Anda di halaman 1dari 8

Teori Belajar Menurut Robert M.

Gagne

A. Pendahuluan

Robert Mills Gagne (21 Agustus 1916 – 28 April 2002), Gagne lahir
diAndover Utara, Massachusetts. Ia mendapatkan gelar Ph.D dari Universitas
Brown pada tahun 1940. Dia adalah seorang Professor dalam bidang psikologi
dan psikologi pendidikan di Connecticut College khusus wanita (1940-1949),
Universitas Negara bagian Pensylvania (1945-1946), Professor di Departemen
penelitian pendidikan di Universitas Negara bagian Florida di Tallahasse mulai
tahun 1969. Gagne juga menjabat sebagai direktur riset untuk angkatan udara
(1949-1958) di Lackland,Texas dan Lowry, Colorado. Ia pernah bekerja sebagai
konsultan dari departemen pertahanan (1958-1961) dan untuk dinas pendidikan
Amerika Serikat (1964-1966), selain itu ia juga bekerja sebagai direktur riset pada
Institut penelitian Amerika di Pittsburgh (1962-1965).

B. Teori Belajar Gagne

Dalam mempelajari ilmu pendidikan, sering dikemukakan pertanyaan


berupa ”mengapa seseorang perlu belajar?” untuk menjawab pertanyaan ini,
sepertinya kita sependapat bahwa di dunia ini tak ada makhluk hidup yang ketika
baru dilahirkan dapat melakukan segala sesuatu dengan sendirinya, begitu juga
dengan manusia. Sejak ia bayi, bahkan ketika dewasa pun, ia pasti membutuhkan
bantuan orang lain.

Jika bayi manusia yang baru dilahirkan tidak mendapat bantuan dari
manusia dewasa lainnya, tentu ia akan binasa. Ia tidak mampu hidup sebagai
manusia jika ia tidak dididik oleh manusia. Oleh karena itu, manusia disebut
sebagai makhluk sosial. Selain itu, manusia juga makhluk berbudaya, sehingga
belajar merupakan kebutuhan yang vital sejak manusia dilahirkan. Manusia selalu
memerlukan dan melakukan perbuatan belajar kapan saja dan dimana saja ia
berada.
Sebagaimana tokoh-tokoh dalam psikologi pembelajaran, Gagne
berpendapat bahwa belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan lingkungan, namun
yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan individu
seseorang. Lingkungan individu seseorang meliputi lingkungan rumah,
geografis, sekolah, dan berbagai lingkungan sosial. Berbagai lingkungan itulah
yang akan menentukan apa yang akan dipelajari oleh seseorang dan selanjutnya
akan menentukan akan menjadi apa ia nantinya.

Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena


belajar itu bersifat kompleks. Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil
belajar akan mengakibatkan perubahan pada seseorang yang berupa
perubahan kemampuan, perubahan sikap, perubahan minat atau nilai pada
seseorang. Perubahan tersebut bersifat menetap meskipun hanya sementara.

Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu yang belajar,
situasi stimulus, dan responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari
stimulasi. Selanjutnya, Gagne juga mengemukakan tentang sistematika delapan
tipe belajar, sistematika lima jenis belajar, fase-fase belajar, implikasi dalam
pembelajaran, serta aplikasi dalam pembelajaran.

1. Sistematika ”Delapan Tipe Belajar”

Menurut Robert M. Gagne, ada 8 tipe belajar, yaitu:

a. Belajar Isyarat (Signal Learning)

Belajar isyarat mirip dengan conditioned respons atau respon


bersyarat. Seperti menutup mulut dengan telunjuk, isyarat mengambil
sikap tidak bicara. Lambaian tangan, isyarat untuk datang mendekat.
Menutup mulut dan lambaian tangan adalah isyarat, sedangkan diam dan
datang adalah respons. Tipe belajar semacam ini dilakukan dengan
merespons suatu isyarat. Jadi respons yang dilakukan itu bersifat umum,
kabur dan emosional. Menurut Krimble (1961) bentuk belajar semacam ini
biasanya bersifat tidak disadari, dalam arti respons diberikan secara tidak
sadar.
b. Belajar Stimulus – Respons ( Stimulus Respons Learning)

Berbeda dengan belajar isyarat, respons bersifat umum, kabur dan


emosional. Tipe belajar S – R, respons bersifat spesifik. 2 x 3 = 6 adalah
bentuk suatu hubungan S-R. Mencium bau masakan sedap, keluar air liur,
itupun ikatan S-R. Setiap respons dapat diperkuat dengan reinforcement.

c. Belajar Rangkaian (Chaining)

Rangkaian atau rantai dalam chaining adalah semacam rangkaian


antar S-R yang bersifat segera. Hal ini terjadi dalam rangkaian motorik,
seperti gerakan dalam mengikat sepatu, makan, minum.

d. Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation)

Suatu kalimat “unsur itu berbangun limas” adalah contoh asosiasi


verbal. Seseorang dapat menyatakan bahwa unsur berbangun limas kalau
ia mengetahui berbagai bangun, seperti balok, kubus, atau kerucut.
Hubungan atau asosiasi verbal terbentuk jika unsur-unsurnya terdapat
dalam urutan tertentu, yang satu mengikuti yang lain.

e. Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning)

Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian.


Seperti membedakan berbagai bentuk wajah, waktu, binatang, atau
tumbuh-tumbuhan.

f. Belajar Konsep (Concept Learning)

Konsep merupakan simbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil


membuat tafsiran terhadap fakta. Dengan konsep dapat digolongkan
binatang bertulang belakang menurut ciri-ciri khusus (kelas), seperti kelas
mamalia, reptilia, amphibia, burung, ikan. Kemampuan membentuk
konsep ini terjadi jika orang dapat melakukan diskriminasi.

g. Belajar Aturan (Rule Learning)

Hukum, dalil atau rumus adalah rule (aturan). Tipe belajar ini
banyak terdapat dalam semua pelajaran di sekolah, seperti benda memuai
jika dipanaskan, besar sudut dalam segitiga sama dengan 180o. Setiap dalil
atau rumus yang dipelajari harus dipahami artinya.

h. Belajar Pemecahan masalah ( Problem Solving Learning)

Memecahkan masalah adalah biasa dalam kehidupan. Ini


merupakan pemikiran. Upaya pemecahan masalah dilakukan dengan
menghubungkan berbagai urusan yang relevan dengan masalah itu. Dalam
pemecahan masalah diperlukan waktu, adakalanya singkat adakalanya
lama. Juga seringkali harus dilalui berbagai langkah, seperti mengenal tiap
unsur dalam masalah itu, mencari hubungannya dengan aturan (rule)
tertentu. Dalam segala langkah diperlukan pemikiran. Tampaknya
pemecahan masalah terjadi dengan tiba-tiba. Dengan ulangan-ulangan
masalah tidak terpecahkan, dan apa yang dipecahkan sendiri-yang
penyelesaiannya ditemukan sendiri lebih mantap dan dapat ditransfer
kepada situasi atau problem lain. Kesanggupan memecahkan masalah
memperbesar kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah lain.

2. Sistematika “Lima Jenis Belajar”


Sistematika ini tidak jauh berbeda dengan sistematika delapan tipe
belajar, dimana isinya merupakan bentuk penyederhanaan dari sistematika
delapan tipe belajar. Uraian tentang sistematika lima jenis belajar ini
memperhatikan pada hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil belajar ini
merupakan kemampuan internal yang telah menjadi milik pribadi seseorang
dan memungkinkan orang tersebut melakukan sesuatu yang dapat
memberikan ptrestasi tertentu.
Sistematika ini mencakup semua hasil belajar yang dapat diperoleh,
namun tidak menunjukkan setiap hasil belajar atau kemampuan internal satu-
persatu. Akan tetapi memgelompokkan hasil-hasil belajar yang memiliki ciri-
ciri sama dalam satu kategori dan berbeda sifatnya dari kategori lain. Maka
dapat dikatakan, bahwa sistematika Gagne meliputi lima kategori hasil
belajar. Kelima kategori hasil belajar tersebut adalah informasi verbal,
kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, keterampilan
motorik, dan sikap.

a. Informasi verbal (Verbal information)

Merupakan pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat


diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan, dan tertulis. Pengetahuan
tersebut diperoleh dari sumber yang juga menggunakan bahasa, lisan
maupun tertulis. Informasi verbal meliputi ”cap verbal” dan ”data/fakta”.
Cap verbal yaitu kata yang dimiliki seseorang untuk menunjuk pada
obyek-obyek yang dihadapi, misalnya ’kursi’. Data/fakta adalah kenyataan
yang diketahui, misalnya ’Ibukota negara Indonesia adalah Jakarta’.

b. Kemahiran intelektual (Intellectual skill)

Yang dimaksud adalah kemampuan untuk berhubungan dengan


lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi,
khususnya konsep dan berbagai lambang/simbol (huruf, angka, kata, dan
gambar).

c. Pengaturan kegiatan kognitif (Cognitive strategy)

Merupakan suatu cara seseorang untuk menangani aktivitas belajar


dan berpikirnya sendiri, sehingga ia menggunakan cara yang sama apabila
menemukan kesulitan yang sama.

d. Keterampilan motorik (Motor skill)

Adalah kemampuan seseorang dalam melakukan suatu rangkaian


gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi
antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu.

e. Sikap (Attitude)

Merupakan kemampuan seseorang yang sangat berperan sekali


dalam mengambil tindakan, apakah baik atau buruk bagi dirinya sendiri.
3. Fase-Fase Belajar

Fase-fase belajar ini berlaku bagi semua tipe belajar. Menurut Gagne,
ada 4 buah fase dalam proses belajar, yaitu:

a. Fase penerimaan (Apprehending phase)

Pada fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang belajar. Ini
ada beberapa langkah. Pertama timbulnya perhatian, kemudian
penerimaan, dan terakhir adalah pencatatan (dicatat dalam jiwa tentang apa
yang sudah diterimanya).

b. Fase penguasaan (Acquisition phase)

Pada tahap ini akan dapat dilihat apakah seseorang telah belajar
atau belum. Orang yang telah belajar akan dapat dibuktikannya dengan
memperlihatkan adanya perubahan pada kemampuan atau sikapnya.

c. Fase pengendapan (Storage phase)

Sesuatu yang telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat hilang
sehingga dapat digunakan bila diperlukan. Fase ini berhubungan dengan
ingatan dan kenangan.

d. Fase pengungkapan kembali (Retrieval phase)

Apa yang telah dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dalam ingatan)


dengan maksud untuk digunakan (memecahkan masalah) bila diperlukan.
Jika kita akan menggunakan apa yang disimpan, maka kita harus
mengeluarkannya dari tempat penyimpanan tersebut, dan inilah yang
disebut dengan pengungkapan kembali. Fase ini meliputi penyadaran akan
apa yang telah dipelajari dan dimiliki, serta mengungkapkannya dengan
kata-kata (verbal) apa yang telah dimiliki tidak berubah-ubah.

Menurut Gagne, fase pertama dan kedua merupakan stimulus, dimana


terjadinya proses belajar,sedangkan pada fase ketiga dan keempat merupakan
hasil belajar.

4. Implikasi Teori Gagne dalam Pembelajaran


a. Mengontrol perhatian siswa.
b. Memberikan informasi kepada siswa mengenai hasil belajar yang
diharapkan guru.
c. Merangsang dan mengingatkan kembali kemampuan-kemampuan siswa.
d. Penyajian stimulus yang tak bisa dipisah-pisahkan dari tugas belajar.
e. Memberikan bimbingan belajar.
f. Memberikan umpan balik.
g. Memberikan kesempatan pada siswa untuk memeriksa hasil belajar yang
telah dicapainya.
h. Memberikan kesempatan untuk berlangsungnya transfer of learning.
i. Memberikan kesempatan untuk melakukan praktek dan penggunaan
kemampuan yang baru diberikan.

5. Aplikasi Teori Gagne dalam Pembelajaran

Karakteristik materi matematika yang berjenjang (hirarkis) memerlukan


cara belajar yang berjenjang pula. Untuk memahami suatu konsep dan atau rumus
matematika yang lebih tinggi, diperlukan pemahaman yang memadai terhadap
konsep dan atau rumus yang ada di bawahnya.

C. Kesimpulan

Teori belajar Gagne pada mulanya terdiri dari delapan sistematika, namun
Gagne menyederhanakannya menjadi lima jenis belajar. Akan tetapi, diantara
keduanya terdapat hubungan, yaitu tipe belajar 1, 2, dan 6 tertampung dalam
sikap, aspek afektif, konatif dan kognitif. Hasil tipe belajar 3 tertampung dalam
keterampilan motorik, melalui terbentuknya rangkaian gerak-gerik. Hasil tipe
belajar 4 tertampung dalam informasi verbal, melalui pemberian cap verbal dan
terbentuknya rangkaian verbal. Hasil tipe belajar 5 dan 6 tertampung dalam
kemahiran intelektual melaui konsep, kaidah, dan prinsip. Hasil tipe belajar 7 dan
8 tretampumg dalam pengaturan kegiatan kognitif.

Dengan demikian jelaslah bahwa kedua sistematika itu tidak berdiri lepas
yang satu dari yang lain, namun“sistematika lima jenis belajar” lebih bermanfaat
untuk diterapkan dalam menganalisis proses balajar mengajar di sekolah karena
dibedakan dengan tegas antara aspek hasil dan aspek proses dalam pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai