Anda di halaman 1dari 203

VERIFIKASI OPERATIF

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :

BLUDRSUD A 1 DARI 3
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Suatu langkah penting yang dilakukan untuk memastikan bahwa
PENGERTIAN operasi dilakukan pada orang yang benar, lokasi yang benar dan
dilakukan dengan prosedur yang benar.
Tujuan • Memastikani lokasi, prosedur, dan pasien yang benar;
• Memastikan bahwa semua dokumen, foto
(imaging), hasil pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi
label dengan baik, dan dipampang;
• Lakukan peninjauan ketersediaan setiap peralatan
Khusus dan/atau implant-implant yang dibutuhkan.
Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan
Pelayanan di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Sign in
a. Perawat mengevaluasi kembali rekam medis pasien
yang bersangkutan dan berkaitan dengan identitas.
b. Perawat memeriksa kembali dokumen termasuk
surat persetujuan pembedahan atau informed concent.
c. Perawat mengukuran vital sign terakhir.
d. Perawat memeriksa riwayat alergi.
e. Dokter anestesi menjelaskan tentang
prosedur pembiusan.
f. Dokter anestesi mengantisipasi resiko kehilangan
darah saat pembedahan, resiko gangguan pada jalan nafas
dan keamanan prosedur anesthesi yang akan dikerjakan.
2. Time Out
a. Dokter bedah meninjau kembali lokasi insisi pada
tubuh pasien.
b. Perawat melaporkan kesiapan alat / instrument.
c. Perawat melaporkan keadaan sterilitas alat dan
termasuk perhitungan jumlah kasa.
d. Dokter anestesi menyampaikan mengenai obat antibiotika
profilaksis yang telah diberikan beserta hasil pemeriksaan
penunjang.
e. Dokter anestesi menyampaikan tentang
kemungkinan resiko pembiusan selama berlangsungnya
operasi.
3. Sign Out
a. Dokter bedah mendokumentasikan prosedur yang telah
dilakukan sebelumnya.
b. Perawat menghitung jumlah instrumen, jarum dan kasa
secara benar –jika digunakan selama operasi.
c. Perawat melaporkan jika ada permasalahan pada alat
atau bahan habis pakai lainnya.
d. Perawat memberikan label sesuai identitas pasien pada
jaringan yang telah diangkat dari tubuh pasien.
e. Dokter bedah sebagai operator beserta dokter anestesi
menyampaikan hal-hal yang perlu diperhatikan pada masa
pemulihan pasien dan perawatan pasca operasi
selanjutnya.
Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral.
SMF Anestesi
ALAT PEMBUKA GIPS

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :

BLUDRSUD A 1 DARI 3
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Alat elektronik yang digunakan untuk membuka gips.

Tujuan Untuk membuka gips sesuai batas waktu.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Sambungkan stiker pada stop kontak dengan tegangan 220 volt.
2. Tekan tombol on menghidupkan gergaji.
3. Penggunaan dengan tekanan atas bawah pada permukaan gips.
4. Setelah selesai matikan mesin.
5. Buka gips dengan pembuka gips.
6. Gunting kapas bagian dalam dengan gunting gips.
7. Lepaskan gips.
8. Bersihkan bagian tubuh yang digips dengan lap basah dan lap
kering.
9. Bersihkan alat dan kembalikan ke tempatnya.
Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral.
ALUR MEMBAWA INSTRUMEN KOTOR SETELAH
OPERASI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :

BLUDRSUD A 1 DARI 3
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Membawa instrumen kotor setelah operasi dari kamar operasi ke
tempat pencucian alat

Tujuan Untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur Persiapan Alat :


1. Tong instrumen
2. Jas luar
3. APD (sarung tangan, masker, pelindung mata/wajah, gaun,
sepatu boot)
Cara Pelaksanaannya :
1. Masukkan instrument kotor ke tempat instrument kotor dan
taruh di ruang linen kotor.
2. Masukkan tempat instrument kotor ke dalam tong dan
bawa instrument kotor melalui jalur luar kamar operasi menuju ke
tempat pencucian alat
3. Cuci dan bersihkan instrument kotor sesuai dengan
standar operasional prosedur.
4. Kemas instrument dan sterilkan.
Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral.
ASESSMENT PRE OPERASI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Suatu penilaian/pengkajian terhadap kondisi pasien yang akan
menjalani operasi, meliputi: asessment pra operasi, asessment pra
anestesi dan kelengkapan persiapan pasien operasi.
Tujuan Meminimalkan/mencegah terjadinya komplikasi pasca operasi,
kegagalan pembedahan, dan kejadian yang tidak diinginkan
sebelum selama dan setelah tindakan operasi.
Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan
di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Petugas administrasi ruangan menyiapkan lembar asessment


pra operasi, pra anestesi dan persiapan operasi pada rekam
medis pasien yang akan menjalani tindakan operasi dan
selanjutnya menempelkan label identitas pasien pada lembar
asessment pra operasi, pra anestesi dan persiapan operasi
2. Dokter operator memastikan kebenaran identitas pasien yang
akan dilakukan tindakan operasi dengan melakukan konfirmasi
terhadap gelang identitas pasien
3. Dokter operator melakukan pemeriksaan fisik, anamnesa pra
operasi dan mendokumentasikannya pada lembar asessment
pra operasi, pra anestesi dan persiapan operasi meliputi:
 Data subjektif
 Data objektif
 Diagnosa pra operasi
 Rencana operasi
 Estimasi lama operasi
 Tanda tangan dan nama terang operator
4. Dokter anestesi melakukan pemeriksaan fisik, anamnesa pra
anestesi dan mendokumentasikannya pada lembar asessment
pra operasi, pra anestesi dan persiapan operasi meliputi:
 Data subjektif
 Data objektif
 ASA
 Rencana anestesi
 Tanda tangan dan nama terang
5. Pasien yang telah dilakukan asessment pra operasi dan pra
anestesi dan telah dinyakan layak serta menyatakan setuju
untuk tindakan operasi dapat segera didaftarkan ke Instalasi
Bedah Sentral untuk mendapatkan jadwal tindakan operasi
6. Perawat/Bidan menyiapkan pasien pre operasi dan
mendokumentasikannya pada lembar asessment pra operasi,
pra anestesi dan persiapan operasi meliputi:
 Gelang identitas pasien
 Informed consent anestesi
 Informed consent operasi
 Persiapan fisik pasien
7. Lembar asessment pra operasi pra anestesi dan persiapan
operasi ini selanjutnya akan diserahterimakan kepada petugas
instalasi bedah sentral saat serah terima pasien di ruang
penerimaan sebagai konfirmasi kesiapan pasien pre operasi.
Unit Terkait 1. IBS
2. Rawat Inap
3. IGD

BONE DRILL LISTRIK


NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :
A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Alat elektronik yang digunakan pada kasus bedah ortopedi.

Tujuan Untuk mengebor tulang pada kasus bedah ortopedi dalam


pemasangan plate dan screw.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Siapkan sambungan kabel, sambungkan steker pada stop


kontak dengan tegangan 220 volt.
2. Pasang ujung drill pada bone drill listrik.
3. Sambungkan kabel pad bone drill listrik.
4. Tekan tombol on untuk menghidupkan, lepas tombol
untuk mematikan.
5. Setelah pemakaian cabut steker dari stop kontak.
6. Lepas ujung drill dan kabel dari bone drill listrik.
7. Bone drill listrik dibersihkan dengan alkohol.
8. Beri minyak ( pada bagian ujung drill ).
9. Disterilkan.
Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral.

CARA PENGGUNAAN MIKROSKOP MATA


NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :
A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Alat elektronik yang digunakan pada kasus operasi mata

Tujuan Membantu terlaksananya operasi mata

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Sambungkan steker stavolt ke daya listrik


2. Sambungkan steker mikroskopke stavolt dengan tegangan 220
volt.
3. Tekan tombol power untuk menghidupkan mikroskop
4. Tekan tombol ON lampu mikroskop
5. Atur ketinggian mikroskop sesuai kebutuhan
6. Mikroskop siap digunakan
Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral.

CHECKLIST KESELAMATAN PASIEN


NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :
A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Checklist keselamatan pasien adalah suatu program dalam upaya
menurunkan komplikasi pembedahan dan anestesi

Tujuan Untuk menciptakan perilaku tim pembadahan dan lingkungan


yang aman bagi penderita.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur Sign In (Sebelum Pasien di Anestesi) :


1. Konfirmasi identitas pasien “ Nama, tanggal lahir dan Nomor
Rekam Medis ”
- Gelang identitas
- Informed consent
- Prosedur operasi
2. Konfirmasi penandaan area operasi sesuai prosedur.
3. Cek kelengkapan mesin anestesi dan obat-obatan.
4. Konfirmasi riwayat alergi pasien “ makanan dan obat”.
5. Konfirmasi kepada dokter anestesi tentang riwayat asma/
resiko aspirasi
6. Konfirmasi kepada dokter bedah tentang rencana
pemasangan implant
7. Konfirmasi kepada dokter bedah tentang resiko perdarahan
dan persedian darah.
Time Out (Sebelum pasien diinsisi) :
1. Konfirmasi anggota tim bedah :
- Dokter Operator
- Dokter Anestesi
- Asisten Anestesi
- Asisten Bedah
- Instrument
- Sirkulair
2. Konfirmasi “ identitas pasien, prosedur operasi, tempat insisi”.
3. Konfirmasi kepada dokter bedah
- Komplikasi selama operasi.
- Lama operasi.
- Perkiraan kehilangan darah.
5. Konfirmasi kepada dokter anestesi.
- Keadaan yang perlu diperhatikan selama operasi
6. Konfirmasi kepada perawat bedah tentang
- Kelengkapandan kesterilan Alat/ Instrumen yang dipakai
7. Konfirmasi antibiotic profilaksis dan hasil imaging
Sign Out ( Sebelum meninggalkan kama operasi :
1. Konfirmasi kepada dokter bedah apakah tindakan operasi yang
dilakukan sesuai.
2. Konfirmasi prosedur operasi.
3. Konfirmasi specimen.
4. Konfirmasi permasalah pada alat dan bahan
5. Konfirmasi kelengkapan instrumen pre dan post operasi
6. Konfirmasi keadaan yang perlu diperhatikan saat pemulihan
Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral.
SMF Anestesi

CUCI TANGAN PEMBEDAHAN


NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :
A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Cuci tangan bedah wajib dilakukan sebelum tindakkan operasi,
lama cuci tangan bedah ± 3-5 menit, untuk mencegah terjadinya
infeksi pasca operasi atau infeksi luka operasi.
Tujuan Untuk mencegah terjadinya infeksi pasca operasi atau infeksi luka
operasi

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


Di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur Persiapan Alat :


1. Sikat
2. Cairan desinfektan
3. Air yang mengalir
Cara Pelaksanaan :
1. Buka semua perhiasan yang di pakai termasuk jam tangan
, gelang dan cicin.
2. Gulung lengan baju hingga 5-10 cm diatas siku.
3. Basahi tangan dengan air mengalir hingga siku.
4. Tuangkan sabun / cairan desinfektan pada tangan.
5. Cuci tangan dengan teknik 7 langkah
6. Bersihkan kuku dengan menggunakan sikat ( dilakukan
pada saat pertama kali ikut operasi)
7. Bilas dengan air mengalir dengan posisi tangan lebih
tinggi dari siku (searah dari ujung jari sampai bawah siku).
8. Ulangi prosedur nomer 4 dan 6 ( saat mengambil
cairan desinfektan dengan cara menekan tuas cairan
desinfektan dengan siku ).
9. Ulangi prosedur nomer 4 tanpa melakukan pembilasan
dengan air.
10. Keringkan tangan dengan handuk steril, posisi tangan
keatas didepan dada.
Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral.

EVALUASI LAPORAN OPERASI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian 1. Masih adanya laporan operasi yang belum dibuat secara
lengkap dan keterlambatan dalam membuat laporan operasi.
2. Peningkatan mutu pelayanan di kamar operasi.
3. Tertib administrasi.
Tujuan Mendukung suatu pelayanan yang berkesinambungan dari
pelayanan suportif pasca bedah, catatan operasi atau catatan
lainnya tersedia sebelum pasien meninggalkan ruang pulih pasca
anestesi.
Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan
di Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Penulisan laporan operasi lengkap, tulisannya jelas dan mudah


dipahami.
2. Laporan dibuat segera setelah pembedahan selesai.
Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral

EVALUASI IDENTIFIKASI PELAKSANA

PELAYANAN ANESTESI
NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :
A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian 1. Masih adanya personil yang melakukan tindakan anestesi
belum ditulis secara lengkap dalam rekam medis pasien
2. Peningkatan mutu pelayanan Anestesi
3. Tertib administrasi
Tujuan Menciptakan suatu pelayanan yang berkesinambungan dari
pelayanan anestesi pre, intra dan pasca anestesi dan adanya
bukti pendokumentasian sesuai pedoman yang ditetapkan
rumah sakit.
Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan
di Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Penulisan laporan monitoring pre, intra dan pasca anestesi


lengkap, tulisannya jelas dan mudah dipahami.
2. Laporan monitoring anestesi tertulis personil yang melakukan
tindakan dalam form anestesi dan rekam medis pasien

Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral


LAYANAN SEDASI RINGAN PADA PASIEN PEDIATRIK

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Suatu proses pemilihan dan perencanaan tatalaksana sedasi yang
akan diberikan kepada pasien sesuai dengan indikasi atau
kebutuhan pasien.
Tujuan Untuk terselenggaranya prosedur sedasi yang mengutamakan
keselamatan (patient’s safety) dan kenyamanan pasien.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Tahap Pra Sedasi


a. Setiap tindakan sedasi diberikan penjelasan dan edukasi
kepada pasien dan keluarga ( orang tua anak).
b. Dilakukan keputusan obat sedasi yang akan digunakan
c. Tindakan prasedasi dilakukan oleh dokter dalam bidangnya.
d. Pemberian obat sedasi ringan disesuaikan dengan standar
obat untuk sedasi.
e. Bila diperlukan sedasi yang lebih dalam suatu kondisi
tertentu diwajibkan untuk melakukan konsultasi dokter
spesialis anestesi.
2. Tahap Selama sedasi
a. Setiap tindakan sedasi dievaluasi kembali obat-obatan,
peralatan sedasi dan monitoring pasien serta kelengkapan
status pasien.
b. Saat pasien diberikan sedasi dokter spesialis anestesi dan
atau asisten melakukan pemantauan yang
berkesinambungan selama proses sedasi berlangsung.
c. Selama sedasi, dokter yang memberikan sedasi atau asisten
bereaksi cepat terhadap segala kondisi pasien akibat
tindakan sedasi.
d. Semua kondisi pasien selama sedasi dicatat dalam catatan
terintegrasi dan dimasukkan di dalam rekam medis.
3. Tahap Pasca sedasi
a. Dokter yang memberikan sedasi harus mengidentifikasi
keadaan pasien bila terjadi keadaan sedasi yang
berkepanjangan akibat komplikasi atau pemulihan sedasi
yang lambat.
b. Bila terjadi keadaan sedasi yang berkepanjangan, dokter
spesialis anestesi membuat rencana pengelolaan
keperawatan pasien selanjutnya
c. Setiap pasien pasca sedasi diobservasi dengan penilaian
secara periodik menggunakan kriteria pemulangan atau
pengeluaran pasien anak-anak dari ruang tindakan dari
pengaruh sedasi.
d. Pasien pasca sedasi diberikan instruksi tertulis atau verbal
kepada keluarga atau orang tua pasien berupa anjuran diet,
nutrisi, aktivitas, komplikasi yang mungkin terjadi serta
tindakan yang harus dilakukan bila terjadi komplikasi.
e. Dokter spesialis anestesi atau asisten menginformasikan
kepada perawat bila pasien sudah pulih
f. Dokter spesialis anestesi menginformasikan mengenai
rencana perawatan pasien pasca sedasi kepada pasien dan
keluarga pasien.
g. Semua proses pasca sedasi terdokumentasi dan
dimasukkan dalam rekam medis pasien
Unit Terkait 1. Instalasi Bedah Sentral
2. IGD
3. ICU
MENCUCI INSTRUMENT PASCA PEMBEDAHAN

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Mencuci instrument dari bekas darah dan mikro organisme
sehingga instrument bersih dan bebas dari mikroorganisme

Tujuan Mencegah infeksi nosokomial

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur Persiapan Alat :


1. APD (sarung tangan, masker, pelindung mata/wajah, gaun,
sepatu boot)
2. Sikat
3. Cairan detergent enzimatik
4. Waskom plastik
5. Handuk kering
6. Air mengalir
Cara Pelaksanaan :
1. Masukkan instrumen kotor pada bak yang berisi cairan
enzimatik dengan posisi alat terbuka.
2. Lakukan perendaman instrument dengan menggunakan
prinsip 2-5- 5 : 2 stroke (40cc) detergent cidezim, 5
liter air suhu kamar, rendam selama 5 menit.
3. Lakukan penyikatan instrument satu persatu dengan teliti
dan hati – hati terutama pada bagian yang bergigi atau
bersela.
4. Bilas instrument dengan air mengalir sampai bersih.
5. Lakukan pengeringan dengan menggunakan handuk bersih.
6. Bila perlu semprot sela – sela instrument yang bergesekan
dengan menggunakan pelumas khusus.
7. Set instrument sesuai dengan set awal dan bungkus
dengan bungkus yang sesuai untuk set tersebut dan beri
label nama, tanggal steril dan kadaluarsa.
8. Set instrument siap disterilkan.
Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral

MENUTUP LUKA PEMBEDAHAN


NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :
A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Melakukan penutupan pada luka dengan menggunakan
daryantule dan kassa steril

Tujuan 1. Menjaga luka operasi tetap dalam kondisi bersih.


2. Mencegah terjadinya infeksi luka operasi.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


Di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur Persiapan Alat :


1. Kasa steril
2. Na Cl 0,9 %
3. Plester
4. Gunting Plester
5. Sarung tangan steril
Cara Pelaksanaan :
1. Bersihkan kulit disekitar luka dengan menggunakan kassa
steril yang dibasahi dengan cairan NaCl 0,9 %.
2. Keringkan area luka operasi dengan menggunakan kassa
steril kering.
3. Tutup luka operasi dengan tulle lalu kassa steril
sesuai kebutuhan.
4. Pasang plester secukupnya.
Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral

OPERASI TIDAK SESUAI INFORMED CONSENT


DI KAMAR OPERASI
NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :
A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Yang dimaksud dengan operasi tidak sesuai informed consent
adalah operasi tidak sesuai dengan penjelasan sebelum
operasi dan memerlukan tindakan yang lebih lanjut.
Tujuan 1. Tersedianya pedoman dalam penanganan kasus
2. Pelaksanaan patient safety

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur
1. Pelaksanaan operasi sesuai dengan prosedur oleh operator
terkait.
2. Penemuan adanya ketidaksesuaian dengan informasi sebelum
operasi.
3. Penjelasan oleh operator kepada keluarga pasien ( Orang tua /
suami / isteri / anak atau pengampu yang lain ).
4. Pembuatan dan penandatanganan informed consent baru.
5. Melanjutkan operasi oleh operator sesuai dengan informed
consent baru.
Unit Terkait 1. SMF terkait
2. Komite Medik

ALUR OPERASI TIDAK SESUAI INFORMED CONSENT

Mulai

Pelaksanaan operasi sesuai


prosedur

Penemuan oleh operator adanya


ketidaksesuaian

dengan informed consent pre


operasi
Penjelasan oleh operator kepada
keluarga pasien.

Pembuatan &
penandatanganan informed
consent baru

Melanjutkan operasi sesuai


informed baru &
penyelesaian sesuai prosedur

Selesai

PELAKSANAAN ANESTESI UMUM ELEKTIF


NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :
A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya
kesadaran dan bersifat pulih kembali yang direncanakan
(elektif).
Tujuan Sebagai acuan langkah – langkah dalam pelaksanaan anestesi
umum dengan pasien yang direncanakan.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Pra anestesi : premedikasi yang dipergunakan


adalah antikolinergik, sedativa dan narkotik.
2. Saat anestesi :
a. Induksi anestesi
- Diberikan oksigenasi dengan O2 100 % 8 – 10 lt/mnt
selama 3 – 5 mnt, dengan jalan iv atau face mask.
- Cairan infus dan venflon harus terpasang dan berjalan
lancar.
b. Rumatan anestesi :
- Kedalaman anestesi di pantau dengan memperhatikan
tahapan anestesi yang cukup selama pembedahan
- Fungsi alat – alat vital, pernafasan, sirkulasi tetap dalam
batas normal, mesin anestesi harus diperhatikan termasuk
vaporizer.
c. Pengakhiran anestesi :
- Anestesi harus dihentikan tepat waktu agar pasien segera
sadar kembali sehingga refleks dan fungsi vitalnya kembali
normal namun degan efek analgesia yang terkendali.
- Oksigenasi dan bantuan nafas harus tetap diberikan dan
pasien tetap dijaga dengan kewaspadaan, pemantauan penuh
sampai sisa obat anestesi habis.
3. Pasca anestesi :
- Pasien ditempatkan diruang pemulihan di bawah
pengawasan perawat anestesi dan dilakukan serah terima
dari perawat yang melakukan anestesi dengan perawat di
ruang pemulihan.
- Oksigenasi tetap diberikan dan pasien tetap dijaga dengan
waspada mengenai alat – alat vital, kesdaran pasien.
- Pembersihan dari rongga mulut dan jalan nafas harus
dilakukan, disamping pengawasan cairan infus dan transfusi.
- Pemindahan pasien ke ruang rawat inap denhan ketentuan
aldrete score :
a. Aldrete score ≥ 8, pemindahan pasien ke ruang rawat inap.
b. Aldrete score ˂ 8 pemindahan ke ICU.
- Dalam serah terima ke rawat inap harus ditandatangani oleh
perawat recovery/pulih sadar dan perawat ruangan.
Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral.
SMF Anestesi

PELAKSANAAN TINDAKAN ANESTESI LOKAL


NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :
A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Tindakan anesthesia yang dilakukan dengan memasukkan obat
local anestesi ke daerah yang akan di bedah.

Tujuan Mempersiapkan dan melakukan tindakan anesthesia local untuk


operasi minor.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Persiapan Alat dan Obat.


a. Set spinal
b. Spuit 3 cc, spuit 5 cc
c. Duk lubang
d. Sarung tangan steril
e. Jarum no 25
f. Obat : lidokain 2 %, Pehacain 2 %
g. Gause
h. Cairan desinfektan ( betadine, alkohol )
2. Berdoa sebelum tindakan di mulai.
3. Monitoring pasien.
4. Beritahu pasien sebelum tindakan.
5. Desinfeksi daerah yang akan di lakukan lokal anestesi.
6. Desinfeksi daerah yang akan di lakukan lokal anestesi.
7. Melakukan penyuntikan dan memasukkan obat disekitar
area operasi.
Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral.
IGD
Poliklinik

PELAKSANAAN TINDAKAN OPERASI


NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :
A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Tata cara pelaksanaan operasi pasien oleh staf kamar operasi.

Tujuan Pelaksanaan tindakan operasi dilakukan sesuai prosedur.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


Di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Petugas operasi mempersiapkan peralatan, bahan, dan obat-


obatan yang diperlukan untuk operasi sesuai SPO terkait.
2. Petugas anastesi mempersiapkan peralatan dan obat-obatan
anastesi serta melakukan tindakan anesthesi yang diperlukan
sesuai SPO terkait.
3. Perawat sirkulasi menerima rekam medis dan data administrasi
lisan dan tulisan dari petugas pengantar pasien dan memasang
foto rontgen pada lampu baca di masing-masing ruang operasi.
4. Petugas kamar operasi melakukan tindakan cuci tangan,
memakai jas operasi dan sarung tangan sesuai SPO yang
terkait.
5. Petugas operasi melakukan verivikasi pre operastif sesuai SPO
yang terkait.
6. Dokter operator dan petugas operasi melakukan tindakan
operasi sesuai indikasi.
7. Bila diambil jaringan atau cairan tubuh pasien untuk
pemeriksaan laboratorium/ PA, wadah diberi identitas pasien
meliputi nama, umur, no. RM, tanggal pengambilan dan disertai
berita acara serah terima spesimen.
8. Setelah operasi selesai petugas operasi membuat
laporan operasi, petugas anastesi membuat laporan anastesi,
dan perawat sirkulasi mendata alkes dan obat-obatan habis
pakai serta mengumpulkan ketiga dokumen tersebut dalam
rekam medis pasien.
9. Pasien dipersiapkan untuk menjalani observasi dan perawatan
di ruang pemulihan.
10. Setelah kondisi pasien dinyatakan oleh dokter operator
dan dokter anastesi memungkinkan untuk dipindahkan ke
ruangan, petugas kamar operasi menghubungi ruangan terkait
untuk menjemput pasien.
11. Dilakukan serah terima pasien dari petugas kamar operasi ke
petugas ruangan sesuai SPO terkait.
Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral.
SMF Anestesi
Rawat Inap

PELAPORAN PASIEN OPERASI EMERGENSI / ELEKTIF


NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :
A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Tatacara pelaporan pasien operasi emergensi / elektif adalah
prosedur pelaporan pelayanan operasi baik emergensi / elektif
yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A. Yani
Metro pada dokter penanggungjawab anestesi.
Tujuan 1. Agar ada koordinansi antara Instalasi Kamar Operasi Operator
dan dokter Anestesi.
2. Ada kepastian waktu pelayanan operasi bagi pasien.
Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan
di Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Setiap pasien yang akan dilakukan operasi baik


emergensi / elektif harus dilaporkan kepada Dokter
penanggungjawab anestesi.
2. Dokter penanggungjawab anestesi yang akan mengatur
tenaga operasional anestesi.
3. Waktu untuk operasi elektif dimulai pukul 08.00 s/d 14.00 dan
dilaksanakan pada hari kerja ( senin – sabtu ).
4. Hari jumat setelah bongkar besar.
5. Bila ada operasi yang sifatnya Emergensi sesudah pkl 14.00
pada hari senin – sabtu dan hari besar/libur tetap dilaporkan
kepada Dokter penanggung jawab anestesi untuk diatur
tenaga operasionalnya.
6. Yang bertanggungjawab melaporkan kepada Dokter
penanggungjawab anestesi adalah perawat ruangan atau
perawat IGD yang bertugas saat itu.
Unit Terkait IBS IGD
Poliklinik Rawat Inap
PELAYANAN INTRA ANESTESI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Suatu perawatan yang dilakukan mulai saat pasien di meja
operasi sampai operasi selesai.

Tujuan 1. Memantau tanda – tanda vital, kebutuhan cairan, pengeluaran


cairan, darah, urine.
2. Pemasangan alat – alat monitor.
Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan
di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Memasang alat – alat monitor jantung, stetoskop precordial


untuk pasien bayi dan anak, tali pengaman untuk tangan dan
kaki.
2. Sebelum anestesi dimulai pasien diajak berdoa terlebih dulu.
3. Asistensi untuk general anestesi.
4. Asistensi untuk regional anestesi.
5. Memberikan obat – obat anestesi sesuai dengan perintah
Dokter Anestesi.
6. Membuang urine sebelum operasi untuk pasien yang
terpasang kateter.
7. Memantau tanda – tanda vital setiap 5 menit,memantau
cairan yang masuk, melihat produksi urine, perdarahan
yang terjadi selama operasi.
8. Melaporkan kepada operator kemungkinan untuk transfusi bila
terjadi perdarahan banyak.
9. Mencatat tanda – tanda vital, cairan masuk, perdarahan
produksi urine, obat – obat anestesi, ringsponges di
dalam catatan anestesi.
10.Bila kemungkinan diperlukan untuk perawatan di ICU, perawat
anestesi akan menghubungi perawat ICU untuk pesan tempat
di ICU.
11. Setelah operasi selesai, untuk pasien yang
terpasang endotracheal tube, jalan nafas dibersihkan
dengan suction melalui mulut atau endotracheal tube.
12.Setelah pasien sadar, alat – alat monitor, tali pengaman
tangan dan kaki boleh dilepaskan.
13.Memindahkan pasien dari meja operasi ke brankar kamar
operasi.
14. Membawa pasien ke ruang pulih sadar.
Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral.
SMF Anestesi

PELAYANAN PRA ANESTESI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Suatu perawatan yang dilakukan mulai dari ruang premedikasi
sampai diruangan operasi sebelum tindakan operasi dilakukan
di meja operasi.
Tujuan 1. Memberikan penjelasan tentang prosedur / tindakan anestesi
yang akan dilakukan.
2. Memberikan suasana yang aman dan tenang sebelum
tindakan operasi dilakukan.
3. Memeriksa kesiapan pasien untuk menjalani operasi.
Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan
di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Mencocokkan nama pasien ditempat tidur dengan status


pasien.
2. Memeriksa kelengkapan status pasien meliputi lembar
serah terima pasien, lembar persiapan pasien sblm operasi,
lembar persetujuan tindakan operasi dan tindakan pembiusan,
melihat keterangan operasi yang akan dilakukan, obat – obatan
yang sudah diberikan dan yang belum diberikan, hasil – hasil
laboratorium dan foto rontgen.
3. Menyapa pasien menanyakan kesiapan pasien, puasa, ada gigi
palsu, ada perhiasan atau celana dalam yang masih terpakai,
daerah mana yang akan dioperasi.
4. Pemeriksaan tanda – tanda vital pasien, memberikan selimut
dan topi operasi.
5. Pemberian obat premedikasi sesuai perintah Dokter
anestesi untuk pasien bayi, anak – anak, pasien gelisah
atau pasien dengan luka terbuka .
6. Pemindahan pasien ke ruangan operasi dengan menggunakan
brankar kamar operasi atau digendong untuk pasien bayi.
7. Pemindahan pasien dari brankar ke meja operasi.
Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral.
SMF Andestesi.

PELAYANAN SELAMA ANESTESI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Suatu tindakan observasi yang dilakukan selama pasien dalam
pengaruh obat anestesi.

Tujuan 1. Memantau tanda – tanda vital, kebutuhan cairan,


pengeluaran cairan, darah, urine.
2. Pemasangan alat – alat monitor.
Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan
di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Konfirmasi identitas “tolong sebutkan nama dan tanggal


lahir………”
2. Pasang alat monitor jantung, stetoskop precordial untuk pasien
bayi dan anak, tali pengaman untuk tangan dan kaki.
3. Berdoa sebelum tindakan dilakukan.
4. Lakukan proses sign in.
5. Berikan obat anestesi sesuai dengan instruksi Dr. Sp.An.
6. Observasi : tanda – tanda vital setiap 5 menit, cairan yang
masuk, produksi urine, perdarahan yang terjadi selama
operasi.
7. Laporkan kepada Dr. operator kemungkinan untuk transfusi
bila terjadi perdarahan banyak.
8. Catat tanda – tanda vital, cairan yang masuk, perdarahan,
produksi urine, obat – obat anestesi yang digunakan, di
dalam catatan anestesi.
9. Setelah tindakan operasi selesai :
- untuk pasien dengan anestesi umum : yang terpasang
endotracheal tube, jalan nafas dibersihkan dengan suction
melalui mulut atau endotracheal tube, bila nafas sudah adekuat
endotracheal tube boleh dilepas dan cek tanda – tanda vital
terakhir sebelum meninggalkan ruang operasi.
- untuk pasien dengan anestesi regional : cek tanda – tanda
vital terakhir sebelum meninggalkan ruang operasi.
10. Lepaskan alat monitor jantung, tali pengaman tangan dan kaki.
11. Pindahkan pasien dari meja operasi ke branchar.
12. Bawa pasien ke ruang pulih sadar untuk observasi
selanjutnya.
Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral.
SMF Anestesi.
PELIMPAHAN WEWENANG PENATALAKSANAAN ANESTESI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Pelimpahan wewenang penatalaksanaan anestesi adalah
pendelegasian dari Dokter Spesialis Anestesi kepada Penata
Anestesi lulusan Program D-III/D-IV Akademi Keperawatan
Anestesiologi, yang dikarenakan sesuatu hal menyebabkan
dokter spesialis anestesi tersebut tidak dapat hadir di tempat
pelaksanaan tindakan anestesi tersebut.
Tujuan 1. Memberikan kepastian tanggung jawab dan hukum bagi setiap
anggota tim penatalaksanaan anestesi.

2. Memberikan pelayanan kesehatan yang aman, efektif, nyaman


dan memuaskan.

3. Sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas


penatalaksanaan anestesi bagi tim anestesi di
DepartemenBedahdanAnestesi.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Jika Dokter Spesialis Anestesi berada di kamar operasi,


pelimpahan wewenang dan instruksi dapat dimintakan secara
tertulis.
2. Jika Dokter Spesialis Anestesi tidak berada di kamar operasi
tetapi masih dapat dijangkau, pelimpahan wewenang dan
instruksi dapat dimintakan secara lisan kemudian dapat
dikonfirmasikan secara tertulis dan di paraf kemudian.
3. Pemberi dan penerima pelimpahan tugas dan saksi dari proses
ini sama –sama menandatangani diatas lembaran pelimpahan
tugas
Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral, SMF Anestesi

PEMANGGILAN TIM EMERGENCY


NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :
A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Proses pemanggilan tim untuk melakukan tindakan operasi cito.

Tujuan 1. Memberitahu tim bedah dan anestesi untuk melakukan tindakan


operasi cito;
2. Untuk kelancaran pelaksanaan tindakan operasi cito;
3. Mencegah terjadinya penderitaan, kecacatan dan kematian
penderita.
Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan
di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Jadwal piket Tim Cito di sampaikan ke unit terkait dan Bidang
Keperawatan pada setiap awal bulan.
2. Setelah pasien dinyatakan operasi harus di siapkan
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan sesuai prosedur
pasien operasi.
3. Perawat/Bidan Jaga menghubungi tim bedah cito
4. Yang perlu di sampaikan adalah indikasi/diagnosa, hasil
pemeriksaan penunjang, dan jam operasi.
5. Jika ada tim yang tidak bisa dihubungi, maka Perawat/bidan
jaga segera menghubungi kepala ruang OK, dan apabila masih
ada kesulitan, maka menghubungi Kabid Keperawatan.
6. Bagi anggota tim yang berhalangan mohon mencari pengganti
7. Petugas supervisi memastikan bahwa tim operasi telah
lengkap dan siap untuk melakukan operasi
Unit Terkait 1. IBS
2. Rawat Inap
3. Poliklinik
4. ICU
5. IGD

PEMANTAUAN LOKAL ANESTESI


PADA TINDAKAN BEDAH MINOR
NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :
A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Suatu kegiatan pemantauan status fisiologis pasien selama
menjalani tindakan bedah minor.

Tujuan Meminimalkan terjadinya penurunan kondisi pasien yang tidak


diinginkan

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 8. Perawat sirkuler menyiapkan lembar pemantauan anestesi lokal


pada rekam medis pasien yang akan menjalani tindakan bedah
minor dan selanjutnya menempelkan label identitas pasien ,
menuliskan tanggal, nama asisten bedah, nama perawat
sirkuler dan keadaan pra bedah
9. Dokter operator memastikan kebenaran identitas pasien yang
akan dilakukan tindakan bedah minor dengan melakukan
konfirmasi terhadap gelang identitas pasien
10. Dokter operator melakukan pemeriksaan fisik dan anamnesa
sebelum tindakan dimulai
11. Dokter operator mendokumentasikan informasi dan kondisi pra
bedah pasien meliputi:
 Jam mulai OP dan jam selesai OP
 Jam mulai anestesi lokal
 Diagnosa pra bedah
12. Dokter operator dibantu oleh perawat sirkuler memantau
perubahan status fisiologis pasien setelah pemberian anestesi
lokal dan selama menjalani pembedahan meliputi:
 TD, nadi, RR, SpO2 dan gambaran EKG (jika diperlukan)
setiap 15 menit
 Obat lokal anestesi yang digunakan , dosis, jenis
pengencerannya (jika diencerkan), lokasi pemberian lokal
anestesi, jam pemberian obat lokal anestesi
13. Setelah tindakan pembedahan dilakukan, dokter operator
mendokumentasikan:
 Diagnosa pasca pembedahan
 Kejadian penting selama operasi dan penangannnya
14. Dokter operator membubuhkan tanda tangan dan nama terang
pada lembar pemantauan anestesi lokal.
Unit Terkait 1. IBS
2. Poliklinik
3. IGD

PEMBERIAN SEDASI RINGAN

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Prosedur untuk pelaksanaan pemberian sedasi ringan.

Tujuan Sebagai acuan untuk tata laksana pemberian sedasi ringan


seperti tindakan di minor IGD yg memerlukan sedasi ringan,
CT-Scan di radiologi

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan


Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A Yani Metro

Prosedur Persiapan obat dan


peralatan:
1. Obat emergensi :

- Sulfas atropin.

- Adrenalin.

- Decamekson.

2. Obat sedasi :

- Midazolam.

- Propofol.

3. Peralatan :

- Intubasi set dan endotracheal sesuai ukuran.

- Sat O2.

- Ambubag.

- O2 nasal.

- Jackson rees.

- O2 transfer

- Spuit

- Alkohol swab

Pelaksanaan :

1. Menanyakan nama pasien serta melihat gelang


identitas pasien dengan benar.
2. Menanyakan kepada pasien/keluarga (utk bayi atau
anak) MMT (makan minum terakhir).
3. Memberikan penjelasan singkat tentang prosedur
sedasi yang akan dilakukan
4. Konfirmasi dengan IGD atau radiologi tentang
kesiapan alat dan tempat
5. Memberikan obat sedasi sesuai dengan instruksi
dokter spesialis anestesi
6. Memberikan O2 sesuai instruksi dokter spesialis
anestesi
7. Memantau airway, breathing dan circulation pasien
8. Bila prosedur sudah selesai, pantau keadaan
umum pasien dan rangsang pasien untuk bangun
9. Setelah pasien bangun, konfirmasi dengan
perawat/petugas IGD untuk melanjutkan pemantauan.

10. Menyelesaikan administrasi di status pasien

Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral

SMF Anestesi

Instalasi Gawat darurat

Instalasi Radiologi

PEMBERIAN SEDATIVA DI KAMAR OPERASI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE

DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Prosedur untuk pemberian sedativa sebelum pasien menjalani
tindakan operatif di kamar operasi.

Tujuan Sebagai acuan pemberian sedativa di kamar operasi.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Mencocokkan indentitas pasien dengan gelang pasien


yang terpasang.
2. Mengucapkan salam dan menanyakan nama kepada pasien.
3. Menanyakan ulang puasa pasien/makan minum
terakhir (MMT).
4. Memberikan penjelasan singkat tentang prosedur
anestesi yang akan dilakukan.
5. Pemeriksaan ulang kondisi pasien oleh Dr. Sp.An.
6. Pemberian obat sedasi sesuai dengan advis Dr. Sp.An.
7. Menjaga jalan nafas supaya bebas akibat reaksi obat sedasi.
8. Membawa pasien dengan brankar ke dalam ruang operasi.
9. Memberikan oksigen.
10. Memasang pulse oxymeter, tensi dan elektrode EKG.
11. Memantau tanda – tanda vital pasien setiap 5 menit
serta komplikasi yang terjadi dan mencatat di form observasi.
12. Setelah tindakan operasi selesai, lepaskan semua alat medis
dari pasien.
13. Membawa pasien ke ruang pemulihan, beri oksigen dan
pasang pulse oxymeter.
14. Observasi pasien setiap 15 menit.

15. Pasien boleh keluar dari ruang pemulihan bila nilai skor
aldrete > 8.
Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral.
SMF Anestesi
PEMBERSIHAN KAMAR OPERASI MINGGUAN

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Pembersihan yang dilakukan secara menyeluruh dan dilakukan
secara teratur setiap satu minggu sekali

Tujuan 1. Membebaskan kamar operasi dari kuman


2. Mencegah infeksi nosokomial

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur Persiapan alat :


1. Cairan desinfektan
2. Kain lap bersih
3. Waskom plastik
4. Detergen
5. Cairan desinfektan
6. APD (sarung tangan, masker, pelindung mata/wajah, gaun,
sepatu boot)
Pelaksanaan :
1. Keluarkan semua peralatan, alat medis, kursi, meja instrumen
yang ada dikamar bedah dan diletakkan di koridor.
2. Cuci peralatan, meja instrument, mayo dengan cairan
detergen terlebih dulu lalu lap dengan cairan desinfektan biarkan
kering.
3. Lap alat medis : lampu operasi, mesin suction, mesin couter,
mesin anestesi, meja instrument, kursi, kaca dan dinding
dengan menggunakan cairan detergen dan kemudian lap
dengan cairan desinfektan biarkan kering.
4. Lantai disapu dan kemudian di pel dengan menggunakan
cairan desinfektan.
5. Setelah lantai kering, masukkan dan atur kembali peralatan,
alat medis, meja instrument, mayo dengan rapi di dalam kamar
bedah.
Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral.

PEMBERSIHAN KAMAR OPERASI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Menghilangkan dan mengangkat kotoran dari permukan dengan
menggunakan tekhnik mengurangi/meminimalkan terjadinya
penyebaran infeksi.

Tujuan 1. Mencegah dan mengurangi penyebaran


mikroorganisme

yang terdapat di lingkungan area Ruang Operasi.

2. Lingkungan bersih memberikan estetika kenyamanan dan

keamanan bagi pasien dan petugas kesehatan

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan


Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A Yani
Metro

Prosedur 1. Persiapan Alat :

a. Sarung tangan ( gloves )


b. Masker

c. Pelindung mata/wajah ( Goggle/Face shield )

d. Gaun atau Apron plastic

e. Sepatu boot

2. Pembersihan di ruang operasi dibagi menjadi 3 kegiatan :

a. Pembersihan sebelum prosedur tindakan dimulai


b. Pembersihan selama prosedur operasi
c. Pembersihan setelah prosedur operasi
d. Pembersihan akhir
3. Pembersihan sebelum prosedur tindakan dimulai :

a. Gunakan sarung tangan dalam prosedur


membersihkan ruang operasi.
b. Bersihkan permukaan horisontal seperti : meja
operasi,peralatan dan lampu surgical dengan
cairan detergen kemudian lap dengan cairan
disinfektan (presept) biarkan kering.
c. Bersihkan debu dan kotoran yang ada diatas
lampu dan pegangannya agar tidak menyebabkan
kontaminasi pada saat operasi berlangsung.
d. Peralatan anestesi lap bagian permukaan dengan
detergen kemudian lap kembali dengan cairan
disinfektan (presept) biarkan kering.
e. Bersihkan bila ada kotoran di dinding.
f. Ruang operasi siap digunakan bila semua
permukaan kering.
g. Lantai dibersihkan secara rutin
4. Pembersihan Selama Prosedur Operasi

a. Selama prosedur berlangsung, pertahankan dan


batasi agar tidak terjadi kontaminasi pada daerah
operasi berlangsung.
b. Gunakan sarung tangan, apron, pelindung mata bila
menangani benda yang terkontaminasi
c. Bila terdapat material yang terkontaminasi (darah,
jaringan, atau cairan tubuh) yang terjatuh di area
luar operasi segera bersihkan dengan Cairan
disinfektan.
d. Percikan darah atau cairan tubuh harus ditangani
oleh petugas dengan menggunakan sarung tangan
dengan menggunakan kertas tissu yang dapat
menyerap atau kain /lap yang dapat dibuang ke
kantong plastik kuning.
e. Kemudian bersihkan dengan cairan disinfektan.
f. Kassa yang kotor buang langsung ke dalam
kantong plastic kuning tidak di meja tindakan atau
tersebar di lantai. Kassa harus dihitung kemudian
kantong plastik kuning diikat dan dibawa ke
penampungan sampah infeksius.
g. Semua peralatan disposable tajam (jarum, scalpels,
electrosurgical tips dan pin) dibuang ditempat
sampah benda tajam yang tidak tembus.
h. Peralatan disposable yang terkontaminasi segera
dibuang di tempat sampah medis yang tidak mudah
bocor/robek.
i. Gunakan sarung tangan saat menangani linen
atau sampah terkontaminasi.
5. Pembersihan Setelah Prosedur Operasi

a. Semua sampah dikumpulkan dan dibuang


ditempat sampah sesuai dengan katagori sampah.
Ikat ujung kantong. Bawa ketempat pembuangan
sampah, jangan sampai sampah berceceran keluar
dari kantong plastik.
b. Linen kotor yang terkontaminasi masukan
dalam kantong plastik kuning/ tersendiri.
c. Linen kotor yang kotor tidak terkontaminasi
masukan dalam kantong linen dan segera bawa ke
area kotor
d. Jangan mengisi trolley linen sampai penuh,
sehingga penutup trolley tidak bisa ditutup.
e. Bersihkan dengan menggunakan cairan
desinfektan seluruh permukaan yang kontak
langsung dengan pasien atau cairan tubuh pasien ,
atau dengan electrosurgical.
f. Gunakan sarung tangan, masker, pelindung mata,
apron saat membuang cairan dari botol suction.
g. Bersihkan dengan cairan disinfektan.
Penggunaan cairan disinfektan lebih baik tidak
menggunakan spray botol karena bersifat aerosol
dan tidak direkomendasikan.
h. Basahi kain/lap dengan cairan disinfektan kemudian
bersihkan area dan gunakan sekali pakai buang atau
bila menggunakan lap yang dicuci lagi,segera ganti
setiap pemakaian.
i. Bersihkan tempat tidur Kamar Operasi, dan
seluruh permukaan ujung matrass lap dengan
cairan disinfektan dan lap/kain yag tidak berserat.
j. Setelah tempat tidur Kamar Operasi dibersihkan
pindahkan ke area luar dari central operasi (daerah
perifer).
k. Bersihkan daerah pusat operasi bila terlihat kotor.
l. Bersihkan semua permukaan meja dan peralatan
dengan cairan disinfektan.
m. Gunakan cairan disinfektan untuk membersihkan
lantai. Setelah mengangkat sampah,linen kotor,dan
instrumen, bersihkan lantai antara 1 – 1,5 meter
disekitar area operasi jika terlihat kotor. Bila area
operasi kelihatan kotor pembersihan lantai dapat
diperluas. Kain pel segera diganti pada setiap
mebersihkan satu ruang operasi, kirim ke bagian
laundry.
n. Bersihkan bagian atas lampu operasi bila ada
bintik/noda setelah operasi lampu operasi dilap
dengan alkohol 70%.
o. Setelah ruang Kamar Operasi bersih, sarung tangan
dilepas dan segera cuci tangan.
p. Tempatkan kantong plastik sampah dan linen yang
baru
sesuai dengan katagori sampah dan linen terkontaminasi.

q. Meja operasi dialasi dengan linen bersih dan


menggunakan sabuk pengaman yang bersih.
r. Sediakan botol suction yang sudah bersih dan set
tubing.
s. Bersihkan dinding dengan cairan desinfektan
bila terkena kotoran darah, organik debris atau
kontaminasi lain selama prosedur bedah.
6. Pembersihan Akhir

a. Seluruh ruang operasi harus dilakukan


pembersihan akhir bagaimanapun juga sudah
digunakan selama periode 24 jam.
b. Lantai ruang operasi dibersihkan setelah akhir
operasi atau malam dengan menggunakan cairan
disinfektan.
c. Gunakan 2 kain pel untuk membersihakan 1 kain
pel untuk larutan disenfektan dan satu lagi untuk
membilas.
d. Gunakan kain pel satu ruangan sekali pakai dan
kirim ke laundry untuk dicuci.
e. Bagian atas lampu, lemari, pintu dan handle
serta furniture yang ada diruangan Kamar Operasi
atau peralatan bersihkan dan lap dengan cairan
disinfektan.
f. Lantai yang sudah didiamkan dengan cairan
disinfektan selama 5 menit segera lakukan
penyikatan dan keringkan dengan kain pel kering
yang bersih. Dilakukan setelah pembersihan akhir
dari seluruh peralatan yang ada di Kamar Operasi.
g. Setiap hari akhir ,semua ruang tindakan, bagian area
steril, scrub sink (wastafel cuci tangan), scrub atau
area utility, coridor, furniture dan semua peralatan
dibersihkan pada pembersihan akhir.
h. Semua peralatan portable (yang dapat
dipindah) di dalam ruangan dikeluarkan dari
ruangan dan dibersihkan dengan disinfektan.
i. Penggunaan dispenser untuk sabun cuci tangan
sebelum diisi ulang harus dibersihkan terlebih
dahulu dan yakinkan pada saat mengisi dispenser
dalam kondisi kering dan bersih.
j. Lemari dan pintu harus dibersihkan,khususnya
pada sekitar pegangan dan atau tombol untuk
menekan, dimana sering terjadi kontaminasi.

Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral.

Cleaning Service.
PEMERIKSAAN IDENTITAS PASIEN

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Tata cara pemeriksaan identitas pasien yang akan dioperasi oleh
perawat kamar operasi.

Tujuan Untuk memastikan kebenaran identitas pasien yang akan di


operasi.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan


Pelayanan di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Perawat kamar operasi melakukan serah terima dengan


perawat ruangan.

2. Perawat kamar operasi mengecek status pasien.

3. Perawat kamar operasi mengucapkan salam kepada pasien


(selamatpagi/sore/malam).

4. Perawat kamar operasi bertanya nama pasien dan taggal


lahir

kepada pasien, sebutkan (nama dan tanggal lahir bapak/ibu/


sdr……..).

5. Perawat kamar operasi mengecek gelang identitas dan


status pasien (untuk mengetahui kebenaran identitas pasien
dengan status pasien).

6. Perawat kamar operasi memeriksa kelengkapan berita

acara, kelengkapan identitas, catatan medik pasien,


keadaan

umum pasien, inform consent dan kelengkapan penunjang

lainnya seperti obat- obatan dan persediaan darah.

7. Perawat kamar operasi dan perawat ruangan menandatangi

lembar serah terima pasien.

Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral Rawat Inap

Poliklinik IGD
PENANDAAN AREA OPERASI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Suatu tindakan penandaan area operasi sebelum prosedur
operasi dilakukan.

Tujuan Untuk mencegah terjadinya kesalahan lokasi pembedahan.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan


Pelayanan di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Orang yang bertanggung jawab untuk membuat tanda


pada pasien adalah Dokter Bedah (operator) yang akan
melakukan prosedur Operasi.
2. Jika penandaan area operasi diwakilkan, wakil harus hadir
pada saat prosedur operasi dilakukan.
3. Penandaan area operasi dilakukan sebelum pasien dibawa ke
ruang operasi
4. Penanadaan dilakukan dengan memberi tanda ceklist ( ),

khusus untuk operasi mata ditandai dengan menggunakan
plester putih yang ditempelkan diatas alis mata yang akan
dioperasi.
5. Penandaan area opeasi dilaksanakan saat pasien terjaga
dan sadar jika memungkinkan.
6. Penandaan lokasi operasi dilakukan pada kasus yang memiliki
dua sisi (laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki),
multipel level (tulang belakang), mata dan wajah.
7. Untuk luka atau lesi yang jelas terlihat, penandaan tidak
berlaku.
8. Tanda harus menunjuk ke lokasi area operasi.
9. Tanda harus dibuat dengam menggunakan pen surgical
marking dan harus tetap terlihat setelah dilakukan draping
dan insisi di ruang operasi.

Unit Terkait Dokter Bedah dan Instalasi Bedah Sentral.

PENATALAKSANAAN INDUKSI ANESTESI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Induksi anestesi adalah pemberian obat –obat anestesi pada
pasien menjelang dilakukan tindakan operasi untuk
mengantarkan pasien masuk kedalam stadium III plana I
anestesi.

Tujuan 1. Untuk melewati stadium II anestesi.


2. Mengusahakan agar anestesi berjalan mulus dan lancar.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan


Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Sebelum induksi dimulai, pasien diberi pre oksigenasi dengan


O 2 100% (aliran 6-8 liter / menit selama 3-4 menit ).
2. Tindakan induksi dimulai dengan cepat, nyaman untuk pasien,
semua fungsi vital diawasi secara seksama.
3. Stadium eksitasi dilewati secepat mungkin agar pasien segera
memasuki stadium rumatan dengan aman.
4. Jalan napas dijaga dalam keadaan bebas dan bila diperlukan
dipasang jalan napas buatan atau dilakukan bantuan
pernapasan.
5. Dokter Anestesi/ Penata Anestesi harus mampu mengenali dan
mengatasi sumbatan jalan napas atau dengan teknik “ chin lift”
“head tilt”, “jaw thrust”, memasang oropharyngeal airway, pipa
nasofaring, intubasi endotracheal dan krikotirotomi.
6. Pada kasus – kasus darurat, Dokter Spesialis Anestesi harus
menguasai teknik “crash intubation” untuk mencegah terjadinya
aspirasi lambung.
7. Infus cairan, obat – obat inotropik dan obat anti aritmia jantung
mungkin diperlukan untuk stabilisasi sirkulasi.

Unit Terkait 1. Instalasi Gawat Darurat


2. Instalasi Bedah Sentral dan ICU

PELAKSANAAN ANESTESI UMUM DENGAN PASIEN OPERASI


CITO

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya
kesadaran dan bersifat pulih kembali pada pasien yang tidak
direncanaan dilakukan operasi (operasi cito)

Tujuan Sebagai acuan langkah – langkah dalam pelaksanaan anestesi


umum pasien yang segera/cito

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan


Pelayanan di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Siapkan alat yang sesuai dengan anestesi umum.


2. Siapkan pasien apakah status hemodinamik stabil dengan
atau tanpa inotropik.
3. Urine output minimal 1 cc/kg/BB/jam.
4. Sebelum melaksanakan anestesi. Dokter spesialis dan
perawat anestesi mengevaluasi keadaan umum
pasien seperti : pernafasan, tanda – tanda vital,
rontgen, laboratorium dan EKG.
5. Bila lambung pasien dalam keadaan penuh/tidak
puasa dilakukan pengasaman lambung dengan cara
dipasang selang lambung lali dihisap dengan suction.
6. Persiapan alat dan obat anestesi, alat dan obat resusitasi,
alat monitoring, dan tenaga terlatih harus siap dan
dipastikan dapat bekerja baik.
7. Premedikasi yang digunakan adalah sulfas atropin,
sedative dan narkotik :
- Pemberian premedikasi memperhatikan keadaan
umum pasien.
8. Induksi dilakukan dengan tehnik crush intubation.
9. Rumatan anestesi :
- Maintenance dengan enflurane/isoflurane + O2 + N2O.
- Kedalaman anestesi harus dipantau dengan
memperhatikan tahapan anestesi yang cukup selama
pembedahan.
- Monitoring tanda – tanda vital, cairan infus dan
mesin anestesi.
10. Pengakhiran anestesi :
- Anestesi dihentikan tepat waktu agar pasien segera
sadar – kembali, sehingga refleks dan fungsi vitalnya
kembali normal dengan efek analgesia yang terkendali.
- Oksigenasi dan nafas buatan tetap diberikan dan
pasien tetap di jaga dengan kewaspadaan.
11. Masa akhir anestesi :
- Pasien ditempatkan di ruang pemulihan di
bawah pengawasan perawatt anestesi.
- O2 tetap diberika dan di jagakesadaran, tanda – tanda
vital.
12. Pemindahan pasien ke ruangan ditentukan dengan aldrete
score
- Jika aldrete score ≥ 8, pasien dipindahkan ke ruangan
rawat inap.
- Jika aldrete score ˂ 8, pasien dirawat di ICU.
13. Dalam serah terima pasien, tanda – tanda vital
terakhir dituliskan dalam status pasien dan ditandatangani
oleh perawat nestesi dan perawat ruangan yang
menjemput

Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral.

SMF Anestesi
PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN PERALATAN DI
KAMAR OPERASI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :

BLUDRSUD A 1 DARI 3
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Suatu tindakan untuk memelihara dan memperbaiki peralatan di
kamar operasi

Tujuan 1. Supaya peralatan tetap baik dan siap pakai

2. Untuk memperbaiki peralatan yang kurang baik/ rusak.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan


Pelayanan di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Setiap menyiapkan operasi dan selesai operasi semua alat-


alat
harus diperiksa.

2. Alat-alat untuk operasi sesudah dibersihkan dan dikeringkan


diberi minyak agar tetap baik.

Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral.

PENDAFTARAN OPERASI EMERGENCY


NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :
A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Pelayanan pembedahan pada pasien gawat darurat tanpa
penjadwalan sebelumnya

Tujuan Menyelenggarakan tindakan pembedahan sesegera mungkin


untuk mengurangi penderitaan, mencegah kecacatan dan atau
menyelamatkan jiwa penderita

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan


Pelayanan di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 15. Petugas unit terkait menghubungi Ketua Tim IBS segera
setelah:
a. Diputuskan bahwa pasien akan dilakukan operasi
b. Lembar informasi dan persetujuan tindakan medik operasi
telah ditandatangani oleh pasien/keluarga, operator dan
saksi
c. Lembar informasi dan persetujuan tindakan anestesi telah
ditandatangani oleh pasien/keluarga, dr.anestesi dan saksi
16. Petugas unit terkait memastikan:
a. Pengantar/instruksi tertulis dari dokter ahli yang
bersangkutan telah tersedia
b. Lembar persetujuan tindakan medis dan anestesi telah
ditandatangani
c. Pasien telah diperiksa dan lokasi operasi telah diberi tanda
oleh dokter yang akan melaksanakan tindakan operasi
d. Setelah ruang operasi dan tim siap, petugas IBS
menghubungi petugas unit terkait agar pasien segera
diantar ke kamar operasi

Unit Terkait IBS ICU

Rawat Inap IGD

Poliklinik

PENDAFTARAN PASIEN OPERASI ELEKTIF

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Tata cara pendaftaran pasien operasi elektif dari ruangan ke
instalasi kamar operasi sehari sebelum operasi dilakukan

Tujuan 1. Untuk menyiapkan atau menyusun jadwal operasi elektif


yang akan dilksanakan dan penggunaan kamar operasi serta
kesiapan alat.

2. Menyiapkan kelengkapan pasien operasi antara lain


status pasien, inform consent, laborat.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan


Pelayanan di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Konsulkan pasien rencana operasi ke dokter operator bedah


dan ke dr. Sp.An untuk pemeriksaan lebih lanjut dan
menentukan jadwal operasi.

2. Pastikan kelengkapan status pasien sebelum mendaftarkan


pasien ke kamar operasi antara lain : informed consent,
persetujuan biaya(Jika pasien umum atau naik kelas),
kelengkapan hasil pemeriksaan laboratorium dan penunjang.

3. Hubungi perawat kamar operasi untuk mendaftarkan jadwal


operasi yang sudah ditentukan.

Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral.

Poliklinik

Rawat Inap.

Instalasi Gawat Darurat.

PENGELOLA PELAYANAN ANESTESI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Layanan anestesi (termasuk sedasi sedang dan dalam) berada di
bawah arahan satu atau lebih orang yang memenuhi kualifikasi
melalui pelatihan, keahlian dan pengalaman serta konsisten
dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku.

Tujuan 1. Mengembangkan, menerapkan dan menjaga kebijakan dan


prosedur
2. Melakukan pengawasan administratif
3. Menjalankan program pengendalian mutu yang dibutuhkan.
4. Merekomendasikan sumber dari luar untuk layanan anestesi
(termasuk layanan sedasi sedang dan dalam)
5. Memantau dan mengkaji semua layanan anestesi

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan


Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Pelayanan anestesiologi dan reanimasi dilakukan oleh tim


yang terdiri dari dokter spesialis anestesiologi dan dibantu
oleh Penata Anestesi.
a. Dokter spesialis anestesiologi adalah dokter yang telah
menyelesaikan pendidikan program studi anestesiologi
dipusat pendidikan yang diakui dan yang telah mendapat
surat tanda registrasi.
b. Penata Anestesi adalah perawat yang terlatih dibidang
anestesi dan telah menyelesaikan program DIII/IV
anestesi
2. SMF Anestesi dan Reanimasi dibawah kepemimpinan kepala
SMF Anestesi dan Reanimasi dan seorang kepala ruangan
3. Dokumentasi pasien selama masa anestesi dituliskan sesuai
dengan formulir yang ditetapkan
4. Dokter spesialis anestesi dan perawat anestesi perlu
mengikuti pendidikan berkelanjutan yang diselenggarakan
berkala, mengikuti seminar dan pelatihan
5. Dokter spesialis anestesi atau individu lain yang memenuhi
kualifikasi melaksanakan penilaian pra anestesi
6. Memilih anestesi dan merencanakan perawatan anestesi

Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral

PENGELOLAAN ALAT, LINEN DAN LIMBAH KOTOR


DI INSTALASI BEDAH SENTRAL

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


BLUDRSUD A 1 DARI 3
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Suatu prosedur pengelolaan alat, linen dan limbah kotor bekas
operasi di lingkup area Instalasi Bedah Sentral

Tujuan 1. Meminimalkan penyebaran mikroorganisme patogenik di


lingkungan kamar operasi
2. Mencegah terjadinya infeksi nosokomial pada pasien maupun
petugas
Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan
Pelayanan di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Setiap selesai operasi seluruh tim operasi keluar dari kamar
operasi
2. Perawat sirkuler memanggil petugas kebersihan (cleaning
servis) memberitahukan bahwa operasi telah selesai dan agar
segera dibersihkan
3. Petugas kebersihan (cleaning servis) menyiapkan seluruh
peralatan kebersihan yang diperlukan dan membawanya
menuju kamar operasi dengan trolly tertutup khusus alat, linen
dan limbah kotor bekas operasi
4. Petugas kebersihan membersihkan kamar operasi dengan
mengenakan alat pelindung diri
5. Instrument yang belum terpakai dimasukkan ke dalam trolley
tertutup pada rak bagian atas
6. Linen yang masih bersih belum terpakai dimasukkan ke dalam
trolley tertutup pada rak bagian atas
7. Instrument bekas operasi yang telah digunakan direndam
dalam bak dengan cairan dekontaminasi gigazyme 0,5% dan
dimasukkan ke dalam trolley tertutup pada rak bagian bawah
8. Linen kotor bekas operasi dimasukkan ke dalam plastik kuning
dimasukkan ke dalam kantong linen dimasukkan ke dalam
ember tertutup dimasukkan ke dalam trolley tertutup pada rak
bagian bawah
9. Limbah medis dimasukkan ke dalam plastik kuning dan
dimasukkan ke dalam trolley tertutup
10. Setelah seluruh alat, linen dan limbah bekas operasi
dimasukkan ke dalam trolley dan kamar operasi telah
dibersihkan petugas kebersihan member aba-aba sebagai
rambu-rambu bahwa alat, linen dan limbah bekas operasi
akan melintas
11. Setelah diberi aba-aba oleh petugas, tim operasi tidak
diperkenankan berpapasan dengan trolley yang membawa
alat, linen dan limbah bekas operasi
Unit Terkait IBS

PENGGANTIAN GAS MEDIS ( OKSIGEN DAN N2O )

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Penggantian gas medis ( oksigen dan N2O ) di kamar operasi.

Tujuan 1. Memperlancar jalannya prosedur tindakan anestesi.

2. Memberikan keamanan bagi setiap petugas yang ada di

kamar operasi.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan


Pelayanan di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Mengecek setiap hari isi dan kebocoran dari setiap tabung
O2 dan N2O di setiap kamar operasi.
2. Bila tabung O2 atau N2O habis, ambil tabung di
gudang persediaan anestesi.

3. Siapkan alat untuk membuka tabung ( kunci inggris ).


4. Sebelum diganti tutup rapat kran O2 atau N2O terlebih dulu
dengan benar dan tunggu sampai jarum di manometer
menunjukkan angka 0.

5. Buka sambungan antara tabung dan manometer

dengan menggunakan kunci inggris.


6. Setelah sambungan terbuka ganti tabung O2 atau N2O

dengan tabung yang baru, tabung O2 dicat warna putih dan


tabung N2O berwarna biru.

7. Pasang manometer dengan tabung secara tepat dan benar


dan kencangkan dengan kunci inggris.

8. Setelah itu coba buka kran dan lihat apakah jarum

di manometer naik dari angka 0 ke 1500 – 2000 L.

9. Cek dengan cara mendengarkan apakah ada kebocoran


antara sambungan manometer dengan tabung.

10.Bila ada kebocoran lakukan prosedur mulai no 4,


atau tambahkan TBA pada sambungan manometer, bila tetap
bocor, cek apakah ulir dari manometer yang rusak atau ulir dari
tabung yang rusak.

11. Bila kebocoran tetap terjadi setelah diberi TBA, ganti tabung
yang rusak dengan yang baru dan segera konfirmasi dengan
bagian pengadaan tentang tabung yang rusak.

Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral.

PENGGUNAAN LAMPU OPERASI BESAR

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Lampu yang digunakan untuk membantu jalannya operasi
Tujuan Membantu dan memperlancar jalannya operasi

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan


Pelayanan di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Tekan tombol ON untuk menghidupkan lampu

2. Tekan tombol ( + ) untuk menambah cahaya lampu

3. Tekan tombol ( - ) untuk mengurangi cahaya lampu

4. Lampu siap digunakan

Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral

PENGGUNAAN LAMPU OPERASI KECIL

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Lampu yang digunakan untuk membantu jalannya operasi

Tujuan Membantu dan memperlancar jalannya operasi

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Hubungkan staker dengan daya listrik

2. Tekan tombol ON untuk menghidupkan lampu


3. Lampu siap digunakan

Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral

PENGGUNAAN MESIN ANESTESI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Mesin anestesi yang terdiri dari mesin anestesi, slang
urogated, vaporizer, slang O2 dan N2O.

Tujuan Memperlancar tindakan pembiusan dan pembedahan.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Buka regulator O2 dan N2O, pastikan kedua tabung tersebut


masih terisi.
2. Isi vaporizer dengan cairan enflurane atau isoflurane
sesuai dengan jenis vaporizer yang terpasang pada mesin
anestesi.
3. Hubungkan stop kontak dgn daya listrik.
4. Nyalakan mesin anestesi, tunggu di layar monitor muncul
pilihan lalu pilih T1 Test.
5. Lakukan T1 Test sesuai dgn prosedur yg ditampilkan dilayar.
6. Setelah T1 Test berhasil, test mesin baik scr manual dan
menggunakan ventilator.
7. Bila tidak terjadi kebocoran, mesin anestesi siap untuk
digunakan.
8. Bila terjadi kebocoran, cek dimana letak kebocoran tersebut,
apakah di urogated atau di bag, bila perlu urogated atau bag
bisa langsung diganti.

Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral

SMF Anestesi.

PENGGUNAAN MESIN ANESTESI SOFT LANDER

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Mesin anestesi yang terdiri dari mesin anestesi, slang
urogated, vaporizer, slang O2 dan N2O.

Tujuan Memperlancar tindakan pembiusan dan pembedahan.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


Di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Buka regulator O2 dan N2O, pastikan kedua tabung tersebut


masih terisi.
2. Isi vaporizer dengan cairan enflurane atau halothan sesuai
dengan jenis vaporizer yang terpasang pada mesin anestesi
soft lander.
3. Sambungkan urogated ke mesin anestesi, test mesin anestesi
dengan menutup urogated dan tutup APL valve lalu isi bag
dengan O2 flush sampai bag mengembang, tekan bag, cek
apakah terjadi kebocoran atau tidak.
4. Bila tidak terjadi kebocoran mesin anestesi siap untuk
digunakan.
5. Bila terjadi kebocoran, cek dimana letak kebocoran tersebut,
apakah di urogated atau di bag, bila perlu urogated atau bag
bisa langsung diganti.

Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral.

SMF Anestesi.

PENGGUNAAN MESIN COUTER

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Tata cara pembersihan area operasi oleh perawat kamar operasi.

Tujuan 1. Untuk mengecek fungsi couter.


2. Untuk memastikan pemasanggan couter tidak mengganggu
area operasi.
3. Untuk menjaga pasien safety.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


Di RSUD Jend. A Yani Metro
Prosedur 1. Sebelum operasi dimulai sirkuler mengecek fungsi couter.
2. Pastikan tombolon off berada di off.
3. Saat menghidupkan pastikan angka pada cut dan cougulan
menunjukkan angka nol.
4. Setelah pasien di bius pasangan arde pada tempat yang
menjauhi area insisi.
5. Setelah pasien di drapping, assiten memasang couter pada
posisinya dan memberikan kabel ke sirkuler.
6. Sirkuler menamcapkan pada stop contak di mesin couter, dan
memastikan angka menunjukkan nol (0).
7. Lalu setelah terpasang assiten meminta angka dinaikan pada
40, sirkuler menaikan pelan-pelan.
8. Assiten menekan tombol cut dan coug untuk memastikan
cauter telah terpasang dan berfungsi dengan baik.
9. Setelah selesai operasi dan luka ditutup maka couter boleh
dilepas
10. Saat melepasan couter pastikan angka cut dan coug nol.
11. Pastikan saat mencabut memegang kepala kabel couter dan
arde.
12. Dan pastikan tombol on off mati dan matikan stavol.
13. Gulung kabel dengan rapi.
14. Kembalikan pada posisi semula.

Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral.

PENGGUNAAN MESIN SUCTION

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Tata cara pembersihan area operasi oleh perawat kamar
operasi.

Tujuan 1. Untuk mengechek fungsi mesin suction.


2. Untuk memastikan pemasangan suction tidak mengganggu
area operasi.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Sebelum operasi dimulai sirkuler mengechek fungsi suction.


2. Pastikan tombolon off berada di off.
3. Saat menghidupkan pastikan tekanan pada maksimal.
4. Setelah pasien di bius tempatkan mesin suction pada tempat
yang tidak menganggu operator.
5. Setelah pasien di drapping, assiten memasang slang suction
pada posisinya dan memberikan selang ke sirkuler.
6. Sirkuler menamcapkan selang suction ke mesin suction.
7. Sirkuler menekan tombol on, asisten mengecek penggunaan
dengan memasukan ujung suction ke dalam NS (untuk
mengecek fungsi suction).
8. Setelah selesai operasi suction boleh dilepas.
9. Saat melepasan suction pastikan telah mati.
10. Kembalikan pada posisi semula.

Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral.

PENGISIAN LEMBAR LAPORAN OPERASI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Merupakan ketentuan dan langkah – langkah dalam pengisian
lembar laporan operasi.

Tujuan Untuk mendapatkan catatan medik laporan operasi pada pasien


yang telah dilakukan pembedahan secara lengkap dan benar.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan


Pelayanan di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Perawat sirkuler menyiapkan lembar laporan operasi dan


mengisi beberapa item, yaitu:
 Nama pasien
 No rekam medis
 Tanggal lahir
 Ruang rawat
 Kelas
 Tanggal pelaksanaan tindakan, dan
 Nama-nama anggota tim operasi
2. Dokter operator membuat laporan operasi dengan melengkapi
format lembar laporan operasi yang telah disiapkan, antara
lain:
a. Diagnosa Pra operatif
b. Diagnosa Post operatif
c. Jaringan yang diinsisi /exisi
d. Pemeriksaan PA jika diperlukan
e. Estimasi keluaran darah
f. Nama jenis operasi
g. Jam operasi dimulai
h. Jam operasi selesai
i. Lamanya operasi berlangsung
j. Catatan jalannya operasi,
k. Kesulitan-kesulitan yang dialami selama operasi
berlangsung,
l. Ada tidaknya komplikasi,
m. Banyaknya darah yang ditranfusikan jika diperlukan,
n. Instruksi pasca pembedahan.
3. Laporan operasi diisi langsung setelah pasien selesai
dilakukan pembedahan.
4. Dokter Operator menandatangani laporan operasi.
5. Perawat sirkuler memastikan kelengkapan pengisian lembar
laporan operasi dan membubuhkan nama dibawah tanda
tangan Dokter Operator.

Unit Terkait IBS

PERAWATAN PASCA BEDAH DI RUANG PULIH

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Adalah pengawasan / pemantauan pasien pasca bedah di ruang
pulih.

Tujuan Untuk menjaga supaya kenyamanan dan keselamatan pasien


dapat terjamin sampai pasien dipindahkan atau dipulangkan.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan


Pelayanan di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur Cara pemantauan :

1. Pasien dipantau tekanan darah, nadi, pernafasan, kesadaran,


warna kulit dan motoriknya setiap 10 menit.
2. Masing - masing hasil pantauan dibuat skornya sesuai skor
Aldrette atau skor Bromage ( terlampir ).
3. Pasien bisa dipindahkan ke ruang rawat inap atau
dipulangkan, bila skor > 8.
4. Jika selama pemantauan ada hal yan mengkhawatirkan,
segera diberitahukan ke dokter spesialis anesthesia.
5. Jika selama 2 jam, nilai skor masih kurang 8, pasien dapat
dipertimbangkan untuk dirawat di RR dan diberitahu operator
dan dijelaskan kepada keluarga pasien.

Unit Terkait

3. Instalasi Bedah Sentral


4. SMF Anestesi

PERENCANAAN SEDASI SEDANG DAN DALAM

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Suatu proses pemilihan dan perencanaan tatalaksana sedasi yang
akan diberikan kepada pasien sesuai dengan indikasi atau
kebutuhan pasien.

Tujuan 1. Untuk mempersiapkan pasien secara optimal berdasarkan


temuan dari kunjungan pra-sedasi

2. Dapat memberikan alternative pilihan kepada pasien terkait


teknik sedasi
3. Untuk mencegah komplikasi terkait pemilihan teknik sedasi

4. Untuk terselenggaranya prosedur anestesi yang


mengutamakan keselamatan (patient’s safety) dan
kenyamanan pasien.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Dokter Spesialis Anestesiologi meninjau ulang temuan dari


kunjungan pra-sedasi, meliputi:
a. Status fisiologis
b. Penyakit penyerta
c. Riwayat operasi sebelumnya
d. Rencana operasi
e. Riwayat alergi obat
f. Riwayat anestesi sebelumnya
g. Kondisi psikologis
h. Pemeriksaan penunjang yang terkait
i. Hasil konsultasi terkait
j. Klasifikasi ASA
2. Dalam proses perencanaan dan pemilihan sedasi, Spesialis
Anestesiologi harus mempertimbangkan:
a. Indikasi
b. Kontra indikasi
c. Risiko dan manfaat
d. Skill dan pengalaman Spesialis
e. Clinical Privilege yang dimiliki Spesialis
3. Setiap perencanaan tindakan sedasi harus merujuk pada
Pedoman Pelayanan Medik
4. Spesialis Anestesiologi merencanakan tindakan sedasi beserta
alternatifnya yang akan dilakukan
5. Spesialis menjelaskan mengenai rencana tindakan sedasi
beserta alternatifnya kepada pasien dan keluarga.
6. Dalam melakukan perencanaan, Spesialis Anestesiologi
mempertimbangkan:
a. Proses persiapan sedasi
b. Tindakan sedasi dan manajemen intra operatif
c. Kebutuhan alat khusus
d. Pengelolaan pasca sedasi
e. Tata kelola nyeri
f. Kebutuhan ruang rawat khusus
g. Hal lainnya yang dibutuhkan
7. Seluruh aktivitas perencanaan harus dicatat dalam rekam medis
pasien dan catatan sedasi

Unit Terkait 4. Instalasi Bedah Sentral


5. ICU
6. IGD

PERHITUNGAN ALDRETTE SCORE

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Aldrette score merupakan parameter untuk menilai pasien pasca
pembedahan.

Tujuan Keamanan dan kenyamanan pasien.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur KRITERIA SCORE PASIEN RUANG PULIH ( PASCA ANESTESI )

(ALDRETE SCORE )

No. OBJEK SCORE


1. Aktivitas
 Menggerakkan semua ekstremitas secara 2
terakunter atau diperintah
 Menggerakkan dua extremitas 1

 Tidak bisa menggerakkan ekstremitas 0

2. Respirasi
 Bernafas dalam dan batuk secara 2
adekuat
 Sesak nafas dangkal atau nafas terbatas 1

 Henti nafas 0

3. Sirkulasi
 Tekanan darah 20 mmHg lebih tinggi atau 2
rendah dari Level Pre anestesi
 Tekanan darah 20 - 50 mmHg lebih tinggi 1
atau rendah Level Pre anestesi
 Tekanan darah 50 mmHg lebih tinggi 0
atau dibawah Level Pre anestesi
4. Kesadaran

 Sadar penuh 2

 Respon ketika dipanggil 1

 Tidak respon 0

5. Saturasi Oksigen

 SpO2 > 92 % dengan udara ruangan 2

 SpO2 > 90 % dengan memakai oksigen 1

 SpO2 < 92 % dengan memakai oksigen 0

Kriteria skor pasien pindah ruangan :

9 : Boleh pulang ke Rumah

8 : Boleh pindah ke Ruang

Unit Terkait IBS


SMF Anestesi

PERSIAPAN OPERASI CITO

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Operasi yang tidak di rencanakan dan harus segera dilakukan
untuk menyelamatkan nyawa dan fungsi organ tubuh.

Tujuan Sebagai acuan langkah – angkah pasien yang perlu operasi cito

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Menjelaskan kepada pasien tentang tindakan yangakan


dilakukan.
2. Dokter poliklinik/dokter jaga memberitahu pasien (jika sadar)
dan keluarga tentang perlunya operasi cito.
3. Dokter jaga segera mengkonsulkan ke dokter spesialis
yang terkait yaitu dokter spesialis bedah dan dokter spesialis
anestesi. Konsul cito harus dilakukan saat pasien masih
berada di IGD atau Rawat Inap.
4. Dokter spesialis anestesi dapat memberikan instruksi melalui
telepon dan bila tidak berhalangan dapat datang segera ke
IGD untuk memeriksa kondisi pasien dan hasil laboratorium
sesingkat mungkin.
5. Jika pasien dan keluarga setuju dilakukan operasi cito
maka pasien atau keluarga harus menandatangani
persetujuan tindakan medik dan persetujuan pembiusan dan
disaksikan oleh keluarga dan perawat.
6. Jika keluarga pasien tidak ada dan pasien tidak sadar,
perawat IGD akan melapor ke supervisor yang bertugas, dan
supervisor akan melaporkan ke wadir supaya mengetahui dan
menyetujui tindakan operasi dan anestesi.
7. Pasien yang akan di operasi bila mungkin puasa ± 6 jam
(dewasa), dan ± 4 jam (bayi).

Unit Terkait 1. Instalasi Bedah Sentral


2. Instalasi Gawat Darurat
3. Rawat Inap
4. IGD

PERSIAPAN OPERASI ELEKTIF

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Suatu upaya untuk mengoptimalkan persiapan pasien yang
akan menjalani tindakan pembedahan dan pembiusan
meliputi: persetujuan operasi, persiapan fisik dan kesiapan
mental/psikologis pasien

Tujuan 1. Mencegah dan mengurangi resiko/komplikasi dari prosedur


pembedahan yang diberikan
2. Mencegah terjadinya infeksi nosokomial akibat persiapan
pasien pra bedah yang belum sesuai prosedur
3. Memperlancar proses pembedahan dan pembiusan

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan


Pelayanan di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur Petugas ruangan menyiapkan pasien pre operasi meliputi:

1. Memfasilitasi informed consent tindakan medik operasi dan


anestesi ditanda tangani oleh pasien/keluarga, satu orang
saksi dari keluarga, satu saksi dari rumah sakit, dan oleh
dokter pelaksana tindakan
2. Persiapan fisik pasien:
a. Melengkapi identitas pasien
b. Menyiapkan kelengkapan pengkajian meliputi: keluhan
utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat kesehatan
dahulu, riwayat keluarga, pengkajian pola kesehatan
pasien saat ini, pemeriksaan fisik, pengkajian psiko-sosio-
budaya-spiritual, pemeriksaan penunjang, dan rencana
tindakan medis
c. Memasang jalur intravena sesuai kebutuhan
d. Melakukan prosedur pembersihan saluran cerna bila
diperlukan
e. Memasang kateter bila diperlukan
f. Melepas Perhiasan/gigi palsu
g. Memberikan obat-obat premedikasi sesuai instruksi medis
h. Memastikan pasien cukup puasa sesuai instruksi ahli
anestesi
i. Memastikan lokasi operasi telah diberi tanda oleh dokter
pelaksana tindakan berupa tanda lingkaran dengan
menggunakan spidol marker khusus bila diperlukan.
j. Memfasilitasi pasien mandi sebelum operasi
3. Persiapan mental/psikologis
a. Memastikan pasien telah mendapatkan informasi
mengenai penyakit yang di derita dan tindakan yang akan
dilakukan
b. Memfasilitasi pasien untuk mendapatkan pendampingan
spiritual sesuai keyakinan dan kepercayaan pasien

Unit Terkait 1. IBS


2. Rawat Inap
3. Poli Klinik
4. ICU
5. IGD

PROSEDUR MASUK-KELUAR PETUGAS

DI KAMAR OPERASI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


BLUDRSUD A 1 DARI 3
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Sirkulasi aktifitas petugas yang dilakukan di kamar operasi
dengan cara tertentu untuk mencegah/ mengurangi terjadinya
INOS selama pembedahan.

Tujuan 1. Untuk pencegahan terjadinya INOS.


2. Untuk mempertahankan suhu, kelembaban, dan tekanan kamar
operasi

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan


Pelayanan di RSUD Jend. A Yani Metro
Prosedur 1. Setiap petugas masuk dan keluar kamar operasi melalui pintu
khusus petugas.
2. Alas kaki harus di lepas di tempat khusus dan ganti sandal
khusus kamar operasi
3. Petugas melakukan cuci tangan prosedural di wastafel dengan
air mengalir
4. Semua pakaian dari luar harus di tanggalkan dan ganti baju /
celana/ topi dan masker khusus kamar operasi di kamar ganti
laki-laki dan perempuan sesuai tempatnya.
5. Kemudian masuk di area I atau hijau ruang persiapan,
kemudian area II atau kuning atau semi steril/ ruang pulih/ RR
kemudian masuk di area III atau merah/ Ruang operasi
6. Setiap petugas wajib menjaga sterilitas lingkungan IBS
7. Setiap petugas tidak diperkenankan keluar dari lingkungan IBS
saat memakai baju kamar operasi kecuali dengan
menggunakan jas khusus
8. Petugas keluar dari ruang operasi sesuai jalur kebalikan
masuk kamar operasi menanggalkan baju khusus ruang
operasi dan kembali mengenakan baju luar

Unit Terkait 1. IBS


2. Rawat Inap
3. Poliklinik
4. ICU
5. IGD

SERAH TERIMA PASIEN PRE OPERASI


DI RUANG PENERIMAAN
INSTALASI BEDAH SENTRAL

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


BLUDRSUD
H.PADJONGA A 1 DARI 3
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Serah terima pasien di ruang penerimaan adalah suatu kegiatan
yang dilakukan untuk pengecekan pasien pra bedah meliputi: data
pasien, persiapan fisik dan mental serta kelengkapan penunjang

Tujuan Untuk mencegah terjadinya kekeliruan pasien, dokumen


medis dan persiapan operasi

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan


Pelayanan di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Petugas ruang penerimaan pasien pre operasi menyambut


pasien dengan salam dan melakukan pengecekan ulang
terhadap:
a. Identitas diri pasien,
b. Persiapan operasi,
c. Tehnik operasi dan
d. Penandaan lokasi operasi
2. Petugas IBS dan Petugas ruangan secara bersama-sama
memastikan kelengkapan persiapan operasi dengan
menggunakan chek list pada lembar asessment pre operasi,
meliputi:
a. Kelengkapan rekam medis
b. Jenis dan lokasi operasi
c. Izin pembedahan (persetujuan tindakan medis)
d. Persiapan fisik: pemasangan kateter, jalur IV, pembersihan
saluran cerna, puasa, cukur daerah operasi dan penandaan
lokasi perasi dengan spidol marker khusus
e. Memastikan gigi palsu dan perhiasan telah dilepas
f. Pemberian obat-obat premedikasi
g. Kelengkapan hasil pemeriksaan penunjang
h. Lain-lain: medical supply, darah dan obat-obatan
3. Petugas IBS menyiapkan:
a. Pakaian pasien
b. Kereta dorong khusus
c. Alas kereta dorong
d. Tutup kepala pasien
4. Petugas memindahkan pasien dari brancart IGD/rawat inap ke
kereta dorong khusus kamar operasi
5. Petugas mengganti pakaian dan tutup kepala khusus kamar
operasi
6. Petugas menilai keadaan umum pasien, meliputi: TD, nadi,
suhu badan dan RR
7. Petugas memberikan support mental
8. Petugas ruangan dan petugas IBS melakukan serah terima
pasien dengan chek list persiapan operasi pada lembar
asesmen pre operasi dan lembar transfer internal
9. Tanda tangani sudah diterima pada lembar yang ada

Unit Terkait IBS

Rawat Inap

Poliklinik

ICU

IGD

TATA CARA MENYIAPKAN INSTRUMENT PRE OPERASI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Menyiapkan instrument sebelum pelaksanaan operasi

Tujuan Mendukung dan memperlancar jalannya operasi

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A Yani Metro

Prosedur Persiapan Alat :

1. Meja instrument

2. Set Instrument steril

3. Set Duk steril

4. Set Jas steril

5. Hand scoon steril

6. Benang Steril

Cara pelaksanaannya :

1. Periksa indikator sterilisasi pada set instrument, duk steril


dan jas steril
2. Buka pembungkus set instrument steril di atas meja yang
telah disediakan
3. Buka pembungkus set jas steril di atas meja yang
telah disediakan
4. Buka pembungkus set duk steril di atas meja yang
telah disediakan
5. Lakukan hand scrubing dengan teknik aseptik
6. Keringkan tangan dengan handuk steril
7. Pakai jas dan handscoon steril dengan teknik aseptik
8. Ambil duk steril dan pasangkan ke meja instrument
dengan teknik aseptik
9. Ambil set instrument steril yang sudah disiapkan dan
letakkan di atas meja instrument
10. Atur letak instrument sesuai kebutuhan operasi
11. Instrument siap digunakan

Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral

TEHNIK ANESTESI PADA PEMAKAIAN LM

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Laryngeal Musk ( LM ) adalah salah satu alternative untuk
menjaga kompetensi jalan nafas.

Tujuan Menjaga patensi jalan nafas selama Anestesi.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


Di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Berikan premedikasi sesuai Protap Premedikasi


2. Induksi intravena dengan Propofol 2 - 2,5 mg/kgBB atau
dengan obat inhalasi.
3. Dalamkan dengan inhalasi N2O / O2 ditambah obat inhalasi
4. Setelah anesthesia cukup dalam, pasang LM sesuai tehnik
pemasangan LM, kemudian isi Cuff dengan volume yang
sesuai sampai tidak ada kebocoran.
5. Periksa apakah ada kebocoran atau LM malposisi ( posisi tidak
baik ).
6. Reposisi atau ulangi pemasangan LM bila ada kebocoran atau
malposisi LM.
7. Bila posisi LM sudah baik dan tepat lakukan fixasi dengan
plester dan hubungkan ke mesin anestesi.
Indikasi :

Untuk operasi yang memerlukan anestesi umum pada tindakan


bedah terencana ( pasien harus puasa ).

Unit Terkait 1. IBS


2. SMF ANESTESI

TIME OUT

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Tata cara pelaksanaan time out oleh petugas kamar operasi.

Tujuan 1. Untuk melakukan konfirmasi terhadap kebenaran identitas


pasien.
2. Untuk mengetahui kesiapan tim operasi ( dokter anestesi,
dokter bedah, asisten anestesi, dan asisten bedah dan sirkuler).

3. Untuk mengetahui kesiapan dan melakukan konfirmasi


alat-alat yang digunakan oleh anestesi dan perawat bedah.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Setelah tim operasi siap, maka dilakukan time out.


2. Time out dipimpin oleh sirkuler.

3. Perawat sekuler membacakan lembar time out.

4. Perawat sekuler membacakan sign in setelah dokter

anestesi datang.

5. Setelah pasein di bius dan dilakukan desinfeksi dan

drapping perawat sirkuler memimpin time out.

6. Saat menutup kulit, perawat sirkuler memimpin sign out

Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral.

SMF Anestesi

PENJELASAN PADA PASIEN YANG AKAN DIOPERASI


DENGAN MENGGUNAKAN ANESTESI UMUM DAN REGIONAL

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :

BLUDRSUD A 1 DARI 3
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Memberikan penjelasan langsung kepada pasien/keluarga melalui
komunikasi.

Tujuan Agar pasien mengerti maksud dan tujuan operasi dan setelah
operasi hingga menimbulkan rasa nyaman dan aman.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro
Prosedur PEDOMAN UNTUK PENYULUHAN :

1. Jelaskan tentang penyakitnya dan kenapa dioperasi.


2. Anjurkan/ beri kesempatan kepada keluarga untuk memberi
dukungan moril maupun spiritual.
3. Jelaskan kepada pasien untuk tidak makan dan minum
sebelum dan sesudah operasi sesuai dengan ketentuan.
4. Anjurkan kepada pasien di OK untuk tidak memakai gigi palsu,
kutek, lipstick, perhiasan dan barang berharga lainnya.
5. Jelaskan secara keseluruhan tentang :
 Jadwal operasi
 Situasi ruangan operasi dan ruang pulih.
 Tim kesehatan.
 Apa yang akan dialami di ruang operasi dan ruang pulih.
 Prosedur operasi secara umum.
 Jenis anestesi yang diberikan.
 Apa yang dirasakan/ dialami secara umum setelah operasi/
anestesi dan penatalaksanaannya.
1. Anjurkan dan bimbing pasien untuk melakukan cara - cara
lain dalam mengatasi rasa nyeri seperti tehnik relaksasi
massage.
2. Berikan penjelasan kepada pasien tentang :
 Latihan nafas, batuk dan mobilisasi, kapan mulai
dilakukan dan sampai kapan.

Unit Terkait IBS

SMF Anestesi

TRANSFER PASIEN DARI RUANG PULIH SADAR (RECOVERY


ROOM) KE ICU

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE

DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Prosedur untuk memindahkan pasien dari kamar operasi ke
perawatan selanjutnya, dimana pasien memerlukan perawatan
intesif.

Tujuan Sebagai acuan bagi tenaga medis untuk tansfer pasien ke


perawatan intesif dengan aman.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur Bila pasien berasal dari rawat inap;

1. Perawat/ petugas rawat inap pesan tempat ke ICU sebelum


operasi dilakukan.
2. Perawat OK konfirmasi ke ICU untuk pesan tempat.
Bila pasien berasal dari ICU :

1. Pasien diperbolehkan ke ICU dengan kriteria pasien pulih :


• B1 : fungsi pernafasan

Jalan nafas bebas, tidak terdengar suara nafas tambahan, tidak


terdapat cuping hidung, respiratory rate antara 12 sampai 20 kali
permenit, tidak terdapat ronchi atau wheezing, pasien tidak
mengeluh sesak.

• B2 : fungsi kardiovaskuler

Perfusi hangat kering merah, nadi 60-90 kali permenit, kuat,


denyut teratur

• B3 : fungsi kesadaran
Sadar baik, respon to verbal

• B4 : fungsi ginjal

Produksi urine cukup, warna jernih

• B5 : fungsi pencernaan

Abdomen teraba soft

• Dari lokasi operasi tidak pendarahan, bila terdapat drain


luka operasi jumlah pendarahan tidak banyak.

• Bila operasi obstetric ginekologi, tidak pendarahan


pervaginam

3. Menyiapkan oksigen transport, jackson rees, ambubag.

4. Menghubungi perawat ICU untuk mengambil pasien.

5. Menyerahkan status pasien dan administrasinya kepada


perawat pengambil atau,

6. Bila memungkinkan pasien diantar oleh perawat anestesi,


perawat kamar operasi dan dokter spesialis anestesi.

Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral

SMF Anestesi.

Rawat Inap

ICU

PEMBUATAN LAPORAN OPERASI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE

DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Prosedur untuk penulisan dan penyusunan laporan operasi.

Tujuan Sebagai acuan untuk menulis laporan operasi oleh dokter


operator bedah

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


Di Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Perawat/petugas IKO menyediakan form laporan operasi


pada setiap tindakan yang akan dilakukan.
2. Dokter spesialis bedah sebelum meninggalkan ruang
operasi diwajibkan untuk menulis dan melengkapi laporan
operasi
3. Bila dokter spesialis bedah tidak dapat menulis laporan saat
itu karena ada keperluan, maka perawat/petugas IKO harus
memberitahukan kepada perawat ruangan pada waktu serah
terima pasien
4. Form laporan operasi yang harus diisi :
a. Identitas pasien : nama pasien, umur, ruang, lantai, no
reg, no opname dan tanggal operasi
b. Nama dokter operator, dokter spesialis anestesi, asisten
bedah I, asisten bedah II, instrumentator, sirkulair dan
asisten anestesi
c. Diagnosa pra bedah
d. Jaringan/cairan yang diambil, jaringan dikirim untuk PA
atau tidak, tindakan operasi
e. Jam mulai dan selesai operasi, lama operasi, jam mulai
dan selesai pembiusan, lama pembiusan
f. Klasifikasi operasi : bersih, bersih terkontaminasi
terkontaminasi, kotor
g. Urgensi : darurat, elektif
h. Komplikasi, perdarahan
i. Ringkasan laporan operasi
j. Tanda tangan dan nama terang dokter operator bedah
k. Perawat/petugas IKO diwajibkan mengecek form laporan
operasi, apakah sudah diisi atau belum.

Unit Terkait Instalasi Kamar Operasi

Instalasi Gawat Darurat

Instalasi Rawat Inap

Instalasi Rawat jalan

ANESTESIA PADA BEDAH SEKSIO SESARIA

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Adalah tindakan anestesi pada operasi atau tindakan membuka
dinding perut atau membuka dinding rahim ibu untuk
mengeluarkan janin atau melahirkan bayi setelah umur kehamilan
lebih dari 28 mg disebabkan adanya penyulit persalinan normal.
Sehingga diperlukan tindakan anestesi sebagai pemeliharaan
kehidupan dan kesehatan pasien dan janinnya pada operasi SC,
dengan cara menghilangkan rasa sakit, menekan fungsi otonom
serta mempertahankan fungsi organ-organ vital.
Tujuan Memberikan acuan yang benar tentang tindakan pelayanan
anestesi pada kasus pembedahan sesar

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


Di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur PERSIAPAN

Kunjungan pra operasi

Menilai kondisi dan status fisik pasien,


mempersiapkan pasien pada keadaan optimal untuk
operasi dan penjelasan prosedur tindakan anestesi

Konsultasi

Dengan bagian lain terkait kelainan / penyakit yang


diderita pasien.

Pemeriksaan Penunjang

Lab : Darah Rutin, PTT, APTT, BUN, Creatinin,


Elektrolit, GDR Pemeriksaan lain sesuai indikasi

Rontgen : Thorak PA, pemeriksaan lain sesuai indikasi

EKG : Wajib diatas umur 40th, atau sesuai indikasi

a. Dokter anestesi memeriksa kelengkapan rekam


medis sebelum dilakukan tindakan anestesi.
b. Dokter anestesi memberikan informasi dan
penjelasan tentang tindakan anestesi yang akan
dilakukan.
c. Teknik anestesi yang digunakan dapat GA
(Intubasi/LMA) atau RA sesuai kebutuhan dan
kondisi pasien saat itu.
d. Dokter anestesi menjaga kehidupan ibu dan
janinnya
1. GENERAL ANESTESI
PERSIAPAN

Pasien : Pasien masuk kamar operasi sudah terpasang infuse


dengan abocath No 18 atau yang terbesar yang dapat
masuk.

IVFD : Infus dengan cairan kristaloid

Monitor : tekanan darah, HR, SpO2, dan EKG jika diperlukan

Alat : Persiapakan alat-alat untuk melakukan anestesi dan


melakukan intubasiatau LMA.

Obat :

Premedikasi menggunakan sesuai kebutuhan

a. Ranitidine 50 mg
b. Metoklorpramid 10 mg iv
c. Fentanyl 1-2 ug/kgbb iv
Induksi : dapat menggunakan salah satu obat dibawah
(sesuai kondisi pasien)

a. Propofol 2 mg / KgBB i v
b. Penthotal 3 – 5 mg / KgBB i v
c. Ketalar 1 – 2 mg mg / KgBB i v

Pemeliharaan : menggunakan agen inhalasi

Inhalasi : - Isofluran, Sevofluran dan N2O

Pelumpuhan Otot

a. Depolarisasi : - suksinilkolin : 1 – 1,5 mg /


KgBB
b. Non Depol : - Atrakurium : 0,5 mg / KgBB
- Rekuronium : 0,6 mg / KgBB

1.1. PENATALAKSANAAN
a. Pasien masuk kamar operasi sudah terpasang
infuse
b. Obat premedikasi diberikan sesuai kebutuhan
c. Monitor dipasang
d. Obat induksi diberikan kemudian
e. Pasien diberikan oksigen 100% untuk preoksigenasi
f. Dilakukan pemasangan LMA
g. Pada LMA setelah terpasang langsung ke 10
h. Obat pelumpuh otot diberikan untuk fasilitas intubasi
dan pemeliharaan
i. Setelah onset obat tercapai dilakukan intubasi
orotrakheal dengan laringoskop dan ETT yang
sesuai dengan pasien.
j. Agen pemeliharaan dibuka, bersamaan dengan O2
dan N2O

1.2. PENGAKHIRAN ANESTESI

Agen pemeliharaan anestesi dihentikan setelah operasi


berakhir

a. Pemberian obat penawar pelumpuh otot diberikan


hanya jika terjadi pemanjangan masa kerja pelumpuh
otot setelah operasi selesai.
b. Ekstubasi dilakukan jika pasien sudah bernafas
spontan, adekuat.

1.3. RUANG PULIH SADAR


a. Pasien dipindahkan ke ruang pulih sadar
b. Pasien dimonitor dan dievaluasi setelah kondisi stabil
dan
skore Lockharte/Aldrete > 7 baru dipindah keruang rawat
2. REGIONAL ANESTESI SAB
PERSIAPAN

Pasien : Pasien masuk kamar operasi sudah terpasang infuse


dengan abocath No 18 atau yang terbesar yang
dapat masuk.

IVFD : Infus cairan kristoloid

Monitor : tekanan darah, HR, SpO2, dan EKG jika diperlukan

Alat :

a. Spinal set
b. Jarum spinal No 25, 26, 27 (sesuai kebutuhan)
c. Spuit 3 cc atau 5 cc
Obat :

a. Lidokain 2%, 5%
b. Bupivakain 0,5%
2.1. PENATALAKSANAAN ANESTESI
a. Pasien masuk kamar operasi sudah terpasang
infus
b. Persiapan peralatan regional anestesi maupun
general anestesi
c. Monitor dipasang
d. Pasien diposisikan untuk melakukan spinal
anestesi
e. Obat spinal anestesi disuntikan
f. Setelah blok tercapai operasi dapat dimulai
g. Monitoring dan evaluasi kondisi pasien durante
operasi
h. Kalau dibutuhkan dapat diberikan sedasi
2.2. RUANG PULIH SADAR
a. Pasien dipindahkan ke ruang pulih sadar
b. Pasien dimonitor dan dievaluasi setelah kondisi
stabil dan skore Lockharte/Aldrete > 7 baru
dipindah keruang rawat.
3. REGIONAL ANESTESI EPIDURAL
PERSIAPAN

Pasien : Pasien masuk kamar operasi sudah terpasang infuse


dengan abocath No 18 atau yang terbesar yang dapat
masuk.

IVFD : Infus cairan kristoloid

Monitor : tekanan darah, HR, SpO2, dan EKG jika diperlukan

Alat : Anestesi regional dan general anestesi

a. Epidural set
b. Spuit 20 cc
c. Plester
Obat :

a. Bupivakain 0,25%
b. Ropivakain 0,75%
3.1. PENATALAKSANAAN
a. Pasien masuk kamar operasi sudah terpasang
infuse
b. Monitor dipasang
c. Pasien diposisikan untuk melakukan epidural
anestesi
d. Obat epidural anestesi disuntikan
e. Setelah blok tercapai operasi dapat dimulai
f. Monitoring dan evaluasi kondisi pasien durante
operasi
g. Kalau dibutuhkan dapat diberikan sedasi
3.2. PEMELIHARAAN ANESTESI
a. Anestesi epidural dapat dengan epidural kontinyu
b. Epidural kontinyu post op dapat diberikan
bupivacain 0,125% tiap 4 jam
3.3. RUANG PULIH SADAR
a. Pasien dipindahkan ke ruang pulih sadar
b. Pasien dimonitor dan dievaluasi setelah kondisi stabil
dan
skore Lockharte/Aldrete > 7 baru dipindah keruang rawat

Unit Terkait 1. IBS


2. Komite Medis
3. IGD
4. ICU
5. RAWAT INAP
6. SMF TERKAIT

ANESTESI PADA BEDAH SUPERFISIAL

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Merupakan tindakan anestesi pada pasien dengan tindakan
operasi superficial dengan cara menghilangkan rasa sakit dan
menekan fungsi otonom (yang merugikan) serta mempertahankan
fungsi organ vital yang mencukupi kebutuhan metabolisme.

Tujuan Memberikan acuan yang benar tentang tindakan pelayanan


anestesi pada kasus bedah superficial

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


Di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. PERSIAPAN
a. Kunjungan Pra operasi
Menilai kondisi dan mempersiapkan status fisik
pasien
pada keadaan optimal untuk operasi dan
menjelaskan prosedur anestesi
b. Konsultasi
Kalau diperlukan konsul bagian lain yang terkait
dengan kelainan / penyakit yang diderita pasien.
c. Pemeriksaan Penunjang
 Lab Darah Rutin, PTT, APTT, BUN, Creatinin,
Elektrolit, GDR Pemeriksaan lain sesuai indikasi
 Rontgen Thorak PA,pemeriksaan lain sesuai
indikasi
 EKG Wajib diatas umur 40 th, atau sesuai
indikasi

d. Dokter anestesi memeriksa kelengkapan rekam


medis sebelum dilakukan tindakan anestesi.
e. Dokter anestesi memberikan informasi dan
penjelasan tentang tindakan anestesi yang akan
dilakukan.
f. Teknik anestesi yang digunakan adalah GA Intubasi,
TIVA, Face Mask LMA atau RA sesuai kebutuhan
dan kondisi pasien saat itu.
g. Dosis obat, penambahan obat dapat berubah
sewaktu-waktu jika diperlukan
2. ANESTESI UMUM
Persiapan

Pasien : Pasien masuk kamar operasi sudah terpasang infuse


dengan abocath No 18 atau yang terbesar yang dapat
masuk.

IVFD : Cairan kristaloid

Monitor : tekanan darah, HR, SpO2, dan EKG jika diperlukan

Alat : Alat-alat dan obat-obatan untuk melakukan intubasi


oral

maupun nasal TIVA, facemask atau LMA

Obat :

Premedikasi sesuai kebutuhan

a. Midazolam 0,05 mg / Kg BB/ iv


b. Fentanyl 1 -2 ug / Kg BB/ iv
c. SA : 0,25-0,5 mg

Induksi : dapat menggunakan salah satu obat dibawah


(sesuai kondisi pasien)

a. Propofol2 – 2,5 mg / Kg BB/ iv


b. Penthotal 3 – 5 mg / Kg BB/ iv
c. Ketalar 1 – 2 mg mg / Kg BB/ iv
d. Midazolam 0,15 – 0,2 mg / Kg BB/ iv
Pemeliharaan : dapat menggunakan agen intravena atau
inhalasi

a. Intravena : Propofol ketamine fentanyl


b. Inhalasi : Halothan, desflurane, Isofluran,
Sevofluran
Pelumpuh Otot

a. Depolarisasi : Suksinilkolin : 1 – 1,5 mg / Kg BB


b. Non Depol : Atrakurium : 0,5 mg / Kg BB
: Rokuronium : 0,6 mg / Kg BB

PENATALAKSANAAN

a. Pasien masuk kamar operasi sudah terpasang infuse


b. Obat premedikasi diberikan di ruang induksi
c. Monitor dipasang
d. Obat induksi diberikan
e. Pasien diberikan oksigen 100% untuk preoksigenasi
f. Obat pelumpuh otot diberikan untuk fasilitas intubasi
dan pemeliharaan
g. Setelah onset obat tercapai dilakukan intubasi
orotrakheal dengan laringoskop dan ETT yang sesuai
dengan pasien.
h. Agen pemeliharaan dibuka, bersamaan dengan O2
dan N2O
i. Jika menggunakan teknik TIVA, tidak menggunakan
pelumpuh otot, dan tidak diintubasi, serta tidak
menggunakan N2O dan agen inhalasi
j. Jika menggunakan teknik Face Mask atau LMA, tidak
menggunakan pelumpuh otot, tidak intubasi, tapi
menggunakan O2, N2O dan agen inhalasi.

PENGAKHIRAN ANESTESI

Agen pemeliharaan anestesi dihentikan setelah operasi berakhir

a. Pemberian obat penawar pelumpuh otot diberikan


hanya jika terjadi pemanjangan masa kerja pelumpuh
otot setelah operasi selesai.
b. Ekstubasi dilakukan jika pasien sudah bernafas
spontan, adekuat.
c. Pada teknik face mask tidak dilakukan ekstubasi
d. Pada teknik tiva, tidak bisa ditentukan kapan anestesi
berakhir, tergantung efek obat dan durasi.
RUANG PULIH SADAR

a. Pasien dipindahkan ke ruang pulih sadar


b. Pasien dimonitor dan dievaluasi setelah kondisi stabil
dan
skore Lockharte/Aldrete > 7 baru dipindah ke ruang rawat.

Unit Terkait IBS

RAWAT INAP

KOMITE MEDIS

IGD

ICU

SMF TERKAIT

ANESTESIA PADA BEDAH TELINGA TENGAH

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Merupakan tindakan anestesi pada operasi kavum timpani, dengan
tulang-tulang, pendengaran, tuba auditiva eustachii, anthrum
mastoideum, dan selluae mastoidea.

Tujuan Memberikan acuan yang benar tentang pelayanan anestesi pada


kasus bedah telinga tengah.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


Di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. PERSIAPAN
a. Kunjungan Pra operasi menilai kondisi dan status fisik
pasien.
mempersiapkan pasien dalam kondisi optimal untuk
dilakukan anestesi dan pembedahan
Menjelaskan prosedur anestesi yang akan dilakukan
a. Konsultasi
Dengan bagian lain terkait penyakit yang diderita
pasien.
b. Pemeriksaan Penunjang
 Laborat : Darah Rutin, APTT, PTT, BUN,
Creatinin, Elektrolit, GDR pemeriksaan lain
sesuai indikasi
 Rontgen : Thorak PA, pemeriksaan lain sesuai
indikasi
 EKG : Wajib diatas umur 40 th, sesuai
indikasi
c. Dokter anestesi memeriksa kelengkapan rekam
medis sebelum dilakukan tindakan anestesi.
d. Dokter anestesi memberikan informasi dan
penjelasan tentang tindakan anestesi yang akan
dilakukan.
e. Teknik anestesi yang digunakan adalah GA
Intubasi/LMA
f. Dosis obat, penambahan obat dapat berubah
sewaktu-waktu jika diperlukan atau terjadi
perubahan kondisi pasien secara mendadak.
g. Pemberian anestesi bila perlu menggunakan teknik
hipotensi karena merupakan bedah mikro.
h. Pemakaian N2O dihindari jika dilakukan
pemasangan membrane timpani buatan, untuk
mencegah peningkatan tekanan dalam rongga
telinga tengah.
2. ANESTESI UMUM
PERSIAPAN

Pasien : Pasien masuk kamar operasi sudah terpasang infuse

dengan IV Catheter No 18 atau yang terbesar yang


dapat masuk.

Cairan Infus kristaloid

Monitor : tekanan darah, HR, SpO2, dan EKG jika diperlukan

Alat : Alat untuk melakukan intubasi oral maupun nasal.

Obat : Premedikasi sesuai kebutuhan

a. Midazolam 0,05 mg / Kg BB/ iv


b. Fentanyl 1-2 ug / Kg BB/ iv
c. Sulfas Atropin 0,25 - 0,5 mg
Induksi : dapat menggunakan salah satu obat dibawah

a. Propofol 2 mg /Kg BB/ iv


b. Penthotal 3 – 5 mg / Kg BB/ iv
c. Ketalar 1 – 2 mg mg / Kg BB/ iv
d. Midazolam 0,15 – 0,2 mg / Kg BB/ iv
Pemeliharaan : dapat menggunakan agen intravena
atau inhalasi
a. Intravena : Propofol, ketamine, fentanyl
b. Inhalasi : Halothan, desflurane, Isofluran,
Sevofluran

3. Pelumpuh Otot
a. Depolarisasi : - Suksinilkolin : 1 – 1,5 mg / Kg BB
b. Non Depol : - Atrakurium : 0,5 mg / Kg BB
- Rokuronium : 0,6 mg / KgBB
4. Penatalaksanaan
a. Pasien masuk kamar operasi sudah terpasang infus
b. Obat premedikasi diberikan sesuai kebutuhan
c. Monitor dipasang
d. Obat induksi diberikan
e. Pasien diberikan oksigen 100% untuk preoksigenasi
f. Pada teknik LMA setelah terpasang langsung ke 9
g. Obat pelumpuh otot diberikan untuk fasilitas intubasi
dan pemeliharaan
h. Setelah onset obat tercapai dilakukan intubasi
orotrakheal dengan laringoskop dan ETT yang
sesuai.
i. Agen pemeliharaan dibuka, bersamaan dengan O 2
dan N2O
5. Pengakhiran anestesi
a. Agen anestesi dihentikan setelah operasi berakhir
b. Pemberian obat penawar pelumpuh otot diberikan
hanya
Jika terjadi pemanjangan masa kerja pelumpuh otot setelah
operasi selesai.

c. Ekstubasi dilakukan jika pasien sudah bernafas


spontan, adekuat.
6. Pemulihan diruang pulih sadar
a. Pasien dipindahkan ke ruang pulih sadar
b. Pasien dimonitor dan dievaluasi setelah kondisi stabil
dan
skore Lockharte/Aldrete > 7 baru dipindah ke bangsal asal

Unit Terkait 1. IBS 4. ICU


2. RAWAT INAP 5. KOMITE MEDIS
3. IGD

ANESTESI PADA BEDAH PERINEUM

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Adalah tindakan anestesi dengan menghilangkan rasa sakit,
menstabilkan aktivitas otonom pada bedah perineum yaitu
tindakan bedah vagina, bedah hemorrhoid dan sekitarnya.

Tujuan Memberikan acuan yang benar pada kasus bedah perineum

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur PERSIAPAN

KUNJUNGAN PRA OPERASI


Menilai kondisi fisik pasien, riwayat penyakit terdahulu,
mempersiapkan pasien pada keadaan optimal untuk
operasi, penjelasan prosedur tindakan anestesi.
KONSULTASI
Dengan bagian lain terkait kelainan / penyakit yang
diderita pasien.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laborat : Darah Rutin, PTT, APTT, BUN, Creatinin,


Elektrolit, GDR Pemeriksaan lain sesuai indikasi

Rontgen : Thorak PA, pemeriksaan lain sesuai indikasi

EKG : Wajib di atas umur 40th,atau sesuai indikasi

a. Dokter anestesi memeriksa kelengkapan


rekam medis sebelum dilakukan tindakan
anestesi.
b. Dokter anestesi memberikan informasi dan
penjelasan tentang tindakan anestesi yang
akan dilakukan.
c. Teknik anestesi yang digunakan adalah GA
atau RA SAB dan Epidural
d. Dosis obat, penambahan obat dapat berubah
sewaktu-waktu jika diperlukan
1. ANESTESI UMUM
PERSIAPAN

Pasien : Pasien masuk sudah terpasang infus dengan IV


Catheter No 18 atau yang terbesar yang dapat masuk.

IVFD : Infus dengan cairan kristaloid

Monitor : Tekanan darah, HR, SpO2, dan EKG dan suhu


jika diperlukan

Alat : Persiapkan Alat untuk melakukan facemask, LMA

atau intubasi ETT dan pemeliharaan anestesi

Obat :
Premedikasi : Midazolam 0,05 mg / Kg BB/ iv

Fentanyl 1-2 ug / Kg BB/ iv atau sesuai kebutuhan

Induksi : dapat menggunakan salah satu obat di bawah

a. Propofol 2 - 2,5 mg / Kg BB/ iv


b. Penthotal 3 – 6 mg / Kg BB/iv
c. Ketalar 1 – 2 mg / Kg BB/ iv
d. Midazolam 0,15 – 0,2 mg / Kg BB/iv
Pemeliharaan dapat menggunakan agen sesuai kebutuhan

a. Intravena : Propofol, ketamine, fentanyl


b. Inhalasi :Halothan, desfluran, Isofluran,
Sevofluran
Pelumpuh Otot : sesuai kebutuhan

a. Depolarisasi : Suksinilkolin : 1 – 1,5 mg / KgBB


b. Non Depol : Atrakurium : 0,5 mg / KgBB

: Rokuronium : 0,6 mg / KgBB

1.1. PENATALAKSANAAN
a. Pasien masuk kamar operasi sudah terpasang
infus
b. Obat premedikasi diberikan sesuai kebutuhan
c. Monitor dipasang
d. Obat induksi diberikan
e. Pasien diberikan oksigen 100% untuk
preoksigenasi
f. Pada teknik LMA setelah terpasang langsung ke 9
g. Obat pelumpuh otot diberikan untuk fasilitas
intubasi dan pemeliharaan
h. Setelah onset obat tercapai dilakukan intubasi
orotrakheal maupun nasal dengan laringoskop
dan ETT yang sesuai dengan pasien.
i. Agen pemeliharaan dibuka, bersamaan dengan O 2
dan N2O
1.2. PENGAKHIRAN ANESTESI
Agen pemeliharaan anestesi dihentikan setelah operasi terakhir

a. Pemberian obat penawar pelumpuh otot diberikan


hanya jika terjadi pemanjangan masa kerja pelumpuh
otot setelah operasi selesai.
b. Ekstubasi dilakukan jika pasien sudah bernafas
spontan, adekuat.
1.3. RUANG PULIH SADAR
a. Pasien dipindahkan ke ruang pulih sadar
b. Pasien dimonitor dan dievaluasi setelah kondisi stabil
dan skore Lockharte/Aldrete > 7 baru dipindah
keruang rawat
2. REGIONAL ANESTESI SAB
PERSIAPAN

Pasien : Pasien masuk kamar operasi sudah terpasang infuse


dengan IV Catheter No 18 atau yang terbesar yang
dapat masuk.

IVFD : Infus cairan kristaloid

Monitor : tekanan darah, HR, SpO2, dan EKG jika diperlukan

Alat persiapan untuk regional anestesi dan general


anestesi

a. Jarum spinal No 25, 26, 27(sesuai


kebutuhan)
b. Spuit 3 cc atau 5 cc
Obat : a. Lidokain 2%, 5%

b. Bupivakain 0,25%, 0,
2.1. PENATALAKSANAAN
a. Pasien masuk kamar operasi sudah terpasang
infuse
b. Monitor dipasang
c. Pasien diposisikan untuk melakukan spinal anestesi
d. Obat spinal anestesi disuntikkan
e. Setelah blok tercapai operasi dapat dimulai
f. Monitoring dan evaluasi kondisi pasien durante
operasi
g. Kalau dibutuhkan dapat diberikan sedasi
2.2. RUANG PULIH SADAR
c. Pasien dipindahkan ke ruang pulih sadar
d. Pasien dimonitor dan dievaluasi setelah kondisi
stabil dan skore Lockharte/Aldrete > 7 baru
dipindah keruang rawat.
3. REGIONAL ANESTESI EPIDURAL
PERSIAPAN

Pasien : Pasien masuk kamar operasi sudah terpasang


infuse

dengan IV Catheter No 18 atau yang terbesar yang


dapat masuk.

IVFD : Infus cairan kristaloid

Monitor Tekanan darah, HR, SpO2, SpO2 dan EKG jika


diperlukan

Alat :persiapan alat untuk regional anestesi dan


general anestesi

- Epidural set
- Spuit 20 cc, 3 c
Obat : - Bupivakin 0,5%

- Ropivakin 0,75%

3.1. PENATALAKSANAAN
a. Pasien masuk kamar operasi sudah terpasang infuse
b. Monitor dipasang
c. Pasien diposisikan untuk melakukan epidural
anestesi
d. Obat epidural anestesi disuntikkan
e. Setelah blok tercapai operasi dapat dimulai
f. Monitoring dan evaluasi kondisi pasien durante
operasi
g. Kalau dibutuhkan dapat diberikan sedasi
3.2. RUANG PULIH SADAR
a. Pasien dipindahkan ke ruang pulih sadar
b. Pasien dimonitor dan dievaluasi setelah kondisi stabil
dan
skore Lockharte/Aldrete > 7 baru dipindah keruang rawat

Unit Terkait 4. IBS


5. KOMITE MEDIS
6. IGD
7. ICU
8. RAWAT INAP

ANESTESIA PASIEN BEDAH TIROID

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Merupakan tindakan anestesi pada tindakan bedah pengambilan
jaringan tiroid.
Tujuan Memberikan acuan yang benar dalam melakukan tindakan
pelayanan anestesi pada kasus bedah tiroid.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


Di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. PERSIAPAN
a. Kunjungan Pra operasi menilai kondisi dan status
fisik pasien, mempersiapkan pasien dalam keadaan
optimal untuk operasi, penjelasan prosedur tindakan
anestesi
b. Konsultasi
Dengan bagian lain terkait kelainan / penyakit yang
diderita pasien
c. Pemeriksaan Penunjang
 Laborat : Darah Rutin, PTT, APTT, BUN,
Creatinin, Elektrolit, GDRTSH, T3, T4
Pemeriksaan lain sesuai indikasi
 Rontgen : Thorak PA, pemeriksaan lain sesuai
indikasi
 EKG : Wajib diatas umur 40 th, atau sesuai
indikasi
d. Dokter anestesi memeriksa kelengkapan rekam
medis sebelum dilakukan tindakan anestesi .
e. Dokter anestesi memberikan informasi dan
penjelasan tentang tindakan anestesi yang akan
dilakukan.
f. Teknik anestesi yang digunakan adalah GA (LMA
atau Intubasi)
g. Dosis obat, penambahan obat dapat berubah
sewaktu-waktu jika diperlukan
h. Pasien harus sudah dalam keadaan eutiroid.
i. Pemeriksaan soft tissue leher sesuai kebutuhan
2. ANESTESI UMUM
Persiapan

Pasien : Pasien masuk kamar operasi sudah terpasang infuse

dengan abocath No 18 atau yang terbesar yang dapat


masuk.

IVFD : Infus cairan kristaloid

Monitor : Tekanan darah, HR, SpO2, dan EKG jika diperlukan

Alat : Persiapkan alat-alat untuk melakukan anestesi dan

melakukan intubasi dan LMA

Obat :

Premedikasi sesuai kebutuhan

a. Midazolam 0,05 mg / KgBB i v


b. Fentanyl 1-2 ug / KgBB i
Induksi : dapat menggunakan salah satu obat dibawah
(sesuai kondisi pasien)

b. Propofol 2-2,5 mg / KgBB i v


c. Penthotal 3 – 5 mg / KgBB i v
d. Midazolam 0,15 – 0,2 mg / KgBB i v
Pemeliharaan : dapat menggunakan agen intravena atau
inhalasi

a. Intravena : Propofol,ketamine, fentanyl


b. Inhalasi : Halothan, desflurane, Isofluran,
Sevofluran

Pelumpuh Otot

Non Depol : - Atrakurium : 0,5 mg / KgBB

- Rokuronium : 0,6 mg / KgBB


3. PENATALAKSANAAN
a. Pasien masuk kamar operasi sudah terpasang infus
b. Obat premedikasi diberikan sesuai kebutuhan
c. Monitor dipasang
d. Obat induksi diberikan kemudian
e. Pasien diberikan oksigen 100% untuk preoksigenasi
f. Pada teknik LMA setelah terpasang langsung ke 9
g. Obat pelumpuh otot diberikan untuk fasilitas intubasi
dan pemeliharaan
h. Setelah onset obat tercapai dilakukan intubasi
orotrakheal dengan laringoskop dan ETT yang sesuai
dengan pasien.
i. Agen pemeliharaan dibuka, bersamaan dengan O2
dan N2O
4. PENGAKHIRAN ANESTESI
Agen pemeliharaan anestesi dihentikan setelah operasi
berakhir
a. Pemberian obat penawar pelumpuh otot diberikan
hanya jika terjadi pemanjangan masa kerja pelumpuh
otot setelah operasi selesai.
b. Ekstubasi dilakukan jika pasien sudah bernafas
spontan,adekuat.
c. Perhatian dapat terjadi tracheamalasea
5. PEMULIHAN DIUANG PULIH SADAR
a. Pasien dipindahkan ke ruang pulih sadar
b. Pasien dimonitor dan dievaluasi setelah kondisi stabil
dan skore Lockharte/Aldrete > 7 baru dipindah ke
bangsal asal

Unit Terkait 1. IBS


2. KOMITE MEDIS
3. IGD
4. ICU
5. RAWAT INAP

ANESTESI PADA PEMBEDAHAN DENGAN

RAWAT JALAN

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


BLUDRSUD A 1 DARI 3
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Adalah tindakan anestesi dan analgesi untuk tindakan bedah atau
tindakan medik lainnya yang tidak memerlukan rawat inap atau
suatu pelayanan anestesi dimana pasien datang dan pulang pada
hari yang sama.

Tujuan Memberikan acuan yang benar tentang tindakan anestesi pada


kasus bedah sehari.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro
Prosedur 1. PERSIAPAN
KUNJUNGAN PRA OPERASI

Menilai kondisi fisik pasien, riwayat penyakit terdahulu,


mempersiapkan pasien pada keadaan optimal untuk operasi,
penjelasan prosedur tindakan anestesi.

KONSULTASI

Dengan bagian lain terkait kelainan / penyakit yang diderita pasien.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laborat : Darah Rutin, PTT, APTT, BUN, Creatinin, Elektrolit,


GDR, Pemeriksaan lain indikasi

Rontgen : Thorak PA, pemeriksaan lain sesuai indikasi

EKG : Wajib di atas umur 40th, atau sesuai indikasi

a. Dokter anestesi memeriksa kelengkapan rekam


medis sebelum dilakukan tindakan anestesi.
b. Dokter anestesi memberikan informasi dan
penjelasan tentang tindakan anestesi yang akan
dilakukan.
c. Teknik anestesi yang digunakan adalah GA
Intubasi,TIVA, LMA atau Face Mask
d. Dosis obat, penambahan obat dapat berubah
sewaktu-waktu jika diperlukan atau terjadi perubahan
kondisi pasien secara mendadak
e. Pasien harus segera pulih sadar setelah
pembedahan.
f. Dipilih obat yang cepat di washout dan durasi pendek
2. ANESTESI UMUM
PERSIAPAN

Pasien : Pasien masuk kamar operasi sudah terpasang infuse


dengan IV Catheter terbesar yang dapat masuk.

IVFD : Infus cairan kristaloid

Monitor : Tekanan darah, HR, SpO2, dan EKG jika diperlukan


Alat : Alat-alat untuk melakukan intubasi oral, nasal, LMA,
facemask atau melakukan teknik TIVA

Obat :

Premedikasi sesuai kebutuhan

a. Midazolam 0,05 mg / KgBB i v

b. Fentanyl 1-2 ug / KgBB i v

c. Sulfas Atropin : 0,25 mg

Induksi : dapat menggunakan salah satu obat dibawah (sesuai


kondisi pasien)

a. Proppfol 2 mg / KgBB i v
b. Penthotal 3 – 5 mg / KgBB i v
c. Ketalar 1 – 2 mg mg / KgBB i v
d. Midazolam 0,15 – 0,2 mg / KgBB i v
Pemeliharaan : dapat menggunakan agen

Intravena : Propofol, ketamine, fentanyl

Inhalasi : Halothan, desfluran, Isofluran, Sevofluran

3. PELUMPUHAN OTOT :
a. Depolarisasi : - suksinilkolin : 1 – 1,5 mg / KgBB
b. Non Depol : - Atrakurium : 0,5 mg / KgBB
- Rokuronium : 0,6 mg / KgBB

4. PENATALAKSANAAN
a. Pasien masuk kamar operasi sudah terpasang infuse
b. Obat premedikasi diberikan sesuai kebutuhan
c. Monitor dipasang
d. Obat induksi diberikan kemudian
e. Pasien diberikan oksigen 100% untuk preoksigenasi
f. Dilakukan facemask atau pemasangan LMA
g. Setelah LMA terpasang langsung ke10
h. Obat pelumpuh otot diberikan untuk fasilitas intubasi
dan pemeliharaan
i. Setelah onset obat tercapai dilakukan intubasi
orotrakehal dengan laringoskop dan ETT yang sesuai
dengan pasien.
j. Agen pemeliharaan dibuka, bersamaan dengan O2 dan
N2O.
k. Dapat menggunakan teknik TIVA atau Facemask
5. PENGAKHIRAN ANESTESI
Agen pemeliharaan anestesi dihentikan setelah operasi berakhir

a. Pemberian obat penawar pelumpuh otot diberikan


hanya jika terjadi pemanjangan masa kerja pelumpuh
otot setelah operasi selesai.
b. Ekstubasi dilakukan jika pasien sudah bernafas
spontan, adekuat
c. Pada teknik tiva, tidak bisa ditentukan kapan anestesi
berakhir, tergantung efek obat dan durasi.

RUANG PULIH SADAR

a. Pasien dipindahkan ke ruang pulih sadar


b. Pasien dimonitor dan dievaluasi setelah kondisi stabil dan
skore Lockharte/Aldrete > 7 baru dipindah ke ruang rawat
asal

Unit Terkait IBS, KOMITE MEDIS, IGD, ICU, RAWAT INAP

ANESTESI PADA BEDAH PROSTAT DAN SALURAN KENCING


BAGIAN BAWAH

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :

BLUDRSUD A 1 DARI 3
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Merupakan tindakan anestesi pada pasien dengan tindakan
saluran kencing bagian bawah dan prostat dengan cara
menghilangkan rasa sakit, menstabilkan fungsi otonom,
memberikan kondisi yang baik dan mencegah terjadinya
komplikasi perioperatif, mempertahankan fungsi-fungsi organ vital
dan mencukupi kebutuhan metabolismenya (oksigen, cairan,
elektrolit)

Tujuan Memberikan acuan yang benar tentang tindakan anestesi pada


kasus bedah prostat dan saluran kencing bagian bawah.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. PERSIAPAN
KUNJUNGAN PRA OPERASI

Menilai kondisi fisik pasien, riwayat penyakit terdahulu,


mempersiapkan pasien pada keadaan optimal untuk operasi,
penjelasan prosedur tindakan anestesi.

KONSULTASI

Dengan bagian lain terkait kelainan / penyakit yang diderita pasien

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Lab : Darah Rutin, PTT, APTT, BUN, Creatinin, Elektrolit, GDR


Pemeriksaan lain sesuai indikasi

Rontgen : Thorak PA, pemeriksaan lain sesuai indikasi

EKG : Wajib di atas umur 40th, atau sesuai indikasi

a. Dokter anestesi memeriksa kelengkapan rekam


medis sebelum dilakukan tindakan anestesi.
b. Dokter anestesi memberikan informasi dan
penjelasan tentang tindakan anestesi yang akan
dilakukan.
c. Teknik anestesi yang digunakan adalah RA SAB
d. Dosis obat, penambahan obat dapat berubah
sewaktu-waktu jika diperlukan
2. REGIONAL ANESTESI
PERSIAPAN

Pasien : Pasien masuk kamar operasi sudah terpasang infuse


dengan abocath No 18 atau yang terbesar yang dapat masuk.

IVFD : Infus cairan kristaloid

Monitor :Tekanan darah, HR, SpO2, dan EKG jika diperlukan

Alat

Persiapan alat untuk anestesi general dan regional anestesi

a. Spinal net
b. Jarum spinal No 25, 26, 27 (sesuai kebutuhan)
c. Spuit 3 cc atau 5 cc
Obat :

a. Lidokain 2%, 5%
b. Bupivakain 0,25%, 05%
3. PENATALAKSANAAN
a. Pasien masuk kamar operasi sudah terpasang infuse
b. Monitor dipasang
c. Pasien diposisikan untuk melakukan spinal anestesi
d. Obat spinal anestesi disuntikkan
e. Setelah blok tercapai operasi dapat dimulai
f. Monitoring dan evaluasi kondisi pasien durante operasi
g. Kalau dibutuhkan dapat diberikan sedasi
4. RUANG PULIH SADAR
a. Pasien dipindahkan ke ruang pulih sadar
b. Pasien dimonitor dan dievaluasi setelah kondisi stabil dan
skore Lockharte/Aldrete > 7 baru dipindah ke bangsal asal
Unit Terkait 6. IBS
7. KOMITE MEDIS
8. IGD
9. ICU
10. RAWAT INAP

PERHITUNGAN SKOR ALDRETTE

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Penilaian aktivitas, sirkulasi, pernafasan, kesadaran, dan warna
kulit pada pasien pasca anestesi umum dan sedasi

Tujuan 1. Mengoptimalkan keadaan pasien pasca anestesi dan sedasi


2. Keputusan tindak lanjut pasien pasca anestesi dan sedasi

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Kriteria dischearger pasein yang dipakai adalah score aldrette,


diisi dan ditanda tangani oleh dokter anestesi atau perawat
yang bertugas di ruang pulih
2. Kriteria score aldrette > 8 atau sama dengan skor pre-prosedur
3. Pemantauan terhadap skor aldrette dilakukan secara periodik
setiap 15 menit
4. Monitoring pasien sampai skor Aldrette mencapai > 8 ata skor
pre-prosedur
5. Rasio antara perawat ruang pulih dengan pasien disesuaikan
dengan kondisi pasien :
a. Pasien sudah sadar = 1:2
b. Pasien sudah ke tahap persiapan pulang = 1:4
6. Beritahukan dokter anestesi bila skor pasien tidak mencapai
kriteria discharge sampai 2 jam
7. Semua kondisi pasien pasca operasi haru dikonfimsikan
kepada keluarga pasien
8. Berikan instruksi tertulis kepada pasien dan keluarga berupa
anjuran untuk tidak mengendarai kendaraan bermotor,
mengoperasikan mesin, konsumsi alkohol dan
menandatangani dokumen legal sampai 24 jam setelah
operasi
SKOR ALDRETTE PR POS
E T
 Aktivitas :
4
Ekstrimitas 2
2
Ekstrimitas 0
1
 Pernapasan
Dapat bernafas dalam dan batuk 2
Dyspnea, bernafas dangkal dan 1
ternatas
Apnea 0
 Sirkulasi
TD ± 20 mmHg dari nilai pra-anestesi 2
TD ± 20-50 mmHg dari nilai pra- 1
anestesi
TD ± 50 mmHg dari nilai pra-anestesi 0
 Kesadaran
Sadar Penuh 2
Bangun Bila dipanggil 1
Tidak ada respon 0
 Saturasi O2
≥ 92 % dengan udara kamar 2
≤ 90 dengan oksigen 1
≤ 90 % 0

Unit Terkait IBS

TRANSPORT PASIEN

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Tata cara transport pasien yang akan dan telah dioperasi oleh
perawat ruangan/ bangsal dan staf kamar operasi.

Tujuan Mengutamakan keselamatan pasien agar pelaksanaan operasi


bisa berhasil dengan baik.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro
Prosedur 1. Pasien diantarkan ke kamar operasi oleh perawat ruangan
rawat inap. Tergantung kondisi pasien, pasien dapat diantar
dengan membawa bed atau dengan kursi roda.
2. Dilakukan serah terima berita acara tindakan operasi antara
perawat ruangan dengan petugas kamar operasi, beserta
status pasien dan obat-obatan yang diperlukan.
3. Petugas kamar operasi memeriksa kembali
kelengkapan administrasi dan identitas pasien.
4. Setelah dinilai lengkap, pasien kemudian dipindahkan ke
brankar kamar operasi.
5. Lakukan pemindahan senyaman mungkin.
6. Setelah pasien diatas brankar, posisikan senyaman mungkin,
bed pasien dikeluarkan.
7. Pasien dibawa ke ruang persiapan
8. Ganti semua pakaian dengan pakaian kamar operasi,
lepaskan semua perhiasan, beri penutup kepala, lakukan
senyaman mungkin sesuai tata krama. Tenangkan pasien.
9. Setelah selesai, pasien ditransport ke ruang operasi,
pindahkan pasien ke meja operasi senyaman mungkin.
10. Posisikan senyaman mungkin.
11. Semua suportif diperiksa kelancarannya : IV line, urine
catheter, O2, pasang manset tekanan darah, pulse oxymetri,
nyalakan pulse oksimetri/ECG Monitor sesuai kebutuhan
masing- masing.

Unit Terkait 1. IBS


2. SMF Anestesi
3. Rawat Inap
4. IGD

ANESTESI UMUM

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE

DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Merupakan teknik anestesi dengan cara memberikan obat-obat
anestesi peroral, intra muskuler, pembuluh darah atau salura
napas untuk mencapai sedasi, analgesia, relaksasi dan
kesimbangan otonom.

Tujuan 1. Bagi Rumah Sakit agar terdapat prosedur penatalaksanaan


anestesi secara benar, sesuai tatacara yang telah digariskan.
2. Bagi pasien, agar pasien yang menjalani tindakan anestesi
bisa mendapatkan penjelasan dan pelayanan anesthesia
secara benar dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan teknik
tindakan medis
3. Bagi dokter anestesi, terdapat tatacara pengelolaan anestesi
umum

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan


Pelayanan di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur a. Persiapan Pasien


1. Pastikan identitas pasien.
2. Memastikan akses intra vena berfungsi dengan baik.
3. Memastikan kondisi fisik dan kelengkapan administrasi
terakhir
4. Pastikan monitor pasien sesuai dengan kebutuhan berfungsi
baik
5. Pastikan mesin dan perlengkapan anestesi berfungsi
dengan baik.
6. Sediakan obat-obat premedikasi, induksi dan pemeliharaan
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien.
7. Premedikasi sesuai kebutuhan.
8. Pastikan tersedia obat-obat emergensi.
b. Pelaksanaan :
1. Pasien masuk kamar operasi.
2. Dilakukan monitoring sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
pasien.
3. Diberikan obat-obat anestesi induksi dan pemeliharaan
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien.
4. Teknik pemberian obat pemeliharaan anestesi disesuaikan
dengan kondisi pasien dan jenis operasinya
c. Pengakhiran Anestesi
1. Diberikan obat analgesi dan pencegahan mual muntah
sesuai kebutuhan dan kondisi pasien.
2. Obat-obat pemeliharaan anestesi dihentikan setelah operasi
selesai.

Unit Terkait IBS

Rawat Inap

IGD

ICU

KUNJUNGAN PASCA ANESTESI DAN SEDASI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Kunjungan oleh dokter anestesi ke pasien yang telah dilakukan
tindakan anestesi dan sedasi.
Tujuan 1. Bagi Rumah Sakit agar terdapat prosedur penatalaksanaan
anestesi secara benar, sesuai tata cara yang telah digariskan.
2. Bagi pasien, agar pasien yang telah menjalani tindakan
anestesi dan sedasi bisa dievaluasi dan dimonitor serta
mendapatkan penangan kemungkinan adanya komplikasi
3. Bagi dokter anestesi, mendapat informasi kondisi pasien pasca
anestesi dan sedasi sehingga bisa dilakukan tindakan
penangan komplikasi anestesi dan sedasi.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


Di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Melakukan kunjungan ke ruang perawatan.


2. Menanyakan keluhan pasca anestesi dan sedasi, pemeriksaan
fisik pasien, dan pemeriksaan penunjang sesuai dengan
kondisi,
3. Melakukan penanganan komplikasi yang terjadi.

Unit Terkait 1. IBS


2. RAWAT INAP
3. ICU
4. SMF TERKAIT

PENATALAKSANAAN SEDASI SEDANG - DALAM

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Merupakan teknik anestesia dengan cara memberikan obat-obat
anestesi peroral, intra muskuler, pembuluh darah atau salura
napas untuk mencapai tingkat sedasi yang diinginkan. Perhatian
khusus pada anak-anak dan pasien usia lanjut. Pembagian tingkat
sedasi :

a. Sedasi Sedang : Kehilangan kesadaran yang diinduksi oleh


obat dimana pasien masih dapat berespon terhadap perintah
verbal atau stimulasi taktil ringan. Jalan napas dan fungsi kardio
vaskuler tetap terjaga dan ventilasi spontan.
b. Sedasi Dalam : Kehilangan kesadaran yang diinduksi oleh obat
dimana pasien masih tidak dapat berespon terhadap perintah
verbal, tetapi berespon terhadap stimulasi berulang atau
stimulasi nyeri. Kemampuan untuk mempertahankan fungsi
ventilasi spontan terganggu, pasien membutuhkan bantuan
untuk mempertahankan jalan napas namun fungsi kardi
vaskuler tetap terjaga

Tujuan 4. Bagi Rumah Sakit agar terdapat prosedur penatalaksanaan


sedasi secara benar, sesuai tatacara yang telah digariskan.
5. Bagi pasien, agar pasien yang menjalani tindakan sdedasi bisa
mendapatkan penjelasan dan pelayanan secara benar dan
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan medis.
6. Bagi dokter anestesi, terdapat tata cara pengelolaan sedasi.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan


Pelayanan di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur b. Persiapan Pasien


1. Pastikan identitas pasien, perhatian khusus pada pasien
anak-anak dan pasien usia lanjut.
2. Pastikan tersedia obat-obat emergensi.
3. Memastikan akses intra vena berfungsi dengan baik.
4. Memastikan kondisi fisik dan kelengkapan administrasi
terakhir.
5. Pastikan monitor pasien sesuai dengan kebutuhan dan
berfungsi baik.
6. Pastikan perlengkapan anestesi berfungsi dengan baik.
7. Sediakan obat-obat premedikasi, induksi dan pemeliharaan
sesuai dengan kebuhan dan kondisi pasien.
8. Premedikasi sesuai kebutuhan.
c. Pelaksanaan :
1. Pasien masuk ruang tindakan.
2. Dilakukan monitoring sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
pasien.
3. Diberikan obat-obat anestesi induksi dan pemeliharaan
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien.
4. Teknik pemberian obat pemeliharaan anestesi disesuaikan
dengan kondisi pasien dan jenis operasinya
d. Pengakhiran Anestesi
1. Diberikan obat analgesi dan pencegahan mual muntah
sesuai kebutuhan dan kondisi pasien.
2. Obat-obat pemeliharaan anestesi dihentikan setelah
operasi selesai.
e. Pemulihan Sedasi
1. Selesai tindakan pasien dinilai tingkat kesadaran dan
monitoring tanda vital tiap 5 menit selama 15 menit
pertama.
2. Selanjutnya penilaian dilakukan tiap 15 menit sampai
pasien benar-benar sadar.
3. Dilakukan serah terima pada saat pasien dipindahkan.

Unit Terkait 1. IBS 3. ICU,

2. Rawat Inap 4. SMF Terkait


ANASTESI REGIONAL

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Merupakan teknik anestesia dengan cara memberikan obat-obat
anestesi lokal dengan maupun tanpa obat – obat tambahan di
ruang subarachnoid, epidural atau saraf tepi.
Tujuan 1. Bagi Rumah Sakit agar terdapat prosedur
penatalaksanaan anestesi secara benar, sesuai tatacara
yang telah digariskan.
2. Bagi pasien, agar pasien yang menjalani tindakan
anestesi bisa mendapatkan penjelasan dan pelayanan
anesthesia secara benar dan sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan teknik tindakan medis
3. Bagi dokter anestesi, terdapat tatacara pengelolaan
anestesi regional

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan


Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A Yani
Metro

Prosedur f. Persiapan Pasien :


1. Pastikan identitas pasien.
2. Memastikan akses intra vena berfungsi dengan baik.
3. Memastikan kondisi fisik dan kelengkapan administrasi
terakhir.
4. Pastikan monitor pasien sesuai dengan kebutuhan
berfungsi baik.
5. Pastikan mesin dan perlengkapan anestesi berfungsi
dengan baik
6. Sediakan obat-obat premedikasi, induksi dan pemeliharaan
sesuai dengan kebuhan dan kondisi pasien.
7. Premedikasi sesuai kebutuhan.
8. Pastikan tersedia obat-obat emergensi.
g. Pelaksanaan :
5. Pasien masuk kamar operasi.
6. Dilakukan monitoring sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
pasien.
7. Berdoa sebelum tindakan dilakukan
8. Atur posisi pasien yaitu duduk
9. Desinfeksi daerah lumbal 3, 4, 5 sampai SIAS
10. Pasang sprei dibawah bekas desinfeksi
11. Identifikasi inter space lumbal 3, 4, 5
12. Menentukan daerah penyuntikan diantara lumbal tersebut
13. Melakukan penyuntikan dengan jarum spinal sampai cairan
cerebrospinal keluar
14. Memasukan obat regional anestesi
15. Menutup daerah penyuntikan dengan hansaplast
16. Posisikan pasien berbaring kembali
17. Cek ketinggian vlok spinal
18. Monitor tanda – tanda vital setelah spinal.

h. Perubahan Teknik Anestesi :


Apabila terjadi kegagalan teknik anestesi regional akan
dilanjutkan dengan teknik anestesi umum.

i. Pengakhiran Anestesi :
3. Diberikan obat analgesi dan pencegahan mual muntah
sesuai kebutuhan dan kondisi pasien.
4. Obat-obat pemeliharaan anestesi dihentikan setelah
operasi selesai.

Unit Terkait IBS

SMF Anestesi

Rawat Inap

ICU
PELAYANAN ANESTESI PADA OPERASI CITO

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Pelayanan anestesi pada pasien gawat darurat tanpa penjadwalan
sebelumnya
Tujuan 1. Mempertahankan kondisi dan keselamatan pasien selama
tindakan operasi atau tindakan lain yang menyebabkan pasien
memerlukan anestesi umum, regional dan blok perifer.
2. Membantu menciptakan kondisi yang optimal untuk prosedur
yang akan dijalani
3. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian selama
layanan anestesi.
4. Peningkatan kualitas layanan anestesi

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


Di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur Masa Pra Anastesi / Pembedahan

1. Evaluasi pra anastesi / pra bedah dikerjakan segera


sebelum tindakan anastesi / pembedahan
2. Terapi atau pemerikaaan yang diperlukan dapat
dilaksanakan , hendaknya diberikan waktu yang cukup
untuk evaluasi tersebut. Jika evaluasi dini tidak dapat
dilakukan, penilaian dilakukan sebelum memulai anastesi
dan pembedahan
3. Evaluasi pra anestesi mencakup :
a. Identifikasi pasien
b. Pemahaman prosedur bedah / medik yang akan
dilaksanakan
c. Riwayat medis, pemeriksaan klinis rutin dari pasien
dan pemeriksaan khusus yang sangat diperlukan
oleh pasien
d. Konsultasi dengan dokter spesialis lain bila
diperlukan
e. Memberikan penjelasan tentang tindakan anestesi
dan memastikan informed consent
f. Pengaturan dan pemerikasaan lain yang diperlukan
untuk mencapai kondisi pasien yang optimal
misalnya terapi cairan, transfusi, terapi napas dll
4. Perawatan pra anestesi dimulai saat pasien dikonsulkan
dan berakhir saat pasien dipindahkan ke meja operasi
5. Dalam menerima pasien yang menjalani tindakan anestesi,
penata anestesi wajib memeriksa kembali data dan
persiapan anestesi, diantaranya :
a. Memeriksa Identitas pasien dan keadaan umum
pasien
b. Kelengkapan status / rekam medik pasien
c. Surat persetujuan operasi dari pasien / keluarga
d. Data laboratorium, rontgen, EKG dan lain lain
e. Gigi palsu, lensa kontak, perhiasan, cat kuku, lipstik
dan lain lain
6. Penata anestesi juga bertugas memberikan pre medikasi
berdasarkan instruksi dari dokter anestesi

MASA ANESTESI / PEMBEDAHAN

1. Tindakan anestesi dikerjakan dalam kerja sama tim.


Seorang Dokter spesialis anestesi dan atau Peserta PPDS
I Anestesi didampingi penata anestesi.
2. Keamanan pasien selama anestesi dan pembedahan
memerlukan fungsi
monitor tanda vital yang terus menerus / berkala yang dicatat
dengan baik pada rekam medik, minimal tiap 5 menit sekali

3. Tindakan pembedahan dapat diubah jika kondisi pasien


mengarah pada keadaan yang membahayakan jiwa
dengan dikoordinasikan dengan operator
4. Sarana pengaturan dosis obat anestesi dan obat darurat
digunakan harus digunakan secara optimal
5. Perawatan anestesi dimulai sejak pasien berada diatas
meja operasi sampai dengan pasien dipindahkan ke ruang
pulih sadar
6. Sebelum dilakukan tindakan anestesi dilakukan kembali
pemeriksaan nama pasien, data, diagnosa dan rencana
operasi
7. Mengenalkan pasien kepada dokter anestesi, dokter
bedah, asisten dan perawat instrument
8. Memasang alat pemantau (antara lain tensimeter, EKG dan
alat lainnya sesuai dengan kebutuhan)
9. Mengatur posisi pasien bersama–sama perawat bedah
sesuai dengan posisi yang dibutuhkan untuk tindakan
pembedahan
10. Selama tindakan anestesi penata anestesi wajib mencatat
semua tindakan anestesi, berespons dan
mendokumentasikan semua perubahan fungsi vital tubuh
pasien selama anestesi / pembedahan. Pemantauan
meliputi system pernapasan, sirkulasi, suhu, keseimbangan
cairan, perdarahan, produksi urine dan lain lain
11. Penata anestesi berespons dan melaporkan pada dokter
anestesi bila terdapat tanda tanda kegawatan fungsi vital
tubuh pasien agar dapat dilakukan tindakan segera
12. Dokter anestesi melaporkan kepada dokter operator jika
terjadi perubahan fungsi vital tubuh pasien dan tindakan
yang diberikan selama anestesi
13. Penata anestesi mengatur dosis obat anestesi atas
pelimpahan wewenang dokter anestesi
14. Jika terjadi kegawatan pada pasien, maka dokter anestesi
bersama tim dapat menanggulangi keadaan gawat darurat
15. Pada masa pengakhiran anestesi dilakukan pemantauan
tanda tanda vital secara intensif, menjaga jalan nafas
supaya tetap bebas, menyiapkan alat alat dan obat obatan
untuk mengakhiri anestesi dan atau ekstubasi

PENGKAJIAN PASCA ANESTESI / PEMBEDAHAN

1. Setelah pengakhiran anestesi, pasien dikirim ke kamar


pulih sadar untuk pemantauan fungsi vital tubuh oleh
perawat terlatih
2. Bila diannggap perlu pasien dapat langsung dikirim ke
ruang rawat khusus (misalnya : ICU)
3. Memberikan bantuan oksigenasi, ventilasi dan sirkulasi
tetap diberikan
4. Pemeberian analgesi dan sedative disesuaikan dengan
kondisi pasien
5. Keputusan untuk memindahkan pasien dari kamar pulih
sadar dibuat oleh dokter anestesi dengan PENILAIAN
SCORE ALDRETTE DAN BROMAGE

Unit Terkait 1. IBS


2. IGD
3. RAWAT INAP
4. ICU
5. SMF TERKAIT

PELAYANAN ANESTESI PADA OPERASI ELEKTIF

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Pelayanan anestesi pada pasien yang direncanakan minimal 1
(satu) hari sebelum operasi
Tujuan 5. Mempertahankan kondisi dan keselamatan pasien selama
tindakan operasi atau tindakan lain yang menyebabkan pasien
memerlukan anestesi umum, regional dan blok perifer.
6. Membantu menciptakan kondisi yang optimal untuk prosedur
yang akan dijalani
7. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian selama
layanan anestesi.
8. Peningkatan kualitas layanan anestesi

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


Di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur Masa Pra Anestesi / Pembedahan

7. Evaluasi pra anastesi / pra bedah dikerjakan dalam periode


24 jam sebelum tindakan anastesi / pembedahan
8. Terapi atau pemerikaaan yang diperlukan dapat
dilaksanakan , hendaknya diberikan waktu yang cukup
untuk evaluasi tersebut.
9. Evaluasi pra anastesi mencakup :
g. Identifikasi pasien
h. Pemahaman prosedur bedah / medik yang akan
dilaksanakan
i. Riwayat medis , pemeriksaan klinis rutin dari pasien
dan pemeriksaan khusus
j. Konsultasi dengan dokter spesialis lain bila
diperlukan
k. Memberikan penjelasan tentang tindakan anestesi
dan memastikan informed consent
l. Penganturan dan pemerikasaan lain yang
diperlukan untuk mencapai kondisi pasien yang
optimal misalnya terapi cairan, transfusi, terapi
napas dll
10. Perawatan pra anestesi dimulai saat pasien berada di
ruang perawatan, atau dapat juga dimulai pada saat pasien
diserahterimakan di ruang operasi dan berakhir saat pasien
dipindahkan ke meja operasi
11. Dalam menerima pasien yang menjalani tindakan
anestesi, perawat anestesi wajib memeriksa kembali data
dan persiapan anestesi, diantaranya :
f. Memeriksa identitas pasien dan keadaan umum
pasien
g. Kelengkapan status / rekam medik pasien
h. Surat persetujuan tindakan anestesi dari pasien /
keluarga
i. Data laboratorium, rontgent, EKG dan lain lain
sesuai kebutuhan
j. Gigi palsu, lensa kontak, perhiasan , cat kuku, lipstik
dan lain lain
12. Perawat anestesi juga bertugas memberikan pre medikasi
berdasarkan instruksi dari dokter anestesi

MASA ANESTESI / PEMBEDAHAN

16. Tindakan anestesi harus dikerjakan dalam kerja sama tim.


Seorang Dokter Spesialis Anestesi didampingi penata
anestesi. Keamanan pasien selama anestesi dan
pembedahan memerlukan pemantauan fungsi vital yang
terus menerus / berkala yang dicatat dengan baik pada
rekam medik, minimal tiap 5 menit sekali
17. Tindakan pembedahan dapat diubah jika kondisi pasien
mengarah pada keadaan yang membahayakan jiwa
dengan dikoordinasikan dengan operator
18. Sarana pengaturan dosis obat anestesi dan obat darurat
digunakan harus digunakan secara optimall
19. Perawatan anestesi dimulai sejak pasien berada diatas
meja operasi sampai dengan pasien dipindahkan ke ruang
pulih sadar
20. Sebelum dilakukan tindakan anestesi dilakukan kembali
pemerisaan nama pasien, data , diagnose dan rencana
operasi
21. Mengenalkan pasien kepada dokter anestesi, dokter
bedah, asisten dan perawat instrument
22. Memasang alat pemantau (antara lain tensimeter, EKG dan
alat lainnya sesuai dengan kebutuhan)
23. Mengatur posisi pasien bersama–sama perawat bedah
sesuai dengan posisi yang dibutuhkan untuk tindakan
pembedahan
24. Selama tindakan anestesi penata anestesi wajib mencatat
semua tindakan anestesi, berespons dan
mendokumentasikan semua perubahan fungsi vital tubuh
pasien selama anestesi / pembedahan. Pemantauan
meliputi sistem pernapasan, sirkulasi, suhu, keseimbangan
cairan, perdarahan, produksi urine dan lain lain
25. Penata anestesi berespons dan melaporkan pada dokter
anestesi bila terdapat tanda tanda kegawatan fungsi vital
tubuh pasien agar dapat dilakukan tindakan segera
26. Dokter anestesi melaporkan kepada dokter operator jika
terjadi perubahan fungsi vital tubuh pasien dan tindakan
yang diberikan selama anestesi
27. Penata anestesi mengatur dosis obat anestesi atas
pelimpahan wewenang dokter anestesi
28. Jika terjadi kegawatan pada pasien, maka dokter anestesi
bersama tim dapat menanggulangi keadaan gawat darurat
29. Pada masa pengakhiran anestesi dilakukan pemantauan
tanda tanda vital, menjaga jalan nafas supaya tetap bebas,
menyiapkan alat alat dan obat obatan untuk mengakhiri
anestesi dan atau ekstubasi

PENGKAJIAN PASCA ANESTESI / PEMBEDAHAN

6. Setelah pengakhiran anestesi , pasien dikirim ke kamar


pulih sadar untuk pemantauan fungsi vital tubuh oleh
penata anestesi
7. Bila dianggap perlu pasien dapat langsung dipindah ke
ruang rawat khusus ( misalnya : ICU /HCU)
8. Memberikan bantuan oksigenasi, ventilasi dan sirkulasi
tetap diberikan
9. Pemberian analgesi dan sedative disesuaikan dengan
kondisi pasien
10. Keputusan untuk memindahkan pasien dari kamar
pulih sadar dibuat oleh dokter anestesi dengan
PENILAIAN SCORE ALDRETTE, BROMAGE DAN
STEWARD.

Unit Terkait 6. IBS


7. IGD
8. Rawat Inap
9. ICU
10. SMF Terkait

PEMANTAUAN INDIKATOR MEDIS ANESTESI

( Termasuk Sedasi Sedang dan Sedasi Dalam )

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


BLUDRSUD A 1 DARI 3
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Suatu alat ukur objektif yang digunakan sebagai panduan untuk
evaluasi tatalaksana dan outcome pelayanan pasien Anestesi dan
sedasi di RSUD Jend. A. Yani Kota Metro

Tujuan 1. Meningkatkan perbaikan terhadap mutu pelayanan yang


berkesinambungan
2. Mengurangi morbiditas dan mortalitas
3. Meningkatkan pelayanan yang efisien dan efektif
4. Memberikan alat ukur yang objektif dan kuantitatif terhadap
aplikasi pelayanan klinis serta cost effectiveness dari
pelayanan kesehatan.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan


Pelayanan di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Dokter Anestesi akan menilai indikator medis sesuai unit kerja
lokasi penilaian indikator terkait.
2. Pencatatan data indikator medis dilakukan ditempat sesuai
lokasi unit kerja dalam form pencatatan terpisah.
3. Dokter Anestesi yang telah ditunjuk akan mengumpulkan data
indikator pelayanan medis yang sudah ditentukan setiap bulan.
4. Data indikator pelayanan didapat dari hasil pencatatan
pelayanan Anestesi dan sedasi serta unit terkait, dengan menilai
persentase dari jumlah pasien yang dilakukan tindakan anestesi
dalam satu bulan.
5. Indikator medis Anestesi dan sedasi yang dinilai adalah:
a. Kesulitan atau kegagalan intubasi
b. Komplikasi Pemasangan Central Vein Catheter (CVC)
c. Kelengkapan Informed Consent sebelum masuk ruang
operasi
d. VAS > 4 dalam 30 menit setelah sadar di RR
e. Pasien pasca bedah di ruang pulih yang mengalami
masalah jalan nafas dan membutuhkan bantuan jalan nafas
di RR
f. Rawat ICU tak terencana pasien pasca bedah
6. Setelah seluruh data indikator medis terkumpul setiap
bulannya maka dilakukan presentasi oleh Dokter Anestesi
7. Secara periodik (3 bulan) standar indikator medis akan
dinilai ulang oleh dokter Anestesi sesuai evaluasi di
lapangan dan dapat dilakukan perubahan dari standar
tersebut
8. Setiap perubahan dari standar tersebut akan disosialisasikan
kepada seluruh dokter Anestesi

Unit Terkait 11. IBS


12. IGD
13. Rawat Inap
14. ICU
15. SMF TERKAIT

PENILAIAN PRA-ANESTESI DAN SEDASI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Penilaian pra anestesi dan sedasi adalah penilaian pasien sehari
sebelum operasi (pada pasien elektif) atau segera sebelum
operasi (pada pasien cito) meliputi status ASA pasien.

Tujuan 1. Menentukan kondisi medis pasien termasuk status fisik ASA


sebelum dilakukan tindakan anestesia dan sedasi
2. Merencanakan pengelolaan anestesia dan sedasi sesuai
dengan kondisi pasien dan rencana pembedahan.
3. Mempersiapkan pasien dalam kondisi optimal pada saat
menjalani tindakan anestesia, sedasi, ataupun
pembedahan.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


Di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Setiap pasien yang akan menjalani anestesia dan sedasi harus
dilakukan penilaian praanestesi
2. Penilaian praanestesia dan sedasu dilakukan oleh dokter
spesialis anestesia setelah menerima konsultasi atau jadwal
tindakan yang membutuhkan anestesia dan sedasi
3. Pasien atau keluarga pasien sebelumnya diminta untuk
mempelajari dan mengisi formulir praanestesia dengan dibantu
oleh perawat, yang berisi antara lain:
a. Identitas pasien
b. Riwayat kebiasaan, obat-obatan yang sedang dikonsumsi,
riwayat
alergi, keluarga, penyakit pasien, operasi dan riwayat anestesia
sebelumnya

4. Dokter anestesia mempelajari rekam medis dan formulir


praanestesia dan sedasi yang telah diisi oleh pasien atau
keluarga serta hasil konsultasi yang tersedia terkait dengan
resiko penyulit dan rencana tindakan anestesia dan sedasi yang
akan dilakukan
5. Dokter anestesia melakukan penilaian praanestesi dan sedasi
berdasarkan formulir praanestesi dan sedasi, antara lain
anamnesis tentang kondisi umum dan riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, serta klasifikasi
ASA yang didokumentasikan dalam formulir penilaian
praanestesia dan sedasi
6. Dengan memperhatikan hasil penilaian praanestesi dan sedasi
dan jenis operasi atau prosedur yang akan dijalani, dokter
anestesi memberikan penjelasan mengenai rencana tindakan
anestesi dan sedasi yang akan diberikan dan alternatifnya,
risiko dan faktor penyulit anestesi dan sedasi, kemungkinan
efek samping intra maupun pascaanestesia dan sedasi.
Penjelasan ini didokumentasikan dalam formulir informed
consent anestesia dan sedasi.
7. Instruksi puasa, pemberian premedikasi, maupun persiapan
khusus lain seperti persiapan darah untuk transfusi,
pemeriksaan atau konsultasi tambahan yang diperlukan, serta
perawatan ICU paska operasi dijelaskan kepada pasien atau
keluarga pasien, dan didokumentasikan dalam formulir
penilaian praanestesia.
8. Untuk tindakan terencana, penilaian dilakukan di poliklinik
anestesia, ruang rawat, atau ruang lain bila dibutuhkan.
9. Untuk tindakan cito/emergensi, penilaian dapat dilakukan dari
ruangan tempat pasien tersebut berada ataupun dilakukan di
ruang penerimaan pasien di kamar operasi
10. Apabila ada perubahan kondisi pasien sejak dilakukan penilaian
sampai sebelum dilakukan tindakan anestesi dan sedasi (misal:
kesadaran, gangguan kardiorespirasi, perdarahan), bila perlu
akan dikomunikasikan kembali antara dokter anestesia, dokter
operator, serta pasien dan keluarga mengenai kelayakan pasien
untuk tetap menjalani tindakan anestesia atau dilakukan
optimalisasi terlebih dahulu.
11. Semua penilaian praanestesia dan sedasi didokumentasikan
dalam rekam medis pasien.
Unit Terkait 1. IGD
2. IBS
3. IRNA
4. ICU
5. SMF Terkait

PENILAIAN PRA INDUKSI ANESTESI DAN SEDASI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE

DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Penilaian pra Induksi anestesi dan sedasi adalah penilaian di
ruang operasi sebelum pasien diberikan obat-obat induksi anestesi
dan sedasi.

Tujuan 9. Untuk meyakinkan bahwa pasien dalam keadaan hemodinamik


stabil sebelum dilakukan induksi anestesi.
10. Untuk mengantisipasi dampak dari tindakan induksi

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


Di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Penilaian prainduksi dilakukan sesaat sebelum induksi.


2. Sebelum melakukan penilaian prainduksi, bersamaan dengan
proses sign in dokter spesialis anestesi atau perawat anestesi
meninjau kembali data-data yang dianggap penting, seperti
identitas pasien, rencana anestesi dan sedasi, serta rencana
operasi
3. Dilakukan penilaian tanda vital prainduksi dan sedasi, seperti:
a. Tingkat kesadaran pasien
b. Tekanan darah
c. Frekuensi nadi
d. Frekuensi pernafasan
e. Saturasi Oksigen
4. Hasil penilaian prainduksi anestesi dan sedasi menjadi dasar
bagi pengelolaan anestesi selanjutnya termasuk proses
induksi anestesi dan sedasi.
5. Dilakukan proses dokumentasi terhadap seluruh proses
penilaian prainduksi di dalam status anestesi

Unit Terkait IBS, ICU, RAWAT INAP


MELEPAS DAN MENGHITUNG

LINEN SELESAI OPERASI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


BLUDRSUD A 1 DARI 3
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Adalah suatu langkah – langkah prosedur melepas & menghitung
linen setelah selesai operasi.

Tujuan Sebagai acuan dalam melepas linen dan menghitung linen setelah
operasi selesai.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan


Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A Yani
Metro

Prosedur 1. Lepas duk klem dari duk ( linen ) yang masih menutup pasien
saat setelah luka operasi tertutup kasa steril.
2. Perhatikan alat – alat atau instrument lain, bila masih ada
pindahkan pada tempatnya.
3. Lepas duk ( linen ) setelah satu per satu perhatikan bahwa
sudah tidak alat & instrument.
4. Gulung linen kotor dengan cara :
a. Mulai dari daerah yang kotor ( daerah yang dekat dengan
luka operasi ) ke daerah bersih ( daerah yang jauh dari
luka operasi ).
b. Lipat gulungan linen kotor sehingga noda darah berada di
dalam gulungan dan lipatan.
5. Masukkan linen yang telah dilipat kedalam kantong linen kotor
yang telah disediakan dan hitung.
6. Isi chek list linen yang telah disediakan bubuhkan tanda
tangan dan nama terang.
7. Ikat kantong linen kotor dengan kuat dan jangan dibuka lagi
sampai di tempat penghitungan di Instalasi Laundry.
8. Ikat chek list yang sudah lengkap dengan benang dan kantong
linen kotor.
9. Kirim segera kantong berisi linen kotor lengkap dengan chek
list ke ruang penampungan sementara
Perhatian :

Jangan sekali – kali membuang linen kotor yang bernoda


darah ke lantai atau bukan pada tempatnya.

Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral

FORMULIR PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE

DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Untuk memberi informasi dan edukasi pasien mengenai kondisi
klinis dan rencana perawatan yang sudah direncanakan.

Tujuan 1. Memastikan bahwa semua pasien telah mendapatkan


persetujuan tindakan baik tindakan pembedahan/ prosedur
invasif ataupun tindakan anestesi dan sedasi sesuai kebijakan.
2. Memastikan semua DPJP memberikan informasi dan
mendapatkan persetujuan tindakan baik tindakan pembedahan/
prosedur invasif ataupun tindakan anestesia dan sedasi sesuai
kebijakan.
3. Mencegah kemungkinan tuntutan (legalitas)

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


Di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Sebelum dilakukan tindakan di poli/ruang rawat/kamar operasi


maka harus dilakukan pemberian informasi dan edukasi oleh
DPJP bedah kepada pasien, keluarga yang bertanggungjawab
secara langsung terhadap pasien kemudian diikuti dengan
persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan. DPJP bedah
mengisi formulir persetujuan tindakan kedokteran khusus
untuk pembedahan di poliklinik bedah, ruang rawat inap dan
ruangan lain sesuai kebutuhan.
2. Dokter Anestesi mengisi formulir persetujuan tindakan
kedokteran khusus untuk tindakan anestesi di poliklinik,
kamar operasi, ruang rawat inap dan ruangan lain sesuai
kebutuhan.
3. DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan)
memperkenalkan diri
4. Sesuai dengan baris pertama harus dijelaskan siapa dokter
penanggung jawab
5. Sesuai dengan baris kedua harus dituliskan siapa pemberi
informasi, antara lain : dokter yang merawat pasien, dokter
yang akan melakukan tindakan kedokteran
6. Sesuai dengan baris ketiga harus dituliskan siapa penerima
informasi, antara lain: pasien yang kompeten, atau keluarga
terdekat pasien ( sesuai dengan SPO Pemberi Informasi dan
Penerima Persetujuan). Tahap berikutnya, pemberi informasi
harus memberikan penjelasan sesuai komponen yang
terdapat pada kolom jenis informasi dan menuliskan
penjelasan yang diberikan pada kolom isi informasi serta
menandai dengan tanda “V” pada kolom tandai, yang terdiri
dari:
a. Diagnosis berisi Working Diagnosis (WD) & Differential
Diagnosis (DD), yaitu diagnosis dan kemungkinan
diagnosis lain pasien berdasarkan ICD 10.
b. Dasar diagnosis dijelaskan dasar penegakan diagnosis
pasien berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
Tindakan kedokteran dijelaskan untuk tujuan
diagnostik atau terapeutik yang terdiri dari :

1) Tindakan kedokteran baik pembedahan atau


prosedur invasif berdasarkan ICD 9
2) Tindakan anestesi dan sedasi yang akan dilakukan
terhadap pasien
c. Indikasi tindakan dijelaskan alasan dilakukan tindakan
tersebut
d. Tata cara dijelaskan secara singkat prosedur, tahapan
yang dianggap penting yang akan dilakukan.
e. Tujuan dijelaskan manfaat dari rencana tindakan atau
pengobatan
f. Risiko berisi tentang risiko yang serius dan sering terjadi
akibat tindakan tersebut
g. Komplikasi berisi kondisi yang mungkin terjadi sebagai
akibat dari dilakukannya tindakan tersebut
h. Prognosis berisi konsekwensi bila dilakukan tindakan
tersebut meliputi: Prognosis hidup/mati pasien, prognosis
fungsi dan prognosis kesembuhan
i. Alternatif berisi pilihan pengobatan atau penatalaksanaan
terhadap kondisi pasien, dijelaskan juga kemungkinan
perluasan tindakan, kemungkinan dilakukan konsultasi
selama tindakan , kemungkinan transfusi dan komplikasi
akibat pemberian transfusi.
7. Beri kesempatan bagi pasien maupun yang bertanggung
jawab terhadap pasien untuk bertanya secara langsung
terhadap dokter yang memberi penjelasan.
8. Setelah DPJP bedah menerangkan hal-hal di atas secara
benar dan jelas dan memberikan kesempatan untuk
bertanya dan/atau berdiskusi dan pasien mengerti, DPJP
bedah menandatangani pada kolom bukti penjelasan
kepada pasien
9. Setelah pasien menerima informasi dan telah memahaminya,
kemudian pasien atau yang bertanggung jawab terhadap
pasien menandatangani pada kolom bukti penerimaan informasi
10. Pada kolom persetujuan tindakan kedokteran, pasien
diharuskan membaca tiga paragraf terakhir di dalam informed
consent sebelum menandatangani persetujuan tindakan
kedokteran.
11. Jika pasien atau yang bertanggung jawab terhadap pasien tidak
mengerti dengan penjelasan dokter tentang pilihan tindakan
penatalaksanaan, maka dokter wajib menjelaskan ulang sampai
mengerti.
12. Jika tercapai pengertian dari pasien maupun yang bertanggung
jawab secara penuh terhadap pasien, maka dilakukan pengisian
dan penandatanganan formulir persetujuan tindakan kedokteran
oleh pasien/penanggung jawab pasien, dokter dan saksi.
13. DPJP bedah mencantumkan tanggal dan waktu pemberian
informasi.
14. Formulir yang sudah diiisi dan ditandatangani disimpan dalam
berkas rekam medik pasien
15. Jika pasien tidak menyetujui tindakan medis yang akan
dijalankan,maka pasien menandatangani lembar penolakan
tindakan medis.

Unit Terkait 1. IBS


2. IGD
3. Ruang Rawat
4. ICU
5. Ruang Bersalin
6. SMF Terkait

INFORMED CONSENT ANESTESI


NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :
A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Suatu proses mendapatkan persetujuan pasien atas tindakan
medis yang akan dijalani, setelah memberikan penjelasan yang
dimengerti sepenuhnya oleh pasien.

Tujuan 1. Untuk tertib laksana anestesi.


2. Memberikan pasien hak untuk memahami tindakan yang akan
dijalani beserta kemungkinan komplikasi dan tatalaksananya
3. Memberikan pasien kesadaran bahwa semua yang berlaku di
atas dirinya bukan semata-mata tanggung jawab petugas
kesehatan melainkan juga merupakan tanggung jawab pribadi
sendiri, sehingga memungkinkan pasien mengambil keputusan
untuk menerima atau menolak tindakan.
4. Mencegah kejadian yang tidak diinginkan yang berasal dari
ketidakadekuatan komunikasi antara dokter dengan pasien.
5. Mencegah tuntutan hukum jika terjadi komplikasi tindakan
medis.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


Di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Dokter Anestesi menjelaskan kepada pasien tentang penyakit,


kondisi klinis, rencana tindakan medis, rencana teknik anestesi
beserta obat yang akan digunakan.
2. Penjelasan harus mencakup risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, prognosis dan rencana tatalaksananya.
3. Penjelasan juga mencakup rencana perawatan pasca
pembedahan
4. Penjelasan dilakukan menggunakan bahasa yang dipahami
oleh pasien, sesuai tingkat pendidikan serta ras/ etnisnya
5. Bilamana perlu dapat digunakan alat peraga/ gambar untuk
memudahkan penjelasan
6. Selama prosedur penjelasan, pasien mempunyai hak untuk
bertanya.
7. Setelah penjelasan diberikan, pasien diminta mengulang apa
yang telah dimengerti. Jika ada bagian penting yang tidak
dimengerti oleh pasien atau disalahmengertikan, dokter harus
mengulangi lagi penjelasannya hingga pasien mengerti.
8. Semua penjelasan lisan dokter harus juga tercatat dalam
bentuk tertulis.
9. Apabila penjelasan menyangkut hal-hal khusus dan tidak
tercakup di dalam lembar Persetujuan Tindakan Anestesi, dapat
dicatat di dalam lembar tersendiri
10. Setelah menerima penjelasan dan mengerti, pasien berhak
menyetujui atau menolak tindakan anestesi yang akan
dilakukan.
11. Jika pasien menyetujui dilakukan tindakan anestesi yang
disebut, maka pasien akan memilih pernyataan “setuju” dan
menandatangani lembar Persetujuan Tindakan Anestesi .
12. Jika pasien tidak menyetujui tindakan anestesi yang akan
dijalani,maka pasien akan memilih pernyataan “tidak setuju” dan
menandatangani lembar persetujuan tersebut.
13. Persetujuan atau penolakan tindakan anestesi ditandatangani
oleh pasien atau keluarga yang bertanggungjawab, saksi, dan
dokter yang memberikan penjelasan di atas.
14. Surat Persetujuan / penilakan tindakan anestesi harus memuat
identitas dan alamat pasien serta identitas dan alamat keluarga
yang bertanggungjawab.
15. Penjelasan tertulis serta lembar pernyataan setuju/ tidak setuju
persetujuan.

Unit Terkait 1. IBS 2. Rawat Inap


3. IGD 4. ICU
PEMBERIAN INFORMASI DAN PERSETUJUAN TINDAKAN
MEDIS KEDOKTERAN

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :

BLUDRSUD A 1 DARI 3
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Suatu proses mendapatkan persetujuan pasien atas tindakan
medis yang akan dijalani, setelah memberikan penjelasan yang
dimengerti sepenuhnya oleh pasien.

Tujuan 1. Memberikan pasien hak untuk memahami tindakan yang akan


dijalani beserta kemungkinan komplikasi dan tatalaksananya.
2. Memastikan pasien telah menyetujui dan menandatangani surat
persetujuan tindakan medis
3. Mencegah tuntutan hukum jika terjadi komplikasi tindakan
medis.
4. Mencegah kejadian yang tidak diinginkan yang berasal dari
ketidakadekuatan komunikasi antara dokter dengan pasien.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan


Pelayanan di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. DPJP memperkenalkan diri kemudian menjelaskan


kepada pasien tentang penyakit, kondisi klinis, rencana
tindakan medis, rencana teknik pembedahan serta alat
yang digunakan
2. Penjelasan harus mencakup risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, prognosis, alternatif tindakan dan
rencana tatalaksananya.
3. Penjelasan juga mencakup rencana perawatan pascabedah.
4. Penjelasan dilakukan menggunakan bahasa yang dipahami
oleh pasien, sesuai tingkat pendidikan serta ras/ etnisitasnya.
Bilamana perlu dapat digunakan alat peraga/ gambar untuk
memudahkan penjelasan
5. Selama prosedur penjelasan, pasien mempunyai hak untuk
bertanya.
6. Setelah penjelasan diberikan, pasien diminta mengulang apa
yang telah dimengerti. Jika ada bagian penting yang tidak
dimengerti oleh pasien atau disalahmengertikan, dokter harus
mengulangi lagi penjelasannya hingga pasien mengerti.
7. Apabila penjelasan menyangkut hal-hal khusus dan tidak
tercakup di dalam lembar persetujuan tindakan medis, dapat
dicatat di dalam lembar tersendiri.
8. Setelah menerima penjelasan dan mengerti, pasien berhak
menyetujui atau menolak tindakan medis yang akan dilakukan.
9. Jika pasien menyetujui dilakukan tindakan medis yang disebut,
maka pasien akan menandatangani lembar Persetujuan
Tindakan Medis dan diberitahukan kapan akan dilakukan
Tindakan Medis tersebut.
10. Jika pasien tidak menyetujui tindakan medis yang akan
dijalani,maka pasien akan menandatangani lembar Penolakan
Tindakan Medis.
11. Persetujuan atau penolakan tindakan medis ditandatangani
oleh pasien atau keluarga yang bertanggungjawab, saksi, dan
dokter yang memberikan penjelasan di atas.
12. Persetujuan/ penolakan tindakan medis harus memuat
identitas, alamat dan nomor telepon pasien serta identitas dan
alamat keluarga yang bertanggungjawab.
13. Penjelasan tertulis serta lembar persetujuan atau lembar
penolakan tindakan medis dijadikan satu dan dimasukkan
bersama dokumen lain dalam rekam medis pasien.

Unit Terkait 1. IGD


2. RAWAT INAP
3. ICU
4. POLIKLINIK
5. SMF Terkait
PERENCANAAN ANESTESI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Suatu proses pemilihan dan perencanaan tata laksana anestesi
dan sedasi yang akan diberikan kepada pasien sesuai dengan
indikasi atau kebutuhan pasien.

Tujuan 5. Untuk mempersiapkan pasien secara optimal berdasarkan


temuan dari kunjungan pra-anestesia dan sedasi
6. Dapat memberikan alternatif pilihan kepada pasien terkait teknik
anestesia dan sedasi
7. Untuk mencegah komplikasi terkait pemilihan tekhnik Anestesi
dan sedasi
8. Untuk terselenggaranya prosedur anestesia yang
mengutamakan keselamatan (patient’s safety) dan kenyamanan
pasien.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan


Pelayanan di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 16. Dokter Anestesi meninjau ulang temuan dari Kunjungan


pra-anestesia dan sedasi, meliputi:
a. Status fisiologis
b. Penyakit penyerta
c. Riwayat operasi sebelumnya
d. Rencana operasi
e. Riwayat Alergi obat
f. Riwayat Anestesi sebelumnya
g. Kondisi psikologis
h. Pemeriksaan penunjang yang terkait
i. Hasil konsultasi terkait
j. Klasifikasi ASA
17. Dalam proses perencanaan dan pemilihan teknik
anestesi, Dokter Anestesi harus mempertimbangkan :
a. Indikasi
b. Kontra indikasi
c. Risiko dan manfaat
d. Skill dan pengalaman dokter Anestesi
e. Clinical Privilege yang dimiliki dokter Anestesi
18. Setiap perencanaan tindakan anestesi harus merujuk pada
Pedoman Pelayanan Medik
19. Bila ada tindakan yang belum terakomodir pada Pedoman
Pelayanan Medik, tindakan dilakukan setelah melalui konsultasi
20. Dokter Anestesi merencanakan tindakan anestesi dan
sedasi beserta alternatifnya yang akan dilakukan.
21. Dokter Anestesi menjelaskan mengenai rencana tindakan
anestesi dan sedasi beserta alternatifnya kepada pasien dan
keluarga.
22. Dokter Anestesi melakukan perencanaan anestesi yang
mencakup:
a. Teknik Anestesia dan Sedasi Sedang dan Dalam
b. Teknik khusus
c. Pemantauan anestesi
d. Kebutuhan alat khusus
e. Perawatan pasca anestesia, termasuk tatalaksana nyeri
dan kebutuhan ruang rawat khusus
f. Persiapan anestesi termasuk pre medikasi
g. Hal lainnya yang dibutuhkan
23. Seluruh aktivitas perencanaan harus dicatat dalam Formulir
Pra Anestesi dan Status Anestesi kemudian dimasukan ke
dalam rekam medis pasien.

Unit Terkait 1. IBS


2. Rawat Inap
3. Poliklinik
4. IGD dan ICU
PERSIAPAN ANESTESI DAN SEDASI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Suatu proses persiapan sebelum dilakukannya tindakan anestesi
dan sedasi, meliputi persiapan peralatan, obat dan pemantauan
anestesi dan sedasi

Tujuan 1. Untuk tertib laksana Anestesi dan sedasi


2. Untuk terselenggaranya prosedur Anestesi dan sedasi yang
mengutamakan keselamatan pasien (patient’s safety).
3. Meminimalkan komplikasi akibat tindakan Anestesi dan sedasi
4. Mencegah komplikasi karena malfungsi peralatan medis.
5. Menciptakan kondisi siap menghadapi kegawatan
kardiorespirasi setiap saat

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


Di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Tim anestesi menghubungkan semua peralatan elektronik


dengan sumber listrik. Dipastikan listrik mengalir dengan baik.
2. Sumber gas medis diperiksa satu per satu, dimulai dengan
sumber oksigen, kemudian compressed air dan N2O.
3. Mesin anestesia diperiksa apakah berfungsi dengan baik.
4. Sirkuit pernafasan yang sesuai untuk pasien diperiksa
apakah berfungsi dan apakah ada kebocoran.
5. Peralatan manajemen jalan nafas diperiksa satu per satu,
dimulai
dengan sungkup muka dengan ukuran yang sesuai dengan
pasien, oropharyngeal airway, laringoskop dengan bilah
sesuai dengan pasien, berbagai ukuran ETT atau sungkup
laring, spuit untuk mengisi balon ETT, forsep Magill, stilet
(introduser) ETT.

6. Tersedia alat penyedot (suction) yang berfungsi baik


beserta selang dan kateternya.
7. Stetoskop tersedia dan berfungsi baik.
8. Tersedia plester untuk fiksasi ETT/ sungkup laring,
sarung tangan, swab alkohol.
9. Penyerap CO2 (CO2 absorber) diperiksa apakah masih
layak pakai. Jika tidak harus segera diganti.
10. Peralatan untuk pemantauan diperiksa satu per satu
esuai ceklis keamanan anestesi.
11. Persediaan obat diperiksa sesuai chelist keamanan
anestesi
12. Checklist keamanan anestesi diperiksa ulang dan
ditandatangani.
13. Bila semua telah sesuai chelist keamanan Anestesi dan
sedasi, baru dapat dinyatakan tim anestesia siap dan
pasien dapat segera dimasukkan ke ruang bedah.
14. Checklist keamanan anestesi dan sedasi kemudian akan
digabungkan dengan rekam medis anestesi

Unit Terkait 1. IBS


2. IGD
3. RAWAT INAP
4. RAWAT JALAN
5. ICU
6. SMF Terkait
REKAM MEDIS ANESTESIA DAN SEDASI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Catatan medis anestesi dan sedasi yang meliputi jawaban
konsultasi anestesi,check list kesiapan anestesi dan
sedasi,evaluasi pra anestesi dan sedasi,catatan anestesi dan
sedasi,catatan kamar pemulihan.

Tujuan 6. Untuk tertib laksana anesthesia dan sedasi.


7. Mencegah kesalahan terhadap pasien yang akan dilakukan
tindakan.
8. Mencegah komplikasi tindakan anesthesia dan sedasi.
9. Untuk memudahkan evaluasi pasca-anestesia dan sedasi.
10. Untuk fasilitasi penelitian-penelitian retrospektif yang akan
dilakukan

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 24. Setiap pelaku anestesi membuat rekam medis anestesi


ditempat tindakan dilakukan
25. Rekam medis anestesi sebaiknya mengandung bagian
awal, data awal pasien, catatan perjalanan anestesi dan
catatan/instruksi pasca anestesi
26. Pada bagian awal dicatat identitas pasien berupa nama,
umur, jenis kelamin dan rekam medis
27. Setelah identitas pasien ditulis diagnosis, tanggal
tindakan dilakukan dan jenis tidakan yang direncanakan.
Apabila tindakan medis berubah atau ditambah, harus
diberi keterangan dan perubahan tindakan tersebut.
28. Data awal pasien memuat data demografis seperti: berat
badan, hasil pemeriksaan fisik awal berupa tekanan
darah, laju jantung, laju nafas, suhu, SpO2, VAS, dll. Data
awal juga berisi hasil pemeriksaan-pemeriksaan
penunjang.
29. Catatan perjalanan anestesia dan sedasi diisi setelah
pasien tiba di kamar operasi
30. Setelah pasien tiba di kamar operasi/ tempat tindakan
lain, waktu kedatangan pasien dicatat.
31. Pada saat dilakukan “sign in” pasien yang masuk,identitas
pasien dalam Rekam Medis Anestesia dicocokkan dengan
identitas pasien tersebut.
32. Begitu pasien tiba di kamar operasi, semua alat pantau
dipasang. Bila perlu, suplemen oksigen diberikan.
33. Akses intravena dicatat lokasi dan ukurannya serta diperiksa
patensinya. Jika belum ada segera dibuat. Apabila secara
teknis akses intravena sulit dibuat dalam keadaan pasien
sadar, dapat dilakukan di bawah sedasi dengan gas anestesi.
34. Dilakukan pemeriksaan pra induksi pada pasien. Pemeriksaan
pra induksi dilakukan sebelum diberikan obat anestesi dan
sedasi apa pun.
35. Pasien dinilai tingkat kesadaran dan tanda-tanda vitalnya.
Apabila ada perburukan dibandingkan keadaan ketika
penilaian pra-anestesia dan sedasi, harus dikomunikasikan
dan didiskusikan dengan dokter bedahnya.
36. Semua pemeriksaan pra induksi dicatat dalam Rekam Medis
Anestesi dan Sedasi
37. Tanda-tanda vital dicatat secara berkala setiap lima menit
sekali, hingga seluruh prosedur selesai.
38. Jika pasien dinilai layak untuk menjalani tindakan medis dan
anestesi, prosedur dapat diteruskan.
39. Obat-obat “co-induksi” dapat diberikan.
40. Obat-obat yang diberikan dicatat jenis, dosis dan waktu
pemberian.
41. Sebelum Anestesi dan sedasi dimulai, semua pasien diberikan
kesempatan untuk berdoa menurut keyakinannya.
42. Teknik anestesi yang digunakan dicatat, demikian pula lokasi
dan alat yang digunakan.
43. Waktu dimulainya tindakan anestesia dicatat dengan simbol
“X”. Intubasi ditandai dengan simbol “T”
44. Waktu dimulainya insisi pembedahan ditandai dengan
simbol “C “
45. Waktu diakhirinya pembedahan ditandai dengan simbol “C”.
46. Waktu diakhirinya anestesi umum ditandai dengan symbol “X”.
Ekstubasi ditandai dengan simbol “T”
47. Selama anestesi/ tindakan medis, sedasi dijalankan, tanda-
tanda vital terus dicatat secara berkala.
48. Pemberian obat, baik penambahan dosis maupun obat baru,
dicatat dosis, cara dan waktu pemberian. Pemberian cairan
dicatat jenis dan jumlahnya.
49. Pemberian darah/ produk darah dicatat jenis, jumlah dan
waktu pemberian.
50. Cairan keluar berupa produksi urin, perdarahan dll dicatat
banyaknya secara berkala.
51. Pemeriksaan yang dilakukan intra operatif dicatat waktu dan
hasilnya.
52. Semua kejadian yang tidak direncanakan dicatat jenis dan
waktunya.
53. Pada akhir tindakan, semua cairan dan obat dicatat
penggunaan totalnya. Demikian pula semua cairan (termasuk
perdarahan) yang terjadi.
54. Dicatat tanda-tanda vital pasien, jika dinyatakan layak pasien
dapat ditransfer ke ruang pulih atau ICU rekam medis anestesi
dilanjutkan untuk pencatatan diruang pulih.

Unit Terkait 1. IBS


2. Rawat Inap
3. ICU
MEMBANTU MEMAKAI GAUN STERIL UNTUK OPERASI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Adalah suatu aktivitas membantu pemakaian gaun steril pada
anggota tim lain untuk pembedahan di kamar operasi.

Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam memakai gaun steril untuk


operasi.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan


Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A Yani
Metro

Prosedur 1. Sebelum memasang gaun steril pada orang lain


seseorang harus memakai gaun steril terlebih dahulu
sesuai prosedur di atas.
2. Prosedur pengambilan gaun sama seperti apabila
memakai sendiri.
3. Ambil jarak yang cukup dengan memakai gaun.
4. Buka gaun steril dengan tetap menjaga posisi setinggi
bahu.
5. Pakaikan kedua lengan secara bersama-sama.
6. Petugas tidak steril mengambil begian dalam dari gaun
dan menarik ke belakang untuk merapikan dan harus
menutup seluruh bagian belakang pemakai, serta
mengikatkan tali gaun dengan rapi.

Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral

ANESTESI PADA BEDAH BAYI DAN ANAK

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Merupakan tindakan anestesi pada bayi / anak dengan tindakan
pembedahan dengan cara menghilangkan keadaan rasa sakit,
menekan fungsi otonom, mempertahankan fungsi organ-organ vital
dan mencukupi kebutuhan metabolismenya

Tujuan Memberikan acuan yang benar pada tindakan pelayanan anestesi


pada bayi dan anak.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. PERSIAPAN
Kunjungan Pra operasi

Menilai kondisi fisik pasien, mempersiapkan pasien pada


keadaan optimal untuk operasi, penjelasan prosedur
tindakan
anestesi
Konsultasi
Dengan bagian lain terkait kelainan / penyakit yang
diderita pasien.
Pemeriksaan Penunjang

Lab : Darah Rutin, PTT, APTT, BUN, Creatinin, Elektrolit,


GDRpemeriksaan lain sesuai indikasi

Rontgen : Thorak PA, pemeriksaan lain sesuai indikasi

EKG : sesuai kebutuhan

a. Dokter anestesi memeriksa kelengkapan rekam


medis sebelum dilakukan tindakan anestesi
b. Dokter anestesi memberikan informasi dan
penjelasan tentang tindakan anestesi yang akan
dilakukan.
c. Teknik anestesi yang digunakan adalah GA
(facemask, LMA atau Intubasi)
d. Dosis obat, penambahan obat dapat berubah
sewaktu-waktu jika diperlukan atau terjadi
perubahan kondisi pasien secara mendadak.
e. Untuk pasien pasien dengan BB < 20 Kg
menggunakan system semi open
2. ANESTESI UMUM
PERSIAPAN

Pasien : Pasien masuk kamar operasi sudah terpasang infuse


dengan abocath yang terbesar yang dapat masuk.

Infus cairan campuran kristaloid dan dekstore

Monitor tekanan darah, HR, SpO2, dan EKG jika diperlukan

Alat : Persiapkan alat-alat untuk melakukan anestesi dan

Intubasi atau LMA.


Obat :

Premedikasi sesuai kebutuhan

a. SA 0,01 mg / KgBB
b. Midazolam 0,05-0,1 mg/KgBB
Induksi : dapat menggunakan salah satu obat dibawah
(sesuai kondisi pasien)

b. Propofol 2 mg / Kg BB/ iv
c. Penthotal 3 – 5 mg / Kg BB/iv
d. Ketalar 1 – 2 mg mg / Kg BB/ iv

Atau induksi inhalasi dengan

a. halothan atau
b. sevofluran.

Pemeliharaan : menggunakan agen inhalasi

Inhalasi : - Halothan, desflurane, Isofluran, Sevofluran

Pelumpuhan Otot :

a. Depolarisasi : - suksinilkolin : 1 – 1,5 mg / KgBB


b. Non Depol : - Atrakurium : 0,5 mg / KgBB
Rokuronium : 0,6 mg / KgBB

Pada bayi tidak menggunakan pelempuh otot tetapi


dengan Hiperventilasi

3. PENATALAKSANAAN
a. Pasien masuk kamar operasi sudah terpasang infuse
b. Obat premedikasi diberikan sesuai kebutuhan
c. Monitor di pasang
d. Obat induksi diberikan kemudian
e. Pasien diberikan oksigen 100% untuk preoksigenasi
f. Dilakukan facemask atau pemasangan LMA
g. Setelah LMA terpasang langsung ke j
h. Obat pelumpuh otot diberikan untuk fasilitas intubasi
dan pemeliharaan, kecuali pada bayi
i. Setelah onset obat tercapai dilakukan intubasi
orotrakheal dengan laringoskop dan ETT yang sesuai
dengan pasien.
j. Agen pemeliharaan dibuka, bersamaan dengan O2
dan N2O
4. PENGAKHIRAN ANESTESI
Agen pemeliharaan anestesi dihentikan setelah operasi berakhir

a. Pemberian obat penawar pelumpuh otot diberikan


hanya jika terjadi pemanjangan masa kerja pelumpuh
otot setelah operasi selesai.
b. Ekstubasi dilakukan jika pasien sudah bernafas
spontan, adekuat.
5. RUANG PULIH SADAR
a. Pasien dipindahkan ke ruang pulih sadar
b. Pasien dimonitor dan dievaluasi setelah kondisi stabil
dan
skore Lockharte/Aldrete > 7 baru dipindah keruang rawat

Unit Terkait 11. IBS


12. komite medis
13. IGD
14. ICU
15. RAWAT INAP
PENGGANTIAN BAJU PASIEN DARI RUANG RAWAT DENGAN
BAJU DARI KAMAR OPERASI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :

BLUDRSUD A 1 DARI 3
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Suatu proses penggantian baju pasien dari ruangan dan digantikan
dengan baju dan topi khusus yang disiapkan oleh kamar operasi.

Tujuan 1. Sebagai acuan dalam langkah pemakaian baju khusus


pasien di kamar operasi.
2. Pencegahan infeksi nosokomial.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan


Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A Yani
Metro

Prosedur 1. Persiapkan baju dan topi khusus pasien kamar operasi


2. Sampaikan maksud dan tujuan
3. Lindungi privasi pasien dengan menutup sketsel di kamar
operasi
4. Tawarkan pada pasien untuk mengganti baju dari
ruangan dengan baju kamar operasi bila mampu ganti
baju sendiri dengan arahan petugas kamar operasi
5. Bantu pasien untuk mengganti baju dari ruangan dengan
baju kamar operasi untuk pasien yang tidak mampu
mengganti baju sendiri, usahakan petugas yang
mengganti baju pasien yang segender
6. Pakaikan baju dengan bagian yang bertali terletak
dibagian punggung
7. Pakaikan topi dengan seluruh rambut kepala tertutup

Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral

BROMAGE SCORE

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Suatu proses penggantian baju pasien dari ruangan dan digantikan
dengan baju dan topi khusus yang disiapkan oleh kamar operasi.

Pengertian Pemantauan pasien pasca Anestesi regional di ruang pemulihan


secara periodik

Tujuan 1. Mengoptimalkan keadaan pasien pasca anestesi regional


2. Keputusan tindak lanjut pasien pasca anestesi regional

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


Di Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Pasien post anestesi regional harus dipulihkan di ruang pulih


dan tidak boleh ditinggal oleh penata anestesi sampai pulih
sepenuhnya dari sedasi.
2. Alat suction dan troli emergensi harus tersedia di ruang pulih.
3. Setiap pasien pasca bedah diobservasi di ruang pulih dengan
penilaian secara periodik menggunakan skor Bromage.
4. Semua proses perioperatif yang mendasari perubahan rencana
harus terdokumentasi dan dimasukkan dalam rekam medis
pasien.
5. Skor Bromage mengikuti tabel dibawah ini. Setelah skor
Bromage pasien ≤ 1 maka pasien boleh dipindahkan ke ruang
rawat.
6. Sistem Skor Bromage mengikuti table dibawah ini:
Sistem Skor Bromage

++ ++ Tidak ada Blok (0)

++ + Blok Parsial (1)

+ - Blok Hampir Lengkap (2)

- - Blok Lengkap (3)

Melipat Jari Melipat Lutut

Unit Terkait 1. IBS


2. ICU
TRANSFER PASIEN DARI RUANG PULIH SADAR (RECOVERY
ROOM) KE ICU

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :

BLUDRSUD A 1 DARI 3
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Prosedur untuk memindahkan pasien dari kamar operasi ke
perawatan selanjutnya, dimana pasien memerlukan perawatan
intesif.

Tujuan Sebagai acuan bagi tenaga medis untuk tansfer pasien ke


perawatan intesif dengan aman.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur Bila pasien berasal dari rawat inap;

3. Perawat/ petugas rawat inap pesan tempat ke ICU sebelum


operasi dilakukan.
4. Perawat OK konfirmasi ke ICU untuk pesan tempat.
Bila pasien berasal dari ICU :

2. Pasien diperbolehkan ke ICU dengan kriteria pasien pulih :


• B1 : fungsi pernafasan
Jalan nafas bebas, tidak terdengar suara nafas tambahan, tidak
terdapat cuping hidung, respiratory rate antara 12 sampai 20 kali
permenit, tidak terdapat ronchi atau wheezing, pasien tidak
mengeluh sesak.

• B2 : fungsi kardiovaskuler

Perfusi hangat kering merah, nadi 60-90 kali permenit, kuat,


denyut teratur

• B3 : fungsi kesadaran

Sadar baik, respon to verbal

• B4 : fungsi ginjal

Produksi urine cukup, warna jernih

• B5 : fungsi pencernaan

Abdomen teraba soft

• Bila operasi obstetric ginekologi, tidak pendarahan


pervaginam

3. Menyiapkan oksigen transport, jackson rees, ambubag.

4. Menghubungi perawat ICU untuk mengambil pasien.

5. Menyerahkan status pasien dan administrasinya kepada


perawat pengambil atau,

6. Bila memungkinkan pasien diantar oleh perawat anestesi,


perawat kamar operasi dan dokter spesialis anestesi.

Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral

SMF Anestesi.

Rawat Inap
ICU

TRANSFER PASIEN DARI RUANG PULIH SADAR


(RECOVERY ROOM) KE RAWAT INAP

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :

BLUDRSUD A 1 DARI 3
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Prosedur untuk memindahkan pasien pasca operasi dari
ruang pulih sadar/recovery room ke rawat inap.

Tujuan Sebagai acuan untuk :

1. Proses pemindahan pasien secara aman.

2. Proses perawatan pasien selanjutnya.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Menanyakan nama pasien serta melihat gelang identitas


pasien dengan benar.
2. Melengkapi status anestesi dan administrasi pasien dan
menyerahkan kepada perawat ruangan
3. Pasien diperbolehkan ke ruangan dengan kriteria pasien
pulih :
• B1 : fungsi pernafasan

Jalan nafas bebas, tidak terdengar suara nafas tambahan, tidak


terdapat cuping hidung, respiratory rate antara 12 sampai 20 kali
permenit, tidak terdapat ronchi atau wheezing, pasien tidak
mengeluh sesak.

• B2 : fungsi kardiovaskuler

Perfusi hangat kering merah, nadi 60-90 kali permenit, kuat,


denyut teratur

• B3 : fungsi kesadaran

Sadar baik, respon to verbal

• B4 : fungsi ginjal

Produksi urine cukup, warna jernih

• B5 : fungsi pencernaan

Abdomen teraba soft

4. Bila pasien telah memenuhi kriteria tersebut diatas dan nilai


aldrete score > 8 maka perawat anestesi akan konfirmasi
dengan dokter Spesialis Anestesi untuk transfer pasien ke
rawat inap.
5. Menelpon perawat rawat inap untuk mengambil pasien.
6. Menyerahkan status dan administrasi pasien kepada
perawat penjemput.

Unit Terkait 1. Instalasi Bedah Sentral

2. Rawat Inap

3. SMF Anestesi
PEMBUATAN DAN REVISI PEDOMAN PELAYANAN MEDIS
ANESTESI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :

BLUDRSUD A 1 DARI 3
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Pembuatan dan Revisi Pedoman Pelayanan Medis Anestesi yang
menuntun diagnosis dan tatalaksana pelayanan anestesi dan
sedasi.

Tujuan Memastikan pedoman pelayanan medis selalu sesuai dengan


perkembangan teknologi dan keilmuan.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


Di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Pengajuan pembuatan atau revisi Pedoman Pelayanan Medis


Anestesi dapat dilakukan atas dasar dan alasan medik yang
jelas oleh dokter Anestesi
2. Sebelum draft atau revisi Pedoman Pelayanan Medis Anestesi
dibuat, harus dilakukan analisis yang detail terhadap
penyusunan dokumen tersebut oleh dokter Anestesi
3. Dalam menyusun draft dan revisi Pedoman Pelayanan Medis
Anestesi harus melakukan penilaian terhadap guidelines dan
rekomendasi yang ada kemudian disesuaikan dengan kondisi
RSUD Jend. A. Yani Kota Metro
4. Draft dan revisi Pedoman Pelayanan Medis Anestesi disusun
oleh dokter Anestesi RSUD Jend. A. Yani Kota Metro
5. Setiap pembuatan Pedoman Pelayanan Medis Anestesi yang
baru, dilakukan simulasi pelaksanaan oleh dokter Anestesi
RSUD Jend. A. Yani Kota Metro.
6. Keputusan untuk pengesahan draft Pedoman Pelayanan Medis
Anestesi atau revisi Pedoman Pelayanan Medis Anestesi
harus melalui berbagai pertimbangan, antara lain; pertimbangan
keselamatan dan keamanan pasien dan pekerja,
perkembangan teknologi dan keilmuan
7. Setelah draft atau revisi Pedoman Pelayanan Medis Anestesi
telah disetujui seluruh dokter Anestesi RSUD Jend. A. Yani
Kota Metro.
8. Dokter Anestesi melakukan sosialisasi untuk diterapkan di
RSUD Jend. A. Yani Kota Metro
9. Selama sosialisasi dapat dilakukan perubahan-perubahan yang
dianggap perlu pada draft atau revisi yang Pedoman
Pelayanan Medis Anestesi sudah di sahkan oleh Direktur,
disesuaikan dengan keadaan yang ada.
10. Setiap hasil perubahan revisi atau draft Pedoman Pelayanan
Medis Anestesi harus dilakukan sosialisasi kembali.
11. Review rutin Pedoman Pelayanan Medis Anestesi dilakukan
minimal 3 tahun sekali di bawah koordinasi dokte
12. r Anestesi

Unit Terkait 16. IBS


17. IGD
18. Rawat Inap
19. ICU
20. SMF TERKAIT
KONDISI YANG HARUS DILAPORKAN SETELAH PEMULIHAN
ANESTESI DAN SEDASI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :

BLUDRSUD A 1 DARI 3
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Keadaan yang harus dilaporkan kepada dokter anestesi pada saat
pasien berada di ruang pemulihan

Tujuan 1. Pasien akan tetap mempertahankan refleks protektif tubuh


setelah prosedur selsai dilaksanakan
2. Pasien akan mendapatkan pengawasan yang seksama selama
prosedur dilaksanakan untuk menjaga keamanan pasien

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Perawat harus melaporkan setiap perubahan yang terjadi pada


pasien kepada dokter anestesi
2. Perubahan tersebut meliputi, perubahan pada :
a. Denyut jantung.
1). Dewasa : denyut jantung kurang dari 60 x/menit atau
lebih dari 100x/menit DAN berbeda lebih dari 15% nilai
awal
2). Anak-anak : Perbedaan lebih dari 15% nilai awal
b. Tekanan darah
1). Dewasa : tekanan sistolik kurang dari 90 mmHg atau lebih
dari150mmHg dan berbeda lebih dari 15% nilai awal
2). Anak-anak : Tekanan darah sistolik berbeda lebih dari
15% nilai awal
Saturasi Oksigen pada udara kamar dibawah 93% dan
penurunan 3% lebih dari nilai awal
3. Perubahan karakter pasien atau penurunan kesadaran
4. Kondisi lain dimana perawat merasa perlu menghubungi dokter

Unit Terkait 21. IGD 3. ICU


22. Rawat Inap 4. SMF terkait

PENGELOLAAN PASCA ANESTESIA DAN SEDASI DI RUANG


PULIH

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :

BLUDRSUD A 1 DARI 3
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Suatu proses penatalaksanaan pemulihan pasien dari tindakan
anestesi meliputi serah terima pasien, pemantauan tanda vital,
penanganan komplikasi pasca anestesia, menentukan kriteria
discharge , instruksi dan pencatatan rekam medis selama di ruang
pemulihan.

Tujuan 1. Mencegah komplikasi yang dapat terjadi selama proses


pemulihan pasca anestesia dan sedasi
2. Mendeteksi secara dini dan mengatasi komplikasi yang terjadi
secara cepat
3. Meningkatkan keselamatan sampai pasien dapat di transpor
ke ruang rawat biasa, atau pulang
Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan
Pelayanan di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Dilakukan serah terima oleh dokter anestesi / perawat yang


bertugas dengan perawat yang bertanggung jawab di ruang
pulih, meliputi diagnosa, permasalahan pra dan intra bedah,
jenis anestesi, dan instruksi khusus pasca anestesia.
2. Saat pasien tiba diruang pulih, dilakukan pemasangan monitor
serta evaluasi kembali tanda vital pasien oleh dokter anestesi /
perawat peserta , meliputi:
a. Kesadaran
b. Pemantauan adekuatnya jalan nafas dan ventilasi :
 Pengamatan tanda klinis (kualitatif) seperti
frekuensi nafas. Bila pasien masih terpasang pipa
trakeal atau sungkup laringeal, harus dicek posisi
yang tepat melalui tanda klinis.
c. Pemantauan adekuatnya oksigenasi :
 Perubahan warna kulit pasien bila terjadi desaturasi
dengan penerangan cahaya yang baik.
 Bila tersedia, dilakukan pemantauan dengan oksimetri
denyut (pulse oximetri)
d. Tekanan darah
e. Frekuensi nadi, bila tersedia dengan pemasangan EKG
f. Suhu
3. Pemberian oksigen dengan nasal kanul atau face mask
diberikan sampai pasien pulih kesadaran penuh oleh
penanggung jawab ruang pulih.
4. Pemantauan tanda vital dan skala nyeri dilakukan sesuai
kondisi pasien sampai pasien dinyatakan stabil dan layak
pindah ke ruang rawat atau pulang.
Kriteria skala nyeri yang digunakan adalah VAS dengan target
selama 30 menit setelah di ruang pulih, nilai VAS < 4
5. Bila terjadi komplikasi pasca anestesia seperti PONV, nyeri
atau kedaruratan jalan nafas, repirasi, hemodinamik harus
segera diatasi oleh dokter anestesi lebih dahulu dibantu
perawat ruang pulih, dan bila memerlukan tindakan lebih lanjut
harus dilakukan oleh dokter bedah yang bersangkutan. Bila
diperlukan sesuai indikasi dapat diberikan obat penawar, seperti
penawar pelumpuh otot, penawar benzodiazepin, penawar
narkotik antidotum golongan opiat.
6. Hasil pemantauan tanda vital, pemberian obat, cairan,
tindakan, maupun jenis komplikasi yang terjadi beserta
penanganannya selama pasien berada di ruang pulih
harus ditulis secara lengkap di rekam medis pasien
7. Kriteria discharge pasien yang dipakai adalah score Aldrette > 9
8. Sebelum pasien dipindahkan dari ruang pulih atau pulang,
semua instruksi pasca operasi dan pembiusan harus sudah
ditulis lengkap dan ditangani oleh dokter yang bersangkutan.
9. Pada saat akan dipindahkan, dilakukan serah terima dengan
perawat ruangan
10. Bila pasien selama 3 jam pengawasan di ruang pulih dan dinilai
belum dapat memenuhi criteria discharge atau pulang, segera
dipindahkan ke ruang rawat biasa atau ICU.

Unit Terkait 1. IBS


2. IGD
3. ICU
4. Rawat Inap
5. SMF Terkait
MEMAKAI SARUNG TANGAN

STERIL TIDAK MEMAKAI JAS OPERASI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


BLUDRSUD A 1 DARI 3
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Adalah suatu rangkaian kegiatan pemakaian dan melepas sarung
tangan secara steril.

Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam memakai dan melepas


sarung tangan steril untuk operasi.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan


Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A Yani
Metro

Prosedur 7. Menjumput sarung tangan pada bagian yang terlipat


keluar.
8. Masukkan jari-jari tangan dan sesuaikan, usahakan
sarung tangan tidak menyinggung kulit.
9. Pakai sarung tangan yang lainnya dengan cara
menjumput sarung tangan dari bagian dalam lipatan
sarung tangan.
10. Masukkan jari-jari tangan seperti pemakaian sarung
tangan yang pertama
11. Buka lipatan sarung tangan dengan cara mengambil
bagian dalam lipatan sarung tangan, usahakan tidak
menyentuh daerah kulit.

Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral

MEMBANTU MEMASANG SARUNG TANGAN

STERIL PADA ORANG LAIN UNTUK OPERASI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


BLUDRSUD A 1 DARI 3
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Adalah suatu rangkaian kegiatan pemakaian dan melepas sarung
tangan secara steril.

Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam memakai dan melepas


sarung tangan steril untuk operasi.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan


Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A Yani
Metro

Prosedur 12. Ambil sarung tangan dan masukkan jari tangan dari
kedua belah tangan ke dalam lipatan sarung tangan, dan
buka lebar-lebar serta pertahankan sarung tangan dalam
posisi setinggi diatas pinggul.
13. Persilakan pemakai memasukkan jari-jari tangannya.
14. Tahan sarung tangan agar pada saat pemakai sarung
memasukkan tangannya sarung tangan tidak turun di
bawah sejajar pinggul.

Unit Terkait Instalasi Bedah Sentral

KONSULEN JAGA

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Suatu kegiatan layanan anestesi dan sedasi yang dilakukan oleh
staf anestesi, sebagai konsulen jaga anestesi untuk memenuhi
kebutuhan layanan anestesi di luar jam kerja.

Tujuan 1. Untuk keteraturan pelayanan anestesi.


2. Memenuhi kebutuhan layanan di luar jam kerja

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan


Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Jadwal konsulen jaga disusun dan didistribusikan setiap


bulan oleh Komite Medik berdasarkan usulan dari bagian
anestesi
2. Jam jaga dimulai Pukul 08.00 – 08.00 esok harinya.
3. Tugas pokok dokter anestesi jaga sebagai konsultan atas
seluruh pelayanan tersier anestesi / peri-operatif care,
kegawat daruratan dan terapi intensif selama jam jaga
juga melakukan visite pre operatif bila dibutuhkan.
4. Konsulen jaga melakukan tindakan layanan anestesi dan
sedasi pada kasus-kasus tertentu yang membutuhkan
perhatian khusus atau kasus sulit.
5. Bila terdapat tindakan yang harus dilakukan secara
bersamaan di tempat yang berbeda maka tindakan akan
dilakukan sesuai skala prioritas.

Unit Terkait 1. Instalasi Bedah Sentral


2. IGD
3. ICU
4. Rawat Inap

KONSULTASI ANASTESI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Suatu kegiatan layanan anestesi dan sedasi yang dilakukan oleh
staf anestesi, sebagai konsulen jaga anestesi untuk memenuhi
kebutuhan layanan anestesi di luar jam kerja.

Pengertian Mengadakan pemeriksaan pasien guna mengevaluasi kondisi


pasien dan kesiapan tindakan yang akan dilakukan pada pasien
tersebut.

Tujuan Mengadakan evaluasi dan penilaian tindakan, sebagai bahan


pertimbangan dalam menentukan baik atau tidaknya tindakan
tersebut dilakukan, atau untuk menentukan langkah dalam upaya
memberikan pelayanan tindakan optimal.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Dokter Anastesi melakukan kunjungan sebelum pelaksanaan


operasi
2. Dokter mengunjungi pasien ditempat tidur dan
memperkenalkan diri
3. Memberikan penjelasan tentang tindakan anestesi
sehubungan dengan tindakan/operasi yang akan dilakukan
dan memberikan dorongan mental untuk mengurangi
kecemasan
4. Melakukan pemeriksaan minimal meliputi :
a. Melakukan anamnesis
b. Sistem saraf pusat ( kesadaran, kecerdasan dll)
c. Sistem pernapasan (jalan napas dan fungsi Pernapasan )
d. Sistem Sirkulasi ( tekanan darah, nadi dan perfusi)
e. Mengecek hasil pemeriksaan penunjang
5. Mencatat hasil kunjungan di rekam medik

Unit Terkait 3. Poliklinik


4. IGD
5. Rawat Inap
KRITERIA PEMULANGAN / DISCHARGE PASCA ANESTESI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Suatu kegiatan layanan anestesi dan sedasi yang dilakukan oleh
staf anestesi, sebagai konsulen jaga anestesi untuk memenuhi
kebutuhan layanan anestesi di luar jam kerja.

Pengertian Kriteria yang digunakan untuk memindahkan pasien dari ruang


pemulihan keruang perawatan

Tujuan 1. Mengoptimalkan keadaan pasien pasca anestesi dan sedasi


2. Mencegah komplikasi yang dapat terjadi selama proses
pemulihan pasca anestesi dan sedasi
3. Merencanakan dan menginformasikan perawatan pasein
pasca anestese dan sedasi selanjutnya.
4. Memastikan pasien memenuhi kriteria pemulangan.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Petugas ruang pulih mencatat kedatangan pasien di ruang


pulih
2. Dokter anestesi dan perawat ruang pulih melakukan
pemantauan yang dilakukan secara berkala sampai kondisi
pasien memenuhi kriteria pemulangan
3. Setiap pasien pasca bedah diobservasi di ruang pulih dengan
penilaian secara periodik setiap 15 menit ALDRETTE SCORE
4. Kriteria pemulangan pasien dilakukan dengan menggunakan
kriteria ALDRETTE SCORE, diantaranya :
a. Aktifitas Motorik
b. Respirasi
c. Sirkulasi
d. Kesadaran
e. Perifer / warna kulit
5. Apabila dalam operasi > 6 jam diruang pulih dan telah
ditangani sesuai prosedur tetapi pasien tidak memnuhi kriteria
ALDRETTE SCORE maka pasien tersebut harus dievaluasi
kembali oleh dokter anestesi
6. Bila terjadi komplikasi [pasca anestesi dan sedasi seperti
PONV, nyeri atau kedaruratan jala nafas, respirasi,
hemodinamik harus segera diatasi oleh dokter anestesi lebih
dahulu dibantu perawat, dan bila memrlukan tindakan lebih
lanjut dapat dilakukan konsultasi dengan DPJP bedah atau
DPJP operator yang melakukan tindakan, penilaian observasi
tersebut menjadi dasar untuk memutuskan rencana perawatan
pasien selanjutnya.
7. Bila pasein Hasil selama 6 jam pengawasan di ruang pulih dan
dinilai belum dapat memenuhi kriteria ALDRETTE SCORE
pasien segera dipindahkan ke ruang rawat biasa, ICU.
8. Dokter anestesi menginformasikan mengenai instruksi pasca
anestesi dan sedasi serta rencana perawatan pasien tersebut
kepada pasien dan keluarga
9. Seelum pasien pulang, semua instruksi pasca anestesi dan
sedasi harus ditulis secara lengkap di rekam medis pasien
oleh dokter anestesi dan ditanda tangani oleh dokter anestesi
10. Bagi pasien yang layak pulang harus diberikan instruksi tertulis
berupa anjuran untuk tidak mengendarai kendaraan bermotor,
mengoperasikan mesin, konsumsi alkohol dan
menandatangani dokumen legal sampai 24 jam setelah
tindakan anestesi dan sedasi
11. Petugas ruang pulih melakukan serah terima pasien yang akan
pulang ke keluarga serta mencatat waktu kepulangan pasien
dalam rekam medis
12. Bagi pasien tanpa pendamping maka pemulangan pasien akan
didampingi oleh petugas medis

Unit Terkait 1. IRNA


2. Rekam Medis
3. SMF Terkait

KUNJUNGAN PASIEN PRA ANESTESI

DI RUANG RAWAT INAP

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


BLUDRSUD A 1 DARI 3
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Suatu kegiatan layanan anestesi dan sedasi yang dilakukan oleh
staf anestesi, sebagai konsulen jaga anestesi untuk memenuhi
kebutuhan layanan anestesi di luar jam kerja.
Pengertian Mengadakan kunjungan ke kamar pasien guna mengevaluasi
kondisi pasien dan kesiapan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien tersebut.

Tujuan 1. Mengetahui status fisik pasien pra operatif


2. Mengetahui dan menganalisis jenis operasi
3. Memilih jenis/teknik anestesi yang sesuai
4. Meramalkan penyulit yang mungkinkan terjadi selama operasi
dan pasca bedah
5. Mempersiapkan obat/alat guna menanggulangi penyulit yang
diramalkan

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A Yani Metro

Prosedur 6. Dokter anestesi melakukan kunjungan sebelum pelaksanaan


operasi
7. Dokter mengunjungi pasien di tempat tidur dan
memperkenalkan diri
8. Memberikan penjelasan tentang tindakan anestesi
sehubungan dengan tindakan/operasi yang akan dilakukan
dan memberikan dorongan mental untuk mengurangi
kecemasan
9. Melakukan pemeriksaan minimal meliputi :
f. Melakukan anamnese
g. Sistim saraf pusat (kesadaran, kecerdasan, dan lain-lain)
h. Sistim pernapasan (jalan napas dan fungsi pernapasan)
i. Sistim sirkulasi (tekanan darah, nadi, dan perfusi)
j. Mengecek hasil pemeriksaan penunjang
10. Mencatat hasil kunjungan di rekam medik

Unit Terkait SMF Anestesi

Rawat Inap
KUNJUNGAN PRA ANESTESI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Mengadakan kunjungan ke kamar pasien guna mengevaluasi
kondisi pasien dan kesiapan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien tersebut.

Tujuan Mengadakan evaluasi dan penilaian tindakan, sebagai bahan


pertimbangan dalam menentukan baik atau tidaknya tindakan
tersebut dilakukan atau untuk menentukan langkah dalam upaya
memberikan pelayanan tindakan yang optimal

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Kunjungan pra anestesi dilakukan oleh spesialis anestesiologi


yang kompeten.
2. Kunjungan pra anestesi dilakukan setelah spesialis
anestesiologi menerima konsultasi atau jadwal tindakan yang
membutuhkan anestesi dan sedasi.
3. Pasien atau keluarga pasien sebelumnya diminta untuk
mempelajari dan mengisi lembar persiapan anestesi.
4. Spesialis anestesiologi mempelajari rekam medis dan form
persiapan anestesi
5. Spesialis anestesiologi dan penata anestesi yang kompeten
memperkenalkan diri kepada pasien.
6. Sebelum melakukan wawancara dan pemeriksaan spesialis
anestesiologi harus memastikan identitas pasien yang
dimaksud dengan melihat kesesuaian nama, dan nomor
rekam medis sesuai dengan gelang identitas pasien.
7. Wawancara dilakukan dengan : membahas riwayat penyakit,
riwayat alergi, kebiasaan, pengalaman anestesi sebelumnya,
dan pengobatan yang sedang dijalani.
8. Menilai aspek kondisi fisik yang mungkin merubah keputusan
dalam hal risiko dan pengelolaan anestesi.
9. Mempelajari hasil-hasil pemeriksaan yang tersedia terkait
dengan risiko penyulit dan rencana tindakan anestesi yang
akan dilakukan.
10. Mempelajari hasil konsultasi yang tersedia terkait dengan
risiko penyulit dan rencana tindakan anestesi yang akan
dilakukan.
11. Meminta proses pemeriksaan penunjang dan tindakan
konsultasi lain sesuai kondisi pasien.
12. Menentukan status fisik pasien sesuai klasifikasi ASA.
13. Menentukan teknik anestesi pilihan dan alternatif yang akan
dilakukan.
14. Menentukan obat-obat atau medikasi pra anestesi yang
diperlukan untuk tindakan anestesi.
15. Menentukan pengelolaan jenis dan jumlah cairan termasuk
estimasi kehilangan darah
16. Menentukan pengelolaan obat-obat lain yang dikonsumsi
oleh pasien.
17. Menentukan jenis pemantauan yang akan dilakukan.
18. Menentukan tindakan invasive tambahan termasuk
pemasangan CVP dan kanulasi intra arterial bila diperlukan.
19. Menentukan persiapan puasa sebelum anestesi dan sedasi.
20. Menentukan transportasi ke tempat tindakan sesuai dengan
sesuai dengan kondisi pasien.
21. Menentukan pengelolaan pasca anestesi, termasuk
manajemen nyeri pasca tindakan. Bila diperlukan menentukan
kebutuhan ruang rawat khusus pasca anestesi dan sedasi.
22. Bila diperlukan menentukan kebutuhan ruang rawat khusus
pasca anestesi dan sedasi
23. Menentukan usulan jumlah dan jenis persiapan darah yang
dibutuhkan.
24. Penjelasan yang adekuat tentang keadaan pasien kepada
keluarga atau pasien (dewasa) sendiri, meliputi diagnosis
kerja, rencana tindakan anestesi dan alternatifnya, risiko dan
faktor penyulit anestesi, kemungkinan komplikasi intra pasca
tindakan, kebutuhan ruang rawat khusus pasca anestesi dan
sedasi, serta kemungkinan transfusi termasuk risiko.
25. Mendapatkan persetujuan ataupun penolakan tindakan medis
dari pasien maupun keluarga pasien.
26. Spesialis anestesiologi yang bertanggung jawab memeriksa
kembali bahwa hal-hal tersebut di atas sudah dilakukan
secara benar dan dicatat dalam rekam medis pasien (formulir
pra anestesi).
27. Kunjungan pra anestesi dapat dilakukan di ruang rawat,
poliklinik anestesi dan tempat lain bila kondisi mengharuskan
oleh dokter spesialis anestesi.

Unit Terkait 1. Rawat Inap


2. ICU
PENATALAKSANAAN NYERI PASCA ANESTESI

DAN OPERASI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


BLUDRSUD A 1 DARI 3
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Mengatasi rasa nyeri pada pasien pasca anestesi dan operasi
setelah hilangnya efek obat anestesi (analgesi, hipnotik/sedatif dan
relaksasi otot).

Tujuan 1. Memberikan rasa nyaman dengan mengatasi rasa nyeri


dan stress psikis pada pasien pasca anestesi dan operasi.

2. Mencegah terjadinya komplikasi dari rasa nyeri pasca


anestesi dan operasi.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Penilaian skala nyeri

2. Berikan obat analgetik sesuai dengan indikasi dan kondisi


pasien.
3. Penilaian fungsi vital setelah pemberian obatan algetik.

4. Pencatatan pada jenis dan dosis obatan analgetik yang


diberikan pada form Anestesi

Unit Terkait 1. Instalasi Bedah Sentral

2. ICU

3. RawatInap

PENATALAKSANAAN PRA ANESTESI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Penatalaksanaan pra anestesi mulai saat pasien berada di ruang
perawatan hingga waktu tindakan anestesi di kamar operasi.

Tujuan Mengupayakan kondisi optimal dari pasien agar dapat menjalani


anestesi dan operasi dengan hasil sebaik mungkin.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Dokter yang memerlukan pelayanan anestesi mengajukan ke


Staf Anestesi dan Reanimasi dengan menggunakan formulir
khusus.
2. Dokter ahli anestesi melakukan penilaian pra anestesi
berdasarkan data-data yang ada pada formulir pengajuan
operasi/anestesi.
3. Apabila memenuhi syarat, formulir pengajuan diserahkan ke
Instalasi kamar operasi.
4. Dokter Spesialis Anestesi melakukan kunjungan pada pasien
dengan pertimbangan khusus keruang perawatan pada periode
24 jam sampai saat akan dilaksanakan tindakan operasi.
5. Menentukan pemberian obat-obat pre medikasi dan waktu
pemberiannya.
6. Penilaian ulang saat penerimaan pasien di tempat persiapan.
7. Melakukan pemeriksaan persiapan alat dan obat di kamar
operasi.
8. Mengelola pasien menjelang dilakukan tindakan anestesi di
kamar operasi.

Unit Terkait 1. Rawat Inap 3. IGD


2. Poliklinik terkait 4. ICU

PENATALAKSANAAN PRA INDUKSI

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Melakukan pendekatan dan memberikan dukungan moril kepada
pasien, memeriksa ulang tentang identitas pasien, obat-obat, alat-
alat yang akan digunakan sebelum pelaksanaan induksi anestesi
dan operasi

Tujuan 1. Mendapat kepastian tentang identitas pasien, diagnosa,


tindakan operasi yang akan dilakukan dan obat-obatan yang
akan diberikan serta reaksi alergi yang mungkin timbul.
2. Untuk memilih teknik anestesi yang tepat terhadap pasien

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Memperkenalkan diri pada pasien


2. Memeriksa kembali identitas pasien, riwayat penyakit,
diagnosa, dan macam operasi
3. Memberikan dukungan moril dan menjelaskan tindakan induksi
yang akan dilakukan
4. Memasang alat monitor fungsi vital (sphignomanometer, EKG,
pulse-oksimetri) dan mencatat hasil pantauan awal di Form
Anestesi
5. Memeriksa akses intravena dan pastikan akses berjalan lancar
6. Hasil pemantauan pra induksi ditulis dalam Form anestesi

Unit Terkait 1. Rawat Inap


2. Instalasi Gawat Darurat
3. ICU
SERAH TERIMA PASIEN PRA ANASTESI
DI KAMAR PERSIAPAN

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :

BLUDRSUD A 1 DARI 3
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian Melakukan serah terima pasien pra anestesi dengan segala
perlengkapannya sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan
pada pasien tersebut.

Tujuan a. Untuk mencegah kekeliruan data pasien.


b. Untuk meninjau ulang kelengkapan dan berbagai aspek yang
berkaitan dengan tindakan yang akan dilakukan.
c. Untuk memudahkan dan mengurangi risiko tindakan yang akan
dilakukan.
d. Untuk mengupayakan keamanan, kenyamanan dan
keselamatan pasien secara menyeluruh.

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Persiapan kelengkapan alat di kamar persiapan meliputi :


a. Kereta dorong yang sudah diberi alas

b. Pakaian, selimut, dan tutup kepala untuk pasien

c. Standar infus

d. Alat pencukur

e. Termometer

f. Sphignomanometer

g. Formulir/lembar cek list

2. Saat menerima pasien, lakukan identifikasi :


a. Nama

b. Umur

c. Jenis kelamin

d. Diagnosa

e. Berat badan

3. Cocokkan dengan jadwal operasi/tindakan yang sudah dibuat.


4. Pindahkan pasien ke kereta dorong khusus kamar
operasi/kamar tindakan dengan cara pasien diminta untuk
bergeser atau bila kondisinya tidak memungkinkan dibantu
dengan mengangkatnya secara bersama-sama.
5. Pakaian pasien diganti dengan baju khusus kamar
operasi/tindakan dan tutup kepala dipasang.
6. Lakukan pengecekan terhadap kesiapan mental pasien dan
berikan support mental.
7. Lakukan pengecekan terhadap tanda-tanda vital pasien
(kesadaran, tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan).
8. Lakukan pengecekan terhadap kelengkapan persiapan
pasiendengan mengisi lembar cek list yang ada.
9. Lakukan pengecekan informed consent mengenai tindakan
yang akan dilakukan yang sudah ditanda tangan oleh pasien
dan dokter yang melakukan operasi/pembiusan.
10. Tanda tangani hasil serah terima pada lembar/kolom yang
ada.

11.

Unit Terkait 1. IBS


2. Rawat Inap
3. IGD
4. ICU
5. Poliklinik

EDUKASI PASIEN

NO. DOKUMEN : NO. REVISI: HALAMAN :


A 1 DARI 3
BLUDRSUD
H.PADJONGA
DAENGNGALLE
DISAHKAN OLEH,
STANDAR Direktur ,
PROSEDUR TANGGALTERBIT
OPERASIONAL
(SPO) dr. NILAL FAUZIAH,M.KES
NIP :19760821 200312 2 009
Pengertian 1. Adanya bukti tertulis tentang pemberian informasi anestesi dan
tindakan bedah
2. Lembar pemberian informasi anestesi dan tindakan bedah
dilampirkan kedalam rekam medik pasien.
Tujuan

Kebijakan Peraturan Direktur No.1 tahun 2016 tentang Kebijakan Pelayanan


di RSUD Jend. A Yani Metro

Prosedur 1. Dokter menjelaskan tentang prosedur pembedahan, manfaat,


resiko, dan komplikasidan yang dapat terjadi pada pasien serta
alternatif bedah dan non bedah yang tersedia untuk
menangani pasien.
2. Dokter anestesi memberikan informasi, pasien atau keluarga
mendengar penjelasan dari dokter
3. Pasien dan keluarga diberi kesempatan untuk bertanya
sejelas-jelasnya.
4. Dokter memberikan formulir pemberian informasi anestesi dan
tindakan bedah
5. Pasien/keluarga menandatangani lembar tersebut.
6. Dokter spesialis menandatangani formulir persetujuan atau
penolakan tindakan, perawat penandatangani formulir
persetujuan atau penolakan di kolom saksi.
7. Dokter atau perawat memberikan lembar persetujuan dan
penolakan tranfusi darah dan produk darah.
8. Formulir pemberian informasi, persetujuan atau penolakan
dimasukkan ke rekam medis.
Unit Terkait 3. IBS
4. Poliklinik
5. Rawat Inap
6. IGD
7. ICU

Anda mungkin juga menyukai