Anda di halaman 1dari 72

LAPORAN KASUS

BPH + Vesicolithiasis
Oleh : Widjayanti, S.Ked
Pembimbing: dr Silman Hadori,Sp.Rad,MH.Kes
IDENTIFIKASI PASIEN
MR : 11.47.00
Nama lengkap : Tn. D
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir : Lampung, 24-02-1927
Umur : 91 tahun
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Pendidikan : SD
Alamat : Sumber agung tanjung iman, Lampung Selatan
MRS : 15 November 2018 / 11:20
ANAMNESIS

Diambil dari Tanggal Pukul


Autoanamnesa dan
Alloanamnesa 17 November 2018 07:30 WIB

Keluhan utama: Keluhan tambahan:


Nyeri saat BAK (+), BAK tidak
Sulit BAK sejak ± 2 bulan tuntas (+),pancaran urin
yang lalu menetes (+), pusing (+).
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

± 2 bulan yang lalu ±10 hari yang lalu


• Os merasa sulit untuk BAK. • BAK semakin sulit dan mulai
• saat BAK Os membutuhkan waktu merasa nyeri saat BAK.
sekitar 3-5 menit • Pacaran air saat BAK juga hanya
• Os juga harus mengedan agar air menetes
kencing keluar. • BAK merasa tidak lampias dan
• pancaran air saat kencing mulai merasa masih ada sisa air kencing
melemah, terputus-putus dan lalu di kandung kencing
menetes.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
√ Cacar - Malaria - Batu ginjal/saluran kemih

- Cacar air - Disentri √ Hernia


- Difteri - Hepatitis √ Penyakit prostat
- Batuk rejan - Tifus abdomen - Wasir
√ Campak - Hipotensi - Diabetes
√ Influenza - Sifilis - Alergi
- Tonsilitis - Gonore - Tumor
- Kholera √ Hipertensi - Penyakit Jantung

- Demam rematik akut - Ulkus ventrikulus - Asma Bronkhial

- Pneumonia - Ulkus duodeni - Gagal Ginjal Kronik


- Pleuritis - Gastritis - Sirosis Hepatis
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Riwayat Operasi Riwayat penyakit lain


• Operasi BPH pada tahun 2003 dan • Riwayat kencing berdarah(-)
2008 di RSUD Abdul Moeloek • Kencing berpasir atau batu (-)
• 1 bulan lalu melakukan operasi • Kencing bernanah (-)
hernia inguinalis lateralis di • riwayat trauma pada saluran kencing (-)
RSPBA • nyeri pinggang disangkal (-)
• demam (-)
• penurunan BB yang drastis (-)
• Susah BAB dan BAB berdarah (-)
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Keadaan
Hubungan Diagnosa Penyebab Meninggal
Kesehatan
Kakek - - -
Nenek - - -
Ayah - - -
Ibu - - -
Saudara - - -
Anak-anak - - -
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4V5M6

130/80 20 x/
86 x /menit 36,7° C
mmHg minutes
Kepala dan Leher

• Mata : dalam batas normal


• Hidung : dalam batas normal
• Mulut : dalam batas normal
• Telinga : dalam batas normal
• Leher : dalam batas normal
Pemeriksaan Toraks

Paru
Jantung Depan Belakang
- Inspeksi : Tidak tampak iktus kordis Inspeksi Kanan
- Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V Kiri Simetris dalam statis dan dinamis
linea axila mediana sinistra
- Perkusi : Palpasi Kanan
Batas atas : ICS II garis parasternal sinsitra Kiri Vocal fremitus normal kanan dan
Batas kiri : ICS V garis midklavikula kiri
sinistra Perkusi Kanan Sonor Sonor
Batas kanan : ICS V garis parasternal dekstra Kiri Sonor Sonor
- Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, Auskultasi Kanan
murmur (-), gallop (-)
Kiri Rh (-/-)
Wh(-/-)
Pemeriksaan Abdomen
• Inspeksi : Perut datar, massa (-), pulsasi abnormal (-)
• Auskultasi : Bising usus (+) normal
• Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
• Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan
simpisis pubis (-), nyeri ketok CVA (-)

Pemeriksaan Ekstremitas
Ekstremitas superior dextra dan sinistra : DBN
Ekstremitas inferior dextra dan sinistra : DBN
PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGI

PEMERIKSAAN HASIL NORMAL


Lk: 14-18 gr%
Hemoglobin 10,3
Wn: 12-16 gr%
Pemeriksaan Laboratorium Leukosit 5.600 4500-10.700 ul
Hitung jenis leukosit
(15 November 2018)  Basofil 0 0-1 %
 Eosinofil 0 1-3%
 Batang 1 2-6 %
 Segmen 65 50-70 %
 Limposit 31 20-40 %
 Monosit 3 2-8 %
Lk: 4.6- 6.2 ul
Eritrosit 3,6
Wn: 4.2- 5,4 ul
Lk: 40-54 %
Hematokrit 31
Wn: 38-47 %
Trombosit 169.000 159-400 ul
MCV 89 80-96
MCH 29 27-31 pg
HEMATOLOGI
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
CT (Masa Pembekuan) 14 9-15 menit
BT (Masa Perdarahan) 4 1-7 menit

HEMATOLOGI
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
Gula Darah Sewaktu 71 < 200mg/dl
Urea 35 10-50mg/dl
Creatinin 0,7 Lk 0,6-1,1 Wn 0,5-0,9mg/dl

IMUNOLOGI
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
HBsAg Non – reaktif (-)
Pemeriksaan USG
Lower Abdomen
(16 November 2018)

Gambar 1 : Vesica Urinaria

EKSPERTISE
Besar dan bentuk normal, dinding
menebal (±0,64cm), irregular, tampak
bayangan hiperechoic dengan acustic
shadow, multiple (2bh), diameter
±1,52cm dan ±0,64cm, tidak tampak
massa, tampak balon kateter di intra-
luminal.
Pemeriksaan USG
Lower Abdomen
(16 November 2018)

Gambar 2 : Prostat

EKSPERTISE
Tampak membesar, ukuran
±5,26 x 4,47 x 5,14 cm, Vol:
±63,35 ml, tekstur
homogeny halus, tidak
tampak massa/kalsifikasi.
Pemeriksaan USG
Lower Abdomen
(16 November 2018)

Gambar 3 : Ginjal Kiri & Kanan

EKSPERTISE
Besar dan bentuk normal,
kontur normal, parenkim
normal, intensitas gema normal,
batas tekstur parenkim dengan
central echo-complex normal,
tidak tampak bayangan
hiperechoic dengan acustic
shadow, tidak tampak massa,
sistem pelvokalises melebar.
KESAN

• Pelvokaliektasis ginjal bilateral


• Cystitis disertai multiple vesicolithiasis
• Pembesaran prostate ec. BPH
Pemeriksaan BNO
(16 November 2018)

EKSPERTISE
• Pre- peritoneal fat normal
• Psoas line normal
• Kontur ginjal kanan dan kiri tidak jelas
• Gambaran udara dalam gaster normal
• Tidak ada gambaran udara pada usus halus
• Distribusi udara dalam colon normal
dengan fecal material di dalamnya
• Tampak kongkramen opak bulat multiple di
rongga pelvis kanan tengah dan bawah
• Skletal : Scoliosis dan osteofit pada
endplate corpora vertebra lumbalis
KESAN

• Multiple vesicolithiasis
• Scoliosis dan osteofit a/r endplate corpora
vertebra lumbalis
• Tidak ada gambaran ileus
Pemeriksaan
THORAX AP
(16 November 2018)

EKSPERTISE
• Radiografi asimetris
• Posisi trakea masih di tengah
• Mediastinum superior tidak melebar
• Jantung tampak membesar ke lateral kiri dengan apex
tertanam pada diafragma, pinggang jantung normal
(CTR >50 %)
• Aorta masih tampak normal
• Sinus costophrenicus dan cardiophrenicus kiri kabur
• Sinus costophrenicus dan cardiophrenicus kanan dan
diafragma kiri normal diafragma kanan bulging
• Skletal : Scoliosis vertebra thoracalis
• Pulmo :
• Hilus kanan dan kiri normal
• Corakan bronkovaskuler meningkat
• Tampak suspek perselubungan opak homogeny tipis di
hemithorax kiri bawah
• Kranialisasi (-)
KESAN

• Kardiomegali (LV) tanpa bendungan paru


• Suspek effusi
• Scoliosis vertebra thoracalis
RESUME
Laki-laki 91 tahun mengeluh Sejak ± 2 bulan yang lalu merasa sulit untuk
BAK. Os juga mengeluh saat BAK Os membutuhkan waktu sekitar 3-5 menit.
Os juga harus mengedan agar air kencing keluar. Os mengatakan pancaran air
saat kencing mulai melemah, terputus-putus dan lalu menetes.
Sejak ±10 hari yang lalu Os mengaku BAK semakin sulit dan mulai merasa
nyeri saat BAK. Pacaran air saat BAK juga hanya menetes dan pasien juga
mengeluhkan BAK merasa tidak lampias dan merasa masih ada sisa air
kencing di kandung kencing pasien.
Sebelumnya Os sudah pernah operasi BPH pada tahun 2003 dan 2008 di
RSUD Abdul Moeloek, Os juga mengaku 1 bulan lalu melakukan operasi
hernia inguinalis lateralis di RSPBA.
Riwayat kencing berdarah disangkal, kencing berpasir atau batu
disangkal, kencing bernanah disangkal, riwayat trauma pada saluran
kencing disangkal, nyeri pinggang disangkal, demam disangkal,
penurunan berat badan yang drastis disangkal. Susah buang air besar
(BAB) dan BAB berdarah juga disangkal oleh Os, nyeri ketok CVA (-).
Pada pemeriksaan ultrasonografi didapatkan pada sistem pelvokalises
ginjal kiri dan kanan melebar. Pada vesica urinaria dinding menebal
(±0,64cm), irregular, tampak bayangan hiperechoic dengan acustic
shadow, multiple (2bh), diameter ±1,52cm dan ±0,64cm. Sedangkan
pada prostat tampak membesar, ukuran ±5,26 x 4,47 x 5,14 cm, Vol:
±63,35 ml.
Pada pemeriksaan BNO didapatkan tampak kongkramen opak bulat
multiple di rongga pelvis kanan tengah dan bawah, scoliosis dan
osteofit pada endplate corpora vertebra lumbalis.
Pada pemeriksaan Thorax didapatkan radiografi asimetris, jantung
tampak membesar ke lateral kiri dengan apex tertanam pada
diafragma, (CTR >50 %). Sinus costophrenicus dan cardiophrenicus kiri
kabur, diafragma kanan bulging, scoliosis vertebra thoracalis, corakan
bronkovaskuler meningkat, tampak suspek perselubungan opak
homogeny tipis di hemithorax kiri bawah.
DIAGNOSIS KERJA

Benign prostat hyperplasia (BPH) + Vesicolithiasis

DIAGNOSIS BANDING
• Uretrolithiasis
• Cystitis
PENATALAKSANAAN

Non-Farmakologis Farmakologis Operatif

• Istirahat yang cukup • IVFD RL 20 tpm • Ureteroscopy


• Hindari minuman ber- • Cateter urin
kafein • Inj. Ketorolac 1x1 amp drip
• Latihan fisik teratur • Prostam 1x1 tab (malam)
• Inj. Tramadol 2x1 amp
• Inj. Ceftriaxone 2x1
PROGNOSIS

Quo ad vitam •dubia ad bonam

Quo ad
•dubia ad bonam
functionam
Quo ad
•dubia ad bonam
Sanactionam
ANALISIS KASUS
ANAMNESIS

KASUS :
Laki-laki 91 tahun mengeluh Sejak ± 2 bulan yang lalu merasa sulit
untuk BAK. Os juga mengeluh saat BAK Os membutuhkan waktu sekitar
3-5 menit. Os juga harus mengedan agar air kencing keluar. Os
mengatakan pancaran air saat kencing mulai melemah, terputus-putus
dan lalu menetes. Sejak ±10 hari yang lalu Os mengaku BAK semakin
sulit dan mulai merasa nyeri saat BAK. Pacaran air saat BAK juga hanya
menetes dan pasien juga mengeluhkan BAK merasa tidak lampias dan
merasa masih ada sisa air kencing di kandung kencing pasien.
TEORI :

Berdasarkan gambaran klinis pada hiperplasi prostat digolongkan dua


tanda gejala yaitu obstruksi dan iritasi. Gejala obstruksi disebabkan
detrusor gagal berkontraksi dengan cukup lama dan kuat sehingga
mengakibatkan:
pancaran miksi melemah, rasa tidak puas sehabis miksi, kalau mau
miksi harus menunggu lama (hesitancy), hams mengejan (straining),
kencing terputus-putus (intermittency), dan waktu miksi memanjang
yang akhirnya menjadi retensio urin dan inkontinen karena overflow.
Gejala iritasi, terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau
pembesaran prostat akan merangsang kandung kemih, sehingga sering
berkontraksi walaupun belum penuh atau dikatakan sebagai
hipersenitivitasotot detrusor dengan tanda dan gejala antara lain:
sering miksi (frekwensi), terbangun untuk miksi pada malam hari
(nokturia), perasaan ingin miksi yang mendesak (urgensi), dan nyeri
pada saat miksi (disuria).
PEMERIKSAAN PENUNJANG

KASUS :
• Laboratorium : hemoglobin, leukosit, eritrosit, trombosit normal
• USG didapatkan :
- Vesica urinaria dinding menebal (±0,64cm), irregular
- Sistem pelvokalises ginjal kiri dan kanan melebar.
- Tampak bayangan hiperechoic dengan acustic shadow, multiple (2bh),
diameter ±1,52cm dan ±0,64cm.
- Prostat tampak membesar, ukuran ±5,26 x 4,47 x 5,14 cm, Vol: ±63,35ml.
4
3
Untuk dapat
TEORI : 2
mengeluarkan urin
tekanan buli-buli harus
intravesikal ↑ berkontraksi lebih
1 kuat guna melawan
Penyempitan tahanan itu
lumen
Perbesaran prostat parsprostatika dan
akan menghambat
aliran urine 5
6
Kontraksi yang
terus-menerus >>
7
hipertrofi otot
detrusor, trabekulasi,
terbentuknya selula,
Retensi urin sakula, dan divertikel
buli-buli. Fase
penebalan otot
detrusor ini disebut
fase kompensasi.
TEORI :

• Retensi kronik dapat menyebabkan terjadinya refluk vesico uretra dan


meyebabkan dilatasi ureter dan sistem pelviokalises ginjal dan akibat
tekanan intravesical yang diteruskam ke ureter dari ginjal maka ginjal
akan rusak dan terjadi gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dapat
dipercepat bila ada infeksi.
TEORI :
• Hiperekoik pada pemeriksaan USG
menunjukan daerah yang lebih terang dari
jaringan sekitarnya, biasanya berwarna lebih
putih seperti tulang, lemak. Pada kasus
menunjukan hipercoic dengan acoustic
shadow. Bayangan acoustic muncul dalam
gambar ultrasound sebagai daerah dengan
intensitas sinyal rendah setelah batas dengan
perbedaan impedansi akustik yang sangat
tinggi. Bayangan akustik dapat dilihat sebagai
fitur informatif untuk mendeteksi lesi atau
kalsifikasi. Pada kasus, deteksi bayangan
akustik ini berguna untuk melihat kalsifikasi/
batu pada vesica urinaria yang berukuran
diameter ±1,52cm dan ±0,64cm.
TEORI :

Pada pengukuran ini menggunakan rumus

V = 0,52 x D1 x D2 x D3
Dimana 0.52 adalah nilai tetapan dalam penentuan volume organ (prostat),
D1 adalah ukuran panjang enterior posterior
D2 adalah ukuran panjang longitudinal dan
D3 adalah ukuran panjang transversal
Di tinjau dari hasil pengukuran, di dapatkan hasil 5,26 x 4,47 x 5,14 cm Vol:
±63,35 mL. maka hasil menunjukan adanya peningkatan volume prostat
dengan volume terhitung melebihi 25 mL.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

KASUS :

• BNO didapatkan :
- Tampak kongkramen opak bulat multiple di rongga pelvis kanan tengah
dan bawah.
- Scoliosis dan osteofit pada endplate corpora vertebra lumbalis.
TEORI :

• Pemeriksaan ini juga merupakan foto pemandu,


merupakan survey primer untuk penilaian adanya
proses patologi di traktus urinarius atau dalam
abdomen.
• Pemeriksaan ini juga merupakan foto awal dari
suatu urography dengan kontras. Foto polos
abdomen sering pula disebut sebagai KUB (Kidney
Ureter and Bladder), BNO (Blaas Nier Overzicht),
BOF (Buik Overzicht). Pada foto polos abdomen
terdapat beberapa densitas radiography yang
berbeda, udara (radiolucent), kalsifikasi berwarna
(radio opak), jaringan lunak berwarna abu. Dengan
memperhatikan densitas radiography tersebut,
struktur intraabdomen dapat dibedakan. Pada
kasus, kalsifikasi atau bayangan radioopak dapat
merupakan bayangan dari batu di traktus
urinarius.
TEORI :
• Osteofit adalah tonjolan tulang yang
tumbuh sebagai upaya perluasan
sendi yang rusak, ada beberapa
faktor risiko yang dapat
meningkatkan risiko terbentuknya
osteofit, yaitu pertambahan usia
(pada kasus, usia Os 91 tahun),
cedera, faktor keturunan, kelainan
pada struktur tulang, seperti scoliosis
(pada kasus, Os juga mengalami
scoliosis vertebra lumbalis).
PEMERIKSAAN PENUNJANG

KASUS :

• FOTO THORAX didapatkan :


- Jantung tampak membesar ke lateral kiri dengan apex tertanam pada
diafragma, (CTR >50 %).
- Sinus costophrenicus dan cardiophrenicus kiri kabur, diafragma kanan
bulging, corakan bronkovaskuler meningkat, tampak suspek perselubungan
opak homogeny tipis di hemithorax kiri bawah.
TEORI :
• Pada perbesaran jantung ke lateral kiri dengan apex
tertanam menandakan adanya perbesaran di
ventrikel kiri.
• Hipertrofi ventrikel kiri adalah kondisi ketika dinding
bilik kiri jantung (sebuah ruang utama di dalam
jantung yang bertugas memompa darah ke seluruh
tubuh) mengalami pembesaran dan penebalan.
• Kondisi ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor,
salah satunya adalah tekanan darah tinggi
(hipertensi) yang membuat jantung harus bekerja
lebih keras. Dengan beban kerja jantung yang berat,
jaringan otot di dinding jantung menebal dan
ukurannya pun bertambah besar. Akibatnya,
elastisitas otot jantung semakin berkurang, hingga
akhirnya tidak dapat memompa darah.
• Pada kasus Os memiliki riwayat hipertensi yang
sudah lama dan obat hipertensi Os juga tidak rutin
diminum.
TEORI :

• Dengan CTR >50% juga


mendukung adanya perbesaran
pada jantung.

Rumus Penilaiaan Ukuran dan


Perbesaran Jantung :

A
B
C

A : jarak terpanjang antara batas jantung kanan dengan garis tengah


B : jarak terpanjang antara batas jatung kiri dengan garis tengah
C : diameter transversa thoraks bagian dalam
TEORI :

Pada umumnya, hasil rontgen yang menyatakan corakan


bronkovascular meningkat dapat menjadi suatu tanda bahwa adanya
suatu proses peradangan paru misalnya pada penyakit pneumonia atau
bronchitis.
HUBUNGAN ANTARA BPH DAN
VESICOLITIASIS
• Adanya obstruksi saluran kemih, misalnya oleh tumor, striktur dan
hiperplasi prostat, akan menyebabkan stasis urin sedangkan urin sendiri
adalah substansi yang banyak mengandung kuman sehingga
mempermudah terjadinya infeksi dan pembentukan batu.
• Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan
akan menjadi inti pembentukan batu. Infeksi oleh bakteri yang memecah
ureum ( urea splitting organism ) dan membentuk amonium akan
mengubah pH urin menjadi alkali dan akan mengendapkan garam-garam
fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan batu.
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI PROSTAT

• UKURAN : 4 X 3 X 2,5
mm
• BERAT : ± 20 gr
• MENGHASILKAN
KOMPONEN EJAKULAT :
± 25 % dari seluruh
volume ejakulat
• INERVASI OTONOMIK
SIMPATIK DAN
PARASIMPATIK DARI
PLEXUS PROSTATIKUS
DEFINISI BPH
BPH merupakan pembesaran kelenjar prostat yang
bersifat jinak yang hanya timbul pada laki-laki yang
biasanya pada usia pertengahan atau lanjut
ETIOLOGI
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti
penyebab terjadinya hiperplasia prostat; tetapi beberapa
hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat
kaitannya dengan peningkatan kadar dihidrotestosteron
(DHT) dan proses aging (menjadi tua).
GAMBARAN KLINIS
Obstruksi Iritasi
 Hesitansi  Frekuensi
 Pancaran miksi lemah  Nokturi
 Intermitensi  Urgensi
 Miksi tidak puas  Disuria
 Menetes setelah
miksi
FAKTOR RISIKO BPH

1. Kadar hormon
2. Usia
3. Ras
4. Riwayat keluarga
5. Obesitas
6. Aktvivitas seksual
7. Kebiasaan merokok dan minum alkohol
Hiperplasia Prostat

PATOFISIOLOGI Penyempitan lumen uretra posterior

Tekanan intravesika meningkat

Buli-buli: Ginjal dan ureter:


•Hipertrofi otot detrusor •Refluks vesicoureter
•Trabekulasi •Hidroureter
•Selula •Hidronefrosis
•Divertikel buli-buli •Pionefrosis
•Gagal ginjal
PEMERIKSAAN FISIK

• Buli-buli yang terisi penuh dan teraba massa


kistus di daerah supra simfisis akibat retensi
urine. Kadang-kadang didapatkan urine yang
selalu menetes yang merupakan pertanda dari
inkontinensia paradoksa.
• Pada colok dubur BPH menunjukan konsistensi
prostat kenyal, seperti meraba ujung hidung,
lobus kanan dan kiri simetris dan tidak
didapatkan nodul.
DERAJAT BPH
Derajat Colok Dubur

I Penonjolan Prostat, <50 mL

batas atas mudah

diraba

II Penonjolan prostat 50-100 mL

jelas, batas atas

dapat dicapai

III Batas atas prostat >100 mL

tidak dapat diraba

IV Retensi urin total


• pengobatan konservatif :
DERAJAT penghambat adrenoreseptor
alfa seperti alfazosin,
1 prazosin, terazosin, dan

PENATALAKSANAAN tamsulosin.

• indikasi untuk melakukan


pembedahan. Biasanya
DERAJAT dianjurkan reseksi
2 endoskopik melalui uretra
(trans urethral resection,
TUR).

• reseksi endoskopik
DERAJAT • reseksi endoskopik
3 • Pembedahan terbuka

• tindakan pertama yang


harus segera dikerjakan
ialah membebaskan
DERAJAT penderita dari retensi urin
4 total dengan memasang
kateter atau sistomi.
• Pembedahan terbuka
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Laboratorium
• Foto polos : Foto polos abdomen digunakan untuk
mencari adanya batu opak di saluran kemih, adanya batu
atau kalkulosa prostat, dan kadang dapat menunjukkan
bayangan kandung kemih yang penuh terisi urin yang
merupakan tanda dari suatu retensi urin
• Intravenous Pyelography(IVP)
untuk melihat kemungkinan adanya hidroureter atau
hidronefrosis, memperkirakan besarnya kelenjar
prostat yang ditunjukkan oleh adanya indentasi prostat
(pendesakan kandung kemih oleh kelenjar prostat),
dan penyulit-penyulit yang lain. Pemeriksaan IVP
sekarang tidak direkomendasikan pada BPH
• Transrectal Ultrasound (TRUS)
TRUS digunakan untuk mengetahui volume kelenjar prostat,
adanya kemungkinan pembesaran prostat maligna, sebagai
petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi prostat,
menentukan jumlah residu urin, dan mencari kelainan lain
yang mungkin ada di dalam kandung kemih
• Ultrasonografi transabdominal digunakan untuk
mendeteksi adanya hidronefrosis ataupun kerusakan
ginjal akibat obstruksi BPH yang lama.

Tampak ukuran prostat membesar,tampak indentasi caudal ke buli-buli.


• Sistografi
digunakan bila terdapat
hematuria atau pada
pemeriksaan urin ditemukan
mikrohematuria. Sistografi
dapat memberikan gambaran
kemungkinan tumor di dalam
vesica urinaria. Selain itu juga
memberi keterangan mengenai
besar prostat dengan mengukur
panjang urethra pars prostatika
• CT-scan / MRI
digunakan untuk melihat pembesaran prostat dan
dengan bermacam-macam potongan

Tampak ukuran prostat membesar di atas ramus superior


simfisis pubis.
ANATOMI VESICA URINARIA

1.Organ muskular berongga yg berfungsi sbg kontainer


penyimpan/Menampung urine sementara
2. Kapasitas maksimal 300-450 ml.
3. Lokasi : pd laki2 terletak tepat di belakang simphisis
pubis dan di depan rektal. Pada perempuan, terletak agak
di bawah uterus di depan vagina
4. Jika penuh mampu mencapai umbilikus di rongga
abdominopelvis
DEFINISI VESICOLITHIASIS

adalah masa yang berbentuk kristal yang terbentuk atas material


mineral dan protein yang terdapat pada urin.
ETIOLOGI

• Dikarenakan adanya komponen baik organik maupun anorganik yang


berpotensi menjadi inti batu.

• Teori pembentukan inti batu:


• Teori inti
• Teori matriks
• Teori inhibitor kristalisasi
FAKTOR RESIKO

• Riwayat keluarga
Endogen • Jenis kelamin
• Gangguan metabolisme

• Iklim
• Diet
• Benda asing
Eksogen • Pekerjaan
• Obat obatan
• Gangguan miksi
• infeksi
PATOFISIOLOGI Faktor endogen / eksogen

Pembentukan inti batu

Obstruksi aliran urin

Distensi kandung kemih Hiperperistaltik Luka pada saluran kemih

Nyeri Nyeri kolik Hematuria


suprapubik
Mual muntah Anemia
Penghentian
aliran urin
mendadak

Keinginan
miksi
berulang
PEMERIKSAAN PENUNJANG

BNO IVP BNO polos LAB URIN LAB DARAH


• Mengidentifikasi • Mengidentifikasi • BJ meningkat • Hb rendah +/-
masa dengan masa dengan • Ph asam/ basa • Leukositosis +/-
densitas radio- densitas radio- • Nitrit + • Shift to the left
lusen pada vesika opak pada vesika
• Leukosit +/-
urinaria dengan urinaria
gambaran berupa • esterase,+/-
filling defect • Darah +/-
BNO

BNO IVP
USG SISTOSKOPI CT scan
• gambaran objek • memvisualisasikan • dilakukan karena alasan lain
hiperekoik yang batu, menilai ukuran (misalnya, nyeri perut, massa
berbayang pada bagian serta posisi batu panggul, atau dicurigai abses)
posterior tetapi mungkin juga dapat
menunjukkan vesikolitiasis
bila dilakukan tanpa kontras.
TATA LAKSANA Konservatif • Diet (banyak minum air)
• Simptomatik
<5mm • Pelarutan batu

Litotripsi
• ESWL
<20mm

• Transurethral
Cystolitholapaxy
Operasi • Precutaneus Suprapubic
Cystolitholapaxy
• Suprapubic Cystostomy
KESIMPULAN
• Sesuai dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien ini di
diagnose BPH + Vesicolitiasis.
• Terdapat hubungan antara BPH dan Vesicolitiasis yaitu karena danya obstruksi saluran
kemih salah satunya hiperplasi prostat, yang akan menyebabkan stasis urin sedangkan
urin sendiri adalah substansi yang banyak mengandung kuman sehingga
mempermudah terjadinya infeksi dan pembentukan batu.
• Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti
pembentukan batu. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum ( urea splitting organism
) dan membentuk amonium akan mengubah pH urin menjadi alkali dan akan
mengendapkan garam-garam fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan batu.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai