Anda di halaman 1dari 18

BUPATI KENDAL

PROVINSI JAWA TENGAH


PERATURAN BUPATI KENDAL
NOMOR 52 TAHUN 2015

TENTANG

TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA


KABUPATEN KENDAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KENDAL,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 105


Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa dan Pasal 1 Peraturan Kepala Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 13
Tahun 2013 tentang Pedoman Tata Cara Pengadaan
Barang/Jasa di Desa, maka perlu menetapkan Peraturan
Bupati tentang Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa di Desa
Kabupaten Kendal;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam
Lingkungan Propinsi Jawa Tengah sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965
tentang pembentukan Daerah Tingkat II Batang dengan
Mengubah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950
tentang Pembentukan Daerah-daerah kabupaten dalam
Lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 1965 Nomor 52, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2757);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5. Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
2

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak


Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5495);
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang
Penetapan Mulai Berlakunya Undang-Undang 1950
Nomor 12, 13, 14 dan 15 dari Hal Pembentukan
Daerah-daerah Kabupaten di Jawa Timur/Tengah/
Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang
Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976
Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3079);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Kabupaten dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
3

6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5558)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2015
tentang Dana Desa Yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 88, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5694);
15. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87
Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 199);
16. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21
Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun
2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
2091);
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun
2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2093);
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun
2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2094);
22. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2015
tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal
Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 158);
23. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2015
tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme
Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa (Berita
4

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 159);


24. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 3 Tahun 2015
tentang Pendampingan Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 160);
25. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Nomor 13 Tahun 2013
tentang Pedoman Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa di
Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 1367);
26. Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 15 Tahun
2006 tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan
Tata Kerja Pemerintahan Desa di Kabupaten Kendal
(Lembaran Daerah Kabupaten Kendal Tahun 2006
Nomor 15 Seri E No. 10);
27. Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 14 Tahun
2007 tentang Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan
Pemerintahan Pilihan yang menjadi Kewenangan
Pemerintahan Daerah Kabupaten Kendal (Lembaran
Daerah Kabupaten Kendal Tahun 2007 Nomor 14 Seri
E No 8, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Kendal Nomor 12);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGADAAN


BARANG/JASA DI DESA KABUPATEN KENDAL.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Kendal.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah daerah.
3. Bupati adalah Bupati Kendal.
4. Desa adalah desa dan desa adat, yang selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,
hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
5. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
6. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu perangkat
Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
7. Badan Permusyawaratan Desa adalah lembaga yang
melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya
5

merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan


keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang
selanjutnya disingkat APBD, adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
9. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa,
selanjutnya disingkat RPJM Desa adalah Rencana
Kegiatan Pembangunan Desa untuk jangka waktu 6
(enam) tahun.
10. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, yang
selanjutnya disingkat APB Desa, adalah rencana
keuangan tahunan Pemerintahan Desa.
11. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan
yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan
disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.
12. Rencana Kerja Pemerintah Desa, selanjutnya disebut RKP
Desa, adalah penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka
waktu 1 (satu) tahun.
13. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa
yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu
berupa uang dan barang yang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
14. Kepala Desa adalah Pemegang Kekuasaan Pengelolaan
Keuangan Desa yang karena jabatannya mempunyai
kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan
keuangan desa.
15. Perangkat Desa adalah pembantu Kepala Desa yang
terdiri atas Sekretariat Desa, Pelaksana Kewilayahan, dan
Pelaksana Teknis.
16. Pelaksana teknis adalah pelaksana teknis lapangan
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Kendal Nomor 15 Tahun 2006 tentang
Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja
Pemerintahan Desa di Kabupaten Kendal.
17. Kepala Urusan adalah unsur Sekretariat Desa yang
menangani tugas administrasi tertentu sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kendal
Nomor 15 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan
Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa di
Kabupaten Kendal.
18. Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa yang
selanjutnya disingkat PTPKD adalah unsur perangkat
desa yang membantu Kepala Desa untuk melaksanakan
pengelolaan keuangan desa.
19. Bendahara adalah unsur staf sekretariat desa yang
membidangi urusan administrasi keuangan untuk
menatausahakan keuangan desa.
20. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat
SPP adalah dokumen yang diterbitkan oleh pelaksana
kegiatan untuk mengajukan permintaan pembayaran.
6

21. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat


SPM adalah dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh
Kepala Desa atas beban pengeluaran di rekening Kas
Desa.
22. Pengadaan Barang/Jasa di Desa yang selanjutnya
disebut dengan Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan
untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Pemerintah Desa,
baik dilakukan dengan cara swakelola maupun melalui
penyedia barang/jasa.
23. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak
berwujud, bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat
diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau
dimanfaatkan oleh Pengguna Barang.
24. Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang
perseorangan yang menyediakan barang/pekerjaan
konstruksi/jasa konsultansi/jasa lainnya.
25. Tim Pengelola Kegiatan yang selanjutnya disingkat TPK
adalah tim yang ditetapkan oleh Kepala Desa dengan
Surat Keputusan, terdiri dari unsur Pemerintah Desa dan
unsur lembaga kemasyarakatan desa untuk
melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa.
26. Lembaga Kemasyarakatan Desa adalah lembaga yang
dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan
merupakan mitra pemerintah desa dalam
memberdayakan masyarakat.
27. Swakelola adalah kegiatan pengadaan barang/jasa
dimana pekerjaannya direncanakan, dikerjakan dan/atau
diawasi sendiri oleh TPK.
28. Pekerjaan Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang
berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi bangunan
atau pembuatan wujud fisik lainnya.
29. Jasa Konsultasi adalah jasa layanan profesional yang
membutuhkan keahlian tertentu diberbagai bidang
keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir
(brainware).
30. Jasa Lainnya adalah jasa yang membutuhkan
kemampuan tertentu yang mengutamakan keterampilan
(skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang telah
dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan atau segala pekerjaan dan/atau penyediaan
jasa selain Jasa Konsultansi, pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi dan pengadaan Barang.
31. Rekening Kas Desa adalah rekening tempat menyimpan
uang Pemerintah Desa yang menampung seluruh
penerimaan Desa dan digunakan untuk membayar
seluruh pengeluaran Desa pada Bank yang ditetapkan.
32. Keadaan kahar adalah keadaan yang terjadi di luar
kehendak para pihak dan tidak dapat diperkirakan
sebelumnya, sehingga kewajiban yang ditentukan dalam
surat perjanjian menjadi tidak dapat dipenuhi.
7

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2

(1) Maksud pengaturan pengadaan barang/jasa di desa adalah


untuk memberikan pedoman bagi Pemerintah Desa dalam
pelaksanaan kegiatan pengadaan barang/jasa di Desa yang
dibiayai dengan dana yang bersumber APBDesa.
(2) Tujuan pengaturan pengadaan barang/jasa di desa adalah
agar pengadaan barang/jasa di Desa dilaksanakan sesuai
dengan tata kelola yang baik dan sesuai dengan prinsip-
prinsip pengadaan barang/jasa di Desa.

BAB III
RUANG LINGKUP
Pasal 3

(1) Ruang lingkup pengaturan pengadaan barang/jasa di desa


ini meliputi kegiatan pengadaan barang/jasa di Desa yang
pembiayaannya baik sebagian atau seluruhnya bersumber
dari APB Desa.
(2) Pembiayaannya baik sebagian atau seluruhnya bersumber
dari APB Desa bersumber dari :
a. Pendapatan Asli Desa;
b. Transfer; dan
c. Pendapatan lain-lain.
(3) Dalam hal pengadaan barang/jasa di desa dibiayai APB
Desa yang bersumber dari pendapatan transfer
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diatur
peraturan perundang-undangan tersendiri, maka
pengaturan pengadaan barang/jasa dimaksud
dikecualikan dari Peraturan Bupati ini.

BAB IV
PRINSIP DAN ETIKA PENGADAAN
Pasal 4

Pengadaan barang/jasa di desa dilaksanakan dengan


menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. efisien berarti Pengadaan Barang/Jasa harus diusahakan
dengan menggunakan dana dan daya yang minimum
untuk mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu yang
ditetapkan atau menggunakan dana yang telah ditetapkan
untuk mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas yang
maksimum;
b. efektif berarti Pengadaan Barang/Jasa harus sesuai
dengan kebutuhan dan sasaran yang telah ditetapkan serta
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya;
c. transparan berarti semua ketentuan dan informasi
mengenai Pengadaan Barang/Jasa bersifat jelas dan dapat
diketahui secara luas oleh masyarakat dan Penyedia
Barang/Jasa yang berminat;
d. pemberdayaan masyarakat Desa berarti upaya
mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan
8

masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan sikap,


keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta
memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan,
program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai
dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan
masyarakat Desa;
e. gotong royong, berarti penyediaan tenaga kerja secara
cuma-cuma oleh masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan
pembangunan di desa; dan
f. akuntabel, berarti harus sesuai dengan aturan dan
ketentuan yang terkait dengan Pengadan Barang/Jasa
sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

Pasal 5

Para pihak yang terkait dalam pelaksanaan pengadaan


barang/jasa di desa harus mematuhi etika dalam pengadaan
barang/jasa yang meliputi :
a. bertanggung jawab;
b. mencegah kebocoran dan pemborosan keuangan desa; dan
c. patuh terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan.

BAB V
TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 6

(1) Prinsip pengadaan barang/jasa di desa dilakukan secara


swakelola dengan memaksimalkan penggunaan
matrial/bahan dari wilayah setempat, dilaksanakan secara
gotong royong dengan melibatkan partisipasi masyarakat
setempat untuk memperluas kesempatan kerja, dan
pemberdayaan masyarakat setempat.
(2) Pengadaan barang/jasa di desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) yang tidak dapat dilaksanakan secara
swakelola baik sebagian maupun keseluruhan, dapat
dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa yang dianggap
mampu.

Bagian Kedua
Para Pihak Dalam Pengadaan Barang/Jasa di Desa
Paragraf 1
Organisasi Pengadaan
Pasal 7

Organisasi pengadaan barang/jasa di desa terdiri atas :


a. Kepala Desa; dan
b. TPK.
9

Paragraf 2
Tugas dan Kewenangan Kepala Desa
Pasal 8

Kepala Desa dalam kegiatan pengadaan barang/jasa di Desa


mempunyai tugas dan kewenangan sebagai berikut :
a. menetapkan Rencana Umum Pengadaan;
b. mengumumkan Rencana Umum Pengadaan;
c. menetapkan TPK;
d. menunjuk Penanggung Jawab Teknis khusus untuk
pekerjaan konstruksi;
e. mengendalikan dan mengevaluasi atas pelaksanaan
pengadaan barang/jasa;
f. menerima hasil pengadaan Barang/Jasa;
g. meneliti pengajuan SPP yang diajukan oleh Pelaksana
Kegiatan dan setelah dinyatakan sesuai Kepala Desa
memerintahkan pencairan anggaran kepada bendahara
desa dengan menerbitkan SPM;
h. mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan seluruh
dokumen pengadaan barang/jasa; dan
i. menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Paragraf 3
TPK
Pasal 9

(1) TPK ditetapkan oleh Kepala Desa dari unsur Pemerintah


Desa dan unsur lembaga kemasyarakatan desa,
(2) TPK dari unsur pemerintah desa sebagaimana dimakud
pada ayat (1) ditetapkan dari perangkat desa yang tidak
menjabat sebagai :
a. Sekretaris Desa;
b. Bendahara Desa; dan
c. Kepala Urusan dan Pelaksana Teknis selaku Pelaksana
Kegiatan yang di dalamnya terdapat kegiatan pengadaan
barang/jasa yang bersangkutan.
(3) Pembentukan TPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

Pasal 10

(1) Kepala Desa dapat menetapkan lebih dari 1 (satu) TPK.


(2) Keanggotaan TPK berjumlah gasal beranggotakan paling
kurang 3 (tiga) orang dan dapat ditambah sesuai dengan
kompleksitas pekerjaan.
(3) Susunan keanggotaan TPK sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit terdiri dari :
a. Ketua merangkap anggota;
b. Sekretaris merangkap anggota; dan
c. Anggota.
10

Pasal 11

Anggota TPK harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :


a. memiliki integritas, disiplin dan tanggung jawab dalam
melaksanakan tugas;
b. memahami pekerjaan yang akan dilaksanakan;
c. memahami metode dan prosedur pengadaan barang/jasa;
dan
d. menandatangani pakta integritas.

Pasal 12

(1) TPK dalam kegiatan pengadaan barang/jasa di Desa


mempunyai tugas dan kewenangan sebagai berikut :
a. melaksanakan pengadaan barang dan jasa;
b. melaporkan kemajuan pelaksanaan pengadaan
barang/jasa kepada Kepala Desa;
c. menyerahkan hasil pengadaan barang/jasa kepada
Kepala Desa dengan Berita Acara serah terima hasil
pekerjaan;
d. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen
pemilihan dan pelaksanaan pengadaan barang/Jasa.
(2) Selain tugas pokok dan kewenangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dalam hal diperlukan, TPK dapat :
a. mengusulkan kepada Kepala Desa :
1) perubahan paket pekerjaan termasuk perubahan
spesifikasi teknis pekerjaan ; dan/atau
2) perubahan jadwal kegiatan pengadaan;
b. menetapkan tim pendukung atau tenaga ahli untuk
membantu pelaksanaan pengadaan barang/jasa.

Pasal 13

TPK dilarang mengadakan ikatan perjanjian dengan penyedia


barang/jasa apabila belum tersedia anggaran atau tidak
cukup tersedia anggaran yang dapat mengakibatkan
dilampauinya batas anggaran yang tersedia untuk kegiatan
yang dibiayai dari APBDesa

Pasal 14

Pemerintah Desa dapat menyediakan biaya pendukung


pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang dibiayai dari APB
Desa yang meliputi :
a. Honorarium TPK, Tim/tenaga ahli,; dan
b. Biaya operasional lainnya yang diperlukan.

BAB VI
PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI SWAKELOLA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 15

(1) Pelaksanaan swakelola oleh TPK meliputi kegiatan


11

persiapan, pelaksanaan, pengawasan, penyerahan,


pelaporan, dan pertanggungjawaban hasil pekerjaan.
(2) Khusus untuk pekerjaan kontruksi tidak sederhana, yaitu
pekerjaan konstruksi yang membutuhkan tenaga ahli
dan/atau peralatan berat, tidak dapat dilaksanakan
dengan cara swakelola.

Bagian Kedua
Rencana Pelaksanaan
Pasal 16

Rencana pelaksanaan swakelola meliputi :


a. Jadwal pelaksanaan pekerjaan;
b. Rencana penggunaan tenaga kerja, kebutuhan bahan dan
peralatan;
c. Gambar rencana kerja (untuk pekerjaan konstruksi);
d. Spesifikasi teknis (apabila diperlukan); dan
e. Perkiraan biaya (Rencana Anggaran Biaya/RAB).

Bagian Ketiga
Pelaksanaan Swakelola
Pasal 17

(1) Swakelola dilaksanakan dengan ketentuan sebagai


berikut:
a. pelaksanaan swakelola dilakukan berdasarkan rencana
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui
swakelola; dan
b. kebutuhan barang/jasa termasuk di dalamnya
bahan/material untuk mendukung kegiatan swakelola
yang tidak dapat disediakan dengan cara swadaya,
dilakukan melalui penyedia barang/jasa yang dianggap
mampu oleh TPK;
(2) Pelaksanaan swakelola untuk pekerjaan konstruksi selain
harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
pada ayat (1), juga harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
a. ditunjuk satu orang penanggungjawab teknis
pelaksanaan pekerjaan dari anggota TPK yang dianggap
mampu atau mengetahui teknis kegiatan/pekerjaan;
b. dapat dibantu oleh personil dari Satuan Kerja Perangkat
Daerah yang membidangi pekerjaan konstruksi;
dan/atau
c. dapat dibantu oleh pekerja (tenaga tukang dan/atau
mandor).
BAB VII
PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI
PENYEDIA BARANG/JASA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 18

Pengadaan Barang/Jasa melalui penyedia barang/jasa


dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan barang/jasa
12

dalam rangka mendukung pelaksanaan swakelola maupun


memenuhi kebutuhan barang/jasa secara langsung di Desa.

Pasal 19

(1) Penyedia Barang/Jasa yang dianggap mampu dalam


pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa harus memiliki
tempat dan izin usaha, kecuali untuk tukang batu, tukang
kayu dan sejenisnya.
(2) Untuk pekerjaan konstruksi, selain memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyedia
barang/jasa harus mampu menyediakan tenaga ahli
dan/atau peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan.

Bagian Kedua
Perencanaan
Pasal 20

TPK menyusun rencana pelaksanaan pengadaan meliputi :


a. Rencana Anggaran Biaya (RAB) berdasarkan data harga
pasar setempat atau harga pasar terdekat dari desa
tersebut, paling tinggi sama dengan standarisasi biaya
yang berlaku di daerah;
b. dalam penyusunan RAB dapat memperhitungkan ongkos
kirim atau ongkos pengambilan atas barang/jasa yang
akan diadakan; dan
c. spesifikasi teknis barang/jasa (apabila diperlukan).

Bagian Ketiga
Pelaksanaan
Pasal 21

Pengadaan barang/jasa dengan nilai sampai dengan Rp.


50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dilaksanakan dengan
cara :
a. TPK melakukan survey calon penyedia barang/jasa;
b. TPK memilih dan membeli barang/jasa kepada 1 (satu)
penyedia barang/jasa;
c. Pembelian sebagaimana dimaksud huruf b dilakukan
tanpa permintaan penawaran tertulis dari TPK dan tanpa
penawaran tertulis dari penyedia barang/jasa;
d. TPK melakukan negosiasi (tawar-menawar) dengan
penyedia barang/jasa untuk memperoleh harga yang lebih
murah;
e. Penyedia barang/jasa memberikan bukti transaksi berupa
nota, faktur pembelian, atau kuitansi untuk dan atas nama
TPK.
Pasal 22

Pengadaan barang/jasa dengan nilai diatas Rp. 50.000.000,00


(lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp. 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) dilaksanakan dengan cara :
a. TPK melakukan survey calon penyedia barang/jasa;
b. TPK memilih dan membeli barang/jasa kepada 1 (satu)
penyedia barang/jasa;
13

c. Pembelian sebagaimana dimaksud pada huruf b dilakukan


oleh TPK dengan cara meminta penawaran secara tertulis
dari penyedia barang/jasa dengan dilampiri daftar
barang/jasa (rincian barang/jasa atau ruang lingkup
pekerjaan, volume dan satuan);
d. Penyedia barang/jasa menyampaikan penawaran tertulis
yang berisi daftar barang/jasa (rincian barang/jasa atau
lingkup pekerjaan, volume dan satuan);
e. TPK melakukan negosiasi (tawar menawar) dengan
penyedia barang/jasa untuk memperoleh harga yang lebih
murah;
f. Penyedia barang/jasa memberikan bukti transaksi berupa
nota, faktur, atau kuitansi untuk dan atas nama TPK.

Pasal 23

Pengadaan barang/jasa dengan nilai diatas Rp.


200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dilaksanakan dengan
cara :
a. TPK melakukan survey calon penyedia barang/jasa;
b. TPK mengundang dan meminta 2 (dua) penawaran secara
tertulis dari 2 (dua) penyedia barang/jasa yang berbeda
dilampiri dengan daftar barang/jasa (rincian barang/jasa
atau ruang lingkup pekerjaan, volume, dan satuan) dan
spesifikasi teknis barang/jasa;
c. Penyedia barang/jasa menyampaikan penawaran tertulis
yang berisi daftar barang/jasa (rincian barang/jasa atau
ruang lingkup pekerjaan, volume dan satuan) dan harga;
d. TPK menilai pemenuhan spesifikasi teknis barang/jasa
terhadap kedua penyedia barang/jasa yang memasukkan
penawaran;
e. Apabila spesifikasi teknis barang/jasa yang ditawarkan :
1. Dipenuhi oleh kedua penyedia barang/jasa, maka
dilanjutkan dengan proses negosiasi (tawar menawar)
secara bersamaan;
2. Dipenuhi oleh salah satu penyedia barang/jasa, maka
TPK tetap melanjutkan dengan proses negosiasi(tawar
menawar) kepada penyedia barang/jasa yang memenuhi
spesifikasi teknis tersebut;
3. Tidak dipenuhi oleh kedua penyedia barang/jasa, maka
TPK membatalkan proses pengadaan.
f. Apabila spesifikasi teknis tidak dipenuhi sebagaimana
dimaksud pada huruf d angka 3, maka TPK melaksanakan
kembali proses pengadaan sebagaimana dimaksud pada
huruf a.
g. Negosiasi (tawar-menawar) sebagaimana dimaksud pada
huruf d angka 1 dan huruf d angka 2 untuk memperoleh
harga yang lebih murah;
h. Hasil negosiasi dituangkan dalam surat perjanjian antara
Ketua TPK dan Penyedia barang/jasa yang berisi sekurang-
kurangnya :
1. Tanggal dan tempat dibuatnya surat perjanjian;
2. Para pihak;
3. Ruang lingkup pekerjaan;
4. Nilai pekerjaan;
5. Hak dan kewajiban para pihak;
14

6. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan;


7. Ketentuan kahar; dan
8. Sanksi.

Bagian Keempat
Perubahan Ruang Lingkup Pekerjaan
Pasal 24

Apabila terjadi perubahan paket pekerjaan, maka TPK dapat


memerintahkan secara tertulis kepada penyedia barang/jasa
untuk melakukan perubahan ruang lingkup pekerjaan yang
meliputi :
a. menambah atau mengurangi volume pekerjaan;
b. mengurangi jenis pekerjaan;
c. mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan
kebutuhan lapangan; dan/atau
d. melaksanakan pekerjaan tambahan.

Pasal 25

(1) Untuk perubahan ruang lingkup pekerjaan sebagaimana


dimaksud Pasal 24 huruf c dan huruf d, penyedia
barang/jasa menyampaikan penawaran tertulis kepada
TPK;
(2) TPK melakukan negosiasi (tawar menawar) dengan
penyedia barang/jasa untuk memperoleh harga yang
lebih murah;
(3) Perubahan tambah/kurang dilakukan apabila tersedia
anggaran untuk pekerjaan tambahan.

Pasal 26

Perubahan ruang lingkup pekerjaan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 25 apabila nilai pengadaannya di atas Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) maka dilakukan
adendum surat perjanjian yang memuat perubahan ruang
lingkup dan total nilai pekerjaan yang disepakati.

Bagian Kelima
Pencairan Anggaran
Pasal 27

Pembayaran atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa


secara swakelola dan/atau melalui penyedia barang/jasa
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Berdasarkan dokumen pengadaan barang/jasa yang
diajukan oleh TPK, Pelaksana Kegiatan mengajukan Surat
Permintaan Pembayaran (SPP) kepada Kepala Desa
melalui Sekretaris Desa.
b. SPP sebagaimana dimaksud pada huruf a, tidak boleh
dilakukan sebelum barang dan/atau jasa hasil
pengadaan barang dan/atau jasa diterima.
c. Sekretaris desa meneliti kelengkapan dokumen SPP yang
diajukan oleh Pelaksana Kegiatan agar tidak melampui
pagu dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan.
15

d. Kepala desa meneliti pengajuan SPP yang diajukan oleh


Pelaksana Kegiatan dan setelah dinyatakan sesuai Kepala
Desa memerintahkan pencairan anggaran kepada
bendahara desa dengan menerbitkan SPM.
e. Bendahara Desa mencairkan anggaran sesuai SPM dan
menyerahkan kepada Pelaksana Kegiatan, untuk
selanjutnya diserahkan kepada TPK.
f. TPK membayarkan pengadaan barang/jasa sesuai hasil
negosiasi yang ditandatangani oleh TPK dan Penyedia
Barang/Jasa.
g. Setiap pengeluaran pengadaan barang/jasa atas beban
APBDesa harus didukung dengan bukti yang lengkap dan
sah; dan
h. Bukti sebagaimana dimaksud pada huruf g harus
mendapat pengesahan oleh Sekretaris Desa untuk
keabsahan penggunaan bukti dimaksud.

Bagian Keenam
Keadaan Kahar
Pasal 28

(1) Keadaan kahar yang ditentukan dalam surat perjanjian


pengadaan barang/jasa di Desa meliputi :
a. bencana alam;
b. bencana non alam;
c. bencana sosial;
d. pemogokan;
e. kebakaran; dan/atau
f. gangguan industri lainnya yang dinyatakan oleh
Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi.
(2) Bencana alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi antara lain gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, tanah
longsor, dan bencana alam lainnya.
(3) Bencana non alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi antara lain gagal teknologi, epidemi, dan
wabah penyakit, dan bencana non alam lainnya.
(4) Bencana sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c meliputi antara lain konflik antar kelompok atau
antar komunitas masyarakat, dan bencana sosial
lainnya.

Pasal 29

(1) Dalam hal terjadi keadaan kahar sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1), penyedia barang/jasa
memberitahukan tentang terjadinya keadaan kahar
kepada TPK secara tertulis dalam waktu paling lambat 7
(tujuh) hari kalender sejak terjadinya keadaan kahar,
dengan menyertakan salinan asli pernyataan keadaan
kahar yang dikeluarkan oleh pihak/instansi yang
berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Tidak termasuk Keadaan Kahar adalah hal-hal
merugikan yang disebabkan oleh perbuatan atau
kelalaian para pihak
16

(3) Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan


oleh terjadinya keadaan kahar tidak dikenakan sanksi.
(4) Setelah terjadinya keadaan kahar, para pihak dapat
melakukan kesepakatan kembali, dan selanjutnya
dituangkan dalam perubahan surat perjanjian.

Bagian Ketujuh
Pemutusan Perjanjian
Pasal 30

TPK dapat melakukan pemutusan perjanjian secara sepihak


apabila :
a. penyedia barang/jasa lalai/cidera janji dalam
melaksanakan kewajibannya dan tidak memperbaiki
kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan
oleh TPK; dan
b. penyedia barang/jasa terbukti melakukan
korupsi, kolusi, nepotisme, kecurangan dan/atau
pemalsuan dalam proses pengadaan yang diputuskan
oleh instansi yang berwenang.

Bagian Kedelapan
Penyelesaian Perselisihan
Pasal 31

(1) Dalam hal terjadi perselisihan antara TPK dan penyedia


barang/jasa, maka para pihak menyelesaikan
perselisihan tersebut melalui musyawarah mufakat yang
dipimpin langsung oleh Kepala Desa.
(2) Dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai mufakat, maka
penyelesaian perselisihan dilaksanakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan.

Bagian Kesembilan
Serah Terima Pekerjaan
Pasal 32

TPK menyerahkan hasil pengadaan Barang/Jasa kepada


Kepala Desa yang dituangkan dalam Berita Acara serah
terima hasil pekerjaan.

BAB VIII
ASISTENSI, PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 33

(1) Dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa di desa,


Bupati dapat membentuk tim asistensi pengadaan
barang/jasa di desa.
(2) Tim Asistensi sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri dari :
a. Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa Kabupaten Kendal, sebagai Ketua
b. Kepala Bagian Administrasi Pembangunan Sekretariat
Daerah Kabupaten Kendal selaku eks officio Kepala Unit
Layanan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Kabupaten Kendal, sebagai Sekretaris
17

c. Kepala Dinas Bina Marga, Sumber Daya Alam, Energi,


dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Kendal sebagai
Anggota;
d. Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten
Kendal sebagai Anggota;
e. Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
Aset Kabupaten Kendal sebagai Anggota;
f. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten
Kendal sebagai Anggota;
g. Kepala Bagian Administrasi Pembangunan Sekretariat
Daerah Kabupaten Kendal sebagai Anggota;
h. Kepala Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten
Kendal sebagai Anggota; dan
i. Kepala Bagian Tata Pemerintahan Sekretariat Daerah
Kabupaten Kendal sebagai Anggota.
(3) Tugas Tim Asistensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
adalah meningkatkan kapasitas TPK dalam pengadaan
barang/jasa melalui kegiatan sosialisasi, pembinaan, dan
pelatihan.
(4) Dalam melaksanakan tugas Tim Asistensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dibantu sekretariat yang secara
fungsional melekat pada Unit Layanan Pengadaan
Barang/Jasa Daerah.
(5) Tugas sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
adalah :
a. mendukung tugas-tugas Tim Asistensi; dan
b. menyelenggarakan konsultasi teknis pengadaan
barang/ jasa di desa.

Pasal 34

(1) Bupati melaksanakan pembinaan dan pengawasan


pengadaan barang/jasa di Desa.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi pembinaan, pengendalian, monitoring,
dan evaluasi pengelolaan pengadaan barang/jasa di Desa.
(3) Bupati mendelegasikan kewenangan pembinaan dan
pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (2) kepada
Camat.

Pasal 35

Pengawasan fungsional pelaksanaan pengadaan barang/jasa


di desa dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah
yang mempunyai tugas pokok dan fungsi di bidang
pengawasan.

BAB IX
DOKUMEN PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA
Pasal 36

Format dokumen pengadaan barang/jasa di desa adalah


sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
18

BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 37

(1) Pengadaan Barang/Jasa di desa yang telah selesai


dilaksanakan sebelum Peraturan Bupati berlaku
dinyatakan tetap sah.
(2) Pengadaan Barang/Jasa di desa yang belum selesai
dilaksanakan pada saat Peraturan Bupati berlaku
dinyatakan tetap sah dan dilanjutkan sesuai praktik yang
berlaku di desa berdasarkan peraturan perundang-
undangan.

BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 38

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diudangkan


Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatan
dalam Berita Daerah Kabupaten Kendal.

Ditetapkan di Kendal
pada tanggal 21 Agustus 2015

BUPATI KENDAL,
ttd
WIDYA KANDI SUSANTI
Diundangkan di Kendal
pada tanggal 21 Agustus 2015

SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN KENDAL,
ttd
BAMBANG DWIYONO

BERITA DAERAH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2015


NOMOR 52 SERI E NO. 47

Anda mungkin juga menyukai