Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum

Energi Terbarukan

Nama : Ramlah
NIM : G411 16 006
Kelompok : VI (Enam)
Judul Praktikum : Pengujian Alat Tanpa Bahan
Asisten : Richa Musyaidah M.

LABORATORIUM ENERGI TERBARUKAN


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara agraris tentu saja memiliki hasil-hasil pertanian


yang beragam dalam jumlah yang cukup banyak, akan tetapi beberapa hasil
pertanian memiliki ketahanan yang rendah baik itu secara fisik maupun kimiawi.
Oleh karena itu diperlukan adanya sebuah pengawetan terhadap hasil pertanian,
dapat dijadiakan contoh salah satunya seperti pengeringan. Pengeringan terjadi
apabila kadar air di udara lebih rendah daripada kadar air yang terkadung dalam
sebuah bahan pertanian.
Indonesia memiliki iklim tropis lembab dengan suhu udara berkisar 24-32°C,
kelembaban udara 60-95%, dan kecepatan angin yang rendah. Kondisi ini
menyebabkan iklim Indonesia secara termal menjadi tidak nyaman, karena tidak
berada pada zona dimana komposisi udara nyaman secara termal. Kebanyakan
petani di Indonesia masih menggunakan pengeringan konvensinal yang sangat
dibatasi oleh faktor-faktor tertentu seperti cuaca, intensitas matahari, waktu
pengerigan yang tidak pasti.
Hal-hal tersebut membuat proses pengeringan menjadi tidak stabil dan
memerlukan waktu yang cukup lama. Adanya hal-hal yang seperti ini membuat ahli
yang berada pada bidang mekanisasi pertanian menciptakan berbagai macam mesin
pengering yang kebanyakn masih bergantung pada sumber energi yang tidak dapat
diperbaharui atau mesin yang penggunaannya tidak efektif dan efisien karena
penggunaan energi listrik yang boros.
Energi baru dan terbarukan mempunyai peran yang sangat penting dalam
memenuhi kebutuhan energi. Hal ini disebabkan penggunaan bahan bakar untuk
pembangkit-pembangkit listrik konvensional dalam jangka waktu yang panjang
akan menguras sumber minyak bumi, gas dan batu bara yang semakin menipis dan
juga dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan. Selain itu, di Indonesia yang
sebagai daerah tropis mempunyai potensi energi matahari sangat besar.
Berdasarkan paragrap diatas maka perlu dilakukan pengujian alat tanpa bahan
agar mahasiswa mampu mengetahui mekanisme kerja alat pengering serta
faktor-faktor yang mempengaruhi efesiensi kerja dari alat pengering.
1.2. Tujuan dan Kegunaan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu mengetahui


mekanisme kerja alat pengering serta faktor-faktor yang mempengaruhi efesiensi
kerja dari alat pengering.
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu menggunakan
alat pengering dengan benar saat menangani berbagai macam hasil pertanian yang
memiliki ketahanan rendah baik secara fisik maupun kimiawi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Energi Surya

Energi Surya adalah sumber energi yang tidak akan pernah habis
ketersediaannya dan energi ini juga dapat di manfaatkan sebagai energi alternatif
yang akan di ubah menjadi energi listrik, dengan menggunakan sel surya. Sel surya
atau solar call sejak tahun 1970an telah mengubah cara pandang kita tentang energi
dan memberi jalan baru bagi manusia untuk memperoleh energi listrik tanpa perlu
membakar bahan bakar fosil sebagaimana pada minyak bumi, gas alam, batu bara,
atau reaksi nuklir. Sel surya juga mampu beroperasi dengan baik di hampir seluruh
belahan bumi yang tersinari matahari tanpa menghasilkan polusi yang dapat
merusak lingkungan sehingga lebih ramah lingkungan. Cara kerja sel surya adalah
dengan memanfaatkan teori cahaya sebagai partikel, sebagaimana diketahui bahwa
cahaya baik yang tampak maupun yang tidak tampak memiliki dua buah sifat yaitu
dapat sebagai gelombang dan dapat sebagai partikel (Dewi, 2013).
Matahari memancarkan energi dalam bentuk radiasi elektromagnetik.
Radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi disebut insolation
(incoming solar radiation) yang mengalami penyerapan (absorpsi), pemantulan,
hamburan, dan pemancaran kembali atau reradiasi. Radiasi tersebut hanya
sekitar 50% yang dapat diserap oleh bumi. Matahari sebenarnya mempunyai posisi
yang tetap dalam sistem tata suya, namun terlihat bergerak melintasi langit ketika
diamati dari permukaan bumi. Pergerakan matahari ini terlihat nyata sebagai
pengaruh dari rotasi bumi. Sebagai konsekuensi pergerakan ini, sudut dimana sinar
matahari jatuh secara langsung ke koordinat pengamat berubah secara kontinu.
Posisi matahari dapat diketahui dengan pengetahuan pengamat mengenai garis
lintang (latitude) dan garis bujur (longitude), disamping waktu dan tanggal
pengamatan. Perbedaan garis lintang dan bujur suatu daerah akan mempengaruhi
potensi energi matahari di daerah tersebut, oleh karena itu untuk mendapatkan
energi matahari yang optimal ada dua hal yang harus dipertimbangkan, yaitu sudut
elevasi dan sudut azimuth (Alfanz dkk., 2015).
2.2. Alat Pengering Energi Surya

Pengeringan adalah proses perpindahan panas dan massa secara simultan


yang memerlukan energi panas, untuk menguapkan kandungan massa air yang
dipindahkan dari permukaan bahan ke udara pengering dalam media pengering.
Dasar proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara pengering
karena perbedaan kandungan uap air pada udara pengering dengan kandungan uap
air dari bahan yang akan dikeringkan. Dalam hal ini kandungan uap air udara
pengering lebih sedikit atau dengan kata lain udara mempunyai kelembaban nisbi
yang rendah sehin.gga terjadi penguapan (Daryanto, 2014).
Pengering tenaga surya (solar dryer) adalah cara pengeringan dengan
memanfaatkan energi matahari menggunakan kolektor sebagai penyerap panas
yang menjadikan penggunaan energi matahari yang lebih maksimal. Pengeringan
adalah proses pengurangan kadar air yang relatif kecil secara terusmenerus pada
suatu bahan. Sistem pengering tenaga surya terdiri dari dua bagian utama yaitu
kolektor surya dan ruang pengering. Kolektor matahari merupakan sebuah alat yang
mampu menyerap sinar radiasi matahari, sehingga dapat memanaskan udara yang
ada di dalam ruang kolektor tersebut. Panas di dalam ruang kolektor dapat
digunakan untuk berbagai keperluan salah satunya adalah untuk pengeringan di
dalam bidang pertanian dan lainya. Penyerapan energi radiasi surya memerlukan
peralatan khusus yang terdiri dari dua macam yaitu pengumpul pelat datar dan
pengumpul konsentrator. Berdasarkan dari media pembawa energi panas, kolektor
dibagi menjadi kolektor fluida (air dan minyak) dan kolektor udara.
Metode pengeringan dengan energi matahari secara umum terbagi atas dua, yaitu
pengeringan sinar matahari (direct sun drying), dimana produk yang
akan dikeringkan langsung dijemur di bawah sinar matahari. Dan metode
pengeringan surya (solar drying), dimana produk yang akan dikeringkan diletakkan
di dalam suatu alat pengering (Suprayitno dkk., 2016).
Tray dryer atau alat pengering tipe rak, mempunyai bentuk persegi dan
didalamnya berisi rak-rak, yang digunakan sebagai tempat bahan yang akan
dikeringkan. Pada umumnya rak tidak dapat dikeluarkan. Beberapa alat pengering
jenis ini rak-raknya mempunyai roda sehingga dapat dikeluarkan dari alat
pengeringnya. Bahan diletakan di atas rak (tray) yang terbuat dari logam yang
berlubang. Kegunaan lubang-lubang tersebut untuk mengalirkan udara panas.
Ukuran yang digunakan bermacam-macam, ada yang luasnya 200 cm2 dan ada juga
yang 400 cm2. Luas rak dan besar lubang-lubang rak tergantung pada bahan yang
dikeringkan. Apabila bahan yang akan dikeringkan berupa butiran halus, maka
lubangnya berukuran kecil. Pada alat pengering ini bahan selain ditempatkan
langsung pada rak-rak dapat juga ditebarkan pada wadah lainnya misalnya
pada baki dan nampan. Kemudian pada baki dan nampan ini disusun diatas rak yang
ada di dalam pengering (Erlina, 2009).
Menurut Daryanto (2014), suatu proses pengeringan terdiri dari tiga periode
laju pengeringan, yaitu:
a. Periode laju pengeringan menaik.
b. Periode laju pengeringan konstan.
c. Periode laju pengeringan menurun.
Pemanfaatan alat pengering untuk menunjang agroindustri yang pada
umumnya berskala kecil menengah, selalu memerlukan tersedianya energi panas.
Energi panas ini mutlak diperlukan, sekitar 70% biaya operasi pengeringan
digunakan untuk konsumsi energi panas atau bahan bakar. Saat ini persediaan
Bahan Bakar Minyak (BBM) sebagai salah satu sumber energi panas makin
menyusut, apalagi BBM merupakan salah satu sumber energi yang tidak dapat
diperbaharuhi (unrenewable). Untuk itu berbagai upaya konservasi dan
diversifikasi sumber energi harus terus dilakukan, salah satunya dengan
pemanfaatan sumber energi surya. Secara umum, keuntungan pengeringan secara
mekanis energi surya dibanding dengan cara dijemur langsung (alami) adalah,
pengeringan mekanis mempunyai efisiensi dan efektifitas yang lebih tinggi, serta
terhindar dari debu dan kotoran yang lain (Siswantoro dkk., 2003).

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Energi

Menurut Arimurti dkk. (2016), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi


pengeringan yaitu:
a. Suhu
Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan yang
dikeringkan, maka akan semakin cepat proses pindah panas berlangsung sehingga
mengakibatkan proses penguapan semakin cepat pula. Atau semakin tinggi suhu
udara pengering, maka akan semakin besar energi panas yang dibawa ke udara yang
akan menyebabkan proses pindah panas semakin cepat sehingga pindah
massa akan berlangsung juga dengan cepat.
b. Kecepatan volumetric aliran udara pengering
Umumnya udara yang bergerak akan lebih banyak mengambil uap air dari
permukaan bahan yang akan dikeringkan. Udara yang bergerak adalah udara yang
mempunyai kecepatan gerak yang tinggi yang berguna untuk mengambil uap air
dan menghilangkan uap air dari permukaan bahan yang dikeringkan. Kecepatan
aliran udara pengeringan berfungsi membawa energi panas yang selanjutnya
akan mentransfer ke bahan pangan dan membawa uap air keluar ruang pengering.
Semakin cepat kecepatan udara pengeringan maka proses pengeringan akan
semakin cepat.
c. Kelembaban udara
Kelembaban relatif (RH) merupakan kemampuan udara untuk menyerap uap
air. Semakin lembab udara di dalam ruang pengering dan sekitarnya, maka akan
semakin lama proses pengeringan berlangsung kering, begitu juga
sebaliknya. Karena udara kering dapat mengabsorpsi dan menahan uap
air. Setiap bahan khususnya bahan pangan mempunyai keseimbangan
kelembaban udara masing-masing, yaitu kelembaban pada suhu tertentu dimana
bahan tidak akan kehilangan air (pindah) ke atmosfir atau tidak akan mengambil
uap air dari atmosfir.
d. Tekanan Udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk
mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan
berarti kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak
tetampung dan disingkirkan dari bahan pangan. Sebaliknya jika tekanan udara
semakin besar maka udara disekitar pengeringan akan lembab, sehingga
kemampuan menampung uap air terbatas dan menghambat proses atau laju
pengeringan.
2.4. Pemanfaatan Energi Solar

Pemanas air tenaga surya menggunakan energi matahari sebagai sumber


pemanasnya. Kelebihan jenis ini adalah energi yang dipakai dapat diambil dari alam
dan ramah lingkungan. Namun pemanas air tenaga surya memiliki beberapa
kekurangan seperti harga pemanas air yang mahal, pemasangan pemanas air yang
tergolong rumit dan sulit karna dipasang diatas genteng. Serta penggunaanya sangat
bergantung pada kondisi cuaca dan kapasitas air juga terbatas (Frenky, 2016).
Menurut Frenky (2016), pemanfaatan enrgi surya telah banyak diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari seperti:
a. Pencahayaan bertenaga surya.
b. Pemanasan bertenaga surya, untuk memanaskan air, memanaskan dan
mendinginkan ruangan.
c. Desalinisasi dan desinfektifikasi, untuk memasak, dengan menggunakan
kompor tenaga surya.
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum pengujian alat tanpa bahan dilakukan pada hari Sabtu, 20 Oktober
2018, bertempat di Pelataran Himpunan Mahasiswa Teknologi Pertanian
(HIMATEPA), Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum pengujian alat tanpa bahan yaitu alat
pengering, stopwatch, kamera handphone, thermocouple, dan alat tulis.

3.3. Prosedur kerja

Adapun prosedur kerja pada praktikum pengujian alat tanpa bahan yaitu:
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Mengukur suhu awal pada setiap titik A, B, C, D, E, F, dan G.
c. Mengukur dan mencatat suhu pada titik A, B, C, D, E, F, dan G setiap 30
menit sampai 5 jam
d. Mengolah data dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA

Alfanz, R., Fadjar, MK., dan Heri, H. 2014. Rancang Bangun Penyedia Energi
Listrik Tenaga Hibrida (PLTSPLTB-PLN) untuk Membantu Pasokan
Listrik Rumah Tinggal. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa: Banten.
Arimurti, P., Rivaldi, A., Irma, PP., Lika, BS., dan Ereza, WP. 2016. Proses
Pengeringan Bahan Pertanian. Universitas Brawijaya: Malang.
Daryanto, E., dan Suprapto. 2014. Kaji Eksperimental Alat Pengering Tenaga
Surya dengan Variasi Sudut Konsentrator Cermin Datar dan Sudut Riblets
untuk Pelat Absorber. Universitas Negeri Medan: Medan.
Dewi, AY. dan Antonov. 2013. Pemanfaatan Energi Surya Sebagai Suplai
Cadangan pada Laboratorium Elektro Dasar di Institut Teknologi Padang.
Institut Teknologi Padang: Sumatera Barat.
Erlina, DM., dan Imam T. 2009. Uji Model Alat Pengering Tipe Rak dengan
Kolektor Surya. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim:
Malang.
Frengky, JF. 2016. Pembuatan Alat Pemanas Air Tenaga Surya Sederhana untuk
Mengetahui Laju Konveksi. Universitas Pasir Pengaraian: Rokon Hulu.
Siswantoro, Agus, M., dan Masrukhi. 2003. Rancang Bangun Alat Pengering
Energi Surya untuk Menunjang Agroindustri. Universitas Jendral
Sudirman: Banyumas.
Suprayitno., Azridjal, A., dan Rahmat, IM. 2016. Kaji Eksperimental Alat
Pengering Tenaga Surya Aktif Pemanasan Langsung (Direct Solar Dryer
Active) Berbentuk Jajar Genjang Tipe Kabinet. Universitas Riau:
Pekanbaru.

Anda mungkin juga menyukai