PENDAHULUAN
Sindrom nefrotik dapat menyerang semua orang namun umumnya lebih banyak terjadi
pada anak-anak antara 18 bulan sampai 8 tahun. Menurut Nurarif & Kusuma (2013),
Penyebab Sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui. Akhir-akhir ini dianggap sebagai
suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi antigen antibody. Umumnya etiologi adalah
Sindrom nefrotik bawaan, Sindrom nefrotik sekunder, Sindrom nefrotik idiopatik
Menurut betz & sowden (2009), peninhgkatan permeabilitas glomerolus terhadap protein
plasma menimbulkan protein, hipoalbumin, hiperlipidemia dan edema, hilangnya protein di
rongga vaskuler menhgakibatkan penurunan tekanan osmotik plasma dan meningkatnya
tekanan hidrostatis, yang menyebabkan terjadinya akumulasi cairan dalam rongga intertisial
dan rongga abdomen.
Oleh karena itu penulis akan membahas tentang pengertian sindrom nefrotik, etiologi,
tanda & gejala, patofisiologi, pathway, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan pada
penderita sindrome nefrotik dan masalah keperawatan yang mungkin muncul.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian sindrom nefrotik.
2. Mengetahui anatomi dan fisiologi sindrom nefrotik.
3. Mengetahui etiologi sindrom nefrotik.
4. Mengetahui tanda dan gejala sindrom nefrotik.
5. Mengetahui patofisiologi pada sindrom nefrotik.
6. Mengetahui pathway sindrom nefrotik.
7. Mengetahui komplikasi sindrom nefrotik.
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada penyakit sindrom nefrotik.
9. Mengetahui penatalaksanaan pada penderita sindrom nefrotik.
10. Mengetahui asuhan keperawatan keperawatan sindrom nefrotik.
1.4 Manfaat
a. Untuk mahasiswa
Siswa dapat belajar lebih dalam tentang penyakit sindrom nefrotik dan asuhan
keperawatannya.
b. Untuk pembaca
Menambah pengetahuan bagi pembaca serta memberi informasi tentang sindrom nefrotik.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus
karena ada peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma menimbulkan
proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (Betz & Sowden, 2009).
2
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia,
dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan
fungsi ginjal (Nurarif & Kusuma, 2013). Sindrom nefrotik merupakan keadaan klinis
yang meliputi proteinuria masif, hipoalbuminemia, hiperlipemia dan edema (Wong,
2008).
Menurut Gibson,John (2013) , Setiap ginjal memiliki panjang sekitar 12 cm, lebar 7 cm, dan
tebal maksimum 2,5 cm, dan terletak pada bagian belakang abdomen, posterior terhadap
peritoneum, pada cekungan yang berjalan di sepanjang sisi corpus vertebrae. Lemak
perinefrik adalah lemak yang melapisi ginjal. Ginjal kanan terletak agak lebih rendah
daripada ginjal kiri karena adanya hepar pada sisi kanan. Sebuah glandula adrenalis
terletak pada bagian atas setiap ginjal. Setiap ginjal memiliki ujung atas dan bawah yang
membulat (ujung superior dan inferior), margo lateral yang membulat konveks, dan pada
margo medialis terdapat cekungan yang disebut hilum. Arteria dan vena, pembuluh limfe,
nervus renalis, dan ujung atas ureter bergabung dengan ginjal pada hilum.
Sumber :hedisasrawan.blogspot.com
1. Ginjal terletak di bagian perut. Gambar ginjal di atas adalah ginjal kiri yang telah di
belah.
2. Calyces adalah suatu penampung berbentuk cangkir dimana urin terkumpul sebelum
mencapai kandung kemih melalui ureter.
3
3. Pelvis adalah tempat bermuaranya tubulus yaitu tempat penampungan urin sementara
yang akan dialirkan menuju kandung kemih melalui ureter dan dikeluarkan dari
tubuh melalui uretra.
4. Medula terdiri atas beberapa badan berbentuk kerucut (piramida), di dalam medula
terdapat lengkung henle yang menghubungkan tubulus kontroktus proksimal dan
tubulus kontroktus distal.
5. Korteks didalamnya terdapat jutaan nefron yang terdiri dari bagian badan malphigi.
Badan malphigi tersusun atas glomerulus yang di selubungi kapsul bowman dan
tubulus yang terdiri dari tubulus kontortus proksimal, tubulus kontroktus distal, dan
tubulus kolektivus.
6. Ureter adalah suatu saluran muskuler yang berbentuk silinder yang mengantarkan
urin dari ginjal menuju kandung kemih.
7. Vena ginjal merupakan pembuluh balik yang berfungsi untuk membawa darah keluar
dari ginjal menuju vena cava inferior kemudian kembali ke jantung.
8. Arteri ginjal merupakan pembuluh nadi yang berfungsi untuk membawa darah ke
dalam ginjal untuk di saring di glomerulus.
Di dalam korteks terdapat jutaan nefron. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal
yang terdiri atas tubulus kontroktus proximal, tubulus kontortus distal dan duktus duktus
koligentes.
4
Sumber : hedisasrawan.blogspot.com
1. Nefron adalah tempat penyaringan darah. Di dalam ginjal terdapat lebih dari 1 juta
buah nefron. 1 nefron terdiri dari glomerulus, kapsul bowman, tubulus kontortus
proksimal, lengkung henle, tubulus kontortus distal, tubulus kolektivus.
2. Glomerulus merupakan tempat penyaringan darah yang akan menyaring air, garam,
asam amino, glukosa, dan urea. Menghasilkan urin primer.
6. Tubulus kontortus distal merupakan tempat untuk melepaskan zatzat yang tidak
berguna lagi atau berlebihan ke dalam urine sekunder. Menghasilkan urin
sesungguhnya.
7. Tubulus kolektivus adalah tabung sempit panjang dalam ginjal yang menampung
urin dari nefron, untuk disalurkan ke pelvis menuju kandung kemih.
2.3 Etiologi
5
Menurut Nurarif & Kusuma (2013), Penyebab Sindrom nefrotik yang pasti belum
diketahui. Akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi
antigen antibody. Umumnya etiologi dibagi menjadi:
Disebabkan oleh :
Adalah Sindrom nefrotik yang tidak diketahui penyebabnya atau juga disebut
sindrom nefrotik primer. Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsy ginjal
dengan pemeriksaan mikroskopi biasa dan mikroskopi electron, Churg dkk membagi
dalam 4 golongan yaitu kelainan minimal, nefropati membranosa, glomerulonefritis
proliferatif, glomerulosklerosis fokal segmental.
6
Menurut Priscillia LeMone dkk (2016), Tanda dan gejala sindrom nefrotik adalah sebagai
berikut : proteinuria (>3,5 g/hari), hipoalbuminemia, dan edema (pucat lilin).
Kemungkinan juga terjadi hiperlipidemia, karena meningkatnya sistesis lipoprotein
hepatik sebagai respon terhadap menurunnya kadar serum albumin. Anemia normositik
tergantung tingkatan pada stadium gagal ginjal.
Manifestasi lain meliputi anoreksia, rasa tidak enak, iritabilitas, dan kelainan tidak
adanya menstruasi, hematuria. Konsentrasi serum albumin mungkin menurun serendah 1
sampai 2,5 g/dl.
2.5 Patofisiologi
Menurut Betz & Sowden (2009), Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang
disebabkan oleh kerusakan glomerulus. Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap
protein plasma menimbulkan protein, hipoalbumin, hiperlipidemia dan edema. Hilangnya
protein dari rongga vaskuler menyebabkan penurunan tekanan osmotik plasma dan
peningkatan tekanan hidrostatik, yang menyebabkan terjadinya akumulasi cairan dalam
rongga interstisial dan rongga abdomen. Penurunan volume cairan vaskuler menstimulasi
system renin–angiotensin yang mengakibatkan diskresikannya hormone antidiuretik dan
aldosterone. Reabsorsi tubular terhadap natrium (Na) dan air mengalami peningkatan dan
akhirnya menambah volume intravaskuler. Retensi cairan ini mengarah pada peningkatan
edema. Koagulasi dan thrombosis vena dapat terjadi karena penurunan volume vaskuler
yang mengakibatkan hemokonsentrasi dan hilangnya urine dari koagulasi protein.
Kehilangan immunoglobulin pada urine dapat mengarah pada peningkatan kerentanan
terhadap infekspe
2.6 Pathway
Hipoalbuminemia Ketidakseimbangan
Edema nutrisi kurang dari
Tekanan onkotik kebutuhan tubuh
Kelemahan karena edema
yang berat Plasma menurun
igG menurun
Intoleransi aktivitas Cairan intravaskuler berpindah dlm interntinal
Resiko infeksi
Aktif merangsang renin
angiostensin
Penatalaksanaan
Retensi air+natrium
Hospitalisasi
Edema Kerusakan jar. dermis & epidermis
Menurut Priscillian LeMone dkk (2016) komplikasi dari sindrom nefrotik ialah :
1. Hipovolemia berat
2. Tromboembolisme
8
3. Aldosteronisme sekunder
4. Kelainan fungsi tiroid
5. Osteomalasia
6. Meningkatnya kerentanan terhadap infeksi
1. Uji urine
2. Uji darah
b. Kadar kolesterol serum : meningkat (dapat mencapai 450 sampai 1000 mg/dl)
9
Menurut Wong (2008), Penatalaksanaan medis untuk Sindrom nefrotik mencakup :
3. Pengurangan edema
BAB III
3.1 Pengkajian
c. Observasi adanya manifestasi dari sindrom nefrotik : kenaikan berat badan, edema,
bengkak pada wajah (khususnya di sekitar mata yang timbul pada saat bangun pagi ,
berkurang di siang hari), pembengkakan abdomen (asites), kesulitan nafas (efusi
pleura), pucat pada kulit, mudah lelah, perubahan pada urine (peningkatan volume,
urine berbusa).
d. Pengkajian diagnostik meliputi analisa urin untuk protein, dan sel darah merah,
analisa darah untuk serum protein (total albumin/globulin ratio, kolesterol) jumlah
darah, serum sodium
a. Kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan dengan akumulasi cairan dalam
jaringan dan ruang ketiga (Wong, 2008).
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor kulit (Wong, 2008).
a. Kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan dengan akumulasi cairan dalam
jaringan dan ruang ketiga (Wong, 2008).
11
Batasan karakteristik mayor : edema, (perifer,sakral), kulit menegang, mengkilap,
sedangkan batasan karakteristik minor : asupan lebih banyak daripada keluaran,
sesak nafas, peningkatan berat badan (Carpenito, 2009).
Kriteria hasil :
Intervensi :
Rasional :
1) Mengetahui seberapa luas lokasi edema klien
2) Mengetahui KU klien
3) Mengetahui output klien
12
4) Mengontrol berat badan klien
5) Mengetahui lila pada perut klien
6) Mengetahui seberapa lama derajat pitting edena oada klien
7) Mengetahui input klien
8) Membantu kesembuhan klien
b. Kerusakaan integritas kulit berhubungan perubahan turgor kulit/ edema (Nurafif &
Kusuma, 2013).
Kriteria hasil :
Intervensi :
13
7) Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat.
Rasional :
1) Menghindari gesekan kulit dengan baju
2) Mencegah terjadinya kerutan atau keparahan kulit
3) Menjaga kelembapan kulit klien
4) Menghindari terjadi lesi pada kulit
5) Mengetahui adanya infeksi pada kulit klien
6) Menjaga kelembapan pada kulit klien
7) Mejaga kebersihan kulit klien
Kriteria hasil : Anak mampu melakukan aktivitas dan latihan secara mandiri.
Intervensi :
Rasional :
1) Menghindari terjadi edema yang lebih parah
2) Meningkatkan istrahat klien
3) Membatasi akivitas yang berlebihan pada klien
4) Menjaga kesehatan klien
14
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,
muntah dan anoreksia (Wong, 2008).
Kriteria hasil : Tidak terjadi mual dan muntah, menunjukkan masukan yang
adekuat, mempertahankan berat badan.
Intervensi :
Rasional :
1) Membantu nafsu makan klien
2) Membantu klien dalam memeneuhi kebutuhan nutrisi
3) Mengetahui intek output pada klien
4) Membantu pemenuhan nutrsisi klien
5) Membantu keluarga dalam pemenuhan diet nutrisi klien
Intervensi :
15
2) Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi diperkirakan akan dialami selama
prosedur dilakukan
Rasional :
1) Menjalin komunikasi yang baik kepada klien
2) Mengurangi rasa cemas pada klien
3) Dapat mengendalikan tingkat stres pasien
4) Menambah rasa nyaman pada klien
5) Menambahkan rasa enjoy pada klien
Intervensi :
Rasional :
1) Mengetahui tindakan yang dilakukan saat tanda atau gejala muncul
2) Dapat menghindari makanan atau minuman yang dpantangkan atau yang
dianjurkan
3) Mengetahui seberapa jauh pasien memahami program yang dilakukan
16
4) Menambah mengtahuan pasien atau keluarga
g. Risiko infeksi berhubungan dengan menurunnya respon imun (Wong, 2008).
Kriteria hasil : Hasil laboratorium normal, tanda-tanda vital stabil, tidak ada tanda-tanda
infeksi.
Intervensi :
4) Pantau suhu
Rasional :
1) Mencegah timbulkan komplikasi penyakit
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sindrom nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya
injury glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik; proteinuria,
17
hypoproteinuria, hypoalbuminemia, hyperlipidemia, edema, hematuria, anoreksia,
hiperlipidemia, karena meningkatnya sistesis lipoprotein hepatik sebagai respon terhadap
menurunnya kadar serum albumin. Anemia normositik tergantung tingkatan pada stadium
gagal ginjal. Penyebab sindrome nefrotik dibagi menjadi 3 menurut jenisnya : sindrom
nefrotik bawaan (karena resesif autosom atau karena reaksi maternofetal), sindrom
nefrotik sekunder (karena pengaruh dari penyakit lain atau zat bahan kimia), dan sindrom
nefrotik idiopatik/primer (belum diketahui penyababnya). Sindrom nefrotik terjadi karena
kerusakan glomerulus karena ada peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein
plasma. Pemeriksaan penunjang untuk menegakan diagnosa ialah dengan uji urine, uji
darah, dan uji diagnostik biopsy ginjal. Penatalaksanaan medis dilakukan dengan
Pemberian kortikosteroid, penggantian protein (albumin dari makanan atau intravena) ,
pengurangan edema, pengobatan nyeri, pemberian antibiotic, terapi imunosupresif.
Masalah keperawatan yang muncul ialah kelebihan volume cairan (tubuh total),
kerusakan integritas kulit, intoleransi aktivitas, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan, kurang pengetahuan, ketakutan anak, risiko infeksi.
Asuhan keperawatan dilakukan menurut masalah keperawatan yang muncul.
4.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif H.Amin & Kusum Hardi.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA (North american nursing diagosis association) NIC-NOC. Jogjakarta:
Mediaction Publishing
18
LeMone, Priscilla et.al. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Gangguan Eliminasi dan
Gangguan Kardiovaskuar. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Lynn, Betz, C & A.Sowden, L. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi ke 5. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
Carpenito. 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, alih bahasa Yasmi Asih, edisi ke-1.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Wong. 2008. Buku Ajar Pediatrik, edisi 6, volume 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
19