Anda di halaman 1dari 16

TUGAS INDIVIDU

MANAJEMEN MUTU DAN HOSPITAL SAFETY

Oleh :
ISMAIL
K012171167

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

KONSENTRASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................. 1

PENDAHULUAN ......................................................................... 2

PEMBAHASAN ........................................................................... 3

DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 15


BAB I

PENDAHULUAN

Keselamatan pasien merupakan prioritas utama yang harus dilaksanakan oleh

rumah sakit. Hal ini sangat erat kaitannya baik dengan citra rumah sakit maupun

keamanan pasien. Tujuan dari pelaksanaan keselamatan pasien di rumah sakit adalah

untuk melindungi pasien dari kejadian yang tidak diharapkan. Risiko kejadian ini

berasal dari proses pelayanan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan melalui program-

program yang telah ditetapkan oleh rumah sakit (Depkes RI, 2008). World Health

Organization (WHO) pada tahun 2004 mengumpulkan data tentang KTD di rumah sakit

dari berbagai negara (Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia) yang memiliki rentang

KTD sebesar 3,2-16,6 %. Data tersebut menjadi pemicu di berbagai negara untuk

melakukan penelitian dan pengembangan sistem keselamatan pasien (Depkes RI, 2008).

Rekomendasi ditekankan pada metode untuk verifikasi terhadap identitas pasien,

termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini; standardisasi dalam metode identifikasi

di semua rumah sakit dalam suatu sistem layanan kesehatan; dan partisipasi pasien

dalam konfirmasi ini; serta penggunaan protokol untuk membedakan identifikasi pasien

dengan nama yang sama.Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi /

pengalihan. Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang

didesain untuk mencegah salah obat (medication errors) pada titik-titik transisi pasien.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI KESELAMATAN PASIEN

Suatu sistem yang membuat asuhan pasien di rumah sakit

menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan

oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil

tindakan yang seharusnya diambil.1

Patient safety merupakan kegiatan mereduksi dan meminimalkan

tindakan yang tidak aman (unsafe actions) dalam system pelayanan kesehatan

sebisa mungkin melalui praktik yang terbaik untuk mencapai luaran klnis yang

optimum. Atau Upaya-upaya yang dirancang untuk mencegah “adverse

outcomes” sebagai akibat “clinical error” sebagai akibat dair “unsafe action” dan

“latent conditions”.

Tiga kegiatan yang saling melengkapi dalam mewujudkan keselamatan pasien:

 mencegah errors

 Membuat erros mudah dilihat

 Meminimalkan akibat dari error

2. TUJUAN PATIENT SAFETY DAN PROSES MINIMALISIR RESIKO

Tujuan Penerapan “Patient safety” adalah untuk:

a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit


b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat;

c. Menurunnya KTD (Kejadian tak Diharapkan) di Rumah Sakit

d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi

pengulangan KTD

Proses minimalisir resiko

Upaya-upaya yang dirancang untuk mencegah “adverse outcomes”

sebagai akibat “clinical error” sebagai akibat dair “unsafe action” dan “latent

conditions”.

Penyebab terjadinya KTD = Adverse event (Reason, 1997):

1) Tidakan yang tidak aman (unsafe act):

 Human error

 Slips. Error sebagai akibat kurang/ teralihnya perhatian atau salah

persepsi

 Lapses: error yang terkait dengan kegagalan memori lupa/tidak

ingat

 Mistakes. Kesalhan yang terkait dengan proses mental dalam

assessment informasi yang terjadi, kesalahan dalam merencanakan

asuhan, kesalahan dalam menetapkan tujuan, kesalahan dalam

mengambil keputusan klinis.

 Violation (pelanggaran). .e.g aborsi tanpa indikasi medis

 Sabotase (Sabotase). E.g. : Mogok kerja.


2) Kondisi laten

 Sistem yang kurang tertata yang menjadi predisposisi terjadinya

error. e.g: SOP tidak jelas, tata ruang yang tidak jelas.

 Sumber daya yang tidak memenuhi persyaratan. (mal praktek)

e.g.: Termometer yang hanya punya satu untuk bnyak pasien,

dokter umum melakukan Caesar/ appendektomi

Beberapa metode minimalisir resiko untuk menjaga patient safety|:

Risk management: upaya-upaya yang dilakukan organisasi yang

dirancang untuk mencegah cedera pada pasien untuk meminimalkan kehilangan

financial sebagai akibat adverse outcome

Risiko: kemungkinanbaya, kehilangan atau cedera dalam system

pelayann kesehatan. Apa yang dilakuan:

 correction (sesudah terjadi) –RCA-,

 corrective actions, preventive actions (sebelum terjadi) –FMEA-

 Risk Management safety: Identifkasi dari kelemahan sautu system dan

memperbaiki system tersebut untuk mencegah harm, dengan tujuan

safety

Tahapan-tahapan risk managemen process/ adverse event management

process (hunter area health service clinical governance unit, August, 2003)

1. Risk identification –audits, complaints, claims and incidents

2. Risk analysis – saverty analysis (RCA & FMEA)


3. Risk evaluation – risk registers action plan

4. Risk treatment – eliminate or minimize risk

5. Ongoing monitoring – Review the effectiveness of investigations and

actors

6. Communication – communicate risks and the outcomeof investigations

Di Amerika, petugas kesehatan yang melakukan kesalahan harus

melaporkan, dan hal ini tidak bisa dijadikan barang bukti. Terdapat

bermacam-macam masalah yang dihadapi. Diperlukan saverty assessment:

untuk menentukan apakah hal tersebut; (1) extreme risk, (2) high risk, (3)

moderate risk, (4) low risk. Tergantung dari:

1. Saverity

a. ekstrim,

b. Major

c. moderate

d. minor

e. minimal

2. Probabilitas

a. Frequent (setiap minggu),

b. Propable, (beberapa kali dalam setahun)

c. Possible,

d. Uncommon
e. Rare

Root Cause analysis (RCA)

Langkah RCA:

1. Investigasi kejadian

 Menentukan masalah

 Mengumpulkan bukti

 Melakukan wawancara

 Meneliti lingkungan kejadian

 Megenali factor-faktor yang berkontribusi terhadap timbulnya

kjadian. Contoh: suasana crowded, ada pasien mengamuk, dll

 Menggambarkan rantai terjadinya kejadian

2. Rekonstruksi kejadian

 Mengenali kejadian-kejadian yang mengawali terjadinya adverse

event ataupun near miss,

 Melakukan analissi dengan menggunakan pohon masalah

untukmengetahui kegiatan atau kondisi yang menyebabkan tinbul

kejadian Lanjutkan

3. Analissi sebab

 Mengidentifikasi akar penyebab

 Rumskan pernyataan

4. Menyusun rencana tindakan

5. Melaporkan proses analisis


Dari 5 langkah tersebut dijabarkan menjadi 21 steps of RCA

(joint commission)

Failure mode and effect analysis

Sebelum terjadi, harus melakukan analisis.

Langkah-langkah

1. Failure mode (identifikasi maslah)

2. Cause of failure

3. Effects of failure

4. OCC – Occurrence- (Frekuensi kejadian) (0-10)

5. SV – severity-(tingkat severity) (0-10)

6. DT – detectable-(kemudahan mendeteksi) (0-10). Makin sulit

dideteksi makin tinggi score nya

7. RPN (Risk priority number) OCC x SV x DT

Kemudian ditetapkan, masalah yang ditetapkan adlaah RPN >=100. Hal ini

sangat tergantung kebijakan.

8. Design action/solution. Contoh: salah baca resep karena tulisan dokte

yang tidak jelas.

9. Design validation

3. PENERAPAN PATIENT SAFETY

1. Solusi keselamatan pasien di rumah sakit

a. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike

medication names)

b. Pastikan identifikasi pasien


c. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien

d. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar

e. Kendalikan cairan elektrolit pekat

f. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan

g. Hindari salah kateter dan salah sambung slang

h. Gunakan alat injeksi sekali pakai

i. Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.2

2. Standar keselamatan pasien

1. Hak pasien

Standarnya adalah

Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi

tentang rencana & hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya

KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).

Kriterianya adalah

1) Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan

2) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana

pelayanan

3) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan

penjelasan yang jelas dan benar kepada pasien dan keluarga tentang

rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien

termasuk kemungkinan terjadinya KTD

2. Mendidik pasien dan keluarga


Standarnya adalah

RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban &

tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.

Kriterianya adalah:

Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dgn

keterlibatan pasien adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu,

di RS harus ada system dan mekanisme mendidik pasien &

keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam

asuhan pasien.Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien &

keluarga dapat:

1) Memberikan info yg benar, jelas, lengkap dan jujur

2) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab

3) Mengajukan pertanyaan untuk hal yg tdk dimengerti

4) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan

5) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS

6) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa

7) Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

Standarnya adalah

RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi

antar tenaga dan antar unit pelayanan.

Kriterianya adalah:

1) koordinasi pelayanan secara menyeluruh


2) koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan

kelayakan sumber daya

3) koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi

4) komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan

4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan

evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien

Standarnya adalah

RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg ada,

memonitor & mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,

menganalisis secara intensif KTD, & melakukan perubahan untuk

meningkatkan kinerja serta KP.

Kriterianya adalah

1) Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan

(design) yang baik, sesuai dengan ”Tujuh Langkah Menuju

Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.

2) Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja

3) Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif

4) Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan

informasi hasil analisis

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

Standarnya adalah
1) Pimpinan dorong & jamin implementasi progr KP melalui

penerapan “7 Langkah Menuju KP RS ”.

2) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif

identifikasi risiko KP & program mengurangi KTD.

3) Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar

unit & individu berkaitan dengan pengambilan keputusan

tentang KP

4) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yg adekuat utk

mengukur, mengkaji, & meningkatkan kinerja RS serta

tingkatkan KP.

5) Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinyadalam

meningkatkan kinerja RS & KP.

Kriterianya adalah

1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program

keselamatan pasien.

2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan

dan program meminimalkan insiden,

3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua

komponen dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi

4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk

asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko

pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas

untuk keperluan analisis.


5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan

dengan insiden,

6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden

7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela

antar unit dan antar pengelola pelayanan

8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan

9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi

menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas

perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

Standarnya adalah

1) RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap

jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.

2) RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan

untuk meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta

mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.

Kriterianya adalah

1) memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat

topik keselamatan pasien

2) mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan

inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang

pelaporan insiden.
3) menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok

(teamwork) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan

kolaboratif dalam rangka melayani pasien.

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan

pasien.

Standarnya adalah

1) RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP

untuk memenuhi kebutuhan informasi internal & eksternal.

2) Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat.

Kriterianya adalah

1) disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses

manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait

dengan keselamatan pasien.

2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi

untuk merevisi manajemen informasi yang ada.


BAB III

DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No. 1691/ Menkes /Per /VIII

/2011, tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

2. Manojlovich, M. et al (2007). Health Work Envirovment, Nurse-Phycisian

Communication and Patient’s Outcomes. American Journal of Critical Care. Vol

16. p 536-543

3. Kemenkes RI, 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

Jakarta: Depkes RI.

4. Gede Muninjaya A.A, 2011, Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan EGC,

Jakarta.

5. Institute of Medicine (IOM), 2004. Patient Safety: Achieving a New Standard

for Care. Washington, DC: National Academy Press.

6. Gardner Lea Anne, Feil Michelle, 2013. Falls: Risk asessment, prevention and

measurement. Pensylvania : National Patient Safety Foundation

Anda mungkin juga menyukai