Anda di halaman 1dari 113

PEDOMAN TATA NASKAH

UPTD PUSKESMAS IBOIH

PEMERINTAH KOTA KOTA SABANG


DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA
UPTD PUSKESMAS IBOIH
KOTA SABANG

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan hidayatNya, sehingga penyusunan buku Pedoman Tata
Naskah UPTD Puskesmas Iboih dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam proses penyusunan dokumen akreditasi diperlukan acuan
tata naskah sehingga format yang dihasilkan seragam, sehingga perlu
dibuat buku Pedoman Tata Naskah UPTD Puskesmas Iboih yang akan
dijadikan sebagai acuan dan panduan dalam pembuatan dokumen-
dokumen dalam kegiatan puskesmas.
Dengan tersusunnya buku Pedoman Tata Naskah UPTD Puskesmas
Iboih, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyususnan
buku ini.
Kami sadari buku ini belum sempurna, oleh karenanya masukan
dan saran perbaikan sangakami harapkan guna penyempurnaannya.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat dan hidayah
Nya kepada kita semua.

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................... 1

Daftar Isi ............................................................................................... 2

Bab I Pendahuluan ................................................................................ 3

Bab II Dokumentasi Akreditasi Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan

Tingkat Pertama .................................................................................... 6

Bab III Penyusunan Dokumen Akreditasi ............................................... 8

A. Kebijakan ......................................................................................... 8

B. Manual Mutu ................................................................................... 15

C. Rencana Lima Tahunan Puskesmas ................................................. 16

D. Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Tahunan .............................. 20

E. Pedoman/ Panduan ......................................................................... 24

F. Penyusunan kerangka acuan program/kegiatan .............................. 26


G. Standar Operasional Prosedur (SOP) ................................................ 30

Bab IV Pengendalian Dokumen dan Rekaman UPTD Puskesmas Iboih ... 45

A. Tujuan Proses .................................................................................. 45


B. Tanggung Jawab dan Wewenang ...................................................... 45
C. Uraian Umum .................................................................................. 51
D. Kebijakan ......................................................................................... 44

BAB V Penutup ...................................................................................... 46

2
BAB I
PENDAHULUAN

Akreditasi Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama


merupakan upaya peningkatan mutu dan kinerja pelayanan yang
dilakukan melalui membangun sistem manajemen mutu,
penyelenggaraan Upaya Kesehatan, dan sistem pelayanan klinis untuk
memenuhi standar akreditasi yang ditetapkan dan peraturan
perundangan serta pedoman yang berlaku.
Untuk membangun dan membakukan sistem manajemen mutu,
sistem pelayanan, perlu disusun pengaturan-pengaturan (regulasi)
internal yang menjadi dasar dalam pelaksanaan upaya kesehatan di
Puskesmas, baik upaya kesehatan masyarakat maupun upaya kesehatan
perorangan. Regulasi internal tersebut berupa Kebijakan, Pedoman,
Standar Operasional Prosedur (SOP) dan dokumen lain disusun
berdasarkan peraturan perundangan dan pedoman-pedoman eksternal
yang berlaku. Untuk memudahkan dalam mempersiapkan regulasi
internal tersbut, maka perlu disusun pedoman penyusunan dokumen
akreditasi Puskesmas.
Pedoman ini disusun dengan tujuan sebagai berikut
1. Tersedianya pedoman bagi Kepala Puskesmas/Fasiltas Kesehatan
Tingkat Pertama, penanggung jawab dan pelaksana Upaya
Kesehatan di Puskesmas, dan tim mutu dalam menyusun dokumen-
dokumen yang dipersyaratkan dalam standar akreditasi,
2. Tersedianya Pedoman bagi pendamping akreditasi di Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota untuk melakukan pendamping pada
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama,
3. Tersedianya pedoman bagi surveyor dalam melakukan penilaian
akreditasi Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
lainnya,
4. Tersedianya pedoman penyusunan dokumen untuk pelatihan
akreditasi Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama lainnya.

3
Pedoman ini disusun untuk dapat digunakan sebagai pedoman
penyusunan dokumen bagi Kepala Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama lainnya, Penanggung jawab dan pelaksana Upaya
Kesehatan di Puskesmas, baik upaya kesehatan masyarakat maupun
upaya kesehatan perorangan, pendamping tingkat Kabupaten/Kota, dan
surveior akreditasi Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
lainnya.
Pedoman ini disusun sebagai bahan bagi FKTP untuk menyusun
kelengkapan pedoman tata naskah terkait dengan dokumen-dokumen
yang dipersyaratkan oleh standar akreditasi. Dalam pedoman tata naskah
perlu dimasukkan bagaimana penyusunan kebijakan, standar prosedur
operasional, dengan tata penomorannya.

4
BAB II
DOKUMENTASI AKREDITASI PUSKESMAS DAN FASILITAS
KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

Sistem manajemen mutu, sistem pelayanan, dan sistem


penyelenggaraan upaya Puskesmas/Klinik perlu dibakukan berdasarkan
regulasi internal. Regulasi internal ini disusun dalam bentuk dokumen
akreditasi yang harus dipersiapkan oleh Puskesmas/Klinik/Praktik
mandiri untuk memenuhi standar akreditasi.
Penyusunan regulasi internal, perlu didukung regulasi eksternal
yang berupa peraturan perundangan dan pedoman-pedoman yang
diberlakukan oleh Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi,
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan organisasi profesi, yang
merupakan acuan bagi Puskesmas dalam menyelenggarakan manajemen
Puskesmas, upaya kesehatan masyarakat, dan upaya kesehatan
perorangan. Dokumen-dokumen tersebut sebaiknya ada di
Puskesmas/Klinik, dan merupakan dokumen eksternal yang
dikendalikan, meskipun dokumen eksternal tersebut tidak merupakan
persyaratan dalam penilaian akreditasi.
Dokumen-dokumen yang perlu dipersiapkan di Puskesmas dapat
dibedakan sebagai berikut :
A. Penyelenggaraan manajemen Puskesmas:
1. Kebijakan Kepala Puskesmas/Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama,
2. Rencana Lima Tahunan Puskesmas
3. Pedoman/manual mutu,
4. Pedoman/panduan tehnis yang terkait dengan manajemen
5. Standar Operasional Prosedur (SOP)
6. Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP): Rencana Usulan
Kegiatan (RUK) dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
7. Kerangka Acuan Kegiatan

B. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat Puskesmas:


1. Kebijakan Kepala Puskesmas,
2. Pedoman untuk masing-masing upaya kesehatan masyarakat,

5
3. Standar Operasional Prosedur (SOP),
4. Rencana Tahunan untuk masing-masing UKM,
5. Kerangka Acuan Kegiatan pada tiap-tiap UKM,
C. Penyelenggaraan pelayanan klinis/upaya kesehatan perorangan
1. Kebijakan tentang pelayanan klinis,
2. Standar Operasional Prosedur (SOP) klinis,
3. Pedoman Pelayanan Klinis,
4. Kerangka Acuan terkait dengan Program/Kegiatan Pelayanan
Klinis dan Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien

Dokumen-dokumen yang perlu dipersiapkan oleh Fasilitas


Kesehatan Tingkat Pertama lainnya, seperti klinik pratama dan praktik
dokter/dokter gigi mandiri, antara lain adalah:
1. Rencana strategik/rencana lima tahunan
2. Rencana tahunan
3. Kebijakan Kepala Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
4. Pedoman/panduan mutu
5. Standar Operasional Prosedur (SOP)
6. Panduan-panduan teknis
7. Kerangka Acuan Kegiatan

Sebagai bukti pelaksanaan kegiatan dan pelayanan, Puskesmas dan


Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama perlu menyiapkan rekam
implementasi (bukti tertulis kegiatan yang dilaksanakan) dan dokumen-
dokumen pendukung lain, seperti foto copy ijazah, sertifikat pelatihan,
sertifikat kalibrasi, dan sebagainya.

6
BAB III
PENYUSUNAN DOKUMEN AKREDITASI

A. KEBIJAKAN
Kebijakan adalah Peraturan/Keputusan yang ditetapkan oleh Kepala
FKTP yang merupakan garis besar yang bersifat mengikat dan wajib
dilaksanakan oleh: penanggung jawab maupun pelaksana. Berdasarkan
kebijakan tersebut, disusun pedoman/panduan dan Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang memberikan kejelasan langkah-langkah dalam
pelaksanaan kegiatan di Puskesmas/Klinik/Praktik Mandiri.
Penyusunan Peraturan/Surat Keputusan tersebut harus didasarkan
pada peraturan perundangan, baik Undang-undang, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah, Peraturan Kepala
Daerah, Peraturan Menteri dan pedoman-pedoman teknis yang berlaku
seperti yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam
Negeri, Dinas Kesehatan Provinsi, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Aturan penulisan kebijakan adalah sebagai berikut
1. Kertas ukuran F4 (HVS)
2. Jenis huruf Bookman Old Style
3. Ukuran huruf 12
4. Spasi 1.5
5. Batas kertas:
a. Batas kanan : 2 cm
b. Batas kiri : 2 cm
c. Batas atas : 2,5 cm
d. Batas bawah : 3,5 cm

Format Peraturan/surat keputusan dapat disusun sebagai berikut:


1. Pembukaan:
a. Judul : Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Iboih
b. No. Dokumen: diisi dengan nomor urut SK : [XX] Tahun [YYYY],
penomoran SK dibuat oleh sekretariat umum akreditasi
puskesmas
XX : nomor urut dokumen
YYYY : tahun terbit

7
c. Jabatan pembuat keputusan ditulis simetris, diletakkan di
tengah margin serta ditulis dengan huruf kapital,
d. Konsideran, meliputi:
1) Menimbang: memuat uraian singkat tentang pokok-pokok
pikiran yang menjadi latar belakang dan alasan pembuatan
keputusan. Huruf awal kata menimbang ditulis dengan
huruf capital diakhiri dengan tanda baca titik dua ( : ), dan
diletakkan di bagian kiri, konsideran menimbang diawali
dengan penomoran menggunakan huruf kecil abjad dan
dimulai dengan kata bahwa dengan “b” huruf kecil;
2) Mengingat: memuat dasar kewenangan dan peraturan
perundangan yang memerintahkan pembuat keputusan
tersebut. Perturan perundangnan yang menjadi dasar
hukum adalah peraturan yang tingkatannya sederajat atau
lebih tinggi. Konsideran ini diletakkan di bagian kiri tegak
lurus dengan kata menimbang. Konsideran yang berupa
peraturan perundangan diurutkan sesuai dengan hirarki
tata perundangan diawali dengan nomor dengan huruf
angka 1, 2, dst.
2. Diktum:
a. Diktum “MEMUTUSKAN” ditulis simetris di tengah, seluruhnya
dengan huruf capital, serta diletakkan di tengah margin;
b. Diktum Menetapkan dicantumkan setelah kata memutuskan
disejajarkan ke bawah dengan kata Menimbang dan Mengingat,
huruf awal kata menetapkan ditulis dengan huruf capital, dan
diakhiri dengan tanda baca titik dua ( ; )
c. Nama keputusan sesuai dengan judul (kepala), seluruhnya
ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca
titik ( . )
3. Batang Tubuh.
a. Batang tubuh memuat semua substansi keputusan yang
dirumuskan dalam diktum-diktum, misalnya:
KESATU :
KEDUA :
dst

8
b. Dicantumkan saat berlakunya peraturan/keputusan,
perubahan, pembatalan, pencabutan ketentuan, dan peraturan
lainnya, dan
c. Materi kebijakan dapat dibuat sebagai lampiran
peraturan/keputusan, dan pada halaman terakhir
ditandatangani oleh pejabat yang menetapkan
peraturan/keputusan.
d. Kaki:
Kaki peraturan/keputusan merupakan bagian akhir substansi
peraturan/keputusan yang memuat penanda tangan penerapan
peraturan/keputusan, pengundangan peraturan/keputusan
yang teridiri atas tempat dan tanggal penetapan, nama jabatan,
tanda tangan pejabat, dan nama lengkap pejabat yang menanda
tangani.
e. Penandatanganan:
Peraturan/Keputusan Kepala FKTP ditandatangani oleh Kepala
FKTP, dituliskan nama tanpa gelar.
f. Lampiran peraturan/keputusan:
1) Halaman pertama harus dicantumkan judul dan nomor
peraturan/keputusan

KOP Surat UPTD Puskesmas Iboih sesuai dengan Tata


Naskah Dinas Di Lingkungan Pemerintah Kota Sabang
Nomor kebijakan
sesuai dengan sistem KEPUTUSAN
penomoran Surat
KEPALA UPTD PUSKESMAS IBOIH Judul (kepala)
Keputusan di UPTD
Puskesmas Iboih NOMOR : XX TAHUN YYYY Font: Bookman Old Style
TENTANG 12 pt
Spasi 1
..................................................... Keseluruhan huruf
1 spasi kapital.
KEPALA UPTD PUSKESMAS IBOIH Rata tengah (center).

1 spasi
9
Menimbang : a. bahwa dalam ................. ......... .................
............... ............... ............ ......... ..........
............................ ;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan yang dimaksud
pada huruf a perlu ditetapkan Keputusan Kepala
UPTD Puskesmas Iboih Tentang
Before =6 .............................................;
Spacing
After =6

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25


Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun
2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun
2014 Tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan
Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi;

Konsideran
Font:
Bookman Old Style12 pt
Spasi 1
Spacing : before : 6 dan after : 6
Rata Kanan-Kiri (Justify).
Menimbang :
 Huruf awal kata menimbang ditulis dengan huruf kapital diakhiri dengan tanda
baca titik koma ( ; )
 dan diletakkan di bagian kiri
 Konsideran menimbang diawali dengan penomoran menggunakan huruf kecil
abjad a, b, dst.
 Dimulai dengan kata “bahwa dengan” huruf kecil.
Mengingat :
 Diletakkan di bagian kiri tegak lurus dengan kata menimbang
 Konsideran yang berupa peraturan perundangan diurutkan sesuai dengan hierarki
tata perundangan diawali dengan nomor dengan huruf angka 1, 2, dst.

Diktum “Memutuskan”
Font : Bookman Old Style12 pt
Spasi 1
Keseluruhan huruf kapital.
Rata tengah (center).
Nama keputusan sesuai dengan judul (kepala), seluruhnya ditulis dengan huruf capital dan diakhiri
dengan tanda baca titik ( . ).

10
Diktum MEMUTUSKAN
Menetapkan
Font : Bookman Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS
Batang tubuh diktum
Old Style 12 pt
IBOIH TENTANG .................................... .
Spasi 1
Dicantumkan
setelah kata KESATU : ……………………………..dalam Lampiran
“memutuskan” merupakan bagian yang tidak terpisahkan
disejajarkan ke dari Surat Keputusan ini .
bawah dengan
kata menimbang
dan mengingat. KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal
Isi diktum ditetapkan dengan ketentuan apabila
“menetapkan” dikemudian hari terdapat kekeliruan akan
ditulis dengan
huruf kapital diadakan perbaikan atau perubahan
secara sebagaimana mestinya .
keseluruhan dan Dst
diakhiri dengan
tandan baca titik (
.);

Batang Tubuh 2 spasi


Diktum 1 spasi
Font : Bookman
Old Style 12 pt
Spasi 1 Ditetapkan di : Iboih
Huruf awal kata Pada tanggal : XX Bulan 2018
menetapkan
ditulis dengan 1 spasi
huruf capital, dan
diakhiri dengan KEPALA UPTD PUSKESMAS IBOIH,
tanda baca titik ( .
);
4 X Enter

HASBALLAH.

Penandatanganan
Font : Bookman Old Style 12 pt
Spasi 1
Diletakkan di bagian kanan.
Tulisan “ditetapkan” dan tanggal ditulis
dengan diawali huruf kapital.
Penandatangan ditulis dengan
keseluruhan huruf kapital.

Nama Kepala Puskesmas


Semua huruf kapital
Font : Bookman Old Style 12 pt
Spasi 1
Setiap kata diawali dengan huruf
kapital.

11
Lampiran LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA UPTD
Font: Bookman Old Style
12 pt PUSKESMAS IBOIH
Spasi 1.5 NOMOR : XX TAHUN 2018
Keseluruhan huruf
kapital. TENTANG : .......................
Diletakkan di bagian
kanan. TANGGAL 10 JANUARI
Judul, nomor, dan
perihal lampiran harus 2018
sesuai dengan judul
(kepala).

Judul 2 spasi

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Donec elit magna,
pretium ac risus id, luctus placerat turpis. Donec vitae ornare dolor, eu
semper eros. Curabitur finibus volutpat tempus. Donec in mi sem. Proin
pellentesque ultricies nibh, id commodo nulla tempus a. Proin dapibus
porttitor convallis. Maecenas fringilla sodales ex sit amet pulvinar. Nulla
facilisi. Nam pulvinar et nunc quis gravida. Sed vitae libero ut diam luctus
fringilla.
Isi Lampiran
dst Font:
Bookman Old Style 12 pt
12 pt
Spasi 1,5
Format isi disesuaikan
dengan kebutuhan.

Penandatanganan KEPALA UPTD PUSKESMAS IBOIH,


Font:
Bookman Old Style 12 pt
Penandatangan ditulis dengan 4 X Enter
keseluruhan huruf kapital.
Diletakkan di bagian kanan.
Nama ditulis setiap kata diawali HASBALLAH.
dengan huruf kapital.

12
B. MANUAL MUTU,
Manual Mutu adalah: dokumen yang memberi informasi yang
konsisten ke dalam maupun ke luar tentang sistem manajemen
mutu. Manual mutu disusun, ditetapkan, dan dipelihara oleh
organisasi, yang meliputi:
1. Pendahuluan
a) Latar belakang
1) Profil organisasi
2) Kebijakan mutu
3) Proses pelayanan (proses bisnis)
b) Ruang lingkup
c) Tujuan
d) Landasan hukum dan acuan
e) Istilah dan definisi
2. Sistem Manajemen Mutu dan Sistem Penyelenggaraan
Pelayanan:
a) Persyaratan umum
b) Pengendalian dokumen
c) Pengendalian rekaman
3. Tanggung Jawab Manajemen
a) Komitmen manajemen
b) Fokus pada sasaran/pasien
c) Kebijakan mutu
d) Perencanaan sistem manajemen mutu dan pencapaian
sasaran kinerja/mutu
e) Tanggung jawab, wewenang dan komunikasi
f) Wakil manajemen mutu/penanggung jawab manajemen
mutu
g) Komunikasi internal
4. Tinjauan Manajemen:
a) Umum
b) Masukan tinjauan manajemen
c) Luaran tinjauan
5. Manajemen sumber daya:
a) Penyediaan sumber daya

13
b) Manajemen sumber daya manusia
c) Infrastruktur
d) Lingkungan kerja
6. Penyelenggaraan pelayanan:
a) Upaya kesehatan masyarakat
b) Pelayanan klinis (Upaya kesehatan perorangan)
7. Penutup

Lampiran (jika ada)

Aturan penulisan manual mutu adalah sebagai berikut


1. Kertas ukuran F4
2. Jenis huruf Bookman Old Style
3. Ukuran huruf 12
4. Spasi 1,5
5. Batas kertas:
a. Batas kanan : 2,5 cm
b. Batas kiri : 3 cm
c. Batas atas : 2,5 cm
d. Batas bawah : 2,5 cm

C. RENCANA LIMA TAHUNAN PUSKESMAS


1. Pendahuluan
Sejalan dengan rencana stratejik Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Puskesmas perlu menyusun rencana kinerja
lima tahunan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
sesuai dengan target kinerja yang ditetapkan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
Rencana lima tahunan tersebut harus sesuai dengan visi,
misi, tugas pokok dan fungsi Puskesmas bedasarkan pada
analisis kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
sebagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat secara optimal.
Dalam menyusun rencana lima tahunan, Kepala
Puskesmas bersama seluruh jajaran karyawan yang bertugas di

14
Puskesmas melakukan analisis situasi yang meliputi analisis
pencapaian kinerja, mencari factor-faktor yang menjadi
pendorong maupun penghambat kinerja, sehingga dapat
menyusun program kerja lima tahunan yang dijabatkan dalam
kegiatan dan rencana anggaran.
2. Sistematika Rencana Kinerja Lima Tahunan Puskesmas
Sistematika Rencana kinerja lima tahunan Puskesmas
dapat disusun dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan
A. Keadaan Umum Puskesmas
B. Tujuan penyusunan rencana lima tahunan
C. Indikator dan standar kinerja untuk tiap jenis pelayanan
dan upaya Puskesmas
Bab II. Analisis Kinerja
A. Pencapaian Kinerja untuk tiap jenis pelayanan dan upaya
Puskesmas
B. Analisis Kinerja: menganalisis factor pendukung dan
penghambat pencapaian kinerja
Bab III. Rencana Pencapaian Kinerja Lima Tahun
A. Program Kerja dan kegiatan: berisi program-program kerja
yang akan dilakukan yang meliputi antara lain:
1. Program Kerja Pengembangan SDM, yang dijabarkan
dalam kegiatan-kegiatan, misalnya: pelatihan,
pengusulan penambahan SDM, seminar, workshop,
dsb
2. Program Kerja Pengembangan sarana, yang dijabarkan
dalam kegiatan-kegiatan, misalnya: pemeliharaan
sarana, pengadaan alat-alat kesehatan, dsb
3. Program Kerja Pengembangan Manajemen, dan
seterusnya.
B. Rencana anggaran: yang merupakan rencana biaya untuk
tiap-tiap program kerja dan kegiatan-kegiatan yang
direncanakan secara garis besar

15
Bab IV. Penutup
Lampiran : matriks rencana kinerja lima tahunan Puskesmas/
Klinik
3. Langkah-langkah Penyusunan Rencana Kinerja Lima Tahunan
Puskesmas/ Klinik:
Adapun tahapan penyusunan rencana lima tahunan
Puskesmas/ Klinik adalah sebagai berikut:
a. Membentuk tim penyusunan rencana kinerja lima tahun
yang terdiri dari Kepala Puskesmas bersama dengan
penanggung jawab upaya Puskesmas dan Pelayanan Klinis.
b. Tim mempelajari rencana stratejik Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, target kinerja lima tahunan yang harus
dicapai oleh Puskesmas
c. Tim mengumpulkan data pencapaian kinerja
d. Tim melakukan analisis kinerja
e. Tim menyusun pentahapan pencapaian indikator kinerja
untuk tiap upaya Puskesmas dengan penjabaran
pencapaian untuk tiap tahun
f. Tim menyusun program kerja dan kegiatan yang akan
dilakukan untuk mencapai target pada tiap-tiap indicator
kinerja
g. Tim menyusun dokumen rencana kinerja lima tahunan
untuk disahkan oleh Kepala Puskesmas
h. Sosialisasi rencana pada seluruh jajaran puskesmas
4. Matriks Rencana Kinerja Lima Tahunan
Panduan dalam mengisi matriks rencana kinerja lima
tahunan:
a. Nomor : diisi dengan nomor urut
b. Pelayanan/Upaya Puskesmas: diisi dengan Pelayanan
Klinis (Upaya Kesehatan Perseorangan), dan Upaya
Kesehatan Masyarakat yang dilaksanakan di Puskesmas
tersebut, misalnya Upaya KIA, Upaya KB, Upaya PKM, dan
seterusnya,
c. Indikator: diisi dengan indikator-indikator yang menjadi
tolok ukur kinerja Upaya/Pelayanan

16
d. Standar : diisi dengan standar kinerja untuk tiap indicator
e. Pencapaian : diisi dengan pencapaian kinerja tahun
terakhir
f. Target pencapaian: diisi dengan target-target yang akan
dicapai pada tiap tahap tahunan
g. Program Kerja : diisi dengan Program Kerja yang akan
dilakukan untuk mencapai target pada tiap tahun
berdasarkan hasil analisis kinerja, misalnya program kerja
pengembangan SDM, program kerja peningkatan mutu,
program kerja pengembangan SDM, program kerja
pengembangan sarana, dsb
h. Kegiatan: merupakan rincian kegiatan untuk tiap program
yang direncanakan, misalnya untuk program
pengembangan SDM, kegiatan Pelatihan Perawat, Pelatihan
Tenaga PKM, dan sebagainya.
i. Volume : diisi dengan volume kegiatan yang direncanakan
untuk tiap tahapan tahunan
j. Harga Satuan: harga satuan untuk tiap kegiatan,
k. Perkiraan Biaya : diisi dengan perkalian antara volume
dengan harga satuan.

5. Penutup.
Panduan ini disusun dengan harapan akan membantu
Kepala Puskesmas dalam menyusun rencana kinerja lima
tahunan, yang kemudian diuraikan dalam rencana tahunan
dalam bentuk Rencana Usulan Kegiatan dan Rencana
Pencapaian Kegiatan.
Lampiran:
Lampiran 1. Matriks Rencana Kinerja Lima Tahunan Puskesmas

Aturan penulisan rencana lima tahunan puskesmas adalah sebagai


berikut
1. Kertas ukuran F4
2. Jenis huruf Bookman Old Style
3. Ukuran huruf 12

17
4. Spasi 1,5
5. Batas kertas:
a. Batas kanan : 2,5 cm
b. Batas kiri : 3 cm
c. Batas atas : 2,5 cm
d. Batas bawah : 2,5 cm

D. PERENCANAAN TINGKAT PUSKESMAS (PTP) TAHUNAN


Perencanaan adalah: suatu proses kegiatan secara urut yang
harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan memanfaatkan
sumberdaya yang tersedia secara berhasil guna dan berdaya guna.
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) diartikan sebagai proses
penyusunan rencana kegiatan Puskesmas pada tahun yang akan
datang, dilakukan secara sistematis untuk mengatasi masalah atau
sebagian masalah kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya.
Perencanaan Puskesmas mencakup semua kegiatan upaya
Puskesmas yang dilakukan di Puskesmas baik wajib, pengembangan
maupun upaya khusus spesifik wilayah/ Puskesmas sebagai
rencana Tahunan Puskesmas yang dibiayai oleh pemerintah, baik
pemerintah pusat maupun daerah serta sumber dana lainnya.
1. Mekanisme Perencanan Tingkat Puskesmas.
Langkah pertama dalam mekanisme Perencanaan Tingkat
Puskesmas (PTP) adalah: menyusun usulan kegiatan yang
meliputi usulan mencakup semua kegiatan semua upaya
Puskesmas, maupun upaya khusus spesifik wilayah/
Puskesmas.
Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
memperhatikan berbagai kebijakan yang berlaku, baik secara
global, nasional maupun daerah sesuai dengan hasil kajian data
dan informasi yang tersedia di Puskesmas. Puskesmas perlu
mempertimbangkan masukan dari masyarakat melalui kajian
maupun asupan dari lintas sektoral Puskesmas. Rencana
Usulan Kegiatan harus dilengkapi usulan pembiayaan untuk
kebutuhan rutin, sarana, prasarana dan operasional

18
Puskesmas. RUK yang disusun merupakan RUK tahun
mendatang (H+1). RUK dibahas di Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota selanjutnya terangkum dalam usulan Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota akan diajukan ke DPRK untuk memperoleh
persetujuan pembiayaan dan dukungan politis. Secara rinci
RUK dijabarkan kedalam rencana pelaksanaan kegiatan (RPK).
Setelah menapatkan persetujuan, selanjutnya diserahkan
ke Puskesmas melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota maka
disusun secara rinci rencana pelaksanaan kegiatan dengan
menyesesuaikan anggaran yang telah turun.
2. Tahap penyusunan RUK.
a. Tahap persiapan.
Tahap ini mempersiapkan staf Puskesmas yang terlibat
dalam proses penyusunan RUK agar memperoleh
kesamaan pandangan dan pengetahuan untuk
melaksanakan tahap- tahap perencanaan.
b. Tahap analisis situasi.
Tahap ini dimkasudkan untuk memperoleh informasi
mengenai keadaan dan permasalahan yang dihadapi
Puskesmas melalui proses analisis terhadap data yang
dikumpulkan tim yang telah ditunjuk oleh Kepala
Puskesmas. Data-data tersebut mencakup data umum,
data khusun (hasil penilaian kinerja Puskesmas.
3. Tahap penyusunan RUK.
Penyusunan RUK memperhatikan hal-hal untuk
mempertahankan kegiatan yang sudah dicapai pada periode
sebelmnya dan memperhatikan program/ upaya yang masih
bermasalah, menyusun rencana kegiatan baru yang disesuaikan
dengan kondisi kesehatan diwilayan tersebut dan kemampuan
Puskesmas.
Penyusunan RUK terdiri dua tahap, yaitu:
a. Analisis Masalah dan Kebutuhan Masyarakat.
Analisis masalah dan kebutuhan masyarakat dilakukan
melalui kesepakatan tim penyusun dan lintas sektoral
Puskesmas melalui:

19
1) Identifikasi masalah dan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan, melalui analisis kesehatan
masyarakat (community health analysis)
2) Menetapkan urutan prioritas masalah,
3) Merumuskan masalah,
4) Mencari akar penyebab, dapat mepergunakan diagram
sebab akibat, pohon masalah, curah pendapat, dan
alat lain yang dapat digunakan.
b. Penyusunan RUK
Penyusunan RUK meliputi upaya kesehatan upaya wajib,
pengembangan dan upaya khusus setempat yang meliputi:
1) Kegiatan tahun yang akan datang,
2) Kebutuhan sumber daya,
3) Rekapitulasi rencana usulan kegiatan.
4. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Rencana Pelaksanaan Kegiatan baik upaya kesehatan
wajib, pengembangan maupun khusus setempat dan rencana
inovasi secara bersama-sama, terpadu dan terintegrasi, dengan
langkah-langkah:
a. Mempelajarai alokasi kegiatan,
b. Membandingkan alokasi kegiatan yang disutujui dengan
RUK,
c. Menyusun rancangan awal secara rinci,
d. Mengadakan lokakarya mini,
e. Membuat Rencana Pelaksanaan Kegiatan.
Proses penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas
dengan menggunakan format- format sesuai dengan Pedomanan
Perencanaan Tingkat Puskesmas yang dikeluarkan Kementrian
Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat,
tahun 2006.
Aturan penulisan perencanaan tingkat puskesmas
(PTP) tahunan adalah sebagai berikut
1. Kertas ukuran F4
2. Jenis huruf Bookman Old Style
3. Ukuran huruf 12

20
4. Spasi 1,5
5. Batas kertas:
a. Batas kanan : 2,5 cm
b. Batas kiri : 3 cm
c. Batas atas : 2,5 cm
d. Batas bawah : 2,5 cm

E. PEDOMAN/ PANDUAN
Pedoman/ panduan adalah: kumpulan ketentuan dasar yang
memberi arah langkah-langkah yang harus dilakukan. Pedoman
merupakan dasar untuk menentukan dan melaksanakan kegiatan.
Panduan adalah petunjuk dalam melakukan kegiatan, sehingga
dapat diartikan pedoman mengatur beberapa hal, sedangkan
panduan hanya mengatur 1 (satu) kegiatan. Pedoman/ panduan
dapat diterapkan dengan baik dan benar melalui penerapan SOP.
Mengingat sangat bervariasinya bentuk dan isi
pedoman/panduan maka Puskesmenyusun/membuat sistematika
buku pedoman/ panduan sesuai kebutuhan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dokumen pedoman
atau panduan yaitu :
1. Setiap pedoman atau panduan harus dilengkapi dengan
peraturan atau keputusan Kepala Puskesmas untuk
pemberlakuan pedoman/ panduan tersebut.
2. Peraturan Kepala Puskesmas tetap berlaku meskipun terjadi
penggantian Kepala Puskesmas.
3. Setiap pedoman/ panduan sebaiknya dilakukan evaluasi
minimal setiap 2-3 tahun sekali.
4. Bila Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Pedoman/
Panduan untuk suatu kegiatan/ pelayanan tertentu, maka
Puskesmasdalam membuat pedoman/ panduan wajib mengacu
pada pedoman/ panduan yang diterbitkan oleh Kementerian
Kesehatan.
5. Format baku sistematika pedoman panduan yang lazim
digunakan sebagai berikut :

21
a. Format Pedoman Pengorganisasian Unit Kerja
BAB I Pendahuluan
BAB II Gambaran Umum Puskesmas
BAB III Visi, Misi, Falsafah, Nilai dan Tujuan Puskesmas
BAB IV Struktur Organisasi Puskesmas
BAB V Struktur Organisasi Unit Kerja
BAB VI Uraian Jabatan
BAB VII Tata Hubungan Kerja
BAB VIII Pola Ketenagaan dan Kualifikasi Personil
BAB IX Kegiatan Orientasi
BAB X Pertemuan/ Rapat
BAB XI Pelaporan
1. Laporan Harian
2. Laporan Bulanan
3. Laporan Tahunan

b. Format Pedoman Pelayanan Unit Kerja


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
C. Ruang Lingkup Pelayanan
D. Batasan Operasional
E. Landasan Hukum
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
B. Distribusi Ketenagaan
C. Jadwal Kegiatan, termasuk Pengaturan Jaga (Rawat
Inap)
BAB III STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN
BAB V LOGISTIK
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
BAB VII KESELAMATAN KERJA

22
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU
BAB IX PENUTUP
c. Format Panduan Pelayanan Puskesmas
BAB I DEFINISI
BAB II RUANG LINGKUP
BAB III TATALAKSANA
BAB IV DOKUMENTASI
Sistematika panduan pelayanan Puskesmas dapat dibuat sesuai
dengan materi/isi panduan. Pedoman/panduan yang harus dibuat
adalah pedoman/panduan minimal yang harus ada di Puskesmas
yang dipersyaratkan sebagai regulasi yang diminta dalam elemen
penilaian.
Bagi Puskesmas yang telah menggunakan e-file tetap harus
mempunyai hardcopy pedoman/panduan yang dikelola oleh tim
akreditasi Puskesmas atau bagian Tata Usaha Puskesmas.
Aturan penulisan panduan adalah sebagai berikut
1. Kertas ukuran F4
2. Jenis huruf Bookman Old Style
3. Ukuran huruf 12
4. Spasi 1.5
5. Batas kertas:
a. Batas kanan : 2,5 cm
b. Batas kiri : 3 cm
c. Batas atas : 2,5 cm
d. Batas bawah : 2,5 cm

F. PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN PROGRAM/KEGIATAN


Kerangka acuan disusun untuk program atau kegiatan yang akan
dilakukan oeh Puskesmas, misalnya : program pengembangan SDM,
program peningkatan mutu Puskesmas dan Keselamatan Pasien, Program
pencegahan bencana, Program pencegahan kebakaran, Program
Imunisasi, dsb. Dalam menyusun kerangka acuan harus jelas tujuan
dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan.
Tujuan dibedakan atas tujuan umum yang merupakan tujuan secara
garis besar dari keseluruhan program/kegiatan, dan tujuan khusus yang

23
merupakan tujuan dari tiap-tiap kegiatan yang akan dilakukan. Dalam
kerangka acuan harus dijelaskan bagaimana cara melaksanakan kegiatan
agar tujuan tercapai, dengan penJadwalan yang jelas, dan evaluasi serta
pelaporan.
1. Sistematika/ Format Kerangka Acuan Program/Kegiatan
Sistematika atau format kerangka acuan Program/Kegiatan
adalah sebagai berikut :
a. Pendahuluan
b. Latar belakang
c. Tujuan umum dan tujuan khusus
d. Kegiatan pokok dan rincian kegiatan
e. Cara melaksanakan kegiatan
f. Sasaran
g. Jadwal pelaksanaan kegiatan
h. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan
i. Pencatatan, Pelaporan dan evaluasi kegiatan
Jika diperlukan, dapat ditambahkan butir-butir lain sesuai
kebutuhan, tetapi tidak diperbolehkan mengurangi, misalnya
rencana pembiayaan dan anggaran.

Petunjuk Penulisan
a. Pendahuluan
Yang ditulis dalam pendahuluan adalah hal-hal yang bersifat
umum yang masih terkait dengan upaya/ kegiatan
b. Latar belakang
Latar belakang adalah merupakan justifikasi atau alasan
mengapa program tersebut disusun. Sebaiknya dilengkapi
dengan data-data sehingga alasan diperlukan program tersebut
dapat lebih kuat.
c. Tujuan umum dan tujuan khusus
Tujuan ini adalah merupakan tujuan Program/kegiatan. Tujuan
umum adalah tujuan secara garis besarnya, sedangkan tujuan
khusus adalah tujuan secara rinci

24
d. Kegiatan pokok dan rincian kegiatan
Kegiatan pokok dan rincian kegiatan adalah langkah-langkah
kegiatan yang harus dilakukan sehingga tercapainya tujuan
Program/kegiatan. Oleh karena itu antara tujuan dan kegiatan
harus berkaitan dan sejalan.
e. Cara melaksanakan kegiatan
Cara melaksanakan kegiatan adalah metode untuk
melaksanakan kegiatan pokok dan rincian kegiatan. Metode
tersebut bisa antara lain dengan membentuk tim, melakukan
rapat, melakukan audit, dan lain-lain
f. Sasaran
Sasaran program adalah target pertahun yang spesifik dan
terukur untuk mencapai tujuan-tujuan upaya/ kegiatan .
Sasaran Program/kegiatan menunjukkan hasil antara yang
diperlukan untuk merealisir tujuan tertentu. Penyusunan
sasaran program perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Sasaran yang baik harus memenuhi “SMART” yaitu :
1) Specific : sasaran harus menggambarkan hasil spesifik
yang diinginkan, bukan cara pencapaiannya. Sasaran
harus memberikan arah dan tolok ukur yang jelas sehingga
dapat dijadikan landasan untuk penyusunan strategi dan
kegiatan yang spesifik.
2) Measurable : sasaran harus terukur dan dapat
dipergunakan untuk memastikan apa dan kapan
pencapaiannya. Akontabilitas harus ditanamkan kedalam
proses perencanaan. Oleh karenanya meetodologi untuk
mengukur pencapaian sasaran (keberhasilan upaya/
kegiatan) harus ditetapkan sebelum kegiatan yang terkait
dengan sasaran tersebut dilaksanakan.
3) Agressive but Attainable : apabila sasaran harus
dijadikan standar keberhasilan, maka sasaran harus
menantang, namun tidak boleh mengandung target yang
tidak layak.
4) Result oriented : sedapat mungkin sasaran harus
menspesifikkan hasil yang ingin dicapai. Misalnya :

25
mengurangi komplain masyarakat terhadap pelayanan
rawat inap sebesar 50%
5) Time bound : sasaran sebaiknya dapat dicapai dalam
waktu yang relatif pendek, mulai dari beberapa minggu
sampai beberapa bulan (sebaiknya kurang dari 1 tahun).
Kalau ada Program/kegiatan 5 (lima) tahun dibuat sasaran
antara. Sasaran akan lebih mudah dikelola dan dapat lebih
serasi dengan proses anggaran apabila dibuat sesuai
dengan batas-batas tahun anggaran di Puskesmas.
g. Jadwal pelaksanaan kegiatan
Skedul atau jadwal adalah merupakan perencanaan waktu
untuk tiap-tiap rincian kegiatan yang akan dilaksanakan, yang
digambarkan dalam bentuk bagan Gantt.
h. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan
Yang dimaksud dengan evaluasi pelaksanaan kegiatan adalah
evaluasi pelaksanaan kegiatan terhadap Jadwal yang
direncanakan. Jadwal tersebut akan dievaluasi setiap berapa
bulan sekali (kurun waktu tertentu), sehingga apabila dari
evaluasi diketahui ada pergeseran jadwal atau penyimpangan
jadwal, maka dapat segera diperbaiki sehingga tidak
mengganggu Program/kegiatan secara keseluruhan. Karena itu
yang ditulis dalam kerangka acuan adalah kapan (setiap kurun
waktu berapa lama) evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan
dan siapa yang melakukan.
Yang dimaksud dengan pelaporannya adalah bagaimana
membuat laporan evaluasi pelaksanaan kegiatan tersebut dan
kapan laporan tersebut harus dibuat. Jadi yang harus ditulis di
dalam kerangka acuan adalah cara bagaimana membuat
laporan evaluasi dan kapan laporan tersebut harus dibuat dan
ditujukan kepada siapa.
i. Penutup
Aturan penulisan kerangka acuan program/kegiatan adalah
sebagai berikut
1. Kertas ukuran F4 (HVS)
2. Jenis huruf Bookman Old Style

26
3. Ukuran huruf 12
4. Spasi 1,5
5. Batas kertas:
a. Batas kanan : 2,5 cm
b. Batas kiri : 3 cm
c. Batas atas : 2,5 cm
d. Batas bawah : 3,5 cm

G. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


Istilah prosedur ada beberapa pengertian, diantaranya:
1. Standard Operating Procedures (SOP) adalah serangkaian instruksi
tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan
administrasi pemerintah, (Kepmenpan Nomor 021 tahun 2008).
2. Instruksi kerja adalah petunjuk kerja terdokumentasi yang dibuat
secara rinci, spesifik dan bersifat instruktif, yang dipergunakan oleh
pekerja sebagai acuan dalam melaksanakan suatu pekerjaan spesifik
agar dapat mencapai hasil kerja sesuai persyaratan yang telah
ditetapkan (Susilo, 2003).
Langkah didalam penyusunan instruksi kerjasama dengan
penyusunan prosedur, namun ada perbedaan, instruksi kerja adalah
suatu proses yang melibatkan satu bagian/unit/ profesi, sedangkan
prosedur adalah suatu proses yang melibat lebih dari satu bagian/
unit/ profesi. Prinsip dalam penyusunan prosedur dan instruksi
kerja adalah kerjakan yang ditulis, tulis yang dikerjakan, buktikan
dan tindak-lanjut, serta dapat ditelusur hasilnya.
3. Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah suatu perangkat
instruksi/langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan
proses kerja rutin tertentu. Istilah ini digunakan di Undang-undang
No. 29 Tahun 2004, tentang Praktik Kedokteran dan Undang-undang
No. 44 Tahun 2009, tentang Rumah Sakit,
Beberapa Istilah Prosedur yang sering digunakan yaitu :
 Prosedur yang telah ditetapkan disingkat Protap,
 Prosedur untuk panduan Kerja (prosedur kerja, disingkat PK),
 Prosedur untuk melakukan tindakan,
 Prosedur Penatalaksanaan

27
 Petunjuk pelaksanaan disingkat Juklak,
 Petunjuk pelaksanaan secara tehnis, disingkat Juknis,
 Prosedur untuk melakukan tindakan klinis: protokol klinis,
Algoritma/Clinical Pathway
Walaupun banyak istilah tentang pengertian prosedur agar tidak
menjadikan salah tapsir maka yang dipergunakan didalam dokumen
akreditasi Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
didalam buku panduan ini adalah “Standar Prosedur Operasional
(SOP)”. Sedangkan pengertian SOP adalah : Suatu perangkat
instruksi/ langkah-langkah yang di bakukan untuk menyelesaikan
proses kerja rutin tertentu.
a. Tujuan Penyusunan SOP,
Agar berbagai proses kerja rutin terlaksana dengan efisien,
efektif, konsisten/ seragam dan aman, dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan standar
yang berlaku.
b. Manfaat SOP
c. Memenuhi persyaratan standar pelayanan Puskesmas
d. Mendokumentasi langkah-langkah kegiatan
e. Memastikan staf Puskesmas memahami bagaimana
melaksanakan pekerjaannya.
Contoh :
SOP Pemberian informasi, SOP Pemasangan infus, SOP
Pemindahan pasien dari tempat tidur ke kereta dorong,
f. Format SOP
1) Format SOP dibakukan agar tidak terjadi banyak format
yang digunakan, contoh pada lampiran, dan diberlakukan
sesuai dengan akreditasi Puskesmas ini diberlakukan,
Format merupakan format minimal, oleh karena itu format ini
dapat diberi tambahan materi/kolom misalnya, nama penyusun SOP,
unit yang memeriksa SOP. Untuk SOP tindakan agar memudahkan
didalam melihat langkah- langkahnya dengan bagan alir, persiapan alat
dan bahan dan lain- lain, namun tidak boleh mengurangi item-tem yang
ada di SOP.
Format SOP sebagai berikut :

28
JUDUL KOP SOP
C Jenis Font:
No. Bookman Old
: Style2)
LOGO Dokumen LOGO
Kabupaten/Ko Spasi 1
SO No. Revisi : Puskesmas Bold (huruf
ta
A P Tanggal : D tebal)
Terbit Ukuran Font :
Halaman : A dan C = 12
pt
NAMA Tanda Tangan Kepala Nama Kepala
B, D, E = 10 pt
B FKTP FKTP
E FKTP
NIP. A, B, dan C
ditulis dengan
1. Pengertian huruf kapital
secara
2. Tujuan keseluruhan.
D dan E
3. Kebijakan ditulis dengan
diawali huruf
4. Referensi kapital.

5. Prosedur/ 1.
Langkah- a. Badan SOP
Jenis Font:
langkah  Bookman Old
Style
6. Diagram Alir 12 pt
Spasi 1,5
(Jika ada)
Ditulis dengan
7. Dokumen diawali huruf
kapital.
Terkait
8. Unit Terkait

Rekaman 9. Rekaman Historis Perubahan


Tgl.Mulai
No Yang Dirubah Isi Perubahan
Diberlakukan

Penjelasan :
Penulisan SOP yang harus tetap didalam tabel/kotak adalah : nama
Puskesmas dan logo, judul SOP, nomor dokumen, tanggal terbit dan
tandatangan Kepala Puskesmas, sedangkan untuk pengertian,
tujuan, kebijakan, prosedur/ langkah- langkah, dan unit terkait
boleh tidak diberi kotak/ tabel.

29
g. Petujuk Pengisian SOP
1) Logo yang dipakai adalah logo Pemerintah Kota Sabang dan
logo Puskesmas.
2) Kotak Heading : masing-masing kotak (Puskesmas, judul
SOP, No. Dokumen, No. Revisi, Halaman, SOP, Tanggal
Terbit, ditetapkan Kepala Puskesmas) diisi sebagai berikut :
a) Heading dicetak pada setiap halaman. Untuk halaman
pertama heading lengkap dengan logo Pemerintah
Daerah dan logo Bakti Husada. Untuk halaman kedua
dan seterusnya heading tidak perlu diberi logo.
b) Kotak Nama FKTP diberi nama Puskesmas.
c) Judul SOP : diberi Judul /nama SOP sesuai proses
kerjanya.
d) No. Dokumen: diisi dengan nomor urut SOP :
[XX]/SOP/[CC]/[MM]/[YYYY], penomoran SOP dibuat
oleh sekretariat umum akreditasi puskesmas
XX : nomor urut dokumen
CC : Bab Masing-masing Pokja ditulis dalam angka
Romawi
MM : Kode jenis upaya pelayanan ;
- ADMEN  Kode “A” : Administrasi dan
Manajemen Puskesmas
- UKM  Kode “B” : Esensial dan UKM-P :
Pengembangan
- UKP  Kode “C” : Upaya Kesehatan Perorangan
- YYYY : tahun terbit dokumen

UNTUK SOP DI POLI :


[XX]/SOP/[CC]/[MM]/[YYYY]
XX : nomor urut dokumen
CC : Poli Masing-masing
MM : Kode jenis upaya pelayanan ;
YYYY : tahun terbit dokumen

30
- Poli umum : PU
- Poli gigi : PG
- Poli imunisasi : PI
- Laboratorium : LB
- Poli gizi : PG
- Poli MTBS : MT
- Surveilan : SV
- Ruang bersalin : RB
- P2P : PP
e) Nomor Revisi : diisi dengan status revisi, diisi
menggunakan angka, misalnya untuk dokumen baru
dapat diberi nomor 00, sedangkan dokumen revisi
pertama diberi nomor 01, revisi kedua diberi nomor
02, dan seterusnya.
f) Halaman : diisi nomor halaman dengan
mencantumkan juga total halaman untuk SOP
tersebut (misalnya ; halaman pertama : 1/5, halaman
kedua : 2/5, dan seterusnya).
g) SOP diberi penamaan sesuai ketentuan (istilah) yang
digunakan Puskesmas, misalnya : SOP.
h) Tanggal terbit : diberi tanggal sesuai tanggal terbitnya
atau tanggal diberlakukannya SOP tersebut.
i) Ditetapkan Kepala Pusksmas: diberi tanda tangan
Kepala Puskesmas dan nama jelasnya.
a. Isi SOP
Isi dari SOP minimal adalah sebagai berikut:
a) Pengertian : berisi penjelasan dan atau definisi tentang istilah
yang mungkin sulit dipahami atau menyebabkan salah
pengertian/menimbulkan multi persepsi.
b) Tujuan : berisi tujuan pelaksanaan SOP secara spesifik. Kata
kunci : “Sebagai acuan……”
c) Kebijakan : berisi kebijakan Kepala Puskesmas yang menjadi
dasar dibuatnya SOP tersebut. Dicantumkan kebijakan yang
mendasari SOP tersebut, contoh untuk SOP imunisasi pada

31
bayi, pada kebijakan dituliskan: Keputusan Kepala Puskesmas
No ........... tentang Pelayanan Imunisasi.
d) Referensi : berisikan dokumen ekternal sebagai acuan
penyusunan SOP, bisa berbentuk buku, peraturan perundang-
undangan, ataupun bentuk lain sebagai bahan pustaka.
e) Langkah- langkah prosedur : bagian ini merupakan bagian
utama yang menguraikan langkah-langkah kegiatan untuk
menyelesaikan proses kerja tertentu.
f) Unit terkait : berisi unit-unit yang terkait dan atau prosedur
terkait dalam proses kerja tersebut.
Dari keenam isi SOP sebagaimana diuraikan di atas, dapat
ditambahkan antara lain: bagan alir, dokumen terkait.
g) Diagram Alir/ bagan alir (Flow Chart) :
Didalam penyusunan prosedur maupun instruksi kerja
sebaiknya dalam langkah- langkah kegiatan dilengkapi dengan
diagram alir/bagan alir untuk memudahkan dalam pemahaman
langkah-langkahnya. Adapun bagan alir secara garis besar
dibagi menjadi dua macam, yaitu diagram alir makro dan
diagram alir mikro.
(1) Diagram alir makro/ Macro flow chart, menunjukkan
kegiatan-kegiatan secara garis besar dari proses yang ingin
kita tingkatkan, hanya mengenal satu simbol.
Bentuk balok :

(2) Diagram alir mikro/ micro flow chart, menunjukkan


rincian kegiatan-kegiatan dari tiap tahapan diagram makro,
bentuk simbul sebagai berikut:

o Awal kegiatan :

o Akhir kegiatan :

o Keputusan : ? Ya

32
Tidak

o Penghubung :

o Dokumen : ,

o Arsip :

h) Dokumen Terkait : berisi nama-nama dokumen yang ada


kaitannya dengan SOP tersebut.
i) Rekaman historis perubahan : berisi riwayat jika dilakukan
revisi SOP.
b. Tata Cara Pengelolaan SOP:
1) Agar ditetapkan siapa yang mengelola SOP,
2) Pengelola SOP harus mempunyai arsip seluruh SOP
Puskesmas/Klinik,
3) Pengelola SOP agar membuat tata cara penyusunan,
penomoran, distribusi, penarikan, penyimpanan, evaluasi dan
revisi SOP

c. Tata Cara Penyusunan SOP


Hal-hal yang perlu diingat :
1) Siapa yang harus menulis atau menyusun SOP
2) Bagaimana merencanakan dan mengembangkan SOP
3) Bagaimana SOP dapat dikenali
4) Bagaimana memperkenalkan SOP kepada pelaksana dan unit
terkait
5) Bagaimana pengendalian SOP: penomoran, revisi yang
keberapa, dan distribusi kepada siapa.
6) Syarat penyusunan SOP :
 Identifikasi kebutuhan, yakni mengidentifikasi apakah
kegiatan yang dilakukan saat ini sudah memiliki SOP atau
belum, dan bila sudah agar diidentifikasi apakah SOP

33
masih efektif atau tidak, jika belum apakah kegiatan
tersebut perlu disusun prosedurnya.
 Perlu ditekankan bahwa SOP harus ditulis oleh mereka
yang melakukan pekerjaan tersebut atau oleh unit kerja
tersebut. Tim atau panitia yang ditunjuk oleh Kepala
Puskesmas/FKTP hanya untuk menanggapi dan
mengkoreksi SOP tersebut. Hal tersebut sangatlah penting,
karena komitmen terhadap pelaksanaan SOP hanya
diperoleh dengan adanya keterlibatan personel/unit kerja
dalam penyusunan SOP.
 SOP harus merupakan flow charting dari suatu kegiatan.
Pelaksana atau unit kerja agar mencatat proses kegiatan
dan membuat alurnya kemudian Tim Mutu diminta
memberikan tanggapan.
 Di dalam SOP harus dapat dikenali dengan jelas siapa
melakukan apa, dimana, kapan, dan mengapa.
 SOP jangan menggunakan kalimat majemuk, subjek,
predikat dan objek harus jelas.
 SOP harus menggunakan kalimat perintah/instruksi
dengan bahasa yang dikenal pemakai.
 SOP harus jelas, ringkas, dan mudah dilaksanakan. Untuk
SOP pelayanan pasien maka harus memperhatikan aspek
keselamatan, keamanan dan kenyamanan pasien. Untuk
SOP profesi harus mengacu kepada standar profesi,
standar pelayanan, mengikuti perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) kesehatan, dan
memperhatikan aspek keselamatan pasien.
d. Proses penyusunan SOP
1) SOP disusun dengan menggunakan format sesuai dengan
panduan penyusunan dokumen akreditasi Puskesmas/FKTP ini.
2) Penyusunan SOP dapat dikoordinir oleh tim mutu/tim
akreditasi Puskesmas/FKTP dengan mekanisme sebagai
berikut :
a) Pelaksana atau unit kerja/ upaya menyusun SOP dengan
melibatkan unit terkait.

34
b) SOP yang telah disusun oleh pelaksana atau unit kerja
disampaikan ke tim mutu/tim akreditasi,
c) Fungsi tim mutu/ tim akreditasi Puskesmas didalam
penyusunan SOP adalah :
(1) Memberikan tanggapan, mengkoreksi dan
memperbaiki SOP yang telah disusun oleh pelaksana
atau unit kerja baik dari segi bahasa maupun
penulisan,
(2) Mengkoordinir proses pembuatan SOP sehingga tidak
terjadi duplikasi SOP/tumpang tindih SOP antar unit,
(3) Melakukan cek ulang terhadap SOP-SOP yang akan
ditandatangani oleh Kepala Puskesmas.
(4) Penyusunan SOP dilakukan dengan mengidentifikasi
kebutuhan SOP. Untuk SOP pelayanan dan SOP
administrasi, untuk melakukan identifikasi kebutuhan
SOP bisa dilakukan dengan menggambarkan proses
bisnis di unit kerja tersebut atau alur kegiatan dari
kerja yang dilakukan di unit tersebut. Sedangkan
untuk SOP klinis, identifikasi kebutuhan dilakukan
dengan mengetahui pola penyakit yang sering
ditangani di unit kerja tersebut. Dari identifikasi
kebutuhan SOP dapat diketahui berapa banyak dan
macam SOP yang harus dibuat/disusun. Untuk
melakukan identifikasi kebutuhan SOP dapat pula
dilakukan dengan memperhatikan elemen penilaian
pada standar akreditasi, minimal SOP-SOP apa saja
yang harus ada. SOP yang dipersyaratkan di elemen
penilaian adalah SOP minimal yang harus ada di
Puskesmas/FKTP. Sedangkan identifikasi SOP dengan
menggambarkan terlebih dahulu proses bisnis di unit
kerja adalah seluruh SOP secara lengkap yang harus
ada di unit kerja tersebut.
(5) Mengingat SOP merupakan flow charting dari proses
kegiatan maka untuk memperoleh pengertian yang
jelas bagi subyek, penulisan SOP adalah dimulai

35
dengan membuat flow chart dari kegiatan yang
dilaksanakan. Caranya adalah membuat diagram
kotak sederhana yang menggambarkan langkah
penting dari seluruh proses.
Setelah dibuatkan diagram kotak maka diuraikan
kegiatan di masing-masing kotak dan dibuat alurnya.
(6) Semua SOP harus ditandatangani oleh Kepala
Puskesmas/ kepala Klinik,
(7) Agar SOP dapat dikenali oleh pelaksana maka perlu
dilakukan sosialisasi SOP-SOP tersebut dan bila SOP
tersebut rumit maka untuk melaksanakan SOP
tersebut perlu dilakukan pelatihan.
e. Hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan penyusunan SOP
1) Ada komitmen dari Kepala Puskesmas/FKTP yang terlihat
dengan adanya dukungan fasilitas dan sumber daya.
2) Adanya fasilitator/petugas yang mempunyai kemampuan dan
kemauan untuk menyusun SOP.
3) Ada target waktu yaitu ada target dan jadwal yang disusun dan
disepakati
4) Adanya pemantauan dan pelaporan kemajuan penyusunan
SOP.
5) Tata cara penomoran SOP.
Penomoran SOP maupun dokumen lainnya diatur pada
kebijakan pengendalian dokumen, dengan ketentuan:
a) Semua SOP harus diberi nomor,
b) Puskesmas/FKTP agar membuat kebijakan tentang
pemberian nomor untuk SOP sesuai dengan tata naskah
yang dijadikan pedoman,
c) Pemberian nomor mengikuti tata naskah Puskesmas/FKTP,
atau ketentuan penomoran yang khusus untuk SOP (bisa
menggunakan garis miring atau dengan sistem digit).
Pemberian nomor sebaiknya dilakukan secara terpusat.
6) Kode-kode dapat dipergunakan untuk pemberian nomor, seperti
contoh sebagai berikut:

36
a) Kode unit kerja : masing-masing unit kerja di
Puskesmas/FKTP mempunyai kode sendiri-sendiri yang
dapat berbentuk angka atau huruf. Sebagai contoh pada
Program Bab VI, dengan VI/ SOP/KIA.KB, dan lain
sebagainya (namun tergantung didalam pedoman tata
naskah yang berlaku,
b) Nomor urut SOP adalah urutan nomor SOP di dalam unit
kerja upaya Puskesmas/FKTP.
c) Satu SOP dipergunakan oleh lebih dari satu unit yang
berbeda misalnya SOP rujukan pasien maka diberi kolom
unit terkait/unit pemakai SOP.
7) Tata Cara Penyimpanan SOP
a) Penyimpanan adalah bagaimana SOP tersebut disimpan.
b) SOP asli (master dokumen/ SOP yang sudah dinomori dan
sudah ditandatangani) agar disimpan di sekretariat Tim
Akreditasi Puskesmas/FKTP atau Bagian Tata Usaha
Puskesmas/FKTP, sesuai dengan ketentuan yang berlaku
di organisasi tersebut tentang tatacara pengarsipan
dokumen yang diatur dalam tata nasakh. Penyimpanan
SOP yang asli harus rapi, sesuai metode pengarsipan
sehingga mudah dicari kembali bila diperlukan.
c) SOP fotocopy disimpan di masing-masing unit upaya
Puskesmas/FKTP, dimana SOP tersebut dipergunakan. Bila
SOP tersebut tidak berlaku lagi atau tidak dipergunakan
maka unit kerja wajib mengembalikan SOP yang sudah
tidak berlaku tersebut ke sekretariat Tim mutu atau Bagian
Tata Usaha sehingga di unit kerja hanya ada SOP yang
masih berlaku saja. Sekretariat Tim Mutu atau Bagian
Tata Usaha organisasi dapat memusnahkan fotocopy SOP
yang tidak berlaku tersebut, namun untuk SOP yang asli
agar tetap disimpan, dengan lama penyimpanan sesuai
ketentuan dalam ketentuan retensi dokumen yang berlaku
di Puskesmas/FKTP.

37
d) SOP di unit upaya Puskesmas/FKTP harus diletakkan
ditempat yang mudah dilihat, mudah diambil, dan mudah
dibaca oleh pelaksana.
8) Tata Cara Pendistribusian SOP
a) Distribusi adalah kegiatan atau usaha menyampaikan SOP
kepada unit upaya atau pelaksana yang memerlukan SOP
tersebut agar dapat digunakan sebagai panduan dalam
melaksanakan kegiatannya. Kegiatan ini dilakukan oleh tim
mutu atau bagian Tata Usaha Puskesmas/FKTP sesuai
pedoman tata naskah.
b) Distribusi harus memakai ekspedisi dan/atau formulir
tanda terima.
c) Distribusi SOP bisa hanya untuk unit kerja tertentu tetapi
bisa juga untuk seluruh unit kerja lainnya.
d) Bagi Puskesmas/Klinik yang sudah menggunakan e-file
maka distribusi SOP bisa melalui jejaring area local, dan
diatur kewenangan otorisasi disetiap unit kerja, sehingga
unit kerja dapat mengetahui batas kewenangan dalam
membuka SOP.

9) Evaluasi SOP.
Evaluasi SOP dilakukan terhadap isi maupun penerapan SOP.
a) Evaluasi penerapan/kepatuhan terhadap SOP dapat
dilakukan dengan menilai tingkat kepatuhan terhadap
langkah-langkah dalam SOP. Untuk evaluasi ini dapat
dilakukan dengan menggunakan daftar tilik/check list
 Daftar tilik adalah daftar urutan kerja (actions) yang
dikerjakan secara konsisten, diikuti dalam
pelaksanaan suatu rangkaian kegiatan, untuk diingat,
dikerjakan, dan diberi tanda (check-mark).
 Daftar tilik merupakan bagian dari sistem manajemen
mutu untuk mendukung standarisasi suatu proses
pelayanan.
 Daftar tilik tidak dapat digunakan untuk SOP yang
kompleks.

38
 Daftar tilik digunakan untuk mendukung,
mempermudah pelaksanaan dan memonitor SOP,
bukan untuk menggantikan SOP itu sendiri.
(1) Langkah-langkah menyusun daftar tilik
Langkah awal menyusun daftar tilik dengan
melakukan Identifikasi prosedur yang
membutuhkan daftar tilik untuk mempermudah
pelaksanaan dan monitoringnya
 Gambarkan flow-chart dari prosedur
tersebut,
 Buat daftar kerja yang harus dilakukan,
 Susun urutan kerja yang harus dilakukan,
 Masukkan dalam daftar tilik sesuai dengan
format tertentu,
 Lakukan uji-coba,
 Lakukan perbaikan daftar tilik,
 Standarisasi daftar tilik.
Daftar tilik untuk mengecek kepatuhan terhadap
SOP dalam langkah- langkah kegiatan, dengan
rumus sebagai berikut.
Compliance rate (CR) = Σ Ya x 100 %
Σ Ya+Tidak
(2) Evaluasi isi SOP.
(a) Evaluasi SOP dilaksanakan sesuai
kebutuhan dan minimal dua tahun sekali
yang dilakukan oleh masing-masing unit
kerja.
(b) Hasil evaluasi : SOP masih tetap bisa
dipergunakan, atau SOP tersebut perlu
diperbaiki/direvisi. Perbaikan/revisi isi SOP
bisa dilakukan sebagian atau seluruhnya.
(c) Perbaikan/ revisi perlu dilakukan bila :
 Alur SOP sudah tidak sesuai dengan
keadaan yang ada

39
 Adanya perkembangan Ilmu dan
Teknologi (IPTEK) pelayanan kesehatan,
 Adanya perubahan organisasi atau
kebijakan baru,
 Adanya perubahan fasilititas
(d) Pergantian kepala Puskesmas, bila SOP
memang masih sesuai/ dipergunakan maka
tidak perlu direvisi.
Aturan penulisan Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah
sebagai berikut
1. Kertas ukuran F4 (HVS)
2. Jenis huruf Bookman Old Style
3. Ukuran huruf 12 (Kecuali Kop)
4. Spasi 1,5
5. Batas kertas:
a. Batas kanan : 2 cm
b. Batas kiri : 2 cm
c. Batas atas : 2 cm
d. Batas bawah : 3 cm

40
BAB IV
PENGENDALIAN DOKUMEN DAN REKAMAN
UPTD PUSKESMAS IBOIH

A. TUJUAN PROSES
Pedoman ini disesuaikan sebagai acuan untuk melaksanakan
pengedalian dokumen dan rekaman agar terjadinya proses
perubahan, penerbitan, distribusi dan sirkulasi dokumen yang ada
di Puskesmas IBOIH sesuai dengan Perundangan dan Peraturan
yang berlaku serta memenuhi Persyaratan Akreditasi Puskesmas.

B. TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG


1. Wakil Manajemen Mutu
2. Pengendali Dokumen
3. Penanggung Jawab Program

C. URAIAN UMUM
1. DOKUMEN PUSKESMAS
Adalah seluruh dokumen resmi yang berlaku di Puskesmas
IBOIH yang digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi, meliputi:
a. Dokumen Internal
1. Surat Keputusan/Kebijakan (SK)
2. Manual Mutu (MM)
3. Kerangka Acuan Kegiatan (KAK)
4. Standar Operasional Prosedur (SOP)
b. Dokumen Eksternal
1. Dasar Hukum berupa Undang-Undang, Peraturan dan
Keputusan yang berasal dari supra sistem.
- Undang-Undang (UU)
- Keputusan Menteri Kesehatan (KMK)
- Peraturan Menteri Kesehatan (PMK)
- Lain-lain (X)
2. Buku-buku Pedoman atau buku lainnya yang menjadi
referensi.
 Buku Pedoman atau panduan lain (Ped)

41
2. MANUAL MUTU
a. Dokumen yang merincikan sistem manajemen mutu UPTD
Puskesmas Iboih
b. Format Manual Mutu UPTD Puskesmas Iboih ditentukan
sebagai berikut:
1. Pendahuluan
a) Latar belakang
1) Profil organisasi
2) Kebijakan mutu
3) Proses pelayanan (proses bisnis)
4) Ruang lingkup
b) Tujuan
c) Landasan hukum dan acuan
d) Istilah dan definisi
2. Sistem Manajemen Mutu dan Sistem Penyelenggaraan
Pelayanan:
a) Persyaratan umum
b) Pengendalian dokumen
c) Pengendalian rekaman
3. Tanggung Jawab Manajemen
a) Komitmen manajemen
b) Fokus pada sasaran/pasien
c) Kebijakan mutu
d) Perencanaan sistem manajemen mutu dan
pencapaian sasaran kinerja/mutu
e) Tanggung jawab, wewenang dan komunikasi
f) Wakil manajemen mutu/penanggung jawab
manajemen mutu
g) Komunikasi internal
4. Tinjauan Manajemen:
a) Umum
b) Masukan tinjauan manajemen
c) Luaran tinjauan
5. Manajemen sumber daya:
a) Penyediaan sumber daya

42
b) Manajemen sumber daya manusia
c) Infrastruktur
d) Lingkungan kerja
6. Penyelenggaraan pelayanan:
a) Upaya kesehatan masyarakat
b) Pelayanan klinis (Upaya kesehatan perorangan)
7. Penutup
3. DOKUMEN INDUK
a. Dokumen asli.
b. Telah disahkan oleh Kepala UPTD Puskesmas Iboih.
c. Didokumentasikan oleh Pengendali Dokumen.
d. Tidak memiliki cap “TERKENDALI” atau “TIDAK
TERKENDALI” maupun “KADALUARSA”.
4. DOKUMEN TERKENDALI
a. Dokumen yang didistribusikan kepada setiap unit kerja.
b. Terdaftar dalam Daftar Distribusi Dokumen.
c. Menjadi acuan dalam melaksanakan pekerjaan.
d. Ditarik bila ada perubahan (revisi).
e. Pada dokumen ini harus ada tanda/stempel
“TERKENDALI”.
5. DOKUMEN TIDAK TERKENDALI
a. Didistribusikan untuk kebutuhan eksternal atau atas
permintaan pihak di luar UPTD Puskesmas Iboih.
b. Digunakan untuk keperluan insidentil.
c. Tidak dapat digunakan sebagai acuan dalam
melaksanakan pekerjaan.
d. Apabila didistribusikan harus memiliki tanda/stempel
“TIDAK TERKENDALI”.
e. Yang berhak mengeluarkan dokumen ini adalah Wakil
Manajemen Mutu dan tercatat pada Daftar Distribusi
Dokumen Tidak Terkendali.
6. DOKUMEN KADALUARSA/TIDAK BERLAKU
a. Dokumen yang dinyatakan sudah tidak berlaku oleh
karena telah mengalami perubahan/revisi.

43
b. Tidak dapat lagi menjadi acuan dalam melaksanakan
pekerjaan.
c. Dokumen ini harus ditarik dari seluruh unit dan dicatat
dalam Lembar Distribusi/Penarikan Dokumen.
d. Dokumen induk diberi stempel “KADALUARSA” dan
dokumen sisanya dimusnahkan.
7. KETENTUAN NUMERISASI DOKUMEN adalah sebagai berikut:
a. Surat Keputusan/Kebijakan :
[XX]/[YYYY]
XX : nomor urut dokumen
YYYY : tahun terbit dokumen
b. Standar Operasional Prosedur: [XX]/SOP-[MM]-[NN]/[YYYY]
XX : nomor urut dokumen
MM : jenis upaya pelayanan ;
- ADMEN (A) : administrasi dan manajemen
puskesmas
- UKM (B) : upaya kesehatan masyarakat
- UKP (C) : upaya kesehatan perseorangan
NN : Bab dimasing-masing Pokja
YYYY : tahun terbit dokumen
c. Dokumen Eksternal, khusus buku-buku atau peraturan
yang dijadikan referensi untuk melaksanakan kegiatan :
1. Undang-Undang : UU-[XX]
XX : nomor urut dokumen
2. Keputusan Menteri Kesehatan RI : KMK-[XX]
XX : nomor urut dokumen
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI : PMK-[XX]
XX : nomor urut dokumen
4. Pedoman atau panduan : Ped-[XX]
XX : nomor urut dokumen
5. Dokumen jenis lain : X-[XX]
XX : nomor urut dokumen
8. Setiap pembuatan dokumen harus mendapat persetujuan
kecukupannya sebagai berikut :
a. Manual Mutu :

44
1) Dibuat dan disiapkan oleh Pengendali Dokumen.
2) Ditinjau dan diperiksa oleh Wakil Manajemen Mutu.
3) Disahkan dan diberlakukan oleh Kepala Puskesmas.
b. Kerangka Acuan :
1) Dibuat dan disiapkan oleh Penanggung Jawab
Program/Kegiatan.
2) Ditinjau dan diperiksa oleh Koordinator Upaya.
3) Disahkan dan diberlakukan oleh Kepala Puskesmas.
c. Standar Operasional Prosedur
1) Dibuat dan disiapkan oleh Penanggung Jawab
Program/kegiatan.
2) Ditinjau dan diperiksa oleh Koordinator Upaya.
3) Disahkan dan diberlakukan oleh Kepala Puskesmas.

9. Revisi atau Perubahan Dokumen :


a. Dilakukan jika terdapat perubahan pada sebagian atau
seluruh isi dokumen.
b. Revisi atau perubahan dokumen harus sepengetahuan
Koordinator Upaya dan/atau Wakil Manajemen Mutu.
c. Revisi atau perubahan dokumen merupakan upaya
perbaikan berkelanjutan.
d. Revisi atau perubahan dokumen yang telah disetujui
diajukan ke Pengendali Dokumen untuk pencatatan,
penomoran, penggandaan dan pendistribusian.
e. Dokumen yang dirubah/direvisi ditarik oleh Pengendali
Dokumen.
10. Penyimpanan dokumen harus berprinsip pada keamanan dan
memiliki kemampuan telusur agar tidak hilang, tidak rusak,
mudah ditemukan serta terkendali.
11. Dokumen yang beredar :
a. Status terkendali.
b. Telah mendapat pengesahan.

45
12. Dokumen eksternal :
a. Harus ditetapkan dan dikendalikan oleh pemakainya.
b. Daftar dokumen eksternal disimpan oleh pemakai.
13. Rekaman:
a. Dokumen yang menyatakan hasil yang dicapai atau
memberi bukti pelaksanaan kegiatan.
b. Dapat dipakai untuk mendokumentasikan ketelusuran dan
memberi bukti verifikasi, tindakan pencegahan dan
tindakan perbaikan.
c. Tidak perlu terkena pengendalian revisi.
d. Formulir yang diisi dan atau semua catatan yang
merupakan bukti melaksanakan pekerjaan menjadi
rekaman.
14. Rekaman yang muncul dari setiap kegiatan diidentifikasi dan
dikelompokkan sesuai klasifikasi
15. Menentukan referensi rekam dan metode penyimpanan rekam
16. Memberikan pengesahan terhadap data induk rekam
17. Penyimpanan dan pemusnahan rekaman sesuai dengan masa
retensi yang telah ditetapkan Memeriksa rekam yang telah habis
masa simpan
18. Rekaman disimpan dan dipelihara sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai bukti pelaksanaan kegiatan, bahan analisa dan
pengukuran kinerja.
19. Membuat daftar rekam habis masa simpan
20. Rekaman yang telah habis masa simpan dilaporkan ke atasan
terkait untuk dilakukan pemusnahan
21. Data rekam yang akan dimusnahkan dicek dan direview
kemudian disetujui pemusnahan rekam sesuai dalam aturan
yang berlaku
22. Memerintahkan staf untuk melakukan pemusnahan
23. Memisahkan rekam dan melakukan pemusnahan rekam dan
membuat berita acara pemusnahan rekam
24. Pemusnahan rekaman diarsipkan dalam Berita Acara
Pemusnahan Rekaman

46
D. KEBIJAKAN
1. Pengendalian dokumen dan rekaman di UPTD Puskesmas Iboih
dilakukan secara terpusat dibawah kendali Tim Manajemen Mutu.
2. Seluruh Dokumen Internal (SK, MM, PK, KAK, SOP) tercatat
dalam Daftar Dokumen Internal dan disimpan oleh Pengendali
Dokumen.
3. Seluruh Dokumen Eksternal tercatat dalam Daftar Dokumen
Eksternal dan dikelompokkan berdasarkan program.
4. Seluruh Formulir/Rekaman tercatat dalam Daftar Rekaman dan
dikelompokkan berdasarkan program.
5. Dokumen Master disimpan oleh Tim Manajemen Mutu.
6. Setiap dokumen harus dikendalikan sesuai prosedur yang
berlaku dengan tujuan untuk :
a. Menyetujui kecukupan dokumen sebelum diterbitkan.
b. Meninjau dan memutakhirkan seperlunya serta untuk
menyetujui ulang dokumen.
c. Memastikan bahwa versi relevan dari dokumen yang
berlaku tersedia di tempat pemakaian.
d. Memastikan dokumen selalu dapat dibaca dan mudah
dikenali.
e. Memastikan bahwa dokumen yang berasal dari luar
dikenali dan distribusinya dikendalikan.
f. Mencegah pemakaian dokumen kadaluarsa yang disengaja
dan menerakan identifikasi sesuai dengan dokumen
tersebut apabila disimpan untuk maksud tertentu.
g. Memastikan bahwa perubahan dan status revisi terkini dari
dokumen ditunjukkan.
7. Review terhadap dokumen internal berupa Surat Keputusan,
Manual Mutu, Panduan Kerja, Kerangka Acuan Kegiatan, dan
Standar Operasional Prosedur dilakukan secara berkala
dan/atau jika terdapat perubahan dalam proses pelayanan.
8. Dokumen yang telah direview dan dinyatakan tidak
dipergunakan kembali masuk ke dalam kategori dokumen
kadaluarsa.

47
9. Masa retensi dokumen kadaluarsa ditetapkan bersama oleh
Penanggung Jawab Program/kegiatan dan Tim Manajemen
Mutu dan tercantum dalam daftar rekaman dan kode formulir.
10. Setiap kegiatan baru didokumentasikan dalam bentuk catatan
kegiatan/rekaman.
11. Pemusnahan dokumen kadaluarsa diusulkan Penanggung
Jawab Program dan dilakukan oleh Pengendali Dokumen atas
persetujuan Wakil Tim Manajemen Mutu dan Kepala
Puskesmas.
12. Pemusnahan dokumen kadaluarsa dicatat dalam Berita Acara
Pemusnahan Dokumen.

48
BAB V
PENUTUP

Pada prinsipnya dokumen akreditasi adalah “TULIS YANG


DIKERJAKAN DAN KERJAKAN YANG DITULIS, BISA DIBUKTIKAN SERTA
DAPAT DITELUSURI DENGAN BUKTINYA”. Namun pada penerapannya
tidaklah semudah itu. Penyusunan kebijakan, pedoman/ panduan,
standar prosedur operasional dan program selain diperlukan komitmen
Kepala Puskesmas/FKTP, juga diperlukan staf yang mampu dan mau
menyusun dokumen akreditasi tersebut. Dengan tersusunnya Buku
Panduan Penyusunan Dokumen Akreditasi diharapkan dapat membantu
Puskesmas/FKTP dan fasilitator pendamping akreditasi dalam
menyusun dokumen-dokumen yang dipersyaratkan oleh standar
akreditasi.
Dengan pedoman ini diharapkan semua penulisan dokumen di
Puskesmas dan seluruh jaringannya dapat dilaksanakan sesuai dengan
standar. Dokumen ini terbuka terhadap saran-saran untuk perbaikan
dan penyempurnaan.
Akhirnya semoga buku pedoman ini bermanfaat secara maksimal,
dengan tidak mengurangi kesempatan untuk berkonsultasi.

49
LAMPIRAN 1 : CONTOH KEBIJAKAN KEPALA PUSKESMAS

KRITERIA 1.1.1 EP 1 KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS


IBOIH NOMOR : 001 TAHUN 2018 TENTANG
JENIS-JENIS PELAYANAN PADA UPTD
PUSKESMAS IBOIH

PEMERINTAH KOTA SABANG

DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA

UPTD PUSKESMAS IBOIH

50
KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS IBOIH
NOMOR : 001 TAHUN 2018

TENTANG
JENIS-JENIS PELAYANAN PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH
UPTD. PUSKESMAS IBOIH

KEPALA UPTD PUSKESMAS IBOIH,

MENIMBANG : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan


pelayanan kesehatan dasar secara
komperhensif, berkesinambungan dan
bermutu, perlu menetapkan jenis-jenis
pelayanan kesehatan sesuai standar yang
optimal kepada masyarakat;
b. bahwa Puskesmas sebagai sarana pelayanan
kesehatan tingkat pertama dalam pemberian
pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang
mempunyai peranan penting dalam
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
huruf b, perlu menetapkan dalam suatu
Keputusan;

MENGINGAT 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang


pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang nomor 43
Tahun 1999 (Lembaran Negara Tahun 1999,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890);
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara
Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4125);
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih
dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);

4. Undang ...

51
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4437);
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan
Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Tahun 1999 Nomor 50, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3175);
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 68 Tahun 1999 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat Dalam
Penyelenggaraan Negara (Lembaran Negara
Tahun 1999 Nomor 129, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3866);
7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor Per/20/M.PAN/04/2006
tentang Pedoman Penyusunan Standar
Pelayanan Publik;
8. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003
tentang Pedoman umum penyelenggaraan
Pelayanan Publik;
9. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004
tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks
Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi
Pemerintah;
10. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor KEP/26/M.PAN/2/2004
tentang Pedoman Petunjuk Teknis
Transparansi dan Akuntabilitas Dalam
Penyelenggaraan Pelayanan Publik;

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KEPUTUSAN KEPALA UPTD. PUSKESMAS IBOIH


TENTANG JENIS-JENIS PELAYANAN UPTD.
PUSKESMAS IBOIH;

KESATU : Jenis-jenis pelayanan UPTD. Puskesmas Iboih


sebagaimana tercantum dalam Lampiran
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
surat keputusan ini;
KEDUA….

52
KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
dan apabila dikemudian hari terdapat kesalahan
dalam keputusan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya
[

Ditetapkan di : Iboih
Pada tanggal : 10 Januari 2018

KEPALA UPTD PUSKESMAS IBOIH,

HASBALLAH

53
LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS IBOIH
NOMOR 001 TAHUN 2018
TENTANG JENIS-JENIS PELAYANAN PADA UPTD
PUSKESMAS IBOIH
TANGGAL 10 JANUARI 2018

1. Persyaratan administrasi dan manajemen Puskesmas terdiri dari


Struktur Organisasi dan Tata Kelola.
2. Struktur Organisasi Puskesmas minimal, terdiri dari;
a. Kepala Puskesmas
b. Unit Tata Usaha yang bertanggung jawab membantu Kepala
Puskesmas dalam pengelolaan
c. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas
d. Jaringan Pelayanan Puskesmas.
3. Jam pelayanan di UPTD Puskesmas Iboih, meliputi;
a. Senin s/d Kamis pukul : 08.00 WIB s/d 14.00 WIB
b. Jum’at pukul : 08.00 WIB s/d 12.00 WIB
c. Sabtu pukul : 08.00 WIB s/d 14.00 WIB
d. Hari Minggu/Libur Tutup kecuali UGD
4. Jenis pelayanan Puskesmas, meliputi;
a. Administrasi
b. Ruang Kartu
c. Poli Umum
d. Poli Anak/MTBS
e. Poli Kesehatan Gigi dan Mulut
f. Imunisasi
g. Apotik
h. Laboratorium
i. TB Paru/Kusta
j. Kesling
k. Kesehatan USILA
l. KIA/KB
m. Gizi
n. P2PM
o. Promkes
p. Kesehatan Jiwa
5. Upaya pelayanan kesehatan wajib, meliputi;
a. Upaya Promosi Kesehatan
b. Upaya Kesehatan Lingkungan
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta KB
d. Upaya Upaya Kesehatan Sekolah
e. Perbaikan Gizi Masyarakat
f. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular meliputi
TB, Malaria, Kusta, Diare, DBD, HIV/AIDS, Rabies, dan Filariasis
g. Upaya Imunisasi
h. Upaya Manula dan PTM (Penyakit Tidak Menular)
6. Sarana Poskesdes di UPTD Puskesmas Iboih ada 1 (Satu) unit, yaitu
Poskesdes Teupin layeu
KEPALA UPTD PUSKESMAS IBOIH

HASBALLAH

54
LAMPIRAN 2 : CONTOH MANUAL MUTU

KRITERIA xxx EP y MANUAL MUTU


DI UPTD PUSKESMAS IBOIH

PEMERINTAH KOTA SABANG

DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA

UPTD PUSKESMAS IBOIH

55
PEDOMAN/MANUAL MUTU

I. Pendahuluan, yang berisi:


A. Latar belakang:
1. Profil organisasi
a. Gambaran umum organisasi
b. Visi organisasi
c. Misi organisasi
d. Struktur organisasi
e. Motto
f. Tata nilai
2. Kebijakan mutu:
a. Kami jajaran pengelola dan seluruh karyawan UPTD
Puskesmas Iboih berkomitmen untuk memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan
memperhatikan kebutuhan dan harapan pelanggan.
Kami berkomitmen untuk memperbaiki proses
pelayanan berdasarkan fakta.
b. Kebijakan teknis dalam perbaikan mutu dan
keselamatan pasien ada pada lampiran pedoman ini
3. Proses pelayanan (proses bisnis)
a. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat:…..dst
b. Penyelenggaraan Pelayanan Klinis……dst
B. Ruang Lingkup:
Lingkup pedoman mutu ini disusun berdasarkan persyaratan
ISO 9001:2008 dan standar akreditasi pukesmas, yang meliputi:
persyaratan umum system manajemen mutu, tanggung jawab
manajemen, manajemen sumber daya, proses pelayanan yang
terdiri dari penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat, yang
meliputi: upaya……..dst, dan Pelayanan Klinis.

Dalam penyelenggaraan UKM dan pelayanan klinis


memperhatikan keselamatan sasaran/pasien dengan
menerapkan manajemen risiko.
C. Tujuan: Pedoman mutu ini disusun sebagai acuan bagi
Puskesmas dalam membangun system manajemen mutu baik

56
untuk penyelenggaraan UKM maupun untuk penyelenggaraan
pelayanan klinis
D. Landasan hukum dan acuan:
Landasan hukum yang digunakan dalam menyusun pedoman
mutu ini adalah : (sebutkan peraturan yang terkait dengan
puskesmas)
Acuan yang digunakan dalam menyusun pedoman mutu ini
adalah: standar akreditasi puskesmas dan persyaratan ISO
9001:2008
E. Istilah dan defi nisi (urutkan sesuai abjad):
a. Pelanggan
b. Kepuasan pelanggan
c. Pasien
d. Koreksi
e. Tindakan korektif
f. Tindakan preventif
g. Pedoman mutu
h. Dokumen
i. Rekaman
j. Efektivitas
k. Efi siensi
l. Proses
m. Sasaran mutu
n. Perencanaan mutu
o. Kebijakan mutu
p. Sarana
q. Prasarana……dsb (sesuai kebutuhan)

II. Sistem Manajemen Mutu dan Sistem Penyelenggaraan Pelayanan


A. Persyaratan umum:
UPTD Puskesmas Iboih menetapkan, mendokumentasikan,
meme-lihara system manajemen mutu sesuai dengan standar
akreditasi Puskesmas dan standar ISO 9001:2008. Sistem ini
disusun untuk memastikan telah diterapkannya persyaratan
pengendalian terhadap proses-proses penyelenggaraan

57
pelayanan kepada masyarakat baik penyelenggaraan upaya
puskesmas maupun pelayananan klinis, yang meliputi kejelasan
proses pelayanan dan interaksi proses dalam penyelenggaraan
pelayananan, kejelasan penanggung jawab, penyediaan sumber
daya, penyelenggaraan pelayanan itu sendiri mulai dari
perencanaan yang berdasar kebutuhan masyarakat/pelanggan,
verifikasi terhadap rencana yang disusun, pelaksanaan
pelayanana, dan verifikasi terhadap proses pelayanan dan hasil-
hasil yang dicapai, monitoring dan evaluasi serta upaya
penyempurnaan yang berkesinambungan.
B. Pengendalian dokumen:
1. Secara umum dokumen-dokumen dalam system
manajemen mutu yang disusun meliputi:
Dokumen level 1 : Kebijakan,
Dokumen level 2 : pedoman/manual,
Dokumen level 3 : standar prosedur operasional, dan
Dokumen level 4 : rekaman-rekaman sebagai catatan
sebagai akibat pelaksanaan kebijakan, pedoman, dan
prosedur. (jelaskan bagaimana pendendalian dokumen di
puskesmas: proses penyusunan dokumen, pengesahan,
penomoran, pemberlakukan, distribusi, penyimpanan,
pencarian kembali, proses penarikan dokumen yang
kadaluwarsa, dsb)
2. Pengendalian rekam implementasi (jelaskan bagaimana
pengendalian rekam implementasi di puskesmas)

C. Tanggung jawab manajemen:


1. Komitmen manajemen
Kepala Puskesmas, penanggung jawab manajemen mutu,
penanggung jawab upaya, penanggung jawab pelayanan
klinis, dan seluruh karyawan puskesmas bertanggung
jawab untuk menerapkan seluruh persyaratan yang ada
pada manual mutu ini

58
2. Fokus pada sasaran/pasien:
Pelayanan yang disediakan oleh puskesmas dilakukan
dengan berfokus pada pelanggan. Pelanggan dilibatkan
mulai dari identifi kasi kebutuhan dan harapan pelanggan,
perencanaan penyelenggaraan upaya puskesmas dan
pelayanan klinis, pelaksanaan pelayanan, monitoring dan
evaluasi serta tindak lanjut pelayanan.
3. Kebijakan mutu:
Seluruh karyawan berkomitmen untuk menyeleng-garakan
pelayanan yang berfokus pada pelanggan, memperhatikan
keselamatan pelanggan, dan melakukan penyempurnaan
yang berkelanjutan. Kebijakan mutu dituangkan dalam
surat keputusan Kepala Puskesmas yang meliputi
kebijakan mutu pelayanan klinis dan kebijakan mutu
pelayanan UKM
4. Perencanaan Sistem Manajemen Mutu dan Pencapaian
Sasaran Kinerja/Mutu
Sasaran mutu ditetapkan berdasarkan standar kinerja/
standar pelayanan minimal yang meliputi indicator-
indikator pelayanan klinis, indicator penyelenggaraan
upaya puskesmas. Perencanaan disusun dengan
memperhatikan kebutuhan dan harapan pelanggan, hak
dan kewajiban pelanggan, serta upaya untuk mencapai
sasaran kinerja yang ditetapkan. Perencanaan mutu
Puskesmas dan keselamatan pasien berisi program-
program kegiatan peningkatan mutu yang meliputi:
a. Penilaian dan peningkatan kinerja baik UKM maupun
UKP
b. Upaya pencapaian enam sasaran keselamatan pasien
c. Penerapan manajemen risiko pada area prioritas
d. Penilaian kontrak/kerjasama pihak ketiga
e. Pelaporan dan tindak lanjut insiden keselamatan
pasien
f. Peningkatan mutu pelayanan laboratorium
g. Peningkatan mutu pelayanan obat

59
h. Pendidikan dan pelatihan karyawan tentang mutu dan
keselamatan pasien
5. Tanggung jawab, wewenang (jelaskan tangung jawab dan
wewenang mulai dari Kepala, wakil manajemen
mutu/penanggung jawab mutu, penanggung jawab UKM,
tanggung jawab pelayanan klinis, dan seluruh karyawan
dalam peningkatan mutu
6. Wakil manajemen mutu/Penanggung jawab manajemen
mutu
Kepala Puskesmas menunjuk seorang wakil manajemen
mutu yang bertanggung jawab untuk mengkoordinir
seluruh kegiatan mutu di Puskesmas
• Memastikan system manajemen mutu ditetapkan,
diimplementasikan, dan dipelihara
• Melaporkan kepada manajemen kinerja dari system
manajemen mutu dan kinerja pelayanan
• Memastikan kesadaran seluruh karyawan terhadap
kebutuhan dan harapan sasaran/pasien
7. Komunikasi internal
Komunikasi internal dilakukan dengan cara workshop
(minilokakarya), pertemuan, diskusi, email, sms, memo dan
media lain yang tepat untuk melakukan komunikasi
8. Tinjauan Manajemen :
a. Umum: Rapat tinjauan manajemen dilakukan minimal
dua kali dalam setahun
b. Masukan tinjauan manajemen meliputi :
• Hasil audit
• Umpan balik pelanggan
• Kinerja proses
• Pencapaian sasaran mutu
• Status tindakan koreksi dan pencegahan yang
dilakukan
• Tindak lanjut tehadap hasil tinjauan manajemen
yang lalu
• Perubahan terhadap Kebijakan mutu

60
• Perubahan yang perlu dilakukan terhadap system
manajemen mutu/system pelayanan
c. Luaran tinjauan : Hasil yang diharap dari tinjauan
manajemen adalah peningkatan efektivitas system
manajemen mutu, peningkatan pelayanan terkait
dengan persyaratan pelanggan, dan identifikasi
perubahan-perubahan, termasuk penyediaan sumber
daya yang perlu dilakukan

D. Manajemen sumber daya:


1. Penyediaan sumber daya
Kepala puskesmas berkewajiban menyediakan sumber
daya yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan pelayanan
di puskesmas. Penyediaan sumber daya meliputi: (baik
untuk penyelenggaraan UKM maupun pelayanan klinis)
2. Manajemen sumber daya manusia
Penyediaan sumber daya manusis, proses rekrutmen,
proses kredensial, proses pelatihan dan peningkatan
kometensi
3. Infrastruktur (jelaskan pengelolaan infrastruktur yang
harus dilakukan)
4. Lingkungan kerja (jelaskan bagaimana upaya memelihara
lingkungan kerja tetap aman, hijau, dan bersih, serta
mengupayakan penghematan)

E. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat dan pelayanan


Klinis:
1. Upaya Kesehatan Masyarakat:
a. Perencanaan Upaya Kesehatan Masyarakat, akses,
dan pengukuran kinerja
b. Penyelenggaraan UKM
c. Sasaran Kinerja UKM dan MDGs:
1) Pemantauan dan pengukuran:
a) Kepuasan pelanggan
b) Audit internal

61
c) Pemantauan dan pengukuran proses
d) Pemantauan dan pengukuran hasil layanan
2) Pengendalian jika ada hasil yang tidak sesuai
3) Analisis data
4) Peningkatan berkelanjutan
5) Tindakan korektif
6) Tindakan preventif
2. Pelayanan klinis:
a. Pelayanan Klinis yang berorientasi pasien
b. Penunjang pelayanan klinis
c. Peningkatan Mutu Pelayanan Klinis dan Keselamatan
Pasien:
1) Penilaian indikator kinerja klinis
2) Pengukuran pencapaian sasaran keselamatan
pasien
3) Pelaporan insiden keselamatan pasien
4) Analisis dan tindak lanjut
5) Penerapan manajemen risiko

F. Penutup Lampiran (jika ada)

62
LAMPIRAN 3 : CONTOH PEDOMAN

KRITERIA xxx EP y PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN


IMUNISASI
DI UPTD PUSKESMAS IBOIH

PEMERINTAH KOTA SABANG

DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA

UPTD PUSKESMAS IBOIH

63
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu
diwujudkan sesuai dengan cita- cita bangsa Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam UUD 1945 melalui.Pembangunan Nasional yang
berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Keberhasilan
pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber
daya manusia yang sehat, terampil dan ahli, serta disusun dalam satu
program kesehatan dengan perencanaan terpa du yang didukung oleh
data dan informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang
kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden).
Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit
degeneratif juga muncul sebagai masalah. Penyakit menular tidak
mengenal batas wilayah administrasi, sehingga menyulitkan
pemberantasannya. Dengan tersedianya vaksin yang dapat mencegah
penyakit menular tertentu, maka tindakan pencegahan untuk mencegah
berpindahnya penyakit dari satu daerah atau negara ke negara lain dapat
dilakukan dalam waktu relatif singkat dan dengan hasil yang efektif.
Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009, “Paradigma
Sehat” dilaksanakan melalui beberapa kegiatan antara lain
pemberantasan penyakit. Salah satu upaya pemberantasan penyakit
menular adalah upaya pengebalan (imunisasi).
Program imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat yang
terbukti paling cost efective dan telah diselenggarakan di Indonesia sejak
tahun 1956. Dengan program ini, Indonesia dinyatakan bebas cacar sejak
tahun 1974, selain itu dengan telah diperluasnya program imunisasi
menjadi Program Pengembangan Imunisasi sejak tahun 1977, angka
kesakitan dan kematian akibat PD3I sudah dapat ditekan.
Upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk mencapai tingkat
population immunity ( kekebalan masyarakat ) yang tinggi sehingga PD3I
dapat dibasmi, dieliminasi atau dikendalikan. Dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, upaya imunisasi dapat semakin efektif,
bermutu dan efisien.

64
Upaya penyelenggaran imunisasi dapat dilakukan di seluruh wilayah
Indonesia. Penyelengara kegiatan imunisasi disetiap daerah dilakukan
oleh Puskesmas dimasing-masing daerah yang ada.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan di masyarakat
menyelenggarkan program imunisasi, yang dilakukan untuk bayi 0 sd 12
bulan, balita, calon pengantin dan ibu hamil serta anak sekolah dasar.
Agar penyelenggaran progam imunisasi dapat berjalan dengan efektif dan
efisien dan bermutu maka diperlukan pedoman imunisasi yang
digunakan oleh petugas dalam menjalankan pelayanan imunisasi.

B. Tujuan Pedoman
a. Tujuan Khusus
Sebagai dasar dan acuan dalam penyelenggaran progam
imunisasi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Iboih
b. Tujuan Umum
1. Terpantaunya pelayanan imunisasi pada bayi, balita , wus
dan anak usia sekolah
2. Pelaksanaan imunisasi sesuai standar
3. Terpantaunya KIPI

C. Sasaran Pedoman
1. Dokter
2. Bidan
3. Perawat
4. Petugas Chold chain

D. Ruang Lingkup Pedoman


Pedoman ini menngatur tentang ruang lingkup penyelenggaraan
imunisasi meliputi:
1. Pelayanan imunisasi dasar kepada bayi (hepatitis b, BCG, Polio,
DPT-HB-Hib, dan campak)
2. Pelayanan imunisasi tambahan pada balita backlog figting/
crash progam campak (DPT-HB-Hib, campak)
3. Pelayanan imunisasi lanjutan anak sekolah (Dt, Td) dan wanita
subur (TT)
4. Kegiatan PIN atau Sub PIN

65
E. Batasan Operasional
Terselenggaranya imunisasi dasar/ wajib, tambahan dan lanjutan di
wilayah kerja Puskesmas IBOIH baik didalam gedung maupun luar
gedung

F. Landasan Hukum
1. Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 42 Tahun 2013 tntang
Pedoman dan Penyelenggaraan Imunisasi
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat

66
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM)


Pola ketenagaan dan kualifikasi sumber daya manusia progam
imunisasi :
No Nama Jabatan Kualifikasi Formal Ket.
1 Tenaga Teknis imunisasi Bidan (DIII), D3 -
Farmasi
2 Tenaga Pelaksana Dokter -
Bidan (DIII)
Perawat (DIII)

Tugas dan Tanggung Jawab tenaga teknis, tenaga pelaksana


1. Melaksanakan kegiatan teknis Imunisasi
2. Melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan
3. Melaksanakan kegiatan penerimaan vaksin, perawatan Cold Chain,
penyimpanan vaksin serta distribusi vaksin baik ke pelayanan
Puskesmas dan Klinik Swasta
4. Melakukan konsultasi dengan tenaga kesehatan lain

B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi tenaga pelayanan progam imunisasi terdiri dari :
1. Puskesmas Induk
1 orang tenaga teknis
1 orang atau lebih pelaksana
2. Puskesmas Pembantu
1 orang pelaksana
3. Poskesdes
1 orang pelaksana disetiap Poskesdes
4. Posyandu
1 orang pelaksana Posyandu

C. Jadwal Kegiatan

67
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan
Koordinasi pelaksanaan kegiatan Imunisasi dilakukan oleh
Penanggung jawab UKM imunisasi yang menempati gedung Utama
Puskesmas. Pelaksanaan rapat koordinasi dilakukan di aula UPTD
Puskesmas Iboih yang terletak di lantai 2.

B. Standar Fasilitas
Standar Sarana
1. Ruangan Imunisasi menjadi satu dengan ruangan KIA
2. Penempatan vaksin dalam chold chain berada terpisah dengan
ruangan imunisasi. (Ruangan Chold Chain berada di ruangan
Apotek).
Lingkup ruangan chold chain adalah:
1) Jarak lemari es dengan dinding belakang adalah 10 – 15 cm,
atau sampai pintu lemari es dapat dibuka
2) Ruangan mempunyai sirkulasi udara yangcukup
3) Lemari es tidak terkena sinar matahari secara langsung
4) Lemari es menggunakan satu stop kontak
5) Ada alat pemantau suhu lemari es terdiri dari : 1 buah
termometer dalam lemari es, 1 buah freeztag, buku grafik dan
lembar pencatatan suhu
3. Tempat pelayanan
Tempat pelayanan dalam gedung
a. Puskesmas induk terdiri dari 1 ruang poli kesehatan ibu
dan anak
b. Puskesmas pembantu terdiri dari 1 ruang untuk
pemeriksaan kesehatan ibu dan anak
c. Poskeskel terdiri dari 1 ruang untuk pemeriksaan
kesehatan ibu dan anak
Tempat pelayanan luar gedung
a. Posyandu
1 meja pelayanan di Posyandu (meja ke-5)
b. Sekolah
Ruangan UKS

68
Standar Fasilitas
1. Peralatan
Peralatan Imunisasi terdiri dari sejumlah alat medis yang
digunakan untuk melaksanakan kegiatan imunisasi:
a. Kit imunisasi
1. Pinset 2 buah
2. Vaksin cariier … buah
3. Lemari es biasa 1 buah
4. Lemari es vaksin 1 buah
5. Temometer muller … buah
6. Freeze tag … buah
b. Peralatan surveillans
komputer dan printer 1 buah
c. Mebelair
1. Meja kerja 1 buah
2. Kursi kerja 1 buah
3. Kursi hadap 2 buah
d. Penunjang
1. Tempat sampah medis 1 buah
2. Tempat sampah non medis 1 buah
e. Bahan habis pakai
1. ADS 0,05 ml, o,5 ml, 5 ml Sesuai kebutuhan
2. Kapas Sesuai kebutuhan
3. Vaksin (Hb, BCG.polio, DPT-HB-hib, Sesuai
kebutuhan dan campak)
4. Safety box Sesuai kebutuhan

69
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Kegiatan pelayanan imunisasi terdiri dari:
1. Perencanaan
a. Perencanaan sasaran
b. Perencanaan target cakupan
c. Perencanaan kebutuhan vaksin
2. Pelaksanaan
a. Persiapan petugas
b. Persiapan masyarakat
c. Pemberian layanan imunisasi
a) Pelayanan imunisasi dasar dan lanjutan (imunisasi TT) di
dalam gedung UPTD Puskesmas Iboih, Pelayanan imunisasi
dasar dan tambahan luar gedung backlog fighting/ crash
progam ( 8 Posyandu)
b) Pelayanan imunisasi dasar lanjutan anak sekolah (1 TK, 1
SD, 1 SMP)
c) Kegiatan imunisasi masal untuk antigen tertentu dalam
waktu tertentu dan dalam wilayah tertentu (PIN, Sub Pin).
d. Koordinasi
3. Pengelolaan rantai vaksin
4. Pengelolaan limbah
5. Pencatatan dan pelaporan

B. Langkah Kegiatan
Langkah-langkah kegiatan imunisasi:
1. Perencanaan
Perencanaan sasaran dilakukan di setiap tahun kegiatan
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan sasaran dilakukan di setiap bulan kegiatan
3. Evaluasi
Evaluasi sasaran dilakukan di setiap bulan kegiatan

70
BAB V
LOGISTIK
Logistik dalam pelayanan Imunisasi meliputi :
A. Vaksin
No Nama Vaksin Satuan Jenis Vaksin
1 Vaksin BCG Strain Vial Vaksin BCG
Danish 1331
2 Vaksin Pentabio Vial Vaksin DPT-HB-Hib
3 Vaksin Jerap Tetanus Vial Vaksin Tetanus
Toksoid
4 Vaksin Jerap DT Vial Vaksin Difteri
Tetanus
5 Vaksin Oral Polio Vial Vaksin Polio
Vaccine (BOPV)
6 Meales Vaccine Dilvent Vial Vaksin Campak
Kering
7 Vaksin Hepatitis B PID Vial Vaksin Hepatitis B

B. Bahan habis pakai


No Nama Barang Satuan
1 Pelarut Vaksin Campak Vial
2 Pelarut Vaksin BCG Vial
3 Drooper Biji
4 Kapas Biji
5 ADS (Auto Distruct Syringe)0,05 ml, 0,5 Dos
ml, 5,0 ml
6 Safety Box Volume 5 ltr Biji

71
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGAM

A. Pengertian
Keselamatan Pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana
puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi
hal-hal sebagai berikut :
1. Asesmen Resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien
3. Pelaporan Dan Analisis Insiden
4. Kemampuan Belajar Dari Insiden Dan Tindak Lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya tidak diambil

B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas
2. Meningkatnya akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan
masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di puskesmas
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD)


Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan
cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena
penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan
oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak
dapat dicegah.

72
KEJADIAN NYARIS CEDERA (KNC)
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambill (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera
serius tidak terjadi :
1. Karena “keberuntungan”
2. Karena “pencegahan”
3. Karena “peringanan”

KESALAHAN MEDIS
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.

C. Tata Laksana
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang
terjadi pada pasien
2. Melaporkan pada dokter
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “Pelaporan
Insiden Keselamatan”.

73
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pendahuluan
HIV/AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV
menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala.
Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000
penduduk berusia 15 – 49 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus
baru 25% terjadi di Negara-negara berkembang yang belum mampu
menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan
peningkatan kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV/AIDS
terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke masyarakat melalui
penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup
tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelindung, pelayanan
kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan
umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit :
tatii, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular
melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi
dikemukakan bahwa menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di
Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka
kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah
2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis
karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas
memperkuat keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan
prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi.
Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “Kewaspadaan
Umum” atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi
nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi petugas kesehatan.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan
melakukan kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara
terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab
itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya
dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

74
B. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan
kewajibannya dapat melindungi diri sendiri, pasien dan
masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan
kewajibannya mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit
menular dilingkunagn tempat kerjanya, untuk menghindarkan
paparan tersebut setiap petugas harus menerapkan prinsip
“Universal Precation”.
C. Tindakan Yang Beresiko Terpajan
a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

D. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan
keselamatan kerja adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygienie
sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut
dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu:
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang.
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan
guna mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai.
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan.
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

75
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di UPTD Puskesmas Iboih dalam


memberikan pelayanan imunisasi adalah kejadian abses pasca imunisasi
suntik 0%.
Dalam pelaksanaan indicator mutu menggunakan buku monitoring
dan evaluasii indicator mutu pelayanan dan dievaluasi serta dilaporkan
setiap bulan pada tim mutu dan direktur pelayanan.

76
BAB IX
PENUTUP

Buku Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Imunisasi ini merupakan


kumpulan dari beberapa reverensi buku panduan pelayanan imunisasi di
Puskesmas, diharapkan dapat membantu penyelenggaraan imunisasi di
puskesmas agar pelayanan imunisasi dapat berjalan dengan baik
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya
bayi, balita dan apras secara optimal.
Pedoman penyelenggaraan pelayanan imunisasi merupakan acuan
puskesmas dalam membuat standart operasional prosedur (SOP)
imunisasi. Diharapkan standar ini bermanfaat dan dapat membantu
petugaas pemberi pelayanan dalam melaksanakan asuhan
kebidanan/keperawatan baik di dalam gedung maupun diluar gedung,
yang pada akhirnya diharapkan agar kualitas dan efektivitas pelayanan
imunisasi di Puskesmas terus meningkat.
Penyusunan pedoman penyelenggaraan pelayanan imunisasi ini
telah diusahakan sebaik-baiknya. Namun demikian tentu masih terdapat
kekurangan dn kekeliruan dalam penyusunan pedoman ini, untuk itu
saran perbaikan dan penyempurnaan pedoman penyelenggaraan
pelayanan imunisasi ini kami harapkan dari berbagai pihak yang terkait
demi kesempurnaan pedoman ini.

77
LAMPIRAN 4 : CONTOH PANDUAN

KRITERIA xxx EP y PANDUAN PENGELOLAAN KEUANGAN


PUSKESMAS IBOIH

PEMERINTAH KOTA SABANG

DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA

UPTD PUSKESMAS IBOIH

78
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah, pimpinan UPTD (Kepala Puskesmas) harus menyelenggarakan
penatausahaan keuangan UPTD yang dikelolanya. Oleh karena itu
diperlukan suatu pedoman dalam penatausahaan dimaksud, yang
meliputi penatausahaan penerimaan kas, pengeluaran kas dan transaksi
keuangan nonkas.
Panduan pengelolaan keuangan ini digunakan untuk penatausahaan
seluruh penerimaan dan pengeluaran yang sumber dananya berasal dari
jasa layanan, hibah tidak terikat, hasil kerja sama dengan pihak lain dan
lain-lain pendapatan UPTD yang sah. Sedangkan penatausahaan untuk
penerimaan dan pengeluaran yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Kota, mengacu pada Peraturan Walikota Sabang tentang
Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mewujudkan tertib administrasi dan tertib pelaksanaan sesuai
dengan prinsip pengendalian intern yang baik atas transaksi-
transaksi keuangan puskesmas, memudahkan
pendokumentasian dan monitoring serta evaluasi penggunaan
anggaran keuangan dalam mendukung peningkatan upaya
kesehatan masyarakat yang bersifat promotif dan preventif
dalam mencapai target program kesehatan prioritas nasional.
2. Tujuan Khusus
a. Panduan keuangan APBK UPTD bagi Pengelola Keuangan
Operasional Puskesmas.
b. Panduan keuangan Dana JKN bagi petugas pengelola
keuangan JKN.
c. Panduan keuangan Dana Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK) bagi petugas pengelola keuangan BOK.

79
C. RUANG LINGKUP
1. Pengelola Keuangan Operasional
2. Pengelola Keuangan JKN
3. Pengelola Keuangan BOK

D. BATASAN OPERASIONAL
1. Dana Alokasi Umum (DAU) adalah Sejumlah dana yang
dialokasikan kepada setiap Daerah Otonom
(Provinsi/Kabupaten/Kota) di Indonesia setiap tahunnya
sebagai dana pembangunan. DAU merupakan salah satu
komponen belanja pada APBN, dan menjadi salah satu
komponen pendapatan pada APBD.
2. DAK Bidang Kesehatan adalah dana yang dialokasikan dalam
APBN kepada daerah dengan tujuan untuk membantu
mendanai kegiatan yang merupakan urusan daerah sesuai
dengan prioritas nasional.
3. Dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) adalah dana yang
dialokasikan untuk meningkatkan kinerja puskesmas dalam
upaya kesehatan promotif dan preventif dalam mendukung
pelayanan kesehatan di luar gedung dengan didukung
manajemen puskesmas yang baik.
4. Jaminan Kesehatan Nasional yang selanjutnya disingkat
JKN adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
5. Dana Kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang
dibayar dimuka kepada FKTP berdasarkan jumlah peserta yang
terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah
pelayanan kesehatan yang diberikan.

80
BAB II
RUANG LINGKUP KEGIATAN

A. DANA ALOKASI KHUSUS KESEHATAN


1. BOK (BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN)
a. Pengalokasian BOK
Dana BOK yang merupakan bagian dari Dana Alokasi
Khusus Non fisik dialokasikan kepada setiap kabupaten
dengan peruntukan bagi puskesmas, Dinas Kesehatan
Kabupaten sebagai fasilitas rujukan UKM sekunder
termasuk Balai Kesehatan Masyarakat sebagai unit
pelaksana teknis bila ada, dan instalasi farmasi Kabupaten.
Distribusi dana BOK yang dialokasikan setiap kabupaten
dengan rincian untuk masing-masing kegiatan terdapat
pada lampiran.
1) Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai fasilitas rujukan
UKM sekunder menerima alokasi dengan besaran
sesuai yang ditetapkan dalam lampiran.
2) Setiap puskesmas yang menjadi sasaran Program
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) diberikan
tambahan alokasi sebesar Rp7.500.000.- (tujuh juta
lima ratus ribu rupiah) per desa STBM per tahun yang
bersumber dari alokasi kegiatan BOK untuk
puskesmas.
3) Sisa alokasi dana kegiatan BOK untuk puskesmas
disetiap kabupaten setelah dikurangi untuk
kebutuhan Desa STBM diatas didistribusikan kepada
semua puskesmas secara proporsional dengan
mempertimbangkan beberapa hal yang terkait dengan
beban kerja, antara lain: luas wilayah kerja
puskesmas; jumlah penduduk yang menjadi tanggung
jawab puskesmas; jumlah UKBM, jumlah sekolah;
dana kapitasi JKN yang diterima; jumlah tenaga
pelaksana UKM.

81
b. Penggunaan Dana BOK
Dana BOK yang diterima dapat digunakan untuk
kegiatan-kegiatan promotif dan preventif serta kegiatan
dukungan manajemen yang meliputi :
1) Upaya kesehatan masyarakat esensial dan
pengembangan termasuk pemenuhan kebutuhan
pendukung kegiatan, pemberdayaan masyarakat, dan
kerjasama lintas sektoral serta manajemen
puskesmas. Untuk mewujudkan keluarga sehat maka
berbagai kegiatan di puskesmas dilaksanakan melalui
strategi pendekatan keluarga dengan kegiatan keluar
gedung (kunjungan rumah) pada keluarga
2) Upaya kesehatan masyarakat yang dilaksanakan
meliputi pelayanan kesehatan keluar gedung
khususnya untuk menjangkau daerah sulit/terpencil,
pemberdayaan masyarakat, dan inovasi pelayanan
kesehatan.
3) Kegiatan STBM dan UKBM di wilayah kerjanya dan
mengatasi berbagai masalah kesehatan yang dihadapi
di keluarga. Kegiatan untuk mewujudkan desa STBM
di desa oleh sanitarian/tenaga kesehatan lingkungan
puskesmas meliputi: pemicuan, Identifikasi Masalah
dan Analisis Situasi (IMAS) perilaku kesehatan,
monitoring paska pemicuan, pembuatan dan update
peta sanitasi dan buku kader, kampanye cuci tangan
pakai sabun, kampanye higiene sanitasi sekolah, dan
surveilans kualitas air (pra dan paska konstruksi)
serta verifikasi stop buang air besar sembarangan
(SBS).
Pengangkatan tenaga kontrak promosi kesehatan di
puskesmas yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten.
c. Pemanfaatan Dana BOK
Dana BOK yang tersedia disetiap jenjang dapat
dimanfaatkan untuk membiayai setiap kegiatan yang

82
tercakup dalam menu kegiatan disetiap fasilitas pelayanan
kesehatan yang menerima alokasi dana BOK, meliputi :
1) Transport lokal dalam wilayah desa, kecamatan,
kabupaten bagi petugas kesehatan, lintas sektor
termasuk kader;
2) Perjalanan dinas atau transport PNS dan non PNS;
3) Pembelian barang pakai habis;
4) Belanja bahan/material untuk mendukung pelayanan
promotif dan preventif antara lain penggandaan media,
reagen, rapid tes/tes cepat, bahan PMT penyuluhan
dan pemulihan berbahan lokal;
5) Belanja cetak dan penggandaan;
6) Belanja makanan dan minuman;
7) Penyelenggaraan rapat-rapat, sosialisasi,pertemuan;
8) Honorarium PNS dan non PNS;
Dana BOK tidak dapat dimanfaatkan untuk keperluan
belanja tidak langsung (gaji, tunjangan dll) belanja modal,
upaya kesehatan kuratif dan rehabilitatif, pembelian obat,
vaksin, pemeliharaan gedung, kendaraan, biaya
transportasi rujukan.
Dalam upaya untuk peningkatan kegiatan promosi
kesehatan dan mewujudkan program STBM, dana BOK
dapat dimanfaatkan untuk pembayaran honor pegawai
yang dikontrak untuk kegiatan tersebut dengan ketentuan :
a) Pembayaran honor 1 (satu) orang tenaga promotor
kesehatan yang ditempatkan di setiap puskesmas.
Tenaga tersebut dikontrak oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten. Biaya honor berasal dari dana BOK untuk
Puskesmas. Ketentuan khusus terkait dengan tenaga
kontrak promotor kesehatan adalah:
1) Berpendidikan minimal D3 Kesehatan
jurusan/peminatan Kesehatan Masyarakat
utamanya jurusan/peminatan Promosi
Kesehatan/Ilmu Perilaku, diutamakan yang

83
memiliki pengalaman kerja minimal 1 tahun
dibidangnya.

2) Diberikan honor minimal sesuai upah minimum


di kabupaten yang berlaku, dengan target kinerja
bulanan yang ditetapkan secara tertulis oleh
Kepala Puskesmas (output based performance).

3) Diberikan hak/fasilitas yang setara dengan staf


puskesmas lainnya

4) Diberikan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


untuk yang bersangkutan saja.

5) Lama kontrak maksimal 1 (satu) tahun dan dapat


diperpanjang sesuai ketersediaan anggaran dan
capaian target kinerjanya

B. Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional


Dana Kapitasi yang diterima oleh FKTP dari Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dimanfaatkan seluruhnya
untuk :
a. pembayaran jasa pelayanan kesehatan; dan
b. dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan.
Alokasi untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud untuk tiap FKTP ditetapkan sekurang-
kurangnya 60% dari penerimaan Dana Kapitasi.
Alokasi untuk pembayaran dukungan biaya operasional
pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud ditetapkan sebesar
selisih dari besar Dana Kapitasi dikurangi dengan besar alokasi
untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan.
Besaran alokasi sebagaimana dimaksud ditetapkan setiap tahun
dengan Keputusan Kepala Daerah atas usulan Kepala SKPD Dinas
Kesehatan Kabupaten dengan mempertimbangkan :
a. kebutuhan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai;
b. kegiatan operasional pelayanan kesehatan dalam rangka
mencapai target kinerja di bidang upaya kesehatan perorangan;
dan
c. besar tunjangan yang telah diterima dari Pemerintah Daerah.

84
Alokasi Dana Kapitasi untuk pembayaran jasa pelayanan
kesehatan sebagaimana dimaksud dimanfaatkan untuk pembayaran
jasa pelayanan kesehatan bagi tenaga kesehatan dan tenaga non
kesehatan yang melakukan pelayanan pada FKTP. Pembagian jasa
pelayanan kesehatan kepada tenaga kesehatan dan tenaga non
kesehatan sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan
mempertimbangkan variabel :
a. jenis ketenagaan dan/atau jabatan; dan
b. kehadiran.
Alokasi Dana Kapitasi untuk dukungan biaya operasional
pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam dimanfaatkan
untuk :
a. obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dapat dilakukan
melalui SKPD Dinas Kesehatan, dengan mempertimbangkan
ketersediaan obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang
dialokasikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah; dan
b. kegiatan operasional pelayanan kesehatan lainnya, meliputi :
1) upaya kesehatan perorangan berupa kegiatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif lainnya;
2) kunjungan rumah dalam rangka upaya kesehatan perorangan;
3) operasional untuk puskesmas keliling;
4) bahan cetak atau alat tulis kantor; dan/atau
5) administrasi keuangan dan sistem informasi.
Penggunaan Dana Kapitasi untuk dukungan biaya
operasional pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

85
BAB III
PROSEDUR PENERIMAAN KAS

A. DEFINISI
Penerimaan kas adalah transaksi atau kejadian yang mengakibatkan
terjadinya penerimaan kas, yaitu penerimaan kas dari pendapatan jasa
layanan kesehatan, alokasi dana APBD, pinjaman, tagihan piutang, dan/
atau pendapatan investasi lainnya.
Prosedur Penerimaan Kas adalah serangkaian proses mulai
penerimaan kas di kasir, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan
pertanggungjawaban penerimaan kas atas pendapatan. Prosedur
penerimaan kas ditetapkan dengan tujuan untuk memastikan bahwa
semua penerimaan kas telah dicatat dengan benar dan lengkap sesuai
dengan peraturan/tarif yang berlaku, diklasifikasikan secara tepat serta
untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas keamanan fisik uang
kas itu sendiri.
Prosedur penerimaan kas dirancang dengan semaksimal mungkin
menerapkan prinsip-prinsip pengendalian intern yang baik dan handal
dengan melibatkan semua fungsi yang terkait dan menggunakan
dokumen/bukti transaksi sebagai berikut :
1. Fungsi yang terkait
Fungsi yang terkait pada prosedur penatausahaan penerimaan
kas, antara lain :
a. Pengguna Anggaran
b. Kuasa Pengguna Anggaran
c. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD
d. Bendahara Penerimaan
e. Pejabat Keuangan UPTD
f. Bendahara Penerimaan Pembantu
g. Bendahara Pengeluaran Pembantu

86
2. Bukti transaksi yang digunakan
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur penerimaan
kas mencakup :
a. Surat tanda bukti pembayaran (nota pembayaran) / karcis
b. STS dan atau slip setoran,
c. Bukti transfer
d. SP2D/bukti penerimaan (untuk penerimaan dari alokasi
dana APBK)
3. Buku-Buku Yang Digunakan
Buku yang digunakan dalam penatausahaan penerimaan kas :
a. BKU;
b. Buku Pembantu Rincian Obyek Penerimaan (untuk
pendapatan non APBK);
c. Rekapitulasi Penerimaan Harian (untuk pendapatan non
APBK).

B. Penerimaan kas dari jasa pelayanan kesehatan


Penerimaan kas dari pendapatan jasa pelayanan kesehatan
merupakan penerimaan yang diperoleh dari penerimaan
pembayaran/tarif atas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
masyarakat umum dan peserta JKN yang berupa rawat jalan, rawat inap,
obat-obatan/farmasi, laboratorium, pemanfaatan ambulance, sebagai
berikut:
1. Penerimaan Rawat Jalan / Unit Tindakan.
Penerimaan dari Rawat Jalan / Ruang Tindakan adalah
penerimaan jasa pelayanan rawat jalan kepada pasien untuk
observasi, diagnosis, pengobatan, dan pelayanan kesehatan
lainnya yang dinyatakan dalam bentuk karcis harian sesuai
layanan yang dituju.
Prosedur :
a. Pelanggan rawat jalan datang mendaftar.
b. Untuk pelanggan baru, petugas pendaftaran mendata
identitas pasien serta unit layanan yang dituju dengan
mencatat dalam buku Register Pelanggan serta membuat
nota pembayaran, kartu berobat dan memberikan nomor

87
antrian sesuai dengan layanan yang dituju, sedangkan
untuk pelanggan lama, pelanggan mendaftar dengan
menunjukkan kartu berobat.
c. Pasien menuju layanan yang dimaksud untuk
mendapatkan pemeriksaan/pelayanan kesehatan. Apabila
berdasarkan hasil pemeriksaan pasien tidak memerlukan
tindakan lebih lanjut, maka pasien diberi resep dan
diarahkan untuk mendapatkan obat di unit obat
Puskesmas dan apabila pasien mendapat tindakan medik
di layanan yang bersangkutan, maka pasien dikenakan
biaya tambahan sesuai rincian tindakan, ditulis di nota
pembayaran dan dibayar di Kasir.
d. Apabila menurut keterangan dokter masih diperlukan
pelayanan penunjang (pemeriksaan laboratorium) maka
pasien diberi surat pengantar ke laboratorium (beserta
nota pembayaran).
e. Setelah dilaksanakan pelayanan laboratorium, petugas
tempat pelayanan menulis rincian biaya tersebut di nota
pembayaran dan petugas laboratorium mempersilahkan
pelanggan kembali ke unit perujuk.
f. Apabila menurut dokter yang memeriksanya pelanggan
masih perlu dikonsultasikan kepada dokter lain yang tidak
dapat dilakukan di puskesmas, maka kepada pasien diberi
surat pengantar ke dokter pada fasilitas kesehatan lanjutan
dengan dibuatkan surat rujukan.
2. Penerimaan Laboratorium
Penerimaan jasa pelayanan kesehatan dari laboratorium
merupakan penerimaan pembayaran/tarif atas pelayanan
pemeriksaan penunjang diagnostik yang meliputi pemeriksaan
laboratorium kepada pasien dari dalam Puskesmas (pelanggan
rawat jalan/unit tindakan) dan dari luar atas permintaan
sendiri untuk melengkapi penegakan diagnosis atau terapi.
Prosedur :
a. Untuk pasien dari dalam Puskesmas (pelanggan rawat
jalan/unit tindakan) mendapat surat pengantar dari dokter

88
yang memeriksanya, sedangkan untuk pasien dari luar
Puskesmas mendaftar di pendaftaran dan langsung menuju
unit pelayanan umum.
b. Pasien menuju ruang laboratorium dengan membawa surat
pengantar dan kemudian mendapatkan pelayanan.
c. Untuk pasien JKN mendapat pelayanan laboratorium dan
tidak dikenakan biaya,namun biaya akan ditagihkan
kepada BPJS (Non Kapitasi).
d. Pengajuan klaim (Non Kapitasi) diajukan oleh Pemimpin
UPTD kepada BPJS setelah diverifikasi oleh petugas yang
menangani JKN.
e. BPJS mentransfer ke rekening Kas UPTD dan mengirimkan
laporan pembayaran klaim kepada Dinas Kesehatan Kota
Sabang cq Seksi Pelayanan Kesehatan
f. Bendahara penerimaan pembantu mengambil bukti
transfer pembayaran klaim dari BPJS ke Seksi Pelayanan
Kesehatan Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kota
Sabang.
3. Penerimaan Kas dari Kerjasama Dengan Pihak Ketiga
Penerimaan kas dari kerjasama dengan pihak ketiga adalah
penerimaan kas yang diperoleh dari hasil kerjasama operasional
maupun kegiatan tertentu yang didukung dengan adanya surat
perjanjian kerjasama maupun nota kesepakatan.
Prosedur :
a. Calon mitra mengajukan proposal kegiatan/kerjasama
operasional kepada Pemimpin UPTD atau sebaliknya.
b. Pemimpin UPTD menelaah proposal tersebut dan apabila
mempunyai prospek yang bagus, maka dilakukan
pembicaraan dengan calon mitra.
c. Pembahasan dengan calon mitra meliputi bentuk kegiatan,
pembagian biaya dan hasil dari masing-masing pihak.
d. Setelah dicapai kesepakatan maka dibuat surat perjanjian
kerjasama operasional/nota kesepakatan.

89
e. Hasil dari kegiatan disetor oleh mitra kerja ke bendahara
penerimaan (untuk kegiatan) dan atau transfer ke rekening
Kas UPTD (Kerjasama operasional).
4. Penerimaan Kas dari Kapitasi JKN
Penerimaan kas dari kapitasi adalah penerimaan kas yang
diperoleh dari BPJS sesuai dengan jumlah kepesertaan JKN
yang terdaftar di puskesmas.
Prosedur :
a. BPJS melakukan transfer ke rekening puskesmas di Bank
Aceh (Rekening Kas UPTD) sejumlah nilai yang di
sesuaikan dengan jumlah kepesertaan setiap bulan.
b. Bendahara Penerimaan Pembantu mencatat sejumlah dana
kapitasi yang diterima di buku kas umum penerimaan.
Terhadap penerimaan kas dari pendapatan tersebut di atas
(poin A, B), bendahara penerimaan melakukan
penatausahaan sebagai berikut:
a. Bendahara penerimaan pembantu membukukan
seluruh penerimaan setiap hari pada buku kas umum,
buku pembantu per rincian obyek penerimaan dan
buku rekapitulasi penerimaan harian.
b. Bendahara penerimaan pembantu setiap hari pada
hari yang sama menyetor seluruh penerimaan
retribusi umum ke rekening kas UPTD di Bank Aceh
Sabang dengan membuat bukti setor/Surat Tanda
Setoran (STS) rangkap dua (lembar ke 1 untuk Bank
dan lembar ke 2 untuk Arsip) dan melaporkan kepada
pejabat keuangan UPTD.
c. Setiap bulan paling lambat tanggal 1, bendahara
penerimaan pembantu membuat laporan bulanan
penerimaan dan disampaikan kepada bendahara
penerimaan Dinas Kesehatan Kota Sabang, melalui
Kuasa Pengguna Anggaran (Pemimpin UPTD).
5. Penerimaan kas dari dana APBK Pemerintah Kota Sabang
Penerimaan kas dari alokasi dana APBD merupakan
penerimaan kas yang diperoleh dari penarikan dana APBD

90
untuk membiayai kegiatan operasional Puskesmas. Kuasa
Pengguna Anggaran terlebih dahulu mengajukan RPK kegiatan
kepada Bendahara di Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana
Kota Sabang.
Prosedur :
1. Berdasarkan SP2D yang diterima, bendahara meng-
uangkan SP2D tersebut ke Bank Aceh.
2. PPTK mengajukan panjar kepada bendahara pengeluaran
pembantu sejumlah nominal yang tertera dalam RPK.
3. Bendahara pengeluaran pembantu mengeluarkan cek
sesuai dengan jumlah panjar dari PPTK
4. Cek panjar diberikan kepada pimpinan UPTD untuk
mendapat persetujuan
5. Berdasarkan dokumen penerimaan kas tersebut,
bendahara pengeluaran mencatat dalam BKU.

91
BAB IV
PROSEDUR PENGELUARAN KAS

A. DEFINISI
Pengeluaran kas adalah transaksi atau kejadian yang
mengakibatkan terjadinya pengeluaran kas, misalnya pengeluaran kas
untuk pembayaran belanja pegawai dan belanja operasional Puskesmas
lainnya, pembayaran utang, penyetoran kepada pihak ketiga, penyertaan
modal ataupun pengembalian pendapatan.
Prosedur pengeluaran kas ditetapkan dengan tujuan untuk memastikan
bahwa semua pengeluaran kas telah dicatat dengan benar sesuai dengan
klasifikasi pengeluaran ataupun anggaran yang tersedia serta untuk
memperoleh keyakinan yang memadai atas pengeluaran kas itu sendiri.
Prosedur pengeluaran kas dirancang dengan semaksimal mungkin
menerapkan prinsip-prinsip pengendalian intern yang baik dan handal
dengan tetap memperhatikan fungsi yang terkait dan dokumen/bukti
transaksi yang digunakan, sebagai berikut :
1. Fungsi yang terkait
Fungsi yang terkait pada sistem dan prosedur pengeluaran kas
baik yang berasal dari dana Fungsional (penerimaan dari
pendapatan Puskesmas) maupun dana yang bersumber dari
APBD ditetapkan, antara lain:
a. Pengguna Anggaran
b. Kuasa Pengguna Anggaran/pemimpin UPTD
c. PPK Puskesmas
d. Pejabat keuangan UPTD / Sub Bag Tata Usaha
e. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)/Pejabat Teknis
f. Bendahara Pengeluaran
g. Bendahara Pengeluaran Pembantu

2. Bukti transaksi yang digunakan


Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur pengeluaran
kas mencakup:
a. SPP GU,LS,TU
b. Bukti transaksi pengeluaran kas lainnya

92
B. Pengelolaan dan Penatausahaan Pengeluaran Kas Yang Berasal
Dari Dana Fungsional (Pendapatan Puskesmas)
1. Pembayaran Belanja dengan SPP-UP/GU/TU
Pembayaran untuk suatu kegiatan/belanja yang dilakukan
melalui pengajuan SPP- UP/GU/TU. Pembayaran ini dilakukan
langsung oleh bendahara pengeluaran pembantu kepada PPTK
atas suatu kegiatan yang dilakukan tidak atas kontrak atau
SPK.
Prosedur:
a. Pada awal tahun anggaran bendahara pengeluaran
pembantu mengajukan SPP-UP sesuai kebutuhan
pelaksanaan kegiatan selama 1-2 bulan kepada pemimpin
UPTD (KPA) melalui Pejabat Keuangan (Kepala Sub Bagian
Tata Usaha)
b. Setelah uang persediaan tersedia (lihat prosedur
penerimaan kas) dan berdasarkan permintaan dana dari
PPTK, bendahara pengeluaran pembantu mendistribusikan
dana kepada PPTK untuk melakukan kegiatan opersional
dan membuat kuitansi (Panjar) rangkap 2 (satu lembar
untuk PPTK dan satu lembar arsip) kemudian bendahara
pengeluaran pembantu mencatat dalam buku panjar..
c. Setelah melakukan kegiatan dan pembayaran, PPTK
mempertanggungjawabkan pengeluaran definitif ke
bendahara pengeluaran pembantu dengan menyerahkan
bukti-bukti asli beserta sisa uangnya (jika ada) dan
kuitansi panjar dicap sudah dipertanggungjawabkan.

d. Atas pertanggungjawaban pengeluaran definitif tersebut


bendahara pengeluaran pembantu mencatat pengeluaran
tersebut dalam BKU serta kendali kegiatan dan
menyiapkan SPP-GU sebesar pengeluaran definitif.
e. SPP-GU disampaikan kepada Pejabat Keuangan untuk
diterbitkan SPM-GU, setelah SPM-GU disetujui oleh
Pemimpin UPTD maka diterbitkan cek untuk pencairan

93
dari Kas UPTD, kemudian setelah dana dicairkan maka
diberikan kepada PPTK untuk operasional berikutnya.
f. Apabila terdapat kegiatan yang memerlukan dana banyak
dan melebihi dari kebutuhan yang telah direncanakan
maka PPTK dapat mengajukan permintaan tambahan dana
kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu.
g. Bendahara pengeluaran pembantu mengajukan SPP-TU
kepada pemimpin UPTD melalui Pejabat Keuangan,
Tambahan uang tersebut harus dipertanggungjawabkan
paling lama 1 bulan kemudian.
h. Pada akhir kegiatan apabila masih terdapat saldo uang
maka saldo tersebut disetorkan ke Kas UPTD.
i. Pada akhir tahun anggaran apabila masih terdapat saldo
kas di bendahara pengeluaran pembantu, harus di setor ke
kas UPTD.
2. Pembayaran Belanja dengan SPP-LS
a. Pembayaran Jasa Pelayanan
1) Petugas pembuat daftar penerima Jasa Pelayanan
setiap bulan membuat daftar dan perhitungan Jasa
Pelayanan.
2) Berdasarkan daftar tersebut maka bendahara
pengeluaran pembantu mengajukan SPP-LS kepada
pemimpin UPTD melalui pejabat keuangan.
3) Setelah SPP-LS disetujui oleh pejabat keuangan dan
pemimpin UPTD menandatangani SPM-LS maka
diterbitkan cek.
4) Cek tersebut dicairkan dari Kas UPTD (PUSKESMAS)
oleh bendahara pengeluaran pembantu dan kemudian
dibayarkan kepada penerima sesuai daftar.
b. Pembayaran kepada pihak ketiga
Pembayaran langsung kepada pihak ketiga adalah untuk
pembayaran suatu kegiatan/belanja yang dilakukan secara
langsung kepada pihak ketiga berdasarkan kontrak dan
atau Surat Perintah Kerja.
Prosedur :

94
1) Pihak ketiga setelah menyelesaikan sebagian atau
seluruh pekerjaan mengajukan tagihan sesuai yang
diatur dalam Kontrak atau SPK kepada PPTK dengan
dilampiri bukti-bukti pendukungnya antara lain berita
acara kemajuan pekerjaan/berita acara penyelesaian
pekerjaan, laporan kemajuan kegiatan dan atau berita
acara serah terima barang/jasa.
2) PPTK meneliti terlebih dahulu kelengkapan tagihan,
setelah lengkap maka PPTK mengajukan kelengkapan
dokumen tagihan kepada bendahara pengeluaran
pembantu.
3) Tagihan tersebut terlebih dahulu diverifikasi
kelengkapan dan keabsahannya serta dibuatkan kartu
kendali kegiatan, setelah dinyatakan lengkap maka
bendahara pengeluaran pembantu membuat SPP-LS.
4) SPP-LS diajukan kepada pemimpin UPTD melalui
pejabat keuangan UPTD untuk diterbitkan SPM-LS,
setelah disetujui oleh pejabat keuangan dan pemimpin
UPTD, maka diterbitkan Cek untuk diberikan kepada
pihak ketiga.

95
BAB V
PELAPORAN

A. DANA ALOKASI KHUSUS KESEHATAN


1. Jenis Pelaporan
Laporan dari kegiatan pemantauan teknis pelaksanaan DAK
Bidang Kesehatan terdiri:
a. Laporan setiap bulan yang memuat jenis kegiatan, lokasi
kegiatan, realisasi keuangan, realisasi fisik dan
permasalahan dalam pelaksanaan DAK
b. Laporan penyerapan DAK disampaikan kepada Menteri
Keuangan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran
Trasfer ke Daerah yang berlaku.
c. Disamping laporan triwulanan, untuk DAK Nonfisik BOK
dan Jampersal diwajibkan untuk membuat laporan rutin
bulanan capaian program (sesuai indikator Renstra 2015-
2019 dan RBA Tahun 2017), dengan menggunakan format,
mekanisme dan ketentuan yang sudah ditetapkan.
2. Laporan tahunan DAK yang memuat hasil kinerja satu tahun
meliputi: realisasi keuangan, realisasi fisik, capaian program,
disampaikan Dinas Kesehatan Kabupaten kepada Menteri
Kesehatan (melalui Sekretaris Jenderal) pada minggu ketiga
bulan Januari tahun berikutnya.Pelaksana Pelaporan
a. Kepala SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten dan Direktur
Rumah Sakit Provinsi/Kabupaten/Kota melaporkan
pelaksanaan kegiatan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan
meliputi jenis kegiatan, lokasi kegiatan, realisasi keuangan
dan realisasi fisik kepada Dinas Kesehatan Provinsi, paling
lambat 7 hari setelah triwulan selesai (pelaporan bulan
Maret, Juni, September, Desember).
b. Dinas Kesehatan Provinsi melakukan kompilasi laporan
pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan di wilayah kerjanya,
kemudian hasil kompilasi meliputi jenis kegiatan, lokasi
kegiatan, realisasi keuangan dan realisasi fisik tersebut

96
dilaporkan kepada Menteri Kesehatan melalui Sekretaris
Jenderal up. Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran paling
lambat 14 hari setelah triwulan selesai (Maret, Juni,
September, Desember).
c. Kepatuhan daerah dalam menyampaikan laporan
triwulanan dijadikan pertimbangan dalam pengalokasian
DAK tahun berikutnya sesuai peraturan perundang-
undangan.
3. Kepala Daerah menyampaikan laporan triwulan yang memuat
pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran DAK kepada:
a. Menteri Kesehatan
b. Menteri Dalam Negeri
c. Menteri Keuangan
4. Alur Pelaporan
a. Pelaksanaan di Puskesmas
Kepala puskesmas menyampaikan laporan rutin bulanan
capaian program kepada Dinas Kesehatan Kabupaten
setiap tanggal 1 bulan berikutnya. Untuk laporan
keuangan, Kepala Puskesmas menyampaikan pelaporan
penyerapan keuangan melalui BKU, SPTJ (Surat
Pernyataan Pertanggungjawaban), Laporan evaluasi
penyerapan dana UPTD, maksimal setiap tanggal 5 bulan
berikutnya.
Untuk pelaporan keuangan berdasarkan sistim akuntansi
keuangan (SAK), yang terdapat dalam lampiran.

97
BAB VI
PEMANTAUAN DAN EVALUASI

A. DANA ALOKASI KHUSUS KESEHATAN


1. Ruang Lingkup Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi DAK mencakup kinerja program dan
kinerja keuangan. Lingkup pemantauan dan evaluasi meliputi :
a. Kesesuaian antara kegiatan DAK Nonfisik Bidang
Kesehatan dengan usulan kegiatan yang ada dalam
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
b. Kesesuaian pemanfaatan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan
dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran – Satuan Kerja
Perangkat Daerah (DPA-SKPD) dengan petunjuk teknis dan
pelaksanaan di lapangan.
c. Realisasi waktu pelaksanaan, lokasi, dan sasaran
pelaksanaan dengan perencanaan.
b. Evaluasi pencapaian kegiatan DAK berdasarkan input,
proses, output.
c. Evaluasi pencapaian target Program Prioritas Nasional
Bidang Kesehatan sesuai dengan target unit teknis, RKP
2017 dan Renstra Kemenkes 2015 – 2019.
2. Pelaksana Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi DAK dilakukan oleh organisasi
pelaksana dan atau tim koordinasi di tingkat pusat, provinsi,
dan kabupaten/kota sesuai dengan petunjuk teknis dalam
Surat Edaran Bersama (SEB) Menteri Negara PPN/Kepala
Bappenas, Menteri Keuangan, dan Menteri Dalam Negeri Tahun
2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemantauan Teknis
Pelaksanaan dan Evaluasi Pemanfaatan DAK.
Pemantauan dan evaluasi capaian indikator program dilakukan
secara terpadu di setiap jenjang administrasi. Puskesmas
mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan kinerja
program dengan menggunakan format yang ada sesuai
ketentuan yang berlaku.
3. Tata Cara Pemantauan dan Evaluasi

98
a. Pengiriman laporan secara berjenjang sesuai dengan format
dan waktu yang telah ditetapkan
b. Pelaporan pelaksanaan DAK Nonfisik BOK dan Jampersal
mengacu pada capaian indikator program (RBA Tahun
2017 dan Renstra Kemenkes Tahun 2015–2019)
menggunakan format laporan rutin program sesuai
panduan umum Sistem Informasi Puskesmas. Puskesmas
mengirimkan laporan pada Dinas Kesehatan Kabupaten,
kemudian Dinas Kesehatan Kabupaten mengirimkan
kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan diteruskan oleh
Dinas Kesehatan Provinsi ke Kementerian Kesehatan.
c. Dinas Kesehatan Kabupaten melaporkan/memfeedback
hasil pelaksanaan penerapan aplikasi e-logistik/aplikasi
logistik obat dan BMHP setiap triwulan melalui bank data
pusat (bankdataelog.kemkes.go.id/e-logistics).
d. Review atas laporan yang diterima secara berjenjang.
Review perlu dilakukan untuk mencermati laporan yang
telah masuk dan melihat kembali perkembangan
pelaksanaan DAK di lapangan. Review dilakukan oleh
forum koordinasi di masing-masing tingkat pemerintahan.
Hasil dari review menjadi dasar untuk memberikan umpan
balik kepada daerah.

B. DANA KAPITASI JKN


Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan Peraturan Menteri ini
dilakukan oleh Kepala SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kepala
FKTP secara berjenjang dan secara fungsional oleh Aparatur
Pengawas Instansi Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

99
BAB VII
PENUTUP

Panduan ini dibuat untuk dijadikan acuan penggunaan DAU dan


DAK Nonfisik Bidang Kesehatan Tahun Anggaran dan dimungkinkan
untuk dapat digunakan sebagai acuan DAU dan DAK Nonfisik Bidang
Kesehatan pada tahun selanjutnya. DAK nonfisik bidang kesehatan
diarahkan untuk kegiatan yang dapat meningkatkan daya jangkau dan
kualitas pelayanan kesehatan masyarakat di daerah dengan derajat
kesehatan yang belum optimal, sehingga masyarakat di seluruh wilayah
Indonesia dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu.
Menu kegiatan dalam petunjuk teknis penggunaan DAU dan DAK
Nonfisik Bidang Kesehatan ini merupakan pilihan kegiatan bagi tiap
jenisnya. Tiap kegiatan DAU dan DAK Nonfisik tidak diperkenankan
dilakukan pengalihan anggaran ataupun kegiatan antar DAK Nonfisik,
baik antara BOK, Jampersal dan Akreditasi Pukesmas. Kegiatan-kegiatan
yang bisa didanai dari DAU dan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan
sebagaimana diuraikan di atas sifatnya adalah pilihan.
Pemilihan kegiatan DAU dan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan seharusnya
merupakan bagian program jangka menengah sesuai Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan dan Rencana Strategis Daerah sehingga lebih
berdaya guna dan berhasil guna.

100
LAMPIRAN 5 : CONTOH KERANGKA ACUAN KERJA

KRITERIA xxx EP y KERANGKA ACUAN KERJA KAJI BANDING

PEMERINTAH KOTA SABANG

DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA

UPTD PUSKESMAS IBOIH

101
KERANGKA ACUAN KERJA KAJI BANDING

A. Pendahuluan
Tuntutan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan
yang aman dan bermutu menjadi salah satu daya pacu FKTP untuk
berlomba dalam memperoleh pengakuan bagi kualitas pelayanan
kesehatan yang diberikan. Akreditasi FKTP merupakan pengakuan
yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi
yang ditetapkan oleh Menteri setelah memenuhi standar akreditasi
yang berlaku berdasarkan rekomendasi surveior pada survei
akreditasi di lapangan.
Salah satu unsur penting dan sangat vital yang menentukan
keberhasilan akreditasi FKTP adalah bagaimana mengatur sistem
pedokumentasian dokumen. Pengaturan sistem dokumentasi dalam
satu proses implementasi akreditasi FKTP dianggap penting karena
dokumen merupakan acuan kerja, bukti pelaksanaan dan penerapan
kebijakan, program dan kegiatan, serta bagian dari salah satu
persyaratan Akreditasi FKTP. Dengan adanya sistem dokumentasi
yang baik dalam suatu institusi/organisasi diharapkan fungsi-fungsi
setiap personil maupun bagian-bagian dari organisasi dapat berjalan
sesuai dengan perencanaan bersama dalam upaya mewujudkan
kinerja yang optimal.
B. Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas,
sistem akreditasi Puskesmas yang mengacu pada pelayanan
berfokus pada pasien serta kesinambungan pelayanan dan
menjadikan keselamatan pasien sebagai standar utama.
Puskesmas Sukajaya adalah salah satu puskesmas yang pernah
dilakukan penilaian akreditasi dan lebih baik dibandingkan dengan
puskesmas lain di Kota Sabang.
Oleh karena itu sangat pantas bagi kami melakukan kaji
banding ke Puskesmas Sukajaya sebagai bahan pembelajaran
mengenai peningkatan Mutu dan Akreditasi untuk diterapkan dalam
proses peningkatan mutu dan akreditasi di Puskesmas IBOIH.

102
C. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus
1. Tujuan Umum
Melakukan kaji banding mengenai mutu (Akreditasi), program
UKM, Program UKP.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan kaji banding proses dan kegiatan admen
Puskesmas, Program UKM, Program UKP.
b. Melakukan survey fisik berkaitan dengan kegiatan
Puskesmas
c. Melakukan dokumentasi-dokumentasi terkait kegiatan
Puskesmas
d. Mengetahui kendala-kendala dalam kegiatan Puskesmas

D. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan


No Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan
1 Penyusunan  Menyusun instrumen kaji banding
Instrumen Kaji untuk kegiatan admen
Banding  Menyusun instrumen kaji banding
untuk kegiatan UKM
 Menyusun instrumen kaji banding
untuk kegiatan UKP
2 Pelaksanaan Kaji  Mengajukan permohonan pelaksanaan
Banding kaji banding
 Menyiapkan tim yang akan
melaksanakan kaji banding
 Melakukan wawancara, melihat
dokumen kegiatan
3 Laporan  Membuat laporan pelaksanaan kaji
Pelaksanaan Kaji banding
Banding
4 Evaluasi Kaji  Melakukan evaluasi kaji banding
Banding  Melakukan analisa terhadap kegiatan
kaji banding
5 Rencana tindak  Membuat rencana tindak lanjut dalam
lanjut hasil kaji rangka perbaikan Upaya kegiatan
Banding Puskesmas
 Menentukan penanggung jawab
pelaksana tindak lanjut

E. Cara Melaksanakan Kegiatan


Cara melaksanakan kegiatan adalah dengan membentuk tim kaji
banding, melakukan wawancara dengan penanggung jawab program
admen, UKM, UKP.

103
Observasi pelaksanaan kegiatan, melihat dokumentasi hasil kegiatan

F. Sasaran
1. Tercapainya instrumen kaji banding
2. Terlaksananya kegiatan kaji banding
3. Terlaksananya laporan pelaksanaan kaji banding
4. Tercapainya rencana tindak lanjut kaji banding

G. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


Maret 2018
No Kegiatan
I II III
1 Penyusunan Instrumen kaji banding x
2 Pelaksanaan kaji banding x
3 Laporan Pelaksanaan kaji banding x
4 Evaluasi kaji banding x
5 Rencana tindak lanjut kaji banding x

H. Monitoring Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan


Evaluasi kegiatan dilakukan pada saat persiapan proses dan akhir
kegiatan, dengan pelaporan pelaksanaan kaji banding

I. Pencatatan Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan


Dilakukan pencatatan terhadap hasil-hasil yang dicapai dari hasil
kaji banding. Dilakukan pelaporan hasil analisi kaji banding oleh
penanggung jawab kegiatan kepada kepala Puskesmas.

104
LAMPIRAN 6 : CONTOH SOP

KRITERIA xxx EP y ASUPAN PENGGUNA TENTANG KINERJA


PUSKESMAS

PEMERINTAH KOTA SABANG

DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA

UPTD PUSKESMAS IBOIH

105
ASUPAN PENGGUNA TENTANG
KINERJA PUSKESMAS

:
No.
008/SOP/III/A/20
Dokumen
SO 18
P No. Revisi : 00
Tgl Terbit : 21 Januari 2018
Halaman : 1/3
UPTD Tanda Tangan Kepala FKTP HASBALLAH.SKM
PUSKESMAS NIP.1975040319
IBOIH 97021001

1. Pengertian Mendapatkan asupan pengguna tentang kinerja


puskesmas adalah pengumpulan informasi dalam
rangka mengetahui harapan pelanggan terhadap
pelayanan, untuk perbaikan kinerja program
2. Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah-langkah
untuk perbaikan kinerja puskesmas
3. Kebijakan Keputusan Kepala UPTD puskesmas IBOIH nomor …
tentang kebijakan mutu
4. Referensi - Manajemen mutu pelayanan kesehatan, Airlangga
offset 1999
- KepMenKes no. 1747 tahun 2000 tentang pedoman
penetapan standar pelayanan minimal dalam bidang
kesehatan
- Permenkes no. 75 tahun 2014 tentang pusat
kesehatan masyarakat
- Permenpan no. 16 tahun 2014 tentang pendapat
responden tentang pelayanan publik
5. Prosedur/ A. Pengumpulan informasi melalui kotak saran
Langkah- 1. Karyawan puskesmas membuka kotak saran
langkah puskesmas setiap hari kerja dan menyerahkan
ke coordinator manajerial jika ada saran
2. Koordinator admen merangkap isi kotak saran
di dalam rekapan harapan pengguna UPTD
Puskesmas Iboih Koordinator admen
melaporkan hasil isi kotak saran kepada ketua

106
tim mutu UPTD Puskesmas Iboih
3. Ketua tim mutu memisahkan / memilah-milah
sesuai dengan kelompok kerja program
4. Ketua tim mutu melaporkan hasil isi kotak
saran kepada kepala UPTD Puskesmas Iboih
agar ditindaklanjuti secara cepat, jika sulit
dipecakan dibahas dalam pertemuan tinjauan
manajemen UPTD Puskesmas Iboih Ketua tim
mutu memberikan hasil rekapan isi kotak
saran dan tindak lanjut ke coordinator
manajerial
5. Koordinator manajerial memberikan rekapan
kotak saran dan tindak lanjutnya sesuai
dengan kelompok kerja
6. Koordinator pokja menandatangi tanda terima
penyerahan rekapan kotak saran beserta
tindak lanjutnya dari koordinator admen
B. Pengumpulan informasi langsung dari pengguna
1. Karyawan UPTD Puskesmas Iboih menerima
informasi langsung dari pelanggan baik bicara
langsung melalui pemberdayaan masyarakat,
rapat lintas sektor
2. Karyawan UPTD Puskesmas Iboih melaporkan
hasil informasi asupan pengguna tentang
kinerja UPTD Puskesmas Iboih kepada
koordinator Admen
3. Koordinator manajerial merekap hasil
informasi asupan pengguna tentang kinerja
UPTD Puskesmas Iboih di dalam rekapan
harapan pengguna UPTD Puskesmas Iboih
4. Koordinator manajerial melaporkan hasil
informasi asupan pengguna tentang kinerja
UPTD Puskesmas Iboih kepada ketua tim
mutu UPTD Puskesmas Iboih
5. Ketua tim mutu memisahkan / memilah-milah

107
sesuai dengan kelompok kerja program
6. Ketua tim mutu melaporkan hasil informasi
asupan pengguna tentang kinerja UPTD
Puskesmas Iboih kepada kepala UPTD
Puskesmas Iboih agar ditindaklanjuti secara
cepat, jika sulit dipecahkan dibahas dalam
pertemuan tinjauan manajemen UPTD
Puskesmas Iboih Ketua tim mutu memberikan
hasil rekapan informasi asupan pengguna
tentang kinerja UPTD Puskesmas Iboih dan
tindak lanjut ke koordinator manajerial
7. Koordinator manajerial memberikan rekapan
informasi asupan pengguna tentang kinerja
UPTD Puskesmas Iboih dan tindak lanjutnya
sesuai dengan kelompok kerja
8. Koordinator pokja menerima rekapan
informasi asupan pengguna tentang kinerja
UPTD Puskesmas Iboih beserta tindak
lanjutnya dan dimasukkan ke dalam rekapan
kelompok kerja
9. Koordinator pokja menandatangani tanda
terima penyerahan rekapan informasi asupan
pengguna tentang kinerja UPTD Puskesmas
Iboih beserta tindak lanjutnya dari
koordinator admen.

6. Bagan Alir -
7. Unit terkait - Kepala puskesmas
- Ketua tim mutu
- Koordinator managerial
- Koordinator tim UKM
- Koordinator tim UKP
8. Dokumen -
terkait

108
9. Rekaman Historis Perubahan
Tgl.Mulai
No Yang Dirubah Isi Perubahan Diberlaku
kan

109
LAMPIRAN 7 : CONTOH DAFTAR TILIK

KRITERIA xxx EP y DAFTAR TILIK : INJEKSI INTRAMUSKULAIR

PEMERINTAH KOTA SABANG

DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA

UPTD PUSKESMAS IBOIH

110
INJEKSI INTRAMUSKULAIR
No. :
Dokumen 008/SOP/III/A/2018

DAFTAR
TILIK
No. Revisi : 00
Tgl Terbit : 21 Januari 2018
Halaman :1
Tanda Tangan Kepala FKTP HASBALLAH,
UPTD
SKM
PUSKESMAS
NIP.1975040319
IBOIH
97002 1 001
No Kegiatan Ya Tidak TB.
1. Apakah Petugas mencuci tangan,?,
2. Apakah Petugas menyiapkan alat – alat dan bahan
dalam bak steril?
3. Apakah Petugas Memberi tahu maksud tindakan kepada
pasien?
4. Apakah Petugas melakukan aspirasi obat sesuai dosis
dengan spuit injeksi?
5. Apakah Petugas Mengatur posisi pasien?
6. Apakah Petugas memilih area penusukan yang bebas
dari lesi dan peradangan – perdangan ?
7. Apakah Petugas membersihkan area penusukan
menggunakan kapas alkohol ?
8. Apakah Petugas membuka tutup jarum?
9. Apakah Petugas menusukkan jarum ke daerah
penusukan dengan sudut 90 derajat, kira – kira sampai
jaringan otot?
10. Apakah Petugas meLakukan aspirasi spuit,?
11. Apakah Petugas mengobservasi ada tidak darah dalam
spuit ?
12. Jika ada darah tarik kembali jarum dari kulit,?
13. Apakah Petugas menekan tempat penusukan dengan
kapas alkohol?
14. Apakah Petugas mengganti penusukan ke tempat lain ?
15. Jika tidak ada darah, masukkan obat perlahan – lahan
hingga habis?
16. Apakah Petugas mencabut jarum
17. Apakah Petugas menekan tempat penusukan dengan
kapas alkohol?
18. Apakah Petugas memberitahu kepada pasien bahwa
tindakan sudah selesai?
19. Apakah Petugas membuang sampah medis pada
tempatnya?
20. Apakah Petugas mencatat tindakan dalam rekam
medis,?
21. Apakah Petugas merapikan alat dan bahan,?
22. Apakah Petugas mencuci tangan.?
Jumlah

CR: …………………………………………%.

……........................

Pelaksana/ Ouditor

111
(………………………………)

112

Anda mungkin juga menyukai