Anda di halaman 1dari 27

Sistem Pertanian Organik pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pertanian Berkelanjutan


(Organik)

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Deny Agung Hursepuny 150510160002
Johanna Meidia Avianti 150510160010
Rizki Saddik Ismail 150510160013
Nada Nuraulia 150510160016
Nurul Agustina 150510160018
Fatilla Nur Ramadhanti 150510160019
Ayu Ratna Ningrum 150510160023
Irfan Alghifari 150510160047

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Illahi Robi Allah SWT, atas
berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Sistem Pertanian Berkelanjutan (Organik).
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari
kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Mieke Rochimi Setiawati MP., Ibu Siska Rasiska SP., M.Si.,
Ibu Prof. Dr. Ir. Hj. Hersanti MP., Ibu Dr. Ir. Hj. Anni Yuniarti MP., dan
Bapak Agus Wahyudin SP., M.Si., selaku dosen mata kuliah Sistem
Pertanian Berkelanjutan (Organik)
2. Rekan-rekan dari Agroteknologi kelas C yang telah memberikan
bantuan dan dukungan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat khususnya bagi penulis selaku penyusun dan umumnya bagi
para pembaca makalah ini.

Jatinangor, November 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 2
1.3. Tujuan .......................................................................................................... 2
1.4. Manfaat ........................................................................................................ 3
BAB II ..................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
2.1. Tanaman Padi (Oryza sativa L.)............................................................... 4
2.2. Pengertian Pertanian Organik ................................................................... 4
2.3. Metode System of Rice Intensification (SRI) ........................................... 6
2.3.1. Prinsip Budidaya Padi Organik Metode SRI ........................................ 6
BAB III ................................................................................................................... 8
METODE PELAKSANAAN ................................................................................. 8
3.1. Metode Penanaman ...................................................................................... 8
3.2. Alat dan Bahan ............................................................................................. 8
3.3. Pelaksanaan .................................................................................................. 8
3.3.1. Pengolahan Lahan ................................................................................. 8
3.3.2. Pembuatan Parit .................................................................................. 10
3.3.3. Pemilihan dan Persemaian Benih ........................................................ 10
3.3.4. Penanaman Bibit ................................................................................. 11
3.3.5. Pengairan ............................................................................................. 12
3.3.6. Pemupukan .......................................................................................... 13
3.3.7. Pengendalian OPT ............................................................................... 13
3.3.8. Panen ................................................................................................... 14
BAB IV ................................................................................................................. 15
ANALISIS USAHA TANI ................................................................................... 15
4.1 Rancangan Analisis Data ............................................................................ 16

ii
4.2 Biaya Tetap ................................................................................................. 17
4.3 Biaya Variabel ............................................................................................ 18
4.4 Biaya Total .................................................................................................. 18
4.5 Penerimaan Dan Pendapatan ....................................................................... 19
4.6 R/C Ratio Usahatani Padi Organik ............................................................. 19
BAB V................................................................................................................... 21
PENUTUP ............................................................................................................. 21
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pertanian merupakan suatu bidang kegiatan usaha yang tidak akan lepas dari
kehidupan manusia dan alam, sebab secara hirarkhi di ekosistem beberapa
komponen kehidupan membentuk mata rantai yang saling mempengaruhi,
terputusnya salah satu mata rantai tersebut akan mengakibatkan atau berpengaruh
terhadap kelangsungan makhluk hidup yang lain sehingga harus dilestarikan.
Dengan melihat gejala perilaku manusia sebagai komponen yang paling aktif
mengadakan eksplorasi, pembudidayaan, perubahan, pengguna (konsumsi) dan
lain-lain untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidup yang semakin meningkat telah
menimbulkan gejala yang mengarah pada kerusakan pencemaran lingkungan dan
produk pertanian. Ironisnya pengguna bahan kimia dan bahan anorganik lainya
yang sulit dirombak dan sekaligus merupakan bahan pencemar itu merupakan hasil
karya para ahli yang mengharapkan dapat menjawab tantangan kebutuhan hidup
masyarakat, misalnya untuk meningkatkan hasil suatu produk pertanian dalam
proses budidaya tanaman menggunakan pestisida untuk pengendalian organisme
pengganggu tumbuhan (OPT), zat pengatur tumbuh untuk merangsang pembelahan
sel atau meningkatkan aktifitas auxin sehingga pertumhuhan dapat optimal,
penggunaan pupuk anorganik yang mudah didapat dan mudah aplikasinya sebagai
penyedia unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
Hasil yang diperoleh dari usahatani apabila diperhatikan sekilas memang
bagus, baik kualitas maupun kuantitasnya, tetapi jika kita teliti lebih detail, ternyata
dibalik keherhasilan tersebut terdapat suatu kerugian yang tidak kalah besarnya,
yaitu adanya pencemaran lingkungan dan produk pertanian, pemutusan mata rantai
kehidupan dan efek-efek negatif lainnya yang akan sangat terasa bila sudah berjalan
beberapa waktu lamanya. Efek residu dari penggunaan pestisida antara lain dapat
mencemari tanah disertai matinya beberapa organisme perombak tanah, mematikan
serangga dan binatang lain yang mungkin sebenarnya binatang tersebut dapat
bermanfaat bagi kita sehingga terputusnya rantai makanan bagi hewan pemakan
serangga hama.

1
Berdasarkan hal tersebut yang tidak kalah menariknya untuk kita renungkan
adalah bahan aktif pestisida yang tertinggal pada tanaman yang akan dikonsurnsi
dapat meracuni kita dan akan terakumulasi di dalam tubuh, maka tidak heran
banyak gejala penyakit yang salah satu penyebabnya adalah bahan kimia tersebut,
misainya kanker, radang, penyakit kulit dan lain-lain bahkan ada yang teracuni
langsung, yaitu orang mengkonsumsi komponen tanaman (buah, daun, bunga, umbi
dan lain-lain) yang jelas-jelas masih mengandung pestisida. Efek negatif yang
berkepanjangan pada suatu areai pertanian akan menurunkan produktifitas lahan itu
sendiri. Dengan demikian tujuan yang semula untuk memaksimalisasi produktivtas
lahan pertanian justru terbalik, bahkan akan menjadikan bumerang bagi kita. Saat
ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah
mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.
Salah satu teknologi pertanian yang berwawasan lingkungan yang sudah kita
dengar adalah Pertanian Organik. Pertanian Organik merupakan suatu tekhnologi
budidaya tanaman yang pada penerapannya disesuaikan dengan keadaan
lingkungan, agar tidak terjadi perubahan ekosistem secara drastis sehingga tidak
menggangu dan memutuskan mata rantai makhluk hidup.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang, adapun rumusan masalahnya yakni,
1. Bagaimana prinsip-prinsip budidaya padi organik?
2. Bagaimana teknik budidaya padi organik?
3. Apa saja OPT pada padi dan bagaimana cara pengendaliannya secara
organik?
4. Bagaimana analisis usaha tani mengenai padi organik?

1.3. Tujuan
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, adapun tujuan disusunnya
usulan project ini diantaranya,
1. Untuk mengetahui proses produksi baby wortel;
2. Untuk mengetahui faktor yang berpengaruh atau kendala dalam produksi
baby wortel.

2
1.4. Manfaat
Berdasarkan disusunnya makalah ini, adapun manfaat disusunnya
makalah ini diantaranya,
1. Mengetahui prinsip-prinsip budidaya padi organik.
2. Mengetahui prinsip-prinsip budidaya padi organik.
3. Mengetahui OPT pada tanaman padi dan upaya pengendaliannya secara
organik.
4. Mengetahui kegiatan pertanian organik dilihat dari segi ekonomi melalui
analisis usaha tani.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Padi (Oryza sativa L.)


Padi merupakan tanaman pangan yang awalnya berasal dari pertanian kuno
dari benua Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah menunjukkan
bahwa pertanaman padi di Zhenjiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM
dan ditemukannya fosil butiran padi dan gabah di Hastinapur Uttar Pradesh India
sekitar 100 – 800 tahun SM (Purwono, 2009).
Botani tanaman padi dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai
berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Keluarga : Graminae (Poaceae)
Genus : Oryza Linn
Spesies : Oryza sativa L.

Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak
mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih,
dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki tahun ̵ ¹ sekitar
1500–2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah 23 °C
dan tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0–1500 m dpl.
Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang
kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan
diperlukan air dalam jurnlah yang cukup.

2.2. Pengertian Pertanian Organik


Menurut Mosher, Pertanian diartikan sebagai proses produksi yang khas
yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Sedangkan Organik
berasal dari bahasa latin yaitu Organisme adalah sesuatu yang utuh atau sebagian
dari mahluk hidup, baik berupa kotoran maupun mahluk hidup itu sendiri yang

4
sudah mati. Pertanian Organik diartikan sebagai suatu proses produksi yang khas
yang bersumber dari alam atau memanfaatkan alam sebagai “alat” bagi proses
tersebut. Pertanian organik merupakan kegiatan bercocok tanam yang ramah atau
akrab dengan lingkungan dengan cara berusaha meminimalkan dampak negatif
bagi alam sekitar dengan ciri utama pertanian organik yaitu menggunakan varietas
lokal, pupuk, dan pestisida organik dengan tujuan untuk menjaga kelestarian
lingkungan (Firmanto, 2011).

Sutanto (2002) mendefinisikan pertanian organik, sebagai suatu sistem


produksi pertanian yang berazaskan daur ulang secara hayati. Daur ulang hara dapat
melalui sarana limbah tanaman dan ternak, serta limbah lainnya yang mampu
memperbaiki status kesuburan dan struktur tanah. Sutanto (2002) menguraikan
pertanian organik secara lebih luas, bahwa menurut para pakar pertanian Barat,
sistem pertanian organik merupakan ”hukum pengembalian (law of return)” yang
berarti suatu sistem yang berusaha untuk mengembalikan semua jenis bahan
organik ke dalam tanah, baik dalam bentuk residu dan limbah pertanaman maupun
ternak yang selanjutnya bertujuan memberikan makanan pada tanaman. Filosofi
yang melandasi pertanian organik adalah mengembangkan prinsip-prinsip
memberikan makanan pada tanah yang selanjutnya tanah menyediakan makanan
untuk tanaman (feeding the soil that feeds the plants) dan bukan memberi makanan
langsung pada tanaman.

Kementerian Pertanian (2007) dalam Road Map Pengembangan Pertanian


Organik 2008-2015 mengemukakan, bahwa pertanian organik dalam praktiknya
dilakukan dengan cara, antara lain: 1) menghindari penggunaan benih/bibit hasil
rekayasa genetika (GMO = genetically modified organism); 2) menghindari 15
penggunaan pestisida kimia sintetis (pengendalian gulma, hama, dan penyakit
dilakukan dengan cara mekanis, biologis, dan rotasi tanaman); 3) menghindari
penggunaan zat pengatur tumbuh (growth regulator) dan pupuk kimia sintetis
(kesuburan dan produktivitas tanah ditingkatkan dan dipelihara dengan
menambahkan pupuk kandang dan batuan mineral alami serta penanaman legum
dan rotasi tanaman); dan 4) menghindari penggunaan hormon tumbuh dan bahan
aditif sintetis dalam makanan ternak.

5
2.3. Metode System of Rice Intensification (SRI)
SRI, kependekan dari System of Rice Intensification adalah salah satu
inovasi metode budidaya padi yang dikembangkan sejak 1980-an oleh pastor
sekaligus agrikulturis Perancis, Fr. Henri de Laulanie, yang ditugaskan di
Madagaskar sejak 1961. Awalnya SRI adalah singkatan dari "systeme de riziculture
intensive" dan pertama kali muncul di jurnal Tropicultura tahun 1993. Saat itu, SRI
hanya dikenal setempat dan penyebarannya terbatas. Sejak akhir 1990-an, SRI
mulai mendunia sebagai hasil usaha tidak pantang menyerah Prof. Norman Uphoff,
mantan direktur Cornell International Institute for Food, Agriculture and
Development (CIIFAD). Tahun 1999, untuk pertama kalinya SRI diuji di luar
Madagaskar yaitu di China dan Indonesia. Sejak itu, SRI diuji coba di lebih dari 25
negara dengan hasil panen berkisar 7-10 t/ha.
Konsep dasar SRI adalah: (a) pindah tanam satu bibit per lubang, usia sangat
muda (7-14 hari setelah semai) dengan jarak tanam longgar (30 cm x 30 cm) dan
(b) pemberian air irigasi terputus-putus tanpa penggenangan di petak sawah.
Apabila konsep dasar dan metoda SRI diterapkan secara benar, maka akan
diperoleh panen padi lebih besar walaupun dengan mengurangi input eksternal (air,
pupuk kimia dan sebagainya).
Tahun 1997, Dr. Uphoff memberikan presentasi SRI di Bogor, Indonesia;
untuk pertama kalinya SRI dipresentasikan di luar Madagaskar. Tahun 1999, Badan
Penelitian Tanaman Padi (Indonesian Agency for Agricultural Research and
Development = IAARD) melaksanakan pengujian dan evaluasi SRI di pusat
penelitiannya di Sukamandi, Jawa Barat. Hasilnya panen dengan metode SRI
sebesar 6.2 t/ha sedangkan hasil dari petak kontrolnya 4.1 t/ha, peningkatan hasil
66, 12%.

2.3.1. Prinsip Budidaya Padi Organik Metode SRI


Dalam budidaya padi organik dengan menggunakan metode SRI, adapun
prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan diantaranya adalah,
1. Tanaman bibit muda berusia <12 hss ketika jumlah daun 2 helai.
2. Setiap lubang tanam ditanam 1 bibit dengan jarak 30 x 30 cm, 35 x35 atau lebih
jarang lagi.

6
3. Pindah tanam dilakukan sesegera mungkin <30 menit dan berhati-hati agar akar
tidak putus dan ditanam dangkal.
4. Pemberian air maksimal 2 cm atau macak-macak dan pada periode tertentu
dikeringkan sampai pecah. (irigasi berselang/ terputus)
5. Penyiangan dilakukan 10 hari setelah tanam dan diulan 2-3 kali dengan interval
10 hari.
6. Pemupukan menggunakan pupuk organik (kompos atau pupuk hijau) dan
pestisida nabati.

Tabel 1. Perbedaan Sistem Padi antara Sistem konvensional dengan Sistem SRI

7
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1. Metode Penanaman


Budidaya Tanaman Padi dilaksanakan secara Organik dengan salah satu
metode penanaman tanaman padi yakni dengan menggunakan metode SRI (System
of Rice Intensification).

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam budidaya tanaman padi dengan metode SRI

diantaranya, cangkul, kored, parang, sabit, handsprayer, terpal, karung goni, ember,

selang air, slorok.

Bahan yang digunakan yaitu benih padi, pupuk kompos, dan pestisida

organik.

3.3. Pelaksanaan
3.3.1. Pengolahan Lahan
Penyiapan lahan sawah untuk pertanian organik dengan pola tanam SRI
hampir sama dengan pada metoda konvensional.
1. Proses awal pengolahan lahan adalah dengan dibajak (sunda: waluku)
untuk membalikkan tanah dan memecah tanah menjadi bongkahan-
bongkahan juga menghancurkan gulma setelah sebelumnya lahan
digenangi air selama beberapa hari agar tanahnya menjadi lunak. Proses
ini dapat dilakukan secara tradisional dengan menggunakan kerbau atau
sapi maupun secara modern dengan menggunakan traktor. Bila
diperlukan setelah pembajakan pertama lahan sawah dibiarkan
tergenang beberapa hari dan kemudian dilakukan pembajakan kedua.
Kedalaman dari pelumpuran lahan turut menentukan pertumbuhan
tanaman dan sebaiknya kedalaman pelumpuran tersebut setidaknya
mencapai 30 cm.

8
2. Pekerjaan selanjutnya adalah memperbaiki pematang sawah (sunda:
mopok) agar lahan sawah tidak bocor dan tidak ditumbuhi tanaman liar
untuk menghindari tikus bersarang di pematang sawah ini. Perbaikan
pematang sawah dilakukan bersamaan dengan pekerjaan pencangkulan
untuk bagian sawah yang tidak dapat dijangkau oleh pembajakan yang
biasanya berada di bagian pojok sawah (sunda: mojok). Kompos dapat
ditebarkan sebelum pekerjaan penggaruan (sunda: ngangler) sehingga
pada saat digaru kompos dapat bercampur dengan tanah sawah atau juga
dapat ditebar setelah proses pembajakan, intinya adalah kompos dapat
tercampur dengan tanah sawah secara merata dan tidak terbuang
terbawa aliran air. Penggaruan selain untuk makin memperhalus butiran
tanah sehingga menjadi lumpur juga sekaligus bertujuan untuk
meratakan lahan. Jumlah kompos yang cukup ideal adalah sebanyak 1
kg untuk setiap 1 m2 luas lahan. Perataan lahan merupakan proses yang
sangat penting karena lahan harus benar-benar rata dan datar sehingga
akan memudahkan dalam pengaturan air nantinya sesuai dengan
keperluan.
3. Selanjutnya area penanaman padi dibuat dalam barisbaris atau petakan
yang dipisahkan dengan jalur pengairan dengan lebar petakan sekitar
2m agar memudahkan dan meratakan rembesan air ke seluruh area
tanaman padi selain untuk lebih memudahkan saat penanaman dimana
petani yang melakukan penanaman posisinya berada di saluran air di
kedua sisi petakan. Pekerjaan terakhir di lahan untuk persiapan
penanaman adalah pembuatan tanda lokasi penanaman bibit yang
berjarak minimal 25 cm atau lebih (pencaplakan). Dengan teraturnya
penanaman padi akan memudahkan dalam penyiangan secara mekanis
pada waktu pemeliharaan. Penandaan titik penanaman ini selain dengan
membuat garis-garis di tanah menggunakan alat yang bisa dibuat secara
sederhana dari kayu atau bambu dapat juga menggunakan tali yang
diberi tanda.

9
3.3.2. Pembuatan Parit
Pada petak SRI perlu dibuat parit keliling dan melintang petak untuk
membuang kelebihan air. Letak dan jumlah parit pembuang disesuaikan dengan
bentuk dan ukuran petak, serta dimensi saluran irigasi.

3.3.3. Pemilihan dan Persemaian Benih


Untuk mendapatkan benih yang bermutu baik atau bernas, dengan metode
SRI, harus terlebih dahulu diadakan pengujian benih. Pengujian benih dilakukan
dengan eara penyeleksian menggunakan larutan air garam, yang langkah-
Iangkahnya adalah sebagai berikut:
1. Masukkan air bersih ke dalam ember/panei, kemudian berikan garam dan
aduk sampai larut. Masukkan telur itiklbebek yang mentah ke dalam larutan
garam ini. Jika telur itik belum mengapung maka perlu penambahan garam
kembali. Pemberian garam dianggap eukup apabila posisi telur itik
mengapung pada permukaan larutan garam.
2. Masukkan benih padi yang akan diuji ke dalam ember/panei yang berisi
larutan garam. Aduk benih padi selama kira-kira satu menit.
3. Pisahkan benih yang mengambang dengan yang tenggelam. Benih yang
tenggelam adalah benih yang bermutu baik atau bernas.
4. Benih yang baik atau bernas ini, kemudian dieuei dengan air biasa samRai
bersih. Dengan indikasi bila digigit, benih sudah tidak terasa garam.

Gambar 1. Perendaman benih pada larutan garam

Benih yang telah diuji tersebut, kemudian direndam dengan menggunakan


air biasa. Perendaman ini bertujuan untuk melunakkan sekam gabah sehingga dapat

10
mempercepat benih untuk berkeeambah. Perendaman dilakukan selama 24 sampai
48 jam.
Benih yang telah direndam kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam
karung yang berpori-pori atau wadah tertentu dengan tujuan untuk memberikan
udara masuk ke dalam benih padi, dan kemudian disimpan di tempatyang lembab.
Penganginan dilakukan selama 24 jam.
Persemaian dengan metode SRI, dilakukan dengan mempergunakan nare
atau tampah atau besek atau juga di hamparan sawah, hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah penanaman. Pembuatan media persemaian dengan metode SRI
dapat dilakukan dengan langkah-Iangkah sebagai berikut:
1. Mencampur tanah, pasir dengan pupuk organik dengan perbandingan 1:1 :1.
2. Sebelum nare atau tampah tempat pembibitan diisi dengan tanah, pasir yang
sudah dieampur dengan pupuk organik terlebih dahulu dilapisi dengan daun
pisang dengan harapan untuk mempermudah peneabutan dan menjaga
kelembaban tanah, kemudian tanah dimasukkan dan disiram dengan air
sehingga tanah menjadi lembab.
3. Benih yang sudah dianginkan ini, ditaburkan ke dalam nare yang berisi
tanah.
4. Setelah benih ditabur, kemudian ditutup dengan lapisan tanah yang tipis.
5. Persemaian dapat diletakkan pada tempat-tempat tertentu yang aman dari
gangguan ayam atau binatang lain.
6. Selama masa persemaian, pemberian air dapat dilakukan setiap hari agar
media tetap lembab dan tanaman tetap segar.

3.3.4. Penanaman Bibit


Sebelum penanaman terlebih dahulu dilakukan penyaplakan dengan
memakai eaplak agar jarak tanam pada areal persawahan menjadi lurus dan rapi
sehingga mudah untuk disiang. Caplak berfungsi sebagai penggaris dengan jarak
tertentu. Variasi jarak tanam diantaranya:
1. Jarak tanam 30 em x 30 em, 35 em x 35 em, atau jarak tertentu lainnya.

11
2. Penyaplakan dilakukan seeara memanjang dan melebar. Setiap
pertemuan garis hasi Igaris penyaplakan adalah tempat untuk
penanaman 1 bibit padi.

Gambar 2. Penyaplakan pada lahan sawah

Penanaman dengan metode SRI dilakukan dengan langkah-Iangkah sebagai


berikut:
1. Bibit yang ditanam harus berusia muda, yaitu kurang dari 12 hari setelah
semai yaitu ketika bibitmasih berdaun 2 helai.
2. Bibit padi ditanam tunggal atau satu bibit perlubang
3. Penanaman harus dangkal dengan kedalaman 1 -1,5 em serta perakaran saat
penanaman seperti huruf l dengan kondisi tanah sawah saat penanaman
tidak tergenang air.

3.3.5. Pengairan
Pada penanaman budidaya padi organik dengan metode SRI yang paling
penting adalah menjaga aliran air supaya sawah tidak tergenang terus menerus
namun lebih pada pengaliran air saja. Untuk itu, setiap hari petani biasanya
melakukan control dan menutup serta membuka pintu air secara teratur. Adapun
tata cara pengairan yakni,
 Penanaman dangkal, tanpa digenangi air, mecek-mecek, sampai anakan
sekitar 10-14 hari
 Setelah itu, isi air untuk menghambat pertumbuhan rumput dan untuk
pemenuhan kebutuhan air dan melumpurkan tanah, digenangi sampai tanah
tidak tersinari matahari, stelah itu dilairi air saja.
 Sekitar seminggu jika tidak ada pertumbuhan yang signifikan dilakukan
pemupukan, ketika pemupukan dikeringkan dan galengan ditutup

12
 Ketika mulai berbunga, umur 2 bulan, harus digenangi lagi, dan ketika akan
panen dikeringkan

3.3.6. Pemupukan
Pemupukan susulan biasanya dilakukan pada 20 hari setelah tebar, pupuk
yang digunakan adalah kompos sekitar 1kg/m2. Ketika dilakukan pemupukan
sawah dikeringkan dan pintu air ditutup. Setelah 27 hari setelah tebar, aliri sawah
secara bergilir antara kering dan basah.
Tabel 2. Hara terkandung dalam setiap bahan organik

3.3.7. Pengendalian OPT


Cara penanganannya bisanya dengan cara manual, membuat orang-orangan
sawah untuk hama burung, penyemprotan dengan pestisida nabati seperti nanas,
bawang putih dan kipait atau gadung, serta untuk penyakit biasanya dengan cara
mencabut dan membakar tanaamn yang sudah terkena penyakit daun menguning.
Untuk pencegahan harus dilakukan penanaman secara serentak supaya hama dan
penyakit tidak datang, penggunaan bibit yang sehat, pengaturan air yang baik, dan
dengan melakukan sistem budidaya tanaman sehat yang cukup nutrisi dan vitamin
sehingga kekebalannya tinggi.

13
3.3.8. Panen
Padi mulai berbunga pada umur 2-3 bulan bulan dan bisa dipanen rata-rata
pada umur sekitar 3,5 bulan, tergantung jenis dan varietasnya. Pada luasan lahan
200 meter persegi, untuk padi yang berumur pendek (3,5 bulan) biasanya diperoleh
2 kwintal gabah basah, setara dengan 1, 5 kuintal gabah kering atau 90 kg
beras. Setelah dipanen, padi bisa dijual langsung, atau juga dijemur dulu sekitar 1-
2 hari baru kemudian dijual, atau setelah dijemur digiling baru dijual berupa beras
ataupun untuk dikonsumsi sebagiannya.

14
BAB IV

ANALISIS USAHA TANI

Berbagai cara penerapan sistem pertanian yang tepat dapat meningkatkan


produksi padi yang juga memberikan pendapatan yang tinggi bagi petani. Saat ini
semakin berkembangnya konsep akan pertanian yang berkelanjutan dan ramah
lingkungan, maka upaya dalam peningkatan produktivitas padi perlu terus
dilakukan untuk mendukung berbagai pihak salah satunya petani padi sebagai
pelaku usaha tani padi guna pencapaian ketersediaaan beras yang baik dan aman
dikonsumsi serta kesejahteraan masyarakat dan petani.

Perkembangan pertanian padi organik tidak selalu berjalan lancar. Salah


satu hambatan yang cukup menantang yaitu bahwa melalui pertanian organik dapat
memberikan hasil yang lebih baik. Hal tersebutlah yang menjadikan masih banyak
petani yang belum mau mengadopsi pertanian organik dalam usahatani padi mereka
dan cenderung mempertahankan praktek pertanian konvensional. Penerapan
usahata tani organik memerlkukan biaya-baiaya input, termasuk biaya pupuk
kompos yang penggunaannya cukup banyak yaitu lima samapai tujuh ton per hektar
yang berimplikasi terhadap penggunaan tenaga kerja baik dalam pengolahannya
maupun pengangkutannya, serta penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan usahatani
padi organik.

Analisis usaha tani perlu mengumpulkan data berupa data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi dan wawancara langsung di
lokasi penelitian. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai literatur sebagai
pendukung dalam penyusunan hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan lima
variabel, yaitu penerimaan, biaya, pendapatan, R/C ratio dan ICS. Metode analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dilakukan untuk
mendeskripsikan penerapan ICS di lokasi penelitian dan karateristik petani,
sedangkan analisis kuantitatif dilakukan untuk melakukan perhitungan biaya
usahatani, penerimaan, pendapatan, dan R/C ratio.

15
4.1 Rancangan Analisis Data

a. Biaya Usaha tani


Menurut Hadisapoetra (1973) bahwa biaya yang digunakan dalam usahatani
dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :
TC = TFC + TVC
Dimana : TC = Total cost / Biaya total (Rp)
TFC = Fixed cost / Biaya tetap (Rp)
TVC = Variabel cost / Biaya variabel (Rp)
b. Penerimaan Usahatani
Bishop dan Toussaint (2010), penerimaan usahatani dapat dinyatakan dalam
rumus sebagai berikut :
TR = Y x Py
Dimana :
TR : Total Penerimaan (Total Revenue)
Y : Produksi yang diperoleh dalam suatu usaha tani
Py : Harga produksi
c. Pendapatan Usaha Tani Menurut Soekartawi (2002), Pendapatan usahatani
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Pd = TR – TC
Dimana :
PD : Pendapatan Usahatani
TR : Total Penerimaan (Total Revenue)
TC : Total Biaya (Total Cost)

Berdasarkan analisis ini akan diketahui besarnya penerimaan dari setiap


rupiah biaya dikeluarkan petani dalam usahataninya, sehingga dapat diketahui
keuntungan dari usahatani dengan kriteria sebagai berikut :

a. R/C lebih dari satu (R/C > 1), maka usahatani tersebut menguntungkan dan
layak untuk diusahakan.
b. R/C sama dengan satu (R/C = 1), maka usahatani tersebut tidak kurang tidak
rugi.

16
c. R/C kurang dari satu (R/C < 1), maka usahatani tersebut rugi dan tidak layak
untuk diusahakan.

4.2 Biaya Tetap


Biaya tetap yaitu biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh besarnya
produksi yang dihasilkan. Biaya tetap dalam penelitian ini meliputi pajak bumi,
iuran desa, sewa lahan, penyusutan alat, dan bunga modal. Dari hasil analisis
tersebut, maka biaya tetap pada sistem pertanian padi organik yaitu sebesar Rp
333.401.197.

Tabel 1. Biaya Tetap Pada Usahatani Padi Organik

No. Jenis Biaya Jumlah Satuan Harga satuan Harga


(Rp) (Rp)
1. Sewa lahan 1 Hektar/ 27.156.832,77 27.156.832,77
tahun
2. Cangkul 11 Unit 44.750 473.356,77
3. Kored 10 Unit 22.500 218.740,45
4. Parang 8 Unit 22.375 176.482,73
5. Sabit 9 Unit 17.600 164.646,90
6. Handsprayer 4 Unit 452.500 1.936.716,60
7. Terpal 58 m2 10.950 638.722,10
8. Karung goni 80 Unit 13.725 1.103.538,67
9. Ember 16 Unit 17.625 284.500,15
10. Selang air 345 Meter 6.500 2.245.490,68
11. Slorok 11 Unit 50.000 538.061,75
12. Penyusutan 1 Hektar/ 1.149.732,57 1.149.732,57
tahun
13. Pajak tanah 1 Hektar/ 120.754,14 120.754,14
tahun
14. Sewa traktor 1 Unit/ 3.771.074,97 3.771.074,97
tahun
15. Pengangkutan 1 tahun 362.593,97 362.593,97

17
16. Iuran irigasi Hektar/ 59.951,78 59.951,78
tahun
Total biaya per tahun (3 MT) 40.401.197
Total biaya per Musim Tanam (1 MT) 13.467.065

4.3 Biaya Variabel


Biaya variabel adalah jenis biaya yang besar kecilnya sangat tergantung
kepada besar kecilnya produk yang dihasilkan.Biaya variabel di dalam penelitian
ini adalah seluruh biaya untuk benih, pupuk kandang, pupuk kompos, tenaga kerja
dan bunga modal.

Tabel 2. Biaya Variabel Per Hektar Pada Usahatani Organik

No. Jenis Biaya Jumlah Satuan Harga satuan Harga


(Rp) (Rp)
1. Bibit 6 kg 55.000 330.000
2. Pestisida organik 1.600 liter 802 1.283.200
3. Pupuk kompos 10.500 kg 400 4.200.000
4. Tenaga kerja 9.475.000
Total biaya per tahun (3 MT) 45.864.000
Total biaya per Musim Tanam (1 MT) 15.288.000

4.4 Biaya Total


Biaya total dalam proses produksi merupakan penjumlahan dari biaya tetap
dengan biaya variabel pada lahan 1 hektar/tahun.

Tabel 3. Biaya Total Per Hektar Pada Usahatani Organik 1 Hektar/Tahun

No Uraian Jumlah biaya (Rp)


1. Biaya tetap 40.401.197
2. Biaya variabel 45.864.000
Total 86.265.000

18
Biaya total dalam proses produksi merupakan penjumlahan dari biaya tetap
dengan biaya variabel pada lahan 1 hektar/musim.

Tabel 4. Biaya Total Per Hektar Pada Usahatani Organik 1 Hektar/Musim

No Uraian Jumlah biaya (Rp)


1. Biaya tetap 13.467.065
2. Biaya variabel 15.288.000
Total 28.755.065

4.5 Penerimaan Dan Pendapatan


Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total yang
dikeluarkan, sedangkan penerimaan merupakan hasil perkaliaan antara harga jual
dengan jumlah produk.

Tabel 5. Rata-rata Jumlah Produksi, Harga jual per kilogram, Penerimaan, Biaya
Total Dan Pendapatan Usahatani Padi Organik per Hektar per Satu Kali Proses
Produksi.

No Uraian rincian
1. Produksi (kg) 7000 kg
2. Harga (rp/kg) 5.500/ kg GKP
3. Penerimaan satu MT 38.500.000
4. Peneriman per tahun 115.500.000

4.6 R/C Ratio Usahatani Padi Organik


Analisis ini digunakan untuk mengetahui keberhasilan usahatani dengan
mengetahui imbangan antara penerimaan dengan biaya atau R/C ratio. Dari hasil
analisis tersebut dapat dilihat besarna nilai R/C pada usahatani padi organik per
hektar persatu kali proses produksi adalah 1.33. Sehingga usahatani tersebut
menguntungkan dan layak untuk diusahakan.

19
Tabel 6. Laba yang di dapatkan dari usahatani organik 1 hektar/tahun

No Uraian Rincian
1. Pendapatan per tahun 115.500.000
2. Biaya per tahun 86.265.000
Laba 29.325.000

Tabel 7. Laba yang di dapatkan dari usahatani organik 1 hektar/musim

No Uraian Rincian
1. Pendapatan per tahun 38.500.000
2. Biaya per tahun 28.755.065
Laba 9.744.935

20
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pertanian merupakan suatu bidang kegiatan usaha yang tidak akan
lepas dari kehidupan manusia dan alam namun ironisnya pengguna bahan kimia
dan bahan anorganik masih kerap terjadi. Hasil yang diperoleh dari usahatani,
sekilas memang bagus, baik kualitas maupun kuantitasnya tetapi pencemaran
lingkungan yang terjadi, produk pertanian yang tercemar, pemutusan mata rantai
kehidupan merupakan dampak-dampak yang akan terjadi setelahnya. Teknologi
pertanian yang berwawasan lingkungan yang sudah kita dengar adalah Pertanian
Organik. SRI (System of Rice Intensification) adalah salah satu inovasi metode
budidaya padi. Konsep dasar SRI adalah: (a) pindah tanam satu bibit per lubang,
usia sangat muda (7-14 hari setelah semai) dengan jarak tanam longgar (30 cm x 30
cm) dan (b) pemberian air irigasi terputus-putus tanpa penggenangan di petak
sawah. Apabila konsep dasar dan metoda SRI diterapkan secara benar, maka akan
diperoleh panen padi lebih besar walaupun dengan mengurangi input eksternal (air,
pupuk kimia dan sebagainya) serta meningkatkan usaha tani tanpa menyebabkan
berbagai kerusakan, terutama kerusakan lingkungan.

21
22
DAFTAR PUSTAKA

_____. 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Prospek dan
Arah Pengembangan Agribisnis Jagung. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.
Kementerian Pertanian.
Firmanto, B.H. 2011. Praktis Bercocok Tanam Kedelai Secara Intensif. Penerbit
Angkasa. Bandung.
International Rice Research Institute, 2007. Organic rice. Fact sheets, Rice
Knowledge Bank. www.knowledgebank.irri.org
Krisdiyanto, R., Eny, L., dan Joko, S. 2014. Analisis kelayakan usahatani padi

organik di komunitas ngawi organik center (KNOC) Kabupaten Ngawi.

Program Studi Agribisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Purwono, 2009. Budidaya 8 jenis tanaman unggul. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta.

Wihastuti, W., Dedi, HS., dan Tito, H. 2017. Analisis usahatani padi organik

(studi kasus padakelompoktani kelapa herang di Desa Setiawaras

Kecamatan Cibalong Kabupaten Tasikmalaya). Fakultas Pertanian

Universitas Galuh.

23

Anda mungkin juga menyukai