Anda di halaman 1dari 10

TERPURUK

Seperti pepatah, kehidupan itu kadang diatas, kadang dibawah. Heeyyyyy….

Itu bukan pepatah, itu nyata temans, kehidupan bergulir bagai roda pedati,

selalu seperti itu, waspadalah…


Bangkrut, terpuruk lalu jatuh miskin, sebuah ironi kehidupan yang pahitnya

tak dapat disetarakan dengan empedu atau racun terpahit sekalipun. Sebuah

keadaan yang sangat ditakuti dan dijauhi setiap manusia di muka bumi,

karena pada saat inilah sebuah kisah nyata kehidupan akan dijalani dengan

berat laksana memikul beban tak terukur, sakit laksana luka yang disiram

cuka berumur ratusan tahun, perih, getir belum lagi cemooh dari setiap sudut

rumah, cibiran dari setiap mahluk yang berbibir dan pandangan mata yang

menyakitkan, pada keadaan ini, bahkan orang butapun seolah

memandangmu dengan sorot mata yang tajam melebihi tajamnya sinar

mentari.
Aku sudah merasakan betapa menyedihkannya ketika kehidupan

menggulirkanku pada level terendah dari rodanya, pada saat ini sejuta do’a

seolah tak berbalas Kerohman dan Rohiman-Nya, segala ucap adalah

kesalahan, segala tindakan semakin mendekatkanmu pada keputus asaan,

pedih temans…. Yang dapat kamu lakukan hanyalah diam, menyendiri

disudut lalu menangislah sampai matamu bengkak dan air matamu berubah

menjadi darah, that’s right… itu yang paling benar untukmu saat itu.
You know temans.. ketika pandanganmu beradu dengan orang-orang,

duuuhh…rasanya kamu itu rendah banget, menjijikan, idup lagi!!


Lalu dengarlah ketika mereka berbisik, entah apa bisikannya karena kamu

hanya tau jika mereka berbisik tentangmu, rasakanlah… betapa debaran

jatungmu bahkan tak terukur oleh stopwatch, dan lihatlah, ketika mereka

berkumpul,tua muda seolah membicarakan kesialanmu, hahay…. Kakimu

1|Page
akan sulit melangkah maju, lalu balik kanan dan cari pojokan, menangisi

nasibmu yang jadi tontonan orang, feel the taste temans, its nice for make a

dissision to suicide, sungguh aku tidak bohong.


Setiap hari adalah siksaan bagimu, dan sialnya hari berjalan amat lambat

sehingga siksaannya terasa sangat panjang dan melelahkan, menguras

seluruh energi kehidupanmu, menguras air mata yang selama ini jadi

temanmu, menguras segala milikmu hingga tak bersisa.


Lalu, bagaimana dengan malammu? Apakah malam memberimu kebebasan

dari segala gunjingan? Hohohoho…. You wrong temans, karena malampun

tak lagi jadi sahabatmu, pekatnya tak dapat melindungimu dari mata, mulut,

bibir dan telinga mereka.


Bahkan malam menghianatimu dengan kesunyian yang diciptakannya, kamu

menjadi terasing di duniamu, bahkan di rumahmu sendiri, dan kamu tahu?

Dengarkanlah, tutup kedua matamu lalu konsentrasilah. Binggoooo… kamu

tahu sekarang, semua binatang malampun mengejek dan mencibirmu dengan

lantang, begitu kompaknya mahluk muka bumi ini mencelamu, hingga tak ada

jalan bagimu untuk melarikan diri.


Itu baru hari temans, lalu bagaimana dengan minggu, bulan dan tahun-tahun

yang akan kau lalui jika panjang umurmu?


Dan jangan kamu lupakan temans, you are not alone… tengoklah samping

kiri dan kananmu, ada istrimu disana,( itupun jika dia belum kabur karena

merasa berat hidup denganmu, puji syukur kehadirat Allah SWT istriku tetap

setia hingga kini) lalu tengok dikananmu, satu, dua, tiga atau berapapun

jumlahnya ada anakmu, darah dagingmu yang dititipkan Penciptamu untuk

kau jaga dengan segala dayamu. Lihat sorot matanya yang seolah

menyalahkan sekaligus meminta tanggung jawabmu, dengar teriakana

anakmu ketika meminta sesuatu pada ibunya yang tak mampu memberinya,

dengar tangisannya ketika keinginan yang tak seberapa itu gagal kau penuhi,
2|Page
rasakan temans… itu adalah kepedihan tak terkira yang bahkan dalam

mimpipun kau takut menghadapinya.


Selesai? Oo…belum, ketika malam beranjak lihatlah mereka tertidur, lihat

istrimu yang dulu primadona dan jadi rebutan banyak lelaki itu.Lihat tubuhnya

yang dulu begitu menggoda dan menggairahkan itu, bahkan mungkin jadi

imajinasi keji para lelaki dalam hayalan syahwatnya, Sekarang dia tertidur

mungkin dalam keadaan lapar, kulitnya mengendur, kerutan dimukanya kini

melebihi umur sebenarnya, lihat matanya yang kini tampak bengkak mungkin

akibat tangis yang disembunyikannya, lihat..lihat semuanya.


Puas? Sekarang tengoklah mahluk-mahluk kecil yang berjejer disampingnya,

itu anakmu, yang menanggung derita karena kesialanmu. Lihat mereka yang

tertidur dengan air mata yang masih basah karena keinginan kecilnya tak

berhasil didapat, lihat gurat kemarahan karena keinginanya tak tercapai,

lihat…lihatlah temans, mereka tertidur dengan hati yang kecewa.


And than look at you temans, seorang anak muda gagah perkasa yang

mampu mencapai segala keinginanmu dengan mudah dan sekali tunjuk itu

kini berubah menjadi renta sebelum masanya, kerutan didahimu yang

mendahului umurmu, sorot tajam mata elangmu yang yang kini tak lebih dari

sorot mata ayam, dan bobot tubuhmu yang dahulu begitu atletis bak atlit kini

tak lagi berisi, usiamu benar-benar menghianati ragamu.


Lalu akan kau lihat matamu itu berkilat-kilat, bukan kilatan semangat seperti

dulu.. tapi kilatan air yang terkena cahaya lampu listik rumahmu jika kau

masih punya lampu listik.


Ya… itu air mata temans, air mata kelelahan dan keletihan hidupmu, itupun

jika kau masih punya stok air mata sebelum menjadi darah.
Perlahan, kau akan merebahkan diri di tempat tidurmu dan berharap akan

tidur dengan lelap, tapi tentu saja itu hanya hayalanmu temans… karena

meski kau pejamkan matamu, hatimu tetap terbangun, memikirkan segala

3|Page
kesialan nasibmu, merutuki, marah, dan berharap esok kau tidak lagi bangun

melihat mentari karena lelah.


Lalu kau akan bangun dari tempat tidurmu, duduk termenung berjam-jam,

kembali memikirkan nasib hidupmu, lalu berhayal jika saja nasib tak

merubahmu seperti ini, janji-janji kesolehanmu mengalir dari hatimu, kau akan

perbaiki ibadahmu, kau akan perbaiki amal jariyahmu, kau akan muliakan

orang tuamu dan janji-janjimu yang lain, tapi…semua hanya hayalanmu

temans, semua sudah terjadi dan janjimu itu telah terbukti tak mampu kau

tunaikan ketika masa keemasannmu.


Rutuki sesukamu, marahlah sehebat yang kau bisa, tapi percayalah… aku

sudah lakukan itu dan semua tak kembali seperti semula.


Hadehh…menangis, lagi-lagi senjata kaum hawa itupun kini jadi senjata

andalanmu. Tangisan adalah ekspresi termudah mengungkapkan kepedihan,

keputus asaan, kemarahan, dan ketidak mampuanmu. Kamu yang digjaya itu

kini menjadi loser yang terhebat tiada lawan. Tak lagi malu dengan tangisan,

tak lagi gengsi dengan air mata, bahkan kamu tidak lagi berusaha

menyembunyikan tangisanmu, hatimu tiba-tiba menjadi lembut bagai

perempuan, tenagamu tiba-tiba menjadi lemah bagai perempuan dan kamu

menikmati itu, berusaha berlindung dibalik segala sifat feminisme itu.


Hari berganti, lambat sekali….
Tapi berhasil kamu lewati juga, meski dengan lelah jiwa raga. Bukan karena

kuat menghadapi segala ujian, semata-mata hanya karena Allah yang

menciptakanmu belum mencabut nyawamu, sehingga meski segan kau lewati

juga hari demi hari kehidupan beratmu.


Lama sekali kau sesali segala nasibmu temans, hingga akhirnya timbul

kesadaranmu untuk mencari sebab dari segala akibat yang terjadi dalam

hidupmu. Kamu mulai meraba-raba apakah karena sesuatu atau perbuatan

hina seseorang yang main halus.

4|Page
Yaaa…kaupun mulai percaya akan adanya campur tangan mahluk gaib yang

membuat hidupmu hancur lebur.


Kamu mulai menyambungkan segala sesuatu hal yang terjadi dalam hidupmu

dengan sesuatu yang diluar nalar, sehingga berksimpulan bahwa yang terjadi

padamu adalah kelicikan seseorang yang menggunakan kekuatan setan

untuk menghancurkan hidupmu.


Daaaann, hal ini tentu saja membuatmu marah semarahnya, emosimu

memuncak hingga ubun-ubun. Jika ada yang berani terhadapmu niscaya

jangankan manusia atau hewan, setanpun akan kau makan temans, gelap

matamu diselimuti kemarahan, terbakar hati dan jiwamu.


Dendam membara dikobarkan.
Tapi tungguuu…
Pada siapa kemarahan itu akan kau lampiaskan temans?
Gelap matamu sehingga apapun kau hancurkan, televisi hiburan semata

wayang anak-anak dan istrimu kini tinggal puing, fenomena piring terbang

sudah jadi hal biasa dirumahmu ketika kelelakianmu itu tersinggung, anak-

anak tak lagi berani didekatmu, mereka kehilangan ayah mereka justru ketika

raga sang ayah mewujud dihadapan mereka, istrimu kehilangan suami ketika

ragamu nampak di depannya.


Lihat temans, begitu tegar istrimu bahkan dia hanya tersenyum ketika anak-

anaknya bertanya tentang gambar tangan di pipinya, air matanya tak pernah

terlihat bukan karena dia tak menangis, tapi karena tangisnya itu dia simpan

rapi entah di mana.


Tak cukup sampai disitu temans, kamu mulai bertekad menemukan orang

yang curang itu..


Kehancuran dibalas kehancuran, tekadmu..
Perburuan pun dimulai, berpuluh orang pintar kau datangi dengan harapan

semua membaik dan tentu saja harapan terbesarmu adalah menemukan

orang yang menghancurkanmu. Untuk apa? Balas dendam tentu saja.

5|Page
Tapi temans, kamu butuh biaya untuk itu semua, darimana kau dapat uang

sementara istri dan anakmu pun butuh untuk makan, anakmu selalu rewel

minta jajan karena iri dengan temannya yang lain?


Lagi-lagi gelap matamu temans, kau fikir jika ketemu orangnya dan balas

dendam bukankah semua kehancuran ini akan berakhir dan semua kembali

membaik?
Tidak kau pedulikan isak tangis istrimu ketika penghias jari tak seberapa itu

kau jual…
Tuli telingamu ketika anakmu menangis menanyakan sepeda bututnya yang

kau jual demi ambisi gelapmu.


Kau habiskan semua harta bendamu yang tak seberapa itu, namun titik

terang tak pernah kau temukan…


Kemarahanmu semakin menjadi, ketika debt kolektor datang menagih utang-

utangmu. Panik, kalut, karena mereka tak berkompromi dengan keadaanmu.


God.. rasanya mati adalah pilihan terbaik saat itu, tapi sialnya lagi-lagi Allah

belum menghendaki kematianmu sehingga debt kolektor itu harus kau

hadapi.
Berbagai ancaman meluncur fasih dari mulut-mulut yang terlatih untuk marah

itu, halus saja ancamannya, jika tak mampu bayar utang-utangmu tinggalkan

rumahmu, jleb banget kan?


Lhoooo.. apa yang terjadi dengan kamu temans?
Mana kemarahan yang kau tunjukan dihadapan istri dan anakmu itu?
Mana mulut busukmu yang setiap hari berteriak penuh kemarahan itu?
Mengapa sekarang kau jadi begitu pendiam dan penurut pada orang-orang

yang entah darimana datangnya itu?


Ooo… rupanya kamupun marah temans, tapi bukan pada mereka karena

bukan tandinganmu, karena sepeninggal mereka kamu mengamuk bagai

badai, semua yang menghalangimu tak ada yang tersisa, hancur harta

bendamu yang tinggal seuprit itu.


Sungguh temans, kau kehilangan banyak hal karena kemarahan dan dendam

gelapmu, sementara hidup terus berjalan semakin jauh meninggalkanmu.


Aku jadi teringat tentang tahap menerima kenyataan dari seorang ahli jiwa

6|Page
Konon katanya, pada sekitar tahun 1969, salah satu satu dokter ahli jiwa

(psikiater) Elisabeth kubler di amerika mengeluarkan buku On Death and

Dying, yang berisikan pengalaman dia ketika menangani salah satu pasien

dengan penyakit komplikasi yang cukup parah hingga pengobatan pada saat

itu tidak bisa menyembuhkan. Saat itu dia beranggapan kurangnya

pengetahuan tentang bagaimana menghadapi pasien seperti itu, jadi deh

buku ini keluar.

Dari buku ini yang menarik adalah dikatakan kubler-ross model yaitu “5 tahap

kesedihan” ketika menghadapi masalah, Apa aja 5 stadium nya ? Biasanya

disingkat dengan DABDA, yaitu :

1. Denial : Dengan keadaan yang sulit dipercaya, seseorang akan

berusaha untuk mencari alasan bahwa hal yang terjadi adalah tidak

benar.
2. Anger : Setelah denial, maka seseorang akan berusaha marah,

baik dengan diri sendiri, orang lain, atau ke lingkunganya. Pertanyaan

seperti “Lah ini kok terjadi pada gue?”, “Ini gak adil !” , “Siapa yang bisa

disalahkan?” akan muncul


3. Bargaining : Terjadi ketika seseorang berharap jika tidak ada

kejadian yang menimpanya, biasanya sih dengan angan-angan ke

depanya seperti apa.


4. Depresion : Biasanya terjadi ketika seseorang sudah menyerah

dengan kejadian yang menimpanya, bahasa dari gue sih “menerima

tapi masih ada unek-unek di hatinya” (halah!). Kesedihan, menyesal,

takut, dan perasaan tak menentu biasanya akan terjadi pade fase ini
5. Acceptance : “Oke gue bisa melalui semua ini !” Di fase ini

seseorang sudah bisa menerima kejadian yang menerima dirinya.

Pada fase ini orang biasanya lebih tentang, dan pikiran yang stabil
7|Page
Jelas kan? Ayolah, move on….. tahap pertamamu sudah usai. Tahap

keduapun harusnya telah mampu kau lewati dengan baik, bukankah segala

kemarahanmu telah kau luapkan?


Lihat televisimu yang hancur ditanganmu..
Lihat anakmu yang selalu menangis karena bentakanmu…
Liat pipi istrimu bergambar lima jari buah karyamu…
Masih kurangkah?
Sampai kapan?
Terima kekalahanmu dan mulailai berdamai dengan keadaan, setidaknya

tentukan hayalan hidupmu kedepan


Temans, lelahnya perjuanganmu untuk menerima kekalahan tentu tak hanya

menyita waktumu, tapi juga menyita kehidupan anak dan istrimu.


Lihatlah mereka yang masih bersabar menerima segala keterpurukannmu,

menerima kenyataan bahwa kamu belum mau mengakui kekalahanmu,

dengan sabar mereka mendampingimu jalani hari-hari sulit dengan keadaan

kamu yang belum bisa move on.


Dan, bersyukurlah temans..
Kenyataan ini mulai membuatmu setengah sadar bahwa ada jiwa-jiwa

tangguh yang mendampingimu dan sekaligus membutuhkanmu.


Bagai bangun dari tidur panjang, kamu mulai menoleh kanan dan kirimu dan

menyadari keadaan, bagai tersadar dari mabuk anggur kamu pun mulai

menghitung hidup dan bertekad menatanya kembali.


Jika tak mampu membuat lebih baik kenapa tidak bersahabat saja dengan

penderitaan, itu fikiran waras pertamamu yang disambut oleh senyum

termanis pertama dari istrimu setelah sekian lama bibir indahnya hanya

dipakai untuk menangis.


Perlahan kamupun mulai menata hidupmu temans, hal pertama yang kamu

lakukan adalah mendekati penciptamu.


Subhanallah…
Air wudhu pertamamu setelah sekian lama kau lupakan kau ambil malam itu,

sajadah usang yang lama tak tersentuh itu kini tergelar dengan sempurna

menghadap kiblatmu, kiblat setiap umat seagamamu. Perlahan kau tegakan

kewajiban yang dulu sempat kau lalaikan itu, khidmat dalam setiap lantunan
8|Page
ayat yang kau baca, terasa sendu, ingin rasanya kamu berlama-lama dalam

sujudmu, sujud kepasrahan atas segala derita kehidupanmu, sujud tanda

baktimu pada penciptamu, sepanjang sholatmu air mata tak henti mengalir.
Ada damai disana, di lembaran sajadah yang digelar istrimu dengan suka cita

bak mendapat hadian emas dan permata. Begitu syahdunya kalamullah yang

menglir dari mulutmu itu, mulut yang kemarin berterik penuh kemarahan.
Tidak fasih seperti ulama bacaanmu memang temans, tapi cukuplah

memnentramkan jiwa yang haus akan kedamaian, lama kamu terduduk di

atas sajadahmu mengadukan ihwal hidupmu, segalanya kau ceritakan pada

Rabbmu, tentang kehancuran hidup dan harapan-harapanmu.


Sungguh, itu semua sangat menentramkanmu. Inilah sebenarnya kedamain

yang selama ini kamu cari, kedamaian diantara hancurnya kehidupanmu.

Kedamaian pertamamu di malam itu.


Andai kamu melihat temans, dipojok kamar yang lain seorang hamba tengah

menangis berucap syukur pada Tuhannya, bersyukur karena do’a setiap

malamnya dikabulkan, ia hanya meminta satu saja temans, kamu tahu apa

itu?
Dia hanya ingin kamu mendekat pada-Nya, itu saja dan dia akan menjalani

kehidupan denganmu sampai akhir hayatnya dengan rela meski dalam

keadaan tersulit sekalipun.


Sungguh hebatnya orang yang selama ini kamu anggap lemah, tak mengerti

dan tak tahu apa-apa itu temans.


Hari berlanjut temans, sekarang kamu bahkan tak menyadari beratnya harimu

itu..
Kedekatanmu pada Tuhanmu menjadi tonggak kekuatanmu kini, setiap

malam kau isi dengan sholat malam, bergetar bibirmu tak henti bermohon

ampun.
Air matamu kini jernih temans, sejernih rintihanmu mengadukan hidupmu

pada Tuhanmu.
Keyakinanmu semakin kuat akan kemurahan dan kebesarann-Nya.
Ooo…..
9|Page
Tapi itu semua bukan tanpa godaan temans, karena makan dan jajan anak-

anakmu tetap harus kau cari, belum lagi kunjungan debt kolektor yang tak

kenal waktu.
Tapi tunggu….
Kini kau hadapi semua itu sambil tersenyum temans, seolah tanpa beban.

This is speechless
Dimana kemarahanmu kau simpan temans?
Bahkan istri dan anakmu tak pernah lagi melihat kemarahan itu.
Sambil senyum simpul kamu katakan bahwa kemarahan itu telah tertutup

sajadah usangmu.
Subhanallah Walhamdulillah Walaillahailallah Allahuakbar……

Banjarsari menjelang fajar, akhir April 2018

‘Mbe’ Bagus

Nama :Tb. Emul Mulyawan, SKM. M.Si

TTL : Pandegklang, 15 Januari 1980

Alamat : Kp. Jalupang II RT 02/01 Desa Keusik Kec. Banjarsari Kabupaten

Lebak Prov. Banten

No . HP:087773131315

10 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai