Anda di halaman 1dari 10

DIET FOOD COMBINING

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Isu dan Kontroversi Gizi

Dosen Pengampu :
Dewi Marfuah, S.Gz, M.Gizi
Prof. dr. HM Sulchan, M.Sc, DA Nutr, Sp.GK

Disusun oleh :
Marika Suffi Amalia 22030115120051
Diafna Ayu Safira 22030115130129

PROGRAM STUDI S-1 ILMU GIZI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
FOOD COMBINING DIET

A. LATAR BELAKANG DAN TUJUAN DIET

Pola makan yang berlebihan dapat mengakibatkan ketidakpercayaan diri di


dalam lingkungan sosial. Perhatian terhadap gambaran tubuh seseorang sangat kuat
baik laki-laki maupun perempuan. Seseorang akan melakukan berbagai cara dalam
mendapatkan gambaran tubuh yang ideal seperti misalnya berpakaian sesuai dengan
bentuk tubuh.(1)

Upaya mengoptimalkan penampilan dan menekan berbagai penyakit bisa


dilakukan dengan olah raga dan diet. Banyak versi dalam melakukan diet menurunkan
berat badan yang beredar di masyarakat, salah satunya adalah diet kombinasi
makanan serasi (Food Combining). Di Indonesia, food combining sudah menjadi
salah satu tren gaya hidup yang diminati oleh banyak orang. Anggapan bahwa food
combining dapat membuat tubuh menjadi sehat dan terhindar dari penyakit membuat
food combining mempunyai daya tarik sendiri bagi masyarakat. Diet food combining
memang baru dikenal di telinga masyarakat Indonesia beberapa tahun yang lalu dan
menjadi salah satu jenis diet yang cukup marak dilakukan. Nyatanya food combining
sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu oleh orang-orang Essensi (hidup di
Palestina dan pada abad 100 SM di India. Lalu pola makan tersebut dikenal dengan
nama food combining yang diperkenalkan oleh Dr. William Howard Hay, dokter dari
Amerika Serikat.(2)

Dokter William Howard Hay, pada awal abad ke-20, mempopulerkan pola
makan ini berdasarkan kebutuhan pribadinya. Di usia 41 tahun, ia menderita berbagai
komplikasi penyakit dan mencoba berbagai macam metode. Akhirnya ia mencoba diet
Food Combining dan mendapatkan kesembuhan total sebagai hasilnya serta
merasakan kualitas hidupnya menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya sehingga ia
bertekad mendedikasikan sisa hidup yang dimilki untuk penelitian pola makan ini. Di
banyak tempat, pola makan ini dikenal dengan istilah Hay’s Diet.(3)
B. KLAIM KEUNGGULAN DIET
Dengan melakukan Food Combining, pH ideal tubuh yang dibutuhkan untuk
mencapai kondisi homeostasis dapat tercapai. Homeostasis adalah kondisi ideal dalam
tubuh saat seluruh fungsi berjalan dengan sempurna. Organ yang sehat dan
mendukung kerja seluruh sistem agar lancar dan terpadu dalam tubuh dapat membuat
kondisi tubuh yang ada dalam kondisi homeostasis berada dalam kondisi prima secara
psikologis (fungsi mental), fisiologis (fungsi organ dan sistem), dan anatomis (fungsi
muskuloskeletal).(3)
Terdapat beberapa katalisator kondisi homeostasis. Salah satu yang populer
adalah nilai pH (potential hydrogen). Rentang skala pH tubuh ada pada angka 1,0
(asam) hingga 14,0 (basa). Kondisi homeostasis tubuh sehat tercapai saat pada nilai
keasaman dan kebasaan yang seimbang, pH netral. Kesehatan dapat tercapai saat nilai
pH di kisaran netral (7,0), angka tepatnya adalah 7,35-7,45. Umumnya, pola hidup
(pola makan terutama) membuat seseorang berada pada nilai pH yang asam, yang
riskan mengundang berbagai macam penyakit. (3)

C. GAMBARAN PROGRAM DIET


1. Deskripsi diet
Food Combining dipelopori oleh Andang Gumawan di Indonesia pada tahun
1994. Diet Kombinasi makanan serasi adalah pengaturan pola makan yang
disesuaikan dengan kebutuhan tubuh dikaitkan dengan waktu, yaitu pagi, siang dan
malam. Diet kombinasi makanan serasi mengacu pada pola makan seimbang demi
mendapatkan hasil terbaik untuk tujuan kesehatan.(4) Pola makan ini lebih mengacu
ke mekanisme pencernaan alamiah tubuh dalam menerima jenis makanan yang
serasi sehingga tubuh akan dapat memproses semua itu dengan baik dan
mendapatkan hasil secara maksimal. (3)
Ciri khas dari diet kombinasi makanan serasi adalah mengkonsumsi makanan
yang bersifat asam dan basa secara terpisah agar tidak memberberatkan kerja alat
pencernaan. (4)

2. Makanan/Zat Gizi yang Dianjurkan dan Dihindari


a) Pati
Pati adalah salah satu bentuk hidrat arang (selain gula dan selulosa)
yang lebih umum dikenal masyarakat sebagai karbohidrat, identik dengan
pemberi tenaga serta rasa kenyang. Pati seringkali disalahartikan sebagai
penyebab masalah kesehatan, terutama kelebihan berat badan dan diabetes.
Pati yang dikatakan baik adalah jenis pati yang masih memiliki zat-zat gizi
alamiah dan minim proses. Dalam bentuk utuh, pati masih mengandung
vitamin, serat, enzim, mineral, dan substansi penting lain yang bisa
dimanfaatkan oleh tubuh secara maksimal. (3)
Berlawanan dengan pemahaman umum sebagai unsur pemberi rasa
kenyang, pada diet Food Combining sebaiknya pati hanya dikonsumsi
secukupnya. Pati mudah sekali memberikan kelebihan gula yang mengganggu
kesehatan tubuh. Kalori berlebihan yang disumbangkan pati juga akan berubah
menjadi lemak yang tak tertampung dan menumpuk di beberapa bagian
tubuh.(3)
b) Protein
Protein dikenal sebagai pembentuk sel-sel baru tubuh. Sumber protein
hewani yang populer dikonsumsi adalah dalam bentuk daging-dagingan, susu
dan telur. Hal ini terkait dengan kandungan asam amino lengkap yang
dimiliki. Asam amino adalah unsur pembentuk sel, bahan utama pembangun
dan perbaikan jaringan tubuh, hormone, enzim dan banyak hal substansial lain
terkait tubuh manusia. Penguraian protein hewani ke dalam bentuk asam
amino agar bisa diserap tubuh berlangsung lama dan memberatkan kerja
sistem cerna. Penguraian ini juga membutuhkan energi yang seharusnya
dialokasikan secara kolektif untuk menjaga keseimbangan tubuh. Asam amino
protein hewani pun mudah rusak, terutama karena protein hewani harus
diproses dengan panas terlebih dahulu agar dapat dikonsumsi secara aman. (3)
Selain protein hewani, juga terdapat protein nabati dalam bentuk
kacang-kacangan dan polong-polongan. Mengonsumsi protein nabati dalam
jumlah cukup dapat meminimalisasi pemakaian protein hewani dan
meningkatkan kualitas kesehatan. (3)
c) Sayuran
Sayuran merupakan unsur pembentuk sifat basa yang apabila
dikonsumsi dengan benar akan mampu menetralkan pH dan menciptakan
kondisi homeostasis tubuh. Sayuran kaya akan serat, vitamin, dan mineral.
Serat pada sayuran dapat mempermudah kerja sistem pencernaan, terutama
kerja peristaltic (mendorong makanan) pada usus. Jika disajikan segar, sayuran
juga memberikan asupan enzim berlimpah sehingga secara signifikan
meringankan sistem cerna karena membuat kerja organ penghasil enzim tidak
perlu bekerja keras. (3)
Kandungan gula dan sifat asam yang sangat rendah membuat sayuran
bersifat netral dan mudah dikombinasikan dengan makanan lain. Karena sifat
ini juga sayuran mampu menetralisasi efek buruk dari beragam makanan.
Selain itu, sayuran juga kaya air sehingga konsumsi sayuran terutama dalam
bentuk segar mampu membantu memenuhi kebutuhan tubuh akan asupan
cairan harian. Tetapi proses pemanasan dapat merusak cadangan air, enzim,
zat gizi dan mineral yang terkandung pada sayuran. (3)
d) Buah
Sama dengan sayuran, buah jika disajikan segar merupakan kelompok
makanan penyumbang air, enzim, karbohidrat, serat, vitamin dan mineral.
Mengonsumsi buah dengan baik dapat memberikan sifat basa pada tubuh yang
akan mempermudah tubuh mencapai kondisi homeostasisnya. (3)
Pada diet Food Combining, buah harus dikonsumsi dalam keadaan
perut kosong atau diberi jarak 15-20 menit sebelum makan. Dan sesudah
makan, sebaiknya tidak dianjurkan untuk mengonsumsi buah, setidaknya
hingga 4-5 jam kemudian. Hal ini juga berlaku untuk buah yang dibuat sebagai
minuman jus. (3)

3. Porsi Makan
Dalam melakukan diet kombinasi makanan serasi, seseorang tidak perlu
menimbang energi berapapun konsumsi tiap hari ataupun mengurangi porsi makan.
Pelaku hanya perlu mengatur waktu yang tepat kapan tubuh membutuhkan asupan
dan mengkombinasikan makanan dengan serasi. Secara alami tubuh akan mencapai
dan mempertahankan berat ideal, kesehatan dan kebugaran tubuh tetap prima. Diet
mengkombinasikan makanan dengan serasi mengenal tiga sistem dalam
penempatan pola makan yaitu sistem pembuangan, sistem pencernaan dan sistem
penyerapan. (4)
4. Waktu Makan
Food Combining mengacu pada ritme biologis dalam mengatur waktu dan
jenis makanan yang tepat dan sesuai kebutuhan tubuh. Ritme biologis atau biasa
disebut Circadian Rhythm terkait sistem pencernaan ini berlaku sebagai berikut: (3)
a) Waktu Cerna (12.00 – 20.00)
Pada fase ini, sistem pencernaan berlaku aktif dalam menerima
makanan yang masuk sehingga dapat lebih leluasa mengonsumsi makanan.
Secara budaya, fase ini sejalan dengan waktu makan siang, kudapan sore, dan
makan malam. Pada diet Food Combining, fase ini dapat digunakan secara
maksimal dengan mengonsumsi makanan yang baik dengan cara benar.
b) Waktu Penyerapan (20.00 – 04.00)
Pada fase ini, tubuh memanfaatkan secara maksimal apa yang dimakan
pada waktu sebelumnya. Saat inilah berlangsung penyerapan zat gizi, sirkulasi
zat-zat berguna yang diproses dari makanan, pergantian sel, perbaikan
jaringan, dan sebagainya. Secara alamiah pada fase ini manusia menurunkan
pacu ritmenya dengan memasuki waktu tidur. Mengganggu fase ini dengan
mengonsumsi makanan atau tidak tidur akan mengganggu proses yang
semestinya terjadi dan membuat kerusakan kesehatan jangka pendek maupun
panjang.
c) Waktu Pembersihan (04.00 – 12.00)
Sisa metabolisme serta tumpukan makanan pada usus besar
dikonsentrasikan tubuh untuk dibuang pada fase ini. Banyak energi
dialokasikan tubuh untuk membersihkan sisa-sisa kotoran tersebut.
Menyibukkan kerja sistem cerna dengan mengonsumsi makanan berat selama
periode waktu ini akan mengganggu alokasi energi tersebut.

Berdasarkan ritme ini, pola makan dalam Food Combining diatur. Makanan
dan kudapan yang bersifat lebih padat dialokasikan pada waktu siang, sore dan
malam disesuaikan dengan kesiapan tubuh dalam menerima makanan yang masuk.
Sementara pagi hari, saat alokasi energi dibutuhkan untuk fase pembuangan,
makanan yang lebih ringan dan mudah diserap oleh tubuh sangat disarankan. Inilah
sebabnya Food Combining identik dengan pemanfaatan buah segar sebagai bahan
baku makanan untuk sarapan. Sifat buah adalah ringan, mudah dicerna tetapi
memberikan asupan energi signifikan. (3)

5. Implementasi Diet
Perpaduan unsur-unsur dasar meliputi Pati, Protein dan Sayur merupakan hal
yang paling utama dari metode Food Combining ini. (3)
a) Protein Hewani – Pati
Pada diet Food Combining, mengonsumsi protein hewani dengan pati
tidak dianjurkan. Protein hewani apabila dicampur dengan karbohidrat dapat
mengganggu pencernaan manusia. Masing-masing unsur makanan tersebut
memerlukan enzim yang berbeda untuk diolah oleh tubuh. Karbohidrat dicerna
oleh enzim amilase (terdapat di air liur) dan protein hewani dicerna oleh enzim
pepsin (bekerja begitu makanan memasuki saluran cerna dalam tubuh). Kedua
enzim ini tidak bisa bekerja saat bertemu satu sama lain. Amilase akan
berhenti bekerja sehingga menghasilkan karbohidrat yang belum terurai
sempurna sepanjang proses pencernaan. Juga dilihat dari sisi waktu cerna atau
terurai, keduanya memiliki waktu yang berbeda. Zat-zat dalam protein hewani
cenderung lebih lama terurai daripada karbohidrat. (3)
Dikatakan bahwa perpaduan antara protein hewani dan pati pada diet
Food Combining dapat menimbulkan semacam endapan sisa yang yang tak
terurai oleh tubuh dengan baik. Endapan ini disimpan dalam usus besar
sebagai pusat penyimpanan zat tidak terpakai dalam tubuh manusia. Secara
akumulatif, endapan ini akan menumpuk dan sulit dikeluarkan sehingga
mengundang bakteri serta parasit yang akan mengganggu kesehatan secara
umum. Secara signifikan, kondisi ini juga membuat pH tubuh tidak berada
dalam titik netral, lebih bergerak ke kutub asam. (3)
b) Protein – Sayuran
Kombinasi antara konsumsi protein dengan sayuran merupakan
kombinasi yang ideal dan sangat melengkapi satu sama lain. Oleh karena
protein hewani adalah pembentuk asam, dan sayuran terutama yang segar
sangat melengkapi karena sifatnya sebagai pembentuk basa. Mengonsumsi
keduanya secara bersamaan akan meminimalisir pengaruh buruk protein
hewani terhadap tubuh. (3)
Konsumsi sayuran segar juga membantu sistem cerna dalam
memproses protein hewani. Dalam hal ini, sayuran yang tinggi nilai patinya
seperti kentang, talas, ubi, jagung, dan sejenisnya bukanlah jenis sayuran yang
dianjurkan dipadukan dengan protein hewani. (3)
c) Pati – Sayuran
Sama dengan kombinasi protein-sayuran, kombinasi pati-sayuran ini
saling melengkapi dan ideal. Serat pada sayuran membuat efek buruk pati
dalam jumlah berlebihan sedikit teratasi. Sayuran memberikan rasa kenyang
sehingga keinginan untuk mengonsumsi pati dalam jumlah banyak menjadi
berkurang. Pada Food Combining, dianjurkan untuk mengonsumsi pati dan
sayuran (terutama segar) dalam perbandingan yang sama. Sepertiga untuk pati,
sepertiga untuk sayuran segar, dan sisanya untuk menu pelengkap yang tidak
bertentangan dengan standar padu padan dalam Food Combining. (3)

6. Contoh Menu
a) Contoh Food Combining dengan Menu Ideal
Melakukan Food Combining dalam keadaan ideal dengan hidangan
rumahan atau dana cukup untuk membeli beragam bahan makanan yang sehat
dan berkualitas. (3)
05.00 Bangun pagi dan minum segelas air hangat berperasan jeruk lemon
07.00 Sarapan
Menu buah: Jus buatan sendiri tanpa gula
09.00 Kudapan Pagi
Buah potong segar
12.00 Makan Siang
Menu protein: Ayam goreng, taoge goreng, lalapan sayur segar,
sambal
16.00 Kudapan Sore
Lumpia isi sayur, segelas susu kedelai ditambah sesendok madu
murni
20.00 Nasi merah, tumis brokoli, tahu-tempe goreng, lalapan sayur segar,
sambal
b) Contoh Food Combining yang mudah didapat
Melakukan Food Combining dalam keadaan kurang ideal, yakni tidak
memiliki dapur sendiri di tempat tinggal, dengan hidangan yang dijual di
tempat sederhana atau yang ada hanya mampu membeli bahan makanan
terbatas. (3)
05.00 Bangun pagi dan minum segelas air hangat berperasan jeruk
lemon/nipis
07.00 Sarapan
Menu buah potong (disesuaikan dengan musim agar terjangkau)
09.00 Kudapan Pagi
Buah potong segar rujak
12.00 Makan Siang
Menu warung nasi: nasi, semur tahu, tempe goreng, irisan 1 buah
timun segar
16.00 Kudapan Sore
Seporsi siomay terdiri dari tahu, kentang dan kol rebus, sedikit
bumbu kacang
20.00 Ketoprak atau gado-gado tanpa telur

D. EFEK DIET JANGKA PENDEK & PANJANG DIKAITKAN DGN


METABOLISME ZAT GIZI
1. Pro (buku/jurnal min 2)
2. Kontra (buku/jurnal min 2)

E. SIMPULAN

F. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

1. Chaenurisah, Lutfi & Syamsianah, Agustin. Perbedaan Penurunan Berat Badan


Berdasarkan Ketaatan Pelaku Diet Kombinasi Makanan Serasi (Food Combining) di
Komunitas “Qita Sehat Dengan Food Combining” di Kota Semarang. Tesis.
Universitas Muhammadiyah Semarang.
2. Marsden, K. 2000. The Complete Book of Food Combining. London: Hachette.
3. Lebang, Erikar. 2015. Food Combining Itu Gampang. Bandung: Qanita.
4. Gumawan, A. 2014. Food Combining Kombinasi Makanan Serasi Pola makan untuk
Langsing & Sehat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai