TENTANG
BUPATI KLATEN,
MEMUTUSKAN :
“Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Klaten.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
3. Bupati adalah Bupati Klaten.
4. Camat adalah pemimpin kecamatan yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada bupati/walikota melalui sekretaris
daerah.
5. Kecamatan adalah Kecamatan di Kabupaten Klaten.
6. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia di wilayah Kabupaten Klaten.
7. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
8. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu perangkat Desa
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
9. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD
adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang
anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan
keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis di wilayah
Kabupaten Klaten.
10. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat
dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang
yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
11. Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan
pertanggungjawaban keuangan Desa.
12. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa yang selanjutnya
disebut RPJM Desa, adalah rencana kegiatan pembangunan Desa
untuk jangka waktu 6 (enam) tahun.
13. Rencana Kerja Pemerintah Desa, yang selanjutnya disebut RKP Desa,
adalah penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu)
tahun.
14. Musyawarah Desa adalah musyawarah antara Badan
Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat
yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk
menyepakati hal yang bersifat strategis.
15. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa adalah musyawarah
antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur
masyarakat yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa untuk
menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan
Pembangunan Desa yang didanai oleh Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa, swadaya masyarakat Desa, dan/atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten.
16. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disebut
APB Desa adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.
17. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer
melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten dan
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat.
18. Alokasi Dana Desa, yang selanjutnya disingkat ADD, adalah dana
perimbangan yang diterima Kabupaten dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Kabupaten setelah dikurangi Dana Alokasi
Khusus.
19. Kelompok transfer adalah dana yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Provinsi serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten.
20. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa adalah Kepala
Desa yang karena jabatannya mempunyai kewenangan
menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan Desa.
21. Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa yang selanjutnya
disingkat PTPKD adalah unsur perangkat Desa yang membantu
Kepala Desa untuk melaksanakan pengelolaan keuangan Desa.
22. Kepala Desa adalah pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai
wewenang, tugas dan kewajiban untuk menyelenggarakan rumah
tangga Desanya dan melaksanakan tugas dari Pemerintah dan
Pemerintah Daerah di wilayah Kabupaten Klaten.
23. Penjabat Kepala Desa adalah seorang pejabat yang diangkat oleh
pejabat yang berwenang untuk melaksanakan tugas, hak dan
wewenang serta kewajiban Kepala Desa dalam kurun waktu tertentu.
24. Sekretaris Desa adalah bertindak selaku koordinator Pelaksana
Teknis Pengelolaan Keuangan Desa.
25. Penjabat Sekretaris Desa adalah seorang pejabat yang diangkat oleh
pejabat yang berwenang untuk melaksanakan tugas, hak dan
wewenang serta kewajiban Sekretaris Desa dalam kurun waktu
tertentu.
26. Kepala Seksi atau sebutan lain adalah unsur dari pelaksana teknis
kegiatan dengan bidangnya.
27. Bendahara Desa adalah pejabat yang diangkat oleh Kepala Desa dari
unsur staf sekretariat Desa yang membidangi urusan administrasi
keuangan atau dari perangkat Desa lainya untuk menatausahakan
keuangan Desa.
28. Tim Pengelola Kegiatan yang selanjutnya disingkat TPK adalah tim
yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa, terdiri dari unsur
Pemerintah Desa dan unsur lembaga kemasyarakatan desa untuk
melaksanakan Pengadaan Barang /Jasa.
29. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa yang selanjutnya disingkat
KPMD adalah warga desa terpilih yang mendampingi Kepala Desa
dalam hal pengorganisasian pembangunan Desa, mengembangkan
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan
pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran,
serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan,
program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi
masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa.
30. Rekening Kas Desa adalah rekening tempat menyimpan uang
Pemerintahan Desa yang menampung seluruh penerimaan Desa dan
digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran Desa pada Bank
yang ditetapkan.
31. Penerimaan Desa adalah uang yang berasal dari seluruh pendapatan
Desa yang masuk ke APB Desa melalui rekening kas Desa.
32. Pengeluaran Desa adalah Uang yang dikeluarkan dari APB Desa
melalui rekening kas Desa.
33. Surplus Anggaran Desa adalah selisih lebih antara pendapatan Desa
dengan belanja Desa.
34. Defisit Anggaran Desa adalah selisih kurang antara pendapatan Desa
dengan belanja Desa.
35. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran yang selanjutnya disingkat SILPA
adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran
selama satu periode anggaran.
36. Peraturan Desa adalah Peraturan Perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama
BPD.
37. Tokoh masyarakat adalah tokoh adat, tokoh agama, tokoh wanita,
tokoh pemuda dan pemuka-pemuka masyarakat lainnya.
38. Lembaga Kemasyarakatan Desa adalah lembaga yang dibentuk oleh
masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra
pemerintah Desa dalam memberdayakan masyarakat.
39. Rukun Warga yang selanjutnya disingkat RW adalah bagian dari
wilayah kerja Kepala Desa dan merupakan lembaga yang dibentuk
melalui musyawarah pengurus Rukun Tetangga di wilayah kerjanya.
40. Rukun Tetangga yang selanjutnya disingkat RT adalah lembaga yang
dibentuk melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka
pelayanan pemerintahan, kemasyarakatan dan pembangunan.
41. Badan Usaha Milik Desa selanjutnya disebut BUM Desa adalah
badan usaha yang seluruhnya atau sebagian besar modalnya dimiliki
Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan
Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan
usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat
Desa.
42. Penghasilan Tetap adalah penghasilan yang diterima oleh Kepala
Desa dan Perangkat Desa setiap bulan.
43. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP
adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pelaksana Kegiatan atas
tindakan pengeluaran yang menyebabkan beban anggaran sekaligus
sebagai media verifikasi oleh Sekretaris Desa, media persetujuan oleh
Kepala Desa dan media perintah bayar kepada Bendahara Desa.
44. dihapus.
45. Swadaya adalah pembangunan dengan melibatkan peran serta
masyarakat berupa uang, tenaga atau barang yang dinilai dengan
uang. Bentuk lain dari swadaya berupa partisipasi atau gotong
royong.
46. Panjar adalah uang yang diserahkan oleh Bendahara Desa atas
persetujuan Kepala Desa kepada Pelaksana Kegiatan untuk
pelaksanaan awal kegiatan.
47. Pembiayaan Desa adalah semua penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan/atau semua pengeluaran yang akan diterima kembali,
baik pada tahun yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
berikutnya.
48. Laporan Kekayaan Milik Desa adalah laporan yang menyajikan
informasi posisi keuangan desa mengenai aset, kewajiban jangka
pendek dan kekayaan bersih pada tanggal tertentu.
49. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli
Desa, dibeli atau diperoleh atas beban APB Desa atau perolehan hak
lainnya yang sah.
50. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
Pemerintah Desa.
51. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun
faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis.
52. Status keadaan darurat bencana adalah suatu keadaan yang
ditetapkan oleh pemerintah dalam jangka waktu tertentu atas dasar
rekomendasi badan yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana
yaitu bencana alam, sosial, kerusakan sarana dan prasarana.
53. Keadaan Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB merupakan
keadaan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang
dan/atau mendesak.
54. Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang
sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti
penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak
diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan
penerimaan Desa tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup.
55. Peraturan Kepala Desa adalah Peraturan yang ditetapkan oleh Kepala
Desa dan bersifat mengatur.
56. Keputusan Kepala Desa adalah penetapan yang bersifat konkrit,
individual, dan final.
57. Evaluasi adalah pengkajian dan penilaian terhadap rancangan
Peraturan Desa untuk mengetahui bertentangan dengan
kepentingan umum dan/atau Peraturan Perundang-undangan yang
lebih tinggi.
“Pasal 6
3. Ketentuan ayat (1) diubah dan ayat (2) Pasal 7 dihapus, sehingga berbunyi
sebagai berikut:
“Pasal 7
(1) PTPKD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) berasal dari
unsur Perangkat Desa, terdiri dari:
a. Sekretaris Desa;
b. Kepala Seksi atau sebutan lain atau Perangkat Desa yang ditunjuk;
dan
c. Bendahara Desa.
(2) dihapus
4. Ketentuan ayat (1), ayat (2) diubah dan ditambah ayat (3), ayat (4), dan
ayat (5) Pasal 10, sehingga berbunyi sebagai berikut:
“Pasal 10
5. Ketentuan ayat (1), ayat (4), ayat (5), dan ayat (7) Pasal 14 diubah,
sehingga berbunyi sebagai berikut:
“Pasal 14
“Pasal 14A
“Pasal 15A
(1) Dana Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf a
merupakan alokasi anggaran dari APBN.
(2) Penerimaan Dana Desa dipergunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
(3) Dana Desa diprioritaskan untuk membiayai pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat.
(4) Pengalokasian Dana Desa untuk masing-masing Desa dengan
mempertimbangkan :
a. Jumlah penduduk;
b. Angka kemiskinan;
c. Luas wilayah; dan
d. Tingkat kesulitan geografis.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pengalokasian dan besaran Dana
Desa untuk masing-masing Desa diatur dengan Peraturan Bupati.
“Pasal 15B
(1) Bagian dari Hasil Pajak Daerah Kabupaten dan Retribusi Daerah Pasal
15 ayat (1) huruf b adalah bagian penerimaan pajak daerah Kabupaten
dan retribusi daerah yang diberikan kepada Desa paling sedikit 10%
(sepuluh persen) dari yang diterima oleh Pemerintah Daerah.
(2) Pengalokasian bagian hasil pajak daerah Kabupaten dan retribusi
daerah yang diterima Pemerintah Daerah Kabupaten kepada Desa,
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. sebesar 60% (enam puluh persen) dibagi secara merata kepada
seluruh Desa; dan
b. sebesar 40% (empat puluh persen) dibagi secara proposional sesuai
dengan realisasi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah dari
masing-masing.
(3) Pengalokasi bagian hasil pajak daerah Kabupaten dan retribusi daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdasarkan perolehan pajak
dan retribusi daerah tahun anggaran sebelumnya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengalokasian bagian hasil pajak
dan retribusi daerah yang diterima daerah kepada Desa diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Bupati.
“Pasal 15C
8. Ketentuan ayat (1), ayat (2) Pasal 17 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
“Pasal 17
(1) Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf a adalah pemberian
uang dan atau barang yang dapat dinilai dengan uang dari pihak
ketiga yang penggunaannya tidak ditentukan oleh pemberi hibah atau
sumbangan.
(2) Lain-lain pendapatan Desa yang sah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 huruf b, antara lain pendapatan sebagai hasil kerjasama
dengan pihak ketiga dan bantuan perusahaan.
9. Ketentuan ayat (2) huruf m diubah dan huruf r dihapus Pasal 21,
sehingga berbunyi sebagai berikut:
“Pasal 21
10. Ketentuan ayat (1), ayat (3) diubah dan ayat (4) dan ayat (6) dihapus
Pasal 23, sehingga berbunyi sebagai berikut:
“Pasal 23
11. Ketentuan ayat (3) huruf d Pasal 24 dihapus, sehingga berbunyi sebagai
berikut :
“Pasal 24
12. Ketentuan ayat (8) dan ayat (9) Pasal 25 ditambah, sehingga berbunyi
sebagai berikut :
“Pasal 25
(1) Pengeluaran Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
ayat (2) huruf b, terdiri dari :
a. Pembentukan Dana Cadangan; dan
b. Penyertaan Modal Desa.
(2) Pemerintah Desa dapat membentuk dana cadangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a untuk mendanai kegiatan yang
penyediaan dananya tidak dapat sekaligus/sepenuhnya dibebankan
dalam satu tahun anggaran.
(3) Pembentukan dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dengan Peraturan Desa.
(4) Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling sedikit
memuat:
a. penetapan tujuan pembentukan dana cadangan;
b. program dan kegiatan yang akan dibiayai dari dana cadangan;
c. besaran dan rincian tahunan dana cadangan yang harus
dianggarkan;
d. sumber dana cadangan; dan
e. tahun anggaran pelaksanaan dana cadangan.
(5) Pembentukan dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat bersumber dari penyisihan atas penerimaan Desa, kecuali dari
penerimaan yang penggunaannya telah ditentukan secara khusus
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
(6) Pembentukan dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a ditempatkan pada rekening tersendiri.
(7) Penganggaran dana cadangan tidak melebihi tahun akhir masa
jabatan Kepala Desa.
(8) Pemerintah Desa dapat menyertakan modal Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b kepada Badan Usaha Milik Desa atau
lembaga lainnya sepanjang menguntungkan Pemerintah Desa.
(9) Penyertaan modal desa ditetapkan dengan Peraturan Desa.
13. Ketentuan ayat (6) Pasal 29 dihapus, sehingga berbunyi sebagai berikut:
“Pasal 29
(1) Bupati mendelegasikan evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang
APB Desa kepada Camat.
(2) Camat menetapkan hasil evaluasi Rancangan APB Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak
diterimanya Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa.
(3) Dalam hal Camat tidak memberikan hasil evaluasi dalam batas
waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Peraturan Desa tersebut
berlaku dengan sendirinya.
(4) Dalam hal Camat menyatakan hasil evaluasi Rancangan Peraturan
Desa tentang APB Desa tidak sesuai dengan kepentingan umum dan
Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi, Kepala Desa
melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung
sejak diterimanya hasil evaluasi.
(5) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa
sebagaimana dimaksud ayat (4) dan Kepala Desa tetap menetapkan
Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa menjadi Peraturan
Desa, Camat menyampaikan usulan pembatalan Peraturan Desa
kepada Bupati.
(6) dihapus
14. Ketentuan ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) diubah dan ditambah ayat (5),
ayat (6), ayat (7), dan ayat (8) Pasal 30, sehingga sebagai berikut :
“Pasal 30
(1) Semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan
kewenangan Desa dilaksanakan melalui Rekening Kas Desa.
(2) Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk
uang atau barang/jasa yang dapat dinilai dengan uang.
(3) Semua penerimaan dalam bentuk uang sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dalam rangka pelaksanaan kewenangan Desa disetor ke
dalam Rekening Kas Desa dilakukan dengan cara :
a. disetor secara langsung ke Rekening Kas Desa oleh pihak ketiga;
b. disetor melalui bendahara Desa oleh pihak ketiga;
c. disetor melalui bendahara Desa dari aparat yang
bertanggungjawab memungut dari pihak ketiga.
(4) Penerimaan Desa dalam bentuk barang/jasa yang dapat dinilai
dengan uang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicatat oleh
Bendahara Desa dalam Buku Pembantu Penerimaan.
(5) Rekening Kas Desa ditempatkan pada Bank yang ditunjuk dengan
Keputusan Bupati.
(6) Penerimaan Desa yang berupa uang harus disetor ke rekening kas
Desa paling lama 1 (satu) hari kerja sejak diterima uang tersebut oleh
Bendahara Desa.
(7) Khusus bagi Desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di
wilayahnya, Pendapatan Desa yang berupa uang harus disetor ke
rekening kas Desa paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterima uang
tersebut oleh Bendahara Desa atas nama Pemerintah Desa.
(8) Semua penerimaan dan pengeluaran Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah.
“Pasal 31
16. Ketentuan ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) diubah dan
ditambah ayat (6), ayat (7), ayat (8) dan ayat (9) Pasal 33, sehingga
berbunyi sebagai berikut:
“Pasal 33
17. Ketentuan ayat (1) Pasal 34 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :
“Pasal 34
(1) Berdasarkan rencana anggaran biaya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33 ayat (4) pelaksana kegiatan mengajukan SPP kepada
Kepala Desa.
(2) SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh dilakukan
sebelum barang dan atau jasa diterima.
18. Ketentuan ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6), ayat (7), ayat (8),
ayat (9), ayat (10), ayat (11), ayat (12), dan ayat (13) Pasal 35 ditambah,
sehingga berbunyi sebagai berikut :
“Pasal 35
(1) Pengajuan SPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1)
terdiri atas:
a. Surat Permintaan Pembayaran (SPP);
b. Pernyataan tanggungjawab belanja; dan
c. Lampiran bukti transaksi atau kuitansi/nota pembelian.
(2) Setelah penetapan APB Desa, Pelaksana Kegiatan membuat SPP
untuk pelaksanaan kegiatan.
(3) SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa SPP Panjar
dan SPP Definitif.
(4) SPP Definitif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat oleh
Pelaksana Kegiatan setelah barang/jasa diterima oleh Pemerintah
Desa.
(5) Pelaksana Kegiatan membuat SPP Definitif dilengkapi dengan bukti
belanja dan/atau dokumen lain yang yang dapat
dipertanggungjawabkan.
(6) Dokumen lain yang dapat dipertanggungjawabkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) digunakan untuk belanja pegawai atau
honorarium.
(7) SPP Panjar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling banyak
sebesar 50% (lima puluh persen) dari total keseluruhan anggaran
setiap kegiatan.
(8) Setelah barang/jasa yang diperoleh dari realisasi SPP Panjar maka
Pelaksana Kegiatan wajib membuat Surat Pertanggungjawaban
atas SPP Panjar.
(9) Surat Pertanggungjawaban atas SPP Panjar sebagaimana
dimaksud pada ayat (7) dibuat paling lama 7 (tujuh) hari kerja
setelah pencairan SPP Panjar.
(10) Apabila terdapat sisa dari Realisasi SPP Panjar, maka Pelaksana
Kegiatan wajib menyetorkan kepada Bendahara Desa pada saat
penyerahan Surat Pertanggungjawaban SPP Panjar.
(11) Kekurangan anggaran dalam pelaksanaan kegiatan karena SPP
Panjar, dapat diberikan apabila Pelaksana Kegiatan membuat SPP
Definitif atas kekurangan anggaran tersebut.
(12) Pembuatan SPP Definitif untuk pembayaran kekurangan anggaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (10) dilakukan oleh Pelaksana
Kegiatan setelah Surat Pertanggungjawaban SPP Panjar kegiatan
telah disetujui oleh Kepala Desa.
(13) Pelaksana Kegiatan bertanggungjawab terhadap tindakan
pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja
kegiatan dengan mempergunakan Buku Kas Pembantu Kegiatan,
Pernyataan Tanggungjawab Belanja, dan Laporan Kegiatan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan di Desa.
19. Ketentuan ayat (1) huruf d dihapus dan ayat (2) diubah dan ditambah
ayat (3) dan ayat (4) Pasal 36, sehingga berbunyi sebagai berikut:
“Pasal 36
d. dihapus
(2) Sekretaris Desa dapat menolak dan mengembalikan pengajuan SPP
oleh pelaksana kegiatan apabila tidak memenuhi persyaratan yang
ditetapkan untuk diperbaiki/dilengkapi.
(3) SPP yang telah di verifikasi Sekretaris Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), harus mendapatkan persetujuan Kepala
Desa dan Bendahara Desa melakukan pembayaran.
(4) Bendahara Desa melakukan pembayaran atas SPP yang telah
mendapatkan persetujuan Kepala Desa dan melakukan pencatatan
pengeluaran.
21. Ketentuan ayat (1) diubah dan ditambah ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat
(5), ayat (6), ayat (7), ayat (8), ayat (9) dan ayat (10) Pasal 43, sehingga
berbunyi sebagai berikut:
“Pasal 43
“Pasal 44
23. Di antara Pasal 45 dan Pasal 46 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal
45A, yang berbunyi sebagai berikut :
“Pasal 45A
(1) Kode Rekening akun untuk penyusunan Laporan Kekayaan Milik
Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (4) huruf b terdiri
dari Rekening Aset, Kewajiban dan Ekuitas.
(2) Kode Rekening akun dan format bentuk Laporan Kekayaan Milik
Desa dan Laporan Realisasi APB Desa (LRA) tercantum dalam
Lampiran Peraturan Bupati ini.
“Pasal 49
25. Ketentuan ayat (1) diubah dan ayat (2) dihapus Pasal 51, sehingga
berbunyi sebagai berikut:
“Pasal 51
“BAB VIIA
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 50A
Peraturan Bupati ini digunakan sebagai pedoman pengelolaan keuangan
Desa mulai tanggal 1 Januari 2017.
Pasal II
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
SRI MULYANI
Diundangkan di Klaten
pada tanggal 3 Februari 2017
Cap
ttd
JAKA SAWALDI