SYNDROME GERIATRI
Oleh:
Irfan Marsuq Wahyu Riyanto
NIM. 170070301111063
a. Imobilisasi
Didefinisikan sebagai keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari
atau lebih, dengan gerak anatomi tubuh menghilang akibat perubahan fungsi
fisiologis. Berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan dapat menyebabkan
imobilisasi pada usia lanjut. Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa
nyeri, lemah, kekakuan otot, ketidak seimbangan, dan masalah psikologis.
Beberapa informasi penting meliputi lamanya menderita disabilitas yang
menyebabkan imobilisasi, penyakit yang mempengaruhi kemampuan mobilisasi,
dan pemakaian obat-obatan untuk mengeliminasi masalah iatrogenesis yang
menyebabkan imobilisasi.
e. Infection (infeksi)
Infeksi pada usia lanjut (usila) merupakan penyebab kesakitan dan
kematian no. 2 setelah penyakit kardiovaskular di dunia. Hal ini terjadi akibat
beberapa hal antara lain: adanya penyakit komorbid kronik yang cukup banyak,
menurunnya daya tahan/imunitas terhadap infeksi, menurunnya daya komunikasi
usia sehingga sulit/jarang mengeluh, sulitnya mengenal tanda infeksi secara dini.
Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan meningkatnya
temperatur badan, dan hal ini sering tidak dijumpai pada usia lanjut, 30-65% usia
lanjut yang terinfeksi sering tidak disertai peningkatan suhu badan, malah suhu
badan dibawah 36OC lebih sering dijumpai. Keluhan dan gejala infeksi semakin
tidak khas antara lain berupa konfusi/delirium sampai koma, adanya penurunan
nafsu makan tiba-tiba, badan menjadi lemas, dan adanya perubahan tingkah
laku sering terjadi pada pasien usia lanjut (Kane et al., 2008).
Terapi pengobatan pada pasien usia lanjut secara signifikan berbeda dari
pasien pada usia muda, karena adanya perubahan kondisi tubuh yang
disebabkan oleh usia, dan dampak yang timbul dari penggunaan obat-obatan
yang digunakan sebelumnya. Masalah polifarmasi pada pasien geriatri sulit
dihindari dikarenakan oleh berbagai hal yaitu penyakit yang diderita banyak dan
biasanya kronis, obat diresepkan oleh beberapa dokter, kurang koordinasi dalam
pengelolaan, gejala yang dirasakan pasien tidak jelas, pasien meminta resep,
dan untuk menghilangkan efek samping obat justru ditambah obat baru. Karena
itu diusulkan prinsip pemberian obat yang benar pada pasien geriatri dengan
cara mengetahui riwayat pengobatan lengkap, jangan memberikan obat sebelum
waktunya, jangan menggunakan obat terlalu lama, kenali obat yang digunakan,
mulai dengan dosis rendah, naikkan perlahan-lahan, obati sesuai patokan, beri
dorongan supaya patuh berobat dan hati-hati mengguakan obat baru (Setiati
dkk.,2006).
g. Isolation (Depression)
Isolation (terisolasi) dan depresi, penyebab utama depresi pada usia
lanjut adalah kehilangan seseorang yan disayangi, pasangan hidup, anak,
bahkan binatang peliharaan. Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari
lingkungan, menyebabkan dirinya terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang
mulai mengacuhkan karena merasa direpotkan menyebabkan pasien akan
merasa hidup sendiri dan menjadi depresi. Beberapa orang dapat melakukan
usaha bunuh diri akibat depresi yang berkepajangan
h. Inanition (malnutrisi)
Kelemahan nutrisi merujuk pada hendaya yang terjadi pada usia lanjut
karena kehilangan berat badan fisiologis dan patologis yang tidak disengaja.
Anoreksia pada usia lanjut merupakan penurunan fisiologis nafsu makan dan
asupan makan yang menyebabkan kehilangan berat badan yang tidak diinginkan
(Kane et al., 2008). Pada pasien, kekurangan nutrisi disebabkan oleh keadaan
pasien dengan gangguan menelan, sehingga menurunkan nafsu makan pasien.
i. Impecunity (kemiskinan)
Impecunity (kemiskinan), usia lansia dimana seseorang menjadi kurang
produktif (bukan tidak produktif) akibat penurunan kemampuan fisik untuk
beraktivitas. Usia pensiun dimana sebagian dari lansia hanya mengandalkan
hidup dari tunjangan hari tuanya. Pada dasarnya seorang lansia masih dapat
bekerja, hanya saja intensitas dan beban kerjanya yang harus dikurangi sesuai
dengan kemampuannya, terbukti bahwa seseorang yang tetap menggunakan
otaknya hingga usia lanjut dengan bekerja, membaca, dsb., tidak mudah menjadi
“pikun” . Selain masalah finansial, pensiun juga berarti kehilangan teman
sejawat, berarti interaksi sosialpun berkurang memudahakan seorang lansia
mengalami depresi.
j. Iatrogenic
Iatrogenics (iatrogenesis), karakteristik yang khas dari pasien geriatri
yaitu multipatologik, seringkali menyebabkan pasien tersebut perlu
mengkonsumsi obat yang tidak sedikit jumlahnya. Akibat yang ditimbulkan antara
lain efek samping dan efek dari interaksi obat-obat tersebut yang dapat
mengancam jiwa. Pemberian obat pada lansia haruslah sangat hati-hati dan
rasional karena obat akan dimetabolisme di hati sedangkan pada lansia terjadi
penurunan fungsi faal hati sehingga terkadang terjadi ikterus (kuning) akibat
obat. Selain penurunan faal hati juga terjadi penurunan faal ginjal (jumlah
glomerulus berkurang), dimana sebagaian besar obat dikeluarkan melalui ginjal
sehingga pada lansia sisa metabolisme obat tidak dapat dikeluarkan dengan baik
dan dapat berefek toksik.
k. Insomnia
Insomnia, dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang
menyebabkan seorang lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit juga
dapat menyebabkan insomnia seperti diabetes melitus dan hiperaktivitas kelenjar
thyroid, gangguan neurotransmitter di otak juga dapat menyebabkan insomnia.
Jam tidur yang sudah berubah juga dapat menjadi penyebabnya.
n. Irritable bowel
Irritable bowel (usus besar yang sensitif -mudah terangsang-) sehingga
menyebabkan diare atau konstipasi/ impaksi (sembelit). Penyebabnya tidak jelas,
tetapi pada beberapa kasus ditemukan gangguan pada otot polos usus besar,
penyeab lain yang mungkin adalah gangguan syaraf sensorik usus, gangguan
sistem syaraf pusat, gangguan psikologis, stres, fermentasi gas yang dapat
merangsang syaraf, kolitis.
4. MANIFESTASI KLINIS
Karakteristik pasien geriatri yang pertama adalah multipatologi, yaitu adanya
lebih dari satu penyakit kronis degeneratif. Karakteristik kedua adalah daya
cadangan faal menurun karena menurunnya fungsi organ akibat proses menua.
Karakteristik yang ketiga adalah gejala dan tanda penyakit yang tidak khas.
Tampilan gejala yang tidak khas seringkali mengaburkan penyakit yang diderita
pasien. Karakteristik berikutnya adalah penurunan status fungsional yang
merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Penurunan status fungsional menyebabkan pasien geriatri berada pada kondisi
imobilisasi yang berakibat ketergantungan pada orang lain. Karakteristik khusus
pasien geriatri yang sering dijumpai di Indonesia ialah malnutrisi.
Imobilisasi didefinisikan sebagai keadaan tidak bergerak/tirah baring
selama 3 hari atau lebih, dengan gerak anatomi tubuh menghilang akibat
perubahan fungsi fisiologis. Berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan
dapat menyebabkan imobilisasi pada usia lanjut. Penyebab utama
imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot,
ketidakseimbangan, dan masalah psikologis.
Infeksi pada usia lanjut (usila) merupakan penyebab kesakitan dan
kematian no. 2 setelah penyakit kardiovaskular di dunia. Hal ini terjadi
akibat beberapa hal antara lain: adanya penyakit komorbid kronik yang
cukup banyak, menurunnya daya tahan/imunitas terhadap infeksi,
menurunnya daya komunikasi usila sehingga sulit/jarang mengeluh,
sulitnya mengenal tanda infeksi secara dini. Ciri utama pada semua
penyakit infeksi biasanya ditandai dengan meningkatnya temperatur badan,
dan hal ini sering tidak dijumpai pada usia lanjut, 30-65% usia lanjut yang
terinfeksi sering tidak disertai peningkatan suhu badan, malah suhu badan
dibawah 36C lebih sering dijumpai. Keluhan dan gejala infeksi semakin
tidak khas antara lain berupa konfusi/delirium sampai koma, adanya
penurunan nafsu makan tiba-tiba, badan menjadi lemas, dan adanya
perubahan tingkah laku sering terjadi pada pasien usia lanjut (Dini, 2013).
Insomnia merupakan gangguan tidur yang sering dijumpai pada pasien
geriatri. Umumnya mereka mengeluh bahwa tidurnya tidak memuaskan
dan sulit memertahankan kondisi tidur. Sekitar 57% orang usia lanjut di
komunitas mengalami insomnia kronis, 30% pasien usia lanjut mengeluh
tetap terjaga sepanjang malam, 19% mengeluh bangun terlalu pagi, dan
19% mengalami kesulitan untuk tertidur.
Gangguan keseimbangan (instabilitas) akan memudahkan pasien geriatri
terjatuh dan dapat mengalami patah tulang. Jatuh adalah penyebab utama
cedera serius pada orang tua. Antara lain, bahaya keamanan di rumah,
efek samping obat, gangguan berjalan dan penglihatan, pusing, radang
sendi, kelemahan, dan kekurangan gizidapat meningkatkan risiko jatuh.
Seperti sindrom geriatrik lainnya, jatuh biasanya memiliki lebih dari satu
penyebab (Health in aging, 2012).
Banyak hal yang dapat menyebabkan masalah kontrol kandung kemih,
atau "inkontinensia," termasuk otot kandung kemih terlalu aktif, infeksi
saluran kemih, sembelit, delirium, penyakit jantung, diabetes, demensia,
efek samping obat, dan kesulitan mencapai toilet dalam waktu singkat.
Inkontinensia urin dapat menyebabkan masalah seperti jatuh, depresi, dan
isolasi (Kesehatan penuaan, 2012).
Masalah penglihatan umum di antara orang dewasa yang lebih tua
termasuk rabun, glaukoma, katarak, penyakit mata diabetes, presbiopia,
(perubahan yang berkaitan dengan usia di mata yang membuatnya sulit
untuk melihat close-up), dan degenerasi makula (kerusakan pada pusat
mata yang dapat menyebabkan hilangnya penglihatan sentral) (Kesehatan
penuaan, 2012).
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tujuan pengkajian paripurna pasien geriatri adalah : memperbaiki diagnosis
(medis dan psikososial), merencanakan rehabilitasi dan terapi lain yang sesuai,
untuk mengoptimalkan kondisi dimana para pasien lanjut usia tinggal, dan
merencananak evaluasi terapi dan pengelolan kasus, serta memperoleh data
dasar sebagai informasi yang berharga untuk dibandingkan di kemudian hari.
Contoh pengkajian paripurna pasien geriatri adalah :
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Data dasar factor resiko penyakit/penyakit yang diidap sekarang/sindro
geriatri yang muncul
4. Status nutrisi
5. Status mental/kognitif
6. Status emosi/depresi
7. Status fungsional tubuh (kemandiarian melakukan aktivitas dasar (activity
daily living) dan aktivitas tambahan sehari-hari(instrumental activity daily
living))
8. Kondisi lingkungan/rumah (keamanan dalam dan luar rumah)
9. Support social (daya dukung keluarga dan komunitas)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dengan pemeriksaan tanda vital.
1. Pemeriksaan fisik tekanan darah, dilaksanakan dalam keadaan tidur,
duduk dan berdiri, masing-masing dengan selang 1-2 menit, untuk
melihat kemungkinan terdapatnya hipotensi ortostatik
2. Pemeriksaan fisik untuk menilai sistem. Pemeriksaan organ dan sistem ini
disesuaikan dengan tingkat kemampuan pemeriksa.Yang penting adalah
pemeriksaan secara sistem ini menghasilkan dapatan ada atau tidaknya
gangguan organ atau sistem.
3. Pemeriksaan fisik dengan urutan seperti pada anamnesis penilaian
sistem, yaitu :
- Pemeriksaan susunan saraf pusat (Central Nervous System).
- Pemeriksaan panca indera, saluran nafas atas, gigi-mulut.
- Pemeriksaan leher, kelenjar tiroid, bising arteri karotis.
- Pemeriksaan dada, paru-paru, jantung dan abdomen perlu dilakukan
dengan cermat.
- Pemeriksaan ekstremitas, refleks-refleks, gerakan dan kelainan sendi-
sendi perlu diperiksa : sendi panggul, lutut dan kolumna vertebralis.
- Pemeriksaan kulit-integumen, juga perlu dilakukan.
Pemeriksaan Tambahan (Penunjang)
Pemeriksaan tambahan disesuaikan dengan keperluan penegakan
kepastian diagnosis, tetapi minimal harus mencakup pemeriksaan rutin.
- X-foto thorax, EKG
- Laboratorium : DL,UL, FL
Apabila terdapat kecurigaan adanya kelainan yang belum jelas atau
diperlukan tindakan diagnostic atau terapi, dapat dilakukan konsultasi
(rujukan) kepada sub-bagian atau disiplin lain, atau pemeriksaan dengan
alat yang lebih spesifik : FNB, EKG, CT-Scan.
6. PENATALAKSANAAN
Kondisi multipatologi mengakibatkan seorang usia lanjut mendapatkan
berbagai jenis obat dalam jumlah banyak. Terapi non-farmakologi dapat menjadi
pilihan untuk mengatasi masalah pada pasien usia lanjut, namun obat tetap
menjadi pilihan utama sehingga polifarmasi sangat sulit dihindari. Prinsip
penggunaan obat yang benar dan tepat pada usia lanjut harus menjadi kajian
multi/interdisiplin yang mengedepankan pendekatan secara holistik (Setiati, Siti
2013).
a. Pengelolaan inkontinensia urin
Pengelolaan inkontinensia urin pada penderita usia lanjut, secara garis
besar dapat dikerjakan sebagai berikut (Simposium “Geriatric Syndromes:
Revisited” 2011):
a) Program rehabilitasi, antara lain:
- Melatih perilaku berkemih.
- Modifikasi tempat berkemih (komodo, urinal).
- Melatih respons kandung kemih.
- Latihan otot-otot dasar panggul.
b) Katerisasi, baik secara berkala (intermitten) atau menetap
(indweling).
c) Obat-obatan, antara lain untuk relaksasi kandung kemih, estrogen.
d) Pembedahan, misalnya: untuk mengangkat penyebab sumbatan
atau keadaan patologik lain, pembuatan sfingter artefisiil dan lain-
lain.
e) Lain-lain, misalnya penyesuaian lingkungan yang mendukung untuk
kemudahan berkemih, penggunaan pakaian dalam dan bahan-
bahan penyerap khusus untuk mengurangi dampak inkontinensia.
b. Jatuh
Penatalaksanaan penderita jatuh dengan mengatasi atau mengeliminasi
faktor risiko, penyebab jatuh dan menangani komplikasinya.
Penatalaksanaan ini harus terpadu dan membutuhkan kerja tim yang
terdiri dari dokter (geriatrik, neurologik, bedah ortopedi, rehabilitasi medik,
psikiatrik dan lain-lain), sosiomedik dan ahli lain yang terkait serta
keluarga penderita. Penatalaksanaan bersifat individual, artinya berbeda
untuk setiap kasus karena perbedaan faktor-faktor yang mengakibatkan
jatuh. Lebih banyak pasien jatuh karena kondisi kronik, multifaktoral
sehingga diperlukan terapi gabungan antara obat, rehabilitasi dan
perbaikan lingkungan. Pada kasus lain intervensi diperlukan untuk
mencegah terjadinya jatuh ulangan, misalnya pembatasan bepergian,
penggunaan alat bantu gerak dan sebagainya.
Sleep Disturbance
1. Perawatan Non-farmakologis
a. Hilangkan faktor yang dicurigai: mengobati penyakit yang mendasari,
menghentikan atau mengubah obat, menghentikan alkohol, kafein atau
penggunaan nikotin.
b. Perubahan Kebiasaan : mengembangkan rutinitas persiapan tidur,
gunakan kamar tidur untuk tidur saja, mengembangkan cerita tidur untuk
mempromosikan keadaan pikiran, mengurangi tidur siang hari, dan
mengembangkan latihan rutin sehari-hari.
2. Pengobatan farmakologis
a. Hanya direkomendasikan untuk penggunaan jangka pendek pada pasien
yang lebih tua.
b. Benzodiazepin dengan aksi pendek atau menengah seperti Temazepam
(7,5-15 mg), dengan jangka waktu maksimum dua minggu untuk
menghindari ketergantungan.
c. Anti histamin dapat diterima untuk digunakan sesekali, namun cepat
kehilangan khasiat.
d. anti-depresan, misalnya, Trazadone, adalah pilihan yang baik untuk
insomnia kronis.
Penatalaksanaan infeksi
Pengobatan infeksi pada lansia juga merupakan masalah karena
meningkatkan bahaya toksisitas obat antimikroba pada lansia. Terapi antibiotik
tergantung pada kuman patogen yang
7. KOMPLIKASI
Imobilisasi dapat mengakibatkan komplikasi pada sistem pernafasan isalnya
penurunan ventilasi, atelektasis dan pneumonia. komplikasi endokrin dan ginjal,
peningkatan diuresis, natriuresis dan pergeseran cairan ekstraseluler, intoleransi
glukosa, hiperkalsemia dan kehilangan kalsium, batu ginjal serta keseimbangan
nitrogen negatif Komplikasi gastrointestinal yang dapat timbul adalah anoreksia,
konstipasi dan luka tekan (ulkus dekubitus). Pada sistem saraf pusat, dapat
terjadi deprivasi sensorik, gangguan keseimbangan dan koordinasi (Rizka, 2015)
DAFTAR PUSTAKA