Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perlu kita ketahui bahwa seorang farmasis pasti erat hubungannya

dengan obat, sehingga setiap formulator harus dapat membuat obat yang

mempunyai efek terapi yang sesuai, namun beberapa obat dapat bersifat toksik

bagi tubuh. Sehingga sebelum dipasarkan maka harus diuji toksisitasnya agar

tidak membahayakan bagi kesehatan.

Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk menguji toksisitas dari

ekstrak atau senyawa kimia lainnya dapat menggunakan metode BSLT (Brine

Shrimp Lethality Test) dengan menggunakan larva udang Artemia sanila

Leach. Metode BSLT digunakan untuk mendeteksi keberadaan senyawa toksik

dalam proses isolasi senyawa dari bahan alam yang berefek sitotoksik dengan

menentukan harga LC50 senyawa aktif.

Adapun hal yang melatarbelakangi praktikum ini untuk mengetahui

tingkatan toksisitas dari ekstrak daun afrika terhadap larva udang, yang

dianggap sebagai sel kanker. Uji toksisitas merupakan uji pendahuluan untuk

mengamati aktivitas farmakologi suatu senyawa. Salah satu metode yang

digunakan untuk menguji senyawa yang memiliki bioaktivitas sebagai

antikanker dari senyawa yang diisolasi adalah Brine shrimp lethality test

(BSLT), dimana tujuan dari penggunaan metode ini adalah sebagai uji

pendahuluan yang dapat mendukung penemuan senyawa-senyawa antikanker.


2

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah efek toksik dan tingkat keamanan ekstrak daun afrika

sebagai obat antikanker dengan menggunakan hewan uji larva udang ( Artemia

salina Leach) ?

C. Maksud Percobaan

Maksud dari Percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami

efek toksik dan tingkat keamanan ekstrak daun afrika sebagai obat antikanker

dengan menggunakan hewan uji larva udang ( Artemia salina Leach).

D. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan Median Lethal

Concentration (LC 50) dari ekstrak daun afrika dengan metode Brine Shrimp

Lethality Test (BSLT) terhadap Larva Udang ( Artemia salina Leach).

E. Manfaat Percobaan

Manfaat dari percobaan ini adalah kita dapat mengetahui keefektifan dari

ekstrak daun afrika sebagai obat antikanker dengan metode Brine Shrimp

Lethality Test (BSLT) terhadap Larva Udang ( Artemia salina Leach).


3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum

Kanker menyebabkan 20-25% kematian. Insiden kanker secara

keseluruhan berkaitan dengan usia, mencerminkan adanya akumulasi

kerusakan gentik. Karsinogenesis merupakan peristiwa genetik yang

menyebabkan transformasi ke arah keganasan dan juga metastatis. (Davey,

2005 )

Kanker dapat menyerang semua bagian tubuh. Berdasarkan organ-organ

tubuh yang terserang, dikenal berbagai jenis kanker seperti kanker payudara,

kanker mulut rahim, kanker otak, kanker hati, kanker paru-paru, kanker prostat,

kanker kulit dan kanker usus (Mangan, 2003).

Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap

tubuh dan sebetulnya termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika, karena

efek terapeutis obat berhubungan erat dengan efek toksisnya. Pada hakikatnya

setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan

merusak organisme (“Sola dosis facit venenum”: hanya dosis membuat racun,

Paracelsus) (Tjay, 2002).

Untuk obat yang struktur kimianya belum diketahui dan untuk sediaan tak

murni atau campuran dari beberapa zat aktif , metodespektrofotometer

ultraviolet/ infrared, dan polarograf tidak dapat dilakukan. Obat-obat ini diukur

dengan metode biologis, yaitu dengan bio-assay, dimana aktivitas ditentukan

oleh organisme hidup (hewan, kuman) dengan membandingkan efek obat

tersebut dengan efek suatu standar internasional (Tjay, 2002).


4

Bila ditemukan suatu aktivitas farmakologik yang mungkin bermanfaat,

maka senyawa yang lolos penyaringan ini akan diteliti lebih lanjut (Gunawan,

2007).

Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan salah satu metode untuk

menguji bahan-bahan yang bersifat toksik dan digunakan sebagai suatu

bioassay yang pertama untuk penelitian bahan alam. Metode ini menggunakan

larva Artemia salina Leach sebagai hewan coba. Uji toksisitas dengan metode

BSLT ini merupakan uji toksisitas akut di mana efek toksik dari suatu senyawa

ditentukan dalam waktu singkat, yaitu rentang waktu selama 24 jam setelah

pemberian dosis uji. Suatu ekstrak dikatakan toksik berdasarkan metode BSLT

jika harga LC50 < 1000 μg/ ml (Amir, 2012).

Prosedur ini menentukan nilai LC50 dalam μg/ml dari ekstrak dan senyawa

aktif dalam medium air asin. Aktivitas yang luas dari senyawa aktif yang

diketahui dianggap terhadap udang, akan tetapi prosedur yang sederhana,

biaya yang rendah, dan korelasinya terhadap pengujian sitotoksitas dan

pengujian antikanker membuat pengujian ini sebagai uji pendahuluan untuk

aktivitas antikanker yang sesuai dan dapat dilakukan secara rutin di

laboratorium dengan fasilitas sederhana (Rusbandi, 2014).

LC50 digunakan untuk perlakuan secara inhalasi atau percobaan toksisitas

dalam media air. Pengujian efek toksik dengan larva Artemia salina, dihitung

dengan metode LC50 yang mana kematian setelah 6 jam pemaparan

dimasukkan ke dalam kategori LC50 akut dan pemaparan setelah 24 jam

digolongkan LC50 kronis, akan tetapi dalam pengerjaannya biasanya

digunakan perhitungan LC50 setelah 24 jam mengingat kelarutan ekstrak yang


5

sukar larut membutuhkan waktu yang lebih panjang. Penunjukan efek toksik

yang dihasilkan memberikan indikasi terganggunya proses pembentukan sel.

Dalam hal ini diasumsikan sebagai sel kanker (Rusbandi, 2014).

Walaupun semua sel bereproduksi selama embriogenesis, hanya sel-sel

tertentu yang terus melakukannya setelah beberapa bulan kelahiran bayi. Sel–

sel yang bereproduksi, seperti sel hati, kulit dan gastrointestinal, menduplikasi

secara persis DNA mereka dan kemudian membelah menjadi dua sel anak.

Sele bereproduksi melalui sebuah proses, yang disebut siklus sel. Sel – sel

yang tidak bereproduksi setelah lahir, misalnya sel otot skeletela, tidak

menjalani siklus sel ini. Perjalanan siklus sel ini secara ketat dikontrol dan dapat

dihentikan atau dimulai bergantung pada kondisi sel dan sinyal yang

diterimanya, yang sebagian bahasannya diuraikan berikut ini. Sel – sel yang

bereproduksi biasanya melalui siklus sel dengan kecepatan yang sudah

semestinya kecepatannya dapat ditambahkan atau dikurangi. Sel yang

bereproduksi secara lambat, atau tidak sama sekali, menghabiskan

sebagian besar waktu mereka pada stadium interfase tahap gap (G1 atau

G2) (Corwin, 2009).

Siklus sel dikontrol oleh konstribusi berbagai gen yang bererspon terhadap

tanda pemadatan sel, cedera jaringan, dan kebutuhan untuk tumbuh. Secara

umum, sel menjalani siklusnya jika distimulasi oleh faktor hormon dan

pertumbuhan yang diekskresi oleh sel – sel yang jauh, oleh faktor pertumbuhan

yang diproduksi secara lokal, dan oleh isyarat kimia yang dilepaskan dari sel

sekitarnya, termasuk sitokinin yang dihasilkan oleh sel imun dan sel radang.

Isyarat eksternal ini bertindak mengikat reseptor spesifik yang ada di membran
6

plasma sel target. Setelah terikat, kompleks reseptor mengaktifkan sistem

penghantar kedua (Second Massenger system), yang mengirimkan sinyal

pertumbuhan ke inti sel. Ketika sinyal mencapai inti sel. Protein tertentu yang

ada di inti sel, yang disebut faktor transkripsi, mengaktifkan atau menginaktifkan

gen khusus yang pada akhirnya menghasilkan protein yang mengontrol

proliferasi sel. Gen yang diaktifkan jugan menghasilkan protein yang

memberikan umpan balik terhadap setia tahap sinyal dan stimulasi penghantar

untuk memperkuat untuk meminimalkan efek stimulasi awal (Corwin, 2009).

Berikutnya akan diuraikan isyarat eksternal yang mengontrol pertumbuhan

sel dan menyajikan contoh sistem penghantar kedua yang penting. Akhirnya

akan disajikan dua kategori besar gen yang produksi akhirnya mengontrol

siklus sel, yaitu gen supresor/penekan tumor dan proto – onkogen. Proto –

onkogen adalah gen yang ditemukan di sel, yang ketika diaktifkan, merangsang

sel untuk menjalani siklus sel untuk menjalani siklus sel sehingga menghasilkan

pertumbuhan dan proliferasi sel. Gen ini dapat merangsang terjadinya siklus sel

disemua tingkatan, termasuk (1) menghasilkan produksi yang membentuk

reseptor membran untuk mengikat hormon dan bahan kimia perangsang

pertumbuhan, (2) meningkatkan pertumbuhan protein penghantar kedua,

termasuk protein ras, yang mentransfer sinyal pertumbuhan ke inti sel, dan (3)

menghasilkan faktor transkripsi yang mengaktifkan gen vital yang mendorong

pertumbuhan sel (mis.keluarga gen myc) (Corwin, 2009).


7

B. Uraian Bahan

1. Air Suling (Ditjen POM,1979)

Nama resmi : Aqua destillata

Sinonim : Air suling, aquadest

RM/BM : H2O / 18,02

Rumus bangun : H-O-H

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak

mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertrutup baik.

Kegunaan : Sebagai pelarut

2. Ekstrak ragi (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : Ekstrak ragi

Sinonim : Sari ragi

Pemerian : Kuning kemerahan sampai coklat, bau khas

tidak busuk

Kelarutan : Larut dalam air, membentuk larutan kuning

sampai coklat, bereaksi asam lemah

Penyimpanan : Dalam wadah tertrutup baik.

Kegunaan : Sebagai sumber makanan Artemia salina

3. Air Laut (Pramayudi, 2009).

Komposisi : Rata-rata konsentrasi garam-garam terlarut di air laut berkisar

3.5%, namun konsentrasi tersebut tergantung pada lokasi dan

laju evaporasi
8

C. Uraian Hewan Coba

1. Klasifikasi (Mudjiman, 1998)

Filum : Arthopoda

Divisio : Crustaceae

Subdivisio : Branchiopoda

Ordo : Anostraca

Famili : Artemiidae

Genus : Artemia

Species : Artemia salina

2. Morfologi (Mudjiman, 1998)

Udang (Artemia salina) mengalami beberapa fase hidup, tetapi

secara jelas dapat dilihat dalam tiga bentuk yang sangat berlainan, yaitu

bentuk telur, larva (nauplii) dan artemia dewasa. Telur yang baru dipanen

dari alam berbentuk bulat dengan ukuran 0,2-0,3 mm. Telur yang menetas

akan berubah menjadi larva. Telur yang baru menetas ini berukuran kurang

lebih 300 µ. Dalam pertumbuhannya larva


9

mengalami 15 kali perubahan bentuk yang merupakan satu tingkatan hidup,

setelah itu berubah menjadi artemia dewasa. Waktu yang diperlukan sampai

menjadi artemia dewasa umumnya sekitar 2 minggu. Berbentuk silinder

dengan panjang 12-15 mm. Tubuh terbagi atasl bagian kepala, dada dan

perut. Pada bagian kepala terdapat 2 tangkai mata, 2 antena dan dua

antenula. Dada terbagi atas 12 segmen yang masing-masing mempunyai

sepasang kaki renang. Perut ternagi atas 8 segmen. Dapat hidup dalam air

dengan suhu 25o-30oC dan pH sekitar 8-9.


10

BAB III

METOOLOGI PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

a. Alat yang digunakan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum yaitu aerator, gelas

ukur, kabel, lampu, mikropipet, pipet tetes, statif, toples, dan vial.

b. Bahan yang digunakan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu air laut, larva

udang, dan ragi.

B. Cara Kerja

a. Penyiapan Larva

1. Direndam sebanyak 50 mg telur Artemia salina Leach ke dalam 250 mL

air laut pada kondisi pH 7-8 didalam toples kaca dibawah cahaya lampu

dan suhu 250C.

2. Setelah 24 jam telur akan menetas dan menjadi larva. Larva yang telah

berumur 48 jam akan digunakan sebagai hewan uji untuk diuj aktivitas

toksisitasnya.

b. Pembuatan Suspensi Ragi

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Ditimbang ragi 1 gram.

3. Ditambahkan dengan 10 mL air laut lalu diaduk lagi hingga homogen.

4. Disimpan ragi tersebut pada gelas ukur dan siap digunakan.

c. Perlakuan Pengujian
11

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Dibuat ekstrak dengan konsentrasi 2 mg/mL.

3. Dipipet dengan konsentrasi 1, 10, 100, 1000, 10.000 dalam vial.

4. Diuapkan dan ditambahkan 5 mL air laut.

5. Dimasukkan 10 ekor larva lalu dicukupkan dengan 10 mL air laut.


12

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Tabel 1 Data Hasil Kematian Larva

Larva yang Mati Tiap Konsentrasi


Sampel Replikasi Kontrol
1 10 100 1000
Ekstrak 1 10 10 10 10
Daun 2 7 10 8 9 8
Afrika 3 10 8 10 10
Total Kematian 27 28 28 29 8
% Kematian 90 93,33 93,33 96,66

Perhitungan :

Dik : Jumlah larva tiap replikasi (vial) = 10

Banyaknya larva keseluruhan = 30

Penyelesaian :

1) % kematian konsentrasi 1 :
27
= 30 x 100 % = 90 %

2) % kematian konsentrasi 10 :
28
= 30 x 100 % = 93,33 %

3) % kematian konsentrasi 100 :


28
= 30 x 100 % = 93,33 %

4) % kematian konsentrasi 1000 :


29
= 30 x 100 % = 96,66 %
13

2. Tabel Probit

Log Konsentrasi Probit


xy
X X2 y Y2
0 1 6,28 39,44 0
1 2 6,48 41,99 6,48
2 4 6,48 41,99 12,96
3 9 6,88 47,33 20,64
Y = a + bx

𝜀𝑋 2 . 𝜀𝑌 − 𝜀𝑋 . 𝜀𝑋𝑌
1) a = 𝑛 . 𝜀𝑋 2 −(𝜀𝑋)2

(14 . 265,12)−(6 . 40,08)


= (4 . 14)−(6)2

365,68−240,48 125,2
= = = 6,26
56−36 20

𝑛 . 𝜀𝑋𝑌 − 𝜀𝑋 . 𝜀𝑌
2) b = 𝑛 . 𝜀𝑋 2 −(𝜀𝑋)2

(4 . 40,08)−(6 . 26,16)
= (4 . 14)−(6)2

160,32−156,72 3,6
= = = 0,18
56−36 20

Jadi :

3) Y = a + bx
𝑌−𝑎
X = 𝑏

5−6,26
X = 0,18

− 1,26
= =-7
0,18

4) Log LC50 =x

Log LC50 =-7

LC50 = Antilog (-7)

LC50 = 1 x 10-7
14

3. Tabel 3 Perhitungan Standar Deviasi LC50 Berdasarkan Nilai Bobot per

Probit

X N Y W nW
0 30 6,26 0,336 10,08
1 30 6,44 0,302 9,06
2 30 6,62 0,238 7,14
3 30 6,8 0,18 5,4

Dik : a = 6,26

b = 0,18

𝜀𝑛𝑊 = 31,68

Y = a + bx

1) X = 0

Y = 6,26 + 0,18 . 0

= 6,26

2) X = 1

Y = 6,26 + 0,18 . 1

= 6,26 + 0,18

= 6,44

3) X = 2

Y = 6,26 + 0,18 . 2

= 6,26 + 0,36

= 6,62

4) X = 3

Y = 6,26 + 0,18 . 3

= 6,26 + 0,54
15

= 6,8
𝜎
5) SE log LC50 = √𝜀𝑛𝑊

1 1
𝜎 = 𝑏 = 0,18 = 5,55

Jadi, SE log LC50 :


5,55 5,55
= √31,68 = 5,61 = 0,987

6) SE LC50

= LC50 . log e-10 . SE log LC50

= 1 x 10-7 . 2,302 . 0,987

= 2,272 x 10-7

B. Pembahasan

Pada dasarnya Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan suatu uji

skrining untuk melihat toksisitas dari senyawa kimia atau ekstrak dengan

menggunakan larva udang. Efek toksik dapat diketahui atau diukur dari

kematian larva karena pengaruh bahan uji. Pada percobaan ini digunakan

hewan coba yaitu Larva Udang (Artemia salina Leach) Karena Larva Udang

memiliki daur hidup yang mirip dengan pertumbuhan sel kanker.

Metode BSLT juga digunakan untuk mendeteksi keberadaan suatu

senyawa yang toksik dalam proses isolasi senyawa dari bahan alam yang

berefek sitotoksik dengan menentukan harga LC50 dari senyawa aktif. Tujuan

dari percobaan ini adalah untuk menentukan Median Lethal Concentration

(LC50) dari Ekstrak daun afrika dengan metode Brine Shrimp Lethality Test

(BSLT) terhadap Larva Udang (Artemia salina Leach) dan untuk mengetahui

tingkat ketoksitannya terhadap suatu ekstrak


16

LC50 adalah konsentrasi dari suatu senyawa kimia di udara atau dalam air

yang dapat menyebabkan 50% kematian pada suatu populasi hewan uji atau

makhluk hidup tertentu. Penggunaan LC50 dimaksudkan untuk pengujian

ketoksikan dengan perlakuan terhadap hewan uji secara berkelompok yaitu

pada saat hewan uji dipaparkan suatu bahan kimia melalui udara maka hewan

uji tersebut akan menghirupnya atau percobaan toksisitas dengan media air.

Nilai LC50 dapat digunakan untuk menentukan tingkat efek toksik suatu

senyawa sehingga dapat juga untuk memprediksi potensinya sebagai

antikanker.

Pada praktikum ini dilakukan variasi konsentrasi untuk membandingkan

efek toksik yang ditimbulkan masing-masing konsentrasi tersebut dan untuk

melihat pada konsentrasi berapakah larva udang mengalami LC 50. Pada

praktikum kali ini, air laut digunakan sebagai control yang dimaksudkan untuk

melihat apakah respon kematian dari sampel dan bukan dari laut. Adapun

alasan digunakannya larva udang dalam percobaan ini adalah karena larva

udang merupakan general biossay sehingga semua zat dapat menembus

masuk menembus dinding sel larva.

Berdasarkan praktikum, diperoleh LC50 yaitu 1 x 10-7 dan nilai SE LC50

yaitu 2, 272 x 10-7. Dimana nilai LC50 lebih besar dibandingkan dengan SE LC50

menandakan bahwa ekstrak daun afrika tidak efektif digunakan sebagai

antikanker.
17

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum, diperoleh LC50 yaitu 1 x 10-7 dan nilai SE LC50

yaitu 2, 272 x 10-7. Dimana nilai LC50 lebih besar dibandingkan dengan SE LC50

menandakan bahwa ekstrak daun afrika tidak efektif digunakan.

B. Saran

Adapun saran dari praktikum ini adalah agar praktikan berhati-hati dalam

praktikum agar tidak terjadi kesalahan kerja.


18

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2018. Penuntun Farmakologi Praktikum dan Toksikologi III. Universitas


Muslim Indonesia : Makassar.

Amir, Syarif. 2012. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Badan Penerbit FK UI :


Jakarta.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisologi , EGC : Jakarta.
Davey, Patrick. 2005. Medicine At a Glance. Erlangga : Jakarta

Gunawan, Sulistia Gan, 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen


Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI : Jakarta.
Mangan, Y. 2003. Cara Bijak Menaklukkan Kanker. Agromedia Pustaka :
Jakarta.

Mudjiman, A.1988. Udang Renik Air Asin (Artemia salina). Bhatara Karya
Aksara : Jakarta.
Rusbandi, Sarpini. 2014. Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. In Media :
Jakarta.

Tjay, Tan Hoan. 2002. Obat-Obat Penting. Gramedia : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai