Disusun Oleh :
Kelompok 1
Deny Agung Hursepuny 150510160002
Johanna Meidia Avianti 150510160010
Rizki Saddik Ismail 150510160013
Nada Nuraulia 150510160016
Nurul Agustina 150510160018
Fatilla Nur Ramadhanti 150510160019
Ayu Ratna Ningrum 150510160023
Irfan Alghifari 150510160047
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Illahi Robi Allah SWT, atas
berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Sistem Pertanian Berkelanjutan (Organik).
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari
kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Mieke Rochimi Setiawati MP., Ibu Siska Rasiska SP., M.Si.,
Ibu Prof. Dr. Ir. Hj. Hersanti MP., Ibu Dr. Ir. Hj. Anni Yuniarti MP., dan
Bapak Agus Wahyudin SP., M.Si., selaku dosen mata kuliah Sistem
Pertanian Berkelanjutan (Organik)
2. Rekan-rekan dari Agroteknologi kelas C yang telah memberikan
bantuan dan dukungan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat khususnya bagi penulis selaku penyusun dan umumnya bagi
para pembaca makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
4.2 Biaya Tetap ................................................................................................. 17
4.3 Biaya Variabel ............................................................................................ 18
4.4 Biaya Total .................................................................................................. 18
4.5 Penerimaan Dan Pendapatan ....................................................................... 19
4.6 R/C Ratio Usahatani Padi Organik ............................................................. 19
BAB V................................................................................................................... 21
PENUTUP ............................................................................................................. 21
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan hal tersebut yang tidak kalah menariknya untuk kita renungkan
adalah bahan aktif pestisida yang tertinggal pada tanaman yang akan dikonsurnsi
dapat meracuni kita dan akan terakumulasi di dalam tubuh, maka tidak heran
banyak gejala penyakit yang salah satu penyebabnya adalah bahan kimia tersebut,
misainya kanker, radang, penyakit kulit dan lain-lain bahkan ada yang teracuni
langsung, yaitu orang mengkonsumsi komponen tanaman (buah, daun, bunga, umbi
dan lain-lain) yang jelas-jelas masih mengandung pestisida. Efek negatif yang
berkepanjangan pada suatu areai pertanian akan menurunkan produktifitas lahan itu
sendiri. Dengan demikian tujuan yang semula untuk memaksimalisasi produktivtas
lahan pertanian justru terbalik, bahkan akan menjadikan bumerang bagi kita. Saat
ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah
mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.
Salah satu teknologi pertanian yang berwawasan lingkungan yang sudah kita
dengar adalah Pertanian Organik. Pertanian Organik merupakan suatu tekhnologi
budidaya tanaman yang pada penerapannya disesuaikan dengan keadaan
lingkungan, agar tidak terjadi perubahan ekosistem secara drastis sehingga tidak
menggangu dan memutuskan mata rantai makhluk hidup.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang, adapun rumusan masalahnya yakni,
1. Bagaimana prinsip-prinsip budidaya padi organik?
2. Bagaimana teknik budidaya padi organik?
3. Apa saja OPT pada padi dan bagaimana cara pengendaliannya secara
organik?
4. Bagaimana analisis usaha tani mengenai padi organik?
1.3. Tujuan
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, adapun tujuan disusunnya
usulan project ini diantaranya,
1. Untuk mengetahui proses produksi baby wortel;
2. Untuk mengetahui faktor yang berpengaruh atau kendala dalam produksi
baby wortel.
2
1.4. Manfaat
Berdasarkan disusunnya makalah ini, adapun manfaat disusunnya
makalah ini diantaranya,
1. Mengetahui prinsip-prinsip budidaya padi organik.
2. Mengetahui prinsip-prinsip budidaya padi organik.
3. Mengetahui OPT pada tanaman padi dan upaya pengendaliannya secara
organik.
4. Mengetahui kegiatan pertanian organik dilihat dari segi ekonomi melalui
analisis usaha tani.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak
mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih,
dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki tahun ̵ ¹ sekitar
1500–2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah 23 °C
dan tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0–1500 m dpl.
Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang
kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan
diperlukan air dalam jurnlah yang cukup.
4
sudah mati. Pertanian Organik diartikan sebagai suatu proses produksi yang khas
yang bersumber dari alam atau memanfaatkan alam sebagai “alat” bagi proses
tersebut. Pertanian organik merupakan kegiatan bercocok tanam yang ramah atau
akrab dengan lingkungan dengan cara berusaha meminimalkan dampak negatif
bagi alam sekitar dengan ciri utama pertanian organik yaitu menggunakan varietas
lokal, pupuk, dan pestisida organik dengan tujuan untuk menjaga kelestarian
lingkungan (Firmanto, 2011).
5
2.3. Metode System of Rice Intensification (SRI)
SRI, kependekan dari System of Rice Intensification adalah salah satu
inovasi metode budidaya padi yang dikembangkan sejak 1980-an oleh pastor
sekaligus agrikulturis Perancis, Fr. Henri de Laulanie, yang ditugaskan di
Madagaskar sejak 1961. Awalnya SRI adalah singkatan dari "systeme de riziculture
intensive" dan pertama kali muncul di jurnal Tropicultura tahun 1993. Saat itu, SRI
hanya dikenal setempat dan penyebarannya terbatas. Sejak akhir 1990-an, SRI
mulai mendunia sebagai hasil usaha tidak pantang menyerah Prof. Norman Uphoff,
mantan direktur Cornell International Institute for Food, Agriculture and
Development (CIIFAD). Tahun 1999, untuk pertama kalinya SRI diuji di luar
Madagaskar yaitu di China dan Indonesia. Sejak itu, SRI diuji coba di lebih dari 25
negara dengan hasil panen berkisar 7-10 t/ha.
Konsep dasar SRI adalah: (a) pindah tanam satu bibit per lubang, usia sangat
muda (7-14 hari setelah semai) dengan jarak tanam longgar (30 cm x 30 cm) dan
(b) pemberian air irigasi terputus-putus tanpa penggenangan di petak sawah.
Apabila konsep dasar dan metoda SRI diterapkan secara benar, maka akan
diperoleh panen padi lebih besar walaupun dengan mengurangi input eksternal (air,
pupuk kimia dan sebagainya).
Tahun 1997, Dr. Uphoff memberikan presentasi SRI di Bogor, Indonesia;
untuk pertama kalinya SRI dipresentasikan di luar Madagaskar. Tahun 1999, Badan
Penelitian Tanaman Padi (Indonesian Agency for Agricultural Research and
Development = IAARD) melaksanakan pengujian dan evaluasi SRI di pusat
penelitiannya di Sukamandi, Jawa Barat. Hasilnya panen dengan metode SRI
sebesar 6.2 t/ha sedangkan hasil dari petak kontrolnya 4.1 t/ha, peningkatan hasil
66, 12%.
6
3. Pindah tanam dilakukan sesegera mungkin <30 menit dan berhati-hati agar akar
tidak putus dan ditanam dangkal.
4. Pemberian air maksimal 2 cm atau macak-macak dan pada periode tertentu
dikeringkan sampai pecah. (irigasi berselang/ terputus)
5. Penyiangan dilakukan 10 hari setelah tanam dan diulan 2-3 kali dengan interval
10 hari.
6. Pemupukan menggunakan pupuk organik (kompos atau pupuk hijau) dan
pestisida nabati.
Tabel 1. Perbedaan Sistem Padi antara Sistem konvensional dengan Sistem SRI
7
BAB III
METODE PELAKSANAAN
diantaranya, cangkul, kored, parang, sabit, handsprayer, terpal, karung goni, ember,
Bahan yang digunakan yaitu benih padi, pupuk kompos, dan pestisida
organik.
3.3. Pelaksanaan
3.3.1. Pengolahan Lahan
Penyiapan lahan sawah untuk pertanian organik dengan pola tanam SRI
hampir sama dengan pada metoda konvensional.
1. Proses awal pengolahan lahan adalah dengan dibajak (sunda: waluku)
untuk membalikkan tanah dan memecah tanah menjadi bongkahan-
bongkahan juga menghancurkan gulma setelah sebelumnya lahan
digenangi air selama beberapa hari agar tanahnya menjadi lunak. Proses
ini dapat dilakukan secara tradisional dengan menggunakan kerbau atau
sapi maupun secara modern dengan menggunakan traktor. Bila
diperlukan setelah pembajakan pertama lahan sawah dibiarkan
tergenang beberapa hari dan kemudian dilakukan pembajakan kedua.
Kedalaman dari pelumpuran lahan turut menentukan pertumbuhan
tanaman dan sebaiknya kedalaman pelumpuran tersebut setidaknya
mencapai 30 cm.
8
2. Pekerjaan selanjutnya adalah memperbaiki pematang sawah (sunda:
mopok) agar lahan sawah tidak bocor dan tidak ditumbuhi tanaman liar
untuk menghindari tikus bersarang di pematang sawah ini. Perbaikan
pematang sawah dilakukan bersamaan dengan pekerjaan pencangkulan
untuk bagian sawah yang tidak dapat dijangkau oleh pembajakan yang
biasanya berada di bagian pojok sawah (sunda: mojok). Kompos dapat
ditebarkan sebelum pekerjaan penggaruan (sunda: ngangler) sehingga
pada saat digaru kompos dapat bercampur dengan tanah sawah atau juga
dapat ditebar setelah proses pembajakan, intinya adalah kompos dapat
tercampur dengan tanah sawah secara merata dan tidak terbuang
terbawa aliran air. Penggaruan selain untuk makin memperhalus butiran
tanah sehingga menjadi lumpur juga sekaligus bertujuan untuk
meratakan lahan. Jumlah kompos yang cukup ideal adalah sebanyak 1
kg untuk setiap 1 m2 luas lahan. Perataan lahan merupakan proses yang
sangat penting karena lahan harus benar-benar rata dan datar sehingga
akan memudahkan dalam pengaturan air nantinya sesuai dengan
keperluan.
3. Selanjutnya area penanaman padi dibuat dalam barisbaris atau petakan
yang dipisahkan dengan jalur pengairan dengan lebar petakan sekitar
2m agar memudahkan dan meratakan rembesan air ke seluruh area
tanaman padi selain untuk lebih memudahkan saat penanaman dimana
petani yang melakukan penanaman posisinya berada di saluran air di
kedua sisi petakan. Pekerjaan terakhir di lahan untuk persiapan
penanaman adalah pembuatan tanda lokasi penanaman bibit yang
berjarak minimal 25 cm atau lebih (pencaplakan). Dengan teraturnya
penanaman padi akan memudahkan dalam penyiangan secara mekanis
pada waktu pemeliharaan. Penandaan titik penanaman ini selain dengan
membuat garis-garis di tanah menggunakan alat yang bisa dibuat secara
sederhana dari kayu atau bambu dapat juga menggunakan tali yang
diberi tanda.
9
3.3.2. Pembuatan Parit
Pada petak SRI perlu dibuat parit keliling dan melintang petak untuk
membuang kelebihan air. Letak dan jumlah parit pembuang disesuaikan dengan
bentuk dan ukuran petak, serta dimensi saluran irigasi.
10
mempercepat benih untuk berkeeambah. Perendaman dilakukan selama 24 sampai
48 jam.
Benih yang telah direndam kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam
karung yang berpori-pori atau wadah tertentu dengan tujuan untuk memberikan
udara masuk ke dalam benih padi, dan kemudian disimpan di tempatyang lembab.
Penganginan dilakukan selama 24 jam.
Persemaian dengan metode SRI, dilakukan dengan mempergunakan nare
atau tampah atau besek atau juga di hamparan sawah, hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah penanaman. Pembuatan media persemaian dengan metode SRI
dapat dilakukan dengan langkah-Iangkah sebagai berikut:
1. Mencampur tanah, pasir dengan pupuk organik dengan perbandingan 1:1 :1.
2. Sebelum nare atau tampah tempat pembibitan diisi dengan tanah, pasir yang
sudah dieampur dengan pupuk organik terlebih dahulu dilapisi dengan daun
pisang dengan harapan untuk mempermudah peneabutan dan menjaga
kelembaban tanah, kemudian tanah dimasukkan dan disiram dengan air
sehingga tanah menjadi lembab.
3. Benih yang sudah dianginkan ini, ditaburkan ke dalam nare yang berisi
tanah.
4. Setelah benih ditabur, kemudian ditutup dengan lapisan tanah yang tipis.
5. Persemaian dapat diletakkan pada tempat-tempat tertentu yang aman dari
gangguan ayam atau binatang lain.
6. Selama masa persemaian, pemberian air dapat dilakukan setiap hari agar
media tetap lembab dan tanaman tetap segar.
11
2. Penyaplakan dilakukan seeara memanjang dan melebar. Setiap
pertemuan garis hasi Igaris penyaplakan adalah tempat untuk
penanaman 1 bibit padi.
3.3.5. Pengairan
Pada penanaman budidaya padi organik dengan metode SRI yang paling
penting adalah menjaga aliran air supaya sawah tidak tergenang terus menerus
namun lebih pada pengaliran air saja. Untuk itu, setiap hari petani biasanya
melakukan control dan menutup serta membuka pintu air secara teratur. Adapun
tata cara pengairan yakni,
Penanaman dangkal, tanpa digenangi air, mecek-mecek, sampai anakan
sekitar 10-14 hari
Setelah itu, isi air untuk menghambat pertumbuhan rumput dan untuk
pemenuhan kebutuhan air dan melumpurkan tanah, digenangi sampai tanah
tidak tersinari matahari, stelah itu dilairi air saja.
Sekitar seminggu jika tidak ada pertumbuhan yang signifikan dilakukan
pemupukan, ketika pemupukan dikeringkan dan galengan ditutup
12
Ketika mulai berbunga, umur 2 bulan, harus digenangi lagi, dan ketika akan
panen dikeringkan
3.3.6. Pemupukan
Pemupukan susulan biasanya dilakukan pada 20 hari setelah tebar, pupuk
yang digunakan adalah kompos sekitar 1kg/m2. Ketika dilakukan pemupukan
sawah dikeringkan dan pintu air ditutup. Setelah 27 hari setelah tebar, aliri sawah
secara bergilir antara kering dan basah.
Tabel 2. Hara terkandung dalam setiap bahan organik
13
3.3.8. Panen
Padi mulai berbunga pada umur 2-3 bulan bulan dan bisa dipanen rata-rata
pada umur sekitar 3,5 bulan, tergantung jenis dan varietasnya. Pada luasan lahan
200 meter persegi, untuk padi yang berumur pendek (3,5 bulan) biasanya diperoleh
2 kwintal gabah basah, setara dengan 1, 5 kuintal gabah kering atau 90 kg
beras. Setelah dipanen, padi bisa dijual langsung, atau juga dijemur dulu sekitar 1-
2 hari baru kemudian dijual, atau setelah dijemur digiling baru dijual berupa beras
ataupun untuk dikonsumsi sebagiannya.
14
BAB IV
Analisis usaha tani perlu mengumpulkan data berupa data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi dan wawancara langsung di
lokasi penelitian. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai literatur sebagai
pendukung dalam penyusunan hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan lima
variabel, yaitu penerimaan, biaya, pendapatan, R/C ratio dan ICS. Metode analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dilakukan untuk
mendeskripsikan penerapan ICS di lokasi penelitian dan karateristik petani,
sedangkan analisis kuantitatif dilakukan untuk melakukan perhitungan biaya
usahatani, penerimaan, pendapatan, dan R/C ratio.
15
4.1 Rancangan Analisis Data
a. R/C lebih dari satu (R/C > 1), maka usahatani tersebut menguntungkan dan
layak untuk diusahakan.
b. R/C sama dengan satu (R/C = 1), maka usahatani tersebut tidak kurang tidak
rugi.
16
c. R/C kurang dari satu (R/C < 1), maka usahatani tersebut rugi dan tidak layak
untuk diusahakan.
17
16. Iuran irigasi Hektar/ 59.951,78 59.951,78
tahun
Total biaya per tahun (3 MT) 40.401.197
Total biaya per Musim Tanam (1 MT) 13.467.065
18
Biaya total dalam proses produksi merupakan penjumlahan dari biaya tetap
dengan biaya variabel pada lahan 1 hektar/musim.
Tabel 5. Rata-rata Jumlah Produksi, Harga jual per kilogram, Penerimaan, Biaya
Total Dan Pendapatan Usahatani Padi Organik per Hektar per Satu Kali Proses
Produksi.
No Uraian rincian
1. Produksi (kg) 7000 kg
2. Harga (rp/kg) 5.500/ kg GKP
3. Penerimaan satu MT 38.500.000
4. Peneriman per tahun 115.500.000
19
Tabel 6. Laba yang di dapatkan dari usahatani organik 1 hektar/tahun
No Uraian Rincian
1. Pendapatan per tahun 115.500.000
2. Biaya per tahun 86.265.000
Laba 29.325.000
No Uraian Rincian
1. Pendapatan per tahun 38.500.000
2. Biaya per tahun 28.755.065
Laba 9.744.935
20
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pertanian merupakan suatu bidang kegiatan usaha yang tidak akan
lepas dari kehidupan manusia dan alam namun ironisnya pengguna bahan kimia
dan bahan anorganik masih kerap terjadi. Hasil yang diperoleh dari usahatani,
sekilas memang bagus, baik kualitas maupun kuantitasnya tetapi pencemaran
lingkungan yang terjadi, produk pertanian yang tercemar, pemutusan mata rantai
kehidupan merupakan dampak-dampak yang akan terjadi setelahnya. Teknologi
pertanian yang berwawasan lingkungan yang sudah kita dengar adalah Pertanian
Organik. SRI (System of Rice Intensification) adalah salah satu inovasi metode
budidaya padi. Konsep dasar SRI adalah: (a) pindah tanam satu bibit per lubang,
usia sangat muda (7-14 hari setelah semai) dengan jarak tanam longgar (30 cm x 30
cm) dan (b) pemberian air irigasi terputus-putus tanpa penggenangan di petak
sawah. Apabila konsep dasar dan metoda SRI diterapkan secara benar, maka akan
diperoleh panen padi lebih besar walaupun dengan mengurangi input eksternal (air,
pupuk kimia dan sebagainya) serta meningkatkan usaha tani tanpa menyebabkan
berbagai kerusakan, terutama kerusakan lingkungan.
21
22
DAFTAR PUSTAKA
_____. 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Prospek dan
Arah Pengembangan Agribisnis Jagung. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.
Kementerian Pertanian.
Firmanto, B.H. 2011. Praktis Bercocok Tanam Kedelai Secara Intensif. Penerbit
Angkasa. Bandung.
International Rice Research Institute, 2007. Organic rice. Fact sheets, Rice
Knowledge Bank. www.knowledgebank.irri.org
Krisdiyanto, R., Eny, L., dan Joko, S. 2014. Analisis kelayakan usahatani padi
Wihastuti, W., Dedi, HS., dan Tito, H. 2017. Analisis usahatani padi organik
Universitas Galuh.
23