Oleh:
Anusha G Perkas, S.Ked 04084821719243
Dani Gemilang Kusuma, S.Ked 04054821820113
Pembimbing:
Prof.dr. Zarkasih Anwar, Sp.A(K)
Oleh:
Anusha G Perkas, S.Ked
Dani Gemilang Kusuma, S.Ked
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
kepaniteraan klinik di Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya / Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Mohammad Hoesin
Palembang periode 30 April 2018 – 9 Juli 2018.
Pembimbing
I. IDENTIFIKASI
Nama : An. HA
Umur : 6 tahun
Jenis Kelamin : Lelaki
Berat badan : 18kg
Panjang badan : 140cm
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Alamat : Jalan Sultan Mansyur No 06, Palembang.
No. Rekam Medik : 1061613
MRS : 8 Mei 2018 (02:00 WIB)
II. ANAMNESIS
(Alloanamnesis dilakukan tanggal 9 Mei 2018 pukul 14.00 WIB, diberikan oleh
ibu kandung pasien)
Riwayat Makanan
ASI : Sejak lahir hingga usia 2 tahun (10-12x/hari)
Susu Formula : Sejak usia 2 tahun
Kesan : Asupan makanan cukup
Riwayat Vaksinasi
BCG :BCG sudah dilakukan, Skar (+)
Polio : (Polio 1, Polio 2, Polio 3)
DPT-HB : (DPT-HB 1,DPT-HB 2,DPT-HB 3)
Campak : (+)
Kesan : Imunisasi dasar lengkap
Perkembangan
Usia 4 bulan : Pasien dapat tengkurap sendiri
Usia 7 bulan : Pasien dapat duduk
Usia 9 bulan : Pasien dapat berdiri
Usia 12 bulan : Pasien dapat berjalan sendiri
Usia 5 tahun : Pasien sekarang sekolah di Taman Kanak-Kanak. Pasien
mempunyai banyak teman di sekolah dan di rumah. Pasien
dapat berinteraksi baik dengan teman-temannya.
Kesan : Perkembangan sesuai usia
Keadaan Spesifik
Kepala
Mata : Mata tidak cekung, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, refleks cahaya (+/+), pupil bulat, isokor, ø 3 mm/3
mm
Hidung : Epistaksis(-), napas cuping hidung(-)
Telinga : Tidak dilakukan pemeriksaan
Mulut : Sianosis sirkumoral tidak ada
Tenggorok : Dinding faring tidak hiperemis, T1-T1, tenang, tidak
hiperemis
Leher : Pembesaran KGB tidak ada, JVP tidak meningkat, kaku
kuduk tidak ada, Brudzinsky I, II (-), Kernig sign (-)
Thorax
Paru-paru
Inspeksi : Statis dan dinamis simetris, retraksi (-)
Palpasi : Stemfremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Pulsasi, iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Thrill tidak teraba
Perkusi : Jantung dalam batas normal
Auskultasi : HR=150 kali/menit, irama irreguler, murmur dan gallop tidak
ada,bunyi jantung I dan II normal
Abdomen
Inspeksi : Cembung
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Lemas, nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba,
turgor kulit kembali lambat
Perkusi : Timpani
Ekstremitas
Superior : Akral dingin (+), pucat (+), sianosis (-), edema (-), petechie (+), CRT
5s. rumple leed test (+)
Inferior : Akral dingin (+), pucat (+), sianosis (-), edema (-), petechie (+), CRT
5s
Status neurologis
Pemeriksaan Superior Inferior
motorik Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Luas Luas Luas Luas
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Klonus - - Tidak ada Tidak ada
Refleks fisiologi Normal Normal Normal Normal
Refleks patologi Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tanda rangsang meningeal tidak ada
Sensorik : uji sentuhan (+), uji rasa nyeri (+). Otonom : disfungsi
sfingter urine dan retensio alvi tidak ada
Kesan: pemeriksaan neurologis dalam batas normal.
IX. PENATALAKSANAAN
O2 kanul nasal 2L/menit
IVFD RL 10cc/kgbb dalam 15 menit
IVFD D20% bolus
Paracetamol 200 mg po tiap 8 jam bila suhu ≥ 38,5oC
Observasi tanda vital dan diuresis/jam
Observasi manifestasi perdarahan
Cek Hb, Ht, Trombosit, Leukosit/6jam
Komunikasi, informasi, dan edukasi
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
XI. RESUME
Pasien An. HA, lelaki usia 6 tahun dibawa ke IGD RSMH dengan keluhan
kaki dan tangan dingin disertai gelisah. Sekitar 5 hari SMRS anak demam tinggi
terus menerus, sakit kepala (-), batuk (+), dahak (-), nyeri sendi (-), muntah (-),
mimisan (-), gusi berdarah (-), pilek (-), mual (-), nyeri perut (-), bintik-bintik
merah di kulit (-), BAB hitam (-), BAK biasa. Penderita dibawa ke dokter dan
diberi 2 macam sirup yang ibu lupa namanya. Pasien masih mau makan dan
minum. Sekitar 12 jam SMRS demam tidak ada, kaki dan tangan anak teraba
dingin, nyeri perut (-), mual (+), muntah (-). Bintik-bintik merah (+) di kedua
lengan dan tungkai, mimisan (-), pendarahan gusi (-), BAK bewarna kuning
pekat, jumlahnya sedikit. Pasien dibawa ke RS Hermina. Dilakukan pemasangan
IVFD RL 100 cc selama 30 menit dan dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Didapatkan hasil Hb 17,2 g/dL, leukosit 18x 10³/mm³, Ht 34% dan trombosit 11x
103/mm3. Pasien dirujuk ke RSMH.
Riwayat DBD sebelumnya disangkal. Riwayat penyakit DBD di dalam
lingkungan sekitar ada. Riwayat kehamilan ibu normal dan riwayat kelahiran
anak normal, ditolong SpOG. Riwayat makanan mendapat ASI sampai usia 2
tahun. MP ASI mulai usia 6 bulan. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
normal. Riwayat imunisasi dasar lengkap. Status gizi baik. Hasil laboratorium
tanggal 8 Mei 2018 pukul 02:20 Hb: 15,6 g/dL, Ht: 45%, Plt: 11 x 103/mm3.
XII. FOLLOW UP
Tanggal 9 Mei 2018(pukul 08:00) hari sakit ke 6, bebas demam hari ke 2,
hari rawat ke 1.
S : demam (+)mual (-) muntah (-) mimisan (-)
O : Hasil Lab
Hb : 7.7 gr/dl trombosit : 34.000 Ht : 22%
Sensorium : Somnolen
TD : 70/40 mmHg
N : 153 x/menit (isi/tegangan kurang)
RR : 56 x/menit
T : 36,3oC
Kepala : edema palpebra (-/-), napas cuping hidung (-),
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Thorax : simetris, retraksi dada (-)
Cor : ictus cordis tidak terlihat dan tidak teraba,
BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler (+/+) normal, rhonki (-/-), wheezing (-/-).
Abdomen : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba,
nyeri tekan epigastrium (-), BU (+) normal
Ekstremitas : akral dingin (-), CRT 4 s, edema pretibial (-)
A : DBD derajat IV
P : IVFD RL 7 cc/kgBB/jam 140 cc/jam
IVFD NS 3% 25cc/jam
Observasi tanda-tanda perdarahan
Follow up dan diuresis per jam
PCT 200 mg (po) jika T ≥ 38,5
Periksa Hb, Ht, Trombosit tiap 6 jam
1.1. DEFINISI
3.2 ETIOLOGI
Virus dengue penyebab DBD termasuk famili Flaviviridae, yang berukuran
kecil sekali, yaitu 35-45 nm. Virus dengue serotipe 1,2,3,4 ditularkan melalui vektor
nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis, dan beberapa
spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu
serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan
tetapi tidak memberi perlindungan terhadap serotipe lain.
3.3 PATOFISIOLOGI
Virus hanya dapat hidup dalam sel hidup sehingga harus bersaing dengan sel
manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat bergantung
pada daya tahan tubuh manusia. Sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi
sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilatoksin yang menyebabkan
peningkatan permeabilitas kapiler dan terjadi perembesan plasma dari ruang
intravaskular ke ruang ekstravaskular; (2) agregasi trombosit menurun, apabila
kelainan ini berlanjut akan mengakibatkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibat
mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang; (3) kerusakan sel endotel
pembuluh darah akan merangsang/ mengaktivasi faktor pembekuan. Ketiga faktor
diatas menyebabkan (1) peningkatan permeabilitas kapiler; (2) kelainan hemostasis
yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopenia, dan koagulopati.
Dari sudut patofisiologi, infeksi virus dengue bergerak sesuai alur berikut :
Gambar 1. Patofisiologi
Infeksi Dengue
3.4 MANIFESTASI KLINIK
Infeksi virus dengue mengakibatkan menifestasi klinik yang bervariasi mulai
dari asimptomatik, penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile illness),
dengue fever, dengue haemoragic fever, sampai dengue shock syndrom. Walaupun
secara epidemiologis infeksi ringan lebih banyak, tetapi pada awal penyakit hampir
tidak mungkin membedakan infeksi ringan atau berat.
Pemeriksaan Penunjang
1. Lab darah rutin
Lekosit: dapat normal tapi biasanya lekopeni dengan dominasi sel neutrofil, pada
akhir fase demam, terjadi lekopeni dan neutropeni serta limfositosis relatif
(peningkatan sel limfosit atipikal atau limfosit plasma biru>15% dapat dijumpai
pada hari ketiga, sebelum suhu tubuh turun atau sebelum syok terjadi)
Trombosit
Trombositopeni <100.000/mm3 atau kurang dari 1-2 trombosit/lapangan
pandangan besar. Biasa ditemukan antara hari sakit ketiga-ketujuh. Biasanya
terjadi sebelum peningkatan hematokrit dan sebelum suhu turun.
Hemokonsentrasi dengan tanda:
- Peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standar sesuai umur, jenis
kelamin
- Penurunan hematokrit ≥ 20% setelah mendapat pengobatan cairan
- Tanda perembesan plasma, yaitu efusi pleura, asites atau proteinemia
Pemeriksaan laboratoris lain:
- Kadar albumin menurun sedikit dan bersifat sementara
- Eritrosit pada tinja hamper selalu ditemukan
- Pada sebagian besar kasus, disertai penurunan faktor koagulasi dan
fibrinolitik, yaitu fibrinogen, protrombin, factor VII, factor XII dan
antitrombin III
- Pada kasus berat ada disfungsi hati, penurunan kelompok vitamin K-
dependent, protrombin seperti factor V, VII, IX dan X, fibrinogen mungkin
subnormal
- Waktu perdarahan memanjang (PT dan PTT memanjang)
- Penurunan α-antiplasmin (α-antiplasmin inhibitor) jarang ditemukan
- Serum komplemen menurun, hipoproteinemia, kadang-kadang hipokloremia
- Hiponatremia
- Serum aspartat aminotransferase sedikit meningkat
- Asidosis metabolik berat dan peningkatan kadar urea nitrogen pada syok
berkepanjangan
2. Radiologis
Pada foto thoraks didapatkan efusi pleura terutama pada hemitoraks kanan,
tetapi bila terjadi pembesaran plasma hebat, foto roentgen dada sebaiknya
dilakukan lateral dekubitus kanan. Asites dan efusi pleura dapat dideteksi
dengan USG
3. Diagnosis serologi
- Hemaglutination Inhibition Test (HI test)
Uji ini sensitif tapi tidak spesifik (tidak dapat menunjukkan tipe virus yang
menginfeksi. Antibody HI bertahan >48 tahun, maka cocok untuk uji
seroepidemiologi. Untuk diagnosis pasien, kenaikan titer konvalesen 4x dari
titer serum akut atau titer tinggi (>1280) baik pada serum akut atau
konvalesen dianggap diduga keras positif infeksi dengue yang baru terjadi
(presumtif +)
- Neutralization Test
Paling spesifik dan paling sensitif untuk virus dengue, berdasarkan reduksi
dari plaque yang terjadi, dideteksi bersamaaan dengan antibodi HI tapi lebih
cepat dari antibodi komplemen, bertahan >48 tahun tapi lama dan ruwet
Akhir-akhir ini sering dipakai. IgM muncul pada perjalanan penyakit hari 4-5
yang kemudian diikuti dengan IgG. Dengan mendeteksi IgM pada serum
pasien, dapat ditentukan diagnosis yang tepat (diambil >hari ke5 dan <6
minggu) bila masih negatif, harus diulang, apabila pada hari sakit ke-6 masih
tetap (-), msks dilaporkan sebagai (-). IgM hanya dapat bertahan dalam darah
2-3 bulan setelah infeksi sehingga tidak boleh dijadikan satu-satunya uji
diagnostik pengelolaan kasus. Sensitivitasnya sedikit di bawah uji HI,
spesifitas sama dengan uji HI dan hanya memerlukan 1 serum akut saja. Saat
ini sudah beredar uji Elisa yang sebanding dengan uji HI hanya lebih spesifik
(IgM/IgG dengue blot, dengue rapid, dll). Pada infeksi sekunder, IgG lebih
banyak didapatkan.
- Isolasi virus
a. Inokulasi intraserebral pada bayi tikus albino umur 1-3 hari
b. Inokulasi pada biakan jaringan mamalia (LLCMK2) dan nyamuk A
albopictus
c. Inokulasi pada nyamuk dewasa secara intratorasik/intraserebral pada larva
- Identifikasi virus
Dengan Fluorescence antibody technique test secata langsung atau tidak
langsung. Untuk identifikasi dipakai yang indirek dengan antibodi
monoclonal
- NS1 antigen test ( Platelia Dengue NS1 Ag assay ) pemeriksaan untuk DHF
dapat mendeteksi dihari pertama panas sebelum antibody dapat terdeteksi 5
hari kemudian.
1.5 DIAGNOSIS
Dasar diagnosis DHF (WHO, 2011):
Klinis
1. Demam tinggi dengan mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.
2. Manifestasi perdarahan, termasuk setidak-tidaknya uji bendung positif dan
bentuk lain (petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi),
hematemesis atau melena.
3. Pembesaran hati.
4. Syok yang ditandai oleh takikardia, nadi yang lemah, Hipotensi (tekanan
sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang), disertai kulit yang teraba
dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien jadi
gelisah.
Laboratorium
- Trombositopenia (< 100.000/ul) dan hemokonsentrasi (nilai hematokrit lebih
20% dari normal/baseline dari pasien atau populasi dengan usia yang sama).
- Dua gejala klinis pertama ditambah satu gejala laboratorium cukup untuk
menegakkan diagnosis kerja DHF
Derajat (WHO,1997) :
I. Demam dengan uji bendung positif.
II. Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain.
III. Ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun (<20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab, dan
pasien jadi gelisah.
IV. Syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
3.7 PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya bersifat suportif yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma
sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan.
Pasien DF dapat berobat jalan sedangkan pasien DHF dirawat diruang perawatan
biasa, tetapi pada kasus DHF dengan komplikasi diperlukan perawatn intensif. Fase
kritis umumnya terjadi pada hari sakit ketiga.
Rasa haus dan keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi, anoreksia
dan muntah. Pasien perlu diberi banyak minum, 50 ml/kgBB dalam 4-6 jam pertama
berupa air teh dengan gula, sirup, susu, sari buah atau oralit. Setelah keadaan
dehidrasi dapat diatasi, beri cairan rumatan 80-100ml/kgBB dalam 24 jam berikutnya.
Hiperpireksia diatasi dengan antipiretik dan bila perlu surface cooling dengan
kompres es. Parasetamol direkomendasikan untuk mengatasi demam dengan dosis
10-15 mg/kgBB/kali.
Pemberian cairan intravena pada pasien DHF tanpa renjatan dilakukan bila
pasien terus-menerus muntah sehingga tidak mungkin diberi makanan peroral atau
didapatkan nilai hematokrit yang bertendensi terus meningkat (> 40 vol%). Jumlah
cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit,
dianjurkan cairan glukosa 5% dalam 1/3 larutan NaCl 0,9%. Bila terdapat asidosis,
1/4 dari jumlah larutan total dikeluarkan dan diganti dengan larutan yang berisi 0,167
mol/liter natrium bikarbonat (3/4 bagian berisi larutan NaCl 0.9% + glukosa ditambah
1/4 natrium bikarbonat).
Prinsip terapi DHF/DSS
Pengobatan bersifat suportif, mengatasi peningkatan permeabilitas kapiler
dan perdarahan. Keberhasilan tatalaksana DHF terletak keberhasilan mendeteksi dini
fase kritis yaitu pada fase defervescence (biasanya pada hari sakit 3-5 di mana terjadi
perembesan plasma). Pada DD saat ini merupakan tanda penyembuhan sementara
pada DHF merupakan saat kritis karena dapat merupakan awal fase syok.
Penggantian volume plasma dengan cairan kristaloid isotonik.
Terapinya bersifat simtomatik dan suportif sesuai bagan di atas dengan urutan:
1. Penimbangan berat badan
Perkiraan Berat badan normal dapat dihitung dengan rumus. Untuk anak umur 3-
12 bulan: BB (kg)= 2x umur (tahun) +4
2. Tunjangan hidup dasar (pemberian oksigen) dan akses vena
Pada semua pasien syok harus diberikan oksigen 2l/menit (disarankan masker
dengan saturasi 95-100% dan kadar hemoglobin cukup. Akses vena untuk darah
3. Kateter urin
Urin ditampung untuk urinanalisa dan jumlah diuresis urine (normal: 2-3
ml/kgBB/jam). Oliguria sering muncul sebelum penurunan tekanan darah dan
nadi
4. Pemasangan pipa oro/nasogastrik
Untuk dekompresi, memantau pendarahan saluran cerna dan bilasan lambung.
5. Resusitasi cairan
Jenis cairan (rekomendasi WHO)
Kristaloid (efektif mengisi ruang interstitial, mudah disediakan, tidak mahal,
tidak alergik, namun hanya ¼ bolus yang tetap di intravascular )
Larutan ringer laktat (RL) atau dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat
(D5/RL)
Larutan ringer asetat(RA) atau dekstrosa 5% dalam larutan ringer asetat
(D5/RA)
Larutan NaCl 0,9%(garam faali=GF) atau dekstrosa 5% dalam larutan garam
faali (D5/GF)
- Bila tanda vital membaik dan Hematokrit turun: tetesan diturunkan menjadi
10 ml/kgBB/jam dan kemudian disesuaikan tergantung kehilangan plasma
yang terjadi selama 24-48 jam.
- Cairan intravena dapat dihentikan bila Ht telah turun sekitar 40%, jumlah
urin 2 ml/kgBB/jam atau lebih.
7. Rawat di PICU
Bolus epinefrin diberikan pada henti jantung, bradikardi, hipotensi yang non
responsif terhadap resusitasi jantung paru dan cairan. Dosis bolus epinefrin IV
dan IO inisial adalah 0,01 mg/kgBB (0,1 ml/kgBB epinefrin 1:10000). Bila perlu
dosis IV dan IO dinaikkan menjadi 0,1-0,2 mg/kgBB (0,1-0,2 ml epinefrin
1:1000), yang diulang tiap 3-5 menit. Dosis infus epinefrin adalah 0,1-1,0
µg/kgBB/menit. Untuk mencegah ekstravasasi, infuse epinefrin diberikan
melalui kateter vena atau kateter vena sentralis. Epinefrin tidak aktif pada cairan
alkali. Tersedia dalam vial 1 mg/ml. larutan epinefrin 1:10.000 disiapkan untuk
IV dan IO dosis rendah, larutan epinefrin 1:1000 disiapkan untuk IO dan IV
dosis tinggi dan endotrakeal.
10. Atropin
Curah jantung anak adalah rate dependent, karena itu bradikardia simtomatik
(<60 kali/menit) akibat perfusi buruk, hipotensi dan hipoksemia harus diobati
dengan resusitasi jantung paru, pemberian epinefrin atau atropin. Atropin adalah
obat parasimpatolitik yang mempercepat sinus atau pacemaker atrial dan
konduksi atrioventrikular. Digunakan juga untuk mencegah bradikarsi karena
refleks vagal pada intubasi endotrakeal. Dosisnya 0,02 mg/kgBB dengan dosis
minimal 0,1 mg, dosis atropin tunggal maksimal adalah 0,5-1mg/x yang dapat
diulang tiap 5 menit dengan total maksimal 1 mg untuk anak dan 2 mg untuk
remaja. Atropin tersedia dalam kemasan 0,4 mg/ml dapat diberikan IV/IO.
11. Glukosa
Hanya diberikan bila terdapat hipooglikemia dan pasien tak memberi respons
terhadap tindakan resusitasi standar. Glukosa diberikan dengan dosis 0,5-1,0 g/kg
secara IV atau IO. Bolus D10W 5-10 ml/kgbb atau D5W atau D5 NaCl 0,9% atau
RL 10-20 ml/kgBB, dapat diberikan dalam 20 menit. Konsentrasi maksimum
glukosa neonatus adalah 12,5% ( secara IV)
12. Kalsium klorida
Dopamin diberikan untuk mengobati hipotensi atau perfusi perifer buruk pada
anak dengan volume intravaskular cukup dan irama jantung stabil. Dopamin
disiapkan menurut Rule of six (6xBB) mg dopamin dalam cairan 100 ml, bila
diinfuskan dengan kecepatan 1 ml/jam akan memberikan dopamin 1
µg/kgbb/menit. Diberikan infus kontinu dengan bantuan pompa infus melalui
kateter vena yang besar atau kateter vena sentralis. Ekstravasasi dopamin dapat
menyebabkan iskemia dan nekrosis jaringan lokal. Dimulai dari 10 ml/jam atau
10µg/kgbb/ menit yang selanjutnya disesuaikan dengan penilaian diuresis,
perfusi sistemik dan tekanan darah. Pada dosis rendah (2-5µg/kgbb/menit), efek
langsung dopamin pada reseptor β adrenergic jantung sedikit namun pada
vascular bed dopamin merangsang reseptor dopaminergik dengan efek
vasodilatasi yang meningkatkan aliran darah renal, splanknik, koroner dan
serebral. Pada dosis tinggi (>5µg/kgbb/menit) dopamin memberi efek melalui
pelepasan norepinefrin saraf simpatis jantung pada reseptor β adrenergic
jantungdan efek αadrenergic. Infus dopamin 5-10µg/kgbb/menit meningkatkan
kontraktilitas jantung tanpa efek pada tekanan darah dan denyut jantung. Infus
dopamin10-20µg/kgbb/menit terjadi vasokonstriksi dan peningkatan tekanan
darah namun timbul masalah takikardia. Infus dopamin >20µg/kgbb/menit
menyebabkan vasokonstriksi perifer hebat dan iskemia tanpa tambahan efek
inotropik.
14. Dobutamin
Pemeriksaan golongan darah dan cross matching harus dilakukan pada pasien
syok. Untuk pasien DIC dengan pendarahan masif dapat diberikan plasma segar
dan suspensi trombosit. Untuk menentukan prognosis, berat perdarahan dan
deteksi terjadinya DIC perlu dilakukan pemeriksaan PT, PTT dan FDP
17. Kelainan ginjal
- Tanda-tanda vital dicatat tiap 15-30 ‘ atau lebih sering sampai syok dapat
teratasi
- Kadar hematokrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sampai keadaan pasien stabil
- Jumlah dan frekuensi diuresis harus dicatat. Kadar elektrolit harus dipantau.
3.8 PENCEGAHAN
Untuk memutuskan rantai penularan, pemberantasan vektor dianggap cara
yang paling memadai saat ini. Ada 2 cara pemberantasan vektor :
a. Menggunakan insektisida.
Yang lazim dipakai dalam program pemberantasan demam berdarah adalah
malathion untuk membunuh nyamuk dewasa (adultsida) dan temephos
(abate) untuk membunuh jentik (larvasida).
b. Tanpa insektisida
- Menguras bak mandi, tempayan, dan tempat penampungan air minimal
sekali seminggu.
- Menutup rapat-rapat tempat penampungan air.
- Membersihkan halaman rumah dari kaleng-kaleng bekas dan benda lain
yang memungkinkan nyamuk bersarang.
- Mencegah gigitan nyamuk dengan memakai kelambu atau lotion.
3.9 PROGNOSIS
Kematian oleh demam dengue hampir tidak ada, sebaliknya pada DHF/DSS
mortalitasnya cukup tinggi. Penelitian pada orang dewasa di Surabaya, Semarang,
dan Jakarta memperlihatkan bahwa prognosis dan perjalanan penyakit umumnya
lebih ringan daripada anak-anak.
Dari penelitian tahun 1993, dijumpai keadaan penyakit yang terbukti bersama-
sama muncul dengan DHF yaitu demam tifoid, bronkopneumonia, dan anemia.
TERAPI CAIRAN
Dalam tubuh, faal sel tergantung pada keseimbangan cairan danelektrolit.
Jumlah air dalam tubuh harus di pertahankan dalam batas – batastertentu untuk
berlangsungnya metabolisme tubuh dengan baik.Tubuh manusia terdiri atas :
1. Lean body mass (tubuh tanpa lemak), yaitu air (73%), tulang, jaringan bukan
lemak.
2. Jaringan lemak
PEMBERIAN CAIRAN
Cairan Kristaloid
Cairan kristaloid yang di gunakan biasanya NaCl 0,9% dan ringer
laktat.Cairan kristaloid akan menyebar cepat ke ekstraseluler. Menurut
Dillonkehilangan 1cc darah harus di gantikan 3cc kristaloid. Akan tetapi
menaiknyapermeabilitas kapiler pada syok juga dapat menyebabkan cairan
kristaloidkeluar dari pembuluh darah. Pemberian cairan kristaloid dalam jumlah besar
inimempunyai maksud :
1. Larutan kristaloid dapat mengurangi gagal ginjal
2. Larutan kristaloid dapat mengurangi menurunnya fungsi paru secara progresif
secara cepat dari intravaskuler dan interstitial volume dari kristaloid 2-4 kali
lebih tinggi dari koloid yang di butuhkan untuk mempertahankan
hemodinamik, namun CVP (central venous pressure) menjadi berkurang dan
cairan berkumpuldi interstitial sehinggamenghambat oksigenasi
jaringan,memperlambat penyembuhan luka, mengurangi gerakan
gastrointestinal dan daya obstruksi. Pada syok hipovolemik cairan berkumpul,
intra vascular, dan pemberian cairan kristaloid dapat mengatasi defisit cairan,
karena itu lebih banyak di gunakan kristaloid daripada koloid karena di
perlukan cairan terus – menerus.
CairanKoloid
Cairan koloid yang dapat di gunakan pada syok adalah hemasel,gelofusin,
dekstran 70, hespan, albumin 4,5% dan albumin 20%. Penggunaancairan koloid yang
lebih besar di butuhkan untuk mempertahankan volumeplasma untuk meningkatkan
fungsi kardiovaskuler dan oksigen konsumsi,begitu pula dengan cairan koloid dapat
di kurangi pengumpulan cairaninterstitial dan cairan intravaskular.
Apabila permeabilitas cairan bertambah zat ini keluar dari intravaskulardan
menyebabkan meningginya tekanan onkotik interstitialdan menyebabkanterjadinya
udem. Di samping itu koloid juga menghambat diuresis oleh karenaitu masih menjadi
pertanyaan penggunaan cairan koloid karena bahayanyaterutama bila permeabilitas
kapiler bertambah.Dalam keadaan kritis cairan koloid harus di berikan sebanyak
kristaloid,yang dapat merupakan cairan:
1. Albumin
2. Dekstran
3. Hemasel
4. HAS (Human Albumin Sollution)
1. Albumin
Albumin terdapat sebagai donor plasma. Albumin sama dengan
osmotic koloidplasma dengan masa tengah 10 – 15 hari. Dapat terjadi reaksi
anafilaktoidwalaupun jarang dan tidak rutin di gunakan. Keadaan
hipoalbuminemi dapatbersamaan dengan hipovolemi, edema, dan ascites di
berikan albumin 20%.
2. Dekstran
Dekstran merupakan polimer polisakarida dalam dekstrosea 5% atau
NaCl0,9% dengan berat molekul 40.000. dekstran dengan cepat di keluarkan
olehginjaldan dapat membentuk kompleks dengan fibrinogen
sehinggamenyebabkan koagulopati. Dua bentuk dekstran : dekstran 40 dan
dekstran 70. Dekstran 40 lebih sering di gunakan dan terdapat kemungkinan
alergi.
3. Hemasel
Hemasel mengandung kalsium 10kali lebih banyak 6,3 mmol/l, dan
kalium5,1mmol/l. pemberian dalam jumlah banyak tidak di anjurkan
karenamenyebabkan defek koagulasi dan tidak mempengaruhi fungsi
ginjal.Pemberian dalam jumlah besar dalam bentuk gelatin kompleks
dapatmenyebabkan kebocoran pada kapiler dan menyebabkan edema paru.
4. HAS ( Human Albumin Solution )
HAS di bebaskan melalui ginjal melalui hidrolisis dengan
amylase.HAS jugatersimpan dalam RES.
BAB IV
ANALISIS KASUS
Pasien An. HA, lelaki usia 6 tahun dibawa ke IGD RSMH dengan keluhan
kaki dan tangan dingin disertai gelisah. Sekitar 5 hari SMRS anak demam tinggi
terus menerus, sakit kepala (-), batuk (+), dahak (-), nyeri sendi (-), muntah (-),
mimisan (-), gusi berdarah (-), pilek (-), mual (-), nyeri perut (-), bintik-bintik
merah di kulit (-), BAB hitam (-), BAK biasa. Penderita dibawa ke dokter dan
diberi 2 macam sirup yang ibu lupa namanya. Pasien masih mau makan dan
minum. Sekitar 12 jam SMRS demam tidak ada, kaki dan tangan anak teraba
dingin, nyeri perut (-), mual (+), muntah (-). Bintik-bintik merah (+) di kedua
lengan dan tungkai, mimisan (-), pendarahan gusi (-), BAK bewarna kuning
pekat, jumlahnya sedikit. Pasien dibawa ke RS Hermina. Dilakukan pemasangan
IVFD RL 100 cc selama 30 menit dan dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Didapatkan hasil Hb 17,2 g/dL, leukosit 18x 10³/mm³, Ht 34% dan trombosit 11x
103/mm3. Pasien dirujuk ke RSMH.
Riwayat DBD sebelumnya disangkal. Riwayat penyakit DBD di dalam
lingkungan sekitar ada. Riwayat kehamilan ibu normal dan riwayat kelahiran
anak normal, ditolong SpOG. Riwayat makanan mendapat ASI sampai usia 2
tahun. MP ASI mulai usia 6 bulan. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
normal. Riwayat imunisasi dasar lengkap. Status gizi baik. Hasil laboratorium
tanggal 8 Mei 2018 pukul 02:20 Hb: 15,6 g/dL, Ht: 45%, Plt: 11 x 103/mm3.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil deman terus menerus, Rumple
leed test (+) dan syok yang ditandai dengan nadi cepat dan lemah serta penurunan
tekanan nadi (≤20 mmHg), hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan
pasien tampak gelisah. sehingga diagnosis mengarah pada DHF derajat IV.
Berdasarkan klasifikasi WHO anak didiagnosis menderita DHF derajat IV :
1. Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari
2. Manifestasi perdarahan tidak spontan (positif uji tourniquet)
3. Pembesaran hati
4. Nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri perut
5. Syok ditandai dengan nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi
(≤20 mmHg), hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien
tampak gelisah
- Hasil laboratorium menunjukkan Trombositopenia (<100.000/ul) dan
peningkatan Hematokrit>20%