Anda di halaman 1dari 13

Manajemen Nyeri Pada Persalinan

Setiap wanita memiliki ekspektasi yang unik mengenai proses


persalinan termasuk ekspektasi mengenai nyeri dan kemampuannya untuk
mengatasi nyeri selama proses persalinan. Nyeri persalinan adalah suatu
keadaan rasa sakit dan tidak nyaman yang dirasakan selama menjalani
proses persalinan (Bobak, 1995).
Hal tersebut disebabkan oleh proses kontraksi rahim dan pembukaan jalan
lahir. Nyeri terbagi dalam dua komponen, yaitu komponen fisiologi,
penerimaan saraf sensori dan tansmisinya ke sistem saraf pusat; serta
komponen psikologis, termasuk didalamnya mengenal sensasi, interpretasi
rasa nyeri, dan tindakan yang dihasilkan dari hasil interpretasi nyeri. Nyeri
saat persalinan itu berbeda dari nyeri-nyeri pada biasanya (Gorrie, et all,
1998).
Persalinan dan kelahiran merupakan fisiologi normal. Persalinan
merupakan proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin akan
turun ke dalam jalan lahir, sedangkan kelahiran adalah proses janin dan
ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran
normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
aterm (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung sekitar 18-20 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun janin. Salah satu hal yang menyertai proses persalinan, yang
paling dirasakan tidak menyenangkan bahkan menakutkan bagi ibu adalah
nyeri persalinan (Gondo, 2011).
Nyeri persalinan merupakan suatu bagian normal dari proses
persalinan dan kelahiran normal. Terdapat dua jenis nyeri pada masa
persalinan yaitu nyeri viseral dan nyeri somatik (Gorrie, et. all, 1998). Nyeri
viseral bersifat perlahan, dan dalam. Nyeri ini mendominasi sepanjang kala
I pada masa persalinan. Pada kala I persalinan, kontraksi rahim
menyebabkan dilatasi dan penipisan serviks, serta iskemia rahim. Hal
tersebut disebabkan oleh kontraksi arteri miometrium menyebabkan
impuls rasa nyeri pada tahap awal persalinan ditransmisi melalui segmen
saraf spinalis T 11-12 dan saraf-saraf asesoris torakal bawah, serta saraf
simpatik lumbal atas (Bobak, 1995). Saraf-saraf ini berasal dari korpus
uterus dan serviks. Nyeri ini terasa pada bagian bawah abdomen dan
menyebar ke daerah lumbar punggung serta sampai ke paha. Biasanya ibu
mnengalami nyeri visceral hanya selama kontraksi dan bebas dari rasa
nyeri pada interval antar kontraksi (Bobak, et.all, 1995).

1
Nyeri lainnya yang dirasakan semasa persalinaan, yaitu nyeri
somatik atau nyeri perineum. Rasa tidak nyaman pada perineum timbul
akibat peregangan jaringan perineum agar janin dapat melewati bagian ini,
juga akibat adanya tarikan peritoneum dan topangan uteroservikal saat
kontraksi (Bobak, et.all, 1995). Nyeri somatik ini bersifat cepat, tajam, dan
terlokalisasi pada suatu tempat, di mana biasanya terjadi selama masa
akhir kala I dan kala II masa persalinan. Impuls nyeri ini dihantarkan oleh
S 1-4 dan sistem parasimpatis jaringan perineum. Rasa tidak nyaman ini
terjadi seiring turunnya janin yang menyebabkan adanya tekanan langsung
pada jaringan maternal (Gorrie, et. all, 1998).
Pada kala III persalinan seorang ibu akan mengalami nyeri rahim
yang mirip dengan nyeri yang dirasakan pada awal persalinan (Bobak,
1995). Nyeri rahim dapat berupa nyeri lokal yang disertai kram dan sensasi
robekan akibat distensi dan laserasi serviks, vagina, atau jaringan
perineum. Rasa tidak nyaman sering digambarkan sebagai sensasi terbakar
yang dirasakan saat jaringan meregang. Nyeri ini dapat beralih sehingga
dapat dirasakan pula di daerah punggung, pinggang, dan paha (Bobak, et.
all, 1995).
Perawat/bidan sebagai pemberi asuhan keperawatan/kebidanan
yang holistic, bio-psikososial-budaya-spiritual, perlu memberikan asuhan
untuk mengurangi rasa nyeri tersebut. Pengelolaan tersebut dapat secara
non farmakologi, atau farmakologi. Dalam memberikan asuhan
keperawatan/kebidanan terkait nyeri pada persalinan dan kelahiran,
perawat/bidan harus mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mengubah
rasa sakit dan mempengaruhi respon dari ibu yang akan melahirkan.
Adapun faktor-faktor tersebut melingkupi fakor fisik dan faktor
psikososial(Gorrie, 1998).
Faktor fisik yang menyebabkan nyeri pada masa persalinan, yaitu
sebagaiberikut:
Sumber nyeri
Terdapat empat sumber nyeri yang potensial pada masa persalinan, yaitu:
1. Iskemi jaringan
Selama kontraksi, suplai darah ke uterus menurun, hal ini
menyebabkan hipoksia jaringan dan adanya metabolisme anaerobik.
Ini dapat meningkatkan nyeri pada masa persalinan.
2. Dilatasi servikal
Dilatasi dan peregangan serviks dan bagian bawah uterus adalah
sumber utama dari nyeri yang dirasakan selama masa persalinan.
Stimulasi nyeri dari dilatasi servikal berjalan melalui hypogastric
plexus, kemudian masuk ke spinal cord pada saraf T10, T11, T12,
dan L1.

2
3. Tekanan dan penarikan pada struktur pelvis
Beberapa nyeri pada masa persalinan dapat dihasilkan dari tekanan
dan penarikan pada struktur pelvis seperti ligamen, tuba falopi,
ovarium, kandung kemih, dan peritoneum. Rasa nyeri yang
dirasakan termasuk nyeri viseral, dimana seorang ibu hamil dapat
merasakan nyeri pada tulang belakang dan kakinya.
4. Distensi vagina dan perineum.
Nyeri ini timbul saat janin mulai turun. Seorang inu hamil akan
merasakan sensasi terbakar, terobek dan seperti terpisah (nyeri
somatik).

Selain nyeri yang disebabkan faktor fisik, faktor psikososial juga dapat
mempengaruhi nyeri pada persalinan yang dialami oleh seorang wanita,
antara lain sebagai berikut:
1. Kebudayaan
Setiap kebudayaan memiliki interpretasinya sendiri terhadap rasa
nyeri. Beberapa kebudayaan mengintepretasikan nyeri dengan
ekspresi yang terang-terangan seperti menjerit-jerit, sedangkan
lainnya tidak dapat mengekspresikan nyeri dengan begitu terang-
terangan dan dapat menahannya dalam hal ekspresi.
2. Kecemasan dan perasaan takut
Kecemasan dan ketakutan meningkatkan ketegangan otot dan
menurunkan aliran darah yang penuh oksigen ke otak dan otot-otot
skeletal. Jika hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan
kelelahan dan peningkatan rasa nyeri itu sendiri, sehingga terjadi
penurunan kemampuan untuk mengurangi nyeri itu sendiri.
3. Pengalaman sebelumnya terkait nyeri
Seorang wanita yang pernah melahirkan sebelumnya memiliki
perspektifnya sendiri mengenai rasa nyeri pada masa persalinan,
hal ini dapat menurunkan tingkat kecemasan dan perasaan takut
akan nyeri pada masa persalinan tersebut. Sedangkan bagi seorang
wanita kehamilan pertama, rasa nyeri pada masa persalinan bisa
menjadi hal yang dapat meningkatkan kecemasan.

Pengurangan rasa nyeri dapat dilakukan dengan berbagai metode, yaitu


sebagai berikut (Bobak, 1995):
1. Metode dick-read
Menurut dick-read, nyeri persalinan merupakan akibat pengaruh
social dan sindrom takut-tegang-nyeri. Oleh karena itu, untuk
mengganti rasa takut tentang hal yang tidak diketahui yaitu melalui

3
pemahaman dan keyakinan yang meliputi pemberian informasi
tentang persalinan dan melahirkan, nutrisi, hygiene, dan latihan
fisik. Latihan fisik penting diberikan untuk mempersiapkan tubuh
menghadapi persalinan. Latihan relaksasi secara sadar dilakukan
dan juga pengaturan pola nafas. Berat otot abdomen terhadap
uterus yang berkontraksi dapat meningkatkan rasa nyeri. Hal
tersebut menyebabkan wanita melahirkan diajarkan untuk
mendorong otot perutnya ke atas saat rahim naik selama satu
kontraksi.
2. Metode Lamaze
Lamaze memperkenalkan metode psikoprofilaksis. Menurutnya,
rasa nyeri adalah respon bersyarat. Srategi untuk mengatasi nyeri
persalinan, yaitu dengan memusatkan perhatian pada titik
perhatian tertentu, misalnya pada gambar tertentu sehingga jalur
saraf terisi oleh stimulus lain dan tidak dapat memberi respon
terhadap stimulus nyeri. Wanita diajarkan untuk merelaksasikan
otot yang tidak terlibat saat ia mengontraksikan kelompok otot
tertentu. Dalam metode ini juga diyakini bahwa pernafasan dada
dapat mengangkat diafragma dari rahim yang berkontraksi sehingga
menciptakan ruang yang lebih banyak untuk rahim yang
berkembang. Perawat juga berusaha menghilangkan rasa takut
dengan meningkatkan pemahaman tentang fungsi tubuh dan nyeri
neurofisiologis.
3. Metode Bradley
Metode ini didasarkan pada perilaku binatang ketika melahirkan
dan menekankan pada keharmonisan tubuh, yaitu dengan kontol
pernafasan, pernafasan perut, dan relaksasi seluruh tubuh. Faktor
lingkungan yang ditekankan ialah suasana gelap, menyendiri, dan
tenang. Beberapa ibu tertidur jika meggunakan metode ini, namun
mereka sebenarnya berada dalam tingkat relaksasi mental yang
dalam.

Sebagai perawat matenitas/bidan yang merawat wanita pada persalinan


dan kelahiran, manajemen nyeri persalinan penting untuk dipelajari.
Adapun manajemen nyeri tersebut terbagi menjadi terapi nonfarmakologi
dan terapi farmakologi.
1. Metode Nonfarmakologi
Penatalaksanaan non farmakologi merupakan teknik alternatif dan
tambahan dari pemakaian obat-obatan. Tujuan dari
penatalaksanaan non farmakologi adalah untuk meredakan rasa
nyeri, dan biasanya diajarkan pada kelas-kelas persiapan

4
melahirkan. Adapun teknik-teknik nonfarmakologi yang biasa
digunakan pada persalinan adalah:

a. Relaksasi
Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri
dengan cara merileks-kan ketegangan otot yang menunjang
nyeri. Teknik relaksasi dapat mendorong aliran darah ke uterus
untuk meningkatkan oksigenasi fetus, mendorong kontraksi
uterus secara efisien, serta mengurangi ketengangan yang dapat
meningkatkan persepsi nyeri dan menurunkan toleransi nyeri.
Teknik relaksasi yang sederhana terdiri teknik tarik napas
dalam dengan frekuensi lambat dan berirama. Pasien biasanya
diminta untuk memejamkan matanya dan bernapas dengan
perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan
dengan menghidung setiap proses inhalasi dan ekshalasi.
Pada tahap pertama, teknik pernapasan dapat memperbaiki
relaksasi otot-otot abdomen sehungga dapat meningkatkan
ukuran rongga abdomen. Keadaan ini dapat mengurangi
gesekan dan rasa tidak nyaman antara rahim dan dinding
abdomen. Sedangkan pada tahap selanjutnya, yaitu tahap
kedua, teknik pernapasan dipakai untuk meningkatkan tekanan
abdomen sehingga dapat membantu pengeluaran janin. Keadaan
ini dipakai juga untuk merelaksasikan otot-otot pudendal untuk
mencegah pengeluaran dini kepala janin (Bobak, et. all, 1995).
Teknik lainnya dapat dilakukan dengan menciptakan
suasana yang nyaman untuk mendukung tahap relaksasi pasien
dengan nyeri persalinan. Teknik ini dapat dilakukan dengan
memberikan aromaterapi, misalnya lavender oil atau dengan
menciptakan lingkungan yang nyaman dengan mengurangi
intensitas cahaya yang menyilaukan atau mengatur suhu
ruangan yang nyaman.
b. Cutaneous stimulation
Stimulasi pada kutan memiliki berbagai macam teknik yang
dapat diaplikasikan. Adapun teknik-teknik tersebut adalah
teknik pijat dengan diri sendiri dan teknik pijat dengan orang
lain. Keduanya dipercaya dapat mengurangi rasa nyeri
padamasa persalinan.
1) Self-massage
Seorang ibu hamil dapat menggosok bagian perut, kaki,
serta punggungnya pada masa kehamilan dengan
gerakan effleurage untuk mengurangi

5
ketidaknyamanannya. Sacral pressure dapat diberikan
pada klien yang mengeluh nyeri punggung secara intens
terutama ketika fetus berada dalam posisi occiput
posterior. Melakukan counter pressure pada posisi
duduk, double hip squeeze dan deep back massage dapat
mengurangi beban kerja yang dirasakan punggung.

2) Massage by others
Perawat ataupun pasangannya dapat memijat punggung
ibu hamil, bahu, kaki, serta area-area yang terasa tidak
nyaman. Gerakan efflurage, yakni tindakan memukul-
mukul abdomen secara perlahan dan seirama dengan
pernapasan pada saat terjadi kontraksi dapat digunakan
untuk mengalihkan fokus ibu hamil pada nyeri akibat
kontraksi.

6
3) Thermal stimulation
Banyak wanita yang menyukai kehangatan pada bagian
punggung, abdomen dan perimenum pada masa
persalinan. Mandi air hangat, pada bath tub dapat
merelaksasi ibu hamil. Sedangkan, handuk basuh yang
dingin dapat juga membuat nyaman ibu hamil, terutama
saat mereka merasa kepanasan. Handuk basuh dingin
dapat diletakkan pada tempat-tempat yang ibu hamil
inginkan, seperti kepala, abdomen, dan bagian lainnya.
c. Stimulasi mental
Teknik ini merupakan teknik mempengaruhi pikiran seorang
ibu hamil dalam mengatasi stimulasi rasa nyerinya. Contoh dari
stimulasi mental ini adalah teknik imagery. Teknik ini meminta
klien untuk berimajenasi dalam membayangkan hal-hal
menyenangkan. Seorang perawat dapat membantu ibu hamil
untuk menciptakan imajenasi yang dapat membuatnya rileks
dan santai. Tindakan imagery ini pada umumnya memerlukan
suasana dan ruangan yang tenang, sehingga dapat membantu
ibu hamil berkonsentrasi. Teknik lainnya adalah focal point.
Kebanyakan ketika menggunakan terapi nonfarmakologi, ibu
hamil biasanya memilih untuk menutup matanya atau mereka

7
biasanya mau berkonsentrasi pada suatu hal saja. Gambar yang
dapat membawa perasaan rileks bisa saja menjadi alat yang
digunakan sebagai focal point yang dapat mengurangi rasa nyeri
dan membuat rileks ibu hamil.

d. Yoga
Yoga yang dirancang khusus untuk ibu hamil (prenatal yoga)
akan meningkatkan stamina dan kekuatan tubuh. Selain itu,
yoga juga dapat melenturkan tubuh sehingga nyeri sendi yang
sering dirasakan ibu hamil bisa berkurang. Teknik pernapasan
yang diajarkan dalam yoga, juga bisa membuat merasa relaks
dan fokus selama hamil.
e. Acupuncture dan acupressure
Acupuncture dilakukan dengan menggunakan titik-titik
khusus yang dapat mengurangi nyeri dan menambah efek dari
analgesik. Sedangkan, acupressure dilakukan dengan
menggunakan jari-jari untuk menekan titik-titik acupuncture.
Acupuncture mudah dilakukan selama persalinan dan tidak
membatasi mobilitas klien.
f. Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS)
TENS dilakukan untuk memblok transmisi stimulus nyeri ke
saraf pusat. Teknik ini dilakukan dengan pemasangan elektroda
di permukaan kulit, biasanya di punggung bagian bawah,
kemudian diberi voltase rendah sesuai dengan toleransi klien.
Pemasangan elektroda di abdomen bagian bawah dapat
mempengaruhi jantung janin.

Adapun teknik lain dari metode non farmakologi yang banyak


dipelajari di dalam kelas persiapan melahirkan meliputi hipnosis,
umpan balik biologis (biofeedback), dan sentuhan terapeutik (Bobak, et.
all, 1995).

2. Metode Farmakologi
Metode farmakologi untuk mengatasi nyeri pada masa
persalinan, biasanya memiliki pengaruh pada janin yang ada di
dalam rahim ibu hamil. Sehingga dalam pemberiannya perlu
mendapat perhatian khusus dari ibu hamil dan juga tenaga
kesehatan yang memberikan perawatan selama menangani nyeri
yang dirasakan ibu hamil semasa persalinan.Agen-agens
farmakologis untuk pengelolaan nyeri, antara lain (Perry, 2010):

8
a. Obat-obatan sistemik
Obat-obatan jenis ini mempunyai efek menyeluruh pada
sistem, karena biasanya obat-obatan ini didistribusikan ke
seluruh tubuh. Adapun yang tergolong jenis obat-obatan
sistemik adalah sebagai berikut:

1) Opoid analgesic
Jenis obat ini mengurangi persepsi rasa sakit tanpa
menyebabkan kehilangan kesadaran. Opoid analgesik yang
disuntikan menjadi tipe obat-obatan sistemik yang menjadi
pilihan pada masa persalinan. Beberapa contoh obat-obatan
yang termasuk ke dalam katagori opoid analgesik yang
sering digunakan adalah meperidine (Demerol), butorphanol
(Stadol), dan nalbuphine (Nubain). Efek samping dari
katagori obat opoid analgesik ini adalah adanya depresi
pernapasan yang biasanya muncul pada saat kelahiran
baru. Selain it, jenis obat ini biasanya hanya diberikan pada
dosis yang sedikit namun sering melalui rute intravena.
2) Opoid antagonis
Obat yang termasuk kategori opoid antagonis adalah
Naloxone (Narcan), dan Naltrexone (Trexan). Opoid antagonis
bermanfaat jika persalinan berlangsung lebih cepat dari yang
diperkirakan dan jika bayi diduga akan lahir saat efek
narkotika berada di puncak. Antagonis ini dapat diberikan
kepada ibu melalui selang infus atau melalui injeksi IM di
otot gluteus.
3) Sedatif
Jenis obat yang tergolong sedatif seperti barbiturat tidak
secara rutin diberikan karena dapat menyebabkan efek
depresan pada neonatus. Akan tetapi pemakaian pada dosis
kecil diberikan untuk mempromosikan istirahat yang cukup
pada wanita yang kelelahan semasa persalninan. Barbiturat
secara khusus berfungsi untuk menurunkan ansietas,
meningkatkan relaksasi, dan menginduksi rasa kantuk
hanya pada masa prodormal atau pada tahap awal
persalinan, dan jika tidak terdapat nyeri.
b. Anastesia dan Analgesia Blok Saraf
Berbagai senyawa obat digunakan dalam bidang obstetri
dapat menimbulkan efek analgesia regional (menghilangkan
nyeri ringan dan blok motorik) dan efek anastesia

9
(menghilangkan rasa nyeri dan blok motorik). Secara kimiawi,
sebagian besar obat ini berkaitan dengan kokain. Adapun jenis-
jenis obat yang termasuk dalam golongan ini adalah:
1) Anastesia infiltrasi local
Anastesi jenis ini pada jaringan perineum sering diberikan,
kika episiotomi akan dilakukan dan jika posisi kepala janin
tidak memungkinkan untuk pemberian blok pudendal. Efek
anastesia yang cepat dapat dicapai dengan menyuntikan
rata-rata 10-20 ml anastesi lokal berupa 1% lidokain atau
2% kloroprokain ke kulit dan kemudian secara subkutan ke
daerah yang akan di anastesi.
2) Blok pudendal
Ini bermanfaat pada persalinan kala II, pada episiotomi dan
pada kelahiran. Blok pudendal tidak menghilangkan nyeri
yang berasal dari kontraksi rahim, tetapi kerjanya dapat
menghilangkan nyeri pada klitoris, labia mayora, dan labia
minora, serta perineum. Blok saraf pudendal diberikan 10-
20 menit sebelum anastesi perineum diperlukan.
3) Anastesia subaraknoid (spinal)
Anestesi ini merupakan anastesi lokal yang disuntikan
melalui ruang antarlumbar ketiga, keempat, atau kelima ke
dalam ruang subaraknoid, yang merupakan tempat
bercampurnya obat dengan cairan serebrospinalis. Teknik
suntikan tunggal ini bermanfaat pada proses melahirkan,
tetapi tidak cukup untuk proses persalinan. Untuk
melahirkan pervaginam, larutan anastesi disuntikan pada
periode kala II persalinan, yakni ketika ekspulsi hampir
terjadi (kepala janin berada di perineum).
4) Blok epidural
Obat jenis ini menghilangkan nyeri akibat kontraksi rahim
dan proses melahirkan (vagina dan abdomen). Blok epidural
dapat diberikan dengan menyuntikan anastesi lokal yang
sesuai ke ruang epidural (peridural).
c. Anastesia Umum
Anastesia umum jarang menjadi indikasi kelahiran
pervaginam tanpa komplikasi. Anastesi ini mungkin diperlukan
jika ada kontraindikasi terhadap analgesi atau anastesi blok
saraf, ataupun jika adanya indikasi janin harus dilahirkan
(pervaginam atau per abdomen) dengan cepat. Dengan metode
ini, ibu menjadi tidak sadar dan terdapat bahawa depresi
pernapasan dan muntah diikuti aspirasi.

10
d. Analgesi Inhalasi
Inhalasi gas yang dilakukan ibu secara mandiri dapat
menolong terutama pada kala II persalinan. Ibu menghirup
anastesi inhalasi yang konsentrasinya subanestetik, seperti
metoksifluran (Penthane). Apabila obat ini diberikan dengan
tepat, wanita akan tetap sadar, tetapi rasa nyerinya jauh
mereda. Anastesi jenis ini dilakukan mandiri oleh ibu hamil
dalam bentuk kapsul dan masker yang diikatkan pada
pergelangan tangan. Tenaga kesehatan, seperti perawat/bidan
mengatur konsentrasi yang diinginkan dan ibu hamil dapat
menghirup obat ini selama terjadi kontraksi. Adapun tujuan dari
metode ini ialah menjaga ibu untuk tetap sadar selama
mengalami analgesi yang dalam dan ibu juga mengalami
amnesia (lupa) akan nyeri yang dirasakannya (Bobak, et. all,
1995).

Berikut ini tabel pengelolaan farmakologi nyeri pada persalinan, yang


meliputi jenis, cara kerja, cara pemberian, serta efek samping agen obat.

11
Menghilangkan nyeri pada klien yang akan bersalin merupakan hal
yang penting. Hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu apakah wanita
memenuhi harapan dirinya sendiri untuk mengatasi nyeri karena hal ini
mempengaruhi persepsinya tentang pengalaman melahirkan sebagai
“buruk” atau “baik”. Oleh karena itu, perawat/bidan perlu mengetahui cara
mengelola nyeri persalinan baik secara farmakologis maupun non-
farmakologis.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonymous.“NyeriPersalinan”.
http://www.scribd.com/doc/50145019/1/Nyeri-Persalinan.
(26 Feb. 2010, Pukul 13.18).
2. Benson., R. C., & Pernoll., M. L. (2009). Buku Saku Obstetrik dan
Ginekologi. EGC: Jakarta.
3. Bobak, I. M., Lowdermilk, D. L., & Jensen, M. D. (1995). Buku Ajar
Keperawatan Maternitas. Ed. ke-4. Jakarta: EGC.
4. Chapman., L., & Roberta., F. D. (2010). Maternal-Newborn Nursing:
The Critical Components of Nursing Care. Philadelphia: F. A Davis
Company.
5. Gondo, H. K. (2011). “Pendekatan Non Farmakologis untuk
Mengurangi Nyeri Saat Persalinan”. Dalam CDK 185/Vol.38
No.4/Mei-Juni 2011.
6. Gorrie., T. M., McKinney, E. S., & Murray., S. S. (1998). Foundations
of Maternal-Newborn Nursing. 2nd Ed. Philadelphia: W. B Saunders
Company.
7. Ladewig, P. W., Marcia., L. L., & Sally., B. O. (1998). Maternal-
Newborn Nursing Care: The Nurse, The Family, and the Community.
California: Addison Wesley Longman, Inc.
8. Martin., E. J. (2002). Intrapartum Management Modules: A Perinatal
Education Program. 3rd Ed. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.
9. Perry, S. E., Hockenberry, M. J., Lowdermilk, D. L., dan Wilson, D.
(2010). Maternal Child Nursing Care. 4th Ed. Vol. 1. Missouri: Mosby
Elsevier.
10. Wong., D. L., & Shannon., E. P. (1998). Maternal Child Nursing Care.
USA: Mosby Year Book. Inc.

13

Anda mungkin juga menyukai