite 4.80 13.00 62.40 8.13 2.42 21.00 100.80 21.17 6.69 40.00 192.00 17.56 4.26 19 91.2 11.28 1.54
Tourmaline 3.10 27.00 83.70 10.91 3.24 22.00 68.20 14.32 4.52 42.00 130.20 11.91 2.89 20 62 7.67 1.05
Quartz 2.60 12.00 31.20 4.07 1.21 24.00 62.40 13.10 4.14 30.00 78.00 7.13 1.73 35 91 11.26 1.54
Siderite 3.80 60.00 228.00 29.72 8.83 28.00 106.40 22.34 7.06 44.00 167.20 15.29 3.71 70 266 32.91 4.49
Total 176.00 767.10 100.00 29.72 123.00 476.20 100.00 31.58 260.00 1093.40 100.00 24.27 204 808.2 100.00 13.65
Cassiterite 6.90 13 89.7 13.50 2.08 8 55.2 12.28 2.60 6 41.4 4.86 0.46 5 34.5 7.44 0.62
Ilmenite/Rutile 4.50 20 90 13.55 2.09 12 54 12.01 2.55 10 45 5.29 0.50 20 90 19.42 1.61
Zircone 4.70 20 94 14.15 2.18 15 70.5 15.68 3.32 40 188 22.09 2.08 12 56.4 12.17 1.01
Monazite 4.90 0 0 0.000 0.00 1 4.9 1.09 0.23 2 9.8 1.15 0.11 1 4.9 1.057 0.09
+ 100 # 18,64 81,46 12,16 4,97
3 Pyrite/Marcasite 4.80 20 96 14.45 2.23 19 91.2 20.28 4.30 40 192 22.56 2.13 15 72 15.53 1.29
Tourmaline 3.10 23 71.3 10.73 1.66 18 55.8 12.41 2.63 30 93 10.93 1.03 23 71.3 15.38 1.28
Quartz 2.60 23 59.8 9.00 1.39 22 57.2 12.72 2.70 50 130 15.27 1.44 21 54.6 11.78 0.98
Siderite 3.80 43 163.4 24.60 3.80 16 60.8 13.52 2.87 40 152 17.86 1.68 21 79.8 17.22 1.43
Total 162 664.2 100.00 15.43 111 449.6 100.00 21.19 218 851.2 100.00 9.43 118 463.5 100.00 8.30
Cassiterite 6.90 1.00 6.90 3.13 0.10 1.00 6.90 1.31 0.06 1 6.9 0.90 0.02 1.00 6.90 1.81 0.05
Ilmenite/Rutile 4.50 10.00 45.00 20.45 0.68 10.00 45.00 8.56 0.40 20 90 11.78 0.21 15.00 67.50 17.69 0.49
Zircone 4.70 12.00 56.40 25.62 0.85 6.00 28.20 5.36 0.25 30 141 18.46 0.33 15.00 70.50 18.48 0.51
Monazite 4.90 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
+ 150 # 4,03 17,93 2,32 1,65
4 Pyrite/Marcasite 4.80 10.00 48.00 21.81 0.73 65.00 312.00 59.35 2.77 30 144 18.85 0.34 15.00 72.00 18.87 0.52
Tourmaline 3.10 8.00 24.80 11.27 0.38 20.00 62.00 11.79 0.55 20 62 8.12 0.15 18.00 55.80 14.63 0.40
Quartz 2.60 15.00 39.00 17.72 0.59 10.00 26.00 4.95 0.23 50 130 17.02 0.31 17.00 44.20 11.59 0.32
Siderite 3.80 0.00 0.00 0.00 0.00 12.00 45.60 8.67 0.40 50 190 24.87 0.45 17.00 64.60 16.93 0.47
Total 56.00 220.10 100.00 3.34 124.00 525.70 100.00 4.66 201 763.9 100.00 1.80 98.00 381.50 100.00 2.76
Cassiterite 6.90 1.00 6.90 0.48 0.00 1 6.9 0.18 0.00 1 6.9 0.70 0.00 1.00 6.90 0.39 0.01
Ilmenite/Rutile 4.50 56.00 252.00 17.69 0.12 189 850.5 21.83 0.16 20 90 9.08 0.06 50.00 225.00 12.58 0.17
Zircone 4.70 78.00 366.60 25.74 0.18 200 940 24.13 0.17 50 0 0 0.00 50.00 235.00 51.54 0.71
Monazite 4.90 0.00 0.00 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
- 150 # 0,84 2,74 0,87 0,82
5 Pyrite/Marcasite 4.80 80.00 384.00 26.96 0.19 160 768 19.72 0.14 80 384 38.75 0.26 80.00 384.00 21.47 0.29
Tourmaline 3.10 50.00 155.00 10.88 0.08 100 310 7.96 0.06 60 0 0 0.00 80.00 248.00 54.39 0.75
Quartz 2.60 100.00 260.00 18.25 0.13 100 260 6.67 0.05 50 130 13.12 0.09 90.00 234.00 13.08 0.18
Siderite 3.80 0.00 0.00 0.00 0.00 200 760 19.51 0.14 100 380 38.35 0.26 120.00 456.00 25.49 0.35
Total 120,82 365.00 1424.50 100.00 0.70 384,43 950 3895.4 100.00 0.71 128,99 361 990.9 100.00 0.67 59,85 471.00 1788.90 178.92 2.45

133 Universitas Sriwijaya


134

Tabel 9.c Hasil Grain Counting Analysis Sample Konsentrat Ujicoba 3


Kompartemen A Kompartemen B Kompartemen C Kompartemen D
Berat
Berat Jumlah % Berat Berat Jumlah % Berat Berat Jumlah % Berat Berat Jumlah % Berat
No Mineral Jenis Fraksi Kadar Kadar Kadar Kadar
Sample Butir BJ x JB Mineral Sample Butir BJ x JB Mineral Sample Butir BJ x JB Mineral Sample Butir BJ x JB Mineral
(BJ) (%) (%) (%) (%)
(gr) (JB) (%) (gr) (JB) (%) (gr) (JB) (%) (gr) (JB) (%)

Cassiterite 6.90 22 151.8 46.59 24.68 1 6.9 1.33 0.64 0 0 0.00 0.00 1 6.9 0.64 0.54
Ilmenite/Rutile 4.50 5 22.5 6.91 3.66 15 67.5 13.01 6.23 5 22.5 13.30 11.82 34 153 14.19 12.04
Zircone 4.70 0 0 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00 0 0 0 0.00 0 0 0.00 0.00
Monazite 4.90 1 4.9 1.50 0.80 0 0 0.00 0.00 8 39.2 23.1678 20.59 0 0 0.00 0.00
+ 48 # 54,72 145,06 97,96 213,02
1 Pyrite/Marcasite 4.80 18 86.4 26.52 14.05 34 163.2 31.45 15.06 7 33.6 19.86 17.65 67 321.6 29.82 25.30
Tourmaline 3.10 0 0 0.00 0.00 23 71.3 13.74 6.58 9 27.9 16.49 14.65 45 139.5 12.94 10.97
Quartz 2.60 10 26 7.98 4.23 34 88.4 17.04 8.16 6 15.6 9.22 8.19 78 202.8 18.81 15.95
Siderite 3.80 9 34.2 10.50 5.56 32 121.6 23.43 11.22 8 30.4 17.97 15.97 67 254.6 23.61 20.03
Total 65 325.8 100.00 52.97 139 518.9 100.00 47.87 43 169.2 100.00 88.86 292 1078.4 100.00 84.83
Cassiterite 6.90 1 6.90 1.33 0.64 3 20.70 4.04 1.17 1 6.90 1.96 0.10 1 6.9 0.59 0.06
Ilmenite/Rutile 4.50 15 67.50 13.01 6.23 21 94.50 18.43 5.33 17 76.50 21.75 1.15 32 144 12.22 1.34
Zircone 4.70 0 0.00 0.00 0.00 25 117.50 22.92 6.63 0 0.00 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00
Monazite 4.90 0 0.00 0.00 0.00 0 0.00 0.00 0.00 0 0.00 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00
+ 65 # 38,53 87,61 5,81 27,61
2 Pyrite/Marcasite 4.80 34 163.20 31.45 15.06 32 153.60 29.96 8.66 19 91.20 25.92 1.37 57 273.6 23.21 2.55
Tourmaline 3.10 23 71.30 13.74 6.58 16 49.60 9.67 2.80 20 62.00 17.62 0.93 78 241.8 20.51 2.25
Quartz 2.60 34 88.40 17.04 8.16 12 31.20 6.09 1.76 18 46.80 13.30 0.70 67 174.2 14.78 1.62
Siderite 3.80 32 121.60 23.43 11.22 12 45.60 8.89 2.57 18 68.40 19.44 1.02 89 338.2 28.69 3.15
Total 139.00 518.90 100.00 47.87 121.00 512.70 100.00 28.91 93.00 351.80 100.00 5.27 324 1178.7 100.00 10.99
Cassiterite 6.90 0 0 0.00 0.00 8 55.2 12.28 2.60 1 6.9 1.60 0.05 1 6.9 1.41 0.04
Ilmenite/Rutile 4.50 5 22.5 13.30 11.82 12 54 12.01 2.55 13 58.5 13.59 0.47 23 103.5 21.13 0.66
Zircone 4.70 0 0 0.00 0.00 15 70.5 15.68 3.32 14 65.8 15.29 0.52 20 94 19.19 0.60
Monazite 4.90 8 39.2 23.168 20.59 1 4.9 1.09 0.23 1 4.9 1.14 0.04 1 4.9 1.000 0.03
+ 100 # 8,44 49,07 3,78 7,88
3 Pyrite/Marcasite 4.80 7 33.6 19.86 17.65 19 91.2 20.28 4.30 23 110.4 25.65 0.88 21 100.8 20.58 0.65
Tourmaline 3.10 9 27.9 16.49 14.65 18 55.8 12.41 2.63 23 71.3 16.57 0.57 24 74.4 15.19 0.48
Quartz 2.60 6 15.6 9.22 8.19 22 57.2 12.72 2.70 17 44.2 10.27 0.35 23 59.8 12.21 0.38
Siderite 3.80 8 30.4 17.97 15.97 16 60.8 13.52 2.87 18 68.4 15.89 0.54 12 45.6 9.31 0.29
Total 43 169.2 100.00 88.86 111 449.6 100.00 21.19 110 430.4 100.00 3.43 125 489.9 100.00 3.14
Cassiterite 6.90 1 6.90 0.45 0.00 2 13.8 1.17 0.19 1 6.9 1.12 0.02 1.00 6.90 0.47 0.00
Ilmenite/Rutile 4.50 35 157.50 10.32 0.08 54 243 20.66 3.35 23 103.5 16.80 0.25 56.00 252.00 17.05 0.14
Zircone 4.70 45 211.50 13.85 0.11 56 263.2 22.38 3.62 21 98.7 118.06 1.73 32.00 150.40 10.17 0.08
Monazite 4.90 0 0.00 0.00 0.00 1 4.9 0.42 0.07 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
+ 150 # 0,85 17,96 1,62 2,08
4 Pyrite/Marcasite 4.80 89 427.20 27.98 0.23 37 177.6 15.10 2.45 27 129.6 21.04 0.31 79.00 379.20 25.65 0.21
Tourmaline 3.10 70 217.00 14.21 0.12 45 139.5 11.86 1.92 34 105.4 17.11 0.25 56.00 173.60 11.74 0.10
Quartz 2.60 78 202.80 13.28 0.11 54 140.4 11.94 1.93 34 88.4 14.35 0.21 67.00 174.20 11.78 0.10
Siderite 3.80 80 304.00 19.91 0.16 51 193.8 16.48 2.67 22 83.6 13.57 0.20 90.00 342.00 23.13 0.19
Total 398.00 1526.90 100.00 0.82 124.00 525.70 100.00 4.66 162 616.1 202.04 2.97 381.00 1478.30 100.00 0.83
Cassiterite 6.90 1 6.90 0.26 0.00 4 27.6 2.68 0.16 1 6.9 0.84 0.01 1.00 6.90 0.50 0.00
Ilmenite/Rutile 4.50 0 0.00 0.00 0.00 15 67.5 6.55 0.39 56 252 30.79 0.30 0.00 0.00 0.00 0.00
Zircone 4.70 0 0.00 0.00 0.00 21 98.7 9.57 0.57 45 0 0 0.00 56.00 263.20 19.22 0.04
Monazite 4.90 0 0.00 0.00 0.00 2 9.8 0.95 0.06 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
- 150 # 0,76 3,30 1,07 0,54
5 Pyrite/Marcasite 4.80 233 1118.40 41.63 0.31 67 321.6 31.19 1.85 43 206.4 25.22 0.24 54.00 259.20 18.92 0.04
Tourmaline 3.10 289 895.90 33.34 0.25 50 155 15.03 0.89 34 0 0 0.00 78.00 241.80 17.65 0.04
Quartz 2.60 256 665.60 24.77 0.18 56 145.6 14.12 0.84 54 140.4 17.15 0.17 87.00 226.20 16.51 0.04
Siderite 3.80 0 0.00 0.00 0.00 54 205.2 19.90 1.18 56 212.8 26.00 0.25 98.00 372.40 27.19 0.06
Total 103,30 779.00 2686.80 100.00 0.74 303 950 3895.4 100.00 0.71 110,24 289 818.5 100.00 0.97 251,20 374.00 1369.70 100.00 0.21

134 Universitas Sriwijaya


135

Cara menghitung Kadar Cassiterite dan Monazite


1. Kadar Cassiterite

Hasil Grain Counting Analysis (GCA) pada Ujicoba 1 Kompartemen A Fraksi 48# adalah sebagai berikut.
Jumlah Butir Cassiterite = 230
Berat Jenis Cassiterite = 6,9
Jumlah Berat Cassiterite = 230 x 6,9 = 1587
Total Jumlah Berat Mineral pada Fraksi 48 # = 2162,2
Jumlah Berat Cassiterite
Kadar Cassiterite = x100%
Total Jumlah Berat Mineral
1587
= = 73,40 %
2162,2
2. Kadar Monazite

Hasil Grain Counting Analysis (GCA) pada Ujicoba 1 Kompartemen A Fraksi 48# adalah sebagai berikut.
Jumlah Butir Monazite =9
Berat Jenis Monazite = 4,9
Jumlah Berat Monazite = 9 x 6,9 = 44,1
Total Jumlah Berat Mineral pada Fraksi 48 # = 1880,9
Jumlah Berat Monazite 44,1
Kadar Monazite = x100% = = 2,34 %
Total Jumlah Berat Mineral 1880,9

135 Universitas Sriwijaya


136

Tabel 9.d Hasil Grain Counting Analysis Sample Tailing Ujicoba 1, Ujicoba 2 dan Ujicoba 3
Ujicoba 1 Ujicoba 2 Ujicoba 3
Berat Jenis Berat Berat
No Mineral Fraksi Jumlah Butir % Berat Mineral Berat Jumlah Butir % Berat Mineral Jumlah Butir Kadar % Berat Mineral
(BJ) Sample BJ x JB Kadar (%) BJ x JB Kadar (%) Sample BJ x JB
(JB) (%) Sample (gr) (JB) (%) (JB) (%) (%)
(gr) (gr)
Cassiterite 6.90 0 0.00 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00
Ilmenite/Rutile 4.50 12 54.00 13.32 1.19 21 94.5 19.76 2.36 56 252 8.60 7.99
Zircone 4.70 5 23.50 5.80 0.52 23 108.1 22.60 2.70 135 634.5 21.64 20.11
Monazite 4.90 0 0.00 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00
+ 48 # 20,60 23,22 552,89
1 Pyrite/Marcasite 4.80 15 72.00 17.76 1.58 13 62.4 13.05 1.56 1 4.8 0.16 0.15
Tourmaline 3.10 24 74.40 18.36 1.63 15 46.5 9.72 1.16 235 728.5 24.85 23.09
Quartz 2.60 23 59.80 14.75 1.31 32 83.2 17.39 2.08 167 434.2 14.81 13.76
Siderite 3.80 32 121.60 30.00 2.67 22 83.6 17.48 2.09 231 877.8 29.94 27.83
Total 111 405.30 100.00 36.56 126 478.3 100.00 11.96 825 2931.8 100.00 92.94
Cassiterite 6.90 0 0.00 0.00 0.00
Ilmenite/Rutile 4.50 0 0.00 0.00 0.00
Zircone 4.70 0 0.00 0.00 0.00
Monazite 4.90 0 0.00 0.00 0.00
+ 65 # 0 0 21,73
2 Pyrite/Marcasite 4.80 21 100.80 20.20 0.74
Tourmaline 3.10 34 105.40 21.12 0.77
Quartz 2.60 41 106.60 21.36 0.78
Siderite 3.80 49 186.20 37.31 1.36
Total 149 499.00 100.00 3.65
Cassiterite 6.90 0 0 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00
Ilmenite/Rutile 4.50 2 9 0.39 0.02 17 76.5 24.29 0.44
Zircone 4.70 5 23.5 1.03 0.06 13 61.1 19.40 0.35
Monazite 4.90 0 0 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00
+ 100 # 0 8,34 10,76
3 Pyrite/Marcasite 4.80 12 57.6 2.51 0.16 15 72 22.86 0.41
Tourmaline 3.10 3 9.3 0.41 0.03 0 0 0.00 0.00
Quartz 2.60 2 5.2 0.23 0.01 23 59.8 18.98 0.34
Siderite 3.80 8 30.4 1.33 0.08 12 45.6 14.48 0.26
Total 32 135 5.89 0.37 80 315 100.00 1.81
Cassiterite 6.90 1 6.90 0.03 0.02 0 0.00 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00
Ilmenite/Rutile 4.50 100 450.00 11.34 7.01 65 292.50 9.82 1.79 2 9 10.14 0.08
Zircone 4.70 98 460.60 11.61 7.18 56 263.20 8.84 1.61 7 32.9 37.05 0.29
Monazite 4.90 1 4.90 0.12 0.08 0 0.00 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00
+ 150 # 210 89,8 4,70
4 Pyrite/Marcasite 4.80 232 1113.60 28.07 17.36 122 585.60 19.67 3.59 2 9.6 10.81 0.09
Tourmaline 3.10 122 378.20 9.53 5.90 45 139.50 4.69 0.85 5 15.5 17.45 0.14
Quartz 2.60 134 348.40 8.78 5.43 23 59.80 2.01 0.37 4 10.4 11.71 0.09
Siderite 3.80 200 760.00 19.16 11.85 34 129.20 4.34 0.79 3 11.4 12.84 0.10
Total 888 3522.60 88.64 54.82 345 1469.80 49.36 9.00 23 88.8 100.00 0.79
Cassiterite 6.90 0 0.00 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00
Ilmenite/Rutile 4.50 1 4.50 11.94 7.38 5 22.5 22.04 0.18
Zircone 4.70 2 9.40 24.93 15.42 0 0 0.00 0.00
Monazite 4.90 0 0.00 0.00 0.00 0 0 0.00 0.00
- 150 # 0,80 0 4,79
5 Pyrite/Marcasite 4.80 1 4.80 12.73 7.87 7 33.6 32.91 0.26
Tourmaline 3.10 2 6.20 16.45 10.17 0 0 0.00 0.00
Quartz 2.60 2 5.20 13.79 8.53 6 15.6 15.28 0.12
Siderite 3.80 2 7.60 20.16 12.47 8 30.4 29.77 0.24
Total 56,35 10 37.70 100.00 61.85 121,36 594,87 26 102.1 100.00 0.57

136 Universitas Sriwijaya


137

Berdasarkan (Tabel 10.a) dan (Tabel 10.b) dapat dilakukan perhitungan


nilai recovery pencucian cassiterite dan monazite pada jig clean up dengan
menggunakan rumusan material balance :

Tabel 10.a Hasil Sampling Berat Konsentrat

Lama
Berat Solid
Sample Kompartemen Pengambilan Berat Sample
(Kg/Jam)
Sample (detik) (Kg)
A 20 0,077 13,860
B 20 0,091 16,380
Ujicoba 1 C 20 0,020 3,600
D 20 0,048 8,640
TOTAL 0,236 42,480
A 20 0,120 21,600
B 20 0,384 69,120
Ujicoba 2 C 20 0,128 23,040
D 20 0,059 10,620
TOTAL 0,691 124,380
A 20 0,103 18,540
B 20 0,303 54,540
Ujicoba 3 C 20 0,110 19,800
D 20 0,251 45,180
TOTAL 0,767 138,060

Cara menghitung berat solid konsentrat


Data
Lama Pengambilan Sample : 20 detik
Berat Sample : 77,18 gram = 0,077 Kg (Lampiran 8)
3600 detik
Berat Solid : Berat Sample x
Lama Pengambila n Sample
3600 detik
: 0,077 Kg x
20 detik
: 13,86 Kg/Jam
Cara menghitung berat tailing
Data

137 Universitas Sriwijaya


138

Lebar Mulut Tailing : 300 cm


Lebar Mulut Cutter Sampler : 6 cm
Lama Pengambilan Sample : 10 detik
Berat Sample : 56,35 gram = 0,05635 Kg (Lampiran 8)
Berat Tailing (Kg/Jam) :
Lebar Mulut Tailing Berat Sample
x x3600 det ik
Lebar Mulut Cutter Sampler Lama Pengambila n Sample

(300cm) (0,05635Kg
 x x3600
6cm 10 det ik
= 1.014,3 Kg/Jam

Tabel 10.b Hasil Sampling Berat Tailing

Lebar
Lebar
Mulut Berat Lama Berat
Mulut
Sample Cutter Sample Pengambilan Tailing
Tailing
Sampler (Kg) Sample (detik) (Kg/Jam)
(cm)
(cm)
Ujicoba
300 6 0,05635 10 1.014,3
1
Ujicoba
300 6 0,12136 10 2.184,48
2
Ujicoba
300 6 0,59487 10 10.707,66
3

1. Recovery Pencucian pada Ujicoba 1


Diketahui :
Berat Solid Konsentrat ( C ) : 42,480 Kg/Jam
Berat Tailing (T) : 1.014,3 Kg/Jam
Kadar Cassiterite dalam Konsentrat (c) : 34,74 %
Kadar Cassiterite dalam Tailing (t) : 0,03 %
Kadar Monazite dalam Konsentrat (c) : 1,24 %
Kadar Monazite dalam Tailing (t) : 0,07 %

Recovery untuk Pencucian Cassiterite


F =C+T

138 Universitas Sriwijaya


139

= 42,480 Kg/Jam + 1.014,3 Kg/Jam


= 1.056,78 Kg/Jam
Feed (Ff) = Cc + Tt
= (42,480 Kg/Jam x 34,74 %) + (1.014,3 Kg/Jam x 0,03 %)
= 14,75 Kg/Jam + 0,30 Kg/Jam
= 15,05 Kg/Jam
Cc  Tt
f (kadar cassiterite dalam feed) = x100%
F
15,05
= x100%
1.056,78
= 1,42 %
Cc
Recovery = x100%
Cc  Tt

14,75
= x100%
15,05
= 98 %

Recovery untuk Pencucian Monazite


F =C+T
= 42,480 Kg/Jam + 1.014,3 Kg/Jam
= 10.056,78 Kg/Jam
Feed (Ff) = Cc + Tt
= (42,480 Kg/Jam x 1,24 %) + (1.014,3 Kg/Jam x 0,07 %)
= 0,52 Kg/Jam + 0,71 Kg/Jam
= 1,23 Kg/Jam
Cc  Tt
f (kadar cassiterite dalam feed) = x100%
F
1,23
= x100%
10.056,78
= 0,01 %
Cc
Recovery = x100%
Cc  Tt

139 Universitas Sriwijaya


140

0,52
= x100%
1,23
= 42,27 %

2. Recovery Pencucian pada Ujicoba 2


Diketahui :
Berat Solid Konsentrat ( C ) : 124,380 Kg/Jam
Berat Tailing (T) : 2.184,48 Kg/Jam
Kadar Cassiterite dalam Konsentrat (c) : 35,44 %
Kadar Cassiterite dalam Tailing (t) :0%
Kadar Monazite dalam Konsentrat (c) : 1,15 %
Kadar Monazite dalam Tailing (t) :0%

Recovery untuk Pencucian Cassiterite


F =C+T
= 124,380 Kg/Jam + 2.184,48 Kg/Jam
= 2.308,86 Kg/Jam
Feed (Ff) = Cc + Tt
= (124,380 Kg/Jam x 1,15 %) + (2.184,48 Kg/Jam x 0 %)
= 143,037 Kg/Jam + 0 Kg/Jam
= 143,037 Kg/Jam
Cc  Tt
f (kadar cassiterite dalam feed) = x100%
F
143,037
= x100%
2.308,86
= 6,19 %
Cc
Recovery = x100%
Cc  Tt

143,07
= x100%
143,07
= 100 %

140 Universitas Sriwijaya


141

Recovery untuk Pencucian Monazite


F =C+T
= 124,380 Kg/Jam + 2.184,48 Kg/Jam
= 2.308,86 Kg/Jam
Feed (Ff) = Cc + Tt
= (124,380 Kg/Jam x 1,15 %+ 1.014,3 Kg/Jam x 0 %
= 1,43 Kg/Jam + 0 Kg/Jam
= 1,43 Kg/Jam
Cc  Tt
f (kadar monazite dalam feed) = x100%
F
1,43
= x100%
2.308,86
= 0,06 %
Cc
Recovery = x100%
Cc  Tt

1,43
= x100%
1,43
= 100 %

3. Recovery Pencucian pada Ujicoba 3


Diketahui :
Berat Solid Konsentrat ( C ) : 138,060 Kg/Jam
Berat Tailing (T) : 10.707,66 Kg/Jam
Kadar Cassiterite dalam Konsentrat (c) : 29,18 %
Kadar Cassiterite dalam Tailing (t) :0%
Kadar Monazite dalam Konsentrat (c) : 1,25 %
Kadar Monazite dalam Tailing (t) :0%

Recovery untuk Pencucian Cassiterite


F =C+T
= 138,060 Kg/Jam + 10.707,66 Kg/Jam
= 10.845,72 Kg/Jam

141 Universitas Sriwijaya


142

Feed (Ff) = Cc + Tt
= (138,060 Kg/Jam x 29,18 %) + (10.707,66 Kg/Jam x 0 %)
= 40,28 Kg/Jam + 0 Kg/Jam
= 40,28 Kg/Jam
Cc  Tt
f (kadar cassiterite dalam feed) = x100%
F
40,28
= x100%
10.845,72
= 0,37 %
Cc
Recovery = x100%
Cc  Tt

40,28
= x100%
40,28
= 100 %

Recovery untuk Pencucian Monazite


F =C+T
= 138,060 Kg/Jam + 10.707,66 Kg/Jam
= 10.845,72 Kg/Jam
Feed (Ff) = Cc + Tt
= (138,060 Kg/Jam x 1,25 %+ 10.707,66 Kg/Jam x 0 %
= 1,72 Kg/Jam + 0 Kg/Jam
= 1,72 Kg/Jam
Cc  Tt
f (kadar cassiterite dalam feed) = x100%
F
1,72
= x100%
10.845,72
= 0,015 %
Cc
Recovery = x100%
Cc  Tt

1,72
= x100% = 100 %
1,72

142 Universitas Sriwijaya


143

Berikut adalah urutan proses pencucian bijih timah pada KIP Timah 11
(Gambar 11.a) :
1. Feed hasil galian cutter pada pipa hisap di pompa menggunakan pompa tanah
menuju pipa tekan yang kemudian dialirkan menuju ke saringan putar
(revolving screen). Pada saringan putar, feed kemudian disaring sesuai dengan
ukurannya, disini terjadi proses pemilahan ukuran. Material yang berukuran >
9 - 10 mm tidak akan lolos di dan akan keluar sebagai oversize yang kemudian
dialirkan menuju bandar tailing, sedangkan material berukuran ≤ 9 - 10 mm
akan lolos dari saringan putar sebagai undersize dan akan tertampung pada
feeder yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara untuk kemudian
dialirkan menuju jig primer melalui lounder.
2. Material undersize yang melalui lounder tersebut selanjutnya akan ditampung
pada store bak yang kemudian akan mengalir menuju jig primer. Pada jig
primer, mineral dengan berat jenis ringan dan berukuran > 1 cm akan ikut
mengalir bersama aliran air sebagai oversize dan dibuang menuju bandar
tailing. Sedangkan mineral dengan berat jenis besar dan berukuran < 1 cm akan
terhisap ke dalam jig sebagai undersize akibat adanya gaya suction dan pultion
dari jig. Selanjutnya undersize dari jig primer akan dialirkan menuju jig clean
up. Kadar cassiterite pada jig primer berkisar antara 10 - 20 %, sehingga untuk
menaikkan kadarnya dilakukan pencucian pada jig clean up.
3. Pada jig clean up, mineral ringan berukuran > 0,6 cm mengalir sebagai
oversize lalu dibuang sebagai tailing. Sedangkan mineral berat berukuran < 0,6
cm akan masuk ke dalam jig clean up sebagai konsentrat yang kemudian
dialirkan dan ditampung pada bak konsentrat. Kadar cassiterite pada jig clean
up berkisar antara 20 - 40 %.
4. Konsentrat dari bak konsentrat akan ditimbang beratnya menggunakan uji
kaleng susu dan uji visual. Pada uji kaleng susu, apabila beratnya lebih dari 1
kg dan apabila sudah terlihat bersih dari pengotor (uji visual) maka konsentrat
siap untuk disimpan dalam karung (kampil) sebagai konsentrat akhir.
Sedangkan apabila kurang dari 1 kg artinya konsentrat masih belum bersih
maka harus lakukan pencucian lagi menggunakan sakhan.

143 Universitas Sriwijaya


144

5. Pada sakhan (sluice box), mineral ringan akan terbawa aliran air dan keluar
sebagai tailing. Sedangkan mineral berat yang tidak terbawa aliran air akan
tertahan dan mengendap pada sakhan sebagai konsentrat yang merupakan final
concentrate dari proses pencucian. Final concentrate dengan kadar ≥ 40%
inilah yang kemudian disimpan dalam karung (kampil) dengan berat ± 40 kg
perkampil.

Saringan Putar
(Rotary Screen)

Material Hasil Bak Penampung


Penggalian Feed (Feeder) Bandar Tailing
(Feed) (Tailing Cute)
Bak Distribusi
Feed (Lounder)

Bak Pembagi
Feed (Store Bak)

Konsentrat Jig Primer Tailing


(Undersize) (Primary Jig) (Oversize)

Konsentrat Jig Clean Up Tailing


(Undersize) (Clean Up Jig) (Oversize)

Bak Konsentrat
(Uji Kaleng Susu
& Uji Visual)
Konsentrat Konsentrat
Berat ≤ 1 Kg Berat ≥ 1 Kg

Sakhan Tailing
(Sluice Box)

Konsentrat Akhir Konsentrat Akhir


(Final Concentrat) (Final Concentrat)
Gambar 11.a. Bagan Alir Proses Pencucian Bijih Timah pada KIP Timah 11

144 Universitas Sriwijaya


145

Fluidization velocity adalah kecepatan aliran dari fluida yang dihasilkan


oleh panjang pukulan dan jumlah pukulan. Nilai fluidization velocity
kompartemen A, B, C, dan D untuk Ujicoba 1, 2, dan 3 terlihat pada (Tabel 12.a).

Cara menghitung nilai fluidization velocity (Vp) :


60 x Vp
A=
nx
A xn x
Vp =
60
Data :
Panjang Pukulan (A) : 20 mm
Jumlah Pukulan (n) : 78 rpm
20 mm x 78 rpm x 3,14
Fluidization velocity (Vp) :
60
: 81,64 mm/detik

Tabe; 12.a Nilai Fluidization Velocity Kompartemen A, B, C, dan D untuk


Ujicoba 1, Ujicoba 2, dan Ujicoba 3

Sample Kompartemen Panjang Jumlah Fluidization


Pukulan Pukulan Velocity
(mm) (rpm) (mm/detik)
Ujicoba 1 A 20 78 81,64
B 17 78 69,39
C 9 86 40,51
D 12 86 54,01
Ujicoba 2 A 17 100 88,97
B 15 100 78,50
C 12 120 7536
D 10 120 62,80
Ujicoba 3 A 20 120 125,60
B 17 120 106,76
C 15 150 117,75
D 12 150 94,20

145 Universitas Sriwijaya


146

146 Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai