Anda di halaman 1dari 20

A.

Definisi
Ventilator merupakan alat bantu pernafasan bertekanan negative atau positif
yang menghasilkan udara terkontrol pada jalan nafas sehingga pasien mampu
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka waktu lama. Dimana
tujuan dari pemasangan ventilator tersebut adalah mempertahankan ventilasi alveolar
secara optimal untuk memenuhi kebutuhan metabolik pasien, memperbaiki
hipoksemia, dan memaksimalkan transport oksigen (Purnawan. 2010).
Ventilasi mekanik adalah proses penggunaan suatu peralatan untuk
memfasilitasi transpor oksigen dan karbondioksida antara atmosfer dan alveoli untuk
tujuan meningkatkan pertukaran gas paru-paru (Urden, Stacy, Lough, 2010).

B. Tujuan
Penggunaan ventilator mekanik menurut Brunner & Suddart (2013) bertujuan untuk :
1. Memperbaiki ventilasi paru
2. Memberikan kekuatan mekanis pada sistem paru untuk mempertahankan ventilasi
yang fisiologis
3. Membantu otot nafas yang lelah/lemah
4. Mengurangi kerja miokard dengan jalan mengurangi kerja nafas

C. Klasifikasi

Menurut Brunner & Suddart (2013) klasifikasi ventilator mekanik berdasarkan cara
alat tersebut mendukung ventilasi, yaitu :
1. Ventilator tekanan negatif
Ventilator mengeluarkan tekanan negative pada dada eksternal dengan
mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi memungkinkan udara mengalir
ke dalam paru-paru sehingga memenuhi volumenya. Pada jenis ini digunakan
terutama pada gagal napas kronik yang berhubungan dengan kondisi
neurovascular seperti polymyelitis, distrofi muscular, sklerosisi lateral amiotrifik
dan miastenia gravis. Penggunaan tidak sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau
pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan ventilasi sering.
2. Ventilator tekanan positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan
tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian mendorong alveoli untuk
mengembang selama inspirasi. Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi
endotrakheal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas digunakan pada klien
dengan penyakit paru primer. Ada 3 jenis :
a. Time Cycled
Ventilator yang mengakhiri atau mengendalikan inspirasi setelah waktu
ditentukan. Bantuan yang diberikan berdasarkan waktu. Biasa digunakan
pada neonates dan bayi
b. Volume Cycled
Ventilator yang mengalirkan volume udara pada setiap inspirasi yang
telah ditentukan. Jika volume preset telah dikirimkan pada klien, siklus
ventilator mati dan ekshalasi terjadi secara pasif. Merupakan jenis yang
paling banyak digunakan
c. Pressure Cycled
Ventilator yang mengakhiri inspirasi ketika tekanan preset telah tercapai.
Dengan kata lain siklus ventilator hidup menghantarkan aliran udara
sampai tekanan tertentu yang telah ditetapkan seluruhnya tercapai dan
kemudian siklus mati.

D. Indikasi
Indikasi pemasangan ventilasi mekanik menurut (Ward & Jeremy, 2008) dibagi atas:
1. Pembedahan
a. Anestesi umum dengan blokade neuromuscular

b. Penatalaksanaan pascaoperasi bedah mayor

2. Kerusakan pada spinalis servikal di atas C4: Fraktur leher

3. Depresi pusat respirasi

a. PaCO2 >7 - 8 kPa (50 - 60 mmHg)

b. Cedera kepala

c. Overdosis obat (opiat, barbiturat)


d. Peningkatan tekanan intrakranial: perdarahan serebral / tumor /
meningitis / ensefalitis

e. Status epileptikus

4. Gangguan neuromuskular – bila vc <20 - 30 ml/kg: Guillain – Barré,


Miasteniagravis, Poliomielitis, Polineuritis

5. Penyakit paru

a. Pneumonia

b. Sindrom gawat napas akut (ARDS)

c. Serangan asma berat

d. Eksaserbasi akut PPOK, fibrosis kistik

e. Trauma - kontusio paru

f. Edema paru

6. Gangguan dinding dada

a. Kifoskolioss

b. Trauma: terutama flail segment (fraktur banyak iga → potongan


dinding dada yang tidak menempel)

7. Lain – lain

a. Henti jantung

b. Syok sirkulasi berat

c. Hipoksia resisten pada gagal napas tipe 1(berkurangnya oksigen)

E. Kriteria Pemasangan Ventilator


Menurut Pontopidan (2003) bantuan vetilasi mekanik diberikan kepada sesorang
apabila :
1. Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.
2. Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.
3. PaCO2 lebih dari 60 mmHg
4. AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.
5. Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB

F. Komplikasi

Komplikasi pemasangaan ventilasi mekanik menurut (Ward, Jeremy. 2008) yaitu :

1. Risiko selama intubasi endotrakeal atau trakeostomi

a. Depresi miokardial akibat anestetik

b. Aspirasi isi lambung

c. Penurunan PaO2 selama apnea

d. Bronkokonstriksi refleks dan laringospasme

2. Risiko yang dihubungkan dengan sendi dan paralisis

a. Depresi jantung

b. Depresi dorongan respirasi (menunda pelepasan)

c. Meningkatkan bahaya kegagalan diskoneksi/ventilator

3. Risiko intubasi endotrakeal dan trakeostomi

a. Intubasi esophagus

b. Intubasi bronkus

c. Blokade/ekstubasi yang tidak disengaja

d. Kerusaka/stenosis trakea/laring

e. Infeksi

4. Risiko yang dihubungkan dengan oksigen inspirasi yang tinggi

5. Risiko yang dihubungkan dengan ventilasi mekanis


Tekanan jalan napas tinggi → barotrauma Overdistensi alveolar →
volutrauma:
a. Pneumotoraks, pneumomediastinum

b. Emfisema subkutan (= udara di kulit)

c. Kerusakan struktural pada paru, jalan napas, dan kapiler

d. Displasia bronkopulmonal

G. Efek Penggunaan Ventilasi Mekanik

Akibat tekanan positif pada rongga toraks, darah yang kembali ke jantung
terhambat, venous return menurun, sehingga cardiac output juga menurun. Bila terjadi
penurunan respon simpatis (misal, karena hipovolemia, obat, dan usia lanjut), dapat
mengakibatkan hipotensi. Darah yang melalui paru juga berkurang karena ada
kompresi mikrovaskular akibat tekanan positif sehingga darah yang menuju atrium
kiri berkurang, akibatnya cardiac output juga berkurang. Bila tekanan terlalu tinggi,
dapat terjadi gangguan oksigenasi. Selain itu, bila volume tidal terlalu tinggi, yaitu >
10-12 ml/kgBB dan tekanan > 40 cmH2O, tidak hanya mempengaruhi cardiac output,
tetapi risiko terjadinya pneumotoraks juga meningkat. Akibat cardiac output yang
menurun, perfusi ke organ-organ lain pun menurun, seperti pada hepar, ginjal, dengan
berbagai akibat yang dapat terjadi. Akibat tekanan positif di rongga toraks, darah yang
kembali dari otak terhambat sehingga tekanan intrakranial meningkat

H. Mode Operasional Ventilator


Mode Operasional Ventilator Mekanik menurut (Brunner and Suddarth, 2013), yaitu:

1. CMV (Continous Mechanical Ventilation)


Disebut juga dengan modus control. Karena pada modus ini, pasien menrima
volume danfrekuensi pernapasan sesuai dengan yang telah diatur. Sedangkan
pasien tidak dapat bernafas sendiri.
2. ACV (Assist Control Ventilation)
Pada modus ini, pasien menerima volume dari mesin dan bantuan nafas, tetapi
hanya sedikit. Pasien diberikan kesempatan untuk bernapas spontan. Total
jumlah pernapasan dan volume semenit ditentukan oleh pasien sendiri.
3. IMV (Intermitent Mandatory Ventilation)
Pasien menerima volume dan frekuensi pernapasan dari ventilator.
Keuntungannya adalah pasien diberikan kesempatan untuk bernapas sendiri.
4. Pressure support. Modus ini memberikan bantuan ventilasi dengan cara
memberikan tekanan. Pada saat pasien inspirasii, mesin memberikan bantuan
nafas sesuai tekanan positif yang telah ditentukan. Modus ini sangat baik
untuk digunakan pada proses penyapihan pasien dari penggunaan ventilator.
5. SIMV (Syncronize Intermitent Mandatory Ventilation)
Modus ini sama dengan IMV, hanya pada modus ini bantuan pernafasan dari
ventilator disesuaikan kapan terjadi pernapasan sendiri.
6. CPAP (Continous Positive Airway Pressure)
Pemberian tekanan positif pada jalan nafas untuk membantu ventilasi selama
siklus pernafasan. Pada modus inni frekuensi pernafasan dan volume tidal
ditentukan oleh pasien sendiri.
7. PEEP (Positive End Expiratory Pressure)
Diguankan untuk mempertahankan tekanan jalan nafas pada akhir ekspirasi
sehingga meningkatkan pertukaran gas di dalam alveoli. Pemakaian PEEP
dianjurkan adalah 5-15 cm H2O.

I. Setting Ventilator

1. Frekuensi pernafasan permenit


Frekwensi napas adalah jumlah pernapasan yang dilakukan ventilator dalam satu
menit. Setting normal pada pasien dewasa adalah 10-20 x/mnt. Parameter alarm
RR diseting diatas dan dibawah nilai RR yang diset. Misalnya set RR sebesar
10x/menit, maka setingan alarm sebaliknya diatas 12x/menit dan dibawah
8x/menit. Sehingga cepat mendeteksi terjadinya hiperventilasi atau hipoventilasi.

2. Tidal volume
Volume tidal merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke pasien
setiap kali bernapas. Umumnya disetting antara 8 - 10 cc/kgBB, tergantung dari
compliance, resistance, dan jenis kelainan paru. Pasien dengan paru normal
mampu mentolerir volume tidal 10-15 cc/kgBB, sedangkan untuk pasien PPOK
cukup dengan 5-8 cc/kgBB. Parameter alarm tidal volume diseting diatas dan
dibawah nilai yang kita seting. Monitoring volume tidal sangat perlu jika pasien
menggunakan time cycled.
3. Konsentrasi oksigen (FiO2)
FiO2 adalah jumlah kandungan oksigen dalam udara inspirasi yang diberikan
oleh ventilator ke pasien. Konsentrasinya berkisar 21-100%. Settingan FiO2 pada
awal pemasangan ventilator direkomendasikan sebesar 100%. Untuk memenuhi
kebutuhan FiO2 yang sebenarnya, 15 menit pertama setelah pemasangan
ventilator dilakukan pemeriksaan analisa gas darah. Berdasarkan pemeriksaan
AGD tersebut maka dapat dilakukan penghitungan FiO2 yang tepat bagi pasien.

4. Rasio inspirasi : ekspirasi


Rumus Rasio inspirasi : Ekspirasi

Waktu Inspirasi + Waktu Istirahat


Waktu Ekspirasi
Keterangan :
a. Waktu inspirasi merupakan waktu yang diperlukan untuk memberikan
volume tidal atau mempertahankan tekanan.
b. Waktu istirahat merupakan periode diantara waktu inspirasi dengan
ekspirasi
c. Waktu ekspirasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan
udara pernapasan.
d. Rasio inspirasi : ekspirasi biasanya disetiing 1:2 yang merupakan nilai
normal fisiologis inspirasi dan ekspirasi. Akan tetapi terkadang diperlukan
fase inspirasi yang sama atau lebih lama dibandingkan ekspirasi untuk
menaikan PaO2.

5. Limit pressure / inspiration pressure


Pressure limit berfungsi untuk mengatur jumlah tekanan dari ventilator volume
cycled. Tekanan terlalu tinggi dapat menyebabkan barotrauma.
6. Flow rate/peak flow
Flow rate merupakan kecepatan ventilator dalam memberikan volume tidal
pernapasan yang telah disetting permenitnya.
7. Sensitifity/trigger
Sensitifity berfungsi untuk menentukan seberapa besar usaha yang diperlukan
pasien dalam memulai inspirasi dai ventilator. Pressure sensitivity memiliki nilai
sensivitas antara 2 sampai -20 cmH2O, sedangkan untuk flow sensitivity adalah
antara 2-20 L/menit. Semakin tinggi nilai pressure sentivity maka semakin mudah
seseorang melakukan pernapasan. Kondisi ini biasanya digunakan pada pasien
yang diharapkan untuk memulai bernapas spontan, dimana sensitivitas ventilator
disetting -2 cmH2O. Sebaliknya semakin rendah pressure sensitivity maka
semakin susah atau berat pasien untuk bernapas spontan. Settingan ini biasanya
diterapkan pada pasien yang tidak diharapkan untuk bernaps spontan.

8. Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk
mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah
menandakan adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien),
sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan,
misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dan lain-lain. Alarm
volume rendah menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak
dianggap dan harus dipasang dalam kondisi siap.
9. Positive end respiratory pressure (PEEP)
PEEP bekerja dengan cara mempertahankan tekanan positif pada alveoli diakhir
ekspirasi. PEEP mampu meningkatkan kapasitas residu fungsional paru dan
sangat penting untuk meningkatkan penyerapan O2 oleh kapiler paru
ASKEP PADA PASIEN TERPASANG VENTILATOR

Pengkajian keperawatan meliputi :


Hal-hal yang perlu dikaji pada psien yang mendapat nafas buatan dengan ventilator
adalah:
1. Biodata
Meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, agama, alamt, dll.
Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang status sosial
ekonomi, adat kebudayaan dan keyakinan spritual pasien, sehingga
mempermudah dalam berkomunikasi dan menentukan tindakan keperawatan
yang sesuai.
2. Riwayat penyakit/riwayat keperawatan
Informasi mengenai latar belakang dan riwayat penyakit yang sekarang dapat
diperoleh melalui oranglain (keluarga, tim medis lain) karena kondisi pasien yang
dapat bentuan ventilator tidak mungkin untuk memberikan data secara detail.
Pengkajian ini ditujukan untuk mengetahui kemungkinan penyebab atau faktor
pencetus terjadinya gagal nafas/dipasangnya ventilator.
3. Keluhan
Untuk mengkaji keluhan pasien dalam keadaan sadar baik, bisa dilakukan dengan
cara pasien diberi alat tulis untuk menyampaikan keluhannya. Keluhan pasien
yang perlu dikaji adalah rasa sesak nafas, nafas terasa berat, kelelahan dan
ketidaknyamanan.
B. 1. Sistem pernafasan
a. Setting ventilator meliputi:
 A Mode ventilator
a. CR/CMV/IPPV (Controlled Respiration/Controlled Mandatory
Ventilation/Intermitten Positive Pressure Ventilation) SIMV
(Syncronized Intermitten Mandatory Ventilation)
b. ASB/PS (Assisted Spontaneus Breathing/Pressure Suport)
c. CPAP (Continous Possitive Air Presure)
 A FiO2: Prosentase oksigen yang diberikan
 A PEEP: Positive End Expiratory Pressure
 A Frekwensi nafas
b. Gerakan nafas apakah sesuai dengan irama ventilator
c. Expansi dada kanan dan kiri apakah simetris atau tidak
d. Suara nafas: adalah ronkhi, whezing, penurunan suara nafas
e. Adakah gerakan cuping hidung dan penggunaan otot bantu tambahan
f. Sekret: jumlah, konsistensi, warna dan bau
g. Humidifier: kehangatan dan batas aqua
h. Tubing/circuit ventilator: adakah kebocoran tertekuk atau terlepas
i. Hasil analisa gas darah terakhir/saturasi oksigen
j. Hasil foto thorax terakhir
B. 2. Sistem kardiovaskuler
Pengkajian kardiovaskuler dilakukan untuk mengetahui adanmya gangguan
hemodinamik yang diakibatkan setting ventilator (PEEP terlalu tinggi) atau
disebabkan karena hipoksia. Pengkajian meliputi tekanan darah, nadi, irama
jantung, perfusi, adakah sianosis dan banyak mengeluarkan keringat.
B. 3. Sistem neurologi
Pengkajian meliputi tingkat kesadaran, adalah nyeri kepala, rasa ngantuk,
gelisah dan kekacauan mental.
B. 4. Sistem urogenital
Adakah penurunan produksi urine (berkurangnya produksi urine menunjukkan
adanya gangguan perfusi ginjal)
B. 5. Status cairan dan nutrisi
Status cairan dan nutrisi penting dikaji karena bila ada gangguan status nutrisi
dn cairan akan memperberat keadaan. Seperti cairan yang berlebihan dan
albumin yang rendah akan memperberat oedema paru.

4. Status psycososial
Pasien yang dirawat di ICU dan dipasang ventilator sering mengalami depresi
mental lyang dimanifestasikan berupa kebingungan, gangguan orientasi, merasa
terisolasi, kecemasan dan ketakutan akan kematian.
5. Pemeriksaan Diagnostik.
Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan ventilasi
mekanik yaitu :
1. Pemeriksaan fungsi paru
2. Analisa gas darah arteri
3. Kapasitas vital paru
4. Kapasitas vital kuat
5. Volume tidal
6. Inspirasi negative kuat
7. Ventilasi semenit
8. Tekanan inspirasi
9. Volume ekspirasi kuat
10. Aliran-volume
11. Sinar X dada
12. Status nutrisi / elaktrolit

Analisa Data
Data Penyebab Masalah
DS : Mukus berlebihan Ketidakefektifan bersihan
DO : jalan nafas
- Suara nafas tambahan
- Perubahan pola nafas
- Sianosis
- Dispnea
- Perubahan frekuensi
nafas
- Gelisah
- Sputum jumlah berlebih
DS : Ketidakseimbangan Hambatan pertukaran gas
- Gas darah arteri ventilasi perfusi
abnormal
- Warna kulit abnormal
- Pola pernafasan
abnormal
- Hipoksia
- Nafas cuping hidung
- Samnolen
- Takikardia
- Dispnea
- Diaforesis
DS : Keletihan otot pernafasan Ketidakefektifan pola
DO : nafas
- Pola nafas abnormal
- Pernafasan cuping
hidung
- Penurunan kapasitas
vital
- Fase ekspirasi
memanjang
- Takipnea
- Penggunaan otot bantu
pernafasan
- Dispnea
DS : Ancaman kematian Ansietas
DO :
- Agitasi
- Gelisah
- Peningkatan keringat
- Anoreksia
- Lemah
- Mulut kering
- Dilatasi pupil
DS : Kendala lingkungan Hambatan komunikasi
DO : verbal
- Tidak ada kontak mata
- Disorientasi orang
- Dispnea
- Tidak dapat bicara
- Ketidakmampuan
verbalisasi
DS : Prosedur invasif Resiko infeksi
DO :
- Gangguan integritas
kulit
- Malnutrisi
DS : Gangguan mekanisme Resiko cidera atau
DO : ketahanan primer trauma
- Pajanan patogen
- Agens nasokimial
- Hambatan fisik

(Herdman dkk., 2018)


Renpra :
1. Diagnosa keperawatan :
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus berlebih
Tujuan :
Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama 2x24jam diharapkan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas dapat teratasi.
Kriteria hasil :
- Suara nafas bersih
- Tidak ada sianosis dan dispnea
- Mampu mengeluarkan sputum
- Tidak ada pursed lips
- Frekuensi nafas rentang normal
Anak : 16-22 x/menit
Dewasa : 12-20 x/menit
- Tidak ada suara nafas abnormal
Intervensi :
1. Pantau tingakat, irama pernafasan & suara nafas serta pola pernafasan.
Rasional ; Efek CO mendepresi SPP yang mungkin dapat mengakibatkan
hilannya kepatenan aliran udara atau depresi pernafasan, pengkajian yang
berulang kali sangat penting karena kadar toksisitas mungkin berubah-ubah
secara drastis.
2. Tinggikan kepala tempat tidur
Rasional : menurunkan kemungkinan aspirasi, diafragma bagian bawah untuk
meningkatkan inflasi paru.
3. Dorong untuk batuk/nafas dalam
Rasional : memudahkan ekspansi paru & mobilisasi sekresi untuk mengurangi
resiko atelektasi/pneumonia.
4. Auskultas suara napas.
Rasional : pasien beresiko atelectasis dihubungkan dengan hipoventilasi &
pneumonia.
5. Berikan O2 jika dibutuhkan
Rasional : hipoksia mungkin terjadi akibat depresi pernafasan.
6. Kolaborasi untuk sinar X dada, GDA.

2. Diagnosa Keperawatan
Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan hambatan
pertukaran gas dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
- Bebas dari tanda distres pernafasan
- Tidak asa sianosis dan dispnea
- Mampu bernafas dengan mudah
- Tidak ada pused lips
- Tanda-tanda vital rentang normal
TD
Anak : 100/60 mmHg
Dewasa : 120/80 mmHg
Lansia : 130/80 mmHg
Nadi
Anak : 80-110 mmHg
Dewasa : 60-100
RR
Anak : 16-22 x/menit
Dewasa : 12-20 x/menit
Suhu :
Bayi : 36,5-37,50C
Dewasa : 36,6-37,2 0C
Intervensi :
1. Posisikan pasien memaksumalkan ventilasi
Rasional : memaksimalkan ekspansi paru sehingga mudah untuk bernafas

2. Identifikasi perlunya alat bantu nafas


Rasional : Dengan alat bantu nafas usaha bernafas berkurang
3. Monitor respirasi dan status O2 Respiratory Monitoring
Rasional : Mengetahui status pernafasan klien
4. Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
retraksi oto supraclavicular dan intercostal
Rasional : Dengan mencatat dapat ketahui perkembangan fungsi
kardiovaskular dan paru-paru
5. Monitor pola nafas
Rasional : Untuk mengetahui perkembangan sistem kardiovaskular.

3. Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan.
Tujuan :
Setelah dialkukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pola nafas dapat
teratasi.
Kriteria Hasil :
- Suara nafas bersih
- Warna bibir merah muda
- Nafas normal
- Menunjukkan jalan nafas paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan rentang normal, suara nafas normal)
- Nafasa rentang nornal :
Anak : 16-22 x/menit
Dewasa: 12-20 x/menit
Intervensi :
1. Monitor serial gas darah sesuai program
Rasional : Mempertahankan gas darah optimal dan mengetahui perjalanan
penyakit.
2. Menggunakan alat bantu nafas sesuai instruksi
Rasional : Memudahkan memlihara jalan nafas atas
3. Pantau ventilator setiap jam
Rasional : Mencegah turunnya konsentrasi mekanik dan kemungkinanya
terjadinya komplikasi.
4. Berikan lingkungan yang kondusif
Rasional : Supaya klien dapat tidur dan memberikan rasa nyaman
5. Kaji usaha pasien dalam bernafas
Rasional : Mengetahui perkembangan sistem pernafasan klien.

4. Diagnosa keperawatan
Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan ansietas
dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
- Vital sign rentang normal
TD
Anak : 100/60 mmHg
Dewasa : 120/80 mmHg
Lansia : 130/80 mmHg
Nadi
Anak : 80-110 mmHg
Dewasa : 60-100
RR
Anak : 16-22 x/menit
Dewasa : 12-20 x/menit
Suhu :
Bayi : 36,5-37,50C
Dewasa : 36,6-37,2 0C
- Postur tubuh, ekspresi wajah, dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya cemas.
Intervensi :
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
Rasional : Pasien tenang saat dan menimbulkan hubungan terapeutik
2. Jelaskan semua prosedur dan yang akan dirasakan selama prosedur
Rasional : pasien tidak berfikir negatif sehingga cemas dapat berkurang.
3. Temani pasien
Rasional : memeberikan keamanan dan mengurangi takut.
4. Dengarkan dengan penuh perhatian
Rasional : pasien mau mengungkapkan masalahnya sehingga perasaan
menjadi lebih tenang
5. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
6. Rasional : menenangkan pasien menggunakan kolaborasi.

5. Diagnosa Keperawatan
Hamabatan komunikasi verbal berhubungan dengan kendala lingkungan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan hambatan
komunikasi verbal dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
- Mempu memngkoordinasikan dengan menggunakan gerakan
- Mampu mengontrol ketakutan dan kecemasan terhadap ketidakmampuan
berbicara.
- Mampu mengonmunikasikan kebutuhan dengan lingkungan sosial
Intervensi :
1. Dorong pasien untuk komunikasi secara perlahan
Rasional : melatih komunikasi pasien secara perlahan.
2. Dengarkan dengan penuh perhatian
Rasional : menciptakan hubungan terapeutik
3. Anjurkan kunjungan kelaurga secara teratur
4. Rasional : untuk memberi stimulus komunikasi.
5. Anjurkan ekspresikan diri dengan cara lain dalam menyampaikan
informasi
Rasional : pasien mudah menerima komunikasi yang diharapkan
6. Konsultasikan dengan dokter kebutuhan terapi wicara
Rasional : penatalaksanaan secara kolaborasi agar mempercepat
penyembuhan pasien.

6. Diagnosa Keperawatan
Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan resiko
infeksi dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
- Bebas dari tanda dan gejala infeksi
- Jumlah leukosit dalam batas normal
- Menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi :
1. Bersihkan alat ventiator
Rasional :mengurangi resiko infeksi dari alat yang terpasang.
2. Pertahankan teknik isolasi
Rasional : mengurangi resiko infeksi dari lingkungan luar.
3. Batasi pengunjung
Rasional : pasien dapat beristirahat dengan tenang dan meminimalisir
resiko infeksi dari luar.
4. Instrusikan pengunjung mencuci tangan sebelum dan sesudah
berkunjung meninggalkan pasien.
Rasional : saat keluarga atau pengunjunng memegang pasien tidak ada
bakteri yang disalurkan.
5. Dorong masukan nutrisi yang cukup
Rasional : dengan nutrisi yang cukup daya tahan tubuh meningkat
sehingga digunakan sebagai ketahanan tubuh terdapat resiko infeksi.
7. Diagnosa Keperawatan
Resiko cidera berhubungan dengan gangguan mekanisme ketahanan primer.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan resiko cidera
dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
- Pasien terbebas dari resiko cidera
- Memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injuri
- Mempu mengenali perubahan status kesehatan.
Intervensi :
1. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien.
Rasional : meminimalisir resiko cidera dari lingkungan
2. Memasang side rail tempat tidur.
Rasional : pasien tidak terjatuh ke lantai.
3. Menyediakan tempat tidur yang nyaman untuk pasien
Rasional : pasien merasakan nyaman untuk selalu berada di tempat tidur.
4. Batasi pengunjung
Rasional : pasien dapat beristirahat dengan tenang dan cukup.
5. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
Rasional : keluarga turut memnatau mengenai keadaan pasien dan melaporkan
tanda dan gejala yang tidak diinginkan/muncul kepada tenaga kesehatan

(Nurarif, 2015 ; Debora, 2015)


DAFTAR PUSTAKA

Herdman H.T, Dkk.2015. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017


Edisi 10. Jakarta. Penerbit EGC.
Nurarif H. Amin, Kusuma Hardi,2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan
diagnose medis & NANDA NIC-NOC Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction
Ward, Jeremy, dkk. 2008. AT A GLANCE SISTEM RESPIRASI. Jakarta: Erlangga
Brunner & Suddart. 2013.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta : AGC
Laghi F, Tobin MJ. Indications for Mechanical Ventilation. In: Tobin MJ. Principles
and Practice of Mechanical Ventilation. 2nd ed. USA: McGraw-Hill. p. 129-47.
Debora, Oda. 2015. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai