Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medis Hipertensi


1. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan
peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian
(mortalitas). Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase
dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukkan fase
darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90
menunjukkan darah yang kembali ke jantung. (Triyanto,2014)
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
(Nurarif, 2015, h.102)
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami
peninngkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan
peningkatan kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas).
(Reni Yuli Aspiani, 2014, h.211).
Jadi hipertensi adalah peninngkatan tekanan darah melebihi batas
normal yaitu sedikitnya tekanan sistolik 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya 90 mmHg.
2. Klasifikasi
a. Klasifikasi berdasarkan etiologi
Menurut Reni yuli Aspiani, 2016 h.212-213
1) Hipertensi Primer
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui
penyebabnya. Hipertensi primer diperkirakan oleh beberapa
faktor, diantaranya :

6
7

a) Faktor keturunan
Dari data statistik membuktikan bahwa seorang anak
yang orang tuanya menderita hipertensi memiliki
kemungkinan yang besar untuk terkena hipertensi juga
b) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi terkena hipertensi
diantanya adalah umur (umur yang bertambah maka untuk
terkena hipertensi akan meningkat), jenis kelamin (pria lebih
tinggi terkena dibanding wanita) dan ras (ras yang berkulit
hitam lebih banyak dari yang berkulit putih)
c) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang menyebaabkan hipertensi adalah
kebiasaan mengkonsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30 g),
kegemukan atau makan berlebihan, stres, merokok, minum
alkohol, minum obat-obatan (efedrin, prednison, epinefrin).
2) Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas.
Sebagai contohnya adalah hipertensi vaskular renal,yang terjadi
akibat stenosis arteri renalis.
b. Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi
Menurut Amin Huda Nurarif (2015, h.102)
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa diatas 18 tahun

No Kriteria Tekanan Darah Tekanan Darah


Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120-129 80-84
3. Perbatasan 130-139 85-89
Hipertensi
Derajat 1 : ringan 140-159 90-99
8

Derajat 2 : sedang 160-179 100-109


Derajat 3 : berat 180-209 110-119
Derajat 4 : sangat berat >210 >120

3. Etiologi
Menurut Reny Yuli Aspiani (2016, h.213) pada umumnya hipertensi
tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai
respon dari peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer.
Akan tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi,antara lain :
a. Genetik : respon neurologis terhadap stres atau kelainan ekskresi
atau transpor Na
b. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat,
c. Stres karena lingkungan
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua
serta pelebaran pembuluh darah.

4. Patofisiologi
Kepastian mengenai patofisiologi hipertensi masih dipenuhi ketidak
pastian. Sejumlah kecil pasien (antara 2% dan 5%) memiliki penyakit
dasar ginjal atau adrenal yang menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Namun, masih belum ada penyebab tunggal yang dapat diidentifikasi dan
kondisi inilah yang disebut sebagai hipertensi esensial sejumlah
mekanisme fisiologi terlibat dalam pengaturan tekanan darah normal,
yang kemudiaan dapat tumbuh turut berperan dalam terjadinya hipertensi
esensial.
Beberapa faktor yang saling berhubungan mungkin juga turut serta
menyebabkan peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi dan
peran mereka berbeda pada setiap individu. Diantara faktor-faktor yang
9

setelah dipelajari secara intensif adalah asupan garam,obesitas dan


resistensi insulin, sistem renin-angiotensin, dan sistem saraf simpatis.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatif merangsang
sistem pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal
juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.
Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi anginotensin II, suatu
vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.
Semua faktor tersebut cenderung pencetus keadaaann hipertensi. (Wijaya
Andra Saferi, 2013, h.55)
10

5. Pathways Keperawatan Hipertensi

Faktor predisposisi : usia,jenis kelamin ,


merokok, stress, kurang olahraga, genetik,
alkohol, konsentrasi garam, obesitas Beban kerja jantung

Kerusakan vaskuler HIPERTENSI Tekanan sistemik darah


pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh
darah

Vasokontriksi Resistensi pembuluh Nyeri kepala


darah otak
Resiko
Gangguan sirkulasi Otak Suplai O2 ke otak ketidakefektifan
perfusi jaringan

Ginjal Retina Pembuluh darah

Vasokontriksi pembuluh Spasme


darah ginjal arteriol Sistemik Koroner

Blood flow darah Resiko cidera Vasokontriksi Iskemia


miokard

Respon RAA Penurunan curah Afterload Nyeri


jantung

Merangsang Kelebihan Fatigue


Aldosteron volume cairan

Retensi Na Edema Intoleransi aktivitas

Sumber : NANDA (2015,h.106)


11

6. Manifestasi klinis
Menurut Amin Huda Nurarif (2015, h.102) jilid 2 tanda dan gejala
pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selaian penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan
pernah didiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.

Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :

a. Mengeluh sakit kepala, pusing


b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epitaksis
h. Kesadaran menurun

7. Pemeriksaan penunjang
Menurut Reny Yuli Aspiani (2016, h.217) pemeriksaan penunjang
pada hipertensi meliputi :
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubunngan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko
seperti hipokoagulabillitas, anemia
12

2) BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi


ginjal
3) Glucosa : Hiperglikemi (Deabetes melitus pada pencetus
hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin
4) Urinalisaa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi
ginjal dan ada deabetes melitus
b. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral , encelopati
c. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang
d. IUP : Mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti batu ginjal,
perbaikan ginjal
e. Photo dada : Menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.

8. Penatalaksanaan
Menurut Andra Saferi Wijaya (2013, h.56-57) penatalaksanaan
hipertensi terdiri dari:
a. Penatalaksanaan non farmakologis
Penatalaksanaan hipertensi dengan non farmakologis terdiri dari
berbagai macam modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan
darah yaitu :
1) Mempertahankan berat badan ideal
Mengatasi obesitas (kegemukan) juga dapat dilakukan
dengan melakukan diet rendah kolesterol namun kaya serat dan
protein, dan jika berhasil menurunkan berat badan 2,5-5 kg
maka tekanan darah diastolik dapat diturunkan sebanyak 5
mmHg (Radmarssy, 2007)
2) Mengurangi asupan natrium
Pengurangan konsumsi garam menjadi ½ sendok teh/ hari,
dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebanyak 5 mmHg dan
tekanan siastolik sekitar 2,5 mmHg (Radmarssy, 2007)
13

3) Membatasi konsumsi alkohol


Konsumsi alkohol harus dibatasi karena konsumsi alkohol
berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Para peminum
berat mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih
besar dari pada mereka yang tidak meminum minuman
beralkohol. (Radmarssy, 2007)
4) Makan K dan Ca yang cukup dari diet
Kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan
meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersama air
kencing. Dengan meningkatkan setidaknya mengonsumsi buah-
buahan sebanyak 3-5 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai
asupan potasium yang cukup (Radmarssy, 2007).
5) Menghindari merokok
Merokok memang tidak berhubungan secara langsung
dengan timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat
menimbulkan resiko komplikasi pada pasien hipertensi seperti
stroke, maka perlu dihindari pengonsumsian tembakau (rokok)
karena dapat memperberat hipertensi (Dalimartha, 2008)
6) Menurunkan stress
Semua stress dan amarah dapat meningkatkan detak jantung
tekanan darah,dengan menurunkan sress berarti juga dapat
menurunkan tekanan darah.
b. Penatalaksanaan Pengobatan Farmakologi
1) Diuretik (Hidroklorotiazid)
Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan tubuh
berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung mengjadi
ringan.
2) Penghambat simpatetik (Metildopa, klonidin dan reserpin)
Menghambat aktivitas saraf simpatis
14

3) Metabloker (metoprolol, Propanolol dan Atenolol)


Menurunkan daya pompa jantung, kontra indikasi pada
asma bronkial dan pada penderita deabetes melitus dapat
menutupi gejala hipoglikemia
4) Vasodilalator (Prasosin, Hidralasin)
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi
otot polos pembuluh darah.
5) ACE inhibitor (captopril)
Dapat menghambat pembentukan zat angiotensin II. Efek
samping : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
6) Penghambat reseptor angiotensin II (Valsartan)
Menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptor
sehingga memperingan daya pompa jantung.
7) Antagonis kalsium (Diltiasem dan Verapamil)
Menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas)

9. Komplikasi
Menurut Reni Yuli Aspiani (2016, h. 220), hipertensi dapat
menyebabkan berbagai komplikasi dintaranya stroke, infark miokard,
gagal ginjal, ensefalopati serta kejang pada wanita preeklamsia.

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengetahuan
a. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. (A.Wawan,
2010).
b. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior).
Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang tidak didasari
15

oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu: (Notoadmodjo, 2003 dalam
A.Wawan, 2010)
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik
dan seluruh yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh
sebab itu “tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang
dipelajari yaitu menyabutkan, menguraikan, mengidentifikasi,
menyatakan dan sebagainya.
2) Memahami (Comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dimana dapat menginteprestasikan secara benar. Orang yang
telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks yang lain.
4) Analisis ( Analysis)
Analisis adalah sauatu kemampuan menyatakan untuk
materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi
masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain
16

5) Sintesis (Syntesis)
Sistesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dan informasi yang ada
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
c. Cara memperoleh pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmojo 2003 yang
dikutip oleh A.Wawan 2010 adalah sebagai berikut :
1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
a) Cara coba salah (Trial and Error)
Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan dengan memecahkan masalah apabila
kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba
kemungkinanan yang lain sampai masalah tersebut dapat
dipecahkan.
b) Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-
pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli
agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang
lain yang menerima mempunyai otoritas, tanpa menguji
terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik
berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi masa lalu
2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atas lebih popular
atau disebut metodologi penelitian. Cara itu mula-mula
17

dikembangkan oleh Francais Bacon (1561-1626), kemudian


dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu
cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita dikenal
dengan penelitian ilmiah.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
1) faktor internal
a) Pendidikan
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi
misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
b) Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan
terutama untuk menunjanng kehidupannya dan kehidupan
keluarga.
c) Umur
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
berkerja
2) Faktor Eksternal
a) Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada
disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat
mempengaruhi perkembanngan dan perilaku orang atau
kelompok
b) Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi
e. Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut A. Wawan, 2010 pengetahuan seseorang dapat
diketahui dan diinteprestasikan dengan skala yang bersifat
kualitatif,yaitu :
18

1) Baik : Hasil persentase 76% -100%


2) Cukup : Hasil persentase 56% -75%
3) Kurang : Hasil persentase <56%

2. Konsep Dasar Kurang Pengetahuan


a. Pengertian Kurang Pengetahuan Penatalaksanaan Hipertensi
Kurang pengetahuan adalah tidak adanya atau defisiensi informasi
kognitif yang berhubungan dengan topik spesifik yang diperlukan
klien/kerabat untuk membuat pilihan yang diinformasikan terkait
kondisi, terapi, atau perubahan gaya hidup. (Marlilynn E.Doenges,
2011 h.521). Kurang penngetahuan tentang penatalaksanaan hipertensi
merupakan suatu keadaan ketika penderita hipertensi mengalami
ketidak tahuan mengenai apa yang seharusnya dilakukan agar tekanan
darahnya dapat terkontrol.
Penatalaksanaan hipertensi sendiri terdiri dari penatalaksanaan
non farmakologi dan farmakologis. Penatalaksanaan non farmakologis
meliputi mempertahankan berat badan ideal, mengurangi asupan
natrium, membatasi konsumsi alkohol, makan K dan Ca yang cukup
dari diet, menghindari merokok, menurunkan stress. Sedangkan
penatalaksanaan pengobatan farmakologi meliputi diuretik
(Hidroklorotiazid), penghambat simpatetik (Metildopa, klonidin dan
reserpin), metabloker (metoprolol, Propanolol dan Atenolol),
vasodilalator (Prasosin, Hidralasin), ACE inhibitor (captopril),
penghambat reseptor angiotensin II (Valsartan), antagonis kalsium
(Diltiasem dan Verapamil).
b. Faktor yang Berhubungan dengan Kurang Pengetahuan
Menurut Marlilynn E. Doenges (2011, h.521),faktor yang
berhubungan dengan kurang pengetahuan adalah :
1) Kurang pejanan atau mengingat
2) Kesalahan menafsirkan informasi (ketidakakuratan atau
ketidaklengkapan infortmasi yanng disampaikan)
19

3) Tidak mengetahui sistem informasi


4) Keterbatasan kognitif
5) Kurang minat dalam belajar

C. Konsep Asuhan Keperawatan Kurang Pengetahuan pada Hipertensi


Menurut Andra Saferi Wijaya (2013, h.58) terdiri atas :
1. Pengkajian
a. Data biografi : Nama, alamat, umur, tanggal masuk rumah sakit,
diagnosa medis, penanggung jawab,
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama: Biasaanya pasien datang ke RS dengan keluhan
kepala terasa pusing dan bagian kuduk terasa berat, tidak bisa tidur.
2) Riwayat kesehatan sekarang : biasanya pada saat dilakukan
pengkajian pasien masih mengeluh kepala terasa sakit dan berat,
penglihatan berkunang-kunang, tidak bisa tidur
3) Riwayat kesehatan dahulu : Biasanya penyakit hipertensi ini adalah
penyakit yang menahun yang sudah lama dialami oleh pasien, dan
biasanya pasien menngkonsumsi obat rutin seperti Captopril
4) Riwayat kesehatan keluarga : Biasanya penyakit hipertensi ini
adalah penyakit keturunan
c. Data dasar pengkajian
Menurut Eny Melliya (2011, h.35) data dasar pengkajian meliputi :
1) Status budaya
Meliputi kepercayaan, nilai, dan sikap tentang kesehatan
penyakit, kebiasaan sehat, praktik dan ritual
2) Status psikososial
Meliputi kemampuan belajar (domain afektif, kognitif,
psikomotor), kemampuan mengambil keputusan, tahap
perkembangan, sumber-sumber keuangan, perhatian terhadap
belajar, pengetahuan dan ketrampilan berkaitan dengan masalah
kesehatan saat inni, penghalang belajar, sistem pendukung
20

(keinginan dan kapabilitas orang lain untuk membantu pasien),


pola koping yang biasa dilakukan
3) Status neurologik
Meliputi tingkat kesadaran, memori, status mental, orientasi
4) Status kesehatan
Meliputi penyakit saat ini dan efeknya terhadap gaya hidup,
pembatasan aktivitas, obat yang diresepkan, respon pasien
terhadap penanganan
d. Data fokus
Menurut Eny Melliya (2011, h.35) pengkajian kurang pengetahuan
meliputi :
1) Subjektif
Data yang terdapat pada batasan karakteristik adalah pasien
mengungkapkan masalah :
a) Meminta informasi
b) Pernyataan yang menggambarkan kesalah pahaman
2) Obyektif
Data yang terdapat pada batasan karakteristik adalah :
a) Ketidakakuratan mengikuti instruksi atau melakukan tes
b) Perilaku yang tidak tepat atau berlebihan (misalnya histeris,
bermusuhan, agitasi, apatis)
c) Perkembangan komplikasi yang dapat dicegah

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul pada pasien hipertensi yanng kurang
pengetahuan adalah kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan
hipertensi berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit dan perawatan diri (Andra Saferi Wijaya, 2013)
21

3. Rencana Asuhan Keperawatan


Menurut Eny Melliya (2011, hal 54) intervensi keperawatan yang dapat
dilakukan pada pasien kurang pengetahuan tentang penatalaksaanaan
hipertensi berhubunngan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit dan perawatan diri.
a) Tujuan
Tujuan dari tindakan keperawatan kurang pengetahuan tentang
penatalaksanaan hipertensi pada pasien hipertensi yaitu setalah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
pengetahuan pasien tentang penatalaksanaan hipertensi baik.
b) Kriteria hasil
1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
penatalaksanaan hipertensi secara farmakologis dan non
farmakologis
2) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat
3) Pasien dan keluarga mampu menjawab pertanyaan yang diberikan
penulis setiap selesai dilakukan tindakan keperawaatan
c) Intervensi
1) Tumbuhkan sikap saling percaya dan perhatian
2) Berikan penilaian tingkat pengetahuan penatalaksanaan hipertensi
3) Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit dan
penatalaksanaan hipertensi dengan cara ceramah menggunakan
lembar balik dan leaflet.
4) Gunakan bahasa yang mudah dipahami pasien
5) Ukur tekanan darah pasien

4. Tindakan Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
dan klien. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang
berfokus pada klien dan berorientasi pada hasil, sebagaimana digambarkan
22

dalam rencana. Fokus utama dari komponen implementasi adalah


pemberian asuhan keperawatan yang aman dan individual dengan
pendekatan multifokal. Implementasi perencanaan berupa penyelesaian
tindakan yang diperlukan untuk memenuhi kriteria hasil sebagaimana yang
digambarkan dalam rencana. Tindakan dapat dilaksanakan oleh perawat,
klien, anggota keluarga, anggota tim kesehatan lainnya atau kombinasi
dari yang sudah disebutkan tadi. Implementasi meningkatkan advokasi
klien dan koordinasi diantara anggota tim.(Elizabeth S. Fayram, 2009)

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah suatu proses yang terencana dan sistematis dalam
mengumpulkan, mengorganisasi, menganalisis, dan membandingkan
status kesehatan klien dengan kriteria hasil yang diinginkan, serta menilai
derajat pencapaian hasil klien. Evaluasi adalah suatu aktivitas yang terus-
menerus, berkelanjutan, dan terncana yang melibatkan klien, keluarga,
perawat, dan anggota tim kesehatan lain. Pengetahuan mengenai
kesehatan, patofisiologi, strategi intervensi keperawatan dan metode
evaluasi dibutuhkan agar evaluasi efektif.
Evaluasi memiliki beberapa tujuan. Tujuan utamanya adalah
menetukan kemajuan klien dalam mencapai kriteria hasil yang sudah
dirancang. Tujuan penting lainnya adalah menilai efektivitas komponen
proses keperawatan dalam membantu klien mencapai kriteria hasil.
Evaluasi juga digunakan untuk menentukan kualitas asuhan keseluruhan
yang sudah diberikan kepada suatu kelompok klien, melalui perbaikan
kualitas dan program manajemen kualitas. (Janet W. Kenney, 2009)

Anda mungkin juga menyukai