I.
PENDAHULUAN
Filipina adalah salah satu negara kepulauan yang berbentuk Republik di Asia Tenggara.
Filipina memiliki kurang lebih 7.107 pulau besar dan kecil, dengan perkiraan luas wilayahnya
sekitar 300.000 km2. Pulau terbesar di antara ribuan pulau tersebut adalah: Pulau Luzon,
Pulau Mindanao, Pulau Samar, Pulau Panay, Pulau Mindoro, Pulau Negros, Pulau Visayan,
Pulau Palawan, Pulau Leyte, Pulau Bohol, dan Pulau Masbate 1. Keunikan Filipina dari
negara-negara di Asia Tenggara lainnya adalah salah satu negara yang mayoritas
penduduknya beragama katolik. Selain itu,berdasarkan pengalaman kolonialisme oleh bangsa
Barat, Filipina merupakan negara di Asia Tenggara yang sangat dekat dengan Amerika
Serikat, bahkan secara superfisial Filipina merupakan negara yang paling terlihat akulturasi
budaya bangsa Malaya dengan bangsa Barat dimana westernisasi di Filipina dapat terlihat
jelas dari penamaan masyarakat asli Filipina yang sangat melekat dengan bahasa Spanyol,
dan upacara adat pernikahan di Filipina merupakan akulturasi dari budaya bangsa Amerika
Serikat.
Tidak hanya itu, sistem pemerintahan di Filipina juga mengikuti sistem pemerintahan
Amerika Serikat dimana terdapat tiga kekuasan dalam sistem pemerintahan yaitu
Eksekutif,Legislatif, dan yudisial. Oleh karena itu, Filipina sering dianggap sebagai satusatunya negara di Asia Tenggara dimana pengaruh budaya Barat,terutama budaya bangsa
Amerika Serikat, terasa sangat kuat. Ini menjadi salah satu keunikan dalam membahas
mengenai proses terbentuknya bangsa Filipina hingga menjadi sebuah negara Republik.
Seperti yang diketahui, masyarakat asli Filipina merupakan rumpun Malaya-Polynesia, tetapi
kebudayaan asli dan sistem pemerintahan di Filipina sangat mengikuti budaya demokrasi
Amerika Serikat. Dilihat dari pengalaman penjajahan Amerika Serikat di Filipina, negara ini
seharusnya negara yang memiliki pemahaman nilai-nilai demokrasi yang sangat kuat dan
dalam tahap demokrasi yang telah mendarah daging.
Dalam nilai-nilai demokrasi dikatakan bahwa demokrasi akan membawa negara kearah
kemakmuran, salah satunya dipertegas oleh pendapat Sorensen yang mengatakan bahwa
Modernisasi dan kesejahteraan akan selalu disertai sejumlah faktor yang kondusif bagi
demokrasi, seperti meningkatnya tingkat melek huruf dan pendidikan, urbanisasi, dan
1 http://wsantoso.tripod.com/filipina.html, diakses 17 April 2014 pukul 08.42
pembangunan media massa.2 Pendapat tersebut bertolak belakang dengan kondisi di Filipina.
Filipina merupakan negara yang sangat dekat dengan nilai-nilai demokrasi, tetapi sampai saat
ini Filipina masih masuk dalam kategori negara berkembang atau sering disebut sebagai
negara dunia ketiga. Sehingga menimbulkan pertanyaan Mengapa Filipina termasuk sebagai
satu negara berkembang?. Oleh sebab itu, sangat menarik dalam membahas dan mengkaji
mengenai proses terbentuknya bangsa Filipina (proses nation building) sampai menjadi suatu
negara yang diakui kedaulatannya di dunia internasional (proses state building), dan pada
akhirnya Filipina menghadapi tahap tantangan dalam pembangunan menuju negara maju
(developing program). Kajian awal akan dimulai dengan perjalanan sejarah Filipina yang
akan menjelaskan latarbelakang perjalanan sistem pemerintahan di Filipina dan terbentuknya
bangsa Filipina sendiri,kemudian komponen-komponen yang menjadi indikator sebuah
negara dikatakan sebagai negara berkembang atau tantangan pembangunan yang dihadapi
Filipina, dan yang terakhir adalah program pembangunan Filipinan kekinian.
II.
menjadi Cina, India, Jepang, Thailand, Vietnam dan Indonesia, tidak ada yang berhasil
menyatukan kepulauan yang sekarang menjadi Filipina di abad ke-20.
b. Proses Kemerdekaan Filipina
Proses kemerdekaan merupakan proses dimana bangsa menemukan nasionalisme yang
kuat untuk membentuk satu identitas melawan penjajahan yang dialami bangsanya. Selain
itu, proses kemerdekaan merupakan salah satu indikator definisi sebuah negara dikatakan
negara berkembang, karena pengalaman penjajahan menjadi salah satu faktor yang
menghambat pembangunan sebuah negara, dan Filipina salah satunya. Dari pengalaman
sejarah penjajahan ini juga dapat menjelaskan penyebab budaya Barat sangat kuat
pengaruhnya di Filipina. Karena Filipina sendiri merupakan salahs satu negara di Asia
Tenggara yang dijajah oleh Spanyol. Dan pasca perang Dunia kedua, Filipina menjadi jajahan
Amerika Serikat dikarenakan adanya pemindahan kekuasaan antara Spanyol dan Amerika
Serikat atas kekalahan Spanyol dalam perang.
Sejarah penjajahan Filipina berawal pada tahun 1521, ketika orang Portugis dan Spanyol
bertemu di Maluku, timbul perselisihan antara keduanya. Bangsa Spanyol dan Portugis saling
menuduh, bahwa lawannya melanggar isi perjajnian Tordessilas (1494). Perselisihan ini
kemudian dapat diakhiri dengan ditandatangani Perjanjian Saragosa (1529), yang menetukan
batas timur antara wilayah kekuasaan Portugis dan Spanyol yaitu garis meridian yang melalui
kepulauan Jailolo. Namun demikian, Spanyol tetap mengklaim bahwa daerah kepulauan
(sekarang Filipina) adalah wilayah kekuasaannya karena merekalah yang pertama kali
menemukannya. Mereka berusaha menduduki daerah itu. Pada tahun 1542 Ruy Lopez de
Villaloboz berangkat dari Meksiko untuk menaklukkan daerah tersebut. Dialah yang
memberikan nama Philippines sebagai penghormatan kepada Raja Spanyol yaitu Raja
Phillips II.
Ekspedisi kedua dikirim pada tahun 1562 di bawah pimpinan Miguel Lopez de Legazpi.
Berangkat dari Meksiko dengan pasukannya yang kuat. Perang berlangsung antara tahun
1565-1572. Perang ini berakhir dengan penaklukkan tiga kerajaan Islam yang belum lama
didirikan di Manila yaitu Raja Sulaiman, Raja Matarda dan Raja Lakandula. Raja Matarda
dan Raja Lakandula lebih dulu tunduk kepada Spanyol dan kemudian memeluk agama
Kristen, sedangkan Raja Sulaiman melawan sampai gugur.
Akhirnya Spanyol lah yang berhasil menguasai Filipina, hal ini dibuktikan dengan
kedatangan ekspedisi Miguel Lpez de Legazpi pada tahun 1565, yang mendirikan
pemukiman San Miguel di pulau Cebu dan lebih banyak lagi pemukiman ke utara, mencapai
teluk Manila di pulau Luzon pada tahun 1571. Di Manila, mereka mendirikan kota baru dan
dengan demikian memulai era penjajahan imperium Spanyol, yang berlangsung lebih dari
tiga abad.
Tujuan penjajahan Spanyol di Filipina adalah:
Ingin mengadakan hubungan dengan Cina dan Jepang dalam rangka menjalin hubungan
dagang yang luas
Atas dasar di atas itulah yang melatar belakangi bangsa Spanyol menginjakkan kakinya di
tanah Filipina. Namun dalam proses perkembangannya dari tujuan tersebut, hanya tujuan
yang ketiga yang dapat dicapai. Hal ini disebabkan oleh hal-hal berikut:
Filipina tidak menghasilkan rempah-rempah, namun hanya menjadi bandar transit, Spanyol
berusaha untuk menutupi kekurangan ini dengan mencoba mengeksploitasi emas dan ternyata
kawasan ini juga tidak menghasilkan emas. Akhirnya Spanyol berusaha meningkatkan posisi
Manila sebagai Bandar transit yang penting di Asia Tenggara. Namun ketika Inggris
membangun Hongkong (1842) kedudukan Manila sebagai Bandar transit jatuh.
Upaya Spanyol untu menjalin hubungan dagang dengan Jepang dan Cina gagal karena
keduanya menjalankan isolasi.
Tujuan yang ketiga ini yang tercapai. Penyebaran agama Nasrani di Filipina paling berhasil
dibandingkan dengan penyebaran agama Nasrani di bagian Asia Tenggara lainnya. Mungkin
disebabkan penyebaran agama Islam di Filipina sebelah Utara belum meluas. Banyak
diantara penduduk asli menganut animisme dan dinamisme.
Bangsa Spanyol menguasai dan menjajah Filipina dengan sistem kuno, yaitu Gospel
(Penyebaran agama), Gold (Emas), dan Glory (kejayaan). Penyebaran agama Roma Katolik
mendapat bantuan dari pemerintah spanyol sebagian besar penduduk Filipina memeluk
agama Roma Katolik hanya Filipina bagian selatan tidak dapat dipengaruhi dan tetap
memeluk agama Islam (Moros). Biara-biara Roma Katolik muncul dimana-mana yang
akhirnya menguasai sebagian besar tanah-tanah di Filipina. Para petani tidak dapat berbuat
apa-apa karena biara-biara itu mendapatkan jaminan dan perlindungan dari pemerintah
jajahan Spanyol.
Penentangan adat dan penindasan kerajaan Spanyol ini telah mencetuskan pemberontakan
Besi. Pemberontakan ini dapat disamakan dengan peristiwa Whisky Rebellion di Amerika
Serikat pada tahun 1794.
Pemberontakan ini melibatkan golongan tentara Filipina yg tidak puas hati dengan amalan
diskriminasi tentara Spanyol terhadap tentara Filipina. Mereka dibedakan dari segi gaji, taraf
jawatan dan pekerjaan, layanan dan peluang kenaikan pangkat. Ini terbukti apabila tentara
Filipina diberi gaji yang rendah, layanan yang buruk dan tidak berpeluang menjawat jawatan
yang lebih tinggi berbanding tentara Spanyol. Dalam pemberontakan ini tentera Filipina
hampir menawan Manila. Pemberontakan ini sebenarnya satu usaha untuk mengembalikan
maruah tentera Filipina yang ditindas agar setanding dengan tentara berbangsa Spanyol.
Pemberontakan Tayabas merupakan pemberontakan golongan paderi-paderi Filipina
menentang paderi Spanyol. Pemberontakan ini disebabkan amalan diskriminasi dikalangan
paderi Sepanyol dgn paderi Filipina. Paderi-paderi Spanyol diberi pelbagai kemudahan,
keistimewaan dan memegang jawatan yang tinggi dalam gereja sedangkan paderi berbangsa
Filipina diketepikan dan tidak dibenarkan menduduki jawatan penting dalam gereja. Gerakan
ini dipimpin oleh paderi Apolinario de La Cruz Beliau cuba menubuhkan persatuan Gereja
St.Joseph yang ahlinya terdiri daripada orang-orang Filipina sahaja. Namun cubaan Cruz
mendapat tentangan daripada gereja Katolik.Cruz kemudiannya telah menubuhkan gerejanya
sendiri dan melantik dirinya sebagai ketua Cruz juga tidak dibenarkan belajar di gereja
katolik sebagai langkah menghalang peluasan kuasa paderi Filipina. Cruz telah
menumbuhkan pertumbuhan agama yang dikenali sebagai Confrdia de San Jose yang
bertujuan menghalang diskriminasi penguasa Sepanyol dlm gereja. Pertumbuhan ini
diharamkan oleh Sepanyol bagi menghalang bergerak aktif dan mempengaruhi paderi-paderi
lain. Pemberontakan ini tamat apabila Cruz dihukum bunuh dan penyokong-penyokongnya
disingkirkan daripada gereja.
Pemberontakan Cavite pada tahun 1872 adalah bercorak nasionalisme. Pemberontakan
bersenjata ini berlaku di gudang senjata di Cavite. Ia dianggotai 200 orang laskar diketuai
oleh sarjan Lamadrid untuk menentang pegawai-pegawai Spanyol. Gerakan ini gagal karena
kekurangan senjata dan kekuatan tentara mereka tidak setanding tentara Sepanyol. Dalam
pemberontakan tersebut, 41 orag telah dihukum bunuh termasuk 3 orang paderi berbangsa
Filipina yaitu Jose Burgos, Mariano Gomez dan Jancita Zamora. Pembunuhan 3 orang paderi
ini merupakan satu tindakan kejam kerana mereka tidak terlibat langsung dalam
pemberontakan ini. Peristiwa ini telah menyemarakan perasaan anti-Spanyol yang
menyeluruh sehingga melahirkan golongan yang ingin membebaskan bangsa mereka.
Kebanyakan ahlinya merupakan pelajar Filipina yang menuntut di Spanyol. Gerakan ini
wujud sejak tahun 1882. Gerakan ini disertai oleh golongan profesional. Antaranya
termasuklah Dr.Jose Rizal, Lopez Jaena dan Marcelo del Pilar. Perjuangan mereka melalui
media massa yang cuba mendedahkan kezaliman kerajaan Spanyol serta perjuangan
menuntut hak persamaan taraf antara pegawai Filipina dengan pegawai Spanyol. Gerakan
propaganda disalurkan melalui akhbar La Solidaridad.
Revolusi Filipina melawan Spanyol dimulai pada April 1896, yang berpuncak di dua tahun
kemudian dengan proklamasi kemerdekaan dan pendirian Republik Pertama Filipina. Namun
Traktat Paris, pada akhir perang Spanyol-Amerika, memindahkan kendali atas Filipina
kepada Amerika Serikat. Perjanjian ini tidak diakui oleh pemerintah Filipina, yang pada 2
Juni 1899, menyatakan perang terhadap Amerika Serikat.
Gerakan revolusi Filipina didasari oleh munculnya gerakan nasionalisme disebabkan oleh
beberapa faktor:
a. Keinginan untuk membebaskan diri dari kekangan agama Roma Katolik dan
mengembalikan hak atas tanah-tanah pertanian kepada para petani dengan menghapuskan
sistem sewa tanah yang dilakukan olah para petani kepada biara-biara.
b. Tindakan pemerintah jajahan Spanyol yang kolot dan kejam menuntut kebebasan
mengeluarkan pendapat.
c. Timbulnya golongan pelajar, golongan pelajar ini melihat kepincangan-kepincangan
kolonialisme Spanyol sehingga timbul keinginan mereka untuk merdeka.
d. Terbukanya terusan Suez mempermudah hubungan antara Eropa dengan Asia. Orangorang Filipina banyak yang belajar ke Eropa, dan setelah kembali langsung mengobarkan
semangat nasionalisme.
e. Perang kemerdekaan Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan terhadap Spanyol
membuka mata bangsa Filipina untuk membebaskan diri dari penjajah Bangsa Spanyol dan
mencapai kemerdekaannya.
Dengan sebab-sebab tersebut di atas, maka gerakan nasionalisme pertama kali muncul di
Filipina dipelopori oleh kalangan mahasiswa di Manila pada tahun 1880, mereka mendirikan
gerakan gelap yang disebut dengan nama Compenerismo (yang artinya persahabatan). Tujuan
gerakan itu adalah mengusahakan pendidikan yang patriotis (semacam gerakan budi utomo di
Indonesia).
Setelah munculnya gerakan itu, pada tahun 1892 Jose Rizal juga membentuk gerakan
gelap yang disebut dengan Liga Filipina. Tujuan Liga Filipina adalah:
Mempersatukan seluruh Filiphina untuk menentang ketidakadilan dari pemerintahan
jajahan Spanyol. Jose Rizal merupakan seorang pelopor kemerdekaan dan pahlawan Nasional
Filipina. Dengan pemikiran-pemikirannya melalui beberapa semangat yang menjadi identitas
bagi bangsa Filiphina dalam menentang penjajahan Spanyol pada saat itu. Berikut ini
merupakan semangat yang dicetuskan oleh Jose Rizal dalam melawan penjajahan Spanyol,
yaitu :
Serikat (AS) menyatakan konflik berakhir secara resmi pada tahun 1902. Para pemimpin
Filipina pada umumnya menerima bahwa AS telah menang, namun permusuhan terus
berlanjut dan baru mulai berkurang tahun 1913. Pemerintahan kolonial AS dimulai tahun
1905 dengan otonomi lokal sangat terbatas. Otonomi parsial (status persemakmuran)
diberikan pada tahun 1935, dengan kemerdekaan penuh dari AS direncanakan pada tahun
1946. Persiapan untuk negara yang berdaulat sepenuhnya diinterupsi oleh pendudukan
Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia II.
Ketika Jepang Menyerah di Perang Pasifik berdampak pada Filipina, orang-orang
mengalami kelaparan, banyak korban-korban yang meninggal dunia akibat dari Perang Dunia
ke II, selain itu juga terjadi inflasi melonjak yang disebabkan oleh uang yang di edarkan
Jepang di Filipina menjadi 800% dari nilai sebelum perang. Dengan keadaan tersebut
Amerika Serikat berbuat banyak untuk meringankan penderitaan dan kesengsaraan rakyat
Filipina. Dengan menegakkan kembali tataran perekonomian, pembukaan kembali sekolahsekolah dan sarana komunikasi dihidupkan kembali.
Pada tanggal 23 April 1946 diselenggarakan pemilihan umum pertama di Filipina, kaum
petani di daerah Luzon Tengah mendukung partai Demokratic Alliance Party dengan calon
ketua Luis Taruc dan wakil Jesus Lava. Namun mereka ditolak untuk menjadi presiden dan
wakil presiden, hal ini disebabkan karena adanya tuduhan telah menggunakan penggelapan
uang dan kekerasan untuk memenangkan pemilihan.
Terpilihnya, Manuel Roxas menjadi presiden pertama Negara Filiphina dengan Wakilnya
Elpidio Quirino merupakan awal kebebasan Filipina dari penjajahan. Kemerdekaan Republik
Filipina di resmikan oleh mereka sendiri pada tanggal 4 Juli 1946. Dengan demikian
berakhirlah perjuangan mencapai kemerdekaan Bangsa Filipina, setelah kurang lebih 5 abad
dijajah oleh bangsa Barat akhirnya Negara Filipina berhasil memperoleh kemerdekaannya.4
c. Rangkaian Sistem Pemerintahan Filiphina
Dalam sistem pemerintahan, Filiphina mengikuti sistem pemerintahan Amerika Serikat
dimana terdapat tiga pembagian kekuasaan yaitu eksekutif, legislatif,dan yudisial. Tidak
hanya itu, sistem pemerintahan Filiphina merupakan sistem pemerintahan demokrasi Amerika
Serikat dimana dewan Legislatif Filipina memiliki sistem bicameral atau 2 kamar yaitu
Kongres terdiri dari Senat dan Dewan Perwakilan. Presiden Filipina adalah kepala negara dan
kepala pemerintahan di Republik Filipina. Presiden Filipina dikenal oleh masyarakat
setempat dengan sebutan Ang-Pangulo atau Pangulo. Misalnya Ang Pangulo Benigno S.
Aquino III untuk presiden yang sedang menjabat sekarang. Dalam sub-bab ini akan diuraikan
rangkaian perjalanan pemerintahan di Filiphina berdasarkan kepemimpinan presiden-presiden
di Filiphina serta program-program pembangunan yang mereka laksanakan dalam masa
kepemimpinannya :
Manuel Roxas
Meskipun Roxas berhasil mendapatkan dana rehabilitasi dari Amerika Serikat pasca
merdeka, dia terpaksa mengakui pangkalan militer 23 dari yang disewa untuk 99 tahun,
pembatasan perdagangan untuk warga Filiphina, dan hak khusus untuk pemilik properti dan
investor Amerika Serikat. Pemerintahannya dirusak oleh korupsi; apalagi penyalahgunaan
polisi militer provinsi memberikan kontribusi terhadap munculnya sayap kiri gerakan di
pedesaan.
4 http://www.riswanto.com/2013/09/sejarah-kekuasaan-spanyol-dan-gereja-di_17.html, diakses pada tanggal 18 April
2014pukul 21.12 wib
Elpidio Quirino
Quirino mengumumkan dua tujuan utama pemerintahannya : pertama, rekonstruksi
ekonomi bangsa dan kedua, pemulihan kepercayaan orang orang di pemerintah. Pada agenda
pertama ia menciptakan Presiden Komite Aksi Sosial kemajuan atau PACSA untuk
mengurangi penderitaan keluarga miskin, Buruh Manajemen Dewan Penasehat untuk
menasihatinya masalah tenaga kerja, Pertanian Koperasi Kredit Pembiayaan Administrasi
atau ACCFA untuk membantu para petani memasarkan tanaman mereka dan menyelamatkan
mereka dari rentenir, dan Bank Perkreditan Rakyat Filipina untuk memfasilitasi utilitas kredit
di daerah pedesaan. Selain itu, untuk membawa pemerintah agar lebih dekat dengan dengan
rakyat, ia melakukan perapian obrolan yang disiarkan dari radio scara berkala langsung
dari istana Malacanag.
Ramon Magsaysay
Aktif dalam memerangi perluasan komunisme di kawasan Asia. Dia membuat Filipina
masuk menjadi anggota South East Asia Treaty Organization (SEATO) yang didirikan di
Manila 8 September 1954. Anggota SEATO mewaspadai kemenangan Vietnam Utara di
Vietnam Selatan, yang ditengarai akan dapat menyebarkan ideologi komunis di wilayah ini.
Carlos P Garcia
Pemerintahannya terkenal krena kebijakannya Utamakan Bangsa Filipina, yang
mengutamakan kepentingan rakyat Filipina diatas kepentingan bangsa bangsa asing dan
partai yg berkuasa. Pada 3 Maret 1960 ia menegaskan perlunya kebebasan ekonomi lengkap
dan menambahkanbahwa pemerintah tidak lagi akan mentolerir dominasi kepentingan asing
(terutama Amerika) dalam perekonomian nasional.
Diosdado Macapagal
Dalam Kepemimpinan Diosdado Macapagal, memusatkan perhatiannya pada upayaupaya membasmi korupsi dalam pemerintahan. Dalam usahanya untuk merangsang
perkembangan ekonomi, ia menerima nasihat dari pendukung-pendukungnya yang kaya dan
membiarkan mata uang peso-Filipina mengambang dengan mengikuti pasar pertukaran
valuta. Kebijakan ini menguras jutaan peso setiap tahunnya dari perbendaharaan negara
selama masa pemerintahannya. Upaya-upaya pembaruannya dihalangi oleh Nacionalista,
yang mendominasi Dewan Perwakilan dan Senat pada waktu itu. Namun demikian, rata-rata
tingkat pertumbuhan PDB di masa kepresidenan Macapagal adalah 5,15%.
Pada 1962, ketika Amerika Serikat menolak untuk terakhir kalinya klaim-klaim
keuangan Filipina atas kehancuran yang ditimbulkan oleh pasukan-pasukan Amerika selama
Perang Dunia II, Macapagal mengubah perayaan resmi Hari Kemerdekaan dari 4 Juli (hari
ketika Amerika Serikat memberikan kemerdekaan Filipina pada 1946) menjadi 12 Juni
(tanggal ketika Emilio Aguinaldo mengumumkan kemerdekaan dari Spanyol pada 1898).
Ferdinand Marcos
Periode 1965-1969
Presiden Marcos mengadakan pembangunan jalan, jembatan dan pekerjaan umum yang
mencaku 16.000 kilometer jalan feeder, sekitar 30.000 meter lineal dari jembatan permanen,
generator dengan kapasitas listrik satu juta kilowatt, dan layanan air 8 daerah dengan 38
lokasi. Untuk mencapai tujuannya presiden Marcos memobilisasi tenagakerja dan sumber
sumber angkatan bersenjata Filipina (AFP) untuk melengkapi lembaga sipil dalam kegiatan
seperti pembangunan infrastruktur, ekonomi dan industri.
Periode 1969-1972
Mengembangkan propaganda di Filipina. Seluruh sekolah di Filipina diwajibkan
memiliki gambar resmi presiden atau semua fasilitas akan ditutup. Propaganda pesan Marcos
juga ditempatkan pada billboard di seluruh Filipina. Pada akhr periode keduanya ini ditandai
dengan munculnya krisis ekonomi, meningkatnya kriminalitas, gerakan komunis serta
pemisahan di wilayah selatan.
Periode 1972-1981
Ditengah merebaknya aksi kriminalitas serta ancaman pemberontakan komunis, Marcos
menyatakan darurat militer pada 21 September 1972. Marcos membatasi kebebasan pers dan
menanangkap sejumlah tokoh oposisi seperti, Beniqno Aquino dan Jovito Salonga. Darurat
militer secara resmi menuntun pada kestabilan ekonomi namun dengan mengorbankan
pengurangan kebebasan sosial dan malah meningkatkan korupsi yang dilakukan Marcos dan
kroni kroninya.
sebagai negara berkembang sebab pendapatan nasional setiap warga negara Filiphina per
tahun masih hanya menutupi total hutang luar negeri Filiphina.
Keterbatasan Pabrikan, Investasi Asing dan Liberalisasi Perdagangan
Disayangkan, pergeseran dari proteksi industri kepada struktur yang lebih liberal
berkaitan dengan aliran investasi asing tidak membawa perubahan keuntungan yang
diharapkan pada sektor pabrikan. Saat banyak investasi asing masuk pada kimia, produk
kimia, dan makanan pada awal 1990-an, dan masuk pada mesin, peralatan, perkakas dan
pasokannya, serta produk mineral bukan-metal pada 1996, hal itu sama sekali tidak membuka
lapangan pekerjaan atau kapasitas ekspor.8
Periode dari 1982 hingga 1998 mencatatkan kenaikan bersih pekerjaan pada beberapa
industri. Pekerjaan mengecil pada sektor tekstil, karet, kaca, produk kayu, dan pengolahan
keramik saat industri besar dan menengah bergerak ke arah industri kecil. Namun pekerjaan
tumbuh pada industri elektornik dan produk peralatan akademik dan profesional, dan pada
sejumlah industri kecil seperti kulit, plastik, bukan-metal, metal pabrikan, dan mesin.
Lapangan pekerjaan yang lebih banyak terdapat pada pengolahan makanan dan pakaian.
Peningkatan pekerjaan tersebut, walaupun demikian, selama 16 tahun periode tidaklah
signifikan. Secara rata-rata, hanya ada 30.511 tambahan pekerjaan per tahun yang mampu
dibuka (atau hanya 3 persen dari 1,013 juta pekerja baru pada 1998), makanya gagal
meningkatkan andil sektor ini dalam memberikan lapangan pekerjaan.
Investasi asing juga tidak memberikan sumbangan besar atas produksi ekspor dalam
industri pengolahan makanan, karena lebih berorientasi pada pasar perkotaan dalam negeri.
Investasi untuk produksi ekspor hanya mengalir pada industri elektronik. Bersama dengan
hasil dari barang-barang kecil dan berkaitan seperti suku cadang mesin, produk elektronik
mencatatkan keseluruhan peningkatan perdagangan pada 1990-an, atau hampir 70 persen dari
ekspor barang-barang negara ini. Sayangnya, peran penting ekspor elektronik dalam sektor
manufaktur dan skenario perdagangan hanya menyediakan sedikit keuntungan ekonomi.
Membutuhkan masukan barang impor, produksi elektronik tidak menyumbangkan secara
nyata pada nilai tambah dan surplus perdagangan bersih. Mengambil bentuk produksi daerah
kantung (enclave), maka hampir tak berhubungan dengan ekonomi secara menyeluruh, maka
hanya sedikit menyumbangkan pada pertumbuhan. Terpisah dari perhatian pada sedikitnya
nilai tambah, pembukaan lapangan kerja, dan perdagangan bersih, keterlibatan perusahaan
multinasional juga menyebabkan terjadinya modal keluar (capital flight) melalui ekspor dan
impor yang terselubung (under-invoicing).
Keuntungan dari liberalisasi perdagangan juga amat terbatas pada sektor pertanian.
Pertumbuhan impor pertanian menghasilkan tingginya perbandingan impor atas PDB dan
rendahnya harga. Ketika menguntungkan konsumen, impor pertanian yang murah
mempunyai efek berlawanan pada produsen.9 Harga beras impor yang murah juga menggerus
8 kyotoreview.cseas.kyoto-u.ac.jp/issue/issue3/article_314.doc di akses pada tanggal 15 april 2014 pada pukul 20.17 wib
9 http://www.beritasatu.com/ekonomi/144160-jumhur-tidak-adil-liberalisasi-perdagangan-dunia-masih-batasi-tki.html di
akses pada hari kamis, 17 april 2014 pukul 12.48 Wib
12 istiah ini digunakan untuk menggambarkan fenomena perginya SDM terbaik di Filipina untuk bekerja di luar negeri
yang berakibat pada terjadinya kekeurangan SDM terbaik di dalam negeri.
tahun kemudian dibentuk "Final Peace Agreement". Dimediasi oleh OKI dan MWL namun
pemerintah Filipina cenderung melakukan negosiasinya dimulai dengan MNLF.
Tahun 1996, dibawah pimpinan Fidel Ramos memang sudah terbentuk FPA yang
disepakati oleh MNLF dengan pemerintah Filipina. Kondisi ini dalam tahapan proses damai
disebut dengan tahapan peacemaking seperti halnya setelah perjanjian Tripoli. Dalam kondisi
peacemaking fokus antara keduanya pada kesepakatan untuk penghentian peperangan
diantara kedua pihak, dengan agreement tersebut berarti konflik itu harus dihentikan dan ada
tanggung jawab bersama untuk menjaga perjanjian tersebut baik dari pemerintah maupun
MNLF. Sehingga, apabila perdamaian sudah terwujud maka perdamaian tersebut harus
dijaga, ini akan berlangsung ketahap perdamaian selanjutnya.
Selanjutnya, presiden Fidel Ramos digantikan oleh Presiden Estrada (1998-2001)
menyatakan "all out war" tentara pemerintah Filipina dengan MILF. Selama pemerintah
Estrada tidak terjadi sebuah pertemuan yang akan menyelesaikan masalah ini. Pada
kenyataannya, presiden Estrada tidak mengindahkan akan perjanjian FPA yang sudah
berlangsung. Sehingga yang terjadi adalah kegagalan resolusi konflik melalui negosiasi FPA
tersebut. Seharusnya yang terjadi adalah bukannya kekerasan kembali akan tetapi proses
rekonsiliasi.
Singkatnya, resolusi konflik ini menghasilkan kegagalan antara pemerintah Filipina
dengan MILF, sehingga terjadi eskalasi konflik yang kembali akan tetapi hal proses
rekonsiliasi antara pemerintah dengan MNLF dikatakan berhasil. Karena pemerintah hanya
akan menyerang kelompok separatis dari MILF dan kelompok separatis lainnya. Dalam
sejarah juga pemerintah Filipina enggan melakukan perundingan dengan MILF karena
mereka menganggap dengan tuduhan bahwa MILF merupakan gerakan islam garis keras
yang banyak melakukan aksi-aksi terorisme.
Masalah separatisme yang terjadi di Filiphina Selatan ini merupakan salah satu
penghambat bagi Filiphina dalam penerapan nilai-nilai demokrasi yang seharusnya sudah
mendarah daging dengan masyarakat Filiphina. Separatisme ini muncul karena belum
meratanya pembangunan di Filiphina, salah satu faktornya adalah negara Filiphina
merupakan negara kepulauan yang sulit untuk diintegrasikan dalam satu rencana
pembangunan yang merata dengan daerah-daerah di Filiphina lainnya.
Dari segi pendaapatan nasional, Filiphina merupakan salah satu negara di Asia Tenggara
yang memiliki pendapatan nasional cenderung stabil, walaupun stabilitas politik di Filiphina
sendiri sering mengalami masalah dikarenakan kebebasan pers dan publik yang sangat bebas
diterapkan di Filiphina. Filiphina sendiri masih dikatakan sebagai negara berkembang
disebabkan oleh beberapa permasalahan yang diuraikan diatas. Oleh sebab itu, penanaman
nilai-nilai demokrasi di Filiphina sendiri belum dapat mencapai tahap dimana demokrasi
menjadi mendarah dagaing di Filiphina. Pemerintahan Filiphina sendiri masih sangat kurang
dalam memahami permasalahan yang ada di masyarakat dan memberikan solusi bagi
masyarakat di Filiphina, bahkan hingga mencuat isu separatisme berkepanjangan di Filiphina
Selatan. Oleh karena itu, pemerintah Filiphina saat ini, menerapkan program pembangunan
statistik Filiphina dimana program tersebut merupakan rancangan pembangunan Filiphina
dalam jangka waktu 6 tahun setiap masa kepemimpinan presiden di Filiphina. Berikut ini,
akan diuraikan salah satu program pembangunan di Filiphina pada tahun 2005-2011.
Philipines Statistical Development Programe 2005-2011
Ini mendukung tema pembangunan MTPDP 2004-2010 , diadopsi dari Sepuluh Titik
Agenda administrasi dan menyodorkan dan strategi dalam Agenda Pembangunan
Nasional , yang telah diterjemahkan ke dalam bab-bab statistik, masing-masing dengan
program-program pembangunan yang sesuai statistik Arroyo .
Ini menyoroti berbagai masalah pembangunan statistik dan tantangan di PSS termasuk
namun tidak terbatas pada penguatan lebih lanjut formulasi statistik kebijakan dan
mekanisme koordinasi , langkah-langkah legislatif pada statistik , sistem statistik subnasional , dan perbaikan sistem data baru yang ada dan berkembang , diseminasi dan
kegiatan pengarsipan untuk mengatasi kebutuhan yang muncul dan mengubah pengguna
data dan stakeholders .
PSDP menentukan kegiatan untuk membangun kapasitas statistik PSS dan lebih penting
lagi,program-program untuk meningkatkan dan mengembangkan sumber daya yang ada di
Sistem. Itu membuat ruang untuk perkembangan teknologi informasi di PSS dan membuka
jalan dalam memperkuat lebih lanjut sistem statistik sub-nasional untuk menghasilkan
informasi statistik lokal yang lebih relevan yang melayani kebutuhan pembuat kebijakan
lokal, pejabat pemerintah, dan sektor swasta serta Memberikan perhatian khusus pada
komitmen dari Filipina dalam komunitas statistik internasional,seperti pemantauan dari
Millenium Development Goals (MDGs), dan adopsi prinsip-prinsip mendasar statistik resmi.
Secara khusus, PSDP mengidentifikasi program-program yang meningkatkan yang ada serta
mengembangkan metodologi statistik baru dan kerangka kerja dan indikator statistik
mengadaptasi standar internasional.
Key Result Area
hasil kunci berikut mencerminkan, efisien, kuat dan berkembang dengan baik sistem
statistik yang efektif mampu memberikan produk dan layanan statistik yang berkualitas :
1. Kebijakan statistik yang efektif dan mekanisme koordinasi untuk mengatasi tantangan
pembangunan statistik dalam PSS .
Kebijakan statistik fokus pada mempromosikan pentingnya dan relevansi dari PSS di tingkat
nasional, sub- nasional dan internasional dan mendorong kerjasama lebih erat antara anggota
PSS menuju mengangkat ke tingkat yang lebih tinggi pembangunan statistik di negara itu. Ini
termasuk kebijakan yang mempromosikan:
a) standarisasi konsep dan metodologi yang digunakan dalam operasi statistic
b) berbagi data yang luas di antara instansi pemerintah
c) pembentukan baru dan penguatan unit statistik yang ada di pemerintahan yang akan
melakukan generasi dan penyebaran informasi statistik yang dapat diandalkan dan
berguna untuk kepentingan umum
d) dan mendorong kewirausahaan di PSS .
2. Relevan dan dapat diverifikasi sosio - ekonomi , lingkungan dan lainnya statistik dan
indikator yang membahas tuntutan informasi pengguna data dan stakeholders di tingkat
lokal, nasional dan internasional .
Fokusnya adalah untuk menghasilkan statistik yang relevan dan informasi di industri /
sektor yang memiliki kontribusi signifikan terhadap perekonomian Filipina serta informasi
mengenai sektor / bidang yang menjadi perhatian yang mempengaruhi dan berdampak pada
pembangunan sosial - ekonomi negara (misalnya,generasi statistik dan indikator pada muncul
industri / sektor )
3. Sistem statistik subnasional yang kuat dan efektif mampu menghasilkan dan
menyebarkan statistik lokal yang relevan yang diperlukan untuk perencanaan programprogram pembangunan dan untuk pengambilan keputusan dan pemerintahan yang efektif
di tingkat subnasional .
Hal ini akan dilakukan melalui perluasan kegiatan statistik di tingkat provinsi dan kota.
Penguatan kebijakan dan fungsi koordinasi dan sistem data harus diupayakan untuk
menghasilkan informasi statistik yang dibutuhkan di daerah / wilayah .
4. Maksimalkan penggunaan teknologi informasi dalam pengumpulan data , pengolahan ,
analisis , penyebaran dan pengarsipan untuk memungkinkan lebih cepat dan pemanfaatan
yang lebih luas data dan meningkatkan transparansi , berbagi informasi dan kepercayaan
pengguna pada statistik resmi .
Dorongan untuk memanfaatkan perkembangan yang ada dalam teknologi informasi,
khususnya dalam memerintahkan instansi pemerintah untuk membangun website dan
mengembangkan sistem informasi statistik yang akan memungkinkan mereka untuk mengupload / share informasi statistik yang tersedia di lembaga tersebut . Pengembangan database
interaktif statistik nasional harus dipromosikan untuk sektor-sektor seperti
pertanian,pariwisata, perdagangan dan industri,antara lain;dan untuk mengembangkan
perangkat lunak statistik inovatif yang dapat digunakan dalam PSS .
5. Meningkatkan ketersediaan dan diseminasi statistik di PSS melalui adopsi kuat Statistik
Aksesibilitas Program Pemerintah (GSAP) dan Standar Umum Statistik Diseminasi
Informasi ( GSSID ) dan kepatuhan yang ketat dari standar di rilis statistik resmi di PSS .
Lebih penting lagi , dorong ini adalah untuk mempromosikan adopsi konsep barang publik
antar instansi pemerintah serta Kebijakan Harga dari PSS (Resolusi NSCB Nomor 11,Series
of 1999) .
6. Meningkatkan pengembangan kapasitas dalam PSS , termasuk peningkatan kualitas
tenaga kerja statistik manusia, untuk menghasilkan dan menyebarkan statistik resmi yang
berkualitas.
Fokusnya adalah untuk meningkatkan statistik sebagai profesi yang diakui, untuk
membangun sistem karir ilmiah untuk statistik, dan memberikan kesempatan pelatihan yang
lebih bagi mereka yang terlibat dalam statistic.
7. Maksimalkan penggunaan dan peningkatan kualitas laporan administrasi sebagai
sumber resmi data statistik dan informasi di PSS .
Secara khusus, fokusnya adalah untuk meninjau berbagai bentuk administrasi untuk
konsistensi dan kesesuaian dengan standar statistik untuk menghasilkan statistik resmi
pemerintah dan untuk mengembangkan standar dan metodologi dalam memproses formulir
administrasi untuk menghasilkan data yang lebih relevan dan indikator, seperti pada tata
pemerintahan yang baik dengan demikian, mengurangi ketergantungan berat untuk survei dan
sensus . Selain itu, berbagi data informasi administrasi berbasis di birokrasi dan koordinasi
statistik intra - departemen harus dipromosikan.
8. Meningkatkan metodologi dan kerangka sensus / survei dan pelaporan administrasi
untuk menghasilkan, informasi statistik yang tepat waktu, dapat diandalkan, dan dapat
diakses relevan dan indikator di tingkat mikro dan makro,untuk pemerintahan nasional dan
lokal yang efektif .
Fokusnya adalah pada penguatan penelitian dan pengembangan statistik dalam PSS,
khususnya memperbarui metodologi yang ada dan kerangka kerja untuk lebih responsif dari
keadaan saat ini urusan di bidang lokal, nasional dan internasional .
9. Partisipasi yang kuat dan lebih aktif dalam statistik internasional
PSS berpartisipasi aktif dalam statistik internasional pertama dan terutama harus memberikan
perhatian ke Filipina dalam komitmen untuk mencapai Millenium Development Goals
( MDGs ) dengan menyediakan indikator statistik yang diperlukan untuk memantau mereka .
Persyaratan statistik lain yang terkandung dalam deklarasi internasional / komitmen harus
ditangani . Badan-badan PSS harus aktif dalam urusan statistik badan-badan internasional dan
regional seperti PBB dan ASEAN.
Dari program pembangunan di atas, terdapat Milenium Goals yang menjadi beberapa
fokus pembangunan di Filiphina yaitu The Millennium Development Goals ( MDG ) yang
merupakan seperangkat tujuan terikat waktu dan terukur serta target untuk memerangi
kemiskinan, kelaparan, penyakit, buta huruf,degradasi lingkungan dan diskriminasi terhadap
perempuan. Ini terdiri dari 8 titik fokus (Memberantas kemiskinan dan kelaparan yang
ekstrim; Mencapai pendidikan dasar universal; Mempromosikan kesetaraan gender dan
pemberdayaan perempuan;Menurunkan angka kematian anak;Meningkatkan kesehatan ibu,
memerangi HIV / AIDS, malaria dan penyakit lainnya;Memastikan kelestarian lingkungan;
Mengembangkan kemitraan global untuk pengembangan ), 18 target dan 48 indikator,yang
meliputi periode 1990-2015.13
IV.
KESIMPULAN
Filiphina merupakan negara yang pengaruh budaya Baratnya masih terlihat sangat kuat.
Hal tersebut dilatar belakangi oleh pengalaman penjajahan yang dialami Filiphina dimana
Filiphina dijajah oleh Spanyol dan Amerika Serikat. Filiphina juga memiliki perjalanan
sejarah yang panjang dalam membangun negaranya menuju kemakmuran. Pengaruh bangsa
Barat terutama Amerika Serikat juga sangat terlihat jelas dalam sistem pemerintahan di
Filiphina, sebab Amerika merupakan bangsa terakhir yang menjajah Filiphina dan sampai
pada pemerintahan presiden Manual Roxas,Filiphina mendapat bantuan dana pembangunan
pasca perang oleh Amerika Serikat, tetapi Filiphina masih harus memberikan beberapa
keistimewaan bagi pendudukan Amerika Serikat di Filiphina, salah satunya dalam investasi
Amerika Serikat di Filiphina.
Disis lain, kedudukan Amerika Serikat di Filiphina membawa penanaman nilai-nilai
demokratis bagi Filiphina. Bahkan, Filiphina menggunakan sistem pemerintahan demokrasi
seperti Amerika Serikat. Tidak hanya itu, Filiphina ikut tergabung dalam melawan
penyebaran komunisme di kawasan Asia dengan ikut bergabungnya Filiphina dalam SEATO
pada masa kepemimpinan Ramon Magsaysay. Pengaruh-pengaruh Amerika Serikat di
Filiphina juga berdampak pada pembangunan di Filiphina. Walaupun, Filiphina menganut
sistem demokrasi tetapi sampai saat ini Filiphina masih belum dapat menutupi hutang luar
negerinya dan isu separatisme bahkan genocide di Filiphina menjadi salah satu permasalahan
utama di Filiphina.
Dalam hal pembagian kerja, Filiphina telah dapat menghasilkan tenaga-tenaga kerja
terampil untuk dikirim ke luara negeri sebagai sumber devisa bagi negara Filiphina.Negara
ini juga dapat menjamin kesejahteraan para pekerjanya di luar negeri dengan memberikan
peraturan yang tegas dalam hal aturan tenaga kerja luar negeri. Filiphina juga memberikan
pelatihan dan penyuluhan bagi tenaga-tenaga terampil di Filiphina untuk dikirim ke luar
negeri. Ini juga berdampak pada krisis tenaga kerja terampil dalam negeri di Filiphina.
Karena sebagian besar tenaga kerja terampil di Filiphina akan dikirim ke luar negeri untuk
menambah devisa negara. Hal tersebut juga menjadi penghambat pembangunan di Filiphina.
Sehingga, sampai saat ini Filiphina masih dalam kategori negara berkembang dan dalam
tahap industrialisasi ke dua dibandingkan beberapa negara tetangganya, seperti Singapura dan
Malaysia. Pengaruh Amerika Serikat di Filiphina sejauh ini hanya dalam eksploitasi beberapa
sumber-sumber investasi di Filiphina. Proses pembangunan Filiphina masih terhambat
dengan permasalahan-permasalah dalam negeri di Filiphina sendiri, seperti isu separatisme
dan Filiphina dihadapkan dengan integrasi ekonomi global dimana Filiphina sendiri masih
harus membangun industri dalam negerinya yang sempat merosot dikarenakan bencana alam
yang terjadi di Filiphina beberapa tahun terakhir.
13 http://www.gov.ph/?page_id=86888,diakses pada tanggal 19 April 2014 pukul 07.14
Oleh sebab itu, pemerintah Filiphina merancang program pembanguna berjangka 6 tahun
dalam setiap masa kepemimpinan presiden Filiphina yang disebut dengan PSDP (Philipines
Statisctical Development Programme). Program pembangunan Filiphina untuk saat ini
berfokus pada Milinium Goals yang berusaha dicapai Filiphina dalam periode 1990-2015.
The Millennium Development Goals ( MDG ) yang merupakan seperangkat tujuan terikat
waktu dan terukur serta target untuk memerangi kemiskinan, kelaparan, penyakit, buta
huruf,degradasi lingkungan dan diskriminasi terhadap perempuan. Milineum Goals tersebut
merupakan usaha Filiphina untuk dapat meningkatkan kualitas dalam negeri untuk mencapai
integrasi global. Dari perjalanan sejarah Filiphina juga dapat disimpulkan bahwa demokrasi
yang dianut dan ditanam sejak lama di Filiphina sendiri belum dapat memberikan pengaruh
terhadap kemakmuran Filiphina,bahkan sampai saat ini Filiphina masih dalam kategori
negara dunia ketiga atau biasa disebut dengan negara berkembang dilihat dari pendapatan
negara yang belum dapat menutupi hutang luar negeri negara, ketergantungan Filiphina
dalam bidang pertanian dimana Filiphina hanya kuat dalam produksi beras yang berakibat
pada lemahnya perdagangan Filiphina secara global, dan terdapat GAP sosial yang besar
yang dibuktikan terjadinya krisis tenaga terampil di Filiphina, serta masih adanya
keterbatasan kebebasan sipil di Filiphina yaitu kasus separatisme bangsa Moro di Filiphina.
Beberapa hal tersebut, menunjukan indikator bahwa Filiphina masih dalam kategori negara
berkembang di kawasan Asia Tenggara.
TINJAUAN PUSTAKA
Purwanto, E dan Wibisana, W. Laporan Studi Banding Jaminan Sosial di Filipina. 18 Juni
2002.
LIPI, editor; tjiptoherijanto prijono & laila naqib, penggembangan sumber daya manusia: di
antara peluang dan tantangan pukul 07.14
Winarno,Budi, Isu-Isu Global Kontemporer,(Yogyakarta: CAPS),hal-131
http://wsantoso.tripod.com/filipina.html, diakses 17 April 2014 pukul 08.42
http://www.gov.ph/?page_id=86888, diakses pada tanggal 19 April 2014
http://www.kyotoreview.cseas.kyoto-u.ac.jp/issue/issue3/article_314.doc
tanggal 15 april 2014 pada pukul 20.17 wib
di akses pada
http://www.beritasatu.com/ekonomi/144160-jumhur-tidak-adil-liberalisasi-perdagangandunia-masih-batasi-tki.html di akses pada hari kamis, 17 april 2014 pukul 12.48 Wib
http://focusweb.org/publications/bahasa-indonesia/89/PERJANJIAN-PERTANIANDUNIA.htm di akses pada hari kamis, 17 april 2014 pukul 12.48 Wib
http://www.nscb.gov.ph/sna/2013/4th2013/highlights.asp di akses pada tanggal 15 april 2014
pada pukul 20.17 wib