ETOS KERJA
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etos adalah pandangan hidup yang
khas dari suatu golongan sosial. Jadi, pengertian Etos Kerja adalah semangat kerja yg
menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok.
Etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sesuatu yang diyakini, cara
berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai bekerja. Sedangkan Etos Kerja Muslim
dapat didefinisikan sebagai cara pandang yang diyakini seorang muslim bahwa
bekerja tidak hanya bertujuan memuliakan diri, tetapi juga sebagai suatu manifestasi
dari amal sholeh dan mempunyai nilai ibadah yang luhur.
Bekerja adalah fitrah dan merupakan salah satu identitas manusia, sehingga
bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman tauhid, bukan saja menunjukkan
fitrah seorang muslim, tetapi sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hamba
Allah SWT.
Apabila bekerja itu adalah fitrah manusia, maka jelaslah bahwa manusia yang
enggan bekerja, malas dan tidak mau mendayagunakan seluruh potensi diri untuk
menyatakan keimanan dalam bentuk amal kreatif, sesungguhnya dia itu melawan
fitrah dirinya sendiri, dan menurunkan derajat identitas dirinya sebagai manusia.
Setiap muslim selayaknya tidak asal bekerja, mendapat gaji, atau sekedar
menjaga gengsi agar tidak dianggap sebagai pengangguran. Karena, kesadaran
bekerja secara produktif serta dilandasi semangat tauhid dan tanggung jawab
merupakan salah satu ciri yang khas dari karakter atau kepribadian seorang muslim.
Tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk menjadi pengangguran, apalagi
menjadi manusii yang kehilangan semangat inovatif. Karena sikap hidup yang tak
memberikan makna, apalagi menjadi beban dan peminta-minta, pada hakekatnya
merupakan tindakan yang tercela.
Seorang muslim yang memiliki etos kerja adalah mereka yang selalu obsesif
atau ingin berbuat sesuatu yang penuh manfaat yang merupakan bagian amanah dari
Allah. Dan cara pandang untuk melaksanakan sesuatu harus didasarkan kepada tiga
dimensi kesadaran, yaitu : dimensi ma’rifat (aku tahu), dimensi hakikat (aku
berharap), dan dimensi syariat (aku berbuat).
Yang membedakan semangat kerja dalam Islam adalah kaitannya dengan nilai
serta cara meraih tujuannya. Bagi seorang muslim bekerja merupakan kewajiban yang
hakiki dalam rangka menggapai ridha Allah. Sedangkan orang kafir bermujahadah
untuk kesenangan duniawi dan untuk memuaskan hawa nafsu.
SIKAP TERBUKA
Inti sikap terbuka adalah jujur, dan ini merupakan ajaran akhlak yang penting
di dalam Islam. Lawan dari jujur adalah tidak jujur. Bentuk-bentuk tidak jujur antara
lain adalah korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Sebagai bangsa, kita amat prihatin,
di satu sisi, kita (bangsa Indonesia) merupakan pemeluk Islam terbesar di dunia, dan
di sisi lain sebagai bangsa amat korup. Dengan demikian terjadi fenomena
antiklimak. Mestinya yang haq itu menghancurkan yang bathil, justru dalam tataran
praktis seolah-olah yang haq bercampur dengan yang bathil. Tampilan praktisnya,
salat ya, korupsi ya. Ini adalah cara beragama yang salah.
Cara beragama yang benar harus ada koherensi antara ajaran, keimanan
terhadap ajaran, dan pelaksanaan atas ajaran. Dapat dicontohkan di sini :
Artinya :
Manusia merespon terhadap ajaran (wahyu) itu dengan iman. Setelah itu ia
mewujudkan keimanannya dengan melakukan salat dan di luar pelaksanaan salat
mencegah diri untuk berbuat keji dan munkar.
Termasuk koherensi antara ajaran, iman, dan pelaksanaan ajaran adalah jika
terlanjur berbuat salah segera mengakui kesalahan dan memohon ampunan kepada
siapa ia bersalah (Allah atau sesama manusia). Jika berbuat salah kepada Allah segera
ingat kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya.
Artinya :
“ dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya
diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa
mereka…. “ ( QS. Ali Imron : 135 ).
Jika berbuat salah kepada manusia segera meminta maaf kepadanya tidak
usah menunggu lebaran tiba. Pengakuan kesalahan baik terhadap Allah maupun
kepada selain-Nya ini merupakan sikap jujur dan terbuka. Menurut Islam sikap jujur
dan terbuka termasuk baik. Nabi bersabda:
يقا صد هللا عند يكتب حتى ق يصد لرجل ا ن وا لجنة ا لى ا يهدى لبر ا ن وا لبر ا لى ا يهدى ق لصد ا ن ا. وا
لفجور ا لى ا يهد ب لكذ ا ن. ر لنا ا يهدى لفجور ا ن وا. متفق (با كذا هلل عند يكتب حتى ب ليكذ الرجل ن وا
)عليه
(Sesungguhnya jujur itu menggiring ke arah kebajikan dan kebajikan itu mengarah ke
surga. Sesungguhnya lelaki yang senantiasa jujur, ia ditetapkan sebagai orang yang
jujur. Sesungguhnya bohong itu menggiring ke arah dusta. Dusta itu menggiring ke
neraka. sesungguhnya lelaki yang senantiasa berbuat bohong itu akan ditetapkan
sebagai pembohong. Muttafaq ‘alaih (an-Nawawi, [t.th.]:42)).
BERSIKAP ADIL
Secara leksikal adil dapat diaritikan tidak berat sebelah, tidak memihak,
berpegang kepada kebenaran, sepatutnya, dan tidak sewenang-wenang (Kamus Besar,
l990 :6-7) Dari masing-masing arti dapat dicontohkan sebagai berikut: (1) Cinta kasih
seorang ibu terhadap putra-putrinya tidak berat sebelah. (2) Dalam memutuskan
perkara, seorang hakim tidak memihak kepada salah satu yang bersengketa.(3) Di
dalam menjalankan tugasnya sebagai hakim, Hamid selalu berpegang kepada
kebenaran. (4) Sudah sepatutnya jika akhlaqul-karimah guru diteladani oleh murid.(5)
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tidak berbuat sewenang-wenang terhadap
yang dipimpin. Dari masing-masing contoh ini dapat disimpulkan bahwa sikap adil
amat positif secara moral.
Karena sifat yang positif, tentu sikap adil didambakan oleh banyak orang.
Dalam contoh-contoh di atas, sikap adil bersikap positif atau menguntungkan orang
lain. Adil juga dapat dartikan tingkah laku dan kekuatan jiwa yang mendorong
seseorang untuk mengendalikan amarah dan syahwat dan menyalurkannya ke tujuan
yang baik (al-Hufiy, 2000: 24). Dalam definisi ini dapat dipahami bahwa adil adalah
kondisi batiniah seseorang yang berbentuk energi. Energi ini mendesak keluar untuk
mengendalikan amarah dan kemauan-kemauan hawa nafsu sehingga perbuatan yang
keluar menjadi baik. Yang mestinya orang itu menuruti hawa nafsu, karena kendali
sikaprbuatannya menjadi terarah, tidak merugikan diri sendiri dan orng lain.
Islam memandang sikap adil amat fundamental dalam struktur ajaran. Kata
adil dan berbagai turunannya seperti : ya’dilun, i’dilu, ‘adlun, dan ta’dili diulang
sebanyak 28 kali di dalam Alquran. Karena itu Allah memerintah kepada kita supaya
berlaku adil dalam semua hal. Allah berfirman:
Artinya :
“...Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa...” (QS. Al Maidah: 8).
Kata adil sinonim dengan al-qish. Kata ini dan berbagai derivasinya, umpama:
iqshitu, al-muqshitun, dan al-qashitun terulaqng sebanyak 25 kali dalam Alquran
(‘Abd al-Baqiy, [t.th.] :P690). Kadang-kadang kata adil dan kata al-qisht disebut
secara besama-sama dan satu sama lain berarti sama. Contohnya adalah:
Artinya :
“ dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah
kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap
yang lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai surut
kembali pada perintah Allah. kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya
menurut keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang Berlaku adil “. ( QS. Al Hujurat : 9 ).
Karena baik secara rasional maupun syariah bahwa sikap adil itu adalah baik
dan positif, tetapi di sisi lain kita merupakan pemeluk agama Islam terbesar dunia dan
di saat yang sama dikenal sebagai bangsa dengan aneka predikat yang tidak baik
seperti KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme), maka untuk merubah citra buruk itu
salah satu cara strategis adalah membudayakan sikap adil dalam semua lapangan
kehidupan.
Dalam Islam orang yang paling pantas untuk di dudukkan sebagai idola untuk ditiru
dan diteladani adalah Rasulullah SAW. Allah berfirman yang artinya :
“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
Dia banyak menyebut Allah “. ( QS. Al Ahzab : 21 ).
Sebagai seorang muslim kita juga harus memiliki sikap terbuka dan adil.
Sikap terbuka adalah jujur, dan ini merupakan ajaran akhlak yang penting di dalam
Islam. Secara leksikal adil dapat diaritikan tidak berat sebelah, tidak memihak,
berpegang kepada kebenaran, sepatutnya, dan tidak sewenang-wenang.
DAFTAR PUSTAKA
https://pintania.wordpress.com/etos-kerja-dalam-islam/
http://ikumpul.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-maksud-etos-kerja-islam-
muslim.html?m=1