Topik:
Politik SARA-Uang, Media Sosial dan Upaya Mendorong Pilkada Bersih
Tahun 2018 dan 2019 disebut sebagai tahun politik. Pesta Demokrasi akan berlangsung pada 2
tahun tersebut. Di Tahun 2018 berlangsung pemilihan kepala daerah di 171 daerah, yang terdiri dari
17 provinsi, 39 kota, dan 115 kabupaten. Pemilihan serentak untuk anggota legistlatif kabupaten
kota, provinsi dan nasional serta pemilihan presiden dan wakil presiden akan berlangsung pada
tahun 2019.
Sebagai sebuah negara demokrasi, proses pemilihan anggota legistlatif, kepala daerah dan
pemimpin negara terebut adalah sebuah proses yang memang harus berlangsung. Dalam ajang
inilah sesungguhnya rakyat menunjukkan peran dan kehendaknya sebagai penguasa sesungguhnya
dalam sistem demokrasi. Rakyat melalui proses pemilihan umum memilih dan menentukan wakil
dan pemimpinnya. Sebagai sebuah proses yang berulang lima tahunan, maka tahun politik 2018 dan
2019 seharusnya disambut dengan sukacita dan kegembiraan laksanakan sebuah pesta – pesta
demokrasi. Karena rakyat dengan kuasanya dapat memilih dan menentukan wakil dan pemimpinnya
yang akan memimpin dan membawa kesejahteraannya untuk lima tahun kedepan.
Oleh karena itu, semestinya kampanye dalam proses demokrasi adalah merupakan ajang bagi rakyat
untuk mengenal calom pemimpinnya, menimbang dan mempelajari visi, misi dan program kerja
calon pemimpinnya. Sebaliknya bagi calon wakil rakyat dan calon pemimpin rakyat, kampanye
adalah arena untuk menarik simpati rakyat agar memilihnya, Arena ini sudah selayaknya digunakan
untuk memaparkan visi, misi dan programnya, mengenal rakyat yang akan diwakili atau dipimpinnya
dan mendengar masukan dari calon pemilihnya. Ketika semua proses tersebut berlangsung sebagai
mana mestinya maka peristiwa lima tahunan tersebut adalah sebuah pesta demokrasi.
Namun, ketika belajar dari proses pemilu di berbagai tempat dan beberapa tahun terakhir, termasuk
pilkada di DKI Jakarta Tahun 2017, dapat dilihat proses kampanye tak semata adu gagasan dan
program semata, melainkan juga menjadi ajang black campaign, informasi hoax tentang kandidat
lawannya, dll. Bahkan menguatkan isu sektarian, yang digunakan sebagai senjata untuk meraih
kemenangan sekaligus melumpuhkan kandidiat lainnya. Proses demokrasi yang seharusnya dapat
menguatkan rasa sebagai satu bangsa terkadang justru melemahkan sendi-sendi kemanusiaan,
persaudaraan, persatuan dan kesatuan bangsa.
Dalam proses pemilu, rakyat yang punya kuasa dapat menentukan jalannya proses demokrasi,
sebagai sebuah pesta demokrasi yang memberikan kesegaran lewat adu gagasan, pengenalan rekam
jejak kandidat dengan informasi yang benar dan terpercaya. Juga merupakan sebuah sebuah ajang
untuk menguatkan tali persatuan dan kesatuan sebagai sebuah bangsa meskipun memiliki
perbedaan pilihan.
Sehubungan dengan itu, untuk mengajak masyarakat, khususnya warga gereja, aktif dan menjadi
pemilih yang cerdas, serta mendorong pengawasan partisppatif untuk pilkada bersih, maka Yakoma-
PGI dan Gereja Kristen Pasundan (GKP) bekerja sama dengan Bawaslu Jabar serta dukungan
sejumlah gereja di Jawa Barat akan mengadakan serangkaian acara Seminar - Diskusi Publik, dengan
Topik: “Politik SARA-Uang, Media Sosial dan Upaya Mendorong Pilkada Bersih”.
Rangkaian diskusi tersebut akan berlangsung di beberapa kota di Propinsi Jawa Barat. Kami
berharap, rangkaian Seminar - Diskusi Publik ini akan menolong warga gereja (pemilih) untuk
mengikuti pilkada yang akan berlangsung di daerahnya dengan semangat yang bersih dan rasa
tanggungjawab yang tinggi sebagai warga gereja dan warga bangsa ini.
TUJUAN
1. Mendorong partisipasi aktif dan kritis pemilih dalam mengawasi setiap tahapan Pilkada yang
berlangsung.
2. Menumbuhkan kesadaran kritis pemilih dalam menilai dan menentukan pilihan kepada para
kandidat.
3. Memberi pemahaman kepada pemilih (warga gereja) agar tidak memproduksi dan
menyebarkan isu SARA melalui media sosial demi terwujudnya Pilkada yang bersih.
4. Membangun kepekaan pemilih dalam menyaring dan menyebarkan informasi melalui Media
Sosial dalam proses Pilkada Serentak 2018.
5. Mengingatkan pemilih tentang bahaya politisasi SARA dan politik uang, ber-media sosial
secara cerdas dan komitmen mewujudkan pilkada bersih dan bermartabat.
Kota Bandung
o Waktu: Selasa-Rabu, 27-28 Maret 2018.
o Tempat: Ibis Hotel Trans Studio Bandung
o Waktu Penyampaian Narasumber: ±@45 Menit - 1 jam
o Tuan/Nyonya Rumah: Gereja Kristen Pasundan (GKP).
o Narasumber:
Sesi 1
Ketua Bawaslu RI: Pengarahan Ketua Bawaslu RI.
Ketua Bawaslu Provinsi Jawa Barat: Pengarahan Ketua Bawaslu Provinsi Jawa
Barat
Rahel Octora,S.H.,M.Hum (Kaprodi S1 Fak. Hukum UKM): Cerdas Ber-Media
Sosial dalam Pilkada.
Pengamat Pemilu (Jeirry Sumampow): Mungkinkah Pilkada Tanpa Politik SARA
& Politik Uang?
Gereja (Pdt. Supriatno, M. Th.): Teologi Kristen mengenai Peran & Partisipasi
Gereja terhadap politik
Moderator: Bawaslu Provinsi Jabar
2. Peserta
Peserta kegiatan ini adalah warga jemaat Gereja Kristen Pasundan (GKP) beserta Pendeta GKP;
Gereja sekitar daerah Bandung; PGIW Jabar; Mahasiswa; Dosen, yang diharapkan jumlah peserta
kurang lebih 350 orang.
3. Pengorganisasian
Kegiatan ini dilaksanakan atas kerjasama Yakoma PGI, Gereja Kristen Pasundan dan Bawaslu
Provinsi Jabar serta didukung oleh PGIW Jabar dan gereja-gereja.
RANGKAIAN ACARA
Terlampir 2
ANGGARAN
Terlampir 3
PENUTUP
Demikian gambaran mengenai kegiatan ini dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami panitia
pelaksana sangat mengharapkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak untuk
terselenggaranya acara ini. Terima kasih atas dukungan dan partisipasinya.
Seluruh pembiayaan kegiatan ini dibebankan kepada Dipa Bawaslu Prov. Jawa Barat TA 2018