Epitelium, bagian transisional dari epitel yang menjadi asal datangnya sel
kanker.
Lamina propria, lapisan yang terletak di bawah epitelium.
Otot detrusor, lapisan otot yang tebal dan dalam terdiri dari lapisan-lapisan otot
halus yang tebal yang membentuk lapisan dinding otot kantung kemih.
Jaringan perivesikal lembut, lapisan terluar yang terdiri dari lemak, jaringan-
jaringan, dan pembuluh darah.
Buli-buli sendiri terdiri dari 3 lapis otot detrusor yang saling beranyaman. Di bagian
dalam adalah otot longitudinal, di tengah otot sirkuler, dan yang terluar otot longitudinal.
Mukosa buli-buli terdiri atas sel-sel transisional yang sama seperti pada mukosa-mukosa pada
pelvis renalis, ureter, dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli kedua muara ureter dan
meatus uretra internum membentuk suatu segitiga yang disebut trigonum buli-buli.
Secara anatomik, buli-buli terdiri atas 3 permukaan, yaitu permukaan superior yang
berbatasan dengan rongga peritoneum, dua permukaan inferiolateral, dan permukaan
posterior. Permukaan superior merupakan lokus minoris (daerah terlemah) dinding buli-buli
Pada saat kosong, buli-buli terletak di belakang simfisis pubis dan pada saat penuh
berada di atas simfisis sehingga dapat dipalpasi dan diperkusi. Buli-buli yang terisi penuh
memberikan rangsangan pada saraf aferen dan menyebabkan aktivasi pusat miksi di medula
spinalis segmen sakral S2-4. Hal ini akan menyebabkan kontraksi otot detrusor, terbukanya
leher buli-buli, dan relaksasi sfingter uretra sehingga terjadilah proses miksi.
b. Perokok
Resiko untuk mendapat karsinoma buli-buli pada perokok 2-6 kali lebih besar
dibanding dengan bukan perokok. Rokok mengandung bahan karsinogen amin
aromatik dan nitrosamin.
9. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Kelainan yang ditemukan biasanya hanya ditemukan dalam darah dan
urin. Gejala anemia dapat dijumpai bila ada perdarahan dari tumor yang
sudah lanjut. Dapat juga ditemukan gejala ganggunan fungsi ginjal berupa
peningkatan kadar ureum dan kreatinin dalam darah yang terjadi bila tumor
tersebut menyumbat kedua muara ureter. Selain pemeriksaan laboratorium
rutin, diperiksa pula:
2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Foto Polos Abdomen dan Pielografi Intra Vena (PIV) digunakan
sebagai pemeriksaan baku pada penderita yang diduga memiliki keganasan saluran
kemih termasuk juga keganasan buli-buli. Pada pemeriksaan ini selain melihat adanya
filling defek pada buli-buli juga mendeteksi adanya tumor sel transisional yang berada
di ureter atau pielum, dan dapat mengevaluasi ada tidaknya gangguan pada ginjal dan
saluran kemih yang disebabkan oleh tumor buli-buli tersebut. Didapatkannya
hidroureter atau hidronefrosis merupakan salah satu tanda adanya infiltrasi tumor ke
ureter atau muara ureter.
Jika penderita alergi terhadap zat yang digunakan pada pemeriksaan PIV, maka
dapat dilakukan pemeriksaan USG. Foto toraks juga perlu dilakukan untuk melihat bila
ada metastasis ke paru-paru.
3. Sistoskopi dan biopsi
Endometriosis
Benign Prostatic Hipertrofi
Batu ginjal, ureter, buli
Tuberculosis traktus urinarius
Tumor cervix
11. Macam2 karsinoma?
a. Karsinoma Insitu (CIS)
CIS dapat memberikan gambaran mukosa buli yang eritematous dan seringkali
tidak tampak secara endoskopik. Gambaran histopatologi biasanya adalah
karsinoma sel transisional dengan poorly differentiated grade. Pemeriksaan
sitologi urine memberikan hasil yang positif pada 80%-90% penderita. CIS
didapatkan pada 20-75% penderita karsinoma buli jenis high grade.
b. Karsinoma Sel Transisional (Transtitional Cell Carcinoma = TCC)
Lebih dari 90% karsinoma buli merupakan karsinoma sel transisional (TCC).
Konsensus ahli patologi WHO menyebut TCC sebagai karsinoma urotelial. Pada
keganasan ini terjadi proliferasi abnormal urotel (sel transisional) buli., perubahan
maturasi sel, peningkatan rasio inti-sitoplasma, inti sel yang lebih prominen serta
penambahan jumlah mitosis. Pola pertumbuhannya dapat berbentuk papiler,
sessile, infiltratif, nodular, mixed serta pertumbuhan intaepitelial yang datar (flat).
70% tumor buli berbentuk papilar, 10% berbentuk nodular dan 20% berbentuk
mixed. Karsinoma urotelial memiliki potensi yang besar untuk menjadi ganas, oleh
karena itu dapat mengandung spindle cell. squamous cell ataupun
adenocarcinoma. Penyebarannya dapat secara limfatik, hematogen dan
implantasi secara langsung.
c. Karsinoma Sel Skuamosa (squamous cell carcinoma) Prevalensi karsinoma sel
skuamosa berbeda antar negara. Di Inggris sekitar 1%, di Amerika Serikat sekitar
3-7% dan di Mesir sekitar 75%. Dapat dikategorikan menjadi Bilharziasis
squamous cell carsinoma dan Nonbilharziasis squamous cell carcinoma. *0%
penyebab keganasan ini di Mesir adalah schiztosoma haematobium. Jenis
bilharziasis biasanya berbentuk nodular, exophytic dan fungating. Gambaran
histopatologi biasanya adalah well differentiated. Jenis non-bilharziasis biasanya
disebabkan oleh iritasi kronis, meliputi penggunaan katater jangka panjang seperti
pada penderita paraplegia, infeksi saluran kemih kronis atau divertikulum buli.
Sitologi urin tidak terlalu sensitif untuk mendeteksi keganasan jenis ini, namun
akhir-akhir ini para ahli berpendapat bahwa psoriasin yang diproduksi tumor cukup
spesifik untuk mendeteksi jenis keganasanini.
d. Adenokarsinoma Insidensnya sekitar 2%dari seluruh karsinoma buli primer.
Dikategorikan menjadi primary vesical, urachal dan metastatic. Jenis primary
vesical adenocarcinoma banyak didapatkan pada daerah basis atau dome dari
buli. Sebagian besar poorly differentiated dan sangat invasif. § Urachal
Carcinoma Merupakan jenis yang sangat jarang, bila ada biasanya memberikan
gambaran hsitopatologi adenocarcinoma. Dapat juga sel transisional, sel
skuamosa ataupun sarcoma. Letaknya dibagian luar buli. Biasanya metastase ke
lymphnode iliaka dan inguinal, paru, omentum, liver dan tulang. §
Adenokarsinoma Metastasis Jenis invasif adenokarsinoma ini biasanya terletak di
rectum, lambung, endometrium, payudara, ovarium dan prostate
Penentuan derajat invasi tumor berdasarkan sistem TNM dan stadium menurut
Marshall.
1. Tumor berbentuk papiler, masih berdiferensiasi baik, ukuran relatif kecil dengan
dasar yang sempit. Tumor hanya menyebar di jaringan di bawah lamina propria,
tidak ke dalam dinding otot kantung kemih atau lebih. Tidak ada kelenjar limfe
yang terlibat. Dapat diatasi dengan cara transuretral, namun sudah radio-
resistant.
2. Tumor berbentuk papiler, dengan diferensiasi yang kurang baik, cenderung
menginvasi lamina propria atau otot detrusor. Ukuran tumor lebih besar dari
Grade 1, dan berhubungan lebih luas dengan dinding vesika. Sering dapat
diatasi dengan reseksi transuretral. Kurang berespon dengan radio terapi.
3. Tumor cenderung berbentuk noduler dan invasif, menyebar sampai ke dalam
muscularis propria, yang melibatkan jaringan-jaringan lunak di sekitar kantung
kemih, prostat, uterus, atau vagina. Masih belum ada organ limfe yang
terpengaruh hingga tahap ini. Transuretral dan sistektomi tidak terlalu
berpengaruh, namun masih sensitif terhadap radio terapi.
4. Tumor telah menyerang pelvis atau dinding abdominal, atau telah menyerang
hingga jaringan limfe. Transuretral dan sistektomi tidak terlalu berpengaruh,
namun masih sensitif terhadap radio terapi.
2. Radioterapi
a. Dosis radioterapi untuk kepentingan kuratif adalah 60 – 66 Gy, dengan
dosis harian maksimal 1,8 – 2 Gy selama 6-7 minggu.
b. Dosis radioterapi untuk kepentingan paliatif adalah 3 x 7 Gy atau 10 x 3-
3,5 Gy.
c. Kombinasi radioterapi dengan kemoterapi golongan Cisplatin dapat
diberikan
3. Kemoterapi
a. Neoajuvan kemoterapi :
- Indikasinya untuk karsinoma buli invasif T2-T4a
- Diberikan sebelum cystectomy atau radioterapi
- Menggunakan regimen metothrexate, vinblastine, adriamycin dan
cisplatin (MVAC) atau CMV
4. Follow up
Follow up perlu dilakukan pada penderita karsinoma buli invasif yang telah
menjalani cystectomy dan radioterapi agar kekambuhan lokal dan metastasis
jauh dapat dideteksi sedini mungkin serta segera diambil langkah terapi
selanjutnya. Follow up pertama kali dilakukan 3 bulan pasca cystectomy atau
radioterapi.
B. Terapi karsinoma buli superfisial
a. TUR Buli
b. Instilasi kemoterapi tunggal pasca TUR Buli Instilasi yang diberikan segera
setelah TUR Buli dilakukan, dapat mengurangi angka kekambuhan
sebesar 40%. Regimen yang biasa diberikan adalah Mitomycin-C dengan
dosis 1 x 40 mg, setiap minggu selama 6-7 minggu.
c. Imunoterapi menggunakan instilasi BCG
d. Follow up
- Penderita karsinoma buli superfisial dengan risiko rendah (Ta G1)
perlu menjalani cystoscopy 3 bulan pasca terapi. Bila tidak didapatkan
tanda kekambuhan atau progresif, maka cystoscopy tiap 9 bulan
selama 5 tahun perlu dilanjutkan
- Penderita dengan risiko tinggi juga perlu menjalani cystoscopy 3 bulan
pasca terapi. Bila tidak didapatkan keganasan atau progresif, maka
cystoscopy perlu dilanjutkan tiap 3 bulan selama 2 tahun, tiap 4 bulan
pada tahun ketiga, dan tiap 6 bulan sampai tahun kelima. IVU tiap
tahun sekali perlu juga dilakukan
- Penderita dengan risiko sedang perlu menjalani follow up diantara
kedua kategori penderita yang telah disebutkan diatas, dan
disesuaikan dengan kondisi penderitanya.