Anda di halaman 1dari 22

GAMBARAN UMUM NEGARA FILIPINA

Filipina adalah sebuah negara kepulauan yang terletak di lepas pantai tenggara
Asia. Negara ini terdiri atas sekitar 7.100 pulau yang membentang sekitar 1.850
kilometer di sepanjang tepi barat Samudra Pasifik. Tiga pulau utamanya adalah
Luzon, Visayas, dan Mindanao. Sebagian besar pulau-pulau Filipina kecil dan tak
berpenghuni. Sebagian besar orang-orang hidup di sebelas pulau terbesar, dua di
antaranya -Luzon dan Mindanao- mencakup lebih dari dua pertiga dari luas
daratan negara itu.

Filipina adalah salah satu koloni Eropa pertama di Asia dan karena itulah telah
dipengaruhi oleh budaya Asia dan Barat selama hampir 500 tahun. Wilayah di
Asia Tenggara ini diakuisisi pada tahun 1500-an oleh Spanyol. Orang-orang
Spanyol membawa tradisi Eropa dan agama Kristen. Setelah kekalahan Spanyol
dalam Perang Spanyol-Amerika pada tahun 1898, Filipina diserahkan ke Amerika
Serikat, yang dikelolanya selama 48 tahun. Orang-orang Filipina memperoleh
kemerdekaan mereka pada 4 Juli 1946.

Penduduk

Kebanyakan warga Filipina adalah orang Melayu-Polinesia dan berhubungan erat


dengan orang-orang dari Malaysia dan Indonesia. Etnis China membentuk
kelompok minoritas kecil. Filipina memiliki salah satu tingkat pertumbuhan
penduduk tertinggi di Asia. Sekitar setengah penduduknya hidup di Luzon, pulau
terbesar. Sekitar 70 persen tinggal di daerah pedesaan, meskipun dalam beberapa
tahun terakhir banyak orang telah pindah ke kota-kota, terutama ke daerah
metropolitan besar Metro-Manila, ibukota Filipina, di Luzon.

Bahasa

Nenek moyang orang Filipina menetap di berbagai bagian pulau. Kebanyakan


mereka diisolasi satu sama lain oleh laut dan pegunungan. Akibatnya, banyak

1
bahasa yang berbeda berkembang. Lebih dari 80 bahasa digunakan di Filipina.
Banyak orang Filipina pedesaan hanya fasih menggunakan bahasa lokal mereka.

Dalam rangka untuk menciptakan bahasa yang sama, pemerintah mengadopsi


bahasa Filipina sebagai bahasa nasional. Bahasa Filipina didasarkan pada bahasa
Tagalog, salah satu bahasa utama Filipina. Ada delapan bahasa utama, termasuk
Tagalog. Dalam percakapan sehari-hari, bahasa Filipina biasanya dicampur secara
bebas dengan bahasa Inggris. Baik bahasa Filipina maupun bahasa Inggris
menjadi bahasa resmi Filipina.

Agama

Filipina adalah satu-satunya negara di Asia dengan jumlah penduduk mayoritas


Kristen. Lebih dari 80 persen warga Filipina beragama Katolik Roma. Sekitar 9
persen adalah pemeluk Protestan. Ada juga minoritas Muslim kecil. Sejumlah
gereja Kristen lokal telah terbentuk, termasuk Gereja Independen Filipina
(Aglipayan), didirikan pada tahun 1902, dan Gereja Kristus (Iglesia ni Cristo),
yang didirikan pada tahun 1914.

Orang Filipina yang tinggal di pulau-pulau paling selatan telah memeluk Islam
beberapa abad sebelum kedatangan orang-orang Spanyol. Hari ini Muslim
Filipina, kadang-kadang disebut Moro oleh orang Kristen, membentuk sekitar 5
persen dari populasi. Sebagian besar tinggal di Mindanao selatan dan Kepulauan
Sulu. Kebebasan beragama dan pemisahan gereja dengan negara dijamin untuk
semua orang oleh konstitusi Filipina.

Bentang Alam

Filipina terletak di bagian barat Samudera Pasifik, sebelah timur laut Kalimantan
dan selatan Taiwan. Ada tiga kelompok pulau utama. Kelompok Luzon di utara
mencakup pulau Luzon dan Mindoro. Kelompok tengah berisi Pulau Palawan di
barat dan Kepulauan Visayan (termasuk Bohol, Cebu, Leyte, Masbate, Negros,
Panay, dan Samar) di timur. Kelompok Mindanao di selatan terdiri atas

2
Kepulauan Mindanao dan Sulu, yang membentang ke barat daya menuju
Kalimantan.

Luzon adalah pulau terbesar. Luzon utara memiliki pegunungan tinggi. Luzon
tengah adalah dataran yang luas, di mana padi dan tebu ditanam. Pulau ini juga
memiliki banyak gunung berapi yang aktif. Gunung Pinatubo, di pusat kota
Luzon, meletus pada tahun 1991, menyebabkan kerusakan yang luas. Gunung
Mayon, di tenggara, aktif baru-baru ini.

Pulau terbesar kedua adalah Mindanao. Gunung Apo (2.954 meter), puncak
tertinggi di Filipina, berada di sana. Mindanao memiliki beberapa pelabuhan,
seperti Zamboanga dan Davao. Jagung ditanam di banyak pulau dalam kelompok
Visayan.

Sumber Daya Alam

Sumber daya alam negara itu meliputi kayu, minyak bumi, nikel, kobalt, perak,
emas, garam, dan tembaga. Sebagian besar tanah di Filipina tropis dan tak terlalu
subur. Hanya sekitar seperlima dari tanahnya yang cocok untuk pertanian. Tanah
terkaya berada di dataran tengah dan lembah Sungai Cagayan di Luzon dan di
beberapa bagian Mindanao. Hujan deras dan penyalahgunaan tanah telah
menyebabkan erosi serius.

Karena eksploitasi komersial ilegal dan pembukaan lahan pertanian, hanya sekitar
sepertiga dari negara itu yang berupa hutan. Nipah dan hutan bakau ditemukan di
wilayah pesisir. Beberapa daerah dataran rendah masih ditutupi hutan hujan
tropis. Pohon-pohon yang ada di daerah ini memiliki nilai komersial. Anggrek
langka dan tanaman tropis berlimpah di hutan hujan. Daerah Filipina lain
menghasilkan bunga dan tanaman indah. Bunga nasional Filipina adalah
sampaguita yang harum.

Banyak hewan liar seperti musang, luwak, musang Malaya, landak, tamarau liar
(kerbau kecil), dan kera ekor panjang hidup di Filipina. Ada sekitar 1.000 jenis

3
burung, termasuk burung beo berwarna cerah. Lebih dari 2.000 spesies ikan
menghuni perairan Filipina. Tapi sumber daya ini terancam oleh penangkapan
ikan berlebihan, polusi, dan perusakan ekosistem terumbu karang.

Kota-kota Besar

Manila adalah ibu kota, kota terbesar, pelabuhan terkemuka, serta pusat komersial
dan industri paling penting di Filipina. Terletak di Luzon, Manila didirikan oleh
Spanyol pada tahun 1571 di lokasi pemukiman yang sudah ada bernama
Maynilad. Daerah metropolitan yang lebih besar, yang disebut Metro-Manila,
dijadikan pusat pemerintah pada tahun 1975. Setelah tahun 1986, sebagian besar
kewenangan pemerintah daerah dikembalikan ke konstituen kota-kota besar dan
kota-kota kecil. Populasi metropolitan melebihi 4 juta jiwa, sementara gabungan
daerah Metro Manila-termasuk Quezon City memiliki populasi lebih dari 11 juta
jiwa.

Quezon City, kota terbesar kedua di Filipina, terletak lebih dalam dari Manila.
Kota ini menjadi ibukota negara tahun 1948-1976. Cebu City adalah pelabuhan
utama Kepulauan Visayan dan pusat perdagangan regional yang penting.
Didirikan oleh Spanyol pada tahun 1565, Cebu adalah kota tertua di Filipina.

Warisan Budaya

Musik Filipina mencakup melodi kuno yang dimainkan dengan seruling bambu
atau gong perunggu dari masa berabad-abad lalu. Musik kebarat-baratan Filipina
bervariasi dari klasik hingga rock. Banyak lagu dan tarian yang disertai dengan
gitar mencerminkan pengaruh Spanyol. Kundiman Filipina (lagu seni) memiliki
keindahan melodi dan lirik yang besar.

Lukisan dan patung seniman Filipina sering menggunakan gaya unik yang
membaurkan pengaruh Asia dan Barat. Talenta seni Filipina juga tercermin pada
kain tenun halus yang menggabungkan serat sutra dan serat nanas atau keranjang
berdesain rumit yang ditenun dari rotan.

4
Novel dan cerita pendek oleh penulis Filipina seperti José Rizal, N.V.M.
González, dan Benvenido Santos telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa.
Nick Joaquin, Carlos P. Romulo, dan Salvador Lopez meraih reputasi
internasional sebagai penulis dalam bahasa Inggris.

SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA FILIPINA

1. BENTUK NEGARA

Negara Filipina berbentuk negara kesatuan, yaitu negara yang merdeka dan
berdaulat, yang berkuasa hanya satu pemerintah pusat yang mengatur seluruh
daerah sebagai bagian dari negara. Negara kesatuan sering juga disebut sebagai
negara unitaris, unity. Unitaris merupakan negara tunggal (satu negara) yang
monosentris (berpusat satu), terdiri hanya satu negara, satu pemerintahan, satu
kepala negara, satu badan legislatif yang berlaku bagi seluruh wilayah negara.
Hakikat negara kesatuan yang sesungguhnya adalah kedaulatan tidak terbagi-bagi,
baik ke luar maupun ke dalam dan kekuasaan pemerintah pusat tidak dibatasi.
Filipina dibagi 3 grup pulau yaitu Luzon, Visayas dan Mindanao.Kemudian dibagi
menjadi 17 Region,80 Provinsi,120 Kota,1.511 Munisipalitas dan 42.008 distrik.

Seluruh provinsi dikelompokkan menjadi 17 Wilayah ('Region') untuk kemudahan


administratif. Kebanyakan kantor pemerintah memiliki kantor regional untuk
melayani provinsi-provinsi di dalamnya. Wilayah ini tidak memiliki pemerintahan
lokal yang terpisah, kecuali Mindanao Muslim dan Wilayah Administratif
Cordillera, yang memiliki otonomi sendiri.

2. BENTUK PEMERINTAHAN

Bentuk pemerintahan Filipina adalah republik demokratis, kedaulatan berada di


tangan rakyat dan kewenangan pemerintah berasal dari rakyat. Sebagaimana yang
diatur dalam konstitusi 1987. Konstitusi ini merupakan model konstitusi

5
persemakmuran 1935 yang mendirikan sebuah system pemerintah yang serupa
dengan Amerika serikat. Konstitusi ini mencakup banyak batasan kekuasaan
otoriter. Semua warga Negara Filipina yang telah berusia 18 tahun lebih dapat
memberikan suara.

Presiden dipilih melalui pemilu untuk masa jabatan enam tahun serta Wakil
Presiden yang juga dipilih langsung dapat mengabdi dengan masa waktu tidak
lebih dari dua perioe enam tahun berturut-turut. Presiden dan Wakil Presiden
dipilih melalui pemungutan suara yang terpisah dan mungkin berasal dari partai
politik yang berbeda.

3. SISTEM PEMERINTAHAN

Filipina sebagai Negara yang menerapkan sistem pemerintahan presidensial


memiliki presiden sebagai kepala Negara sekaligus menjabat sebagai kepala
pemerintahan. Namun demikian, dalam sistem pemerintahan Filipina, presiden
mempunyai posisi yang cukup lemah. Hal tersebut karena dalam konstitusi
Filipina, Impeachment dapat dibahas disenat jika sebelumnya di setujui oleh
sepertiga anggota parlemen. Itu artinya presiden ada kemungkinan bisa
diberhentikan oleh parlemen. Impeachment yang dibolehkan diFilipina dengan
alasan politik, bukan kejahatan. Sebagai contoh, pada tahun 1997 opposisi di
parlemen berupaya untuk meloloskan Impeachment guna menjatuhkan Presiden
Geloria Macapagal Arroyo dalam kasus politik yang berkaitan dengan masalah
pelaksanan pemilu.

Kepala Negara atau Kepala Eksekutif Filipina adalah seorang Presiden. Adapun
untuk lembaga Legislatif Negara Filipina memiliki Legislatif Bicameral (dua
bagian) yang disebut dengan kongres Filipina. Majelis tertinggi atau senat
memiliki 24 anggota yang secara langsung dipilih untuk mengabdi dengan masa
waktu selama enam tahun. Senator dibatasi waktunya untuk dua masa berturut-
turut.

6
Majelis rendah atau dewan perwakilan memiliki maksimal 260 anggota dengan
masa jabatan selama tiga tahun. 208 wakil dipilih langsung dan 52 orang dipilih
tidak langsung dari daftar nominasi kelompok minoritas masyarakat adat.
Anggota dewan perwakilan dibatasi masa baktinya untuk tiga kali berturut-turut.
Dua pertiga suara kongres di perlukan untuk menolak hak veto undang-undang
yang disusun presiden.

Untuk lembaga kehakiman (yudikatif) Pengadilan tertinggi I Filipina adalah


Mahkamah Agung yang terdiri atas Hakim Ketua dan 14 Hakim Anggota,
semuanya ditunjuk oleh Presiden Negara. Usia pension wajib bagi hakim
Mahkamah Agung adalah 70 tahun. Badan peradilan lainnya adalah pengadilan
banding, pengadilan tingkat pertama, dan pengadilan kota.

4. SISTEM KABINET

Filipina melaksanakan sistem negara kabinet presidesial, dalam sistem


pemerintahan presidensial, badan eksekutif dan legislatif memiliki kedudukan
yang independen. Kedua badan tersebut tidak berhubungan secara langsung
seperti dalam sistem pemerintahan parlementer. Mereka dipilih oleh rakyat secara
terpisah. Sehingga tidak ada kontrol antara kedua lembaga tersebut, baik eksekutif
maupun legislatif. Untuk penggambaran lebih jelasnya, berikut ini ciri-ciri,
kelebihan serta kelebiah dan kekurangan dari sistem pemerintahan presidensial.

STRUKTUR PENGADILAN

Sistem hukum Filipina saat ini terdiri dari kehakiman yang terintegrasi. Sidang
pengadilan paling bawah terdiri dari siding pengadilan metropolitan, siding
pengadilan kota, dan siding pengadilan kota sirkuit. Pengadilan ini memutuskan
perkara dalam batas yurisdiksi yang sempit, termasuk pelanggaran terhadap
peraturan setempat dan pelanggaran dimana sanksi hukum tidak melebihi enam
tahun, pada perkara perdata tidak melebihi P100.000 (P200.000 di metro Manila).
Sidang pengadilan kota yang lebih tinggi terdiri dari siding pengadilan daerah
yang memiliki yurisdiksi umum untuk perkara pidana maupun perdata dimana

7
sanksi dan nilia-nilai berkedudukan di atas pengadilan metropolitan dan kota.
Perkara-perkara yang diputuskan oleh siding pengadilan metropolitan dan kota
dapat mengajukan banding ke sidang pengadilan daerah. Di atas pengadilan
terdapat pengadilan perantara untuk pengajuan banding, yang meninjau kembali
perkara yang diajukan banding dari siding pengadilan daerah. Pengadilan
perantara ini dapat meninjau kembali pertanyaan berupa fakta ataupun hukum.
Penyelesaian perkara yang dari awal sudah dilakukan di sidang pengadilan daerah
dapat mengajukan banding sebagai salah satu hak. Perkara yang mendapatkan
pengajuan banding yang dari awalnya berasal dari sidang pengadilan kota dan
kemudian diputuskan oleh sidang pengadilan daerah diterima dengan
kebijaksanaan tertentu.
Mahkamah Agung berdudukan di puncak sistem yudisial dan secara teori hanya
menerima pertanyaan berkaitan dengan hukum. Badan ini meninjau kembali
pengajuan banding di siding pengadilan daerah dan pengadilan banding.
Pengajuan banding kepada Mahkamah Agung bukanlah masalah hak semata,
dengan pengecualian perkara pidana yang memiliki keputusan berkaitan dengan
hukuman mati atau penjara seumur hidup. Mahkamah Agung juga memiliki
wewenang untuk mengeluarkan writ (surat perintah kehakiman) luar biasa
termasuk certiorari, prohibition, mandamus, habeas corpus, injunction, contempt
dan lain-lain.
Mahkamah Agung terdiri dari seorang kepala hakim dan empat belas assisten
hakim. Panel yang terdiri dari tiga, lima atau tujuh anggota ditentukan dalam
kebijsakasanaan pengadilan untuk menerima banding. Para hakim bertugas dalam
kondisi yang baik sampai umur tujuh puluh tahun dan menikmati perlindungan
dalam persoalan gaji. Hakim di tingkat pengadilan bawah harus berasal dari warga
Negara asli dan anggota dari pengadilan Filipina. Selanjutnya, hakim yang
bertugas di Mahkamah Agung harus berumur minimal empat puluh tahun, dan
telah memiliki pengalaman menjadi hakim di tingkat pengadilan bawah atau
memiliki pengalaman sebagai pengacara Filipina minimal lima belas tahun.
Konstitusi 1987 sedikit mengubah cara seleksi hakim dan anggota kehakiman.
Konstitusi tersebut mendirikan sebuah Dewan Hakim dan Pengadilan (Judicial

8
and Bar Council) yang terdiri dari menteri kehakiman, satu anggota kongres, satu
orang akademisi, satu senator, satu anggota dari sektor privat, perwakilan dari
Pengadilan Terpadu Filipina (Integrated Bar of Philippines), satu hakim yang
sudah pensiun, dan kepala hakim Mahkamah Agung. Badan ini memeriksa calon-
calon dan memberikan tiga calon kepada presiden untuk memilih salah satu
diantara ketiganya atau dapat menolak semuanya sekaligus. Sebelumnya,
penunjukkan kepada pengadilan dilakukan oleh presiden dan disahkan oleh badan
konstitusional, yang dikenal dengan Komisi Penunjukkan (Commission of
Appointment). Penunjukkan melalui Dewan Hakim dan Pengadilan seharusnya
mengurangi nuansa politik atas proses penunjukkan, yang sbelumnya telah
digunakan sebagai sistem penghargaan. Namun sedikit perubahan yang terjadi
pada Dewan Hakim dan Pengadilan. Presiden sangat berpengaruh pada komposisi
dewan tersebut, dan dewan ini malah dianggap memfasilitasi penunjukkan
terhadap orang-orang yang setia kepada presiden (Haynie 1998).

Pengadilan juga bertanggung jawab atas administrasi kehakiman, dan juga


pemantauan atas Pengadilan Terpadu Filipina (PTF). Aturan pengadilan yang
diumumkan secara resmi oleh Mahkamah Agung Filipina mensyaratkan bahwa
setiap orang yang berkeinginan untuk mempraktekkan hukum haruslah seorang
warga Negara yang telah minimal berusia dua puluh satu tahun, memiliki moral
yang baik, bebas dari tuduhan kejahatan moral, dan lulus ujian pengadilan yang
diberikan oleh Mahkamah Agung. Agar dapat mengikuti ujian tersebut, para
pendaftar harus lulus kurikulum hukum masa empat tahun dalam sebuah
universitas yang terakreditasi. Lebih dari lima puluh sekolah hukum berdiri di
Filipina. Antara tiga ribu lima ratus dan empat ribu lima ratus orang mengikuti
ujian pengadilan setiap tahunnya. Diantaranya sekitar enam ratus sampai seribu
lima ratus diterima untuk bekerja di pengadilan setiap tahunnya. Profesi hukum
diintegrasikan dengan badan korporasi pada tanggal 16 Januari 1973. Pengadilan
Terpadu Filipina dengan empat puluh lima ribuan anggotanya mempertahankan
bantuan hukum dan proyek-proyek hak asasi manusia. Pendidikan lanjutan dan
program pelatihan telah dikembangkan bagi mereka yang telah ditunjuk untuk

9
bertugas atau pada posisi lain dalam sistem kehakiman. Misalnya, Program
Pendidikan dan Pelatihan Jasa Penuntut Nasional dikembangkan untuk
meningkatkan professionalitas jaksa penuntut di seluruh negara. Serupa dengan
hal tersebut, program orientasi yang wajib tersedia untuk hakim yang baru saja
ditunjuk, dan Mahkamah Agung membutuhkan pendidikan lanjutan untuk hakim
yang sedang bertugas.

Struktur Hukum Pengadilan Filipina

Pengadilan khusus

PENGADILAN KHUSUS DAN KANTOR PENGADILAN


Pengadilan pengajuan banding untuk urusan pajak memiliki yurisdiksi khusus atas
keputusan yang dibuat komisioner pendapatan internal, komisioner bea cukai, dan
dewan assesmen pengajuan banding tingkat propinsi atau kota. Keputusan yang
dibuat Pengadilan Banding Perpajakan diperiksa kembali secara langsung oleh
Mahkamah Agung.

Pengadilan Graft (Suap), Sandiganbayan, memiliki kewenangan untuk


memperkarakan dan memutuskan perkara-perkara berhubungan dengan
pelanggaran terhadap undang-undang Anti-Suap dan Praktek Korupsi, misalnya
tindakan menyuap atau kejahatan lain yang dilakukan oleh petugas publick
berhubungan dengan tugasnya. Pengajuan banding atas keputusan yang dibuat
Sandiganbayan berujung pada Mahkamah Agung pada beberapa bidang yang
didefinisikan secara khusus dalam konstitusi.

Pengadilan Syaria Sirkuit dan pengadilan Syaria Distrik memiliki yurisdiksi yang
terbatas pada populasi kaum muslim di Mindanao, dimana aturan-aturan kaum
Muslim atas hukum pribadi ditegakkan. Pengadilan Syaria memiliki yurisdiksi
eksklusif atas beberapa hukum pribadi dan keluarga, termasuk hak asuh,
perwalian, urusan kebapakan, dan distribusi, pembagian dan penyelesaian urusan
tanah milik. Pengajuan banding atas keputusan pengadilan Syaria Sirkuit
disalurkan kepada pengadilan Syaria Distrik. Pengajuan banding terhadap

10
keputusan pengadilan Syaria Distrik tersalurkan kepada Pengadilan Banding dan
akhirnya kepada Mahkamah Agung pada bidang yang didefinisikan secara khusus
dalam konstitusi.

Sejumlah kantor pengadilan administratif atau komisi memiliki kewenangan


untuk memutuskan beberapa kategori perkara tertentu, yang dikenal dengan kuasi-
pengadilan atau kuasi-agensi yudisial. Yang demikian terdiri dari Komisi Layanan
Sipil, Komisi Pemilihan Umum dan Komisi Audit. Keputusan komisi ini dapat
diajukan banding langsung ke Mahkamah Agung. Kuasi-pengadilan lain yang
diciptakakan oleh statuta termasuk diantaranya Komisi Hubungan Buruh
Nasional, Departmen Reformasi Agraria, Komisi Asuransi, dan Kewenangan
Registrasi Tanah. Pengajuan banding kepada pengadilan ini tersalurkan kepada
Pengadilan Banding.

KERANGKA KONSTITUSI

Konstitusi Filipina tahun 1987 yang mengikuti model A.S., menetapkan tiga
cabang terpisah dalam pemerintah. Cabang eksekutif diketuai oleh presiden dan
wakil presiden yang terpilih melalui pemilihan umum secara terpisah untuk masa
jabatan enam tahun. Karena mereka dipilih secara terpisah, mereka tidak mesti
menjadi anggota partai yang sama. Dalam kenyataannya, pada tahun 1998, Joseph
Estrada dari partai Perjuangan Masa Nasionalis Filipina dipilih sebagai presiden
sedangkan Gloria Macapagal Arroyo dari partai Kekuatan Rakyat-Perserikatan
Nasional Demokrat Kristen dipilih sebagai wakil presiden. Cabang legislatif yang
bicameral (terdiri dari dua dewan) terdiri dari Senat yang beranggotakan 24 orang,
dan dipilih secara luas, dan Dewan Perwakilan Rakyat yang beranggotakan 260
orang yang dipilih melalui penunjukkan distrik-distrik. Anggota senat dapat
bertugas maksimal dengan dua masa jabatan (satu masa jabatan adalah enam
tahun), anggota dewan perwakilan rakyat dapat bertugas dengan maksimal tiga
masa jabatan (satu masa jabatan adalah tiga tahun). Badan kehakiman terdiri dari
Mahkamah Agung yang beranggotakan 15 orang, yang menerima perkara dalam

11
pembagian tiga divisi yang dibagi antara lima anggota masing-masing (Banks dan
Muller 1999, 777 – 780).

Konstitusi menyediakan sebuah perjanjian hak asasi manusia yang memasukkan


seluruh bentuk perlindungan dalam perjanjian hak asasi manusia di Amerika
Serikat dengan sejumlah bentuk perlindungan tambahan. Misalnya, konstitusi
tidak hanya melindungi kebebasan menyatakan pendapat namun juga ekspresi
pendapat; tidak hanya perlindungan dari pemeriksanaan tanpa alasan namun juga
perlindungan terhadap kebebasan tempat tinggal; perlindungan buruh; urusan
kontrak; keyakinan dan aspirasi politik; perlindungan terhadap “hukuman yang
mendegradasikan secara fisik dan psikologis terhadap tahanan atau penggunaan
fasilitas hukuman yang di bawah standar.” Pasal VIII dari konstitusi
mengharuskan pemerintah agar mengatur barang milik dan lingkungan kerja
untuk dapat mempromosikan keadilan sosial dan hak asasi manusia. Walaupun
hukuman mati dibatalkan pada Konstitusi tahun 1987, namun pembatalan dicabut
pada tahun 1993 untuk tiga belas jenis kejahatan, termasuk penculikan,
pembunuhan, pemerkosaan, pembajakan, pengkhianatan, dan merampas badan
keuangan Negara. Walau secara retorik hal ini cukup mengesankan, namun upaya
perwujudan janji-janji dalam Konstitusi 1987 terbukti sangat sulit (ibid, 776).

Sementara dalam konstitusi 1987, sistem hukum tidak banyak mengalami


perubahan, anggapan kesetiaan pengadilan tehadap Marcos membangkitkan usaha
yang lebih keras agar sistem hukum menjadi lebih independen, khususnya
Mahkamah Agung. Mahkamah Agung memberikan supervisi administratif pada
pengadilan di bawahnya, hakim, pekerja, dan urusan kedisiplinan pengadilan.
Sebelumnya, Departmen Kehakiman bertanggung jawab atas administrasi
kehakiman. Konstitusi juga memperluas yurisdiksinya yang sebenarnya sudah
luas agar memasukkan perkara “penyimpangan penggunaan kebijaksasnaan yang
berlebihan” atau “kurangnya atau terlalu banyaknya yurisdiksi atas bagian-bagian
cabang manapun atau instrumentasi pemerintah.” Karena pengadilan tidak
memiliki kontrol kebijaksanaan atas acara pengadilannya sendiri, dan mengingat
kondisi masyarakat Filipina yang litigious (kecenderungan untuk tidak sepakat

12
khususnya dalam penyelesaian perkara hukum), terdapat beberapa masalah dalam
masyarakat yang tidak sampai ke pengadilan.

Bertambah kuatnya pengadilan diikuti oleh kekuasaan pengadilan yang semakin


besar. Dan dengan kekuasaan yang semakin besar maka semakin besar pula
sorotan pengadilan oleh pihak pers (Haynie 1998). Pengadilan mendapatkan
popularitas dan legitimasi yang cukup tinggi langsung setelah tercetusnya revolusi
1986. Di bawah kepemimpinan kepala hakim Teehankee, salah seorang
protagonist terhadap Marcos pada masa akhir kekuasaannya, pengadilan menjadi
semakin didukung masyarakat. Survei yang dilakukan Klub Bisinis Makati,
sebuah ikatan eksekutif bisnis meminta penilaian terhadap kinerja agensi-agensi
pemerintah, dan pengadilan dinyatakan sebagai agensi yang paling baik
kinerjanya. Namun serangkaian skandal mewabah dalam pengadilan di tahun
1990an (di bawah kepala hakim Andres Narvasa), termasuk tindakan suap pada
hakim-hakim di pengadilan bawah, dipermudahnya akses hakim yang telah
pensiun (yang dipekerjakan oleh firma besar) kepada anggota Mahkamah Agung
yang sedang bertugas, pihak pemenang perkara yang dibuat oleh pendapat
Mahakmah Agung, dan manipulasi penulisan opini publik untuk mendapatkan
sebuah hasil tertentu. Sebagai hasilnya, satu dekade setelah turunnya Marcos,
survey yang dilakukan Klub Bisnis Makati meranking pengadilan pada posisi
sembilan belas dari tiga puluh dua badan pemerintah, di bawah ranking
department buruh dan militer. Secara umum, sistem pengadilan menempati
ranking tiga puluh dari tiga puluh dua, bahkan tidak lebih baik dari bagian
pengumpulan sampah (ibid).

SISTEM POLITIK FILIPINA


Pada abad ke-16, Filipina masih berbentuk kerajaan yang terpengaruh kultur India
yang bercorak Islam.Pada tahun 1565 sampai ke tahun 1821, Filipina menjadi
propinsi Spanyol. Selepas itu, Filipina telah dikuasai oleh Amerika dan menjadi
sebuah persemakmuran di bawah Amerika Serikat. Selepas itu, Jepang telah
menguasai Filipina pada perang dunia ke-2. Filipina menjadi Negara yang
merdeka pada 4 Julai 1946.

13
Filipina merupakan negara kepulauan yang sistem pemerintahannya berbentuk
republik. Lagipun, pemerintahan Filipina adalah mengikuti Pemerintahan
Amerika Syarikat. Filipina adalah kerajaan berbentuk kesatuan berpresiden.
Presiden Filipina merupakan ketua kerajaan, ketua Negara dan panglima besar
bagi angkatan tentera. Presiden akan dipilih melalui undian popular pada setiap 6
tahun dan bebas untuk melantik dan mengetuai cabinet sendiri. Kongres
dwidewan Filipina terdiri dari Dewan Perwakilan Filipina dan Senat. Kongres
dwidewan merupakan Parlimen atau tempat yang menggubal undang-undang
yang terdiri dari dua dewan di mana setiap dewan mempunyai ahli dan cara
pemilihannya yang tersendiri. Bagi Filipina, dua dewan yang terdiri dari Kongres
dwiden adalah House of Representatives(Dewam Perwakilan Filipina) dan
Senate(Senat). Anggota dua dewan yang disebut tadi dippilih oleh pemilu.
Sebanyak 24 senator yang akan mentadbir dan menjabat selama 6 tahun di Senat
manakala Dewan Perwakilan Filipina terdiri dari tidak lebih dari 250 anggota
kongres selama 3 tahun. Kuasa kehakiman terletak di bawah Mahkamah Agung.
Mahkamah Agung diketuai oleh Ketua Mahkamah Agung dan 14 Hakim Agung
dan semuanya dilantik oleh Presiden berdasarkan pencalonan Majlis Kehakiman
dan Peguam.

Filipina merupakan salah satu pengasas kepada PBB(Pertubuhan Bangsa-Bangsa


Bersatu). PBB adalah pertubuhan antarabangsa berfungsi untuk mengelakkan
perulangan pertikaian yang hebat, menegaskan hak asasi manusia yang utama,
membaiki taraf hidup penduduk, dan menjamin rasa hormat akan undang-undang
antarabangsa. Selain itu, Filipina juga merupakan ahli pangasas Persatuan Negara-
negara Asia Tenggara(ASEAN) yang berfungsi untuk mengukuhkan kerjasama
serantau. Filipina juga merupakan ahli kepada Kesatuan Latin, Kerja Sama
Ekonomi Asia Pasifik(APEC), Sidang Kemuncak Asia Timur(EAS) dan G24.

Membahas mengenai identitas masyarakat Filipina, tidak dapat dipisahkan dari


keberagaman masyarakatnya, yang terdiri dari berbagai macam jenis ras, etnis,
agama dan suku yang didominasi oleh Melayu, Cina, Mestizo serta pribumi yang
tersebar secara tidak merata di antara 7.100 pulau, dengan hanya 1.000 pulau

14
berpenduduk dengan pulau Luzon sebagai tempat tinggal 45% warga negara
Filipina, karena lahan pulau tersebut yang sangat cocok digunakan untuk bertani
padi, yang berbeda dengan pulau-pulau lainnya berupa wilayah pegunungan dan
lembah sehingga menyulitkan pembangunan infrakstruktur dan pengembangan
komunitas masyarakat. Hal tersebut juga akhirnya melahirkan keberagaman
linguistik, dengan bahasa Tagalog sebagai bahasa nasional yang sebelumnya
merupakan bahasa daerah penduduk Pulau Luzon dan bahasa Inggris sebagai
bahasa kedua Filipina, karena 40 tahun dibawah pengaruh Amerika Serikat.
Sedangkan dalam konteks agama cenderung seragam dan mudah diidentifikasi,
karena sekitar 85% masyarakat Filipina beragama Katolik, sebagai pengaruh
peran misionaris Spanyol yang datang ke Filipina beberapa abad silam.

Di sisi lain, terdapat dua jenis kehidupan yang terlihat dari pembagian warga kota
(urban dwellers) yang secara eksklusif berdomisili di wilayah Ibukota Manila dan
didominasi oleh kelas menengah dengan kehidupan modern karena mayoritas dari
institusi modern universitas, kantor media, hingga pusat kegiatan politik berada di
Manila dan kehidupan desa di wilayah-wilayah pelosok Filipina yang didominasi
oleh para petani dan nelayan yang cenderung sederhana dan konservatif.

Keberagaman identitas masyarakat Filipina tidak dapat dipisahkan dari sejarah


yang membentuknya. Sejarah merupakan salah satu aspek yang penting dalam
pembentukan suatu negara. Sejarah mempengaruhi bagaimana stabilitas,
persatuan, dan keamanan negara Filipina yang tidak terlepas dari kolonialisasi
yang dilakukan Spanyol dan Amerika Serikat serta penjajahan yang dilakukan
oleh Jepang. Akan tetapi, otoritariansime yang dilakukan oleh aktor politik
Filipina, menjadikan persoalan pencarian identitas menjadi terabaikan dan
konstalasi polyik Filipina hanya diwarnai oleh skandal korupsi, kolusi dan
nepotisme.

Pada tahun 1521 merupakan awal datangnya bangsa Spanyol di wilayah Filipina,
dengan penduduk asli wilayah Filipina yang diidentifikasikan sebagai komunitas
Melayu non-Islam yang tidak memiliki afiliasi dengan kerajaan-kerajaan Jawa dan

15
Sumatera, sehingga Spanyol tidak melihat bahwa Filipina sebagai suatu potensi
ancaman dari komunitas tersebut akibat jumlah mereka yang juga tidak terlalu
banyak.

Sektor agrikultur sebagai karakteristik masyarakat di pedalam dan perdagangan


sebagai karakteristik masyarakat kota merupakan dua sektor yang berkembang
pada saat itu. Filipina telah berhasil memproduksi gula, abaca (pisang khas
Filipina), dan tembakau untuk diperdagangkan di pasar internasional dan
membawa pengaruh besar terhadap struktur sosial negara dengan memunculkan
suatu kelas baru dalam masyarakat bernama caciques yang merupakan tuan tanah
keturunan mestizo Cina yang berorientasi pada keuntungan komersial, berada dan
tersebar di kepulauan-kepulauan di Filipina dan berperan besar dalam
menciptakan desentralisasi dan pembagian struktur kekuasaan di Filipina sebagai
akibat absennya para aristokrat dan birokrat lokal, mereka berevolusi menjadi
kelas ekonomi elit yang independen dari kelas pengontrol yaitu Spanyol.

Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa Bangsa Spanyol mendominasi


sektor ekonomi domestik wilayah pelosok Filipina melalui sistem feodal. Para
elit, biarawan dan pastur membeli tanah luas kemudian mempekerjakan penduduk
lokal untuk menggarap tanah tersebut menjadi lahan pertanian. Sedangkan
perekonomian wilayah perkotaan bergantung pada perdagangan kapal perang khas
Spanyol bernama Galleon yang dikonstruksikan oleh tenaga kerja lokal pula.
Konsekuensi dari hal tersebut adalah budaya yang diturunkan oleh para pastur dan
biarawan lebih bersifat sosial seperti menyebarkan nilai-nilai sosial yang
bersumber dari Alkitab, penyebaran nilai-nilai ini berhasil mengubah sejumlah
besar masyarakat Filipina menjadi penganut Katolik. Sedangkan dalam konteks
politik sendiri hanya berdasar pada institusi pemerintahan lokal di berbagai
wilayah Filipina, sehingga budaya politik serta tata cara birokrasi “model”
pemerintahan negara Spanyol tidak terlalu menurun pada masyarakat Filipina.

Di sisi lain, revolusi pemberontakan penduduk lokal Filipina terhadap bangsa


Spanyol sendiri diawali pada tahun 1870 secara sembunyi-sembunyi dan

16
kemudian secara terbuka pada tahun 1896, namun sifat dari pemberontakan
penduduk lokal Filipina masih sangat terfragmentasi oleh perbedaan ideologi,
kepentingan serta persiteruan yang terjadi antara komunitas penduduk lokal. Akan
tetapi dalam implementasinya faktor penting keberhasilan dari revolusi
pemberontakan penduduk lokal Filipina terhadap bangsa Spanyol adalah
terjadinya perang antara Amerika Serikat dan Spanyol pada tahun 1898, yang
kemudian dimenangkan oleh Amerika Serikat yang kemudian secara resmi pada
tahun yang sama mengambil alih kolonialisasi Spanyol di wilayah Filipina.

Sebagai salah satu upaya untuk mempertahankan status quo dan menstabilkan
kondisi sosial politik penduduk lokal Filipina, Amerika Serikat akhirnya
membentuk dewan legislatif pada tahun 1907 dengan beberapa anggotanya
berasal dari kaum elit Filipina. Namun demikian, kurangnya warga Amerika
Serikat di Filipina yang dapat dipekerjakan sebagai birokrat serta pejabat
pemerintah, pada tahun 1912 secara perlahan semakin mulai bertambah pos
pemerintahan yang diisi oleh elit Filipina yang sebelumnya pada masa
pendudukan Spanyol hanya berstatus sebagai tuan tanah dan tidak pernah
menduduki posisi yang memiliki legitimasi nasional. Hal tersebut mengakibatkan
sebuah bentuk “pendidikan politik” yang cukup unik, karena memberikan
penekanan terhadap penggunaan kemampuan terapan sebagai upaya mencapai
keuntungan personal atau keluarga para birokrattersebut dan bukan pada
kemampuan terapan yang bersifat substantif. Konsekuensinya birokrat yang
tercipta bukanlah merupakan birokrat profesional seperti Administrative State,
akan tetapi birokrasi digunakan sebagai cara untuk memperoleh kekayaan dan
kekuasaan terhadap masyarakat, dan hal tersebut telah menjadi bagian dari budaya
politik dan dinilai masih mendominasi perpolitikan Filipina sampai sekarang ini
yang selalu penuh dengan janji dan visi misi yang terlalu idealistis, nepotisme dan
korupsi.

Di sisi lain, Perang Dunia II telah menjadi semacam paradoks bagi Filipina. Pada
satu sisi, Filipina mengalami penjajahan oleh Jepang. Di sisi lain, perang tersebut
juga membawa suatu hubungan dekat antara Filipina dan Amerika Serikat, yang

17
kemudian memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1946. Akan tetapi hal
tersebut dinilai sebagai strategi Amerika Serikat untuk tetap terus
mempertahankan pengaruhnya yang didasarkan pada alasan bahwa Amerika
Serikat gagal melakukan rehabilitasi pasca perang dan sebagai upaya menciptakan
kondisi perjanjian ekonomi dan militer pasca perang yang berujung pada
terciptanya suatu hubungan neo-kolonialisme.

Konsekuensi dari hubungan kerjasama antara Amerika Serikat dan Filipina


tersebut adalah menimbulkan ketergantungan dan menyebabkan ciri khas
“kebudayaan” pasar di Filipina yang lebih memilih produk impor AS ketimbang
produk lokal, baik dalam pasar makanan, elektronik, industri perfilman hingga
kantor-kantor media. Konsekuensi lain akibat perang adalah munculnya
pandangan skeptis masyarakat Filipina terhadap para elit. Hal ini akibat
pandangan kontroversial dalam masyarakat yang mengatakan bahwa para elit di
Filipina berkolaborasi dengan Jepang selama masa penjajahan. Hal ini
menciptakan perpecahan dalam elit di Filipina dan ketidakpercayaan masyarakat.

Meskipun nilai-nilai Barat masuk ke Filipina, tetapi terdapat juga nilai-nilai


tradisional yang akhirnya menjadi budaya politik tradisonal di Filipina, di
antaranya adalah kekeluargaan yang diperkuat melalui kebiasaan, ditempelkan
dalam ajaran Katolik, dan diproklamirkan oleh Konstitusi 1987. Tali kekeluargaan
di Filipina bahkan bisa memasukkan orang di luar keluarga asli menjadi keluarga,
yang biasa digunakan untuk menciptakan suatu kondisi sosio-ekonomi yang setara
atau disebut dengan compadrazgo. Budaya politik tradisional tersebut secara tidak
langsung telah menciptakan pola hubungan personalisme dan partikularisme.
Masyarakat Filipina beranggapan bahwa keputusan politikhanya ditentukan oleh
sekelompok orang bersifat personalisme dibandingkan sebagai hasil dari suatu
sistem atau institusi. Akibatnya, perdebatan mengenai ideologi dan institusi
menjadi hal yang jarang di Filipina. Selain itu, partikulturalisme dilakukan para
pembuat kebijakan dengan menggunakan kekuasaannya untuk menghasilkan
keuntungan segelintir orang atau kelompoknya dan menjatuhkan atau

18
menyingkirkan kelompok lain yang berdampak pada peningkatkan praktik
nepotisme dan dinasti politik.

Budaya politik Filipina juga diwarnai kesenjangan sosial yang cukup tinggi. Kelas
menengah atas di Filipina cenderung lebih aktif terlibat dalam kegiatan politik
akibat latar belakang pendidikan serta mudahnya akses ke dalam institusi politik
negara, sedangkan masyarakat Filipina yang tinggal di wilayah pedesaan
cenderung apolitis dan konservatif atau takut pada perubahan. Hal tersebut
merupakan suatu fenomena yang berbahaya karena para penduduk desa dapat
dengan mudah dikelabui oleh para politisi yang mayoritas merupakan kaum elit
kota-kota besar Filipina untuk dipengaruhi hak suara mereka dalam pemilihan
umum.

Pemaparan di atas, kembali mengingatkan pada berita politik yang cukup populer
beberapa waktu lalu, ketika Seorang pebisnis perempuan Filipina, yang dituduh
sebagai tokoh sentral dalam skandal korupsi, mengaku tidak bersalah. Pengusaha
bernama Janet Napoles itu dituding menggelapkan dana publik sebesar $220 juta
atau sekitar Rp2,4 triliun.1[1]

Skandal ini juga meretaskan protes masyarakat terhadap dewan legislatif dan
presiden. Anggota dewan di Filipina memang mendapat jatah anggaran negara,
untuk dimanfaatkan dalam proyek-proyek yang memajukan daerah pemilihannya.
Masyarakat setempat menyebut dana ini sebagai “gentong babi”. Pengungkap
fakta, yang terdiri dari keluarga dan mantan karyawan Napoles, menuduh pebisnis
perempuan itu sebagai tokoh sentral korupsi dan diduga terlibat dalam
pembentukan lembaga-lembaga fiktif yang menyedot dana bantuan itu. Kasus
Napoles sudah meluas hingga jejaring sosial. Para pengguna media sosial Filipina
mulai mengungkap kekecewaan berikut pandangan mereka. Sebetulnya, apabila
lebih mendalam menelaah bahwa faktor kunci yang memberikan kontribusi

19
kelangsungan dinasti politik di Filipina adalah sistem partai politik yang lemah.
Partai politik besar seperti Partai Liberal yang berkuasa, Aliansi Persatuan
Nasionalis dan Partai Nacionalista hanya ada melalui aliansi yang ditempa antara
keluarga politik yang kuat. Para pemimpin partai dan kandidat untuk jabatan
publik yang direkrut tidak melalui proses kaku seleksi dalam partai politik, tetapi
melalui jaringan kekerabatan tradisional.Hal tersebut akhirnya melahirkan
pandangan skeptis terhadap pemerintah, hukum, dan keadilan bahwa jabatan
publik yang diperoleh tidak lain hanyalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kekuasaan dari pemegang jabatan serta memberi keuntungan pada anggota
keluarganya. Sedangkan, masyarakat kalangan bawah tidak pernah diperhatikan
dan yang terjadi adalah skandal korupsi, kolusi dan nepotisme di setiap level
pemerintahan yang justru akhirnya semakin menambah pandangan skeptis dalam
masayrakat Filipina.

Masyarakat Filipina juga terkenal dengan Pakikisama yaitu penekanan terhadap


keharmonisan hubungan inter-personal ketimbang harus adanya kemunculan
konflik demi pemecahan suatu permasalahan. Hal ini juga memiliki dampak yang
besar terhadap budaya politik di Filipina yang cenderung mengutamakan image
atau gambaran seorang anggota pemerintahan dalam masyarakat serta
hubungannya dengan para stakeholders ketimbang mengutamakan substansi isu
atau kepentingan rakyat yang seharusnya didahulukan.

Akan tetapi, kasus Militer Filipina yang didukung artileri, menyerang gerilyawan
Pejuang Pembebasan Islam Bangsamoro (BIFF) di satu desa terpencil di pulau
selatan Mindanao,2[2] memicu pertempuran yang memaksa ratusan warga sipil
melarikan diri menimbulkan pertanyaan baru akan eksistensi Pakikisama. MILF
telah memimpin pemberontakan di Filipina selatan sejak 1970-an ditujukan untuk
mencapai kemerdekaan atau otonomi untuk minoritas Muslim negara itu di

20
Mindanao, yang mereka anggap sebagai tanah air leluhur mereka. Sekitar 150.000
orang diperkirakan telah tewas dalam konflik. Setelah 18 tahun perundingan,
MILF Sabtu menyepakati bagian akhirdari perjanjian perdamaian yang akan
memberikan warga Muslim sebuah tingkat otonomi lebih besar di selatan,
termasuk kendali atas banyak sumber daya alam di wilayah itu. BIFF memisahkan
diri dari MILF secara bertahap setelah pemimpinnya, Ulama Ameril Umbrakato
yang dilatih di Arab Saudi, menuduh kelompok Muslim utama mengkhianati
keinginan wilayah itu untuk mencapai kemerdekaan.

Peritiwa tersebut menunjukan, bahwa nampaknya Pakikisama telah mulai luntur


dalam kehidupan masyarakat Filipina. Berbagai skandal politik seperti korupsi,
kolusi dan nepotisme seperti yang telah dipaparkan di atas, ternyata tidak hanya
melahirkan pandangan skeptis di masyarakat. Akan tetapi, juga telah melunturkan
nilai tradisional masyarakat Filipina dalam menjaga keharmonisan dalam
hubungan masyarakat. Hal tersebut harusnya menjadi refleksi bagi elit politik
Filipina, yang harus segera menata dan memperbaiki diri dihadapan masyarakat.
Perbaikan tersebut, tidak hanya sebatas pencitraan image semata, tetapi harus
menjadi substansi yang diimplemenasikan dalam aktivtas politik yang berpihak
pada kepentingan rakyat Filipina bukan hanya kepada segelintir elit atau
penguasa.

Berdasarkan keseluruhan pemaparan di atas, apabila melihat latar belakang


sejarahnya, sistem otoriter telah terimplementasi di Filipina mulai dari zaman
kolonialisasi Spanyol hingga persemakmuran dan pendudukan Jepang pun
demikian. Bahkan Benigno Aquino yang menenatang pemerintahan Marcos
mengatakan bahwa siapa pun yang menjadi sukesesor Marcos, memerlukan
kekuatan diktator untuk membangun ulang kekuasaan.sehingga, tidaklah
mengherankan apabila sering terjadi perdebatan mengenai ketidaksesuaian di
Filipina antara retorika demokrasi dan kesediaan untuk mempraktikkan hal
tersebut. Masalah lain yang nampaknya menjadi persoalan di Filipina adalah
nasionalisme yang tidak tidak mencapai akhir bahagia, karena kaum nasionalis

21
Filipina gagal untuk mencapai suatu konsensus tentang apa itu kepentingan
nasional dan bagaimana cara mencapai hal tersebut.

Dalam konteks lain, nampaknya dapat disimpulkan bahwa Filipina sebagai suatu
entitas negara masih belum dapat mandiri secara independen. Secara ekonomi dan
militer masih sangat bergantung pada Amerika Serikat, secara identitas
kebudayaan sosial memiliki perbedaan diantara negara-negara tetangganya, secara
politik masih menghadapi korupsi serta nepotisme dan fenomena dinasti keluarga
pemilik modal yang merupakan oligarki perekonomian dan politik domestik
negara tersebut.

Namun demikian, fenomena dinasti politik di Filipina tersebut menjadi refleksi


bagi Indonesia. Meskipun beberapa kasus di Indoensia menunjukan sebuah
dinasti politik seperti fenomena Dinati Politik Ratu Atut di Provinsi Banten,
temasuk dinasti politik Partai Demokrat akan tetapi karena dinasti politik di
Indonesia belum meluas seperti di Filipina, masih ada banyak kesempatan bagi
pihak berwenang Indonesia untuk membalikkan kecenderungan kenaikan dinasti
regional dalam rangka menghindari kekisruhan politik seperti dialami oleh
demokrasi Filipina. Lahirnya sebuah undang-undang anti-dinasti dan peningkatan
sistem partai politik tidak dapat dijadikan satu-satunya langkah untuk proliferasi
klan politik. Setiap stakeholders termasuk masyarakat sendiri sebagai bagian dari
aktor penting dalam politik harus berpartisipasi aktif terhadap keberlangsungan
sistem politik yang ada dengan meneliti platform dan rekam jejak calon, bukan
nama keluarga mereka. Sehingga diharapkan bahwa pengalam dinasti politik
yang telah menjadi benalu dan mengakar di Filipina tidak dialami oleh negara
Indonesia.

5. SISTEM KEPARTAIAN

Filipina menganut sistem dwipartai, yaitu terdapat lebih dari dua partai yang
diakui secara konstitusional.

22

Anda mungkin juga menyukai