Anda di halaman 1dari 22

BAB II

PERLAKUAN PANAS

2.1 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami tujuan dari Heat Treatment
2. Menjelaskan jenis-jenis Heat Treatmentent
3. Mengetahui prosedur dari proses Heat Treatment
4. Mampu melakukan dengan baik proses Heat Treatment
5. Mengetahui alat dan bahan yang digunakan
6. Mengetahui perbedaan dari masing-masing pendinginan

2.2 Dasar Teori

Sifat mekanik tidak hanya tergantung pada komposisi kimia suatu paduan,
tetapi juga tergantung pada struktur mikronya. Suatu paduan dengan komposisi
kimia yang sama dapat memiliki struktur mikro yang berbeda, dan sifat mekaniknya
akan berbeda. Struktur mikro tergantung pada proses pengerjaan yang dialami,
terutama proses laku-panas yang diterima selama proses pengerjaan.
Proses laku-panas adalah kombinasi dari operasi pemanasan dan pendinginan
dengan kecepatan tertentu yang dilakukan terhadap logam atau paduan dalam
keadaan padat, sebagai suatu upaya untuk memperoleh sifat-sifat tertentu. Proses
laku-panas pada dasarnya terdiri dari beberapa tahapan, dimulai dengan pemanasan
sampai ke temperatur tertentu, lalu diikuti dengan penahanan selama beberapa saat,
baru kemudian dilakukan pendinginan dengan kecepatan tertentu.
Secara umum perlakukan panas (heat treatment) diklasifikasikan dalam 2
jenis :
1. Near Equilibrium (Mendekati Kesetimbangan)
Tujuan dari perlakuan panas near equilibrium adalah untuk :
a. Melunakkan struktur kristal
b. Menghaluskan butir

6
BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 5

c. Menghilangkan tegangan dalam


d. Memperbaiki machineability.
Jenis dari perlakukan panas near equibrium, misalnya :
a. Full Annealing (annealing)
b. Stress relief Annealing
c. Process annealing
d. Spheroidizing
e. Normalizing
f. Homogenizing
2.Non Equilirium (Tidak setimbang)
Tujuan perlakuan panas Non Equilibrium adalah untuk mendapatkan
kekerasan dan kekuatan yang lebih tinggi.
Jenis dari perlakukan panas Non Equibrium, misalnya :
a. Hardening
b. Martempering
c. Austempering
d. Surface Hardening, yang terdiri dari Carburizing, Nitriding, Cyaniding,
Flame hardening, Induction hardening.
Pada proses pembuatannya, komposisi kimia yang dibutuhkan diperoleh
ketika baja dalam bentuk fasa cair pada suhu yang tinggi.
Pada saat proses pendinginan dari suhu lelehnya, baja mulai berubah menjadi fasa
padat pada suhu 13.500 C, pada fasa ini lah berlangsung perubahan struktur
mikro. Perubahan struktur mikro dapat juga dilakukan dengan jalan heat treatment.
Bila proses pendinginan dilakukan secara perlahan, maka akan dapat dicapai
tiap jenis struktur mikro yang seimbang sesuai dengan komposisi kimia dan suhu
baja. Perubahan struktur mikro pada berbagai suhu dan kadar karbon dapat dilihat
pada Diagram Fase Keseimbangan.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017/2018 7


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 5

Gambar 2.1 Diagram fasa kesetimbangan

Dari diagram diatas dapat kita lihat bahwa pada proses pendinginan
perubahan – perubahan pada struktur kristal dan struktur mikro sangat bergantung
pada komposisi kimia. Pada kandungan karbon mencapai 6.67% terbentuk struktur
mikro dinamakan Sementit Fe3C (dapat dilihat pada garis vertical paling kanan).
Sifat cementitte : sangat keras dan sangat getas. Pada sisi kiri diagram dimana pada
kandungan karbon yang sangat rendah, pada suhu kamar terbentuk struktur mikro
ferit. Pada baja dengan kadar karbon 0.83%, struktur mikro yang terbentuk adalah
Perlit, kondisi suhu dan kadar karbon ini dinamakan titik Eutectoid. Pada baja
dengan kandungan karbon rendah sampai dengan titik eutectoid, struktur mikro
yang terbentuk adalah campuran antara ferit dan perlit. Pada baja dengan
kandungan titik eutectoid sampai dengan 6.67%, struktur mikro yang terbentuk
adalah campuran antara perlit dan sementit. Pada saat pendinginan dari suhu leleh
baja dengan kadar karbon rendah, akan terbentuk struktur mikro Ferit Delta lalu
menjadi struktur mikro Austenit. Pada baja dengan kadar karbon yang lebih tinggi,
suhu leleh turun dengan naiknya kadar karbon, peralihan bentuk langsung dari leleh
menjadi Austenit. Penekanan terletak pada struktur mikro, garis-garis dan
Kandungan Carbon.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017/2018 8


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 5

Kandungan Carbon
0,008%C = Batas kelarutan maksimum Carbon pada Ferrite pada temperature
kamar
0,025%C = Batas kelarutan maksimum Carbon pada Ferrite pada temperature 723
Derajat Celcius
1. 0,83%C = Titik Eutectoid
2. 2%C = Batas kelarutan Carbon pada besi Gamma pada temperature 1130
Derajat Celcius
3. 4,3%C = Titik Eutectic
4. 0,1%C = Batas kelarutan Carbon pada besi Delta pada temperature 1493
Derajat Celcius
Garis-garis
1. Garis Liquidus ialah garis yang menunjukan awal dari proses pendinginan
(pembekuan).
2. Garis Solidus ialah garis yang menunjukan akhir dari proses pembekuan
(pendinginan).
3. Garis Solvus ialah garis yang menunjukan batas antara fasa padat dengan fasa
padat atau solid solution dengan solid solution.
4. Garis Acm = Garis kelarutan Carbon pada besi Gamma (Austenite)
5. Garis A3 = Garis temperature dimana terjadi perubahan Ferrit menjadi
autenite (Gamma) pada pemanasan.
6. Garis A1 = Garis temperature dimana terjadi perubahan Austenite
menjadi Ferrit pada pendinginan.
7. Garis A0 = Garis temperature dimana terjadi transformasi magnetic pada
cementid.
8. Garis A2 = Garis temperature dimana terjadi transformasi magnetic pada
Ferrite.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017/2018 9


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 5

Struktur Mikro
1. Ferrite ialah suatu komposisi logam yang mempunyai batas maksimum
kelarutan Carbon 0,025%C pada temperature 723 Derajat Celcius, struktur
kristalnya BCC ( Body Center Cubic ) dan pada temperature kamar
mempunyai batas kelarutan Carbon 0,008%C.
2. Austenite ialah suatu larutan padat yang mempunyai batas maksimum
kelarutan Carbon 2%C pada temperature 1130 Derajat Celcius, struktur
kristalnya FCC (Face Center Cubic).
3. Cementid ialah suatu senyawa yang terdiri dari unsur Fe dan C dengan
perbandingan tertentu (mempunyai rumus empiris) dan struktur kristalnya
Orthohombic.
4. Lediburite ialah campuran Eutectic antara besi Gamma dengan Cementid yang
dibentuk pada temperature 1130 Derajat Celcius dengan kandungan Carbon
4,3%C.
5. Pearlite ialah campuran Eutectoid antara Ferrite dengan Cementid yang
dibentuk pada temperature 723 Derajat Celcius dengan kandungan Carbon
0,83%C.
Secara umum heat treatment dengan kondisi Near Equilibrium itu dapat
disebut dengan annealing.
Annealing
Annealing ialah suatu proses laku panas (heat treatment) yang sering
dilakukan terhadap logam atau paduan dalam proses pembuatan suatu produk.
Tahapan dari proses Anneling ini dimulai dengan memanaskan logam (paduan)
sampai temperature tertentu, menahan pada temperature tertentu tadi selama
beberapa waktu tertentu agar tercapai perubahan yang diinginkan lalu
mendinginkan logam atau paduan tadi dengan laju pendinginan yang cukup lambat.
Jenis Annealing itu beraneka ragam, tergantung pada jenis atau kondisi benda
kerja, temperature pemanasan, lamanya waktu penahanan, laju pendinginan
(cooling rate), dll.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017/2018 10


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 5

1. Full annealing (annealing)


Merupakan proses perlakuan panas untuk menghasilkan perlite yang kasar
(coarse pearlite) tetapi lunak dengan pemanasan sampai austenitisasi dan
didinginkan dengan dapur, memperbaiki ukuran butir serta dalam beberapa hal juga
memperbaiki machinibility. Pada proses full annealing ini biasanya dilakukan
dengan memanaskan logam sampai keatas temperature kritis (untuk baja
hypoeutectoid , 25 Derajat hingga 50 Derajat Celcius diatas garis A3 sedang untuk
baja hypereutectoid 25 Derajat hingga 50 Derajat Celcius diatas garis A1).
Kemudian dilanjutkan dengan pendinginan yang cukup lambat (biasanya dengan
dapur atau dalam bahan yang mempunyai sifat penyekat panas yang baik). Perlu
diketahui bahwa selama pemanasan dibawah temperature kritis garis A1 maka
belum terjadi perubahan struktur mikro. Perubahan baru mulai terjadi bila
temperature pemanasan mencapai garis atau temperature A1 (butir-butir Kristal
pearlite bertransformasi menjadi austenite yang halus). Pada baja hypoeutectoid
bila pemanasan dilanjutkan ke temperature yang lebih tinggi maka butir kristalnya
mulai bertransformasi menjadi sejumlah Kristal austenite yang halus, sedang butir
Kristal austenite yang sudah ada (yang berasal dari pearlite) hampir tidak tumbuh.
Perubahan ini selesai setelah menyentuh garis A3 (temperature kritis A3). Pada
temperature ini butir kristal austenite masih halus sekali dan tidak homogen.
Dengan menaikan temperature sedikit diatas temperature kritis A3 (garis A3) dan
memberi waktu penahanan (holding time) seperlunya maka akan diperoleh
austenite yang lebih homogen dengan butiran kristal yang juga masih halus
sehingga bila nantinya didinginkan dengan lambat akan menghasilkan butir-butir
Kristal ferrite dan pearlite yang halus. Baja yang dalam proses pengerjaannya
mengalami pemanasan sampai temperature yang terlalu tinggi ataupun waktu tahan
(holding time) terlalu lama biasanya butiran kristal austenitenya akan terlalu kasar
dan bila didinginkan dengan lambat akan menghasilkan ferrit atau pearlite yang
kasar sehingga sifat mekaniknya juga kurang baik (akan lebih getas). Untuk baja
hypereutectoid, annealing merupakan persiapan untuk proses selanjutnya dan tidak
merupakan proses akhir.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017/2018 11


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 5

2. Normalizing
Merupakan proses perlakuan panas yang menghasilkan perlite halus,
pendinginannya dengan menggunakan media udara, lebih keras dan kuat dari hasil
anneal. Secara teknis prosesnya hampir sama dengan annealing, yakni biasanya
dilakukan dengan memanaskan logam sampai keatas temperature kritis (untuk baja
hypoeutectoid , 50 Derajat Celcius diatas garis A3 sedang untuk baja
hypereutectoid 50 Derajat Celcius diatas garis Acm). Kemudian dilanjutkan dengan
pendinginan pada udara. Pendinginan ini lebih cepat daripada pendinginan pada
annealing.
3. Spheroidizing
Merupakan proses perlakuan panas untuk menghasilkan struktur carbida
berbentuk bulat (spheroid) pada matriks ferrite. Pada proses Spheroidizing ini akan
memperbaiki machinibility pada baja paduan kadar karbon tinggi. Secara sederhana
dapat dijelaskan sebagai berikut : bahwa baja hypereutectoid yang dianneal itu
mempunyai struktur yang terdiri dari pearlite yang “terbungkus” oleh jaringan
cemented. Adanya jaringan cemented (cemented network) ini meyebabkan baja
(hypereutectoid) ini mempunyai machinibility rendah. Untuk memperbaikinya
maka cemented network tersebut harus dihancurkan dengan proses spheroidizing.
Spheroidizing ini dilaksanakan dengan melakukan pemanasan sampai disekitar
temperature kritis A1 bawah atau sedikit dibawahnya dan dibiarkan pada
temperature tersebut dalam waktu yang lama (sekitar 24 jam) baru kemudian
didinginkan. Karena berada pada temperature yang tinggi dalam waktu yang lama
maka cemented yang tadinya berbentuk plat atau lempengan itu akan hancur
menjadi bola-bola kecil (sphere) yang disebut dengan spheroidite yang tersebar
dalam matriks ferrite.
4. Stress relief Annealing
Merupakan proses perlakuan panas untuk menghilangkan tegangan sisa
akibat proses sebelumnya. Perlu diingat bahwa baja dengan kandungan karbon
dibawah 0,3% C itu tidak bisa dikeraskan dengan membuat struktur mikronya
berupa martensite. Nah, bagaimana caranya agar kekerasannya meningkat tetapi
struktur mikronya tidak martensite? Ya, dapat dilakukan dengan pengerjaan dingin

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017/2018 12


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 5

(cold working) tetapi perlu diingat bahwa efek dari cold working ini akan timbul
yang namanya tegangan dalam atau tegangan sisa dan untuk menghilangkan
tegangan sisa ini perlu dilakukan proses Stress relief Annealing.

Heat Treatment dengan pendinginan


1. Heat Treatment dengan pendinginan tak menerus Jika suatu baja didinginkan
dari suhu yang lebih tinggi dan kemudian ditahan pada suhu yang lebih rendah
selama waktu tertentu, maka akan menghasilkan struktur mikro yang berbeda. Hal
ini dapat dilihat pada diagram: Isothermal Transformation Diagram.

Gambar 2.2 Isothermal Transformation Diagram

Penjelasan diagram : Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia


terutama kadar karbon dalam baja. Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari
0.83% yang ditahan suhunya dititik tertentu yang letaknya dibagian atas dari kurva
C, akan menghasilkan struktur perlit dan ferit. Bila ditahan suhunya pada titik
tertentu bagian bawah kurva C tapi masih disisi sebelah atas garis horizontal, maka
akan mendapatkan struktur mikro Bainit (lebih keras dari perlit). Bila ditahan
suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal, maka akan mendapat struktur
Martensit (sangat keras dan getas). Semakin tinggi kadar karbon, maka kedua buah
kurva C tersebut akan bergeser kekanan. Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017/2018 13


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 5

tingginya suhu pemanasan, lamanya pemanasan dan semakin lama pemanasannya


akan timbul butiran yang lebih besar. Semakin cepat pendinginan akan
menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil.
2. Heat treatment dengan pendinginan menerus dalam prakteknya proses
pendinginan pada pembuatan material baja dilakukan secara menerus mulai dari
suhu yang lebih tinggi sampai dengan suhu rendah. Pengaruh kecepatan
pendinginan manerus terhadap struktur mikro yang terbentuk dapat dilihat dari
diagram Continuos Cooling Transformation Diagram.

Gambar 2.3 Cooling Transformation Diagram

Penjelasan diagram : Pada proses pendinginan secara perlahan seperti pada


garis (a) akan menghasilkan struktur mikro perlit dan ferlit. Pada proses
pendinginan sedang, seperti, pada garis (b) akan menghasilkan struktur mikro perlit
dan bainit.Pada proses pendinginan cepat , seperti garis ( c ) akan menghasilkan
struktur mikro martensit.
Dalam prakteknya ada 3 heat treatment dalam pembuatan baja :
1. Pelunakan (Annealing): pemanasan produk setengah jadi pada suhu 850 – 9500
C dalam waktu yang tertentu, lalu didinginkan secara perlahan (seperti garis-a
diagram diatas). Proses ini berlangsung didapur (furnace). Butiran yang
dihasilkan umumnya besar/kasar.
2. Normalizing : pemanasan produk setengah jadi pada suhu 875 – 9800C disusul

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017/2018 14


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 5

dengan pendinginan udara terbuka (seperti garis-b diagram diatas). Butiran yang
dihasilkan umumnya berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan penggilingan
kondisi panas (rolling).
3. Quenching : system pendinginan produk baja secara cepat dengan cara
penyemprotan air pada pencelupan serta perendaman produk yang masih panas
kedalam media air atau oli. Sistem pendinginan ini seperti garis-c diagram diatas.
Selain dari ketiga sistem heat treatment diatas ada juga heat treatment tahap
kedua pada rentang suhu dibawah austenit yang dinamakan Tempering. Pemanasan
ulang produk baja ini biasa dilakukan untuk produk yang sebelumnya di quenching.
Setelah di temper, maka diharapkan produk tersebut akan lebih ulet dan liat.

2.3 Metodologi Praktikum


2.3.1 Skema Proses

Siapkan alat dan bahan

Lakukan Heat Treatment didalam tungku

Lakukan Holding Time

Lakukan pendinginan Normalizing, Annealing


dan Quenching

Pengamplasan

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017/2018 15


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 5

Lakukan uji kekerasan

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan

2.3.2 Penjelasan Skema Proses


1. Siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang digunakan dalam
pengujian Heat Treatment ini.
2. Dilakukan pemanasan pada tungku muffle hingga mencapai
temperatur 875˚C.
3. Lakukan holding time ( penahanan waktu ) selama 15 menit.
4. Spesimen dikeluarkan dari dalam tungku, lalu dilakukan pendinginan
( Normalizing, Annealing, dan Quenching ).
5. Dilakukan pengujian kekerasan.
6. Lakukan analisa dan pembahasan.
7. Simpulkan hasil dari praktikum ini.

2.4 Alat dan Bahan


2.4.1 Alat
1. Jangka sorong : 1 buah
2. Rockwell C : 1 buah
3. Tungku muffle : 1 buah
4. Penjepit spesimen : 1 buah
5. Cetakan : 1 buah
6. Sarung tangan : 1 pasang
7. Apron : 1 buah
8. Brinell : 1 buah

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017/2018 16


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 5

2.4.2 Bahan
1. Air : Secukupnya
2. Oli : Secukupnya
3. Baja AISI 1045 : 4 buah
4. Amplas 400 mesh : Secukupnya

2.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data


2.5.1 Pengumpulan Data
1. Jenis Tungku : Tungku Muffle
2. Metode Pengujian : Penekanan
3. Alat pengujian kekerasan : Brinell dan Rockwell C
4. Jenis indentor : Bola baja dan kerucut intan
5. Beban minor : Brinell 0 Kg ; Rockwell C 10 Kg
6. Beban mayor : Brinell 0 Kg ; Rockwell C 150 Kg
7. Beban total : Brinell 250 Kg
8. Waktu penekanan : Brinell dan Rockwell C = 10 detik

Tabel 2.1 Pengumpulan Data Heat Treatment

Spesi Keterangan Percobaan HRC


men Jenis Temp Holdi 1 2 3 rata-
No Uji Perlakuan eratur ng rata
Panas Pema Time
nasan
1. Baja Annealing 875˚C 900 s 148, 185, 259, 197,
AISI (A) 23 20 97 8
1045 BHN BHN BHN BHN
2. Baja Normalizing 875˚C 900 s 217, 171, 217, 202,
AISI (N) 92 49 92 44
1045 BHN BHN BHN BHN

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017/2018 17


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 5

3. Baja Quenching 875˚C 900 s 361, 327, 348, 346,


AISI oli (O) 83 55 97 11
1045 BHN BHN BHN BHN
4. Baja Quenching 875˚C 900 s 553, 536, 518, 536,
AISI air (G) 56 05 53 04
1045 BHN BHN BHN BHN

Tabel Komposisi Kimia ( ASTM A29)

Tabel 2.2 Komposisi Kimia (ASTM A29)

Jenis
%C % Mn % Si % Mo %P %S
Material

Baja
0,40- 0,60- 0,10- 0,04 0,05
AISI 0,025
0,45 0,90 0,30 max max
1045

Grafik Holding Time

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017/2018 18


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 5

Gambar 2.4 Grafik holding time (a) annealing ; (b) normalizing

(c) quenching

2.5.2 Pengolahan Data

1. Annealing (A)
2P 2x250
D1= =
πD ( D-√D2 -d² 3,14 . 5 ( 5-√52 -1,45²

500
= 3,373

= 148,23 HB

2P 2x250
D2= =
πD ( D-√D2-d² 3,14 . 5 ( 5-√52 -1,30²

= 185,20 HB

2P 2x250
D3= =
πD ( D-√D2-d² 3,14 . 5 ( 5-√52 -1,10²

= 259,97 HB

2. Normalizing (N)

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017/2018 19


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 5

2P 2x250
D1= =
πD ( D-√D2 -d² 3,14 . 5 ( 5-√52 -1,0²

= 217,92 BHN

2P 2x250
D2= =
πD ( D-√D2-d² 3,14 . 5 ( 5-√52 -1,35²

= 171,49 BHN

2P 2x250
D3= =
πD ( D-√D2-d² 3,14 . 5 ( 5-√52 -1,0²

= 217,92 BHN

3. Quenching Oli

T1 = 39

HB = ( 8,570 x HRC ) + 27,6

( 8,570 x 39 ) + 27,6

= 361,83 HB

T2 = 35

HB = ( 8,570 x HRC ) + 27,6

( 8,570 x 35 ) + 27,6

= 327,55 HB

T3 = 52,5

HB = ( 8,570 x HRC ) + 27,6

( 8,570 x 52,5 ) + 27,6

= 348,97 HB

4. Quenching Air

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017/2018 20


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 5

T1 = 54,5 HRC

HB = ( 17,515 x HRC ) - 401

( 17,515 x 54,5 ) - 401

= 553,56 HB

T2 = 53,5

HB = ( 17,515 x HRC ) - 401

( 17,515 x 53,5 ) - 401

= 536,05 HB

T3 = 52,5

HB = ( 17,515 x HRC ) - 401

( 17,515 x 52,5 ) - 401

= 518,53 HB

5. HRC Rata-Rata Annealing

HRC Rata-Rata = ( 148,23 + 185,20 + 259, 97 ) : 3

= 197,8 BHN

6. HRC Rata-Rata Normalizing

HRC Rata-Rata = ( 217,92 + 171,49 + 217,92 ) : 3

= 202,44 BHN

7. HRC Rata-Rata Quenching Oli

HRC Rata-Rata = ( 361,83 + 327,55 + 348,97 ) : 3

= 346,11 BHN

8. HRC Rata-Rata Quenching Air

HRC Rata-Rata = ( 553,56 + 536,05 + 518,53 ) : 3

= 536,04 BHN

9. Diagram Batang Annealing

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017/2018 21


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 5

300

250

200

BHN 150
259.97
100 185.2
148.23
50

0
1 2 3
Percobaan

Gambar 2.5 Diagram batang Annealing

10. Diagram Batang Normalizing

250

200

BHN 150
100 217.49 217.92
171.49
50

0
1 2 3
Percobaan

Gambar 2.6 Diagram batang Normalizing

11. Diagram Batang Quenching Oli

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017/2018 22


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 5

370

360

350

340
BHN 361.83
330 348.97

320 327.55

310
1 2 3

Percobaan

Gambar 2.7 Diagram batang Quenching Oli

12. Diagram Batang Quenching Air

560

550

540

530
BHN 553.56
520
536.05
510 518.53

500
1 2 3

Percobaan

Gambar 2.8 Diagram batang Quenching Air

13. Diagram Rata-Rata

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017/2018 23


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 5

600

500

400

BHN 300
536.04
200
346.11
100 197.8 202.44

0
1 2 3 4
Keterangan
1. Annealing
2. Normalizing
3. Quenching Oli
4. Quenching Air

Gambar 2.9 Diagram rata-rata

2.6 Analisa dan Pembahasan


Perlakuan panas merupakan suatu proses pemanasan dan pendinginan dengan
laju tertentu untuk mendapatkan suatu sifat material yang kita inginkan atau kita
butuhkan.
Pada praktikum Heat Treatment ini, digunakan spesimen Baja AISI 1045.
Baja ini sendiri merupakan jenis baja medium carbon steel dengan kandungan 0,3-
0,5% C. Dengan kandungan karbon medium ini, memungkinkan baja ini untuk
dikeraskan dengan perlakuan panas yang sesuai untuk membentuk struktur mikro
martensit yang keras.
Pertama, baja dimasukkan kedalam tungku muffle pada temperatur austenite
(875˚C). Baja ini dilakukan holding time selama 15 menit. Penahanan suhu
(holding), Holding time dilakukan untuk mendapatkan kekerasan maksimum dari
suatu bahan pada proses hardening dengan menahan pada temperatur pengerasan
untuk memperoleh pemanasan yang homogen sehingga struktur austenitnya
homogen atau terjadi kelarutan karbida ke dalam austenit dan diffusi karbon dan

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017/2018 24


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 5

unsur paduannya. Pedoman untuk menentukan holding time dari berbagai jenis
baja:
1. Baja Konstruksi dari Baja Karbon dan Baja Paduan Rendah Yang mengandung
karbida yang mudah larut, diperlukan holding time yang singkat, 5 - 15 menit
setelah mencapai temperatur pemanasannya dianggap sudah memadai.
2. Baja Konstruksi dari Baja Paduan Menengah Dianjurkan menggunakan holding
time 15 -25 menit, tidak tergantung ukuran benda kerja.
3. Low Alloy Tool Steel memerlukan holding time yang tepat, agar kekerasan yang
diinginkan dapat tercapai. Dianjurkan menggunakan 0,5 menit per milimeter tebal
benda, atau 10 sampai 30 menit.
4. High Alloy Chrome Steel membutuhkan holding time yang paling panjang di
antara semua baja perkakas, juga tergantung pada temperatur pemanasannya. Juga
diperlukan kombinasi temperatur dan holding time yang tepat. Biasanya dianjurkan
menggunakan 0,5 menit permilimeter tebal benda dengan minimum 10 menit,
maksimum 1 jam.
5. Hot-Work Tool Steel mengandung karbida yang sulit larut, baru akan larut pada
10000 C. Pada temperatur ini kemungkinan terjadinya pertumbuhan butir sangat
besar, karena itu holding time harus dibatasi, 15-30 menit. High Speed Steel
memerlukan temperatur pemanasan yang sangat tinggi, 1200-13000C.Untuk
mencegah terjadinya pertumbuhan butir holding time diambil hanya beberapa menit
saja.Misalkan kita ambil waktu holding adalah selama 15 menit pada suhu 8500.
Setelah itu, baja dilakukan pendinginan cepat yaitu quenching oli dan
quenching air, juga dilakukan pendinginan lambat dengan annealing dan
normalizing.
Annealing adalah suatu proses laku panas (heat treatment) yang sering
dilakukan terhadap logam atau paduan dalam proses pembuatan suatu produk.
Tahapan dari proses Annealing ini dimulai dengan memanaskan logam (paduan)
sampai temperature tertentu, menahan pada temperatur tertentu tadi selama
beberapa waktu tertentu agar tercapai perubahan yang diinginkan lalu
mendinginkan logam atau paduan tadi dengan laju pendinginan yang cukup lambat.
Jenis annealing itu beraneka ragam, tergantung pada jenis atau kondisi benda kerja,

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017/2018 25


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 5

temperature pemanasan, lamanya waktu penahanan, laju pendinginan (cooling


rate), dll.
Normalizing adalah proses perlakuan panas yang menghasilkan perlite halus,
pendinginannya dengan menggunakan media udara, lebih keras dan kuat dari hasil
anneal.
Proses quenching pada dasarnya adalah proses pendinginan cepat yang
dilakukan pada logam yang telah dipanaskan diatas temperatur kritisnya. Pada baja
karbon sedang atau tinggi proses ini akan menghasilkan fasa yang
disebut martensit yang sangat kuat dan getas.
Media quenching sangat berpengaruh dari hasil perlakuan panas ini dimana
media quench air memiliki densitas yang tinggi daripada oli dan udara. Hal ini akan
membuat baja memiliki sifat yang keras dan getas karena proses transfer kalor lebih
mudah terjadi apabila molekul lebih kecil, dan juga terjadi karena proses
rekristalisasi yang cepat sehingga atom karbon tidak terdistribusi dalam mengikat
karbon penyusun logam dan atom-atom lain membesar sehingga memiliki ruang.
Untuk media pendingin yang memiliki tingkat kerapatan rendah, laju
pendinginan akan berlangsung lambat karena proses kalor tidak berlangsung
dengan mudah pada molekul yang memiliki jarak yang besar. Pada media
pendingin ini, proses rekristalisasi berlangsung lambat sehingga ada sebagian atom
karbon yang mampu terdistribusi kedalam ikatannya kembali.
Setelah itu, baja dilakukan pengujian kekerasan untuk mengetahui
perbandingan nilai kekerasannya sebanyak tiga kali percobaan dan didapatkan nilai
rata-rata dari annealing, normalizing, quenching oli dan air secara berurut adalah
197,8 BHN ; 202,44 BHN ; 346,11 BHN ; 536,04 BHN.
Dari hasil uji kekerasan ini sudah jelas bahwa baja dengan media quench air
memiliki nilai kekerasan yang tinggi diikuti oleh media quench oli, normalizing dan
yang terakhir annealing.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017/2018 26


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 5

2.7 Kesimpulan
1. Proses perlakuan panas diantaranya annealing, normalizing, dan
quenching.
2. Media quenching akan mempengaruhi nilai kekerasan dari suatu baja yang
dilakukan pemanasan.
3. Holding time bertujuan untuk menyeragamkan temperatur pada permukaan
baja.
4. Didapatkan nilai kekerasan secara berurut dari annealing, normalizing,
quenching air dan oli adalah 197,8 BHN ; 202,44 BHN ; 346,11 BHN ;
536,04 BHN.
5. Prinsip dari perlakuan panas adalah proses pemanasan dengan laju
pemanasan tertentu hingga mencapai temperatur tertentu lalu dilakukan
holding time selama beberapa waktu dan dilakukan pendinginan dengan
laju pendingin tertentu pula.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017/2018 27

Anda mungkin juga menyukai