Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori sebagai "seperangkat konsep yang saling terkait, dan proposisi yang
menyajikan pandangan sistematis tentang kejadian atau situasi dengan
mengaitkan hubungan antar variabel untuk menjelaskan dan memprediksi
kejadian atau situasi”. Teori membantu kita mengartikulasikan anggapan dan
hipotesis mengenai strategi dan sasaran intervensi.
Teori perilaku terencana merupakan turunan dari teori tindakan beralasan,
beranggapan bahwa orang termotivasi untuk berubah berdasarkan persepsi
mereka norma, sikap, dan kontrol atas perilaku. Masing-masing faktor ini bisa
juga meningkatkan atau mengurangi keinginan seseorang untuk mengubah
tingkah lakunya. Niat untuk mengubah perilaku, maka, dianggap berhubungan
langsung dengan perubahan perilaku.
Untuk mendorong dan mendukung perilaku sehat, perawat dalam
melaksanakan promosi kesehatan kepada klien perlu memahami bagaimana
dan mengapa klien perlu mengubah perilaku mereka? Maka dari itu, kami
membuat makalah yang berjudul “Theory of Planned Behavior.”
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana hakikat theories of behavior change?
2. Apa yang dimaksud dengan theory of planned behavior?
3. Bagaimana hubungan theory of planned behavior dalam promosi
kesehatan?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui hakikat theories of behavior change.
2. Mengetahui theory of planned behavior.
3. Mengetahui hubungan theory of planned behavior dalam promosi
kesehatan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Theories of Behavior Change


Kerlinger (1986) mendefinisikan sebuah teori (Theories) sebagai
"seperangkat konsep yang saling terkait, dan proposisi yang menyajikan
pandangan sistematis tentang kejadian atau situasi dengan mengaitkan
hubungan antar variabel untuk menjelaskan dan memprediksi kejadian atau
situasi.” Teori membantu kita mengartikulasikan anggapan dan hipotesis
mengenai strategi dan sasaran intervensi.
Dalam promosi kesehatan kita akan memprediksi atau menjelaskan
perubahan dalam perilaku atau lingkungan. Glanz, Rimer, dan Lewis (2002)
memiliki teori yang dapat dikelompokkan menjadi teori penjelasan (atau teori
masalah) dan teori perubahan (atau teori tentang tindakan). Teori penjelasan
membantu kita menggambarkan dan mengidentifikasi mengapa ada masalah
dan mencari konstruksi yang dapat disesuaikan. Teori perubahan
membimbing perkembangan intervensi dan membentuk dasar evaluasi.
Terkadang promosi kesehatan praktisi dan peneliti menggabungkan dua atau
lebih teori untuk menangani spesifikasi masalah, kejadian, atau situasi; Saat ini
terjadi, model kesehatan terbentuk (Glanz, Rimer, & Lewis, 2002).
Teori berakar dari konsep atau gagasan yang merupakan entitas/satuan
yang abstrak/tak berwujud. Tidak terukur tapi dapat diamati. Konsep diambil
dan dibentuk dalam teori. Konsep adalah elemen utama teori (Glanz, Rimer,
& Lewis, 2002). Konsep yang telah dikembangkan dan diuji dari waktu ke
waktu adalah disebut sebagai konstruksi/model. Misalnya, dalam teori
tindakan beralasan (Theory of Reasoned Action) dan Teori perilaku yang
direncanakan (Theory of Planned Behavior), niat perilaku adalah sebuah model
perencanaan. Misalnya, membangun niat perilaku biasanya diberi nilai pada
skala bipolar 7 poin yang mencakup kategori sangat memungkinan (+3),
kemungkinan besar (+2), sedikit kemungkinan (+1), tidak mungkin (0), sedikit
tidak mungkin (-1), sangat tidak mungkin (-2), dan sangat mustahil (-3). Model

2
teori harus dapat menjelaskan fenomena. Fenomena untuk promosi kesehatan
adalah perilaku dan keadaan lingkungan.
Menurut Leddy, Susan Kun (2006), pada hakikatnya, teori perubahan
perilaku (Theories of Behavior Change) adalah untuk mendorong dan
mendukung perilaku sehat, perawat perlu memahami bagaimana dan mengapa
individu mengubah perilaku mereka. Teori perubahan perilaku (Theories of
Behavior Change) diantaranya sebagai berikut.
1. Transtheoretical Model. Model Transtheoretical (Prochaska, &
DiClemente, 1984) –terdiri atas tahapan dan proses perubahan,
keseimbangan keputusan, dan self-efficacy (keadaan-diri) mempengaruhi
perhentian perilaku tidak sehat.
2. Health Behavior Change Model. Model Perubahan Perilaku Kesehatan
(Leddy, 2004) - menggambarkan motivator, mediator, dan pemeliharaan
perubahan perilaku dengan memadukan teori kesehatan (Leddy, 1996)
dengan tahapan dan proses perubahan dan konsep keseimbangan.
3. Health Behavior Goal Model. Model Tujuan Perilaku Kesehatan
(Boekaerts, Pintrich, dan Zeidner, 2000) – berintegrasi tahapan dan nilai,
seperti kesehatan, emosional, manfaat, pengaruh sosial, sumber pribadi dan
lingkungan, dan kompetensi yang dirasakan, dengan harapan tujuan.
4. Modifield Health Belief Model. Model Kepercayaan Kesehatan yang
Diubah (Rosenstock, Strecher, dan Becker, 1988) –bahwa persepsi
kerentanan dan keseriusan ancaman kesehatan mempengaruhi persepsi
individu tentang penyakit. Persepsi ini, dikombinasikan dengan
kemungkinan manfaat dan hambatan untuk bertindak, mempengaruhi
kemungkinan tindakan kesehatan preventif diambil.
5. Revised Health Promotion Model. Model Promosi Kesehatan Revisi
(Pender, 1996) - mendokumentasikan karakteristik individu, pengalaman,
dan pemikiran spesifik tentang perilaku yang mempengaruhi perilaku sehat.
6. Teori Self-Efficacy, Keadaan diri (Bandura, 1986) - berkaitan dengan
penilaian individu tentang kemampuan untuk mengeksekusi tingkat kinerja
tertentu dan mengendalikannya tindakan.

3
7. Theory of Reasoned Action. Teori Aksi Beralasan (Fishbein & Ajzen, 1975)
-menekan efek dari sikap dan norma subjektif tentang niat perilaku dan
perilaku pada kenyataannya.
8. Theory of Planned Behavior. Teori Perilaku Terencana (Ajzen, 1985) -
menunjukkan kontrol perilaku yang dirasakan dari efek sikap dan norma
subjektif terhadap niat bertingkah laku dan bertingkah laku pada
kenyatannya.
9. Theory Locus of Control. Teori kejadian terkontrol (Rotter, 1954) -diyakini
oleh individu bahwa tindakan mereka mengendalikan/mengontrol suatu
hasil (internal), atau bahwa mereka dikendalikan oleh kekuatan lain selain
diri mereka sendiri (eksternal), seperti kesempatan atau kekuatan orang lain.
10. Theory of Health Locus of Control Teori kejadian mengintrol Kesehatan
(Wallston, Maides, dan Wallston, 1976) - berpeluang untuk bertindak dalam
situasi yang berhubungan dengan kesehatan berdasarkan persepsi individu
tentang memiliki kontrol atas kesehatannya dan nilai kesehata sebagai
tujuan itu sendiri atau sebagai sarana untuk tujuan yang berbeda.
11. Common Sense Model (Leventhal, Meyer, dan Nerenz, 1980) -bahwa
keyakinan akal, tentang identitas, sebab, jadwal, konsekuensi, dan
penyembuhan atau pengendalian penyakit membimbing bagaimana
individu mengatasi masalah kesehatan.
12. memperhatikan informasi dan berfungsi sebagai dasar untuk memilih
strategi coping.

B. Theory of Behavior Planned


Theory of Planned Behavior atau Teori Perilaku Terencana (Ajzen, 1985) -
menunjukkan kontrol perilaku yang dirasakan dari efek sikap dan norma
subjektif terhadap niat bertingkah laku dan bertingkah laku pada kenyatannya.
Sedangkan menurut Fertman, dan Allensworth (2010), Teori perilaku
terencana (Theory of Planned Behavior ) merupakan turunan dari teori
tindakan beralasan, beranggapan bahwa orang akan termotivasi untuk berubah
berdasarkan persepsi, norma, sikap, dan kontrol atas perilaku. Niat Untuk
mengubah perilaku, maka, dianggap berhubungan langsung dengan perubahan

4
perilaku. Tabel 2.1 menunjukkan beberapa hal penting yang terlibat dalam
Theory of Planned Behavior: sikap, norma subyektif, persepsi mengontrol
perilaku, niat, dan perilaku.
Sikap (attitude) Terdiri dari keyakinan seseorang bahwa perilaku
akan membawa hasil tertentu serta nilai individu
tepat pada hasil tersebut
Norma Subjektif Terdiri dari persepsi seseorang tentang norma
(Subjective Norm)
sosial dan kepribadiannya atau motivasinya
untuk mematuhi norma yang dipersepsikan itu.
Persepsi mengontrol Terdiri dari keyakinan tentang hambatan dan
perilaku (Percevied bagaimana caranya: Mudah atau sulit untuk
Behavioral Control) mengubah perilaku dengan menghadapi
hambatan atau penghalang tersebut.
Niat (Intention) Kehendak (Keinginan dalam hati) akan
melakukan sesuatu.
Perilaku (Behavior) tindakan yang dapat diamati dan dilakukan oleh
individu, atau tindakan dengan kejelasan tujuan
(target), tindakan (Action), konteks (Context),
dan waktu (time) disingkat TACT.
Tabel 2.1. Sumber: Montano, D., & Kasprzyk, D. (2008). Theory of reasoned action,
theory of planned behavior, and the integrated behavioral model. In K. Glanz, B. K.
Rimer, & K. Viswanath (Eds.), Health behavior and health education: Theory,
research, and practice (4th ed., pp. 67 – 96). San Francisco: Jossey - Bass.

Montano, D., & Kasprzyk, D. (2008) menjelaskan bagaimana niat


menentukan perilaku, dan bagaimana sikap terhadap perilaku, norma subjektif,
dan kontrol perilaku yang dirasakan dapat mempengaruhi niat perilaku.
Menurut teori, sikap terhadap perilaku dibentuk oleh kepercayaan tentang apa
yang diperlukan dalam melakukan perilaku dan apa yang dihasilkan dari
perilaku. Keyakinan tentang standar sosial dan motivasi untuk mematuhi
norma tersebut mempengaruhi norma subjektif. Kehadiran hambatan
menjadikan hal-hal yang akan dilakukan lebih mudah atau lebih sulit untuk
melakukan perilaku akan mempengaruhi kontrol perilaku yang dirasakan.
Dengan demikian, rantai keyakinan, sikap, dan niat mendorong perilaku.

5
Penelitian tentang hubungan antara niat dan perilaku; Sejauh ini, hanya
hubungan sederhana yang telah ditunjukkan (Hardeman, Kinmonth, Michie,
Sutton, & Tim Proyek ProActive, 2009). Penelitiannya menunjukkan
dampaknya pada variabel distal (jauh-tidak terkait langsung) seperti budaya,
kepribadian, dan stereotip (golongan) pada konstruksi proksimal (dekat-terkait
langsung) seperti (sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku yang dirasakan).
Variabel distal adalah variabel yang selanjutnya dihapus dari orang, perilaku,
atau status kesehatan. Variabel ini dapat mempengaruhi secara langsung
perilaku kesehatan dan status kesehatan atau dapat memiliki pengaruh tidak
langsung terhadap perilaku dan status kesehatan (misalnya, budaya dapat
mempengaruhi sikap atau norma subjektif, yang mempengaruhi perilaku
seseorang). Konstruksi proksimal adalah yang benar-benar berpengaruh baik
niat maupun tingkah laku (Yzer et al., 2004).
Beberapa komponen dalam teori ini yaitu:

1. Behavioral belief yang memengaruhi attitude toward behavior.


Behavioral belief adalah hal-hal yang diyakini individu mengenai sebuah
perilaku dari segi positif dan negatif atau kecenderungan untuk bereaksi
secara afektif terhadap suatu perilaku. Sedangkan attitude toward
behavior yaitu sikap individu terhadap suatu perilaku diperoleh dari
keyakinan terhadap konsekuensi yang ditimbulkan oleh perilaku tersebut.
2. Normative belief yang memengaruhi subjective norms. Normative
belief adalah norma yang dibentuk orang-orang disekitar individu yang
akan berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Sedangkan subjective
norms didefinisikan sebagai adanya persepsi individu terhadap tekanan
sosial yang ada untuk menunjukkan atau tidak suatu perilaku. Subjective
norms ini identik dengan belief dari seseorang tentang reaksi atau
pendapat orang lain atau kelompok lain tentang apakah individu perlu,
harus, atau tidak boleh melakukan suatu perilaku, dan memotivasi individu
untuk mengikuti pendapat orang lain tersebut (Michener, Delamater, &
Myers, 2004).
3. Control belief yang memengaruhi perceived behavior control. Control
belief adalah pengalaman pribadi, atau orang disekitar akan

6
mempengaruhi pengambilan keputusan individu. Perceived behavioral
control adalah keyakinan bahwa individu pernah melaksanakan atau tidak
pernah melaksanakan perilaku tertentu. Percieved behavior control juga
diartikan persepsi individu mengenai kontrol yang dimiliki individu
tersebut sehubungan dengan tingkah laku tertentu (Ismail dan Zain: 2008)
Ketiga komponen ini dipengaruhi oleh beberapa variabel seperti
faktor ersonal berupa sikap umum, kepribadian, nilai hidup, emosi,
kecerdasan; faktor sosial berupa usia, jenis kelamin, etnis, pendidikan,
penghasilan, dan agama, faktor infirmasi seperti pengalaman, pengetahuan,
dan ekspos media. Ketiga komponen itu pula akan memengaruhi intensi atau
kehendak individu dalam berperilaku nantinya. Fishbein dan Ajzen (1975)
Kelebihan teori ini adalah sebagai berikut.
 Dapat memberikan pegangan untuk menganalisa komponen perilaku
dalam item yang operasional.
 Penerapannya melalui perilaku dapat diamati secara langsung dan
dibawah kendali seseorang.
 Relative mudah diaplikasikan pada penggunaan substansi tertentu.
Kelemahan teori ini diantaranya adalah :
 Teori ini masih relatif baru dan kurang banyak digunakan dan
dikenal (Smet : 1994)
 Orang lain sangat berpengaruh terhadap komponen teori ini.

C. Theory of Planned Behavior dalam Promosi Kesehatan


Berdasar pada buku Fertman, carl I & Allensworth, Diane DeMuth (2010)
“Health Promotion Programs from Theory to Practice” (lihat gambar C.1),
Penulis menemukan hubungan Theory of Planned Behavior dengan promosi
kesehatan yakni theory of planned behavior merupakan teori intrapersonal
(individual) yang digunakan dalam program promosi kesehatan. Lihat gambar
C.2. Sedangkan dalam buku Leddy, Susan Kun( 2006) berjudul “Health
promotion: mobilizing strengths to enhance health, wellness, and well-being.”
(lihat gambar C.3). Theory of planned behavior adalah bagian dari Theory of
behavior Change (lihat BAB II, Pembahasan sub A). Teori perubahan

7
perilaku ini dapat digunakan dalam promosi kesehatan karena sejalan dengan
tujuan umum promosi kesehatan menurut WHO yaitu: mengubah perilaku
individu/masyarakat di bidang kesehatan.

Gambar C.2 theory of planned behavior merupakan teori intrapersonal (individual)


yang digunakan dalam program promosi kesehatan.

C.1 C.3
Gambar C.1. buku Fertman, carl I & Allensworth, Diane DeMuth (2010) “Health
Promotion Programs from Theory to Practic. Gambar C.3 buku Leddy, Susan Kun(
2006) berjudul “Health promotion: mobilizing strengths to enhance health,
wellness, and well-being.”
Penerpan theory of planned behavior, pada penelitian konsumsi sayur
organik, misalnya. Meneliti intensi dan perilaku mengonsumsi sayur organik
dengan menggunakan teori ini untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh suatu
hubungan yang mandiri antara identitas diri diri individu dengan niatan atau
rencana berperilaku. Penelitian ini dilakukan karena keragu-raguan terhadap
pengaruh sikap individu dalam konsumsi sayuran organik yang dihasilkan oleh
negara tersebut.
1. Attitude Toward Behavior

8
Masyarakat United States menganggap sayur organik merupakan solusi
akan kekhawatiran terhadap produksi peptisida, yang produksinya
meningkat sekitar dua puluh kali. Juga kekhawatiran terhadap penggunaan
nitrogen sintetis yang telah meningkat enam kali lipat. (Andow dan Davis
: 1989)
2. Subjective Norms
Untuk mendapatkan sayur organik tersebut, banyak orang yang bersedia
membayar premi besar. Saat ini diperkirakan perintah harga premium
semakin meningkat. (Chadwick dkk: 1990). Banyaknya orang yang
melakukan hal tersebut, maka dapat mempengaruhi keputusan individu
dalam masyarakat tersebut untuk turut membayar tinggi demi konsumsi
sayur organik.
3. Perceived Behavior Control
Pengalaman individu dalam mengonsumsi sayuran organik terjadi sejak
akhir perang dunia II di United States. Hal ini membuat waspada individu
dan memutuskan mengonsumsi yang aman.
Sejauh ini, lebih dari 1200 bibliografi penelitian dalam database akademis
yang dimiliki TPB (Theory of Planned Behavior) seperti, Komunikasi dan
Media Masa Lengkap, Academic Cari Premier, dan lain sebagainya. Baru-
baru ini beberapa penilitian secara khusus, menemukan bahwa TPB akan
membantu lebih baik untuk memprediksi niat perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan daripada TRA mengingat bahwa TPB telah
meningkatkan prediktabilitas niat di berbagai bidang kesehatan.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pada hakikatnya, teori perubahan perilaku (Theories of Behavior Change)
adalah untuk mendorong dan mendukung perilaku sehat, perawat perlu
memahami bagaimana dan mengapa individu mengubah perilaku mereka.
2. Teori perilaku terencana (Theory of Planned Behavior) merupakan turunan
dari teori tindakan beralasan, beranggapan bahwa orang akan termotivasi
untuk berubah berdasarkan persepsi, norma, sikap, dan kontrol atas
perilaku. Niat Untuk mengubah perilaku, maka, dianggap berhubungan
langsung dengan perubahan perilaku.
3. Theory of planned behavior adalah bagian dari Theory of Behavior Change.
Teori perubahan perilaku ini dapat digunakan dalam promosi kesehatan
karena sejalan dengan tujuan umum promosi kesehatan menurut WHO
yaitu: mengubah perilaku individu/masyarakat di bidang kesehatan.

B. Saran
1. Diharapkan paham akan teori perubahan perilaku (Theories of Behavior
Change agar mengetahui dan memahami bagaimana dan mengapa individu
mengubah perilaku mereka untuk mendorong dan mendukung perilaku
sehat.
2. Diharapkan dapat paham dan mampu menerapkan teori perilaku terencana
(Theory of Planned Behavior) sehingga kita dapat mermotivasi individu
untuk berubah namun tetap berdasarkan persepsi, norma, sikap, dan kontrol
atas perilaku individu.
3. Diharapkan dapat menggunakan theory of planned behavior dalam promosi
kesehatan sehingga sesuai dengan tujuan umum promosi kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

10
Ajzen, I. 1998. From intentions to action: A Theory of Planned Behavior.
Hildelberg: Spinger.
Fertman, carl I & Allensworth, Diane DeMuth. 2010.Health Promotion Programs
from Theory to Practice. San Francisco: Jossey - Bass.
Glanz, K., Rimer, B. K., & Lewis, F. M. (2002). Health behavior and health
education: Theory, research, and practice (3rd ed.). San Francisco: Jossey -
Bass.
Hardeman, W., Kinmonth, A. L., Michie, S., Sutton, S., & the ProActive Project
Team. (2009). Impact of a physical activity intervention program on cognitive
predictors of behaviour among adults at risk of type 2 diabetes (ProActive
randomized controlled trial). International Journal of Behavioral Nutrition and
Physical Activity , 6 (11), 6 – 16.
Kerlinger, F. N. (1986). Foundations of behavioral research (3rd ed.). New York:
Holt, Rinehart & Winston.
Leddy, Susan Kun. 2006. Health promotion: mobilizing strengths to enhance
health, wellness, and well-being. Philadelphia: F. A. Davis Company Copyright
Montano, D., & Kasprzyk, D. (2008). Theory of reasoned action, theory of planned
behavior, and the integrated behavioral model. Dalam K. Glanz, B. K. Rimer,
& K. Viswanath (Eds.), Health behavior and health education: Theory,
research, and practice (4th ed., pp. 67 – 96). San Francisco: Jossey - Bass.
Yzer, M. C., Cappella, J. N., Fishbein, M., Hornik, R., Sayeed, S., & Ahern, R. K.
(2004). The role of distal variables in behavior change: Effects of adolescents ’
risk for marijuana use on intention to use marijuana. Journal of Applied Social
Psychology , 34 (6), 1229 – 1250.
http://ariqa-ayni-fpsi13.web.unair.ac.id/artikel_detail-150562-Perilaku Sehat-
Theory of Planned Behavior (TPB).html

http://septyani-wacana-fpsi13.web.unair.ac.id/artikel_detail-112599-Perilaku
Sehat-Theory of Planned Behavior.html

11

Anda mungkin juga menyukai