Anda di halaman 1dari 15

USULAN PENELITIAN

PENGARUH PROTEKSI KONSENTRAT HIJAU Indigofera DENGAN


TANNIN DAUN SENGON (Albizia falcataria) TERHADAP KONSUMSI,
BOBOT KARKAS DAN KOMPONEN KARKAS KAMBING JANTAN
MUDA PERANAKAN ETAWAH

OLEH

DIANA KORY PUSPITASARI


E10015031

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................. i
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 3
1.3. Hipotesis.................................................................................... 3
1.4. Tujuan ...................................................................................... 3
1.5. Manfaat .................................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 4
2.1. Kambing Peranakan Etawah (PE) ............................................ 4
2.2. Konsentrat Hijau Indigofera ..................................................... 4
2.3. Tannin pada Sengon (Albizia Falcataria) ................................. 5
2.4. Konsumsi ................................................................................. 5
2.5. Bobot Karkas ............................................................................ 5
2.6. Komponen Karkas .................................................................... 5
BAB III. METODE PENELITIAN .......................................................... 7
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 7
3.2. Materi dan Peralatan ................................................................ 7
3.3. Metode ..................................................................................... 7
3.3.1. ........................................................................................... 7
3.3.2. ........................................................................................... 8
3.3.3. ........................................................................................... 8
3.3.4. ........................................................................................... 8
3.3.5. ........................................................................................... 8
3.3.6. ........................................................................................... 9
3.4. Analisis Data ............................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sejak tahun 1980 hingga 2017 populasi kambing di Indonesia terbilang


meningkat dengan rata-rata pertumbuhan 2,6% per tahun yang diimbangi dengan
2,86% peningkatan produksi daging kambing setiap tahunnya (PDDSI Pertanian
Sekretariat Jendral Kementerian Pertanian, 2017). Kambing Peranakan Etawah
(PE) merupakan salah satu bangsa kambing lokal dengan tipe produksi dwi guna,
yaitu sebagai ternak penghasil daging dan susu. Namun hingga saat ini usaha
pemeliharaan kambing PE dimasyarakat lebih banyak ditujukan untuk produksi
anak/bibit/daging (Budiarsana dan Sutama, 2006) didukung dengan konformasi
tubuh yang baik maka potensial dikembangkan untuk produktivitas daging.
Untuk memperoleh pertumbuhan urat daging yang tinggi diperlukan pakan
yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan ternak. Secara bioligis kualitas pakan
pada ruminansia dipengaruhi oleh ketersediaan protein pakan yang mampu
memberikan kontribusi pada perkembangbiakan mikroba dalam rumen dan mampu
mensuplai protein pakan di intestinum (Cahyani et al., 2012). Protein merupakan
unsur nutrien yang harus diperhatikan dalam kebutuhan ternak karena berfungsi
untuk membangun jaringan baru dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak. Jenis
pakan ternak yang mengandung protein tinggi adalah konsentrat, terbuat dari
beragam campuran bahan pakan yang berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan
pada ternak usia muda.
Saat ini telah ada konsep baru pakan yang telah berkembang yaitu
konsentrat hijau berbasis Indigofera. Konsentrat hijau merupakan bahan pakan baik
tunggal maupun campuran yang memiliki gizi tinggi yang berasal dari hijauan
pakan. Tepung daun Indigofera mempunyai kandungan protein kasar tinggi yaitu
sebesar 27,97%, serat kasar 15,25%, Ca 0,22% dan P 0,18% (Akbarillah et al.,
2002). Indigofera termasuk tanaman leguminosa pohon yang memiliki
produktivitas dan kandungan nutrisi yang tinggi sebagai hijauan pakan ternak juga
mengandung senyawa bioaktif saponin dan tannin yang dapat membantu ternak
ruminansia dalam proses pencernaan. Indigofera selain padat nutrisi, juga

3
palatabilitasnya tinggi bagi semua ternak dan dalam pengembangan konsentrat
mengandung tannin juga saponin dalam jumlah relatif rendah dan tidak terdeteksi
mengandung bahan berbahaya (Abdullah, 2014). Dalam sistem pakan Indigofera
dapat digunakan sebagai konsentrat dalam bentuk tepung daun. Ginting (2010)
menyatakan bahwa pada ruminansia tingkat kecernaan Indigofera tergolong tinggi
yaitu antara 60-75%. Namun dari penelitian sebelumnya efisiensi penggunaan
protein untuk daging masih rendah, disebabkan protein kasar Indigofera lebih
banyak terdegradasi dirumen (Muthalib et al., 2018). Hal ini berarti kadar tannin
yang ada pada Indigofera belum mampu melindungi protein pakan dari degradasi
mikroba rumen.
Upaya untuk mendapatkan manfaat optimal protein pakan diperlukan
tambahan agen protektor berupa tannin yang berasal dari daun sengon (Albizia
falcataria) agar protein dapat mengalami bypass dan dapat dicerna secara maksimal
di intestinum untuk produktivitas ternak. Hal ini didukung oleh pendapat Suhartati,
(2015) bahwa agensia protektor yang paling baik untuk mendapatkan Undergraded
Dietary Protein (UDP) yang tinggi adalah tannin. Tannin mampu mengikat protein
dengan membentuk senyawa kompleks yang resisten terhadap protease, sehingga
dapat menurunkan degradasi protein dirumen. Di abomasum dan intestinum protein
pakan yang lolos degradasi akan dicerna dan diserap kemudian ikatan tanin-protein
akan terurai pada pH asam atau basa (A. N Rochman et al., 2012). Menurut
Jayanegara et al., (2008) bahwa kompleks ikatan tannin dengan protein dapat
terlepas pada pH rendah di dalam abomasum sehingga protein dapat didegradasi
oleh enzim pepsin dan kandungan asam-asam amino dapat dimanfaatkan oleh
ternak. Terproteksinya konsentrat hijau Indigofera yang mengandung protein tinggi
akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan komposisi tubuh ternak
kambing PE jantan muda. Peningkatan pertumbuhan dan perkembangan komposisi
tubuh ternak dapat dicapai bila adanya protein yang tidak terdegradasi dalam rumen
atau Ruminal Undegradable Protein (RUP), sehingga akan meningkatkan kadar
protein yang dapat diserap di dalam intestinum (Sindt et al., 1993; Zinn dan Owens,
1993). Kekurangan zat makanan memperlambat puncak pertumbuhan urat daging
dan memperlambat laju penimbunan lemak, sedangkan makanan yang sempurna
mempercepat terjadinya laju puncak dari keduanya. Maka dari itu perlu dilakukkan

4
penelitian proteksi penggunaan konsentrat hijau Indigofera secara in vivo terhadap
performans ternak kambing PE jantan muda dengan melihat pengaruhnya pada
konsumsi, bobot karkas dan komponen karkas (otot daging, lemak dan tulang).

1.2. Rumusan Masalah

Konsentrat hijau Indigofera berpotensi sebagai pakan sumber protein bagi


ternak ruminansia untuk meningkatkan pertumbuhan urat daging dalam hal ini
kambing jantan muda Peranakan Etawah namun tingkat kecernaan protein kasar
dirumen masih tinggi sehingga diperlukan agen protektor berupa tannin yang
bersumber dari daun sengon (Albizia falcataria). Tannin dapat mengikat protein,
sehingga dapat menurunkan degradasi protein dirumen, protein pakan yang lolos
degradasi akan dicerna dan diserap di abomasum juga intestinum yang berdampak
pada peningkatan pertumbuhan dan perkembangan komposisi tubuh ternak serta
karkas secara keseluruhan.

1.3. Hipotesis

Penambahan hijauan sumber tannin (Albizia falcataria) pada dosis tertentu


mampu memproteksi protein pakan konsentrat hijau Indigofera untuk
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan komposisi tubuh serta karkas
ternak kambing jantan muda Peranakan Etawah.

1.4. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proteksi konsentrat


hijau Indigofera dengan tannin daun sengon (Albizia falcataria) pada taraf yang
berbeda terhadap konsumsi, bobot karkas dan komponen karkas kambing jantan
muda Peranakan Etawah.

1.5. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai pengetahuan dan bahan


informasi mengenai pengaruh proteksi konsentrat hijau Indigofera dengan tannin
daun sengon (Albizia falcataria) untuk pertumbuhan dan perkembangan komposisi
tubuh ternak kambing jantan muda Peranakan Etawah.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kambing Peranakan Etawah (PE)

Kambing Peranakan Etawah merupakan kambing hasil persilangan


kambing Etawah (kambing jenis unggul dari India) dengan kambing Kacang
(kambing asli Indonesia). Kambing PE dapat beradaptasi dengan kondisi iklim
Indonesia, mudah dipelihara dan merupakan ternak jenis unggul penghasil daging
juga susu. Produksi dagingnya lebih tinggi dibandingkan kambing kacang, dengan
bobot badan kambing PE jantan dewasa antara 65 – 90 kg dan betina antara 45 – 70
kg (Hidayat, 2015).
Menurut Sosroamidjoyo (1984) kambing PE memiliki ciri-ciri warna bulu
belang hitam putih atau merah dan coklat putih, hidung melengkung, rahang bawah
lebih menonjol, baik jantan maupun betina memiliki tanduk, telinga panjang
terkulai, memiliki kaki dan bulu yang panjang.
Kebutuhan hidup pokok kambing PE jantan muda akan energi metabolis
sebesar 0,106 Mkal EM/kg BH0,75 dan protein kasar sebesar 4,40 g/kg BH0,75.
Sementara untuk setiap g pertambahan bobot hidup dibututhkan protein kasar
sejumlah 0,315 g dan energi metabolis sejumlah 7,59 kkal (Mathius et al., 2002).

2.2. Konsentrat Hijau Indigofera

Konsentrat hijau atau Green Concentrate merupakan pakan padat nutrisi


dengan kandungan serat kasar < 18% yang bahan bakunya berasal dari hijauan
pakan, dapat berasal dari hijauan tunggal dari satu spesies tanaman pakan atau
beberapa campuran hijauan pakan yang berasal dari spesies tanaman pakan yang
berbeda (Abdullah, 2014). Ditambahkan oleh Koten et al., (2014) bahwa untuk
melengkapi unsur nutrien yang diperlukan oleh ternak dibutuhkan kombinasi pakan
hijauan dan legume.
Salah satu jenis leguminosa yang kaya akan protein, kalsium dan fospor
adalah Indigofera sp. Tanaman Indigofera sp umur 1 tahun dengan interval
pemotongan 3 bulan mengandung protein kasar rata-rata 23,20%, bahan organik
90,68%, NDF 36,72%, fosfor 0.83% dan kalsium 1,23%. Dengan kandungan nutrisi

6
tersebut, maka sangat baik jika dimanfaatkan sebagai pakan ternak kambing
sepanjang tahun (Sinar Tani, 2011).
Klasifikasi tanaman Indigofera sp. (Hassen et al., 2006) sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Family : Rosales
Subfamily : Leguminosainosae
Genus : Indogofera
Spesies : Indigofera Zollingeriana
Indigofera dipilih sebagai bahan sumber konsentrat hijau karena memiliki
keunggulan dalam produksi dan kualitas hijauannya dibandingkan dengan legum
lain. Namun, kualitas protein Indigofera ditentukan oleh komposisi asam amino
esensial nya. Dengan nilai indeks asam amino esensial Indigofera 21,45% lebih
rendah bila dibandingkan dengan asam amino bungkil kedele 36,34% (Abdullah,
2014; Palupi et, al., 2014).
Ginting et al., (2010) melakukan pengkajian terhadap kambing yang
diberikan pakan Indigofera sp. secara ad libitum yang dikombinasikan dengan
konsentrat tinggi karbohidrat atau tinggi protein (1,5% berat badan), analisis in vivo
terhadap isi rumen yang diberikan Indigofera sp. dan konsentrat tinggi karbohidrat
diperoleh nilai pH 6,22 serta NH3 dan VFA masing-masing sebesar 20.76 mg/dL
dan 181,13 mM/L, sedangkan pada konsentrat tinggi protein diperoleh pH 6,65,
NH3 32,45 mg/dL dan VFA 158,43 Mm/L.

2.3. Tanin pada Daun Sengon (Albizia falcataria)

Daun sengon mempunyai kandungan nutrisi yaitu protein kasar sebesar


21,32%, lemak kasar 10,09%, serat kasar 14,72%, Ca 0,21%, P 0,35% dengan
energi metabolis 3.056 Kkal/kg (Siahaan, 1999). Ditambahkan oleh
Marhaemiyanto dan Susanti (2014) bahwa daun sengon mengandung anti nutrisi
yaitu tannin, total tannin sebesar 7,81% dengan tannin terkondensi 1,09%. Tannin
yang berasal dari leguminosa termasuk tannin yang terkondensasi yang mempunyai
protein yang lebih kuat dibandingkan tannin yang terhirolisis (Fahey dan Berger,

7
1988). Berdasarkan karakteristik degradasinya, sengon (Albizia falcataria) mampu
menyediaakan N-NH3 yang cukup tinggi di rumen serta berpotensi menyediakan by
pass protein yang cukup (Afzalani et al., 1998).
El-wazyri, et al., (2007) menyatakan bahwa tannin merupakan senyawa
polyphenol dengan bobot molekul yang tinggi dan mempunyai kemampuan
mengikat protein, dengan ikatan hidrogen yang sensitif terhadap perubahan pH.
Tannin terkondensi akan berikatan stabil pada pH 4-7 di dalam rumen, sedangkan
pada pH yang ekstrim ikatan tannin dengan protein akan terlepas yaitu pada pH <
3 yaitu di dalam abomasum dan pH > 7 yaitu di dalam intestinum (Perez-
Maldonado et al., 1995; Diaz-Hernandez et al., 1997; Andrabi, 2005).
Tannin juga dapat berikatan dengan berbagai mineral termasuk mineral besi
(Fe) dan seng (Zn), apabila tannin terdapat dalam jumlah yang besar dalam ransum
dikuatirkan akan menyebabkan ternak akan mengalami defisiensi zat makanan
seperti protein dan mineral (Akmal, 2008).

2.4. Konsumsi

Salido et al., (2016) menyatakan bahwa yang menjadi tolak ukur untuk
menilai palatabilitas suatu bahan pakan adalah konsumsi, pakan yang palatabel bagi
ternak menyebabkan konsumsi pakan yang tinggi. Ditambahkan oleh Restitrisnani
et al., (2013) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi adalah
palatabilitas jenis pakan yang diberikan.

2.5. Bobot Karkas

Karkas merupakan bagian terpenting dari ternak potong dan mendapat


perhatian khusus, hal ini karena produksi daging dan nilai ekonomis ternak
ditentukan oleh komposisi dan produksi karkasnya (Purbowati et al., 2005). Bobot
karkas merupakan pengurangan bobot hidup oleh komponene saluran pencernaan,
darah, kepala, kulit, dan keempat kaki mulai dari persendian carpus atau tarsus ke
bawah (Berg dan Butterfield, 1976).
Hasnudi (2005) menyatakan bahwa semakin tinggi bobot potong
menyebabkan bobot karkas segar dan persentase karkas semakin tinggi. Bobot
karkas sebanding dengan bobot hidup ternak kambing, semakin tinggi bobot hidup
maka semakin tinggi bobot karkasnya (Triyantini et al., 2002). Bobot karkas

8
meningkat dengan meningkatnya bobot hidup, yang dipengaruhi oleh tingkat
pemanfaatan protein dan energi pakan. Rendahnya pemanfaatan energi dan protein
pakan dapat menyebabkan kemunduran atau kelambatan pertumbuhan sehingga
mempengaruhi kinerja produktifitas karkas (Herman, 1993).

2.6. Komponen Karkas

Komposisi komponen karkas akan berubah dengan bertambahnya bobot


karkas. Peningkatan bobot karkas akan diikuti dengan bertambahnya persentase
lemak dan penurunan persentase daging serta tulang (Forrest et al., 1975; Colomer-
Rocker et al., 1992; Natasasmita, 1978).

2.6.1. Jaringan otot/daging

2.6.2. Tulang

2.6.3. Lemak

9
BAB III
MATERI DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal ....... 2018 sampai dengan
tanggal .......2018 bertempat di....................

3.2. Materi

Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah 20 ekor kambing jantan
muda Peranakan Etawah, hijauan dan konsentrat hijau.
Ransum yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari hijaun berupa
rumput alam dan konsentrat hijau Indigofera. Komposisi ransum konsentrat
penelitian dapat dilihat pada tabel 1.

3.3. Prosedur Penelitian

3.4. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang


terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan dengan jumlah ternak total 20 ekor kambing
jantan muda Peranakan Etawah. Perlakuan yang diberikan adalah :

P0 = Rumput Alam 60% + Konsentrat hijau Indigofera 40% (Indigofera


20% + Konvensional 80%)

P1 = Kontrol + 2% tepung daun sengon

P2 = Kontrol + 4% Tepung Daun Sengon

P3 = Kontrol + 6% Tepung Daun Sengon

3.5. Peubah yang diamati

Peubah yang diamati pada penelitian ini yaitu Konsumsi, Bobot Karkas, dan
Komponen Karkas (Daging, Tulang, dan Lemak).

3.6. Analisi Data

10
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam ANOVA dengan
model persamaan berikut:

Jika analisis memperlihatkan pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan


uji lanjut Duncan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, L. 2014. Mewujudkan Konsentrat Hijau (Green Concentrate) Dalam


Industri Baru Pakan Untuk Mendorong Kemandirian Pakan dan Daya
Saing Peternakan Nasional. Orasi Ilmiah. Fakultas Peternakan IPB.
Afzalani, T. Kaswari dan A. Yani. 1998. Kajian Berbagai Sumber Protein Pakan
Berdasarkan Ketahanannya Terhadap Degradasi oleh Mikroba Rumen.
Laporan Penelitian. Kerjasama Universitas Jambi dengan Bagian
Pembinaan Kelembagaan Penelitian dan Pengembangan Pertanian/ARM-
II Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Akbarillah, T., D. Kaharuddin dan Kusisiyah. 2002. Kajian Tepung Daun
Indigofera Sebagai Suplemen Pakan Terhadap Produksi dan Kualitas
Telur. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Bengkulu,
Bengkulu.
Akmal. 2008. Pengaruh Pemberian Daun Sengon (Albizia falcataria) Hasil
Rendaman dengan Larutan Ca(OH)2 Terhadap Bobot Karkas dan Bobot
Organ Pencernaa Ayam Pedaging. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Peternakan 11
(4): 100-107.
Berg, R.T. and R.M. Butterfield. 1976. New Concepts of Cattle Growth. Sydney
University Press, Sydney.
Cahyani, R.D., Nuswantara, L.K., dan Subrata, A. 2012. Pengaruh Proteksi Protein
Tepung Kedelai dengan Tanin Daun Bakau Terhadap Konsentrasi
Amonia, Undegraded Protein dan Protein Total Secara In Vitro. Animal
Agricultural Journal 1 (1): 159-166.
Colomer-Rocker, F., A.H Kirton, G.J.K. Mercer and D.M. Duganzich. 1992.
Carcass Composition of New Zealand Saanen Goats Slaughtered at
Different Weights. Small Ruminant Res 7: 161-173.
El-Waziry, A.M., M.E.A. Nasser, S.M.A. Sallam, A. L. Abdallah and I.C.S. Bueno.
2007. Processing Methods of Soybean Meal, 2. Effect of autoclaving and
Qucbraho Tannin Treated Soybean Meal on Gas Production and Rumen
Fermentation In Vitro. J. Appl. Sci 3:17-24.
Forrest, R., E.D. Aberle, H.B. Hendrick, M.D. Judge and R.A. Merkell. 1975.
Principle of Meat Science. W.H. Freeman and Co., San Francisco.
Ginting, S.P., R. Krisnan, J. Sirait dan Antonius. 2010. The Utilization of Indigofera
sp. As The Sole Foliage in Goat Supplemented With High Carbohydrate
or High Protein Concentrates. JITV 15 (4): 261-268.
Hasnudi. 2005. Kajian Tumbuh Kembang Karkas dan Komponennya serta
Penampilan Domba Sungai Putih dan Lokal Sumatera yang Menggunakan

12
Pakan Limbah Kelapa Sawit. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Hassen, A., Rethman, N.F.G., and Apostolides, Z. 2006. Morphological and
Agronomic Characterization of Indigofera Species Using Multivariate
Analisys. Trop Grassl 40: 45-59.
Herman, R. 1993. Perbandingan Pertumbuhan, Komposisi Tubuh dan Karkas
Antara Domba Priyangan dan Ekor Gemuk. Disertasi. PPs. IPB. Bogor.
Hidayat, A. 2015. Manajemen Pembibitan Kambing Peranakan Etawa (PE) di
Satuan Kerja Balai Pembibitan dan Pembesaran Ternak Ruminansia
(BPBTR) Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo. Laporan Praktik
Kerja Lapangan. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah,
Purworejo.
Jayanegara, A., N. Tongtokhbayar, H.P.S. Makkar and K. Becker. 2008. Tannins
Determined By Various Methods as Predictors of Methane Production
Potential of Plants By an In Vitro Rumen Vermentation System. Anim
Feed Sci and Thech 150: 230-237.
Koten, B.B., R. Wea, R.D. Soetrisno, N. Ngadiyono dan B. Soewignyo. 2014.
Konsumsi Nutrien Ternak Kambing yang Mendapatkan Hijauan Hasil
Tumpang Sari Arbila (Phaseolus lunatus) Dengan Sorghum Sebagai
Tanaman Sela pada Jarak Tanam Arbila dan Jumlah Baris Sorghum yang
Berbeda. Jurnal Ilmu Ternak. 1 (8): 38-45.
Marhaemiyanto, E. dan Susanti, S. 2014. Penggunaan Crude Extract Daun
Tanaman Pohon Terhadap Proses Fermentasi Pakan Secara Invitro.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Mathius, I.W., Gaga, I.B., dan Sutama, I.K. 2002. Kebutuhan Kambing PE Jantan
Muda akan Energi dan Protein Kasar: Konsumsi, Kecernaan, Ketersediaan
dan Pemanfaatan Nutrien. JITV 7 (2): 99-109.
Natasasmita. 1978. Body Composition of Swam Buffalo (Bubalus bubalis), a Study
of Development Growth and of Sex Differences. PhD. Thesis. University
of Melboure, Australia.
Palupi, R., Abdullah, L., and D.A. Astuti. 2014. High Antioxidant Egg Production
Trough Substitution of Soybean Meal by Indigofera sp. Top Leaf Meal in
Laying Hen Diets. Int. J. Poult. Sci., 13 (4): 198-203.
PDDSI Pertanian Sekretariat Jendral Kementrian Pertanian. 2017. Outlook Daging
Kambing. Jakarta: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat
Jendral Kementerian Pertanian.
Purbowati, E., C.I. Sutrisno, E. Baliarti, S.P.S. Budhi dan W. Letariana. 2005.
Tumbuh Kembang Karkas dan Komponen Karkas Domba Lokal Jantan

13
yang Dipelihara di Pedesaan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner.
Restitrisnani, V., Purnomoadi, A., dan Rianto, E. 2013. The Pruduction and Body
Composition of Kacang Goat Feed Different Quality of Diets. J Indon
Trop Anim Ag ric 38 (3): 163-170.
Salido, W.L., J. Achmadi dan A. Purnomoadi. 2016. Komposisi Tubuh Domba
Ekor Tipis yang Diberikan Pakan Bungkil Kedelai Terproteksi Tanin
dengan Kadar Berbeda. Jurnal Veteriner 17 (1): 133-142.
Siahaan, L.T. 1999. Pengaruh Penggantian Sebahagian Bungkil Kedelai Dengan
Daun Sengon (Albizia falcataria) Hasil Fermentasi dalam Ransum
Terhadap Pertambahan Bobot Badan Puyuh. Skripsi. Fakultas Peternakan
Universitas Jambi. Jambi.
Sinar Tani. 2012. Tanaman Indigofera sp. Untuk Ternak Kambing. Edisi 14-20
Desember 2011 No.3435. Badan Litbang Pertanian. Kementerian
Pertanian.
Sindt, M.H., Stock, R.A., Klopfenstein, T.J., and Shain, D.H. 1993. Effect of
Protein Source and Grain Type on Finishing Calf Performance and
Metabolism. J Anim Sci 71: 1047-1056.
Suhartati, F.M. 2005. Proteksi Daun Lamtoro (Leucaena leucocephala)
Menggunakan Tanin, Saponin, Minyak dan Pengaruhnya Terhadap
Ruminal Undegradable Dietary Protein (RUDP) dan Sintesis Protein
Mikroba Rumen. Anim. Production. 7 (1): 52-58.
Zinn, R.A., and Owen, F.N. 1993. Ruminal Escape Protein for Light Feedlot
Calves. J Anim Sci 71:1677-1687.

14
15

Anda mungkin juga menyukai