TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Suma’mur (2013) debu adalah partikel zat kimia padat yang
pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan dan lain-lain dari benda, baik
ialah partikel-partikel kecil yang dihasilkan oleh proses mekanis. Jadi pada
dasarnya pengertian debu adalah partikel yang berukuran kecil sebagai hasil dari
mikron. Kasus pencemaran udara baik dalam maupun di ruang gedung (Indoor
and Out Door Pollution) debu sering dijadikan salah satu indikator pencemaran
maupun terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Debu yang terdiri atas
a. Dust
submikroskopik sampai yang besar. Debu yang berbahaya adalah ukuran yang
bisa terhirup ke dalam sistem pernafasan, umumnya lebih kecil dari 100 mikron
b. Fumes
kondensasi dari bentuk gas, biasanya sesudah penguapan benda padat yang
dipijarkan dan lain-lain dan biasanya disertai dengan oksidasi kimiawi sehingga
c. Smoke
Smoke atau asap adalah produk dari pembakaran bahan organik yang tidak
Debu memiliki karakter atau sifat yang berbeda-beda, antara lain debu
fisik (debu tanah, batu, dan mineral), debu kimia (debu organik dan anorganik)
dan debu biologis (virus, bakteri, kista), debu eksplosif atau debu yang mudah
terbakar (batu bara, Pb), debu radioaktif (uranium, tutonium), debu inert (debu
yang tidak bereaksi kimia dengan zat lain). Debu di atmosfer lingkungan kerja
biasanya berasal dari bahan baku atau hasil produksi. Sifat-sifat debu tidak
berflokulasi, kecuali oleh gaya tarikan elektris, tidak berdifusi, dan turun karena
tarikan gaya tarik bumi. Debu memiliki beberapa sifat yaitu (Mengkidi, 2006) :
a. Sifat Pengendapan
Debu yang mengendap dapat mengandung proporsi partikel yang lebih besar dari
permukaannya selalu dilapisi oleh lapisan air yang sangat tipis. Sifat ini menjadi
c. Sifat Penggumpalan
Debu bersifat menggumpal karena permukaan debu yang selalu basah maka
Debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik partikel lain yang
penggumpalan.
e. Sifat Opsis
Debu atau partikel yang basah/lembab lainnya dapat memancarkan sinar yang
a. Inert Dust
gangguan paru-paru.
b. Profilferative Dust
(Fibrosis). Fibrosis ini akan membuat pengerasan pada jaringan alveoli sehingga
mengganggu fungsi paru. Contoh debu ini yaitu debu silika, kapur, asbes dan
sebagainya.
Golongan debu yang tidak ditahan dalam paru namun dapat menimbulkan
efek iritasi. Efek yang ditimbulkan bisa efek keracunan secara umum misalnya
Partikel debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah mengendap.
produksinya.
biji berillium, biji timah putih, beberapa biji besi, carborundum, batu
4) Debu radioaktif (berbahaya karena radiasi alfa dan beta) Contoh : biji-
5) Debu eksplosif
organik.
7) Inert dust/debu yang tidak bereaksi kimia dengan zat lain (tidak
8) Respirable dust (debu yang dapat terhirup oleh manusia yang berukuran
dibawah 10 mikron).
9) Irrespirable dust (debu yang tidak dapat terhirup oleh manusia yang
saluran pernapasan. Dari hasil penelitian ukuran tersebut dapat mencapai target
brown keluar masuk alveoli, bila membentur maka dapat tertimbun di tempat
partikel dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu dust fall (setteable particulate)
besar dari 10 µm. SPM adalah partikel yang ukurannya lebih kecil dari 10 µm dan
pencemaran udara yang disebabkan oleh partikel padat TSP (Total Suspended
mm, partikel PM10 (particulate matter) dengan diameter kurang dari 10 mm dan
PM2,5 dengan diameter kurang dari 2,5 mm. Partikel-partikel tersebut diyakini
oleh para pakar lingkungan dan kesehatan masyarakat sebagai pemicu timbulnya
infeksi saluran pernapasan, karena partikel padat PM10 dan PM2,5 dapat
mengendap pada saluran pernapasan daerah bronkiolus dan alveoli, sedang TSP
tidak dapat terhirup ke dalam paru, tetapi hanya sampai pada bagian saluran
Nilai ambang batas merupakan alat atau pedoman yang mengikat untuk
diperhatikan dari segi kesehatan dan keselamatan kerja. Bila NAB sudah
diterapkan, bukan berarti para pekerja tersebut terbebas dari semua resiko yang
2011 kadar debu yang diizinkan terdapat di udara dan tidak mengganggu
kenikmatan kerja adalah dibawah NAB jika kadar debu ≤ 3 mg/m3. Nilai ambang
batas debu pada udara ambien di Indonesia diatur juga dalam Keputusan Menteri
mg/m3.
yang dapat dihirup oleh pernapasan manusia mempunyai ukuran 0,1 mikron
sampai 10 mikron. Terdapat silia pada hidung dan tenggorokan yang menahan
benda-benda asing seperti debu dengan ukuran 5-10 mikron yang kemudian
dikeluarkan bersama sekret waktu napas, sedangkan yang berukuran 3-5 mikron
ditahan pada bagian tengah jalan pernapasan. Penumpukan dan pergerakkan debu
pada saluran napas dapat menyebabkan peradangan jalan napas. Peradangan yang
menurunkan fungsi paru. Untuk partikel 1-3 mikron dapat masuk ke alveoli paru–
paru dan partikel 0,1-1 mikron tidak mudah hinggap di permukaan alveoli karena
adanya gerakan Brown, tetapi akan membentur permukaan alveoli dan dapat
pada jaringan (fibrosis) dan bila 10% alveoli mengeras akibatnya mengurangi
menurun. Fibrosis yang terjadi ini dapat menurunkan kapasitas vital paru
(Suma’mur, 2009).
Semakin tinggi konsentrasi partikel debu dalam udara dan semakin lama
semakin banyak. Setiap inhalasi 500 partikel per millimeter kubik udara, setiap
alveoli paling sedikit menerima 1 partikel dan apabila konsentrasi mencapai 1000
partikel per millimeter kubik, maka 10% dari jumlah tersebut akan tertimbun di
Klasifikasi ini dipilih karena uji spirometri dan uji ventilasi lain, hampir dilakukan
kapasitas paru.
Kelainan paru karena adanya deposit debu dalam jaringan paru disebut
pnemokoniosis adalah akumulasi debu dalam jaringan paru dan reaksi jaringan
paru terhadap adanya akumulasi debu tersebut. Bila pengerasan alveoli telah
kapasitas vital paru akan menurun dan dapat mengakibatkan berkurangnya suplai
Debu yang non fibrogenik adalah debu yang tidak menimbulkan reaksi
jaringan paru, contohnya adalah debu besi, kapur dan timah. Debu ini dahulu
dianggap tidak merusak paru yang disebut debu inert, tetapi diketahui belakangan
bahwa tidak ada debu yang benar-benar inert. Dalam dosis besar, semua debu
bersifat merangsang dan dapat menimbulkan reaksi walaupun ringan. Reaksi ini
kelenjar mukus. Jaringan paru juga dapat berubah dengan terbentuknya jaringan
ikat retikulin. Penyakit paru ini disebut pneumokoniosis non kolagen. Debu
jenis ini adalah debu silika bebas, batu bara dan asbes. Debu yang masuk saluran
batuk, bersin, gangguan transport mukosilier dan fagositosis oleh makrofag. Otot
Keadaan ini biasanya terjadi bila kadar debu melebihi nilai ambang batas. Sistem
meningkat. Partikel debu yang masuk ke dalam alveoli akan fokus dan berkumpul
Debu ini akan difagositosis oleh makrofag. Debu yang bersifat toksik
terus menerus penting pada pembentukan jaringan ikat kolagen dan pengendapan
hialin pada jaringan ikat tersebut. Fibrosis ini terjadi pada parenkim paru yaitu
pada dinding alveoli dan jaringan intertestial. Akibat fibrosis paru akan menjadi
restriktif.
berikut :
udara.
lainnya.
c. Perlindungan diri terhadap pekerja antara lain berupa tutup hidung atau
masker.
d. Semua debu apabila terdapat dalam jumlah yang berlebihan untuk jangka
sumber debu.
menyerang salah satu atau lebih saluran pernapasan, mulai dari saluran
jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura. Istilah ISPA
meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan, dan akut (Depkes RI, 2005).
b. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta
c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14
hari diambil untuk menunjukkan proses akut, untuk beberapa penyakit yang
hari.
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri dan virus. Bakteri
Herpesvirus. ISPA dapat ditularkan dari air ludah, darah, bersin, udara pernapasan
yang mengandung kuman yang terhirup orang sehat dalam saluran pernpasannya.
berikut :
1. ISPA ringan
Gejala ISPA ringan adalah adanya satu atau lebih tanda dan gejala seperti
batuk, pilek, serak, sesak yang disertai atau tidak panas/demam, keluarnya cairan
dari telinga yang lebih dari 2 minggu tanpa ada rasa sakit pada telinga.
2. ISPA Sedang
Gejala ISPA sedang adalah adanya gejala ISPA ringan ditambah satu
atau lebih tanda dan gejala seperti pernapasan cepat lebih dari 50 kali per menit
atau lebih (tanda utama) pada umur di bawah 1 tahun dan 40 kali per menit pada
umur 1-5 tahun, panas 30°C atau lebih, wheezing, keluar cairan dari telinga dan
campak.
3. ISPA Berat
Gejala ISPA Berat adalah adanya gejala ISPA ringan dan sedang
ditambah satu atau lebih tanda dan gejala seperti penarikan dada ke dalam saat
penarikan napas (tanda utama), adanya stidor atau pernapasan ngorok, dan tidak
mampu atau tidak mau makan. Tanda dan gejala lainnya adalah kulit kebiru-
saluran difteri.
kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres. Bakteri
pernafasan bagian atas, yaitu tenggorokan dan hidung. Pada stadium awal,
gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian
diikuti bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam
dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak.
tertentu hingga berwarna kemerahan, rasa nyeri dan gangguan fungsi karena
bakteri dan virus di daerah tersebut maka kemungkinan peradangan menjadi parah
semakin besar dan cepat. Infeksi dapat menjalar ke paru-paru, dan menyebabkan
sesak atau pernafasan terhambat, oksigen yang dihirup berkurang. Infeksi lebih
lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila
tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi
yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi
penelitian dan kegiatan program memakai gejala gangguan pernafasan yang sama.
dan penyakit pada telinga dengan atau tanpa disertai demam. Efek pencemaran
Dalam hal efek debu terhadap saluran pernafasan telah terbukti bahwa
kadar debu berasosiasi dengan insidens gejala penyakit pernafasan terutama gejala
pernafasan :
1. Batuk
Timbulnya gejala batuk karena iritasi partikulat adalah jika terjadi rangsangan
sebagai reaksi refleks saluran pernafasan terhadap iritasi pada mukosa saluran
2. Dahak
Dahak terbentuk secara berlebihan dari kelenjar lendir (mucus glands) dan sel
goblet oleh adanya stimuli, misalnya yang berasal dari gas, partikulat, alergen
dalam saluran pernafasan juga terbentuk cairan eksudat berasal dari bagian
3. Sesak nafas
4. Bunyi mengi
Bunyi mengi merupakan salah satu tanda penyakit pernafasan yang turut
hidung yang dibantu oleh mukosa. Mukosa tersebut akan melapisi benda
benda asing tersebut sampai di alveoli, maka pertahanan tubuh berupa fagosit
debu dengan jumlah yang semakin banyak sehingga silia akan terus menerus
teriritasi dan tidak peka lagi sehingga debu akan mudah masuk. Hal ini dapat
penyakit dapat lolos dari mekanisme pertahanan fisik tersebut dan membuat
sistem imun akan bekerja untuk mencegah agen penyakit tersebut ke saluran
pernapasan bawah. Respon ini diperantai oleh limfosit yang juga melibatkan
sel darah putih lainnya (misalnya makrofag dan neutrofil) yag tertarik ke
ISPA dapat dibagi menjadi empat garis besar yaitu faktor pencemaran,
faktor lingkungan meliputi suhu, kelembapan curah hujan dan kecepatan serta
2.3. Umur
ISPA diketahui dapat menyerang segala jenis umur. ISPA akan sangat
berisiko pada bayi berumur kurang dari 1 tahun, kemudian risiko tersebut akan
menurun pada kelompok umur 15-24 tahun. Setelah itu, risiko ISPA akan terus
meningkat ketika berumur 24 tahun keatas. Semakin tua umur seseorang, maka
semakin rentan terkena ISPA karena terjadi degenerasi otot-otot pernapasan dan
menurun untuk menghirup udara. Semakin tua umur seseorang, semakin banyak
alveoli yang rusak sehingga menyebabkan gangguan fungsi alveoli. Selain itu
daya tahan tubuh yang rendah, dan pajanan debu sebagai hasil dari penghirup
Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja
di suatu tempat (Handoko, 2007). Semakin lama seseorang dalam bekerja maka
semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja
Kemampuan bulu getar (silia) yang berguna untuk menyaring benda asing telah
perokok dan debu merupakan faktor risiko bersinergi sehingga perokok lebih
berisiko mengidap ISPA. Asap rokok merupakan zat iritan yang dapat
merokok dapat meningkatkan risiko terjadinya ISPA sebanyak 2,2 kali (Suryo,
2010).
mereka yang merokok setiap hari untuk jangka waktu minimal 6 bulan selama
perokok ringan (1 – 10 batang/ hari), (b) perokok sedang (11 – 20 batang/ hari),
Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja
untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau
dari pekerjaan maupun dari lingkungan kerja. Alat pelindung diri ini tidaklah
secara sempurna dapat melindungi tubuhnya tetapi akan dapat mengurangi tingkat
Alat pelindung pernapasan adalah baagian dari alat pelindung diri yang
digunakan untuk melindungi alat pernapasan pekerja dari gas, uap, debu, atau
menimbulkan ransangan.
Alat pelindung diri (APD) yang baik adalah APD yang memenuhi standar
keamanan dan kenyamanan bagi pekerja (Safety and acceptation), apabila pekerja
memakai APD yang tidak nyaman dan tidak bermanfaat maka pekerja enggan
Menurut Budiono (2003), APD yang tepat bagi tenaga kerja yang berada
1) Masker
besar yang masuk dalam pernapasan, dapat terbuat dari kain dengan ukuran pori-
2. Masker berhidung
kita sulit bernafas waktu memakai alat ini maka hidungnya harus diganti
3. Masker bertabung
4. Masker Kertas
agar tidak masuk ke jalur pernafasan. Pada penggunaan masker kertas, udara
5. Masker Plastik
agar tidak masuk jakur pernafasan.Ukuran masker ini sama dengan masker
tetapi tidak bisa menyaring udara,fungsi penyaring udara terletak pada sebuah
tabung kecil yang diletakkan di dekat rongga hidung. Di dalam tabung ini
2) Respirator
tahan tekanan) atau dari persediaan yang portable (seperti tabung yang berisi
udara bersih atau oksigen). Jenis ini biasa dikenal dengan SCBA (Self
2.7.1. DefinisiSandblasting
Ada salah satu cara yang paling efektif dan cepat untuk mengusir karat/korosi
biasanya berupa pasir silika atau steel grit dengan tekanan tinggi pada suatu
profile (kekasaran) pada permukaan metal agar dapat tercapai tingkat perekatan
yang baik antara permukaan metal dengan bahan pelindung misalnya cat.
yang keras dan tajam ke permukaan material dengan kecepatan yang relatif tinggi.
kekasaran permukaan yang terjadi sangat bergantung pada ukuran, berat jenis,
kekerasan partikel blasting, kecepatan partikel, dan sudut tembak, serta lama
dapat menyembur sejauh dua puluh meter dengan kondisi spray gun mengarah ke
arah horisontal. Maka dari itu penggunaan alat atau metode pembersihan dengan
menutupi sebuah obyek yang biasanya berbahan dasar metal/besi dengan bantuan
sandblasting serta kondisi lingkungan yang terpapar langsung dengan pasir dan
1. Dry Sandblasting
yang tidak beresiko terbakar, seperti tiang-tiang pancang, bodi dan rangka mobil,
2. Wet Sandblasting
beresiko terbakar atau terletak di daerah yang beresiko terjadi kebakaran, seperti
tangki bahan bakar, kilang minyak (offshore), ataupun pom bensin, dimana pasir
silica yang digunakan dicampur dengan bahan kimia khusus anti karat yang
Namun begitu, alat yang digunakan tetaplah sama, terdiri dari kompresor,
tabung penyaring udara (Airblast Breathing Air Filters), tabung penampung pasir
(blast pot), selang, nosel, helm khusus untuk dikenakan oleh sang operator
sandblasting.
residu yang dapat merusak hasil pekerjaan. Pastikan juga bahwa menggunakan
peralatan keamanan dengan baik dan banar agar pekerja tetap aman dalam
melakukan pekerjaan.
3. Persiapkan daerah sekitar tempat kerja dari kekacauan yang tidak diinginkan.
Tempelkan lakban pada daerah yang tidak akan di-blasted, dan pastikan bila
semua permukaan halus telah dipindahkan atau dijauhkan dari tempat kerja
Pastikan melakukan blasting dengan rata dan jaga jarak antara mesin dengan
baja pada gedung, dan lain sebagainya.Proses sandblasting tersebut dapat menjadi
sangat berbahaya jika kita tidak menggunakan perlengkapan safety yang tepat.
Sebagai contoh pasir silika atau garnet sand yang dipakai sebagai abrassive
material pada proses sandblasting menimbulkan debu. Dan bukan hanya partikel
debu yang terlihat yang kita khawatirkan tetapi justru partikel debu yang tidak
dengan udara yang berdebu berbahaya untuk sistem pernafasan kita Oleh karena
itu kita perlu menggunakan helmet khusus untuk sandblasting untuk melindungi
kita.
saluran dan dapat menyalurkan udara bersih kedalam helmet dengan lancar, pas,
dan nyaman dipakai. Selain aman ada beberapa ada beberapa hal lain yang juga
helmet yang hilang (tidak lengkap), meskipun masih terlihat layak untuk
dipergunakan.
2. Pastikan helmet sandblasting yang dipakai pas di kepala anda dan tidak
longgar. Jika longgar dapat menyebabkan partikel debu masuk melalui sela-
3. Pastikan supply udara yang masuk ke dalam helmet lancar dan tidak
tersumbat. Gunakan filter breathing air filter (filter udara) yang bagus.
sandblasting, helmet harus tetap dipakai karena partikel debu masih tetap ada dan
setelah proses sandblasting dapat mencegah kita dari bahaya partikel debu. Selain
kita dari suara bising proses sandblasting dan respirator digunakan pada proses
pembersihan (cleaning) atau pada saat kita memindahkan barang yang di-
sandblasting.
safety dipakai agar kesehatan dapat terlindungi dengan baik. Tidak peduli
tersebut aman untuk pekerja dan lingkungan sekitar tempat kerja. Selalu gunakan
perlengkapan safety yang tepat karena itu merupakan hal yang penting dan harus
sebagai berikut:
melekat.
Debu sandblasting adalah jenis debu fibrogenik, yaitu debu yang dapat
mukosilier dan fagositosis oleh makrofag. Otot polos disekitar jalan napas dapat
kadar debu melebihi nilai ambang batas dan/atau keterpaparan yang terus
menerus.
lendir bertambah. Bila lendir makin banyak atau mekanisme pengeluarannya tidak
meningkat. Partikel debu yang masuk ke dalam alveoli akan fokus dan berkumpul
di bagian awal saluran limfe paru.Debu ini akan difagositosis oleh makrofag.
Debu yang bersifat toksik terhadap makrofag seperti silika bebas merangsang
destruksi makrofag yang terus menerus penting pada pembentukan jaringan ikat
kolagen dan pengendapan hialin pada jaringan ikat tersebut. Fibrosis ini terjadi
pada parenkim paru yaitu pada dinding alveoli dan jaringan intertestial. Akibat
fibrosis paru akan menjadi kaku dan menimbulkan gangguan pengembangan paru
1. Umur
2. Masa Kerja
3. Pemakaian APD Gejala ISPA
4. Kebiasaan Merokok