PULMO SINISTRA
Diajukan Oleh :
Citra Wulandari Sahwati
17360093
Pembimbing :
PENDAHULUAN
mengenai lapisan mukosa hingga submukosa atau lebih. Ulkus mungkin terjadi pada
seluruh saluran pencernaan, tapi ulkus yang sering terjadi adalah ulkus pada gaster dan
duodenum. Ulkus gaster dapat terjadi pada kondisi stress sistemik dan penggunaan obat anti
Di Amerika Serikat sekitar 4 juta orang mengalami ulkus gaster.Ulkus gaster ini
terjadi lebih banyak pada pria daripada wanita dengan perbandingan 1,2 : 1, dengan
penelitian di Indonesia, kira-kira 500.000 orang tiap tahunnya menderita tukak lambung
dan 70% diantaranya berusia 25-64 tahun. Sebanyak 48% penderita tukak lambung
disebabkan karena infeksi H. pylori dan 24% karena penggunaan obat NSAID
(Shanti,2008).
Lebih dari 70% kasus ulkus terjadi pada individu pada rentang usia 25 –64
ini mungkin terjadi karena meningkatnya infeksi Helicobacter pylori dan penggunaan
NSAID pada orang tua. Walaupun sejumlah besar ulkus gasterdikaitkan dengan infeksi
Helicobacter pylori, setidaknya 60% dari pasien ulkus dengan komplikasi (pendarahan
pylori dan penggunaan NSAID merupakan faktor risiko dalam terjadinya ulkus gaster
2
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI PASIEN
MR : 060277
Umur : 54 tahun
Agama : islam
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
II. ANAMNESIS
Jam : 13.00
3
Keluhan Utama
Keluhan tambahan :
Pasien merasa cepat lapar,mudah lelah,pucat dan terdapat luka pada tangan kiri.
Os datang dengan keluhan lemas sejak 2 hari yang lalu, Os juga merasa cepat
lapar,mudah lelah,pucat,dan terdapat luka pada tangan kiri terasa sedikit nyeri sejak 2 minggu
sebelum kerumah sakit. Awalnya nyeri tidak begitu sakit namun dengan beriringnya waktu
nampak menjalar dan nyeri semakin bertambah. Nyeri tekan (+). Nyeri berkurang apabila os
tidak melakukan aktivitas namun terasa mengganjal. Demam (-). Riwayat hipertensi, diabetes
sangkal.
Os mengatakan 3 bulan SMRS os sering merasa mudah lelah, nafsu makan berkurang ,
badan sering terasa lemas,lemas dirasakan seluruh badan walaupun sedang tidak beraktifitas,
sehingga untuk aktivitas os memerlukan bantuan anggota keluarga yang lain ,meskipun
anggota gerak masih dapat digerakkan ,terkadang os juga sering merasa mual ,tapi tidak
muntah BAB dan BAK normal, tidak ada penurunan berat badan yang berarti, kedua tangan
dan kaki tidak kesemutan . os tidak berobat karena os berpikir gejala ini hanya karena os
keletihan bekerja.riwayat kencing manis (+), riwayat darah tinggi (+) , os tidak meminum
4
Riwayat Kebiasaan
Riwayat makan : sehari 5(lima ) kali, konsumsi makanan manis dan asin (+)
5
Kakek - - -
Ayah - - -
Ibu - - -
Suami - - -
Anak-anak - - -
Sebelum sakit , os makan tidak teratur empat hingga lima kali sehari dengan
buahan. Beberapa hari terakhir sejak sakit nafsu makan pasien menurun, makan
dalam jumlah sedikit. Pasien sering mengkonsumsi makanan manis dan asin,
Sebelumnya os tidak meminum obat rutin untuk tekanan darah tinggi dan
kencing manisnya .os baru meminum obat tekanan darah tinggi dan kencing
6
Jumlah/ hari :-
Variasi/ hari :-
Kulit
Lain-lain
Kepala
Mata
Sekret Cekung
Telinga
Nyeri Tinitus
Kehilangan pendengaran
7
Hidung
Sekret Pilek
Epistaksis
Mulut
Tenggorokan
Leher
Dada (Jantung/Paru)
- Ortopnoe - Batuk
8
Abdomen (Lambung/Usus)
Mual Wasir
Stranguri Kolik
Poliuri Oliguria
Polaksuria Anuria
Kejang Pingsan
9
Amnesia Pusing (vertigo)
Ekstremitas
Bengkak Deformitas
Pemeriksaan Umum
Kesadaran : CM
Suhu : 36,5ºc
Pernapasan : 20 x/m
Berat Badan : - kg
Keadaan gizi :-
IMT :-
Sianosis :-
Aspek Kejiwaan
10
Alam perasaan :Biasa/sedih/gembira/cemas/takut/marah
Status generalisata
Kulit
Kepala
Mata
Eksolftalmus : - Enoftalmus :-
Telinga
Lubang : - Penyumbatan :-
Serumen : - - Perdarahan :-
11
Hidung
Trauma :-
Nyeri :-
Sekret :-
Mulut
Bibir :- Tonsil :-
Faring :-
Leher
Thorax
Bentuk : normal
Jantung
12
Palpasi : kuat angkat, ictus cordis teraba di ICS 5 linea midklavikula sinistra
Perkusi
PULMO
Abdomen
13
Inspeksi : datar
Auskultasi : BU (+) 6kali/menit
Ekstremitas
Superior Inferior
X. PEMERIKSAAN PENUNJAN
XI. Laboratorium : 28 Juli 2018
HEMATOLOGI
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
Lk: 14-18 gr%
Hemoglobin 6,6
Wn: 12-16 gr%
Leukosit 10.400 4500-10.700 ul
Hitung jenis leukosit
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 0 1-3%
Batang 1 2-6 %
Segmen 71 50-70 %
Limposit 21 20-40 %
Monosit 7 2-8 %
Lk: 4.6- 6.2 ul
Eritrosit 2,1
Wn: 4.2- 5,4 ul
Lk: 50-54 %
Hematokrit 19
Wn: 38-47 %
Trombosit 198.000 159.000-400.000 ul
MCV 88 80-96 fl
14
MCH 31 27-31 pg
MCHC 35 32-36 g/dl
KIMIA DARAH
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
Urea 195 10-50 mg/dl
Creatinin 9,0 Lk: 0,6-1,1 mg/dl
Wn:0,5-0,9 mg/dl
GDS 312
29 juli 2018-11-10
HEMATOLOGI
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
Lk: 14-18 gr%
Hemoglobin 8.3
Wn: 12-16 gr%
Leukosit 13.600 4500-10.700 ul
Hitung jenis leukosit
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 0 1-3%
Batang 1 2-6 %
Segmen 75 50-70 %
Limposit 27 20-40 %
Monosit 2 2-8 %
Lk: 4.6- 6.2 ul
Eritrosit 2,7
Wn: 4.2- 5,4 ul
Lk: 50-54 %
Hematokrit 24
Wn: 38-47 %
Trombosit 174.000 159.000-400.000 ul
MCV 87 80-96 fl
MCH 30 27-31 pg
MCHC 35 32-36 g/dl
15
EKG
16
FOTO THORAX
Pulmo
Kesan
17
Resume
Tn S 54 tahun datang ke IGD RSPBA pada tanggal 28 juli 2018 dengan keluhan lemas
sejak 2 hari yang lalu, Os juga merasa cepat lapar,mudah lelah,pucat,dan terdapat luka pada
tangan kiri terasa sedikit nyeri sejak 2 minggu sebelum kerumah sakit. Awalnya nyeri tidak
begitu sakit namun dengan beriringnya waktu nampak menjalar dan nyeri semakin
bertambah. Nyeri tekan (+). Nyeri berkurang apabila os tidak melakukan aktivitas namun
terasa mengganjal. Demam (-). Riwayat hipertensi, diabetes mellitus (+) asma di sangkal.
Os mengatakan 3 bulan SMRS os sering merasa mudah lelah, nafsu makan berkurang ,
badan sering terasa lemas,lemas dirasakan seluruh badan walaupun sedang tidak beraktifitas,
sehingga untuk aktivitas os memerlukan bantuan anggota keluarga yang lain ,meskipun
anggota gerak masih dapat digerakkan ,terkadang os juga sering merasa mual ,tapi tidak
muntah BAB dan BAK normal, tidak ada penurunan berat badan yang berarti, kedua tangan
dan kaki tidak kesemutan . os tidak berobat karena os berpikir gejala ini hanya karena os
keletihan bekerja.riwayat kencing manis (+), riwayat darah tinggi (+) , os tidak meminum
obat rutin untuk kencing manis dan darah tinggi. oleh dokter os didiagnosa anemia+CKD on
HD+ infeksi sekunder at digiti I pulmo sinistra dan os dirawat selama tiga hari.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kulit kering , bibir pucat (+), konjuntiva anemis
(+/+), muka sembab (+), edema ekstremitas inferior (+/+). Tekanan darah 100/80 mmHG RR
18
Pemeriksaan laboratorium didapatkan HB 6,6 , HT 19, urea 195, kreatinin 9,0, GDS
masuk pemeriksaan radiologi tidak ditemukan cardiomegali , pada EKG didapatkan normal
Daftar masalah
Anamnesis
Lemas,pucat
mudah lapar
Bak sedikit
Pemeriksaan fisik
Wajah sembab
Kulit kering
Pemeriksaan Lab
28 juli 2018
Leukosit : 10.600
Eritrosit : 2,1 ul
Trombosit : 198.000
Hematokrit : 19 %
Urea : 195mg/dl
Creatinin : 9,0mg/dl
19
29 juli 2018
Leukosit :13.600
Eritrosit : 2,7 ul
Trombosit 174.000
Hematokrit : 24 %
DIAGNOSIS
XVII. PENATALAKSANAAN
Non Farmakologis
O2 3 liter/menit
Tirah baring, hindari kegiatan yang berat yang dapat memicu timbul sesak
Balance cairan
20
Farmakologis
Ivfd RL XX gtt mikro
Transfusi PRC 2 kolf
Premediksai dipenhidramin
Novorapid 6-6-6
Ceftriaxone 2x1 gr/iv
Paracetamol 3x500
Asam folat 3×1
Bicnat 3x1
CaCo3 3x1
Furosemid 2-2-0
Kompres NaCl + gentamisin 2 amp/hari
Bicnat tab
Digunakan untuk mengendalikan asidosis metabolik yang sering terjadi pada pasien gagal
ginjal .
CaCo3
Pengikat fosfor diberikan karena pada pasien gagal ginjal terjadi hiperfosfatemia dan
terganggu, oleh karena itu di perlukan obat-obatan pengikat fosfat pada pasien gagal ginjal.
Furosemide
Furosemide adalah obat golongan loop diuretik yang digunakan untuk membuang
cairan berlebih di dalam tubuh. Diuretik digunakan untuk membuang cairan atau garam
berlebih di dalam tubuh melalui urine , meredakan pembengkakan yang disebabkan gagal
ginjal.
21
XVIII. RENCANA PEMERIKSAAN
- USG
- Pemeriksaan SGOT , SGPT
- Pemeriksaan apusan darah, retikulosit, serum iron, ferritin dan TIBC
XIX. PROGNOSIS
22
ANALISIS KASUS
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan suatu proses patofisiologi dengan etiologi
yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya
berakhir dengan keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang
irreversible, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa
dialisis atau transplantasi ginjal.
Uremia adalah suatu sindrom klinik dan laboratorik yang terjadi pada semua organ,
akibat penurunan fungsi ginjal pada penyakit ginjal kronik, penyajian dan
hebatnya tanda dan gejala uremia berbeda dari pasien yang satu dengan pasien yang lain,
tergantung paling tidak sebagian pada besarnya penurunan massa ginjal yang masih berfungsi
dan kecepatan hilangnya fungsi ginjal
Menurut National Kidney Foundation kriteria penyakit ginjal kronik adalah:
1. Kerusakan ginjal ≥3 bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional dari ginjal,
dengan atau tanpa berkurangnya laju filtrasi glomerulus (LFG), dengan manifestasi
berupa kelainan patologi atau kelainan laboratorik pada darah, urin, atau kelainan
pada pemeriksaan radiologi.
2. LGF <60 ml/menit per 1,73 m2 luas permukaan tubuh selama >3 bulan, dengan atau
tanpa kerusakan ginjal.
Menurut diagnosis etiologi, penyakit ginjal kronik dapat di golongkan menjadi
penyakit ginjal diabetes, penyakit ginjal non diabetes, dan penyakit pada transplantasi
Gambaran klinis pasien penyakit ginjal kronik meliputi:
a. Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes mellitus, infeksi traktus urinarius,
batu traktus urinarius, hipertensi, hiperurikemi, Lupus Eritomatosus Sistemik (LES),dll.
b. Sindrom uremia yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual,muntah, nokturia,
kelebihan volume cairan (volume overload), neuropati perifer, pruritus, uremic frost,
perikarditis, kejang-kejang sampai koma.
c. Gejala komplikasinya antara lain hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah
jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit (sodium, kalium, khlorida).
Gambaran laboratorium penyakit ginjal kronik meliputi:
23
a. Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya
b. Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum,
dan penurunan LFG yang dihitung mempergunakan rumus Kockcroft-Gault. Kadar kreatinin
serum saja tidak bisa dipergunakan untuk memperkirakan
fungsi ginjal.
c. Kelainan biokimiawi darah meliputi penurunan kadar hemoglobin, peningkatan kadar asam
urat, hiper atau hipokalemia, hiponatremia, hiper atau hipokloremia, hiperfosfatemia,
hipokalemia, asidosis metabolik
d. Kelainan urinalisis meliputi proteinuria, hematuri, leukosuria
Pada pasien ini, os telah mengalami gagal ginjal lebih dari 3 bulan dari awal 2016.
Dengan gejala sesak, bengkak pada kedua kaki dan wajah. Demam pada malam hari, nyeri
kepala berdenyut, mual, muntah, nafsu makan menurun.
Dari LFG didapatkan kadar LFG menurun yaitu 12,5 yang termasuk grade 5 pada
penyakit ginjal dan termasuk kategori gagal ginjal, dimana LFG <15.
Pada hasil laboratorium didapatkan kadar ureum tinggi yaitu : 246 dan kadar kreatinin
tinggi yaitu : 9,1 dan didapatkan kadar Hb:6,9. Selain itu juga os memiliki kadar
Hb rendah dan sudah sering menjalani transfusi.
24
glomerulus maupun tubulointerstitial. Pada stadium yang paling dini penyakit ginjal
kronik terjadi kehilangan daya cadang ginjal (renal reserve), pada keadaan mana basal
LFG masih normal atau malah meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti akan
terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan
kadar urea dan kreatinin
serum. Sampai pada LFG sebesar 60%, pasien masih belum merasakan keluhan
(asimtomatik), tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai
pada LFG sebesar 30%, mulai terjadi keluhan pada pasien seperti nokturia, badan
lemah, mual, nafsu makan kurang dan penurunan berat badan. Sampai pada LFG di
bawah 30%, pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata seperti anemia,
peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual,
muntah dan lain sebagainya. Pasien juga mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran
kemih, infeksi saluran napas, maupun infeksi saluran cerna. Juga akan terjadi gangguan
keseimbangan air seperti hipo atau hipervolemia, gangguan keseimbangan elektrolit
antara lain natrium dan kalium. Pada LFG dibawah 15% akan terjadi gejala dan
komplikasi yang lebih serius, dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal
(renal replacement therapy) antara lain dialisis atau transplantasi ginjal. Pada keadaan
ini pasien dikatakan sampai pada stadium gagal ginjal.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein(yang normalnya diekresikan
kedalam urin) tertimbun dalam darah, terjadi uremia dan mempengarui sistem tubuh.
Semakin banyak timbunan produk sampah, maka setiap gejala semakin meningkat.
Sehingga menyebabkan:
Gangguan kliren renal. Banyak masalah pada ginjal sebagai akibat dari penurunan
jumlah glumerulus yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens subtsansi darah
yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal.
Penurunan laju filtrasi gomerulus (GFR) ,dapat dideteksi dengan mendapatkan urin
24 jam untuk pemeriksaaan kliren kreatitin. Menurunnya filtasi glumelurus (akibat tidak
berfungsinya glumeluri) klirens kreatinin akan menurun dan kadar kreatinin serum akan
meningkat selain itu,kadar nitrogen urea darah (BUN) biasanya meningkat. Kreatinin
serum merupakan indikator paling sensitif dari fungsi renal karena substansi ini diproduksi
secara konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya dipengarui oleh penyakit renal tetapi juga
oleh masukan protein dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC) dan medikasi
seperti steroid.
25
Retensi cairan dan natrium ,Ginjal juga tidak mampu untuk mengosentrasikan atau
mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang
sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari- hari, tidak terjadi pasien
sering menahan natrium dan cairan,meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung
kongesti, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis renin
angiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron.pasien lain
mempunyai kecenderungan untuk kehilangan garam, mencetuskan resiko hipotensi dan
hipovolemia. Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium,yang
semakin memperburuk status uremik.
Asidosis, Dengan berkembangnya peyakit renal, terjadi asidosis metabolik seiring
ketidakmampuan ginjal mengesekresikan muatan asam (H+) yang berlebihan. Sekresi
asam terutama, akibat ketidakmampuan tubulus ginjal untuk mensekresi amonia (NH3)
dan mengabsorpsi natrium bikarbonat (HCO3).Penuruna sekresi fosfat dan asam organik
lain juga terjadi.
Anemia, anemia terjadi karena akibat hormon eritropoetin yang tidak adekuat,
memendeknya usia sel darah merah,defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami
perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran gastrointestinal.
Eritropoetin, suatu subtansi normal yang diproduksi oleh ginjal menstimulasi sum-sum
tulang untuk menghasilkan sel darah merah. Pada gagal ginjal,produksi eritropoetin
menurun dan anemia berat terjadi ,disertai keletihan, agina dan nafas sesak.
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat, abnormalitas utama yang lain pada gagal
ginjal kronis adalah gangguan metabolisme kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan
saling timbal balik, jika salah satunya meningkat yang lain menurun. Dengan menurunnya
filtrasi malalui glumelurus ginjal terdapat peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya
penurunan kadar serum menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar paratoid.Namun
demikian pada gagal ginjal , tubuh tidak berespon secara normal terhadap peningkatan
sekresi parathormon,dan akibatnya,kalsium di tulang menurun,menyebabkan perubahan
pada tulang dan penyakit tulang, selain itu metabolik aktif vitamin D
(1,25dihidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat di ginjal menurun seiring dengan
berkembangnya ginjal.
Penyakit tulang uremik, Sering disebut osteodistrofirenal, terjadi dari perubahan
komplek kalsium,fosfat dan keseimbangan parathormon.Laju penurunan fungsi ginjal
kronis berkaitan dengan gangguan yang mendasari,ekresi protein dan urin, dan adanya
hipertensi. Pasien yang mengekresikan secara signifikan sejumlah protein atau mengalami
26
peningkatan tekanan darah cenderung akan cepat memburuk dari pada mereka yang tidak
mengalimi kondisi ini.
(Smelzer,2001)
27
antiinflamsinonosteroid) asidosis berat, atau kekurangan garam yang menyebabkan pelepasan
kalium dari sel dan ikut dalam kaliuresis. Deteksi melalui kadar kalium plasma dan EKG.
Gejala – gejala asidosis baru jelas bila bikarbonat plasma kurang dari 15mol/liter biasanya
terjadi pada pasien yang sangat kekurangan garam dan dapat diperbaiki spontan dengan
dehidrasi. Namun perbaikan yang cepat dapat berbahaya.
6. Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang ginjal
Hiperfosfatemia dikontrol dengan obat yang mengikat fosfat seperti aliminium hidroksida
(300-1800mg) atau kalsium karbonat (500 – 300mg) pada setiap makan. Namun hati – hati
pada toksititas obat tersebut.diberikan suplemen vitanin D dan dilakukan paratidektomi atas
indikasi.
7. Deteksi dini dan terapi infeksi
Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien imunosupresif dan diterapi lebih ketat.
8. Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal
Banyak obat- obatan yang harus diturunkan dosisnya karena metaboliknya toksik dan
dikeluarkan oleh ginjal misalnya digoksin aminoglikosid, analgesik opiat,amfoteresin dan
alopurinol juga obat-obatan yang meningkatkan katabolisme dan ureum darah misalnya
tetrasiklin, kortikosteroid, dan sitostatik.
9. Deteksi dan terapi komplikasi
Awasi dengan ketat kemungkinan ensefalopati uremia, perikarditis neuropati perifer,
hiperkalemia yang meningkat, kelebihan cairan yang meningkat, infeksi yang mengancam
jiwa, kegagalan untuk bertahan, sehingga diperlukan dialisis.
10. Persiapkan dialisis dan program transplantasi
Segera dipersiapkan setelah gagal ginjal kronik diteteksi. Lakukan dialisis biasanya adalah
gagal ginjal dengan gejala klinis yang jelas meski telah dilakukan terapi konservatif, atau
terjadi komplikasi.
(Arif Mansjoer,1999)
28
BAB III
KESIMPULAN
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari3 bulan,
berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal sepert iproteinuria.Jika tidak
ada tanda kerusakan ginjal diagnosis penyakit ginjal kronikditegakkan jika nilai laju filtrasi
Di Amerika Serikat, kejadian dan prevalensi gagal ginjal meningkat, dan jumlah orang
dengan gagal ginjal yang dirawat dengan dialisis dan transplantasi diproyeksikan meningkat dari
340.000 di tahun 1999 dan 651.000 dalam tahun 2010. Di Indonesia berdasarkan data yang
didapatkan berdasarkan serum dan kreatinin diperkirakan pasien dengan GGK ialah sekitar
Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya faal ginjal secara
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Ketut Suwitra. Penyakit Ginjal Kronik. Aru WS, Bambang S, Idrus A, Marcellus SK, Siti S,
editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed. 4 Jilid I. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2007. hlm 570-3.
2. Editorial. Gagal Ginjal Kronik. Diunduh dari: http://emedicine.
medscape.com/article/238798-overview, 25Mei 2013.
3. Editorial. KDOQI Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease: Evaluation,
Classification, and Stratification. Diunduh
dari:http://www.kidney.org/professionals/kdoqi/guidelines_ckd/toc.htm GGK, 25Mei 2013.
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Hipertensi. Azis R, Sidartawam S,
Anna YZ, Ika PW, Nafriadi, Arif M, editor. Panduan Pelayanan Medik. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. hlm 168-70.
5. Murray L, Ian W, Tom T, Chee KC. Chronic Renal failure in Ofxord Handbook of Clinical
Medicine. Ed. 7th. New York: Oxford University; 2007. 294-97.
6. Editorial. Obat Hemopoetic. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Ed. 8. Jakarta: CMP
Medica Asia Pte Ltd; 2008. Hlm. 114.
30