Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS MUTU DESINFEKTAN

INTISARI

Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika


yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran
jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau
menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya.
Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat
menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri,
jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. .Koefisien fenol adalah
perbandingan ukuran keampuhan suatu bahan antimikrobial dibandingkan
dengan fenol. Fenol dijadikan pembanding karena fenol sering digunakan
untuk mematikan mikroorganisme. Uji MIC dilaksanakan terhadap suatu
sediaan antimikroba (baik itu desinfektan) untuk diketahui konsentrasi
terendah dari antimikroba) tersebut dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Tujuan pelaksanaan uji MIC ini untuk mengetahui
resistensi suatu mikroba terhadap anti mikroba.. Koefisien fenol yang
kurang dari 1 menunjukkan bahwa bahan antimikrobial tersebut kurang
efektif dibandingkan fenol. Sebaliknya, apabila koefisien fenol lebih dari 1
artinya bahan mikrobial tersebut lebih ampuh daripada fenol. Koefisien
fenol ditentukan dengan cara membagi pengenceran tertinggi dari fenol
yang mematikan mikroorganisme dalam sepuluh menit tetapi tidak
mematikannya dalam lima menit terhadap pengenceran tertinggi bahan
antimikrobial yang mematikan mikroorganisme dalam sepuluh menit tetapi
tidak dalam lima menit.
Kata Kunci: antiseptik, desinfektan, fenol 5%, koefisien fenol, waktu
kontak
PENDAHULUAN

Sanisitas kimia disebut juga desinfektan adalah senyawa kimia yang


memiliki kemampuan untuk membunuh mikroorganisme. Banyak jenis sanitaiser
kimia yang tersedia untuk diaplikasikan pada pengolah dan pelayanan makanan.
Desinfektan tidak memiliki daya penetrasi dengan demikian, tidak mampu
mematikan mikroorganisme yang terdapat dalam celah, lubang, atau dalam
cemaran mineral1.
Antiseptik ialah obat yang dapat meniadakan atau mencegah keadaan sepsis.
Antiseptik ialah zat yang digunakan unutk membunuh atau mencegah
pertumbuhan mikroorganisme, biasanya digunakan pada jaringan hidup.
Desinfektan ialah zat yang digunakan untuk mencegah infeksi dengan mematikan
mikroba misalnya, sterilisasi alat kedokteran. Sterilisasi ditujukan untuk
membunuh semua mikroorganisme. Obat ini dapat bersifat bakterisid atau
bakteriostatik. Berdasarkan sifat kimia, antiseptik digolongkan dalam golongan
fenol, alkohol, aldehid asam, halogen, peroksidan dan logam berat. Yang termasuk
dalam golongan fenol ini ialah fenol, timol, resorsinol dan heksaklorofen. Fenol
merupakan zat pembaku daya antiseptik obat lain sehingga daya antiseptik
dinyatakan dengan koefisien fenol. Obat ini bukan antiseptik yang kuat. Banyak
obat lain mempunyai daya antiseptik lebih kuat2
Fenol merupakan salah satu salah satu antiseptikum tertua (Lister,1870)
dengan khasiat bakterisid dan fungisid, juga terdapat basil dan spura, walaupun
memerlukan waktu yang lebih lama. Mekanisme kerjanya berdasarkan denaturasi
protein sel bakteri, yakni perubahan rumus bangunnya hingga sifat khasnya
hilang. Khaistnya dikurangi oleh zat organis dan ditiadakan oleh sabum, karena
dengan alkali terbentuk fenolat inaktif, karena sefat mendenaturasi juga berlaku
untuk jaringan utuh manusia fenol berdaya korosit (membakar) terhadap kulit dan
sangat merangsang sehingga jarang digunakan sebagai antiseptikum kulit,
berdasarkan sufat anestetik lokalnya, kadang-kadang senyawa ini digunakan
dalam lotion antigatal misalnya lotion alba. Fenol adalah zat pembaku daya
antiseptic obat lain sehingga daya antiseptic dinyatakan dengan koefisien fenol.
Obat ini bukan antiseptic yang kuat. Banyak obat lain yang mempunyai daya
antiseptic yang lebih kuat. Keefektifan mematikan mikroorganisme dari suatu
desinfektan dapat ditentukan dengan penyampuran biakan mikroorganisme apa
saja yang harus dimusnahkan, kemudian menentukan waktu yang diperlukan oleh
desinfektan untuk mematikan mikroorganisme tersebut. Hal ini dapat dilakukan
dalam keadaan yang telah dibakukan secara teliti, yaitu dengan medium
pembiakan yang susunannya sudah ditetapkan, suhu dan jumlah bakteri yang
sudah diketahui dengan resistensi yang konstan sehingga diperoleh hasil yang
tepat dan dapat diulang kembali3.
MIC (Minimum Inhibitory Concentration) merupakan kadar obat, di mana
kuman tidak tumbuh atau berkembang biak lagi. Bagi obat lain (bukan
kemoterapeutika) digunakan MEC (Minimum Effective Concentration), yakni
kadar plasma, dimana obat baru memberikan efek terapeutis yang diinginkan4.
Fenol merupakan salah satu salah satu antiseptikum tertua (Lister,1870)
dengan khasiat bakterisid dan fungisid, juga terdapat basil dan spura, walaupun
memerlukan waktu yang lebih lama. Mekanisme kerjanya berdasarkan denaturasi
protein sel bakteri, yakni perubahan rumus bangunnya hingga sifat khasnya
hilang. Khaistnya dikurangi oleh zat organis dan ditiadakan oleh sabum, karena
dengan alkali terbentuk fenolat inaktif, karena sefat mendenaturasi juga berlaku
untuk jaringan utuh manusia fenol berdaya korosit (membakar) terhadap kulit dan
sangat merangsang sehingga jarang digunakan sebagai antiseptikum kulit,
berdasarkan sufat anestetik likjalonya adalkalanya senyawa ini digunakan dalam
lotion antigatal misalnya lotion alba5.
METODE PRAKTIKUM
Jenis Praktikum
Pada praktikum ini menggunakan jenis praktikum eksperimental.

Bahan
Bahan yang digunakan yaitu air steril, aluminium foil, fenol 5%, kapas,
medium NB (NutrienBrooth), sampel desinfektan (Aganol®)
Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah autoklaf, botol pengencer,
inkubator , lampu spiritus, ose bulat, rak tabung, spoit 1 mL ,5 mL, 10 mL dan
tabung reaksi.

CARA KERJA
Penyiapan Medium NB (Nutrien Broth)
Ditimbang bahan-bahan kemudian dimasukkan semua bahan kedalam
erlenmeyer lalu dilarutkan dalam air suling hingga 500 mL. Ditutup medium
tersebut dengan kapas dan disterilkan diautoklaf pada suhu 1210C selama 15
menit, kemudian disimpan dalam lemari pendingin.
Pembuatan fenol 5%
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Ditimbang fenol sebanyak
5 gram, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Dicukupkan
volumenya sampai 100 ml dengan aquadest.
Pengenceran
Dibuat alat dan bahan. Dibuat pengenceran aganol® dalam tabung reaksi
dengan perbandingan , 1:80, 1:90, 1:100, 1:110
Pembuatan larutan uji baku fenol
Disiapkan alat dan bahan. Dibuat pengenceran baku fenol dalam tabung
reaksi dengan perbandingan 1 : 80, 1 : 90, dan 1 : 100.
Uji MIC (Minimal Inhibitory Concentration)
Disediakan 7 buah tabung reaksi steril, dan diisi 9,5 ml medium NB steril
ke dalam tabung pertama dan 5 ml ke dalam tabung lainnya. Ditambahkan ke
dalam tabung pertama sampel desinfektan akan diuji. Diambil dengan pipet steril
5 ml dari tabung pertama dan dimasukkan ke dalam tabung ke dua, dicampurkan
sampai homogen. Kemudian diambil lagi 5 ml dari tabung ke dua ini dan
dimasukkan ke dalam tabung ketiga dan seterusnya sampai ada tabung ketujuh,
setelah dihomogenkan, dipipet 5 ml dari tabung terakhir dan dibuang.
Dimasukkan ke dalam tiap-tiap tabung 1 ose suspensi biakan bakteri.
Diinkubasikan semua tabung pada suhu 37OC dan diamati pertumbuhan bakteri
setelah 1 x 24jam
Uji Fenol
a. Desinfektan Aganol®
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Disiapkan 5 tabung
reaksi yang berisi pengenceran sampel 1 : 70, 1 : 80, 1 : 90, 1 : 100, dan 1 :
110 (deret I), dan 15 tabung yang beirisi 5 ml medium Nutrien Broth (NB)
yang dibagi menjadi 3 seri (deret II, deret III, dan deret IV) masing-masing 5
tabung. Ke dalam tabung ke-1 dari deret I dimasukkan suspensi bakteri
sebanyak 1 ose kemudian didiamkan 30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari
deret I dimasukkan suspensi bakteri sebanyak 1 ose kemudian didiamkan 30
detik. Hal yang sama dilakukan pada tabung ke-3, ke-4, dan ke-5 dari deret I,
kemudian diistirahatkan selama 3 menit dan dimasukkan ke dalam wadah
yang berisi air es. Ke dalam tabung ke-1 dari deret II, dimasukan 1 ose
larutan dari tabung ke-1 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Ke
dalam tabung ke-2 dari deret II, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-2
deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Hal yang sama dilakukan pada
tabung ke-3, ke-4, dan ke-5 dari deret II, kemudian diistirahatkan selama 3
menit. Ke dalam tabung ke-1 dari deret III, dimasukkan 1 ose larutan dari
tabung ke-1 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Ke dalam tabung
ke-2 dari deret III, dimasukkan 1 ose dari larutan tabung ke-2 deret I,
kemudian didiamkan selama 30 detik. Hal yang sama dilakukan pada tabung
ke-3, ke-4, dan ke-5 dari deret III, Kemudian diistirahatkan selama 3 menit.
Ke dalam tabung ke-1 dari deret IV, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-
1 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari
deret IV, dimasukkan 1 ose dari larutan tabung ke-2 deret I, kemudian
didiamkan selama 30 detik. Hal yang sama dilakukan pada tabung ke-3, ke-4,
dan ke-5 dari deret IV, Kemudian diistirahatkan selama 3 menit. Semua
tabung dari deret II, deret III, dan deret IV diinkubasi dalam inkubator pada
suhu 37oC selama 1 x 24 jam. Diamati perubahan yang terjadi berupa
kekeruhan medium.
b. Larutan baku fenol 5%
Pertama-tama disiapkan alat dan bahan. Disiapkan 3 tabung reaksi
yang berisi pengenceran sampel 1:80, 1:90, dan 1:100 (deret 1), dan 9 tabung
yang beirisi 5 ml medium Nutrien Broth (NB) yang dibagi menjadi 3
deret(deret II, III, dan IV) masing-masing 3 tabung. Ke dalam tabung ke-1
dari deret I dimasukkan suspensi bakteri sebanyak 1 ose kemudian didiamkan
30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari deret I dimasukkan suspensi bakteri
sebanyak 1 ose kemudian didiamkan 30 detik. Ke dalam tabung ke-3 dari
deret I dimasukkan suspensi bakteri sebanyak 1 ose ml kemudian
diistirahatkan 4 menit dan dimasukkan ke dalam wadah berisi air es. Ke
dalam tabung ke-1 dari deret II, dimasukan 1 ose larutan dari tabung ke-1
deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari
deret II, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-2 deret I, kemudian
didiamkan selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-3 dari deret II, dimasukkan 1
ose larutan dari tabung ke-3 deret I, kemudian diistirahatkan 4 menit. Ke
dalam tabung ke-1 dari deret III, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-1
deret II, kemudian didiamkan selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari
deret III, dimasukkan 1 ose dari larutan tabung ke-2 deret II, kemudian
didiamkan selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-3 dari deret III, dimasukkan
1 ose dari larutan tabung ke-3 deret II, kemudian diistirahatkan 4 menit. Ke
dalam tabung ke-1 dari deret IV, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-1
deret III, kemudian didiamkan selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari
deret IV, dimasukkan 1 ose dari larutan tabung ke-2 deret III, kemudian
didiamkan selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-3 dari deret IV, dimasukkan
1 ose dari larutan tabung ke-3 deret III, kemudian diistirahatkan 4 menit.
Semua tabung dari deret II, deret III, dan deret IV diinkubasi dalam
inkubator pada suhu 37oC selama 2 x 24 jam.
Analisis Hasil
Data yang dilaporkan berupa kekeruhan media pertumbuhan dan dianalisis
dan dilaporkan .
HASIL PENELITIAN
Tabel Uji MIC
No Konsentrasi Hasil
1 1:20 +
2 1:40 +
3 1:80 +
4 1:160 -
5 1:320 -
6 1:640 -
7 1:1280 -

Desinfektan
Keterangan : (+) = tidak menghambat / ada pertumbuhan MO / keruh

( - ) = menghambat / tidak ada pertumbuhan MO / jernih


Kelompok Perbandingan Waktu Kontak
5 10 15
1 : 70 + + +
Aganol® 1 : 80 + - +
1 : 90 - - +
1 : 100 + + -
1 : 110. - + +

Fenol 5%

Keterangan : (+) = menghambat / tidak ada pertumbuhan MO / jernih


( - ) = tidak menghambat / ada pertumbuhan MO / keruh
Kelompok Perbandingan Waktu Kontak
5 10 15

I 1 : 80 - - -
1 : 90 - - -
1 : 100 - - -
(a)
(b) (c)

(d) (e) (f)

Gambar hasil uji mic: (a) 1:20, (b) 1:40, (c) 1:80, (d) 1:160, (e) 1:320, (f) 1:640,

Perhitungan
𝐹𝑃 (+) 10′ (−) 5′ 𝐷𝑒𝑠𝑖𝑛𝑓𝑒𝑘𝑡𝑎𝑛
KF = 𝐹𝑃 (+) 10′ (−) 5′ 𝐵𝑎𝑘𝑢 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
1
100 80
KF = 1 = = 0,8
100
80

KF ≥ 0,05. Jadi, desinfektan aganol® memenuhi syarat sebagai desinfektan.

PEMBAHASAN

Desinfektansia adalah senyawa kimi yang digunakan untuk menghambat


atau mematikan mikroorganisme yang digunakan pada benda mati dan dengan
cepat menghasilkan efek letal yang tidak terpulihkan. Desinfektan adalah bahan
yang digunakan untuk melaksanakan disinfeksi. Sering kali sebagai sinonim
digunakan istilah antiseptik, tetapi pengertian disinfeksi dan disinfektan biasanya
ditujukan terhadap benda-benda mati.
Minimum Inhibitory Concentration (MIC) yaitu konsentrasi terendah yang
masih dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Pada percobaan ini akan
dipelajari cara-cara penentuan nilai Minimal Inhibitory Concentration serta
menentukan daya hambat terkecil dari suatu desinfektan agar kita mengetahui
seberapa besar keefektifan atau kemampuan bahan-bahan yang digunakan sebagai
antiseptik dan desinfektansia dalam membunuh kuman atau mikroorganisme
sehingga kita dapat benar-benar memilih produk sediaan yang tepat.
Dalam penentuan nilai koefisien fenol ini yang digunakan sebagai sampel
Aganol® adalah desinfektan yang sebelumnya telah ditentukan nilai Minimum
Inhibitory Concentration (MIC)nya yaitu konsentrasi terendah desinfektan yang
masih mampu menghambat pertumbuhan mikroba. Penentuan nilai koefisien
fenol ini dilakukan dengan membandingkan daya mematikan desinfektan Super
pel dengan daya mematikan terhadap larutan baku fenol 5 % dengan
menggunakan mikroba uji. Parameter yang digunakan untuk mengetahui apakah
desinfektan yang digunakan bekerja adalah dengan melihat kekeruhan atau
dengan melihat endapan yang terbentuk.
Pada uji MIC desinfektan menggunakan bakteri uji. pengujian MIC yang
telah dilakukan dapat diperoleh hasil bahwa untuk desinfektan Aganol ® memiliki
kekuatan membunuh bakteri yang terbesar menghambat pertumbuhan bakteri
Salmonella thyposa.
Dalam penentuan nilai koefisien fenol ini yang digunakan sebagai sampel
adalah desinfektan yang sebelumnya telah ditentukan nilai Minimum Inhibitory
Concentration (MIC) nya yaitu konsentrasi terendah desinfektan yang masih
mampu menghambat pertumbuhan mikroba. Penentuan nilai koefisien fenol ini
dilakukan dengan membandingkan daya mematikan desinfektan Super pel dengan
daya mematikan terhadap larutan baku fenol 5 % dengan menggunakan mikroba
uji. Parameter yang digunakan untuk mengetahui apakah desinfektan yang
digunakan bekerja adalah dengan melihat kekeruhan. Dari percobaan yang telah
dilakukan dapat diperoleh hasil bahwa nilai koefisien fenol tidak diketahui karena
terjadi kekeruhan pada semua pengenceran, sehingga nilai koefisien fenol tidak
dapat ditentukan. Faktor yang mempengaruhi kesalahan ini adalah kurangnya
ketelitian pada saat praktikum dan alat yang digunakan tidak aseptis.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa uji mic dari

desinfektan aganol® adalah 1:80 dan koefisien fenol dari desinfektan aganol®

yaitu 0,8 yang berarti bahwa desinfektan aganol® memenuhi syarat sebagai

desinfektan.

SARAN

Praktikan agar tetap berhati-hati dalam melakukan pengujian praktikum,


agar tidak menyebabkan adanya faktor kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Purnawijayanti, Hiasinta A, 2006, Sanisitas higienis dan keselamatan


kerja dalam pengolahan makanan, Erlangga : Yogyakarta.
2. Djide, M.N., Sartini, 2008. Instrumentasi Mikrobiologi Farmasi. Laborato
rium Mikrobiologi Farmasi, F. MIPA, UNHAS: Makassar.
3. Tan Hoan Tjay, 2007, Obat - Obat Penting. PT. Gramedia : Jakarta.
4. Irianto, Koes. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme.
Yrama Widya; Bandung.
5. Pelczar., 2009., Dasar – Dasar Mikrobiologi.,Universitas Indonesia :
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai